You are on page 1of 26

DEWAN ENERGI NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA

TRANSISI ENERGI NASIONAL DALAM KERANGKA PEMBARUAN KEN DAN RUEN


DISAMPAIKAN PADA WEBINAR “PEMBARUAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
SERTA TANTANGAN MENUJU NET ZERO EMISSION 2060, JAKARTA, 20 OKTOBER 2022

SATYA WIDYA YUDHA – ANGGOTA UNSUR PEMANGKU KEPENTINGAN

1
ISU STRATEGIS TRANSISI ENERGI MENUJU NET ZERO EMISSION

Peta jalan transisi energi disusun untuk memberikan masukan dalam pembaruan KEN dan RUEN dimana perlu adanya keselarasan dengan
strategi dan arah kebijakan perubahan iklim (NDC & Long - Term Strategy for Low Carbon & Climate Resilience/LTS-LCCR) 2060 atau lebih cepat.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perlambatan Faktor internal yang mempengaruhi perlambatan
transisi energi, antara lain: transisi energi, antara lain:
a. Penyelenggaran keamanan dan ketahanan energi selama masa transisi akan
a. Krisis UK 2021: Produksi listrik dari pembangkit ET turun karena cuaca membutuhkan biaya yang sangat mahal.
beralih ke gas, dimana harga gas tinggi (5x) akibat kurang pasokan dan b. Harga BBM yang tinggi berdampak pada tingginya subsidi yang menjadi
tingginya kebutuhan. beban fiskal.
b. Krisis Cina 2021: Sumber ET belum dapat mencukupi peningkatan c. Menghindari fenomena locked-in sistem energi fosil, pemerintah perlu
kebutuhan listrik sementara batubara telah dibatasi. mengelola “brown assets” yang sudah terbangun dan berpotensi menjadi
c. Krisis India 2021: Aktivitas pemulihan ekonomi dan kebutuhan listrik stranded assets atau aset terdampar.
meningkat, dimana batubara masih mendominasi pembangkit listrik. d. Pencapaian pertumbuhan ekonomi untuk keluar dari middle income trap
d. Krisis energi, pangan, dan ekonomi global berpotensi memberikan apabila tidak mencapai angka 6% (dimana threshold high income sekitar
tekanan yang kuat terhadap pertumbuhan negara-negara di dunia terutama 12.695 USD per kapita), maka Indonesia gagal menjadi negara maju.
negara berkembang yang memiliki ketergantungan terhadap ekspor e. Inovasi dan penerapan teknologi yang tidak tepat untuk mendukung
komoditas. tahapan transformasi sektor terutama ekonomi dan sosial, yang akan menjadi
e. Perang Rusia dan Ukraina menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga penentu waktu terjadinya peak emission dan net zero emission.
energi dan volatilitas harga komoditas. f. Penentuan target penurunan emisi GRK sektor energi akan sangat
f. Perang Dagang China dan USA dan Kebijakan Bank Sentral USA yang berpengaruh dalam transisi menuju net zero emission di 2060 or sooner (target
dapat mempengaruhi nilai tukar dan daya saing. tingkat emisi sektor energi sebesar 87 juta ton CO2 yang dapat diserap sektor
kehutanan, namun perlu upaya sangat besar).

2
KOMITMEN INDONESIA TERKAIT MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Nationally Determined Contribution 2030 & Net Zero Emission 2060

• Komitmen penurunan Penyampaikan komitmen Penandatanganan Paris Penyampaian perangkat Submisi dokumen Updated Penyampaian komitmen
emisi GRK global penurunan emisi GRK tahun Agreement pada acara ratifikasi Paris Agreement NDC & LTS-LCCR 2050 mencapai Net Zero Emission
• Adaptasi perubahan 2030 sebesar 29% - 41% High-Level Signature (UU No 16 /2016) dan pada tahun 2060
iklim (dibandingkan BaU). Ceremony for Paris dokumen First NDC
Agreement di Markas Indonesia ke UNFCC
Besar PBB

COP 21 RATIFIKASI PARIS RATIFIKASI PARIS


PIDATO PRESIDEN UPDATED NDC & LTS LCCR COP 26 GLASGLOW
PARIS AGREEMENT AGREEMENT AGREEMENT
(Desember 2015) (Juli 2021) (November 2021)
(Desember 2015) (April 2016) (November 2016)

UNFCC : The United Nations Framework


Convention on Climate Change
NDC : Nationally Determined Contribution
LTS-LCCR : Long Term Strategies for Low Carbon
and Climate Resilience
COP : Conference of the Parties

3
REALISASI & TARGET BAURAN ENERGI PRIMER (PP NO.79/2014)
KEN 2021 2025 2050 • Target EBT 23% di 2025: kontribusi Pembangkit EBT sekitar 75% dari total 92,2 MTOE atau 45,2 GW.
Bauran EBT 12,16% 23% 31% • Target EBT 31% di 2050: kontribusi Pembangkit EBT sekitar 75% dari total 315,7 MTOE atau 167,7 GW.
Penyediaan Energi
210 MTOE > 400 MTOE > 1.000 MTOE
Primer
Kapasitas Pembangkit 74,5 GW > 115 GW > 430 GW
EBT
24%
Elastisitas Energi Final NA <1 <1 2050 MINYAK BUMI
Konsumsi Listrik
935 KWh 2.500 KWh 7.000 KWh
/Kapita/Tahun
1.000 31%
BATUBARA
Rasio Elektrifikasi 99,45% 100% 100% 25% MTOE GAS BUMI
Pemanfaatan Energi
0,8 TOE/kapita 1,4 TOE/kapita 3,2 TOE/kapita
2025
Primer
20% 22%

30% 400
23%
18%
14.52%
15.69% 30.00 MTOE
16%
14% 11.61% 12.26%
13.41% 25.00
12,16%
2021*
12% 9.83% 10.43% 10.93% 20.00 18,87 25%
10% 12.16% %
11.28% 15.00
8%
8.61% 9.18%
6% 10.00 210 • Tahun 2021: Capaian EBT terdapat gap 32,4% (99,5 MTOE) dari target
4% 6.13% 6.66% 32,24
4.97% 5.00 MTOE 307,45 MTOE.
2% 8.41 11.73 12.45 17.65 20.05 22.74 25.27
%
0% 0.00 • Kontribusi Pembangkit EBT hanya sekitar 7,7% (16,1 MTOE atau 11,5 GW)
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 NEGP 37,19% dari capaian 12.16% (207,9 MTOE)
(RUEN)
Target
Achievement (MTOE) RE Target in Energy Mix Achievement
*)Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2021
4
TANTANGAN DAN PELUANG UNTUK MENCAPAI TARGET BAURAN ENERGI PRIMER (PP KEN)
• Indonesia memiliki peluang potensi ET tersebar dan beragam.
• Tantangan dalam optimalisasi pemanfaatan potensi ET untuk daerah setempat terutama wilayah 3T

5
STRATEGI DEKARBONNISASI ENERGI MENUJU NET ZERO EMISSION
KETERSEDIAAN, TEKNOLOGI BERSIH
ENERGI FOSIL AKSESIBILITAS, ENERGI KETAHANAN ENERGI
TERJANGKAU, (a.l: CCU, CCUS, Net
PEDULI
FOSIL Carbon Sink)
LINGKUNGAN, KEMANDIRIAN ENERGI
KOMPETITIF
PERCEPATAN KENDARAAN PEMBANGUNAN YANG
PENGEMBANGAN LISTRIK BERKELANJUTAN
EBT BATERAI
ENERGI BARU
HIDROGEN PEMBANGUNAN
TERBARUKAN
SMARTGRID, RENDAH KARBON DAN
KONSERVASI KETAHANAN IKLIM
SMART
ENERGI
ENERGY
Fase Dekarbonisasi Fase Desentralisasi Fase Digitalisasi
Sekarang: sistem energi berbasis fosil Transformasi energi Kedepan: sistem energi berbasis listrik

Sumber: Data diolah DEN


6
KEBIJAKAN DAN REGULASI EBT UNTUK MENDUKUNG TRANSISI ENERGI
KEBIJAKAN EBT
Kebijakan yang komprehensif diperlukan untuk
menciptakan iklim investasi pengembangan EBT yang
berkelanjutan dan adil serta meingkatkan kesejahteraan
bagi masyarakat. RUU EBT akan memiliki peran, sebagai
berikut:
• Memberikan kepastian hukum
• Memperkuat kelembagaan dan tata Kelola
• Menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi
investor
• Mengoptimalkan sumber daya EBT dalam mendukung
pembangunan industry dan ekonomi nasional
• Memperkuat pendanaan EBT

REGULASI HARGA ET
1. Kewajiban PLN untuk membeli Listrik dari PERPRES NO. 112
Pembangkit EBT TAHUN 2022
2. Mencakup seluruh jenis pembangkit listrik berbasis HARGA ET
energi terbarukan
3. Harga jual EBT ditentukan berdasarkan
kesepakatan para pihak dan penetapan
Pemerintah Pusat dalam bentuk harga
patokan tertinggi dengan tetap
memperhatikan nilai keekonomian yang wajar.
4. Insentif Fiskal dan Non-fiskal untuk Pengembang
Pembangkit Listrik berbasis EBT.

7
ASUMSI PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDUDUK
PROYEKSI PENDAPATAN PER KAPITA 7%
• Bappenas (Paparan Deputi Ekonomi, 2021): Skenario sebelum
20000 (USD per Kapita, Atlas Method) pandemi mensyaratkan pertumbuhan ekonomi 5,7 persen/tahun
untuk menjadi negara maju pada tahun 2036. Tetapi, pasca
16000 6% pandemi pencapaian pertumbuhan 6 persen baru akan membawa
Indonesia menjadi negara maju (lepas dari middle income trap)
Threshold high
income, 12695 pada tahun 2043 dimana threshold high income (PDB/Kapita)
5%
12000 sebesar USD 12.695 per Kapita
• Hasil kajian DEN dan LPEM UI: Prakiraan pertumbuhan rata-rata
PDB mencapai 6% per tahun periode 2022 s.d. 2038 dimana
8000
PDB/Kapita mencapai USD 13.818 per Kapita (telah melewati
Threshold lower-middle batas threshold) di 2045. Pemodelan proyeksi terdiri dari skenario
income; 4096
4000 pertumbuhan rata-rata PDB 2019-2060 sekitar 5,2% dan 5,9%.
Pada tahun 2022, Indonesia kembali
menjadi upper-middle income Asumsi Makro Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060
country
0
Penduduk Juta Jiwa 270 272 275 277 280 282 294 304 313 319 324 328 330
2027

2034

2042
2021
2022
2023
2024
2025
2026

2028
2029
2030
2031
2032
2033

2035
2036
2037
2038
2039
2040
2041

2043
2044
2045

Pertumbuhan
% 1.07% 1.04% 1.00% 0.97% 0.94% 0.91% 0.78% 0.64% 0.51% 0.39% 0.27% 0.20% 0.10%
Penduduk

Pertumbuhan
% -2.02% 3.38% 5.14% 6.85% 6.58% 6.26% 5.98% 5.85% 5.66% 5.54% 5.26% 4.93% 4.77%
PDB
PDB per Kapita USD/kapita 4,012 4,116 4,287 4,538 4,793 5,048 6,532 8,387 10,794 13,818 17,627 22,255 27,928

8
SINERGI INOVASI TERPADU UNTUK DEKARBONISASI SISTEM ENERGI

• Inovasi di berbagai dimensi sektor energi


• Inovasi mendorong proses transisi energi dan
mendekarbonisasi sektor energi.
• Pendekatan inovasi terpadu lintas sektor diperlukan
untuk mengurangi biaya teknologi rendah karbon (prioritas
utama) dan solusi teknologi yang signifikan untuk
dekarbonisasi sektor energi.
• Inovasi dan skala ekonomi bagi sumber pembangkit listrik
energi terbarukan menarik secara ekonomi (khususnya
teknologi hijau baru seperti hidrogen)

• Sistem sosial-ekonomi sangat berpengaruh terhadap


kecepatan transisi yang diperlukan untuk menstabilkan
pemanasan global pada 1,5°c.
• Kebijakan sosial dan ekonomi, berdasarkan kerangka kerja
kolaboratif, dapat mengatasi dimensi fairness dan keadilan,
baik nasional maupun antar negara.
Sumber: World Energy Transitions Outlook, IRENA 2021
9
PERUBAHAN PARADIGMA: DEKARBONISASI ENERGI SEBAGAI MODAL PEMBANGUNAN
UU No. 30/2007 TTG ENERGI
Mendukung pembangunan nasional secara Tersedianya sumber energidari dalam negeri untuk pemenuhan
berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi kebutuhanenergidalamnegeridanpemenuhankebutuhan bahan baku
nasional industri dalamnegeri.
PP NO. 79/2014 TTG KEBIJAKAN KONSEP PEMBARUAN KEN
ENERGI NASIONAL (KEN)
Memaksimalkan pemanfaatan Pembatasan ekspor gas bumi di tahun 2025 dan prioritas
1. Kemandirian dan Ketahanan Energi EBT dan teknologi rendah pemanfaatan untuk domestik sebagai jembatan transisi
karbon sesuai tingkat energi pengganti BBM dan batubara
dicapai dengan memanfaatkan keekonomian
energi sebagai modal Kementerian Keuangan & Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas mengalokasikan
pembangunan Meningkatkan pemanfaatan gas Pendanaan Transisi Energi, melalui
sebagai bridging transition untuk
2. Engoptimalkan pemanfaatan energi domestik daripada ekspor • Insentif fiskal dan non fiskal
• APBN/APBD
untuk: • Pendapatan dari energi tak terbarukan (pungutan
• Pembangunan ekonomi nasional Mengurangi pemanfaatan ekspor, endowment funds/dana abadi, pajak/PNBP)
batubara sebagai bahan bakar
• Penciptaan nilai tambah di dalam dan meningkatkan nilai tambah Peningkatan:
negeri sebagai bahan baku industri • Pertumbuhan ekonomi hijau mencapai 6% untuk
• Penyerapan tenaga kerja keluar dari middle-income trap sebelum tajun 2043
dan menjadi negara maju di 2045
Meningkatkan ekonomi hijau
yang berkelanjutan • Pertumbuhan industri hijau
 Pasal 6 dan 7 PP No.79/2014 • Penyerapan tenaga kerja untuk green jobs

10
10
BAURAN ENERGI PRIMER DALAM TRANSISI MENUJU NZE
Skenario Pertumbuhan
PDB rata-rata 5,2%

271 441 577 824


MTOE MTOE MTOE MTOE

Skenario Pertumbuhan
PDB rata-rata 5,9%

271 495 700 946


MTOE MTOE MTOE MTOE

Sumber:Hasil perhitungan sementara

11
PEMBARUAN ASUMSI & SASARAN KEN DALAM TRANSISI MENUJU NZE
KEN 2025 2035 2045 2060
Penduduk 282 304 319 330
PDB 1.298 Miliar USD 2.325 – 2.498 Miliar USD 3.894 – 4.816 Miliar USD 7.879 – 10.208 Miliar USD
Pertumbuhan PDB 5,7% 5,7% - 6,7% 5,0% - 6,2% 4,1% - 4,2%
PDB per Kapita USD 4.595 USD 7.643 – USD 8.211 USD 12.208 – USD 15.099 USD 23.848 – USD 30.897
Bauran EBT 23% 29% - 31% 43% - 44% 61% - 62%
Penyediaan Energi Primer 271 MTOE 441 MTOE – 495 MTOE 577 MTOE – 700 MTOE 824 MTOE – 946 MTOE
Kapasitas Pembangkit 100 GW 187 -210 GW 375 -415 GW 679 – 733 GW
Elastisitas Energi Final < 1 (0,94) < 1 (0,56-0,71) < 1 (0,33-0,38) <1 (0,22-0,23)
Konsumsi Listrik /Kapita/Tahun 2.100 KWh 2.209 KWh -2.713 KWh 3.079 KWh – 4.187 KWh 5.500 KWh – 6.500 KWh
Rasio Elektrifikasi 100% 100% 100% 100%
Pemanfaatan Energi Primer per
1,0 TOE 1,4 TOE – 1,6 TOE 1,8 TOE – 2,2 TOE 2,5 TOE – 2,9 TOE
Kapita
Pemanfaatan Energi Final 201 MTOE 306 MTOE -329 MTOE 376 TOE – 425 TOE 445 MTOE – 497 MTOE
Pemanfaatan Energi Final per
Kapita
0,71 TOE 1,00 TOE – 1,08 TOE 1,18 TOE – 1,33 TOE 1,35 TOE – 1,51 TOE*)
• EBT menjadi tren hingga 23% pada tahun 2025 dan 61% - 62% pada tahun 2060.
• Gas memiliki tren yang meningkat hingga tahun 2040 sebagai jembatan transisi energi menggantikan minyak dan batu bara.
• Minyak mentah memiliki tren penurunan dari tahun 2040 hingga 2060 (Penurunan minyak mentah digantikan oleh Biofuel secara bertahap B30 menjadi
B50).
• *) Asumsi pendekatan backcasting konsumsi energi final per kapita Indonesia dapat melebihi dunia, dimana pada tahun 2020:1.32 TOE; 2060: 1,5 TOE (IEA, WEC).

12
PETA JALAN TRANSISI ENERGI MENUJU NET ZERO EMISSION
2021- 2025 2026-2030 2031- 2035
• EBT : 23 % (a.l surya, panas bumi, hidro, bioenergi) • EBT : 25% (a.l surya, hidro; panas bumi, • EBT : 29% - 31% (a.l surya, hidro, panas bumi,
• Tingkat emisi GRK: 774 jt Ton CO2 tahun 2025 bioenergi) bioenergi, hidrogen);
• Jargas : 5 Jt RT; Kompor Listrik : 2 Jt RT • Tingkat emisi GRK: 1.030 jt Ton CO2 di • Perkiraan puncak tingkat emisi 1.081 jt Ton
• KBLBB : 1 jt mbl dan 6 jt motor 2030
• BBG : 200 rb mbl, 100 (kapal & kereta api)
CO2 – 1.165 jt Ton CO2 di 2035
• Jargas 5.8 jt RT, Kompor Listrik: 5 jt RT • Jargas 10.8 jt RT; Kompor Listrik : 10 jt RT
• DME : 1,4 jt Ton
• KBLBB 2 jt mbl dan 13 jt motor, Hidrogen
• Zero flaring gas • KBLBB 3 jt mbl dan 20 jt motor, Hidrogen 2,3
• Uji coba co-firing di 45 lok PLTU & implementasi 25 lok
0,7 MTOE
• BBG 440 rb mbl, 257 (kapal & kereta api) MTOE
• Konservasi dan efisiensi energi 150 jt SBM.
• Kilang biorenergi COD: Cilacap fase I 2022, fase II 2024, • DME : 2,6 jt Ton • BBG 500 rb mbl, 300 (kapal & kereta api)
Katalis Merah Putih 2023, CPO Hydrogeneration 2023, Plaju • Menghentikan impor bensin & LPG • DME : 3,8 jt Ton
2024) • Konservasi dan efisiensi energi 350 jt • Retirement PLTU tahap 1
• UU 7/2021 Pajak Karbon, RUU EBT, Perpres 98/2021 NEK, SBM
• Konservasi dan efisiensi energi 600 jt SBM
Perpres No.112/2022 Harga Listrik pembangkit ET, konversi • 50% PLTD tergantikan gas dan EBT
PLTD ke gas & EBT • Konsumsi listrik per kapita: 1.362 KWh • Tidak ada PLTD
• Pabrik baterai menerapkan teknologi ekonomi sirkular. • Konsumsi listrik per kapita: 2,209 KWh -2,713
• Kemenkeu sedang menyiapkan Climate Change Fiscal KWh
Framework, Carbon Reduction Fund dan Clean Energy Fund.
• Konsumsi listrik per kapita: 2.100 KWh

2036-2040 2041-2050 2051- 2060


• EBT : 37%-38% (al. surya, hidro, panas bumi, • EBT : 53% (al. surya, hidro, panas bumi, • EBT : 61%-62% al. surya, hidro, panas bumi,
bioenergi, angin, nuklir, hidrogen) bioenergi, angin, nuklir, hidrogen) bioenergi, angin, nuklir, hidrogen)
• Tingkat emisi GRK: 942 – 1,064 jt Ton CO2 • Tingkat emisi GRK: 603 - 719 jt Ton CO2 • Tingkat emisi GRK: 129 jt Ton CO2 seluruhnya
• Jargas : 15,5 jt RT; Kompor Listrik: 15 jt RT diserap sektor kehutanan sehingga tercapai NZE
• KBLBB 4 jt mbl dan 25 jt motor, Hidrogen 3,9 • Jargas : 20,5 jt RT; Kompor Listrik: 20 jt RT
• Jargas : 23 jt RT; Kompor Listrik: 52 jt RT
MTOE • KBLBB 5 jt mbl dan 30 jt motor, Hidrogen
• KBLBB 6 jt mbl dan 35 jt motor, Hidrogen 8,9 MTOE
• BBG 550 rb mbl, 310 (kapal & kereta api) 6,6 MTOE
• BBG 650 rb mbl, 330 (kapal & kereta api)
• DME : 4 jt Ton • BBG 600 rb mbl, 320 (kapal & kereta api) • Retirement ultra supercritical tahap 1 di 2045
• Retirement PLTU tahap 2 (10 GW) • Konservasi dan efisiensi energi 1.200 jt (24 GW) dan terakhir di 2055 (5 GW)
• Konservasi dan efisiensi energi 900 jt SBM SBMPenurunan • Konservasi dan efisiensi energi 1.700 jt SBM
• Konsumsi Listrik per kapita: 2,586 KWh – 3,505 • Konsumsi Listrik: per kapita 5.500 KWh-6.500 KWh
• Konsumsi listrik per kapta: 3.675 KWh –
KWh
www.den.go.id
www.den.go.id Dewan Energi Nasional 4.754 KWh @dewanenergi
@dewanenergi dewanenergi dewan
dewan energi 13
13
www.den.go.id
energi
PROYEKSI EMISI GRK SEKTOR ENERGI MENUJU NZE
SKENARIO PERTUMBUHAN RATA=RATA PDB 5,2% SKENARIO PERTUMBUHAN RATA-RATA PDB 5,9%
Transportation Residential Commercial Industrial Power sector Total Puncak Emisi

Puncak Emisi

2010 2019 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060 2010 2019 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060

Juta Ton CO2 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060 Juta Ton CO2 2025 2030 2035 2040 2045 2050 2055 2060
Transportation 194 248 240 245 224 150 134 100 Transportation 205 269 236 241 220 153 136 113
Residential 39 44 40 34 25 17 11 7 Residential 39 46 47 44 33 21 15 9
Commercial 1 1 1 1 1 1 1 2 Commercial 1 1 1 2 2 2 2 2
Industrial 208 296 325 371 372 345 169 21 Industrial 208 288 333 411 434 432 217 4
Power sector 332 441 475 291 174 90 54 0 Power 320 426 548 366 218 111 62 0
Total 774 1.030 1.081 942 796 603 370 129 Total 774 1.030 1.165 1.064 908 719 433 129

14
STRATEGI KEBIJAKAN & REGULASI UNTUK MENDUKUNG TRANSISI ENERGI MENUJU NZE

1. Strategi penerapan teknologi bersih sisi produsen dan sisi konsumen energi dan pengembangan smartgrid/smart city, a.l:
• Status terkini implementasi teknologi proven (CCS/CCUS, IGCC) untuk sektor industri dan pembangkitan listrik
• Tantangan dan dampak implementasi teknologi bersih terhadap biaya dan harga keekonomian
• Dukungan kebijakan untuk percepatan pemanfaatan teknologi bersih
• Roadmap pengembangan smartgrid dan tantangan pengembangan smartgrid/smart city

2. Strategi optimalisasi pengembangan EBT dan teknologi proven dan siap komersial, antara lain:
• Roadmap pengembangan EBT (a.l: panas bumi, surya, biomasa, air, hidrogen, DME) versi Badan Usaha dan Pemerintah
• Biaya dan harga keekonomian EBT serta keterjangkauan masyarakat
• Tantangan dan dukungan kebijakan rantai pasok EBT dan pengembangan infrastruktur
• Update status potensi/lokasi sumber daya dan cadangan EBT
• Kebutuhan lahan pengembangan EBT (a.l: hutan tanaman energi, perkebunan, sumber limbah/sampah, lahan
kritis/terlantar/reklamasi tambang)
3. Strategi pendanaan EBT dan teknologi bersih, antara lain:
• Kebutuhan dana program transisi energi (a.l: phase out PLTU, co-firing PLTU, teknologi bersih)
• Potensi-potensi sumber pendanaan (dalam & luar negeri) yang digunakan untuk mendanain transisi energi Indonesia
4. Strategi koservasi dan efisiensi energi, antara lain:
• Roadmap konservasi energi
• Tantangan dan dukungan kebijakan konservasi dan efisiensi energi sisi produsen dan konsumen energi

15
REKOMENDASI 7 LANGKAH PRIORITAS UNTUK
MENDUKUNG TRANSISI ENERGI MENUJU NZE

16
LANGKAH PRIORITAS 1
 Mandatori dan standar untuk mendorong
Mulai tahun 2020-an sebagai dekade investasi teknologi efisien di konsumen
ekspansi EBT secara besar-besaran. terutama industri.

 Target dan lelang yang kompetitif


mendukung percepatan EBT (a.l: PLT
angin dan PLTS) dalam transisi sektor
kelistrikan.

 Teknologi yang diperlukan untuk mencapai  Saat dunia terus bergulat dengan dampak
pengurangan emisi global telah tersedia dan  Penghapusan subsidi bahan bakar fosil,
pandemi Covid-19, gelombang investasi
kebijakan untuk mendorong penerapannya penetapan harga karbon, dan reformasi
dan pengeluaran untuk mendukung
sudah terbukti. pasar dapat memastikan sinyal harga yang
pemulihan ekonomi selaras dengan NZE.
sesuai.
Kebijakan harus diperkuat untuk
mempercepat penerapan teknologi
energi yang bersih dan efisien.  Kebijakan membatasi atau menyediakan
disinsentif untuk penggunaan bahan bakar
dan teknologi energi fosil (PLTU, boiler, gas
dan kendaraan BBM

 Pemerintah menyusun perencanaan dan


pemberian insentif untuk infrastruktur
besar-besaran investasi, termasuk dalam
smart city dan smart grid

17
LANGKAH PRIORITAS 2
Bersiaplah untuk fase transisi berikutnya
dengan meningkatkan inovasi.

 Inovasi energi bersih harus dipercepat  Biaya R&D perlu ditingkatkan dan  Dukungan untuk mempercepat
dengan cepat dimana pemerintah diprioritaskan, antara lain elektrifikasi, peluncuran proyek percontohan untuk
menempatkan R&D, demonstrasi dan hidrogen, bioenergi dan CCS/CCUS (saat meningkatkan investasi swasta dalam R&D
penerapan kebijakan energi dan perubahan ini, hanya sekitar sepertiga dari tingkat dan meningkatkan tingkat penerapan yang
iklim. pendanaan R&D lebih banyak membangun akan mengurangi biaya.
pembangkit listrik rendah karbon dan
teknologi efisiensi energi).  Mobilisasi dana publik diperlukan secara
global sesegera mungkin untuk
menyelesaikan portofolio proyek
percontohan sebelum 2030.

 Pengembangan dan penerapan teknologi


energi bersih akan menciptakan industri
baru yang besar, serta komersial dan
lapangan kerja peluang.

18
LANGKAH PRIORITAS 3
Program pembangunan rendah karbon
(dekarbonisasi) akan tumbuh dengan kuat
tetapi harus disebarkan secara luas

 Transisi energi perlu memperhitungkan  Transisi ke nol bersih (NZE) berpotensi  Biaya untuk peralatan yang lebih efisien, kendaraan listrik dan fuel
dampak sosial dan ekonomi pada individu dan peluang baru yang substansial untuk cell, dan retrofit bangunan dan konstruksi hemat energi akan
komunitas, dan melibatkan masyarakat ikut pekerjaan (IEA memperkirakan sekitar 14 membutuhkan tambahan pekerja. Peluang tersebut berada di
berpartisipasi. juta pekerjaan akan diciptakan di dunia lokasi, keahlian, dan sektor yang berbeda dari pekerjaan usaha
pada tahun 2030). bahan bakar fosil yang akan hilang dan trennya menurun.

 Perubahan struktural dapat menimbulkan guncangan bagi


masyarakat dengan dampak yang bertahan dari waktu ke waktu.
Kebijakan yang cermat diperlukan untuk mengatasi hilangnya
pekerjaan seperti dengan melatih kembali pekerja,
menempatkan fasilitas energi bersih baru di daerah yang terkena
dampak parah, dan memberikan bantuan secara regional

19
LANGKAH PRIORITAS 4
Tetapkan tonggak pencapaian jangka pendek
untuk mencapai target jangka panjang

 Pemerintah perlu menyediakan rencana  Pemerintah perlu menerapkan kerangka  Pemerintah perlu menetapkan tujuan jangka pendek dengan
langkah demi langkah yang kredibel untuk dan strategi kebijakan transisi energi jangka target dan kebijakan jangka pendek yang terukur.
mencapai tujuan NZE, membangun panjang menuju NZE secara nasional untuk
kepercayaan dengan investor, industri, memastikan para pemangku kepentingan
masyarakat, dan negara lain. bersinergi dalam mengelolatransformasi
sektor untuk mendukung transisi energi
(tidak ada perbedaan target).

20
LANGKAH PRIORITAS 5
Mendorong lonjakan bersejarah dalam
investasi energi bersih
 Memobilisasi modal untuk infrastruktur skala
besar dengan meningkatkan kerja sama
antara pengembang, investor, publik
lembaga keuangan dan pemerintah.
 Kebijakan perlu dirancang untuk mendorong  Percepatan penyaluran dana publik
terciptanya pasar dengan model bisnis baru internasional untuk mendukung transisi
dan memobilisasi dana swasta. energi dan sektor swasta untuk tambahan  Mengurangi risiko bagi investor sangat
investasi. penting untuk memastikan transisi energi
bersih yang berhasil dan terjangkau.

 Kertergantungan pada pendanaan publik


untuk proyek EBT dan fasilitas industri,
perlu mereformasi kerangka kebijakan dan
peraturan untuk menarik dana swasta.

 Aliran modal jangka panjang internasional


diperlukan untuk mendukung
pengembangan EBT dan teknologi bersih.

21
LANGKAH PRIORITAS 6
Atasi risiko ketahanan energi yang muncul
sekarang
 Potensi kerentanan (intermiten) dari
peningkatan pentingnya listrik termasuk
variabilitas pasokan dan risiko keamanan
siber.

 Memastikan pasokan energi tersedia, andal,  Fokus ketahanan energi akan terjadi
 Pemerintah perlu menciptakan pasar untuk
dan harga terjangkau dalam dalam trasnsisi pergeseran dimana ketergantungan pada
investasi baterai, solusi digital, dan jaringan
enrgi menuju NZE. EBT meningkat dan peran minyak dan gas
listrik yang fleksibel serta pasokan listrik
berkurang.
yang memadai dan andal.

 Meningkatnya ketergantungan pada mineral


yang dibutuhkan untuk teknologi utama
energi bersih dimana mekanisme rantai
pasok diperlukan untuk memastikan
ketersediaan pasokan yang tepat waktu dan
produksi yang berkelanjutan.

 Ketahanan energi fosil masih diperlukan


karena produksi minyak akan menjadi lebih
terkonsentrasi.

22
LANGKAH PRIORITAS 7
 Mempercepat inovasi, mengembangkan
Kerja sama internasional ke tingkat yang baru standar internasional dan koordinasi untuk
meningkatkan teknologi bersih perlu
dilakukan dengan cara menghubungkan
pasar nasional.
 Kerja sama internasional perlu mengakui
perbedaan dalam tahap perkembangan
negara yang berbeda dan situasi yang
 Semua negara perlu mengatasi tantangan  Pemerintah perlu bekerja sama secara berbeda dari bagian yang berbeda dari
global dalam transisi energi melalui tindakan efektif dan saling menguntungkan untuk masyarakat. Bagi banyak negara kaya,
yang terkoordinasi. menerapkan langkah-langkah koheren yang mencapai emisi nol bersih akan lebih sulit
bersifat lintas sektoral ( a.l: penciptaan dan mahal tanpa kerja sama internasional.
lapangan kerja domestik dan keuntungan Bagi banyak negara berkembang, NZE
komersial regional dengan kebutuhan global tanpa bantuan internasional tidak jelas.
kolektif untuk penerapan teknologi energi
bersih).  Dukungan teknis dan pendanaan diperlukan
untuk memastikan penyebaran teknologi
dan infrastruktur.

 Tanpa kerjasama internasional yang lebih


besar, emisi CO2 global tidak akan turun ke
nol bersih pada tahun 2060 or sooner.

23
TERIMA KASIH

DEWAN ENERGI NASIONAL


Jalan Gatot Soebroto Kav. 49 Jakarta Selatan 12950
Website: www.den.go.id
Phone: (021) 52921621
Email: sekretariat@den.go.id

24
ITEM PEMODELAN TRANSISI ENERGI
KLHK BAPPENAS KESDM DEN
Scenario LCCP – LTS LCCR (Update 18 Mei 2022- masih Pemodelan Transisi Energi
2050 dalam proses kaji ulang) Update 24 Juni 2022
A. Tools Pemodelan The AIM-EndUse-ExSS System Dynamic Leap dan Balmorel The AIM-EndUse-ExSS Model
Model (GAMS, General Algebraic Modeling System) v 24.0
(GAMS, General Algebraic
Modeling System) v 24.0

B. Asumsi Pemodelan

B.1 Pertumbuhan 5,15% per tahun (2019-2050) 5,83% per tahun (2019-2060) 5,82% per tahun (2019-2060) 6% per tahun (2020-2060)
Ekonomi rata-rata

B.2 Pertumbuhan 335 juta (2050); 335 juta (2050); 355 juta (2060) 331 juta (2060) 324 juta (2050); 330 juta (2060)
penduduk
C.Hasil Pemodelan
C.1 Proyeksi Total Tahun 2030: 281,8 MTOE Tahun 2030: 257,3 MTOE Tahun 2030: 193 MTOE Tahun 2030: 305 MTOE
Konsumsi Energi Final, Listrik: 77,4 MTOE (tanpa biomassa) Listrik: … MTOE Listrik: 35 MTOE
per jenis energi final EBT: 47,2 MTOE (Biomas: 15,3; Listrik: 45,3 MTOE EBT: … MTOE EBT: 62,6 MTOE (Biomas 42,2; Biofuel 20,4)
Biofuel: 31,9) Minyak: 131,9 MTOE BBM: … MTOE BBM: 77,2 MTOE
BBM: 81,6 MTOE Gas Alam: 68,1 MTOE Gas: … MTOE Gas: 53,4 MTOE
Gas: 46,2 MTOE Batubara: 11,9 MTOE Batubara: 10,8 MTOE Batubara: 75,4 MTOE
Batubara: 29,5 MTOE
Tahun 2050: 390,7 MTOE Tahun 2050: 306 MTOE Tahun 2050: 364 MTOE
Tahun 2050: 455,2 MTOE Listrik: 207,9 MTOE Listrik: …. MTOE Listrik: 106,7 MTOE
Listrik: 168,8 MTOE EBT : 92,4 MTOE (hydrogen) EBT: … MTOE EBT: 83,9 MTOE (Biomas 42,7; biofuel 34,6; hydrogen 6,6)
EBT: 119,9 MTOE (Biomas 41,9; Minyak: 36,1 MTOE BBM: … MTOE BBM: 36,5 MTOE
Biofuel 78) Gas Alam: 46,2 MTOE Gas: …. MTOE Gas: 53,4 MTOE
BBM: 47,4 MTOE Batubara: 8,1 MTOE Batubara: … MTOE Batubara: 84 MTOE
Gas: 96,3 MTOE
Batubara: 22,8 MTOE Tahun 2060: 700,3 MTOE Tahun 2060: 360 MTOE Tahun 2060: 402 MTOE
Listrik: 467,9 MTOE Listrik: …. MTOE Listrik: 150,3 MTOE
EBT: 231,2 MTOE (hydrogen) EBT: …. MTOE EBT: 68,8 MTOE (Biomas 5; Biomas+CCS 32; Biofuel 22,8;
Minyak: 0 MTOE BBM: …. MTOE hydrogen 9)
Gas Alam: 0 MTOE Gas: ….. MTOE BBM: 25,5 MTOE (BBM 19,2; BBM+CCS 6,3) 25
ITEM PEMODELAN TRANSISI ENERGI
KLHK BAPPENAS KESDM DEN
Scenario LCCP – LTS LCCR 2050 (Update 18 Mei 2022- masih dalam Pemodelan Transisi Energi
proses kaji ulang) Update 24 Juni 2022
C.2 Proyeksi Total Tahun 2030: 281,8 MTOE Tahun 2030: 257,3 MTOE Tahun 2030: 193 MTOE Tahun 2030: 304,6 MTOE
Konsumsi Energi Industri: 174,8 MTOE Industri: 102,2 MTOE Industri: 79 MTOE Industri: 165,5 MTOE
Final, per sektor Transportasi: 66,6 MTOE Transportasi: 105,5 MTOE Transportasi: 68 MTOE Transportasi: 87,6 MTOE
pengguna Rumah Tangga: 21,9 MTOE Rumah Tangga: 38,1 MTOE Rumah Tangga: 19,7 MTOE Rumah Tangga: 40,2 MTOE
Komersial: 14,1 MTOE Komersial: 11,5 MTOE Komersial: 9,9 MTOE Komersial: 11,3 MTOE
Lainnya:
Tahun 2050: 455,2 MTOE Tahun 2050: 390,7 MTOE Tahun 2050: 306 MTOE Tahun 2050: 364,6 MTOE
Industri: 261,7 MTOE Industri: 164,7 MTOE Industri: 139 MTOE Industri: 199,2 MTOE
Transportasi: 93,7 MTOE Transportasi: 93,4 MTOE Transportasi: 79 MTOE Transportasi: 100 MTOE
Rumah Tangga: 37,5MTOE Rumah Tangga: 117,0 MTOE Rumah Tangga: 22,9 MTOE Rumah Tangga: 41,4 MTOE
Komersial: 62,2 MTOE Komersial: 15,6 MTOE Komersial: 28,2 MTOE Komersial: 23 MTOE
Lainnya:
Tahun 2060: 700,2 MTOE Tahun 2060: 360 MTOE Tahun 2060: 402 MTOE
Industri: 250,1 MTOE Industri: 151 MTOE Industri: 220,4 MTOE
Transportasi: 188,6 MTOE Transportasi: 88 MTOE Transportasi: 106,8 MTOE
Rumah Tangga: 235,2 MTOE Rumah Tangga: 23,9 MTOE Rumah Tangga: 42,5 MTOE
Komersial: 26,4 MTOE Komersial: 42,4 MTOE Komersial: 32,5 MTOE
Lainnya:
C.3 Proyeksi Emisi Tahun 2030: 1031 MtCO2e Tahun 2035: 990 MtCO2e (puncak Tahun 2035: 686 MtCO2e Tahun 2035: 1061 Mton CO2e (puncak
Sektor Energi (puncak emisi) emisi) Pembangkitan: ~385 MtCO2e emisi)
Pembangkitan: 428 MtCO2e Pembangkitan: 440 MtCO2e Industri: 121,8 MtCO2e Pembangkitan: 419,7 MtCO2e
Industri: 241 MtCO2e Industri: 250 MtCO2e Transportasi: 174 MtCO2e Industri: 441,1 MtCO2e
Transportasi: 191 MtCO2e Transportasi: 276 MtCO2e Rumah Tangga: 19 MtCO2e Transportasi: 165 MtCO2e
Bangunan: 170 MtCO2e Rumah Tangga: 16 MtCO2e Komersial: 3,2 MtCO2e Rumah Tangga: 29,8 MtCO2e
Komersial: 16 MtCO2e Lainnya: 3,1 MtCO2e Komersial: 5,7 MtCO2e
Tahun 2060: 5,4 MtCO2e Puncak emisi tahun 2037 ~688 MtCO2e
Pembangkitan: 0,8 MtCO2e Tahun 2060: 129 MtCO2e Tahun 2060: 102 MtCO2e
Industri: 4,6 MtCO2e Pembangkitan: 0 MtCO2e Pembangkitan: 21,7 MtCO2e
Transportasi: 0 MtCO2e Industri: 57 MtCO2e Industri: -4,5 MtCO2e
Rumah Tangga: 0 MtCO2e Transportasi: 52 MtCO2e Transportasi: 41,4 MtCO2e
Komersial: 0 MtCO2e Rumah Tangga: 11 MtCO2e Rumah Tangga: 29,4 MtCO2e
Komersial: 4,8 MtCO2e Komersial: 14,8 MtCO2e
Lainnya: 4,2 MtCO2e
26

You might also like