You are on page 1of 20

BAB 1 - KELOMPOK 13

1. Definisikan dan jelaskan 4 tujuan penyajian dan pengungkapan?


Jawaban :
Empat tujuan audit penyajian dan pengungkapan :
1. Kejadian dan hak kewajiban,- ungkapan peristiwa dan transaksi yang telah terjadi danberkaitan
dengan entitas
2. Kelengkapan,-semua pengungkapan yang seharusnya dimasukkan ke dalam laporankeuangan yang
telah dimasukkan
3. Penggolongan dan kejelasan,- informasi keungan telah digolongkan dengan tepat
danpengungkapannya dinyatakan dengan jelas
4. Keakurtan dan penilaian,- informasi keuangan dan informasi lainnya telah diungkapkan secara
wajar dan pada jumlah yang tepat

2. Jelaskan pentingnya persetujuan kredit yang layak untuk penjualan? Dan apa pengaruh pengendalian
yang mencukupi dalam fungsi kredit terhadap akumulasi bukti auditor?
Jawaban :
Persetujuan kredit dari pihak yang berwenang sangat penting karenamempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan dimasa datang. Jika pemberianpersetujuan kredit lemah, akibatnya akan menghasilkan
piutang ragu-ragu yangkemudian dapat menjadi piutang tak tertagih.Pengaruh pengendalian yang
mencukupi dlam fungsi kredit terhadap akumuasi buktiauditor, hasilnya akan baik karena didukung
oleh bukti yang cukup dan sebagaipertimbangan dalam meyakinkan auditor dalam memberikan
pernyataan wajar ataslaporan keuangan, serta bebas salah saji

3. Mengapa auditor harus melakukan audit pada siklus penjualan dan penagihan, mengapa tidak pada
akun akun (seperti akun pendptn dll)?
Jawaban :
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi apakah saldo
akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip - prinsip
akuntansi yang diterima umum.

BAB 2 - KELOMPOK 2
1. Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi normal. Jelaskan situasi
normal yang dimaksud itu seperti apa dan situasi tidak normal itu seperti apa?
Jawaban :
Situasi normal dalam audit piutang usaha adalah ketika perusahaan secara rutin melakukan proses
konfirmasi piutang kepada pihak-pihak yang berutang. Proses ini biasanya dilakukan pada periode
akhir tahun atau saat penyelesaian piutang pada periode pelaporan keuangan. Konfirmasi piutang
usaha dilakukan dengan mengirimkan surat konfirmasi ke pihak-pihak yang berutang dan meminta
mereka untuk mengonfirmasi saldo utang mereka. Jika pihak-pihak yang berutang mengonfirmasi
saldo tersebut, hal ini akan memberikan bukti yang cukup untuk menentukan kebenaran dan
kecukupan saldo piutang yang tercatat dalam laporan keuangan.
Namun, situasi tidak normal dalam audit piutang usaha adalah ketika perusahaan tidak melakukan
proses konfirmasi piutang secara rutin atau ketika terdapat situasi yang tidak biasa seperti adanya
perselisihan atau kebangkrutan pihak yang berutang. Selain itu, situasi tidak normal juga dapat terjadi
ketika terdapat kesalahan atau kecurangan dalam pencatatan piutang usaha oleh perusahaan.
Dalam situasi tidak normal, auditor harus melakukan prosedur tambahan untuk memastikan
kebenaran dan kecukupan saldo piutang yang tercatat dalam laporan keuangan. Auditor dapat
melakukan prosedur alternatif seperti melakukan pemeriksaan langsung ke pihak yang berutang atau
memeriksa dokumen-dokumen pendukung lainnya. Jika terdapat perselisihan atau kebangkrutan
pihak yang berutang, auditor harus mengkaji ulang nilai piutang yang tercatat dan mengevaluasi
kemungkinan untuk memulihkan piutang tersebut.

2. Bagaimana jika dalam perusahaan, seorang auditor kurang peduli atau kurang memperhatikan 3 aspek
pengendaliaan internal? Resiko apa saja yang akan terjadi jika auditor tidak memperhatikan 3 aspek
pengendalian intern tersebut?
Jawaban :
Jika seorang auditor kurang peduli atau kurang memperhatikan tiga aspek pengendalian internal,
maka resiko yang mungkin terjadi adalah:
1. Risiko penyalahgunaan atau kecurangan dapat terjadi: Ketidakpedulian auditor terhadap
pengendalian internal dapat menyebabkan kelemahan dalam sistem kontrol internal, dan ini dapat
memungkinkan terjadinya penyalahgunaan atau kecurangan di dalam perusahaan.
2. Risiko hilangnya aset perusahaan: Ketidakmampuan untuk memantau pengendalian internal dapat
membuat perusahaan rentan terhadap pencurian atau kerusakan aset perusahaan, seperti uang tunai,
persediaan atau properti.
3. Risiko ketidakpatuhan terhadap peraturan dan kebijakan: Jika auditor tidak memperhatikan
pengendalian internal yang berkaitan dengan kepatuhan peraturan dan kebijakan, perusahaan dapat
terkena risiko sanksi dan denda dari pihak berwenang atau pengaturan yang relevan.
Dalam rangka mengurangi risiko-risiko tersebut, penting bagi seorang auditor untuk memperhatikan
secara cermat semua aspek pengendalian internal perusahaan. Hal ini mencakup perencanaan audit
yang tepat, evaluasi kontrol internal yang memadai, dan pelaporan temuan audit secara akurat.
Dengan cara ini, perusahaan dapat meningkatkan kepatuhan dan mengurangi risiko yang terkait
dengan pengendalian internal.

3. Bagaimana jika piutang usaha terkonfirmasi dan apa yang harus dilakukan perusahaan dan apa saja
pengaruhnya kepada proses dan juga proses audit? Dan bagaimana auditor melakukan audit terhadap
salah saji pisah batas?
Jawaban :
Jika piutang usaha telah terkonfirmasi, artinya pihak yang berutang telah mengakui bahwa mereka
memiliki utang kepada perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus memperbarui catatan akuntansi
mereka untuk merekam pembayaran yang telah diterima atau mengklasifikasikan piutang tersebut
sebagai piutang yang macet jika pembayaran tidak mungkin dilakukan.
Pengaruh dari terkonfirmasi nya piutang usaha dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan
dan analisis kinerja keuangan. Jika jumlah piutang yang terkonfirmasi cukup besar, maka ini dapat
berdampak pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan mereka, misalnya
membayar utang atau melaksanakan rencana investasi. Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhatikan perubahan dalam struktur dan jumlah piutang usaha dan melakukan analisis risiko
kredit.
Proses audit juga akan terpengaruh oleh terkonfirmasi nya piutang usaha. Auditor harus memeriksa
bukti konfirmasi yang diterima dari pihak-pihak yang berutang untuk memastikan keabsahan dan
keakuratan piutang usaha yang tercatat dalam laporan keuangan. Auditor juga harus memeriksa
catatan akuntansi dan prosedur pengendalian intern yang terkait dengan pengelolaan piutang usaha.

BAB 3 – KELOMPOK 15

1. Jelaskan mengenai verifikasi penyajian dan pengungkapan pada bagian jika jumlah material, maka
terdapat 3 golongan. Tolong dijelaskan lantas jika jumlah tidak material apakah juga akan terkait 3
golongan tersebut?
Jawaban :
Unsur utang lancar harus disajikan di neraca menurut urutan jatuh temponya. Jika jumlah material,
utang usaha harus disajikan di neraca menjadi 3 golongan yaitu :
-utang usaha kepada kreditur usaha
-utang usaha kepada perusahaan afiliasi
-utang usaha kepada direksi, pemegang saham utama, manager, dan karyawan perusahaan.

Lantas jika jumlahnya tidak material maka secara otomatis bukan termasuk 3 golongan tersebut.

2. Mengenai “Substantif test atas transaksi”. Apa kendala auditor dalam melaksanakan substantive test
terhadap saldo aktiva tetap dan tak berwujud? Serta, berikan contoh pengendalian internal yang baik
dalam perolehan barang!
Jawaban :
Kendalanya sebagai berikut
o Jika laporan keuangan tahun sebelumnya tidak pernah di audit oleh auditor independen lain.
o Jika klien tidak menyelenggarakan aktiva secara rinci
o Jika klien tida mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi yang
bersangkutan dengan perolehannya dan mutasi aktiva tetap s/d saat diaudit yang pertama
dilaksanakan.

Contoh pengendalian internal yang baik:


o Memeriksa barang yang telah sampai apakah sesuai dengan pesanan.
o Memisahkan tanggung jawab aset dan fungsi lainnya. Misalnya memisahkan bagian yang
menerima barang dengan bagian penyimpanan dan bagian akuntansi untuk menghindari
pencurian.
o Dilakukan pencatatan akuntansi setiap kali barang tersebut dipindahkan.
o Barang perlu dikontrol secara fisik sejak barang diterima hingga barang tersebut digunakan
atau dibuang

3. Jelaskan mengapa auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang mencukupi
untuk merencanakan audit?
Jawaban :
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang siklus pembelian yang mencukupi untuk
merencanakan audit. Yaitu, auditor perlu memilikipemahaman yang cukup agar mampu
mengidentifikasi jenis-jenis salah saji yang potensial, mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko salah saji yang material, dan merancang pengujian substantif. Sama halnya
dengan keempat komponen pengendalian internal lainnya, pemahaman tentang aktivitas pengendalian
yang berkaitan dengan transaksi pembelian terutama diperoleh melalui pengalaman sebelumnya
dengan klien, Tanya jawab, observasi, dan inspeksi dokumen.

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang atau tinggi, maka
ia dapat menggunakan pengetahuan tentang keefektifan pengendalian yang diperolehnya ketika
memahami pengendalian inter

4. Apa yang dimaksud dengan utang bersyarat? Berikan contohnya dan dimanakan utang bersyarat ini
ditemukan dalam neraca?
Jawaban :
Utang bersyarat Yaitu utang yang sampai pada tanggal neraca masih belum pasti apakah akan
menjadi kewajiban atau tidak. Yang termasuk dalam utang bersyarat adalah:
a. Piutang wesel didiskotokan dan piutangdijaminkan.
b. Endorsemen bersyarat atas wesel-wesel.
c. Sengketa hukum.
d. Tambahan pajak yang belum jelas kepastiannya.
e. Jaminan terhadap utang anak perusahaan.
f. Garansi terhadap penurunan harga barang-barang yang dijual.

Utang bersyarat dalam neraca bisa ditunjukkan dengan catatan kaki atau dilaporkan dengan judul
tersendiri, tetapi tidak ikut dijumlahkan dengan utang-utang yang lain.

BAB 4 – KELOMPOK 9
1. Apakah risiko audit mampu mempengaruhi siklus penggajian sebuah perusahaan? Dan dari risiko
tersebut pertimbangan apa yang harus dilakukan auditor? Serta teknis seperti apa yang bisa
disarankan untuk mengatasi risiko tersebut.
2. Salah satu kasus adanya transaksi kecurangan penggajian yang ditemukan oleh auditor adanya
kecurangan waktu, yang terjadi apabila seorang karyawan melaporkan waktu yang lebih banyak dari
yang sebenarnya dikerjakan. Jika auditor sulit mengungkapkan kecurangan waktu yang dilakukan
oleh karyawan tersebut, misalnya kekurangan bukti yang kuat. Bagaimana solusi agar auditor lebih
mudah untuk mengungkapkan kecurangan itu?
3. Bagaimana jika dalam jumlah potongan dari gaji karyawan dalam pengendaliannya tidak beroperasi
secara efektif. Berikan contoh salah saji penggajian yang sering terjadi di perusahaan!
Jawaban :
Jika pengendalian jumlah potongan gaji karyawan tidak efektif, maka perusahaan dapat mengalami
kerugian dan mengalami masalah hukum. Contoh salah satu masalah penggajian yang sering terjadi
di perusahaan adalah:
1. Tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku: Salah satu masalah penggajian yang sering terjadi
adalah ketika perusahaan tidak mengikuti peraturan yang berlaku dalam penggajian karyawannya.
Hal ini bisa terjadi karena perusahaan tidak memahami peraturan tersebut dengan baik atau sengaja
tidak mematuhinya.
2. Keterlambatan pembayaran gaji: Perusahaan dapat mengalami masalah jika mereka tidak
membayar gaji karyawan tepat waktu. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan dan
bahkan masalah hukum.
3. Penghitungan gaji yang tidak akurat: Penghitungan gaji yang tidak akurat dapat menyebabkan
masalah yang serius. Misalnya, jika seorang karyawan menerima gaji yang lebih sedikit dari yang
seharusnya, maka ia mungkin merasa tidak dihargai dan mencari pekerjaan lain. Di sisi lain, jika
seorang karyawan menerima gaji yang lebih banyak dari yang seharusnya, maka perusahaan dapat
mengalami kerugian finansial.
4. Potongan gaji yang tidak wajar: Salah satu masalah penggajian lainnya adalah ketika perusahaan
melakukan potongan gaji yang tidak wajar atau tidak sah. Hal ini dapat terjadi jika perusahaan tidak
memahami peraturan yang berlaku atau sengaja melakukan tindakan yang merugikan karyawan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki sistem penggajian yang efektif dan
akurat untuk memastikan karyawan menerima gaji yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perusahaan juga harus memastikan bahwa karyawan diberikan akses ke informasi yang jelas dan
transparan tentang gaji mereka, termasuk besaran gaji, potongan gaji, dan tunjangan lainnya.

4. Apakah penting untu kita harus melakukan audit siklus penggajian dan personalia? Tujuannya untuk
apa?
Jawaban :
Ya, sangat penting untuk melakukan audit siklus penggajian dan personalia karena dapat membantu
memastikan bahwa proses penggajian dan manajemen karyawan dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku. Berikut adalah beberapa tujuan dari audit siklus
penggajian dan personalia:
1. Memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan kebijakan - Dalam melakukan audit siklus
penggajian dan personalia, auditor akan mengevaluasi apakah perusahaan telah mengikuti peraturan
dan kebijakan yang berlaku terkait penggajian dan manajemen karyawan. Hal ini dapat membantu
meminimalkan risiko pelanggaran peraturan dan kebijakan.
2. Mengidentifikasi kelemahan dalam sistem - Audit dapat membantu mengidentifikasi kelemahan
dalam sistem penggajian dan personalia perusahaan, sehingga dapat dilakukan perbaikan dan
perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses tersebut.
3. Menemukan fraud - Audit dapat membantu mendeteksi kemungkinan kecurangan atau tindakan
fraud dalam proses penggajian dan personalia. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa semua
karyawan dibayar dengan adil dan transparan.
4. Menjamin akurasi data - Audit dapat membantu memastikan bahwa data yang terkait dengan
penggajian dan manajemen karyawan akurat dan lengkap. Hal ini dapat membantu meminimalkan
risiko kesalahan dan memastikan bahwa keputusan terkait manajemen karyawan dibuat berdasarkan
informasi yang akurat.
Dengan melakukan audit siklus penggajian dan personalia, perusahaan dapat memastikan bahwa
proses penggajian dan manajemen karyawan dilakukan dengan baik dan sesuai dengan peraturan dan
kebijakan yang berlaku. Ini dapat membantu meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keamanan
proses tersebut serta memberikan kepercayaan kepada karyawan dan pemangku kepentingan lainnya.

5. Jika dalam suatu kondisi auditor harus melakukan sebuah pengujian audit untuk menemukan
pelanggaran pada saat penggajian, lantas bagaimana cara audit untuk menguji serta mendeteksi
sebuah masalah dalam laporan keuangan?
Jawaban :
Untuk menguji dan mendeteksi masalah dalam laporan keuangan, auditor dapat melakukan beberapa
langkah berikut:
1. Memahami Bisnis dan Proses Akuntansi: Auditor perlu memahami bisnis klien dan proses
akuntansi yang digunakan. Hal ini dapat membantu auditor dalam menentukan risiko yang mungkin
terkait dengan laporan keuangan dan membuat strategi pengujian yang efektif.
2. Menganalisis Transaksi dan Akun: Auditor dapat memeriksa transaksi dan akun untuk
mengidentifikasi masalah dalam laporan keuangan. Auditor dapat memeriksa apakah transaksi dicatat
dengan benar dan apakah akun diproses sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Menguji Pengendalian Intern: Auditor dapat menguji pengendalian intern yang diterapkan oleh
perusahaan dalam proses pelaporan keuangan. Pengendalian intern dapat meliputi verifikasi
dokumen, pembatasan akses terhadap data dan sistem, serta pemisahan tugas dan tanggung jawab.
4. Menguji Substansi: Auditor dapat melakukan pengujian substansi untuk memeriksa kebenaran dan
kelengkapan laporan keuangan. Hal ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik aset, konfirmasi
dengan pihak ketiga, dan analisis data.
5. Mengidentifikasi Indikasi Kecurangan: Auditor perlu memeriksa apakah ada indikasi kecurangan
dalam laporan keuangan. Indikasi kecurangan dapat ditemukan melalui analisis tren, perbandingan
data, dan pengujian konsistensi antara informasi yang diberikan dalam laporan keuangan.
Setelah melakukan pengujian dan analisis, auditor dapat menghasilkan kesimpulan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara jujur, benar, dan lengkap. Jika ditemukan masalah, auditor dapat
membuat rekomendasi untuk perbaikan dan meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.

BAB 5 – KELOMPOK 1
1. Bagaimana prosedur analisis yang dilakukan untuk audit beban dibayar dan pendapatan diterima
dimuka?
Jawaban :
Prosedur analitis dianggap sebagai bagian dari pengujian atas kewajaran penyajian karena dapat
membantu auditor untuk mengevaluasi apakah informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan perusahaan wajar atau tidak. Dengan cara ini, prosedur analitis membantu auditor dalam
menentukan apakah informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan mencerminkan
kinerja, posisi keuangan, dan arus kas yang sebenarnya dari perusahaan.

Selain itu, prosedur analitis juga membantu auditor untuk menemukan anomali atau ketidakwajaran
dalam data keuangan, yang dapat menunjukkan adanya potensi kecurangan atau kesalahan dalam
penyajian informasi keuangan. Dengan cara ini, prosedur analitis dapat membantu auditor untuk
mengidentifikasi risiko audit yang signifikan dan mengarahkan perhatian mereka ke area-area yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Pada prosedur analitis, disebutkan bahwa prosedur analitis dianggap sebagai bagian dari pengujian
atas kewajaran penyajian. Mengapa dianggap demikian?
Jawaban :
Prosedur analitis yang dilakukan dalam audit beban dibayar di muka dan pendapatan diterima di
muka meliputi:
1. Memahami kebijakan akuntansi dan pengendalian intern: Auditor harus memahami kebijakan
akuntansi perusahaan dan pengendalian intern yang terkait dengan beban dibayar di muka dan
pendapatan diterima di muka.

2. Menganalisis pengklasifikasian: Auditor harus memeriksa apakah beban dibayar di muka dan
pendapatan diterima di muka telah diklasifikasikan secara tepat dalam laporan keuangan.
3. Memeriksa jumlah: Auditor harus memeriksa jumlah beban dibayar di muka dan pendapatan
diterima di muka dengan membandingkan dengan data historis dan perkiraan untuk periode yang
relevan.
4. Memeriksa rentang waktu: Auditor harus memeriksa periode atau rentang waktu di mana beban
dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka diakui, apakah konsisten dengan kebijakan
akuntansi perusahaan.
5. Memeriksa kelayakan: Auditor harus menilai kelayakan pengakuan beban dibayar di muka dan
pendapatan diterima di muka, seperti memeriksa kontrak atau perjanjian yang terkait dan memeriksa
kemampuan pelanggan atau vendor untuk memenuhi kewajibannya.
6. Memeriksa pengakuan pendapatan: Auditor harus memeriksa apakah pendapatan diterima di muka
diakui secara tepat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PAU).
7. Memeriksa pengeluaran: Auditor harus memeriksa pengeluaran yang terkait dengan beban dibayar
di muka dan memeriksa apakah pengeluaran tersebut diakui secara tepat.
8. Memeriksa penyelesaian: Auditor harus memeriksa apakah beban dibayar di muka dan pendapatan
diterima di muka diselesaikan secara tepat pada akhir periode akuntansi.

Prosedur analitis yang dilakukan untuk audit beban dibayar di muka dan pendapatan diterima di muka
bertujuan untuk menilai apakah pengakuan dan pengungkapan terkait dengan beban dibayar di muka
dan pendapatan diterima di muka dilakukan secara tepat dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

BAB 6 – KELOMPOK 3
1. Bagaimana prosedur analitis dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko atas laporan keuangan?
Jawaban :
Untuk menjaga kualitas arus keuangan, sebuah perusahaan perlu melakukan prosedur audit laporan
keuangan. Dalam menjalankan prosedur audit, seorang auditor akan melakukan langkah-langkah
untuk mendapatkan semua informasi mengenai kualitas keuangan yang disediakan oleh perusahaan.
biasanya seorang auditor melakukan prosedur audit dengan cara menganalisa transaksi atau saldo
akun dan membandingkannya dengan catatan yang dimiliki klien. Jika dalam proses tersebut
ditemukan bahwa catatan klien tidak konsisten, maka kamu sebagai auditor perlu melakukan
penyelidikan lebih lanjut tentang varian yang ada.
Melalui penerapan prosedur analitis diasumsikan bahwa hubungan yang rasional di antara data
diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali apabila muncul situasi atau transaksi yang tidak biasa,
perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. Misalnya, perbandingan antara
total biaya gaji dengan jumlah tenaga personil dapat menjadi indikator ada tidaknya pembayaran yang
tidak semestinya.

2. Apa kaitan antara persediaan dan pergudangan? Kesulitan apa saja yang dialami auditor dalam
persediaan? Salah saji seperti apa yang dapat terjadi dalam mengaudit persediaan dan pergudangan
ini?
Jawaban :
Kesulitan auditor dalam mengaudit siklus persediaan dan pergudangan antara lain:
a. Merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material di neraca b. Besarnya nilai
persediaan langsung mempengaruhi kos barang yang dijual
c. Verifikasi kuantitas,kondisi dan nilai persediaan merupakan tugas yang sangat kompleks fisiknya
e. Berbagai macam persediaan menimbulkan kesulitan bagi auditor untuk mengaudit
f. Terdapat beberapa metode penilaian persediaan Salah saji yang mungkin terjadi dalam siklus
persediaan dan pergudangan ; - Lebih saji atau kurang saji atas persediaan dan harga pokok
penjualan. Persediaan usaha yang memengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan. Lebih
saji atau kurang saji atas persediaan. Lebih saji atau kurang saji atas biaya per unit yang mengaruhi
persediaann dan hargapokok penjualan.
Salah saji dalam kompilasi, biaya per unit, atau perluasannya yang memengaruhi persediaan dan
harga penjualan, Salah saji atas biaya per unit persediaan, terutama biaya tenaga kerja dan overhead
manufaktur, yang memengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan.

BAB 7 – KELOMPOK 11

1. Apa saja faktor faktor yang harus dipertimbangkan saat melakukan audit siklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali di perusahaan yang berbeda beda?
Jawaban :
Ketika melakukan audit siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali di perusahaan yang
berbeda-beda, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, antara lain:
o Ukuran Perusahaan: Ukuran perusahaan akan memengaruhi kompleksitas dan skala transaksi
dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Oleh karena itu, auditor harus
mempertimbangkan ukuran perusahaan dan memilih pendekatan audit yang tepat.
o Industri: Industri tempat perusahaan beroperasi juga akan memengaruhi siklus akuisisi modal dan
pembayaran kembali. Auditor harus memahami peraturan dan standar industri yang berlaku untuk
menentukan risiko dan pengendalian yang relevan.
o Penggunaan Teknologi: Penggunaan teknologi dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran
kembali akan memengaruhi cara audit dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan penggunaan
sistem informasi dan teknologi untuk menentukan metode audit yang tepat.
o Struktur Organisasi: Struktur organisasi perusahaan akan memengaruhi tata kelola dan sistem
pengendalian internal yang diterapkan. Auditor harus memahami struktur organisasi perusahaan
dan mengidentifikasi risiko yang terkait.
o Kepatuhan Peraturan: Auditor harus memastikan bahwa perusahaan mematuhi peraturan dan
persyaratan perpajakan, akuntansi, dan hukum yang berlaku. Auditor harus memahami
persyaratan dan aturan yang berlaku dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali.
o Sumber Daya Manusia: Kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam siklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali akan memengaruhi efektivitas pengendalian internal. Auditor harus
mempertimbangkan keahlian, pelatihan, dan kualitas personil terkait dalam siklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali.
o Karakteristik Transaksi: Auditor harus memahami karakteristik transaksi dalam siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali, termasuk jenis transaksi, jumlah transaksi, dan tingkat
kompleksitasnya. Hal ini akan membantu auditor dalam menentukan pendekatan audit yang tepat.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, auditor dapat melakukan audit siklus akuisisi modal dan
pembayaran kembali yang efektif dan efisien pada perusahaan yang berbeda-beda.

2. Bagaimana auditor dapat menentukan apakah ada penyalahgunaan atau kecurangan dalam siklus
akuisisi modal dan pembayaran kembali?
Jawaban :
Audit dapat menentukan apakah ada penyalahgunaan atau kecurangan dalam siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali dengan melakukan langkah-langkah berikut:
1. Evaluasi Pengendalian Internal: Auditor harus mengevaluasi pengendalian internal yang
diterapkan perusahaan dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Hal ini bertujuan
untuk menentukan kekuatan pengendalian internal dan mengidentifikasi kelemahan yang
mungkin menyebabkan penyalahgunaan atau kecurangan.
2. Identifikasi Risiko: Auditor harus mengidentifikasi risiko yang terkait dengan siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali, termasuk risiko penyalahgunaan atau kecurangan. Risiko ini
dapat timbul dari faktor seperti keterbatasan kontrol, kesalahan manusia, atau kebijakan yang
kurang jelas.
3. Pengujian Substantif: Auditor harus melakukan pengujian substantif pada transaksi dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Pengujian ini meliputi verifikasi data dan
dokumen, serta analisis data untuk mengidentifikasi pola atau tren yang tidak wajar.
4. Pengujian Analitik: Auditor dapat melakukan pengujian analitik untuk mengevaluasi transaksi
dan kejadian dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Pengujian analitik dapat
membantu auditor dalam mengidentifikasi anomali atau perbedaan signifikan yang tidak wajar.
5. Pemeriksaan Fisik: Auditor dapat melakukan pemeriksaan fisik atas aset yang terkait dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Pemeriksaan fisik dapat membantu auditor dalam
memastikan bahwa aset yang dicatat dalam catatan akuntansi benar-benar ada dan dalam kondisi
yang baik.
6. Wawancara: Auditor dapat melakukan wawancara dengan karyawan dan manajemen
perusahaan untuk memperoleh informasi tambahan tentang siklus akuisisi modal dan pembayaran
kembali. Wawancara dapat membantu auditor dalam mengidentifikasi indikasi penyalahgunaan
atau kecurangan.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, auditor dapat mengidentifikasi apakah ada


penyalahgunaan atau kecurangan dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Apabila
ditemukan indikasi penyalahgunaan atau kecurangan, auditor harus melakukan tindakan yang
diperlukan, seperti melaporkan temuan kepada manajemen perusahaan atau regulator yang
berwenang.

3. Perbedaan dari wesel bayar dan wesel tagih? berikan contoh contoh yang mudah dipahami, dan
mengapa jauh lebih penting mencari wesel bayar yang belum tercatat dibandingkan wesel tagih
yang belum tercatat?
Jawaban :
Wesel bayar dan wesel tagih adalah dua jenis instrumen keuangan yang digunakan dalam
transaksi bisnis. Perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:
1. Wesel Bayar: Wesel bayar adalah instrumen keuangan di mana penerbit wesel memberikan
perintah untuk membayar sejumlah uang kepada penerima wesel pada saat wesel jatuh tempo.
Dalam wesel bayar, penerima wesel adalah pihak yang harus membayar uang, dan penerbit wesel
adalah pihak yang menerima uang. Contoh sederhana wesel bayar adalah ketika seseorang
membeli mobil dari dealer, dan dealer memberikan wesel bayar ke bank sebagai pembayaran atas
mobil tersebut.
2. Wesel Tagih: Wesel tagih adalah instrumen keuangan di mana penerima wesel memberikan
perintah kepada pihak lain (biasanya bank) untuk mengumpulkan sejumlah uang dari pihak yang
harus membayar. Dalam wesel tagih, penerima wesel adalah pihak yang menerima uang, dan
pihak yang harus membayar adalah pihak yang memberikan uang. Contoh sederhana wesel tagih
adalah ketika sebuah perusahaan mengeluarkan wesel tagih ke pelanggannya untuk membayar
tagihan atas produk atau jasa yang telah diberikan.

Perbedaan utama antara wesel bayar dan wesel tagih adalah arah aliran uangnya. Pada wesel
bayar, uang mengalir dari pihak yang harus membayar ke penerima wesel, sedangkan pada wesel
tagih, uang mengalir dari pihak yang harus membayar ke bank atau lembaga yang mengumpulkan
uang untuk penerima wesel.

Dalam kedua jenis instrumen keuangan ini, penting untuk memastikan bahwa penerbit dan
penerima wesel telah sepakat tentang persyaratan pembayaran dan jatuh tempo, serta bahwa
dokumen-dokumen terkait telah disediakan dan diperiksa dengan teliti untuk memastikan
keabsahannya.

4. Bagaimana auditor memastikan bahwa semua transaksi tercatat dan dicatat dengan benar dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali?
Jawaban :
Untuk memastikan bahwa semua transaksi tercatat dan dicatat dengan benar dalam siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali, auditor harus melakukan langkah-langkah berikut:
1. Verifikasi Dokumen: Auditor harus memverifikasi bahwa semua dokumen yang terkait dengan
transaksi dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali telah dicatat dengan benar.
Dokumen tersebut mencakup, antara lain, faktur, kontrak, surat perjanjian, dan bukti pembayaran.
2. Pengujian Substantif: Auditor harus melakukan pengujian substantif pada transaksi dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Pengujian ini meliputi verifikasi data dan
dokumen, serta analisis data untuk mengidentifikasi pola atau tren yang tidak wajar.
3. Verifikasi Aset: Auditor harus memverifikasi bahwa aset yang terkait dalam siklus akuisisi
modal dan pembayaran kembali telah dicatat dengan benar. Auditor dapat melakukan
pemeriksaan fisik atas aset, mengidentifikasi dan memverifikasi aset yang terdaftar dalam catatan
akuntansi, serta memverifikasi apakah aset tersebut dibukukan dengan benar.
4. Evaluasi Pengendalian Internal: Auditor harus mengevaluasi pengendalian internal yang
diterapkan perusahaan dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Hal ini bertujuan
untuk menentukan kekuatan pengendalian internal dan mengidentifikasi kelemahan yang
mungkin menyebabkan kesalahan pencatatan atau penghilangan transaksi.
5. Pemeriksaan Rincian: Auditor harus melakukan pemeriksaan rincian atas transaksi dalam
siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Pemeriksaan rincian meliputi verifikasi data,
analisis data, dan perbandingan data untuk memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat
dengan benar.
6. Pemeriksaan Kepatuhan: Auditor harus memeriksa kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan
dan prosedur yang berkaitan dengan siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa semua transaksi telah dicatat sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, auditor dapat memastikan bahwa semua transaksi
tercatat dan dicatat dengan benar dalam siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali. Apabila
ditemukan kesalahan pencatatan atau penghilangan transaksi, auditor harus melakukan tindakan
yang diperlukan, seperti melaporkan temuan kepada manajemen perusahaan atau regulator yang
berwenang.

BAB 8 – KELOMPOK 14
1. Mengapa dari salah saji yang menyebabkan pembayaran yang tidak layak atau kegagalan
menerima uang tunai, tidak akan ditemukan sebagai bagian dari audit rekonsiliasi bank ?
Jawaban :
Audit rekonsiliasi bank bertujuan untuk memeriksa kesesuaian antara saldo kas di dalam buku
bank dengan saldo kas yang ada di dalam buku kas perusahaan. Salah saji yang menyebabkan
pembayaran yang tidak layak atau kegagalan menerima uang tunai terjadi karena kesalahan dalam
proses transaksi atau proses pengolahan data, dan umumnya tidak akan terlihat dalam rekonsiliasi
bank.
Hal ini karena rekonsiliasi bank hanya melibatkan pencocokan antara saldo bank dan saldo kas
yang dicatat di dalam buku kas perusahaan, serta memastikan adanya kesesuaian antara transaksi
yang tercatat di dalam buku bank dan buku kas perusahaan. Sementara itu, kesalahan dalam
proses transaksi atau pengolahan data yang menyebabkan salah saji dalam pembayaran atau
penerimaan uang tunai dapat terjadi di luar proses rekonsiliasi bank.
Namun demikian, kesalahan dalam proses transaksi atau pengolahan data yang menyebabkan
salah saji dapat teridentifikasi dalam proses audit lainnya, seperti audit atas proses pengendalian
internal yang terkait dengan transaksi uang tunai atau proses pengolahan data. Oleh karena itu,
audit rekonsiliasi bank perlu dilengkapi dengan audit atas proses pengendalian internal dan proses
pengolahan data untuk memastikan adanya keterkaitan antara audit rekonsiliasi bank dengan
audit atas proses pengolahan data dan transaksi uang tunai.

2. Apa yang dilakukan jika ditemukan perbedaan antara saldo kas fisik dan bank dengan saldo yang
dicatat dalam buku-buku akuntansi ?
Jawaban :
Jika ditemukan perbedaan antara saldo kas fisik dan bank dengan saldo yang dicatat dalam buku-
buku akuntansi, langkah-langkah yang harus diambil adalah sebagai berikut:
o Identifikasi penyebab perbedaan: Auditor harus melakukan penyelidikan lebih lanjut
untuk menentukan penyebab perbedaan tersebut. Apakah disebabkan oleh kesalahan pencatatan,
kesalahan aritmatika, penggelapan, atau faktor lain.
o Tentukan keberadaan perbedaan: Auditor harus memastikan apakah perbedaan tersebut
benar-benar ada dan berapa besar nominalnya. Evaluasi dampak pada laporan keuangan: Auditor
harus mengevaluasi apakah perbedaan tersebut memerlukan penyesuaian pada laporan keuangan.
Jika perbedaan tersebut signifikan, auditor harus membuat catatan pada laporan audit dan
memberikan rekomendasi kepada manajemen perusahaan.
o Verifikasi keabsahan transaksi: Auditor harus memeriksa transaksi yang terkait dengan
perbedaan tersebut, mulai dari dokumen sumber transaksi, bukti-bukti pendukung, hingga sistem
kontrol internal yang terkait.
o Laporkan hasil temuan: Setelah semua langkah di atas dilakukan, auditor harus
melaporkan hasil temuan dan rekomendasinya kepada manajemen perusahaan. Jika ditemukan
indikasi penggelapan, auditor harus segera melaporkan hal tersebut ke pihak yang berwenang

3. Bagaimana cara menilai efektifitas dan keamanan system control internal terkait dengan kas dan
bank ?
Jawaban :
Cara menilai efektivitas dan keamanan sistem kontrol internal terkait dengan kas dan bank dapat
dilakukan dengan melakukan uji efektivitas pada sistem kontrol internal tersebut. Berikut adalah
langkah-langkah yang dapat dilakukan:
a. Memahami proses bisnis dan sistem kontrol internal: Auditor harus memahami proses bisnis
dan sistem kontrol internal yang terkait dengan kas dan bank. Hal ini meliputi penilaian risiko
dan pengenalan proses bisnis serta sistem kontrol internal yang sudah diimplementasikan oleh
perusahaan.
b. Menentukan tujuan pengujian: Auditor harus menentukan tujuan pengujian, apakah untuk
menilai keefektifan sistem kontrol internal atau untuk menilai keamanan sistem kontrol internal.
c. Memilih metode pengujian: Auditor harus memilih metode pengujian yang tepat untuk menilai
efektivitas dan keamanan sistem kontrol internal. Metode yang umumnya digunakan adalah uji
substansif dan uji kepatuhan.
d. Melakukan uji efektivitas: Uji efektivitas dilakukan untuk mengevaluasi apakah sistem kontrol
internal yang diimplementasikan oleh perusahaan efektif dalam mengontrol risiko yang terkait
dengan kas dan bank. Uji efektivitas melibatkan pemeriksaan dokumen, wawancara dengan
personil terkait, dan pengamatan langsung.
e. Melakukan uji kepatuhan: Uji kepatuhan dilakukan untuk menilai apakah sistem kontrol
internal yang diimplementasikan oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
sudah ditetapkan. Hal ini meliputi pengecekan apakah prosedur yang ditetapkan sudah diikuti dan
apakah ada ketidaksesuaian yang terjadi.
f. Membuat catatan temuan: Auditor harus membuat catatan temuan terkait efektivitas dan
keamanan sistem kontrol internal yang diuji. Catatan temuan ini akan membantu perusahaan
untuk meningkatkan sistem kontrol internal yang sudah ada.
g. Memberikan rekomendasi: Auditor harus memberikan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan terkait peningkatan efektivitas dan keamanan sistem kontrol internal yang sudah ada.
Rekomendasi ini harus disampaikan secara tertulis dan harus ditindaklanjuti oleh perusahaan.

4. Bagaimana yang harus dilakukan agar pengawasaan internal terhadap akun kas dan setara kas
dijalankan dengan baik, disertai contoh ?
Jawaban :
Agar pengawasan internal terhadap akun kas dan setara kas dijalankan dengan baik, beberapa hal
yang dapat dilakukan antara lain:
1.) Menerapkan prosedur pemisahan tugas: Pemisahan tugas dapat mencegah terjadinya konflik
kepentingan dan penggelapan yang dilakukan oleh satu orang. Contohnya, pekerjaan penerimaan
kas dan pencatatan kas dapat dipisahkan untuk mengurangi risiko kesalahan dan kecurangan.
2.) Memeriksa dokumen pendukung: Setiap transaksi kas harus memiliki dokumen pendukung
yang lengkap dan sah, seperti bukti kas masuk dan kas keluar. Pengawasan internal harus
memeriksa keaslian dokumen tersebut dan memastikan bahwa setiap transaksi tercatat dengan
benar.
3.) Memeriksa saldo kas secara berkala: Pengawasan internal harus memeriksa saldo kas secara
berkala untuk memastikan bahwa saldo tersebut sesuai dengan jumlah yang seharusnya. Hal ini
dapat dilakukan melalui pembuatan laporan keuangan bulanan atau perhitungan fisik kas.
4.) Menggunakan sistem informasi yang tepat: Sistem informasi dapat membantu pengawasan
internal dalam mengelola dan mengawasi transaksi kas dengan lebih efisien. Sistem yang tepat
dapat membantu dalam memonitor dan melacak transaksi kas secara real-time.
5.) Melakukan pemeriksaan acak: Pengawasan internal dapat melakukan pemeriksaan acak pada
transaksi kas dan setara kas untuk mengevaluasi kepatuhan pada prosedur yang ditetapkan dan
mengidentifikasi masalah potensial.

Contoh pengawasan internal yang baik pada akun kas dan setara kas adalah dengan menerapkan
pemisahan tugas pada penerimaan kas dan pencatatan kas, melakukan reconciliasi bank secara
teratur, menggunakan sistem informasi akuntansi yang baik, serta melakukan pemeriksaan acak
pada transaksi kas dan setara kas. Selain itu, dapat dilakukan pula verifikasi dokumen pendukung,
seperti memeriksa bukti setoran, faktur, dan bukti pengeluaran lainnya. Pengawasan internal yang
efektif pada akun kas dan setara kas dapat membantu mencegah terjadinya fraud atau kesalahan
dalam pencatatan transaksi kas.

5. Bagaimana hasil audit saldo kas dan bank dapat diintegrasikan dalam laporan audit keuangan ?
Jawaban :
Hasil audit saldo kas dan bank dapat diintegrasikan dalam laporan audit keuangan melalui
beberapa tahap berikut:
• Menentukan materialitas: Auditor harus menentukan materialitas dari hasil audit saldo kas dan
bank. Materialitas dihitung berdasarkan ukuran perusahaan, kondisi keuangan, serta sifat dan
kompleksitas transaksi keuangan.
• Menilai efektivitas sistem kontrol internal: Auditor harus menilai efektivitas sistem kontrol
internal terkait dengan saldo kas dan bank untuk menentukan apakah ada masalah yang signifikan
atau tidak dalam pengendalian kas dan bank.
• Memverifikasi kebenaran saldo kas dan bank: Auditor harus memverifikasi kebenaran saldo kas
dan bank dengan melakukan uji substantif untuk memastikan bahwa saldo kas dan bank yang
dicatat dalam buku akuntansi perusahaan memang benar adanya.
• Menyajikan temuan dalam laporan audit: Auditor harus menyajikan temuan dalam laporan
audit. Jika ditemukan masalah atau perbedaan signifikan antara saldo kas dan bank dengan saldo
yang tercatat dalam buku akuntansi, auditor harus mencatat temuan tersebut dalam laporan audit
dan memberikan rekomendasi kepada manajemen perusahaan.
• Menyajikan opini audit: Auditor harus menyajikan opini audit yang mencerminkan hasil audit
saldo kas dan bank. Jika ditemukan masalah atau perbedaan signifikan, auditor harus memberikan
opini yang sesuai dengan temuan audit tersebut.

Dalam rangka mengintegrasikan hasil audit saldo kas dan bank ke dalam laporan audit keuangan,
auditor harus memastikan bahwa semua temuan yang relevan telah disertakan dalam laporan
audit dan opini audit yang diberikan mencerminkan hasil audit yang obyektif dan akurat.

BAB 9 – KELOMPOK 12

1. Pada alasan audit EDP pada poin 2 yaitu kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Pertanyaan saya bagaimana audit EDP ini dapat berpengaruh terhadap kesalah dalam
pengambilan keputusan ?
Jawaban :
Audit EDP atau audit teknologi informasi (TI) dapat berpengaruh terhadap kesalahan dalam
pengambilan keputusan apabila audit tersebut tidak dilakukan dengan benar atau tidak
mencakup semua aspek penting dalam sistem TI perusahaan. Berikut adalah beberapa cara di
mana audit EDP dapat mempengaruhi kesalahan dalam pengambilan keputusan:

o Kesalahan dalam evaluasi sistem TI: Jika auditor TI tidak mengevaluasi sistem TI
perusahaan dengan benar, maka perusahaan mungkin tidak mengetahui kerentanan
sistem mereka dan berpotensi mengambil keputusan yang salah dalam pengelolaan
dan pengendalian sistem TI.
o Kesalahan dalam penentuan risiko: Audit EDP dapat membantu perusahaan dalam
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko yang terkait dengan sistem TI
mereka. Namun, jika auditor TI salah mengevaluasi risiko-risiko tersebut, perusahaan
dapat mengambil keputusan yang salah dalam menentukan prioritas untuk
pengendalian risiko dan dalam mengalokasikan sumber daya untuk pengendalian
tersebut.
o Kesalahan dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil audit: Jika auditor TI
memberikan laporan audit yang tidak lengkap atau tidak akurat, maka perusahaan
dapat mengambil keputusan yang salah berdasarkan hasil audit tersebut.
o Kurangnya pemahaman terhadap teknologi: Kesalahan dalam pengambilan keputusan
juga dapat terjadi jika pengambil keputusan tidak memahami teknologi yang
digunakan dalam sistem TI perusahaan. Oleh karena itu, auditor TI perlu memastikan
bahwa pengambil keputusan memiliki pemahaman yang memadai tentang teknologi
tersebut.

Oleh karena itu, audit EDP harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk memastikan
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut dapat dihindari. Auditor TI perlu memastikan bahwa
audit mereka mencakup semua aspek yang relevan dalam sistem TI perusahaan dan
memberikan laporan audit yang akurat dan lengkap untuk membantu pengambil keputusan
dalam mengambil keputusan yang lebih tepat.

2. Apa dampak dari pemanfaatan EDP terhadap proses auditing dalam pengendalian internal
Jawaban :
Pemanfaatan EDP (Electronic Data Processing) atau teknologi informasi dan komunikasi
dalam proses auditing dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pengendalian internal
perusahaan. Beberapa dampak positif dan negatif dari penggunaan EDP dalam proses
auditing dan pengendalian internal dijelaskan di bawah ini:
Dampak Positif:
o Meningkatkan efisiensi: Penggunaan EDP dalam proses auditing dapat meningkatkan
efisiensi dengan mengotomatisasi proses audit dan pengendalian internal, sehingga
dapat mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk melakukan audit dan
pengendalian internal.
o Meningkatkan akurasi: Penggunaan EDP dapat membantu meningkatkan akurasi
audit dan pengendalian internal dengan menghindari kesalahan manusia dan
meningkatkan ketepatan pengolahan data.
o Memungkinkan pengolahan data yang lebih besar: EDP memungkinkan pengolahan
data yang lebih besar dan kompleks, sehingga dapat membantu mengidentifikasi
risiko dan kesalahan dalam sistem pengendalian internal.
o Meningkatkan transparansi: EDP dapat membantu meningkatkan transparansi proses
audit dan pengendalian internal dengan memberikan akses real-time ke informasi dan
data, sehingga dapat membantu manajemen dan auditor dalam mengambil keputusan
yang lebih tepat waktu dan akurat.
Dampak Negatif:
o Risiko keamanan: Penggunaan EDP dapat meningkatkan risiko keamanan, seperti
risiko pencurian data atau hacking, yang dapat mengancam keamanan sistem
pengendalian internal perusahaan.
o Keterbatasan teknologi: Terkadang, teknologi yang digunakan dalam proses audit
dan pengendalian internal mungkin tidak dapat menangani tugas yang kompleks atau
memerlukan biaya yang mahal untuk implementasinya.
o Ketergantungan pada teknologi: Terkadang, perusahaan dapat menjadi terlalu
bergantung pada teknologi dan mengabaikan pengendalian internal tradisional yang
penting.
o Kurangnya keterampilan: Kurangnya keterampilan dan pengalaman dalam
penggunaan EDP dapat mengurangi efektivitas proses audit dan pengendalian
internal.

Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan dan risiko penggunaan
EDP dalam proses audit dan pengendalian internal, serta mengambil tindakan untuk
memastikan keamanan dan efektivitas penggunaan teknologi tersebut.

3. Berikan pendapat dari antara 2 audit yaitu EDP dan munual manakah yang dikatakan lebih
baik digunakan ?
Jawaban :
Pilihan antara menggunakan audit EDP (Electronic Data Processing) atau manual tergantung
pada berbagai faktor, termasuk ukuran, kompleksitas, dan sifat organisasi yang akan diaudit.
Kedua jenis audit memiliki keuntungan dan kerugian, sehingga tidak ada yang bisa dikatakan
lebih baik daripada yang lain secara mutlak. Berikut adalah beberapa keuntungan dan
kerugian masing-masing jenis audit:

Audit Manual:
Keuntungan:
o Pemahaman yang lebih baik atas kegiatan bisnis: Auditor manual dapat memahami
lebih baik proses dan operasi bisnis, terutama jika bisnis tersebut masih
menggunakan proses manual.
o Fleksibilitas: Auditor manual dapat melakukan audit sesuai dengan kondisi yang ada,
karena tidak tergantung pada teknologi atau sistem yang digunakan.
o Biaya yang lebih rendah: Dalam beberapa kasus, audit manual dapat lebih murah
karena tidak perlu menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus.
Kerugian:
o Waktu yang lebih lama: Audit manual cenderung membutuhkan waktu yang lebih
lama karena auditor harus melakukan banyak tugas secara manual.
o Kesalahan manusia: Karena tugas-tugas dilakukan secara manual, auditor manual
dapat lebih rentan terhadap kesalahan manusia.
o Keterbatasan dalam pengolahan data: Auditor manual mungkin kesulitan dalam
mengumpulkan, memproses, dan menganalisis data yang besar atau kompleks.

Audit EDP:
Keuntungan:
o Efisiensi dan akurasi: Audit EDP dapat lebih efisien dan akurat karena auditor dapat
menggunakan perangkat lunak dan sistem untuk mengumpulkan, memproses, dan
menganalisis data secara otomatis.
o Kemampuan untuk menangani data yang besar dan kompleks: Auditor EDP dapat
mengatasi volume dan kompleksitas data yang besar dan beragam dengan lebih baik
daripada auditor manual.
o Keamanan data: Audit EDP dapat menggunakan teknologi keamanan untuk
melindungi data dari ancaman keamanan.
Kerugian:
o Biaya yang lebih tinggi: Audit EDP mungkin memerlukan biaya yang lebih tinggi
karena memerlukan perangkat lunak, perangkat keras, dan sumber daya manusia
yang khusus.
o Kurangnya pemahaman tentang proses bisnis: Auditor EDP mungkin kurang
memahami proses dan operasi bisnis karena terlalu bergantung pada teknologi dan
sistem yang digunakan.
o Terbatas pada kemampuan sistem: Audit EDP mungkin terbatas pada kemampuan
sistem atau perangkat lunak yang digunakan, sehingga tidak dapat menangani situasi
yang tidak terduga atau masalah yang tidak terkait dengan teknologi.
o Dalam kesimpulan, baik audit manual maupun EDP memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pilihan antara kedua jenis audit
tergantung pada kondisi dan kebutuhan organisasi yang akan diaudit. Sebagai
auditor, Anda harus mempertimbangkan kondisi yang ada dan melakukan evaluasi
risiko sebelum memilih jenis audit yang tepat untuk organisasi tersebut.

4. Pada kasus enron, apa kaitannya dengan kasus tersebut lantas bagaimana pengendalian
internal yang dilakukan ?
Jawaban :
Kasus Enron terkait erat dengan audit penipuan, karena perusahaan tersebut melakukan
praktik akuntansi yang salah dan menipu para investor dan publik tentang kinerja
keuangannya. Enron memanipulasi laporan keuangan mereka untuk menunjukkan pendapatan
dan keuntungan yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Selain itu, Enron juga
melakukan praktik akuntansi yang kompleks dan berbelit-belit, yang sulit dipahami oleh para
investor dan bahkan oleh para auditor.

Salah satu perusahaan akuntansi terbesar saat itu, Arthur Andersen, juga terlibat dalam kasus
Enron. Andersen merupakan auditor untuk Enron dan mereka tidak mengungkapkan praktik
akuntansi yang salah dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh Enron. Andersen
akhirnya dibubarkan setelah terbukti melakukan kesalahan dalam audit Enron.

Kasus Enron menyoroti pentingnya audit yang baik dan independen dalam mengungkapkan
praktik penipuan atau kecurangan akuntansi dalam perusahaan. Audit yang baik dan
independen harus dapat mengidentifikasi kelemahan dalam sistem akuntansi dan
melaporkannya kepada manajemen perusahaan dan investor. Dalam kasus Enron, audit tidak
berhasil mengungkapkan praktik penipuan yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga
memicu tindakan yang terlambat dan terhambat, termasuk kerugian finansial yang signifikan
bagi investor dan kerusakan citra untuk perusahaan dan industri akuntansi.

Sejak kasus Enron, banyak perubahan dan peningkatan dilakukan dalam praktik audit dan
regulasi untuk mencegah praktik penipuan dan kecurangan dalam laporan keuangan
perusahaan. Audit independen dan ketat menjadi lebih penting daripada sebelumnya, dan
auditor sekarang diharuskan untuk melaporkan praktik kecurangan yang dicurigai kepada
otoritas terkait dan pihak yang berkepentingan.

5. Bagaimana penggunaan teknologi EDP ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
proses audit ?
Jawaban :
Teknologi EDP (Electronic Data Processing) telah memainkan peran penting dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit. Berikut adalah beberapa contoh cara
penggunaan teknologi EDP dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit:
o Automatisasi: Dalam proses audit tradisional, banyak tugas yang harus dilakukan
secara manual, seperti pengumpulan dan pengolahan data. Dengan menggunakan
teknologi EDP, tugas-tugas ini dapat dilakukan secara otomatis, sehingga
mengurangi waktu yang dibutuhkan dan meningkatkan efisiensi.
o Penggunaan analisis data: Dengan teknologi EDP, auditor dapat menggunakan
analisis data untuk memeriksa dan memvalidasi data dengan cepat dan akurat. Ini
dapat membantu mengidentifikasi anomali atau potensi kecurangan dalam data
dengan lebih mudah dan mempercepat proses audit.
o Akses data real-time: Dengan teknologi EDP, auditor dapat mengakses data secara
real-time, yang memungkinkan mereka untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
secara terus-menerus. Hal ini memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi masalah
atau ketidaksesuaian lebih cepat dan mengambil tindakan segera untuk
menyelesaikannya.
o Penggunaan teknologi AI: Teknologi AI (Artificial Intelligence) dapat digunakan
dalam proses audit untuk mengidentifikasi pola atau tren yang mungkin tidak
terdeteksi oleh auditor manusia. Teknologi ini dapat membantu meningkatkan
efektivitas audit dan membantu auditor dalam membuat rekomendasi.
o Keamanan data: Teknologi EDP dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan
data selama proses audit. Auditor dapat menggunakan teknologi enkripsi atau
pengamanan data lainnya untuk melindungi informasi sensitif dari ancaman
keamanan.

Dalam keseluruhan, penggunaan teknologi EDP dapat membantu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas proses audit. Hal ini dapat membantu auditor dalam melaksanakan tugas mereka
dengan lebih cepat dan akurat, sehingga meningkatkan kualitas audit dan memberikan
manfaat bagi organisasi yang diaudit.
BAB 10 – KELOMPOK 5

1. Seberapa Pengaruh Komite Audit dalam Perusahaan ? lantas bagaimana Jika dalam Pelaporan
dibutuhkan komunikasi yang baik tetapi diduga terdapat perbedaan pendapat, Apakah dari
sisi Audit akan tetap dengan memegang tanggung jawabnya ataukah dia harus mengikuti
pertimbangen komite audit ?
Jawaban :
Komite Audit memiliki pengaruh yang besar dalam perusahaan, terutama dalam memastikan
bahwa laporan keuangan dan praktik bisnis perusahaan sesuai dengan standar dan peraturan
yang berlaku. Komite Audit bertanggung jawab untuk meninjau kinerja auditor internal dan
eksternal, serta memberikan rekomendasi untuk memperbaiki sistem kontrol internal dan
manajemen risiko perusahaan. Komite Audit juga bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa laporan keuangan perusahaan akurat dan dapat dipercaya, sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan yang tepat oleh para pemangku kepentingan perusahaan.

Namun, dalam situasi di mana terdapat perbedaan pendapat antara auditor dan komite audit
dalam hal pelaporan keuangan, maka tugas utama auditor adalah untuk mempertahankan
integritas dan independensinya dalam memberikan pendapat profesional. Auditor harus
mempertimbangkan masukan dan saran yang diberikan oleh komite audit, namun pada
akhirnya keputusan akhir harus didasarkan pada hasil audit yang obyektif dan independen.
Jika auditor memiliki perbedaan pendapat yang signifikan dengan komite audit, maka ia
harus menjelaskan dan membela pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan
selama proses audit. Dalam hal ini, auditor harus mengikuti standar dan etika profesi audit
serta mempertahankan independensi dan profesionalismenya dalam memberikan pendapat.

2. Dalam menerbitkan laporan keuangan apakah harus dilaporkan sesuai dengan tanggal yg
sudah dijadwalkan? Lantas jika terjadi keterlambatan dalam laporan, berarti permasalahan
apa yang di dapatkan sehingga pelaporan tersebut terlambat diterbitkan?
Jawaban :
alam menerbitkan laporan keuangan, sebaiknya dilaporkan sesuai dengan tanggal yang sudah
dijadwalkan. Hal ini penting agar stakeholder perusahaan memiliki akses yang tepat waktu
dan dapat membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Namun, jika terjadi keterlambatan
dalam laporan, dapat menunjukkan beberapa masalah seperti:

• Masalah internal perusahaan: Keterlambatan laporan keuangan bisa disebabkan oleh


masalah internal perusahaan seperti kesulitan mengumpulkan data keuangan atau kurangnya
sumber daya untuk menyelesaikan laporan.
• Masalah eksternal: Keterlambatan laporan keuangan juga bisa disebabkan oleh masalah
eksternal seperti keterlambatan dari pihak auditor atau masalah dengan penyedia layanan
keuangan.
• Kepatuhan hukum: Keterlambatan laporan keuangan dapat menjadi masalah hukum jika
perusahaan tidak mematuhi persyaratan pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh regulator.
Dalam situasi seperti ini, penting bagi perusahaan untuk segera mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang menyebabkan keterlambatan laporan keuangan dan
memberikan pengumuman kepada stakeholder perusahaan tentang perubahan jadwal laporan
keuangan.

You might also like