You are on page 1of 4

Penggunaan Antibiotik yang Benar

dr. Amar Widhiani, Sp.A(K)


PENDAHULUAN

Penggunaan antibiotik untuk infeksi saluran napas atas pada anak faktor penting
menyebabkan timbulnya resistensi kuman terhadap antibiotik. 2 Didapatkan angka resistensi yang
tinggi dan prevalensi yang tinggi untuk kuman yang resisten terhadap banyak obat (multi-drug
resistant pathogens).3.4 Yang harus dikendalikan ialah pemakaian antibiotic yang tidak
rasional.
Penggunaan antibiotik yang benar pada anak
1. Indikasi penggunaan antibiotik?
– Beratnya kondisi pasien
– Lama pasien sakit: bila kondisi pasien tidak cepat memburuk, tidak perlu tergesa-
gesa mulai memberikan antibiotik
2. Spesimen untuk biakan dan uji kepekaan sudah diambil?
Terkadang pewarnaan sederhana dengan pulasan Gram (tanpa biakan) sudah dapat
memberikan informasi penting mengenai etiologi penyebab infeksi. Pengambilan
spesimen untuk biakan dilakukan sebelum pemberian antibiotik.
3. Etiologi infeksi?
Etiologi dan kepekaan kuman terhadap antibiotik tidak dapat dipastikan tanpa biakan dan uji
kepekaan.

Kesalahan yang lazim dilakukan ialah bahwa sebagian klinisi tidak membiasakan diri
berpikir etiologik. Kecenderungan untuk selalu memilih antibiotik berspektrum lebar dengan
harapan spektrum anti-bakterinya mencakup kuman penyebab infeksi.

4. Antibiotik apa yang menjadi pilihan utama?


Antibiotik pilihan untuk berbagai infeksi dapat dilihat di berbagai buku ajar. Keamanan,
Efikasi, Suitability, dan Biaya. Antibiotik yang mendapat skor tertinggi ialah yang paling
cocok untuk pasien yang bersangkutan.5 Antibiotik yang dipilih sebaiknya yang
spektrumnya sempit.

5. Pemberian kombinasi antibiotik?


a. kuman yang peka terhadap antibiotik yang berbeda.
b. Infeksi oleh mikroba tertentu yang sudah diketahui tidak boleh diobati dengan anti-mikroba
tunggal. Misalnya tuberkulosis, lepra, dan HIV.
c. Terapi awal pada infeksi berat. Pada keadaan ini terapi antibiotik harus dimulai segera,
karena keterlambatan terapi dapat berakibat sepsis.

d. Infeksi spesifik yang sudah terbukti terapi antibiotik tunggal tidak cukup untuk
mengatasi infeksi. Misalnya pada endokarditis bakterialis oleh Streptococcus viridans.
diberikan kombinasi benzil penisilin G dengan gentamisin.4

6. Faktor risiko pejamu (host) ?


a. Risiko khusus: adanya katup jantung buatan memerlukan kultur specimen
darah untuk biakan sebelum pemberian antibiotik dimulai.
b. Fungsi ginjal dan hati: Adanya gangguan fungsi ginjal tidak hanya memengaruhi
pilihan antibiotik, tapi juga mungkin memerlukan pengurangan dosis.6
c. Adanya neutropenia: dalam kondisi ini sebaiknya digunakan antibiotik yang
sifatnya bakterisidal.
d. Adanya kelainan genetik: penderita dengan defisiensi glukosa-6- fosfat
dehidrogenase cenderung mengalami hemolisis bila diberi kloramfenikol,
sulfonamid, atau primakuin.

7. Cara pemberian Antibiotik?


Cara antibiotik bekerja dipengaruhi oleh pola bunuhnya terhadap kuman (killing
pattern). Antibiotik (concentration dependent) harus tercapai kadar obat yang tinggi sekali
dalam darah. Umumnya diinginkan kadar puncak obat

dalam darah 10 kali lipat Kadar Hambat Minimal yang menghambat 90% kuman (KHM90).
Parameter (Area Under the Curve, AUC) terhadap KHM90 sebesar 125 untuk kuman
Gram negatif atau 30 untuk kuman Gram positif.8,9 Antibiotik (time dependent), cukup
dipertahankan di atas KHM90 selama 40% dari interval dosis.

8. Modifikasi terapi setelah hasil biakan?


Pada sepsis pemberian antibiotik kombinasi dengan dosis tinggi secara
IV dibenarkan. Bila kondisi pasien membaik dalam beberapa hari, maka dilakukan de-
eskalasi sesuai dengan hasil biakan.
9. Berapa lama terapi perlu diberikan dan apakah resistensi akan terjadi pada terapi
jangka lama?
Banyak klinisi berpendapat bahwa terapi antibiotik yang ideal adalah 5 hari
agar tidak terjadi resistensi. Pandangan ini tidak selalu benar karena sebenarnya
makin lama antibiotik diberikan, makin besar kemungkinan terjadinya resistensi.
Osteomielitis akut pada anak memerlukan pengobatan selama minimum 4
minggu. 5

Simpulan
Penggunaan antibiotik yang benar pada adalah menggunakan antibiotik menurut
pilihan, indikasi, cara pemberian, lama pemberian, dan pasien yang tepat. Dengan
demikian resistensi kuman maupun risiko efek samping dan biaya dapat ditekan.

Kepustakaan
1. Spellberg B, Guidos R, Gilbert D, Bradley J, Boucher HW, Scheld WM, et al.
The epidemic of antibiotic resistant infections: a call to action for the medical
community from the Infectious Diseases of America. Clin Infect Dis. 2008;46:155-
64.
2. Harnden A, Perera R, Brueggeman AB, Mayon-White R, Crook DW, Thomson
A. Respiratory infections for which general practitioners consider prescribing
antibiotic: a prospective study. Arch Dis Child. 2007;92:954-7.
3. Nyquist AC, Gonzales R, Steiner JF, Sande MA. Antibiotic prescribing for children
with colds, upper respiratory tract infections, and bronchitis. J Am Med Assoc.
1998;279:875-7.
4. Larsson M, Kronvall GG, Chuc NTK, Karlsson I, Lager F, Hanh HC, et al.
Antibiotic medication and bacterial resistance to antibiotics: a survey of children in
a Vietnamese community. Trop Med Int Health. 2000;711-21.
5. World Health Organization Action Program on Essential Drugs. Guide to Good
Prescribing,. Genewa: World Health Organization; 1994.
6. Westphal JF, Jehl F, Vetter D. Pharmacological, toxicological and microbiological
considerations in the choice of initial antibiotic therapy for serious infections in
patients with cirrhosis of the liver. Clin Infect Dis. 1994;18:324-35.
7. Masterton RG. Antibiotic de-escalation. Crit Care Clin. 2011;27:149-62.
8. Nightingale CH, Murakawa T. Microbiology and pharmacokinetics. In :
Nightingale CH, Murakawa T, Ambrose PG, penyunting. Antimicrobials
pharmacodynamics in theory and clinical practice. New York: Marcel Dekker
Inc; 2002. h. 23-39.
9. Kim MK, Nicolau D. Aminoglycoside pharmacodynamics. Dalam : Nightingale
CH, Murakawa T, Ambrose PG, penyunting. Antimicrobials pharmacodynamics
in theory and clinical practice. New York: Marcel Dekker Inc; 2002. h. 125-253.

You might also like