You are on page 1of 13

Penegakan Hukum Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran

Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


(Perpu) No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara
Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Covid-19 (Studi Kasus Sudin Perhubungan Jakarta Utara)
Ardhitias Sabilly Sujadin
(Email)
Mahasiswa Fakultas Hukum STIH PAINAN BANTEN

ABSTRAK
Dalam praktek pengelolaan keuangan atau penganggaran dana berdasarkan peraturan yang masih berlaku
sekarang ini, masih ditemukan adanya ketimpangan antara aturan dengan praktiknya, dengan
ditemukannya sejumlah persoalan dalam pengelolaan dana anggaran. Berkaca Pada tahun 2O2O ini,
disaat dunia mengalami bencana pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9). Pandemi Corona
Vints Disease 2019 (COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas ekonomi dan membawa
implikasi besar bagi perekonomian sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam rangka pelaksanaannya, perlu adanya penegakan hukum terhadap penyalahgunaan dana anggaran,
yang sesuai dengan Perpu No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan. Upaya yang dilakukan semata untuk mengawal penganggaran dana agar lebih tertib, minim
penyalahgunaan, dan lebih transparan agar tidak menimbulkan efek buruk sehingga turut serta
membangun citra baik bagi kelembagaan terkait.
Adapun perumusan masalah dalam penelitian yang dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:
1). Bagaimana Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Terhadap Penyalahgunaan
Dana Anggaran yang Ditinjau Dari Perpu No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Sudin Perhubungan
Jakarta Utara)? 2). Apa Kendala yang dialami oleh Dinas Perhubungan dalam rangka Penegakan Hukum
Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran yang Ditinjau Dari Perpu No. 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19
(Studi Kasus Sudin Perhubungan Jakarta Utara)?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum yuridis normatif, ditekankan pada penggunaan data
sekunder. Penelitian hukum yuridis normatif ini merupakan penelitian kepustakaan atau studi dokumen,
karena lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Selain itu
dilakukan juga penelitian lapangan guna mendukung data kepustakaan.
Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Suku Dinas Perhubungan Jakarta Utara Terhadap
Penyalahgunaan Dana Anggaran Ditinjau Dari (Perpu) No. 1 Tahun 2020 pada dasarnya sangat
diperlukan sehingga dapat mengetahui aturan yang benar mengenai penganggaran dana. Kendala yang
dialami, ialah masih kurang baik nya pengelolaan dan perencaan dibidang penganggaran, dimana
seringnnya terjadi Anggaran tidak seragam, Cara pintas yang diambil dengan menyalin anggaran tahun
sebelumnya yang menimbulkan kekhawatiran adanya tindak penyalahgunaan, dan lemahnya sdm dalam
hal pengetahuan tentang penganggaran dana.

1
Kata Kunci : Penyalahgunaan Anggaran
PENDAHULUAN
Dalam praktek pengelolaan keuangan atau penganggaran dana berdasarkan
peraturan yang masih berlaku sekarang ini, masih ditemukan adanya ketimpangan
antara aturan dengan praktiknya. Terkait urusan dana anggaran yang masih terus
menjadi topik hangat berbagai kalangan, dengan ditemukannya sejumlah persoalan
dalam pengelolaan dana anggaran. Persoalan-persoalan itu harus dipahami sebaik-
baiknya karena menyimpan potensi penyimpangan.

Berkaca Pada tahun 2O2O, disaat dunia mengalami bencana pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-l9). Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
membawa risiko bagi kesehatan masyarakat dan bahkan telah merenggut korban jiwa
bagi yang terinfeksi di berbagai belahan penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pandemi
Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas
ekonomi dan membawa implikasi besar bagi perekonomian sebagian besar negara-
negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan
akan menurun dari 3% (tiga persen) menjadi hanya l,s%o (satu koma lima persen) atau
bahkan lebih rendah dari itu. Perkembangan pandemi Corona Vints Disease 2019
(COVID-19) juga berpotensi mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia. Salah
satu implikasinya berupa penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan
dapat mencapai 4% (empat persen) atau lebih rendah, tergantung kepada seberapa lama
dan seberapa parah penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
mempengaruhi atau bahkan melumpuhkan kegiatan masyarakat dan aktivitas ekonomi.

Terganggunya aktivitas ekonomi akan berimplikasi kepada perubahan dalam


postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2O2O baik
sisi Pendapatan Negara, sisi Belanja Negara, maupun sisi Pembiayaan. Potensi
perubahan APBN Tahun Anggaran 2O2O berasal dari terganggunya aktivitas ekonomi
atau pun sebaliknya. Gangguan aktivitas ekonomi akan banyak berpotensi mengganggu
APBN Tahun Anggaran 2O2O dari sisi Pendapatan Negara. Respon kebijakan keuangan
negara dan fiskal dibutuhkan untuk menghadapi risiko pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19), antara lain berupa peningkatan belanja untuk mitigasi risiko
kesehatan, melindungi masyarakat dan menjaga aktivitas usaha. Tekanan pada sektor
keuangan akan mempengaruhi APBN Tahun Anggaran 2O2O terutama sisi
Pembiayaan. Implikasi pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9) telah
2
berdampak pula terhadap ancaman semakin memburuknya sistem keuangan yang
ditunjukkan dengan penurulnan berbagai aktivitas ekonomi domestik karena langkah-
langkah penanganan pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-19) yang berisiko
pada ketidakstabilan makroekonomi dan sistem keuangan yang perlu dimitigasi bersama
oleh Pemerintah maupun koordinasi kebijakan dalam KSSK, sehingga diperlukan
berbagai upaya Pemerintah dan lembaga terkait untuk melakukan tindakan antisipasi
(forward looking) untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Penyebaran pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-19) yang memberikan


dampak dan mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia antara lain karena
menurllnnya penerimaan negara serta ketidakpastian ekonomi global, memerlukan
kebijakan dan langkah-langkah luar biasa (ertraordinary) di bidang keuangan negara
termasuk di bidang perpajakan dan keuangan daerah, dan sektor keuangan, yang harus
segera diambil Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait guna mengatasi kondisi
mendesak tersebut dalam rangka penyelamatan kesehatan, perekonomian nasional,
dengan fokus pada belanja kesehatan, jaring pengaman sosial (social safetg netl, serta
pemulihan dunia usaha yang terdampak. Oleh karena itu, diperlukan perangkat hukum
yang memadai untuk memberikan landasan yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga-
lembaga terkait untuk pengambilan kebijakan dan langkah-langkah dimaksud.

Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang dinyatakan oleh


Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai pandemi pada
sebagian besar negara-negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu dan telah menimbulkan korban jiwa, dan kerugian
material yang semakin besar, sehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan
kesejahteraan masyarakat.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah berdampak antara lain
terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara,
dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan, sehingga diperlukan berbagai upaya
Pemerintah untuk melakukan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional,
dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safety netl,
serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang
terdampak.

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) telah berdampak pula terhadap
3
memburuknya sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas
ekonomi domestik sehingga perlu dimitigasi bersama oleh Pemerintah dan Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk melakukan tindakan antisipasi (forward
lookingl dalam rangka menjaga stabilitas sektor keuangan.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud, Pemerintah dan lembaga


terkait perlu segera mengambil kebijakan dan langkah-langkah luar biasa dalam rangka
penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai
kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk
kesehatan, pengeluaran untuk jaring pengaman sosial (social safety, dan pemulihan
perekonomian, serta memperkuat kewenangan berbagai lembaga dalam sektor
keuangan.

Bahwa kondisi sebagaimana yang dimaksud, telah memenuhi parameter sebagai


kegentingan memaksa yang memberikan kewenangan kepada Presiden untuk
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sebagaimana diatur
dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud serta guna memberikan


landasan hukum yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga terkait untuk mengambil
kebijakan dan langkah-langkah tersebut dalam waktu yang sangat segera, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) danlatau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara, disusun


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri atas anggaran
pendapatan negara, anggaran belanja negara, dan pembiayaan anggaran. Untuk
melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2OI9
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2O2O.

Sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII|2OO9, kondisi


tersebut di atas telah memenuhi parameter sebagai kegentingan yang memaksa dalam

4
rangka penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang antara lain:

1. Karena adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah hukum


secara cepat berdasarkan Undang-Undang;

2. Undang-Undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi kekosongan


hukum atau tidak memadainya Undang-Undang yang saat ini ada; dan

3. Kondisi kekosongan hukum yang tidak dapat diatasi dengan cara membuat
Undang-Undang secara prosedur biasa yang memerlukan waktu yang cukup
lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian untuk
diselesaikan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam kegentingan yang
memaksa, sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden berwenang menetapkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
Dalam rangka penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
antara lain berdampak terhadap:
1. Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara,
dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan; dan memburuknya sistem
keuangan, yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi
domestik,
2. Pemerintah perlu segera mengambil kebijakan dan langkah-langkah luar biasa
(ertraordinary di bidang keuangan negara dalam rangka penyelamatan
kesehatan, dan perekonomian nasional, dengan fokus pada belanja untuk
kesehatan, jaring pengaman sosial (social safetg netl, dan pemulihan
perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak,
serta menjaga stabilitas sektor keuangan. Untuk itu, perlu dilakukan
penyesuaian besaran defisit anggaran yang melampaui 3% (tiga persen) dari
Produk Domestik Bruto (PDB).
Setelah masa penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/
atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional,
besaran defisit secara bertahap kembali menjadi paling tinggi sebesar 3% (tiga persen)
dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada Tahun Anggaran 2023. Jumlah pinjaman yang
dilakukan dalam rangka pelaksanaan pelebaran defrsit tersebut dibatasi maksimal 60%
(enam puluh persen) dari Produk Domestik Bruto (PDB).

5
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini, besaran
belanja wajib (mandatory spendingl yang terdapat dalam berbagai undang-undang dapat
disesuaikan oleh Pemerintah, antara lain:
1. Anggaran kesehatan sebesar 5% (lima persen) dari anggaran pendapatan dan
belanja negara di luar gaji, yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2OO9 tentang Kesehatan;
2. Anggaran yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebesar 10% (sepuluh persen) dari dan di luar dana Transfer Daerah, yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2Ol4 tentang; dan
3. Besaran Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Dalam Negeri Bersih
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OO4 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah.
Penyesuaian besaran belanja wajib (mandatory spendingl sebagaimana
dimaksud dalam pasal ini tidak dilakukan terhadap pengalokasian anggaran
pendidikan sebesar 2O% (dua puluh persen) dalam tahun berjalan sebagaimana
diamanatkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Terhadap daerah yang dilanda maupun yang belum dilanda pandemi Corona Vints
Disease 2019 (COVID-l9) dapat menggunakan sebagian atau seluruh belanja
infrastruktur sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari Dana Transfer Umum (DTU)
untuk penanganan pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9), baik untuk sektor
kesehatan maupun untuk jaring pengaman sosial dalam bentuk penyediaan logistik
beserta pendistribusiannya atau belanja lain yang bersifat mendesak yang ditetapkan
Pemerintah.
Pemerintah memberikan kewenangan kepada pejabat perbendaharaan dan pejabat
pengadaan barang dan jasa untuk melakukan tindakan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), yang anggaran untuk membiayai pengeluaran yang belum
tersedia atau tidak cukup tersedia tersebut, dalam hal pengadaan barang dan jasa yang
terkait dengan upaya penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19).1
Dalam rangka pelaksanaannya, perlu adanya penegakan hukum terhadap
penyalahgunaan dana anggaran, yang sesuai dengan Perpu No. 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. Upaya yang dilakukan
semata untuk mengawal penganggaran dana agar lebih tertib, minim penyalahgunaan,

1
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135060/perpu-no-1-tahun-2020
6
dan lebih transparan agar tidak menimbulkan efek buruk sehingga turut serta
membangun citra baik bagi kelembagaan terkait.

PEMBAHASAN PENELITIAN
Dinas Perhubungan DKI Jakarta atau yang dikenal dulunya sebagai Direktorat
Jendral (Dirjen) Perhubungan DKI Jakarta adalah instansi pemerintah daerah Jakarta
yang bergerak di bidang perhubungan, baik itu perhubungan darat, laut, maupun
udara.Disamping itu juga terdapat instansi pemerintah yang dinamakan Dinas Lalu
Lintas Angkutan Jalan (DLLAJ) yang bertugas mengatur kegiatan lalu lintas. Namun,
berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri tahun 2003, Dirjen Perhubungan dan
DLLAJ digabung menjadi Dinas Perhubungan yang berlokasi di Jalan Taman Jatibaru,
I. Tanah Abang Jakarta Pusat. Tugas dari Dinas Perhubungan dispesifikasi pada sistem
angkutan umum dan trayeknya. Dinas Perhubungan provinsi DKI Jakarta merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang perhubungan darat, laut, dan udara. Dinas
Perhubungan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah (Sekda). Dalam
menjalankan tugasnya, Dishub berkoordinasi dengan asisten pembangunan. Tugas
pokok dari Dinas Perhubungan adalah menyelengggarakan pembinaan, pembangunan,
pengelolaan, pengendalian,dan pengoordinasian kegiatan dibidang perhubungan darat,
laut, dan udara.

Berkaca Pada tahun 2O2O, disaat dunia mengalami bencana pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-l9). Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID19)
membawa risiko bagi kesehatan masyarakat dan bahkan telah merenggut korban jiwa
bagi yang terinfeksi di berbagai belahan penjuru dunia, termasuk Indonesia. Pandemi
Corona Vints Disease 2019 (COVID-l9) juga secara nyata telah mengganggu aktivitas
ekonomi dan membawa implikasi besar bagi perekonomian sebagian besar negara-
negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan
akan menurun dari 3% (tiga persen) menjadi hanya l% (satu persen) atau bahkan lebih
rendah dari itu. Perkembangan pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-19) juga
berpotensi mengganggu aktivitas perekonomian di Indonesia. Salah satu implikasinya
berupa penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan dapat mencapai
4% (empat persen) atau lebih rendah, tergantung kepada seberapa lama dan seberapa
parah penyebaran pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) mempengaruhi
7
atau bahkan melumpuhkan kegiatan masyarakat dan aktivitas ekonomi.

Pemerintah memberikan kewenangan kepada pejabat perbendaharaan dan pejabat


pengadaan barang dan jasa untuk melakukan tindakan atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), yang anggaran untuk membiayai pengeluaran yang belum
tersedia atau tidak cukup tersedia tersebut, dalam hal pengadaan barang dan jasa yang
terkait dengan upaya penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19).

Dalam praktek pengelolaan keuangan atau penganggaran dana berdasarkan


peraturan yang masih berlaku sekarang ini, masih ditemukan adanya ketimpangan
antara aturan dengan praktiknya. Terkait urusan dana anggaran yang masih terus
menjadi topik hangat berbagai kalangan, dengan ditemukannya sejumlah persoalan
dalam pengelolaan dana anggaran. Persoalan-persoalan itu harus dipahami sebaik-
baiknya karena menyimpan potensi penyimpangan.2

Dalam hal ini perlu adanya penegakan hukum terhadap penganggaran dana yang
dilakukan dalam kelembagaan Suku Dinas Perhubungan yang sesuai dengan ketentuan
Perpu No. 1 Tahun 2020, dimana dalam pengelolaan dan pelaksanaan penggangaran
dana atau kebijakan keuangan diatur.

Penyalahgunaan dana anggaran dalam kelembagaan suku dinas perhubungan


terjadi apabila orang atau korporasi menyalahgunakan yang bersumber dari sumber
pendanaan seperti Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dana hibah, dan sumber
dana lain yang sah dan tidak mengikat. Penyalahgunaan dana anggaran akan terjadi
apabila pengawasan tidak berjalan dengan baik.

Sanksi pidana terhadap pelanggar penyalahgunaan dana anggaran dapat


dikenakan terhadap perorangan dan korporasi. Bagi perorangan diberlakukan ancaman
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah), sedangkan korporasi diberlakukan pidana denda paling banyak
Rp.750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah) serta sanksi pidana terhadap
tindak pidana korupsi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya apabila
menimbulkan kerugian bagi negara. Lebih jelasnya juga tertuang pada Undang-Undang
Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999, yaitu :

1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

2
https://www.kemenkeu.go.id/media/14788/perpu-nomor-1-tahun-2020
8
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

2. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak
menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana, dengan upaya yang dilakukan
diharapkan dapat meminimalisir penyalahgunaan terkait dana anggaran di suku dinas
perhubungan Jakarta Utara, serta memberi citra dan kesan baik terhadap kelembagaan
suku dinas perhubungan Jakarta Utara.
Adapun Kendala yang dialami oleh Dinas Perhubungan dalam rangka Penegakan
Hukum Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran yang Ditinjau Dari Perpu No. 1
Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Sudin Perhubungan Jakarta Utara),
diantaranya sebagai berikut :
1. Aggaran tidak seragam
Pentingnya penyeragaman biaya (standar biaya) untuk setiap jenis biaya atau
belanja adalah untuk mengurangi potensi “kecemburuan sosial” antara unit-unit
pengguna anggaran. Sayangnya sering kali di beberapa instansi belum memiliki
standar biaya yang bisa dijadikan patokan khususnya di suku dinas
perhubungan Jakarta Utara. Hasilnya, tidak ada kendali pada unit pengguna
anggaran dalam mengusulkan nominal anggaran pada biaya-biaya yang disajian
dan bisa saja bagian perencanaan anggaran di kantor pusat akan mendapati
kesenjangan nominal pada biaya-biaya tertentu yang selisihnya bisa relatif
9
banyak.
2. Menyalin anggaran tahun sebelumnya
Hal ini hampir sering terjadi di beberapa instansi khususnya di suku dinas
perhubungan Jakarta Utara. Dimana menyalin anggaran tahun lalu yang
kemudian menaikkan nominalnya sekian persen merupakan jalan pintas untuk
menyusun anggaran dengan cepat. Tentunya hal ini tidak disarankan karena
pastinya visi instansi setiap tahunnya berbeda, yang juga akan berpengaruh
pada kegiatan-kegiatan yang dianggarkan pada tahun tersebut, namun jika tidak
dengan perincian yang detail dikhawatirkan adanya penyalahgunaan dana
anggaran dimana besaran margin dari dana yang di anggarkan belum tentu
sesuai dengan anggaran yang akan dipakai saat ini.
3. Lemahnya kemampuan sumber daya manusia
Masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia yang dimaksud ialah
pegawai dinas perhubungan Jakarta Utara yang belum merata ditiap unit kerja
dan divisi kerja, ini akan menjadi kendala dimana kurang ahlinya tiap pegawai
yang hanya diwakili oleh sedikit pegawai yang ahli akan memicu konflik
internal dimana itu seharusnya tidak terjadi dan akan memperlambat proses
kerja dari masing-masing tugas terkait

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penegakan Hukum Terhadap
Penyalahgunaan Dana Anggaran Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perpu) No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan
Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Sudin
Perhubungan Jakarta Utara), maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penegakan Hukum yang dilakukan oleh Suku Dinas Perhubungan Jakarta Utara
Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran Ditinjau Dari (Perpu) No. 1 Tahun 2020
pada dasarnya sangat diperlukan sehingga dapat mengetahui aturan yang benar
mengenai penganggaran dana. Dalam penegakannya diberlakukan sanski bagi para
pelanggar yang mana tertuang dalam Undang-Undang, yaitu :

a) Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 1999,

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

10
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

b) Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

2. Kendala yang dialami oleh Dinas Perhubungan dalam rangka Penegakan Hukum
Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran yang Ditinjau Dari Perpu No. 1 Tahun
2020, ialah masih kurang baik nya pengelolaan dan perencaan dibidang
penganggaran, dimana seringnnya terjadi Anggaran tidak seragam, Cara pintas yang
diambil dengan menyalin anggaran tahun sebelumnya yg menimbulkan
kekhawatiran adanya tindak penyalahgunaan, dan lemahnya sumberdaya manusia
(pegawai dinas perhubungan) dalam hal pengetahuan tentang penganggaran dana.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Penegakan


Hukum Terhadap Penyalahgunaan Dana Anggaran Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Covid-19 (Studi
Kasus Sudin Perhubungan Jakarta Utara), maka penulis memberi saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan langkah upaya penegakan yang dilakukan oleh suku dinas


perhubungan Jakarta utara terhadap penyalahgunaan dana anggaran yang ditinjau
dari (Perpu) No. 1 Tahun 2020, penulis ingin memberi saran bahwasanya harus ada
langkah upaya yang diambil diluar pemberian sanski terhadap pelanggar. Perlu
adanya Pengawan ekstra dan Sistem yang bersifat transparan, agar dapat
meminimalisir tindak penyalahgunaan serta menjadi alat antisipasi awal yang dapat
diartikan sebagai upaya pencegehan.

11
2. Suku Dinas Perhubungan perlu untuk mengoptimalkan kinerja pegawai Dishub,
untuk itu perlu adanya peningkatan sumber daya manusia bagi pegawai Dinas
Perhubungan, seperti mengikuti diklat-diklat kepelatihan atau studi banding
berkordinasi dengan instansi-instansi lain terkait program kerja suku dinas
perhubungan Jakarta utara.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Lexi J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007)
Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum, (Universitas Indonesia, Jakarta, 2011)
Arikunto, Suharsimi. Metodologi Penelitian. (Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta, 2002)
Sumber: Buku Akuntansi Sektor Publik oleh Indra Bastian (2010:208)
Hamidi, jazim dkk, 2011. Optik hukum peraturan daerah bermasalah. Jakarta, PT.
Prestasi Pustakaraya
Moleong J. Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung.PT. RemajaRosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung. Alfabeta.
Krina, Loina Lalolo. 2003. Indikator dan Prinsip Akuntabilitas dan Transparansi dan
Partisipasi. Jakarta.
Kristianten, 2006. Transparansi Anggaran Pemerintah. Jakarta: Rineka Cipta.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan.
2000.
Akuntabilitas, dan Good Governance. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara dan
Badan

12
Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan
Daerah. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta :
ANDI.
Prasetio, Yudi. 2013. Media pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press.
Hamidi, jazim dkk, 2011. Optik hukum peraturan daerah bermasalah. Jakarta, PT.
Prestasi Pustakaraya.
Moleong J. Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung.PT. RemajaRosdakarya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Edisi Revisi
Bandung. Alfabeta.
Zainal A. Abidin Farid. 1995. Hukum Pidana I. Jakarta: Sinar Grafika
Waluyo,Bambang. 2002. Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Sudaryono & Natangsa Surbakti. 2005. Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana.
Hamzah Andi . 2001. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta : Rineka
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi
Marpaung Laden . 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945


https://www.kemenkeu.go.id/media/14788/perpu-nomor-1-tahun-2020
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/135060/perpu-no-1-tahun-2020

13

You might also like