You are on page 1of 13

SISTEM TANAM POLIKULTUR YANG

SESUAI UNTUK PENINGKATAN INCOME


ATAU PENDAPATAN PETANI KARET
Kelompok 5 - ETPT E
Anggota :
Amanda Salsa Fitria (150510210157)
Dieva Resmi Raina (150510210153)
Amanda Khaira (150510210053)
Salma Julianty Hidayat (150510210137)
Saffanah Nuurabiyyah (150510210190)
Syifa Izza Rustita (150510210170)
Zuhal Muhammad Hamis (150510210090)
Pendahuluan

Tanaman karet merupakan salah satu komoditas penting dalam sektor


pertanian Indonesia. Oleh karena itu, meningkatkan produktivitas dan
pendapatan petani karet sangat penting untuk mendukung ekonomi
nasional. Dalam hal ini, sistem tanam polikultur pada tanaman karet
dapat menjadi alternatif yang menjanjikan. Dengan mengkombinasikan
tanaman karet dengan tanaman lain, petani karet dapat meningkatkan
produktivitas lahan dan diversifikasi hasil panen, yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pendapatan mereka.

Salma Julianty H (150510210137)


Analisis Produktivitas Perkebunan
Karet di Indonesia

PR : Perkebunan Rakyat
PBN: Perkebunan Besar
Negara
PBS : Perkebunan Besar
Swasta

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan. Statistik Perkebunan Unggul


Nasional 2021-2023

Produktivitas di Indonesia menurun, karena:


Usia pohon karet umumnya sudah tua,
Produktivitas tenaga kerja masih tertinggal

Dieva Resmi Raina (150510210153)


Kendala sistem
tanaman karet
Perkebunan karet menyebabkan
penurunan laju transmisi cahaya
Ketersediaan yang cepat seiring bertambahnya
usia, yaitu dengan berkembangnya
cahaya dan tajuk pohon. Penurunan transmisi
cahaya yang cepat ini khas untuk
kompetisi unsur perkebunan karet. Tanaman sela
hara tidak hanya bersaing dengan karet
untuk mendapatkan cahaya tetapi
juga untuk air dan unsur hara.

Amanda Khaira_150510210053
Studi Kasus
Metode
Pada makalah ini berisikan gabungan tinjauan literatur dalam
databes ilmiah dengan pencarian literatur di google dan
google scholar. Istilah pencarian yang digunakan yaitu
"Rubber intercropping". Informasi yang di dapat antara lain
Sejarah budidaya karet dan tumpang sari
Pertimbangan dan kerangka skema pengolaan kondisi
kerja
Referensi ke ecsystem service (ESS)

Amanda Salsa Fitria (150510210157)


Hasil Studi Kasus
Hasil Analisis Tanah

Lahan tumpangsari dengan sistem


monokultur, intercropping sementara
dan permanen, intercropping permanen
rotasi panjang dan pendek
menggunakan sistem pengolahan tanah
intensif.
Sistem campuran secara permanen
(jungle rubber) tidak dilakukan
pengolahan tanah secara intensif.
Sistem tumpangsari karet dengan kakao
tidak terlalu berhasil akibat terjadinya
persaingan antar akar pada 75 cm
tanah top soil.
Tumpang sari karet - pisang berefek positif pada karet
tanpa penambahan pupuk.
Penggunaan tanaman penutup alami memiliki efek positif
yang serupa dengan tanaman penutup tanah leguminosa

Syifa Izza Rustita (150510210170)


Hasil Studi Kasus
Analisis Pengaruh Tumpang Sari
Tumpang sari di 'awal' memiliki dampak
yang menguntungkan untuk tanaman
karet itu sendiri.
Pada salah satu kasus, diungkapkan
bahwa tumpang sari di ‘awal’ dapat
menstimulasi pertumbuhan dan hasil
pada tanaman karet.
Pendekatan tumpang sari kedua adalah
untuk mempertahankan tanaman
tahunan ketika perkebunan karet mulai
membentuk sebuah naungan.
Di bawah kondisi suboptimal, naungan
dapat melindungi tanaman dari
overheating.

Saffanah Nuurabiyyah (150510210190)


Polikultur Karet, Apakah Untung?

Dari hasil studi kasus yang kami amati, sudah jelas bahwa metode
tumpangsari untuk tanaman karet dengan pisang sangat
menguntungkan bagi petani. Hal ini di dukung dengan hasil dari
tumpangsari karet dan pohon pisang yang membuat tanaman karet
tidak memerlukan penambahan pupuk. Selain itu, dengan metode
tumpangsari pada tanaman karet dapat menstimulasi petumbuhan dan
hasil tanaman karet. Dengan itu, petani karet dapat mengoptimalkan
anggaran untuk pembelian pupuk dan memaksimalkan NTP karet.

Zuhal Muhammad Hamis (150510210090)


Kesimpulan

Pola penanaman tumpang sari mempunyai dampak positif yang


signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan pohon karet. Pohon karet
yang ditanam dengan pola tumpang sari dapat dipanen untuk
mendapatkan lateks sekitar lima bulan lebih awal daripada pohon karet
yang ditanam secara monokultur. Meskipun hasil lateks per pohon per
penyadapan tidak selalu sama pada setiap perlakuan tumpang sari,
namun jumlah hasil lateks per hektar lebih banyak pada penanaman
dengan pola tumpang sari.

Salma Julianty H (150510210137)


Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Perkebunan. (n.d). Statistik Perkebunan Unggul Nasional 2021-2023.


Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Harahap, N., Segoro, B. (2018). Analisis Daya Saing Komoditas Karet Alam Indonesia ke Pasar Global.
Jurnal Transborders, 1(2).
Sahuri. (2020). Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Karet Melalui Sistem Tumpang Sari Berbasis
Karet. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 17(1).
Langenberger, G. dkk. (2017). Rubber intercropping: a viable concept for the 21st century?.
Agroforest Syst. 91: 577-596.
Terima Kasih

You might also like