You are on page 1of 17

Richer, Wiser, Happier: How the

World's Greatest Investors Win


Author William Green

Fiction? Non-Fiction

Genres Business Life Advice Self Development

Rating 5-Star

Date Finished @September 19, 2021

Notes Status Finished

Summarized by Fachrizal F. Baladraf

🚀 Deskripsi
Investor terbaik dunia menarik untuk dipelajari karena mereka adalah practical
philosophers. Prinsip, perjalanan hidup, dan kebiasaan mereka bisa kita teladani agar
kita menjadi pemikir yang lebih baik, dan mampu mengambil keputusan dengan baik.

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 1


✍ Top Quotes
To invest successfully over a lifetime does not require a stratospheric IQ, unusual
business insights, or inside information. What’s needed is a sound intellectual
framework for making decisions and the ability to keep emotions from corroding that
framework. (Warren Buffett)

You want to be structured to participate in the march of mankind, but to survive the
dips along the way. (Matthew McLennan)

I have 3 principles: Doubt, doubt, and doubt. (Francois Marie Wojcik)

We have 2 classes of forecasters: Those who don't know, and those who don't
know they don't know. (John K. Galbraith)

It's frightening to think that you might not know something, but more frightening to
think that, by and large, the world is run by people who have faith that they know
exactly what's going on. (Amos Tversky)

Market timing are a source of risk, not protection.

The future may be unpredictable, but this recurring process of boom and bust is
remarkably predictable.

Individually, we're smart. Collectively, we're stupid. (Francois Marie Wojcik)

Frase: The triumph of hope over experience (Samuel Johnson)

In the investment business, it's very hard to do the right thing, and it's impossible to
do the right thing at the right time (Howard Marks)

Most of the time, the end of the world doesn't happen (Howard Marks)

The real problem is this habit of clinging to or relying on what cannot last.

It is prudent to acknowledge that we're skating on thin ice and can never be sure
when it might crack.

All physical theories, their mathematical expressions apart, ought to lend


themselves to so simple a description that event a child could understand them.
(Albert Einstein)

The greatest enemy of a good plan is the dream of a perfect plan. (von Clausewitz)

A single piece of evidence can support multiple hypotheses (Richard Heuer)

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 2


All of humanity's problem stems from man's inability to sit quiet in a room alone.
(Blaise Pascal)

The difference between succesful people and really succesful people is that really
succesful people say no to almost everything. (Warren Buffett)

📒 Summary + Notes
1. THE MAN WHO CLONED WARREN BUFFETT
(Mohnish Pabrai)
How to succeed by shamelessly borrowing other people's best
ideas
Mohnish Pabrai mampu mengkloning kiat-kiat dan prinsip dari orang-orang sukses
di bidang yang ia minati, misalnya dari Warren Buffett / Charlie Munger.

Pabrai berani mengatasi rasa malu ketika ia menjiplak cara-cara orang lain & ia
cuek terhadap penilaian orang lain. Cara-cara itu lalu ia adjust agar sesuai dengan
kepribadiannya.

Jalani hidup dengan inner scorecard, miliki target sikap yang ingin anda tanamkan
pada diri sendiri, yang independen dari pengaruh eksternal.

Take a simple idea and take it seriously.

Kekuatan sesungguhnya datang dari kejujuran, integritas, dan kemauan untuk


menolong orang lain. Bila kita tidak jujur, kita memiliki weak spot.

Dalam hal bersosialisasi, perbanyak hang out dengan orang-orang yang lebih baik
dari kita: hang out sambil belajar.

Prinsip Pabrai dalam filantrofi sama seperti investasi dan bisnis: dengan cost yang
minimal, mampu menghasilkan output yang luar biasa. Yayasan Pabrai, Dakshana,
fokus mendidik anak-anak dari keluarga tidak mampu di India agar bisa memasuki
perguruan tinggi & mengubah nasib keluarganya.

2. THE WILLINGNESS TO BE LONELY (Sir John


Templeton)

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 3


To beat the market, you must be brave enough, independent
enough, and strange enough to stray from the crowd

It is impossible to produce superior performance unless you do


something different from the majority. (Sir John Templeton)

Templeton memiliki kebiasaan untuk tidak membuang-buang waktu, anti


procrastination, ia juga sering melakukan dua kegiatan secara simultan. Misal,
mengendarai sambil membaca doa-doa.

Templeton, Soros, & Buffett, memiliki willingness to be lonely. Mereka bersedia


berbeda pendapat dengan mayoritas pelaku pasar, dan tetap teguh memegang
keyakinan yang berbeda itu.

Opini Francois Rochon: Manusia prasejarah berevolusi menjadi masyarakat yang


komunal, it is safer with the crowd. Sifat itu terbawa hingga ke sebagian besar
manusia di masa sekarang, di mana ketika pasar sedang jatuh / naik, orang-orang
secara bergerombol akan meniru tindakan pelaku pasar lainnya (the crowd
madness).

Kebanyakan investor sukses, mereka cenderung 'Aspergerish', introvert, nontribal,


menjadikan mereka unemotional, mempunyai kecerdasan sosial yang rendah, dan
kemampuan numerasi yang baik.

Sementara itu, CEO, kebanyakan berkarakter ekstrovert, mereka mampu


mengkoneksikan diri dengan pekerja, client, dan orang lain dengan baik.

Tujuh prinsip investasi a la Templeton yang kontrarian:

1. Waspadai emosimu

2. Waspadai ketidaktahuanmu. Hanya beli emiten yang sudah kamu ketahui seluk
beluknya

3. Diversifikasi

4. Sabar

5. Pelajari emiten atau sektor mana yang underperform kinerjanya. Apakah


underperformance ini disebabkan karena hal yang sifatnya sementara atau
permanen?

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 4


6. Do not chase fads.

7. Waspada terhadap kalimat "This time is different."

3. EVERYTHING CHANGES (Howard Marks)


How can we make smart decisions when nothing stays the same
and future is unknowable? Ask Howard Marks
Satu kepastian yang dihadapi oleh setiap investor: Impermanence, keadaan yang
selalu berubah-ubah.

Howard Marks, mendalami investasi di bidang convertible, junk bond, bankruptcy


bond. Ia menghindari kelas aset yang efisien dan banyak diminati (misalnya saham-
saham perusahaan besar), & lebih memilih berinvestasi ke kelas aset yang
dihindari mayoritas pelaku pasar.

Marks menganggap luck memainkan peran penting dalam kesuksesan karirnya,


dikombinasikan dengan intelligence, hard work, & perseverance.

People who don't fully acknowledge their luck, miss the fact that
being intelligent is nothing but luck. No one does anything to
deserve a high IQ. (Howard Marks)

Dengan menganggap keberuntungan berperan dominan, ditambah dengan


kerendahan hati, membuat overconfidence Marks tetap terjaga.

Marks menghindari membuat forecast tentang masa depan dan berpartisipasi


dalam saham-saham yang future-oriented. Mengakui ketidakmampuan diri dalam
mem-forecast, membuat Marks dapat lebih fokus & meluangkan waktu terhadap
realita yang ada saat ini.

Dalam valuasi aset, Marks ingin tahu amount of market optimism yang ada.
Tingginya optimisme pasar, ditambah dengan ketidaktahuannya terhadap aset
tertentu, berpotensi mengundang kesalahan dalam berinvestasi.

Kita tidak perlu tahu apa saja yang berpotensi meluluhlantakkan market, cukup tahu
bahwa market itu rentan terhadap apapun.

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 5


Di tengah dinamisnya kehidupan, ada satu pattern permanen yang diamati oleh
Marks: almost everything is cyclical. Cyclicality sering luput dari perhatian investor
pada umumnya karena recency bias (peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini terkesan
akan terjadi untuk selamanya). Investor yang sukses mampu memanfaatkan
cyclicality ini.

Masalah bawaan sesungguhnya di pasar saham itu bukan volatilitas dan


siklikalnya, namun lebih ke investor-investor yang berpikir bahwa keadaan yang
terjadi saat ini akan terus terjadi ke depan.

Pikiran manusia juga memiliki kecenderungan untuk suppress painful memories,


lupa terhadap memori yang pahit dan bersiap untuk mengulanginya lagi. Untuk
mengatasi kecenderungan ini, penting untuk mempelajari sejarah pasar & ekonomi.

Marks juga mengumpulkan berita-berita tentang deal-deal yang bodoh sebagai


indikasi gejala dunia investasi saat ini.

Alih-alih fokus pada prediksi di masa depan, Marks mencoba untuk predict the
present, mengamati gejala-gejala yang tampak pada pasar, dan mencoba
mengetahui ada di siklus mana kondisi pasar saat ini. Seperti mengemudi, kita
perlu tahu apakah kondisi jalan licin, kasar, atau berkerikil, agar teknik mengemudi
yang digunakan cocok dengan kondisi jalan demi keselamatan.

Marks tidak berusaha mengontrol keadaan pasar, namun berusaha menerima


keadaan apa adanya, the environment is what it is, mengontrol respons terhadap
keadaan tersebut, dan beradaptasi.

Marks tidak pernah memandang masa depan sebagai suatu event tunggal yang
akan terjadi, namun memandangnya sebagai berbagai kejadian yang mungkin akan
terjadi dengan probabilitas masing-masing. Namun, ketika ketidakpastian sangat
tinggi, cukup bijak bila kita berpikir secara biner: misal apakah pasar saham akan
terjun bebas atau rebound kembali.

Skeptis tidak hanya bersikap pesimis, namun bisa juga bersikap optimis ketika
semua orang sedang pesimis.

Skepticism calls for pessimism when optimism is excessive. But


it also calls for optimism when pessimism is excessive (Howard
Marks).

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 6


Agar siap terhadap berbagai terjangan masalah, Marks menyarankan agar kita
tetap dalam kondisi antifragile. Bila kita berada di limit batas kita (Misal portofolio
penuh dengan leverage), ketika masalah mulai muncul, kita akan terbenam dengan
masalah. → Kaitan dengan circle of competence.

It is important to know that your antifragility comes from the


extent to which you are not at the limit. (Howard Marks)

4. THE RESILIENT INVESTOR


How to Build Enduring Wealth & Survive the Wildness that Lies in
Wait (Benjamin Graham)
Jean Marie Eveillard, fund manager berkebangsaan Perancis, banyak dipengaruhi
oleh Benjamin Graham dalam filosofi investasinya.

Mengingat background keluarga Graham yang pernah jatuh bangkrut, dan darah
Yahudi Eropa Timur yang rentan terhadap persekusi, mungkin membuat Graham
mengutamakan Margin of Safety dan diversifikasi dalam berinvestasi.

Eveillard sangat berhati-hati dalam memvaluasi saham, tipikal investor yang


konservatif. Ia keluar dari pasar saham Jepang ketika market cap Jepang mencapai
45% market cap dunia (lebih dari gabungan market cap US & UK). Keputusan yang
tepat, mengingat indeks Nikkei tumbuh negatif selama beberapa dekade sejak
1989, dan tidak pernah mencapai level tertinggi di 38,000 point.

Pada 1997 - 1999, fund yang dikelola Eveillard underperform terhadap indeks
Nasdaq dengan gap yang cukup jauh. Hal ini disebabkan karena gaya investasi
Eveillard yang menghindari saham-saham New Economy yang bervaluasi tinggi.
Akibatnya, tingkat redemption yang tinggi, diikuti dengan dijualnya fund yang ia
kelola oleh Societe Generale ke bank lain yang lebih kecil. Namun, pada 2000 -
2002, ketika dot-com bubble meletus, Eveillard berhasil mengalahkan market
dengan gap tinggi, & mendapat penghargaan dari Morningstar. Dana kelolaannya
melesat.

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 7


Eveillard merupakan investor yang resilient secara individu: disiplin & konsisten
terhadap prinsip yang dipegang, memiliki framework valuasi yang jelas, & kekuatan
mental yang baik. Namun, secara institusi, ia tidak resilient 100% karena ancaman
redemption dari pemegang saham, & kritik dari institusi tempat ia bekerja.

Berkaca dari Eveillard, kesuksesannya terutama karena triumph of omission. Ia


tidak memegang saham Jepang pada akhir 1980an, ia tidak memegang saham
tekno di akhir 1990an, dan di dekade 2000-an ia tidak memegang saham-saham
perusahaan finansial.

Berkshire Hathaway, dirancang oleh Buffett & Munger, agar tidak bergantung
terhadap kindness of strangers. Secara finansial, Berkshire tetap mandiri, selalu
memiliki cash untuk menjamin likuiditasnya, & tetap berperforma dengan baik di
saat krisis.

Eveillard pensiun pada 2008, dan digantikan oleh Matthew McLennan. Prinsip
utama investasi dari McLennan: tentukan dulu tujuan paling utamamu dalam
berinvestasi-one overarching goal. Tujuan investasi McLennan bukan untuk
menjadi kaya dalam waktu cepat, namun resilient wealth creation.

If one does not know to which port one is sailing, no wind is


favorable. (Seneca)

Masa depan bisa berbeda total dengan kondisi saat ini. Perhatikan 3 periode waktu
ini: 1908 - 1911 (waktu yang tenang), 1912 - 1945 (market upheaval), 1945 - 1966
(glorious time for investing). McLennan mengumpulkan exposure, gejala-gejala
yang berpotensi mendatangkan bencana di masa depan: masalah geopolitik, sosial
(meningkatnya automasi industri), masalah finansial, dsb.

McLennan bertujuan untuk merancang all-weather portofolio. Dalam upaya


mencapai resilient wealth creation, ia membayangkan pasar finansial sebagai blok
marmer raksasa, yang lalu dipahat untuk menghilangkan errors and fragility (error
elimination). Fragility sering dijumpai pada saham-saham yang faddish, trendi, &
kesuksesannya populer.

If your goal is resilient wealth creation, you can't operate like a


heat-seeking missile. (William Green)

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 8


McLennan memandang pasar saham seperti hutan, yang berlaku hukum evolusi &
hukum rimba, 99% spesies yang ada akan punah pada waktunya. Oleh karena itu,
alih-alih fokus pada saham yang prospek growthnya tinggi, ia memfokuskan diri
pada saham yang persistent dan tidak rentan terhadap perubahan zaman /
perkembangan teknologi, misalnya seperti FANUC (produsen robot industri) &
Colgate-Palmolive.

Di dalam berinvestasi, survival ketika market jatuh merupakan hal yang paling
penting untuk dilakukan. Kejatuhan market, bagian dari cyclicality, biasanya diikuti
dengan rebound. Jadi, fokus pada hal-hal yang fragile dan membenahinya, alih-alih
memprediksi bahaya tunggal / single event yang akan terjadi.

5. SIMPLICITY IS THE ULTIMATE SOPHISTICATION


A long and winding search for the simplest path to stellar returns
Bercerita seputar prinsip investasi dari Joel Greenblatt, & Will Danoff. Greenblatt
adalah pendiri dari Gotham Capital. Danoff adalah fund manager dari Fidelity
Contrafund.

Intisari dari prinsip investasi Greenblatt: Figure out what something is worth and pay
a lot less.

Intisari dari prinsip investasi Danoff: Stocks follow earnings.

Prinsip yang mudah dipegang adalah prinsip yang simple.

Simplicity, merupakan solusi yang tepat untuk menyederhanakan suatu konsep


kompleks menjadi lebih mudah dipahami & diikuti. Perjanjian Baru, ajaran-ajaran
agama yang kompleks, semuanya memiliki point-point sederhana yang menjadi
intisari ajaran agama tersebut. Point-point sederhana ini menjadi guidepost bagi
para penganut agama di tengah kompleksnya aturan agama & kehidupan.

Simplicity bisa diraih dengan Occam's razor, yang 'mencukur' detail-detail yang
tidak penting, hanya menyisakan konsep paling dasar, terpenting, yang tidak dapat
dibagi-bagi & ditoleransi lagi. Ingat, first principle thinking.

Simplicity juga dianut di dunia bisnis, mulai dari desain produk, struktur organisasi,
hingga konsep manajemen. Namun, di dunia finansial, simplicity menjadi barang

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 9


langka. John Bogle mulai mendobrak kompleksitas dunia finansial dengan
memperkenalkan index fund yang berkonsep sederhana pada 1975.

Josh Waitzkin, child prodigy yang menguasai catur, ilmu bela diri, dan ilmu finansial,
menekankan pentingnya mem-breakdown konsep yang kompleks menjadi
komponen-komponen lebih kecil.

It is rarely the mysterious technique that drives us to the top, but


rather a profound mastery of what may well be a basic skill set.
(Josh Waitzkin)

Di bangku sekolah, para siswa diajarkan untuk menyelesaikan persoalan yang


kompleks, sehingga di dunia nyata mereka menjadi lebih tertarik pada
kompleksitas.

Buffett juga ahli dalam hal simplifikasi, misalnya dalam menentukan kriteria untuk
memilih saham:

1. One that we can understand

2. With favorable long term prospects

3. Operated by honest & competent people

4. Available at a very attractive price.

Dengan demikian, kita memerlukan prinsip investasi yang simpel, konsisten, tak
tergoyahkan, dan terbukti ampuh, yang bisa kita pegang & yakini through good
times and bad.

Greenblatt mengenal konsep value investing setelah membaca buku-buku Graham,


lalu ia meyakini bahwa Margin of Safety adalah prinsip paling utama dalam
investasi.

Valuasi bisnis oleh Greenblatt merupakan kombinasi atau salah satu dari 4 cara
berikut:

1. Discounted cash flow

2. Relative value, compared to similar business

3. Acquisition value (informed buyers)

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 10


4. Liquidation value

Kemampuan minimal seorang investor adalah valuasi bisnis. Jika ia tidak memiliki
kemampuan ini, maka lebih baik ia investasi ke index fund.

Choosing individual stocks without any idea what you're looking


for is like running through a dynamite factory with a burning
match. You may life, but you're still an idiot. (Joel Greenblatt)

Strategi investasi Greenblatt di Gotham: making money not from taking risks but
from making unfair bets (upside lebih besar ketimbang downsidenya, ada asimetri).

I don't buy more of the ones I can make the most money on. I
buy more of the ones that I can't lose money on. (Joel
Greenblatt)

For individual, the best strategy is not the one that's going to get
you return, rather the ideal is a good strategy that you can stick
with even in bad times. (Joel Greenblatt)

Kategori saham yang dipilih oleh Greenblatt: good business at cheap price. Good /
high quality ditinjau dari return on tangible capital yang tinggi (EBIT / Net Working
Capital + Net Fixed Assets), cheap price ditinjau dari earnings yield (EBIT /
Enterprise Value) yang tinggi. Dua metrik ini merupakan komponen utama dari
Magic Formula.

Magic Formula dirancang oleh Greenblatt dan telah dibacktest dengan hasil yang
superior terhadap S&P500. Greenblatt juga membuat website & broker untuk
membeli saham-saham yang ada di list Magic Formula.

6. NICK & ZAK'S EXCELLENT ADVENTURE


A radically unconventional investment partnership reveals that the
richest rewards go to those who resist the lure of instant

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 11


gratification
Bercerita tentang Nick Sleep & Qais Zakaria, dua orang yang memotori Nomad
Fund. Nick Sleep berlatar belakang arsitek lansekap, sementara Qais Zakaria
berlatar belakang meteorologis. Dengan portofolio yang terkonsentrasi berbekal
riset yang mendalam, mereka berhasil outperform MSCI World Index selama 13
tahun (921,1% versus 116,9%).

Nick Sleep dipengaruhi oleh buku Zen & The Art of Motorcycle Maintenance: An
Inquiry into Values (Robert Pirsig), yang berisi cara-cara menjalani hidup yang
berdedikasi & mementingkan 'Quality'. Misal, pada orang yang sedang
membersihkan lantai, memperbaiki kendaraan, dll, ada cara-cara yang baik untuk
menjalani pekerjaan tersebut, dan juga ada cara yang buruk untuk
mengerjakannya. Apapun yang dikerjakan, fokus kepada Quality-nya.

Ambisi jangka panjang investasi Sleep & Zakaria adalah: meraih return jangka
panjang yang tinggi. Return yang dimaksud bukan dalam wujud absolut dollar,
melainkan persen (to turn 1 pound to 10 pounds). Sehingga, ketika aset fund sudah
tinggi, S & Z mengembalikan dana kepada shareholders, karena aset tinggi bisa
menghambat performa.

Oleh karena itu, S & Z tidak terdistraksi oleh media, tidak melakukan marketing &
promotion, mengabaikan rekomendasi analis, & sentimen-sentimen di pasar.
Mereka menciptakan intentional disconnection dari gemuruhnya pasar.

The art of being wise is the art of knowing what to overlook.


(William James)

Informasi, sama seperti makanan, ada label 'kadaluarsa'nya. Label kadaluarsa ini,
masa relevannya suatu informasi, menjadi filter yang menyaring, informasi mana
yang worth-knowing, dan informasi mana yang tidak perlu diketahui. Informasi
dengan label kadaluarsa yang lama menjadi fokus bagi S & Z dalam analisa
investasi mereka, dengan pertanyaan-pertanyaan seperti,

What is the intended destination for this business in ten or twenty years?

What must management be doing today to raise the probability of arriving at


that destination?

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 12


And what could prevent this company from reaching such a favorable
destination?

S & Z menggunakan destination analysis, untuk memproyeksikan di posisi mana


perusahaan di masa yang akan datang? Apa yang akan mendorong perusahaan
untuk mencapai target di masa depan, & apa juga yang bisa menyebabkan
perusahaan gagal mencapai target posisinya? Destination analysis ini juga bisa
digunakan di kesehatan, karier, rumah tangga, & kehidupan.

Untuk menghindari perilaku low quality yang hanya menguntungkan diri sendiri, S &
Z mengenakan kebijakan fee di fund yang dikelola yang menguntungkan
shareholders.

Dalam memilih saham, S & Z awalnya menggunakan strategi cigar butt, namun
belakangan berevolusi ke saham-saham high quality business. S & Z juga berani
terjun ke pasar-pasar yang dihindari oleh kebanyakan investor, bahkan sampai
berinvestasi di produsen semen asal Zimbabwe! Mereka melakukan riset
mendalam, & portofolio yang digunakan terkonsentrasi dengan jumlah saham yang
dapat dihitung dengan jari, seperti Amazon, Costco, Berkshire Hathaway.

S & Z mendambakan perusahaan dengan model bisnis scale-economies-shared, di


mana perusahaan bersedia 'menunda' profit di masa-masa awal dengan
mengutamakan kualitas produk & pelayanan konsumen, untuk mendatangkan
tambahan penjualan di masa depan, di mana profitabilitas yang naik seiring dengan
menjamurnya konsumen dikembalikan lagi ke konsumen melalui pelayanan yang
lebih baik & harga produk yang lebih murah (franchise semakin terjaga). Model
bisnis ini misalnya diterapkan oleh Costco dengan menjual produk dengan harga
murah (hampir tanpa profit bila dikurangi dengan biaya & gaji pegawai), namun
konsumen membayar membership fee setiap tahunnya.

Perusahaan-perusahaan besar yang mengembalikan ekstra profit ke konsumen,


misalnya seperti Tesco, Walmart, Ford, & Nebraska Furniture Mart.

Defer instant gratifications for more benefit tomorrow: Dalam investasi, &
kehidupan, kita perlu mengabaikan kesenangan-kesenangan jangka pendek demi
keuntungan yang lebih besar di masa depan.

7. HIGH PERFORMANCE HABITS

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 13


The best investors build an overwhelming competitive advantage
by adopting habits whose benefits compound over time
Tom Gayner (Markel Corp., perusahaan asuransi yang model bisnisnya mirip
Berkshire Hathaway), menerapkan strategi diet yang 'not perfect, but directionally
correct'. Diet yang dimaksud bukan diet yang total mengharamkan memakan kue /
donat secara, tapi tetap mengizinkan makan makanan tersebut dengan batas yang
ditentukan (20 donat per tahun, misalnya). Tujuan Gayner: membangun habit
consistency yang benefitnya akan terasa di masa depan.

Gayner radically moderate dalam semua hal yang ia lakukan, agar kebiasaan yang
ia bangun tetap sustainable. Bila kita terlalu ekstrim dalam melakukan sesuatu,
maka kita akan cepat lelah & api semangat itu cepat padam.

Resounding victories tend to be the result of small, incremental


advances & improvements sustained over long stretches of
time. (William Green)

Filosofi marginal gains over time ini juga diterapkan Gayner dalam investasi, yang
memegang 4 prinsip sebagai berikut: 1) High return on capital with low leverage; 2)
Competent management; 3) High reinvestment opportunity; 4) Available at a
reasonable price. Filosofi ini dikombinasi dengan forever time horizon. Emphasis
dari 4 prinsip di atas adalah disaster avoidance. Make your mistakes nonfatal.

Gayner tidak berkeinginan untuk meraih hasil investasi semaksimal mungkin,


namun berusaha untuk menjaga konsistensi profit dari waktu ke waktu, menghindari
menciptakan kesalahan fatal. Hasil moderat, seiring dengan waktu, akan
compounding menjadi hasil yang luar biasa.

I was never the number one at anything. I've always just been
steady and competent and able. But as my father said, the best
ability is dependability. (Tom Gayner)

Aristoteles juga berpendapat, excellence & lasting happiness bergantung kepada


kemampuan kita untuk mendapatkan golden mean, 'intermediate position that is
equidistant from each of the extremes'. Dalam hal kesenangan, pekerjaan, dan

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 14


mengambil risiko, jangan terlalu rakus, tapi juga jangan terlalu santai - posisikan diri
di tengah-tengah.

Dengan habit yang directionally correct, aggregation of marginal gains, ditambah


kemauan belajar tinggi, dan kemauan untuk menolong orang lain, Gayner bisa
mencapai kesuksesan sebagai investor. Gayner tidak memerlukan IQ yang tinggi,
namun dengan kombinasi dari hal-hal sederhana di atas, ia bisa meraih hasil yang
baik.

Paul Lountzis, belajar dengan cara repetisi yang obsesif. Ia berulang-ulang


membaca atau menonton video investasi yang sama, sehingga intisari dari apa
yang ia pelajari bisa menyerap dan melekat di pikirannya.

Gayner, Lountzis, & Geritz, mereka berkonsentrasi terhadap bidang-bidang yang


sempit, dan tidak memedulikan bidang-bidang yang dianggap sebagai distraction.
They don't waste their mental energy.

To attain knowledge, add things everyday. To attain wisdom,


substract things everyday. (Lao Tzu)

We're being dinged, notified, and clickbaited, which interrupts


any sort of possibility for contemplation. To me, the destruction
of contemplation is the existential threat to our humanity.
(Franklin Foer)

Catatlah hal-hal apa yang menjadi prioritas dalam hidupmu, mimpimu, dan
kebiasaan yang bisa kamu bangun dari sekarang, dan hal-hal apa yang tidak boleh
kamu lakukan (don't do list).

8. DON'T BE A FOOL
How to invest better, think better, and live better by adopting
Charlie Munger's strategy of systemically reducing standard
stupidities
Munger selalu berusaha untuk menghindari foolish thinking, idiotic behavior,
unoriginal error, & standard stupidities.

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 15


Munger menggunakan pendekatan invert dalam menyelesaikan masalah. Misalnya,
jika ia diminta untuk memanage perusahaan dengan sukses, ia akan bertanya
kepada diri sendiri: "Apa yang bisa kulakukan untuk menghancurkan perusahaan
ini?" Dengan demikian, ia akan menghindari apa-apa yang bisa menyebabkan
perusahaan itu hancur, & tetap hidup.

Invert thinking adalah pendekatan secara backward, mundur sejenak ke belakang


untuk mengetahui apa saja yang bisa menggagalkan seseorang untuk meraih
tujuannya, lalu fokus untuk menghindari hal-hal yang bisa menggagalkan tadi.

Aplikasi invert thinking di kehidupan nyata: Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah
investasi ini akan menjadi bencana?" alih-alih menanyakan "Apakah investasi ini
akan berhasil?"

Trik-trik mental untuk mengurangi standard stupidities:

1. Imagine a dreadful outcome; work backward by asking yourself what misguided


actions might lead you to that sorry fate; and then avoid that self-destructive
behavior. Miliki pemikiran yang jernih tentang apa saja yang benar-benar harus
kita hindari. Misalnya, Joel Tillinghast, ia menghindari memberi penilaian atas
saham tertentu di depan publik karena ia sulit merevisi / menarik kembali apa
yang ia sampaikan ke publik.

2. Munger memiliki hobi "mengkoleksi cerita tentang kebodohan & kesalahan


orang lain", untuk diambil sebagai pembelajaran.

3. Mengakui kesalahan diri sendiri dan mereviewnya secara transparan, agar


tidak diulangi lagi.

4. Gain self awareness and beware psychological biases, hubris, the desire to get
rich quick.

5. Learn to destroy your best loved ideas. Buffett, yang dulunya berinvestasi
dengan gaya cigar butt, kemudian beralih ke wonderful company at fair price.

6. Menerapkan sistem devil advocate dalam memutuskan sesuatu. Misal, ketika


saya akan membeli saham KICI, saya akan mendengar pendapat dari orang
yang paling optimis & paling pesimis terhadap prospek saham ini, lalu pendapat
dari mereka menjadi pertimbangan. Sistem pre-mortem juga dapat diterapkan
dengan memperkirakan misalnya investasi yang kita pilih saat ini akan menjadi
bencana, lalu apa saja yang mungkin bisa menyebabkan kegagalan investasi

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 16


kita? Tanyakan pada diri sendiri: "Why I might be wrong?" Bila tesis investasi
kita tetap bertahan terhadap terjangan keraguan & review dari diri sendiri, maka
itu tesis yang baik.

7. Miliki rekan diskusi yang mau mengkritik dan mematahkan pendapat kita, agar
kita tidak taklid buta terhadap analisa kita sendiri.

8. Emosi mempengaruhi cara pengambilan keputusan kita. Di saat emosi sedang


tinggi-tingginya, berhenti sejenak dan hindari mengambil keputusan penting.

EPILOG
Money matters. But it is not the essential ingredient of an
abundant life
Kebebasan finansial bisa menjadikan kita independen: Bebas untuk melakukan apa
yang kita inginkan, dan kebebasan dari kekangan orang lain / pekerjaan.

Uang merupakan emergency lifeline, ketika keadaan menjadi terpuruk (misal


karena ada krisis ekonomi, bencana, atau kemalangan), pikiran kita tetap jernih
selama uang yang kita pegang masih mencukupi.

Namun, tidak hanya uang yang kita butuhkan dalam keadaan darurat. Kita juga
membutuhkan mental yang tangguh. Terima semua kejadian dengan tangan
terbuka.

Richer, Wiser, Happier: How the World's Greatest Investors Win 17

You might also like