Professional Documents
Culture Documents
Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan
1. LATAR BELAKANG
Jalan Boulevard Harvest City lapisan perkerasannya pada saat perencanaan
dulu hanya untuk kendaran dengan tekanan gandar 8 ton. Karena adanya
perkembangan kendaraan yang melalui Jalan Boulevard ini, Harvest City
bermaksud untuk meningkatkan kemampuan daya dukung jalan sampai
dengan total berat kendaraan 60 ton. Untuk hal tersebut Harvest City
meminta PT. Binarthama Kharisma untuk mengajukan penawaran dan
metodologi pelaksanaan untuk perencanaan perkerasan Jalan Boulevard
supaya mampu dilewati kendaraan dengan kapasitas 60 ton.
2. METODE PELAKSANAAN
Untuk melaksanakan pekerjaan ini, tahap-tahap pekerjaannya meliputi :
1. Test Pit,
2. DCP,
3. Pengambilan sampel perkerasan (Core Drill),
4. Test Kekuatan Perkerasan (Hasil Core Drill),
5. Perencanaan Perkerasan.
3. METODE PELAKSANAAN
3.1. PEKERJAAN PERENCANAAN JALAN
1. Test Pit
Test pit dilakukan pada bahu jalan yang menempel langsung dengan
perkerasan jalan.
Test pit diperlukan untuk mengetahui susunan atau komposisi dan
ketebalan lapis perkerasan jalan yang ada (Tebal lapisan beton, tebal LPA
dan LPB).
Pada lubang test pit ini langsung akan dilakukan juga test DCP untuk
mengetahui nilai CBR dari sub grade. Pelaksanaan test pit dilakukan
setiap jarak 200 meter sepanjang ruas jalan yang direncanakan.
2. Dynamic Cone Penetrometer (DCP).
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menilai CBR lapisan sub grade
dalam hal ini lapisan tanah di bawah lapisan berbutir.
Pemeriksaan Dynamic Cone Penetrimeter (DCP) dilakukan dengan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ukuran seperti yang diberikan dalam gambar 1.
b. Faktor Pengali C1
Faktor pengali yang berhubungan dengan rasio panjang sesudah
diberi lapisan untuk kaping dengan diameter benda uji. Digunakan
faktor koreksi C1 apabila rasio panjang dan diameter banda uji: l/D <
1.94, kuat tekan beton inti harus dikalikan dengan faktor pengali
seperti yang tercantum pada tabel di bawah. Apabila tidak terdapat
pada tabel berikut, maka dapat dicari dengan cara interpolasi. Tabel
yang disajikan hanya berlaku untuk beton normal dan beton ringan
dengan berat isi antara 1600-1900 kg/m³ dan untuk beton dengan
kuat tekan antara 13.8 - 41.4 MPa.
Tabel 2. Faktor Koreksi C1
c. Faktor Pengali C2
Digunakan karena adanya kandungan tulangan besi dalam benda uji
beton inti yang letaknya tegak lurus terhadap sumbu benda uji.
Data yang dibutuhkan untuk perencanaan dari parameter lalu lintas harian
rata-rata dan pertumbuhan lalu lintas tahunan, untuk memudahkan dalam
analisis, disajikan dalam suatu tabel, dalam tabel ini digabungkan sekalaian
data/parameter vehicle damage factor (VDF).
Vehicle Damage Factor (VDF) menggunakan Bina Marga MST-10. Angka
ekivalen bebna sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban
sumbu tunggal/ganda kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang
ditimbulkan oleh satu lintasan beban sumbu tunggal seberat 8.16 ton (18000
lb). Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap
kendaraan) ditentukan menurut rumus dibawah ini :
( )
4
Beban satu sumbutunggal dalam Kg
Sumbu tunggal=
8160
( )
4
Beban satu sumbu tunggal dalam Kg
Sumbu ganda=0.086
8160
Faktor distribusi arah DD = 0.3 – 0.7 dan umumnya diambil 0.5 (AASHTO
1993 halaman II-9). Faktor distribusi lajur (D L), mengacu pada Tabel 5
(AASHTO 1993 halaman II-9).
Tabel 5. Faktor Distribusi Lajur
Jumlah Lajur Setiap DL (%)
Arah
1 100
2 80 – 100
3 60 - 80
4 50 - 75
Dimana:
W18 = Traffic design pada lajur lalu lintas, Equivalent Single Axle
Load.
LHRj = Jumlah lalu lintas harian rata-rata 2 arah untuk jenis
kendaraan j.
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD = Faktor distribusi arah.
DL = Faktor distribusi jalur.
N1 = Lalu lintas pada tahun pertama jalan dibuka.
Nn = Lalu lintas pada akhir umur rencana
4.4. Reliability
Reliability ; Probabalitas bahwa perkerasan yang direncanakan akan tetap
memuaskan selama masa layannya.
Penetapan angka Reliability dari 50% sampai 99.99% menurut AASHTO
merupakan tingkat kehandalan desain untuk mengatasi, mengakomodasi
kemungkinan melesetnya besaran-besaran desain yang dipakai. Semakin
tinggi reliability yang dipakai semakin tinggi tingkat mengatasi kemungkinan
terjadinya selisih (deviasi) desain. Besaran-besaran desain yangterkai dengan
ini antara lain :
Peramalan kinerja perkerasan.
Peralaman lalu lintas
Perkiraan tekanan gandar.
Pelaksanaan kontruski.
4.5. Serviceability
Terminal serviceability index (pt) mengacu pada Tabel 8 dibawah ini (diambil
dari AASHTO 1993 halaman II-10). Initial serviceability untuk rigid pavement :
po = 4.5 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-10).
Gambar 5.
Tabel 9. Loss of Support Factors (LS)
No. Tipe Material LS
1. Cement Treated Granular Base (E = 1,000,000 – 2,000,000 psi) 0–1
2. Cement Aggregate Mixtures (E = 500,000 – 1,000,000 psi) 0–1
3. Asphalt Trated Base (E = 350,000 – 1,000,000 psi) 0–1
4. Bituminos Stabilized Mixtures (E = 40,000 – 300,000 psi) 0–1
5. Lime Stabilized (E = 20,000 – 70,000 psi) 1–3
6. Unbound granular Materials (E = 15,000 – 45,000 psi) 1–3
7. Fine grained/Natural subgrade materials (E = 3,000 – 4,000 psi) 2-3
Kuat tekan beton fc’ ditetapkan sesuai pada Spesifikasi pekerjaan (jika ada
dalam spesifikasi). Di Indonesia saat ini umunya digunakan : f c’ = 350 kg/cm2.
Dimana :
W18 = Traffic design, Equivalent Single Axle Load (ESAL).
ZR = Standar normal deviasi.
So = Standar deviasi.
D = Tebal pelat beton (inches).
ΔPSI = Serviceability Loss = po – pt
po = Initial serviceability.
pt = Terminal serviceability index.
S o’ = Modulus of rupture sesuai spesifikasi pekerjaan (psi).
Cd = Drainage coefficiecnt.
J = Load transfer coefficient.
Ec = Modulus elastisitas (psi).
k = Modulus reaksi tanah dasar (pci).