You are on page 1of 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN GANGGUAN BRONCHIOLITIS

Disusun oleh :

 Eli Nurlela (10521087)


 Nabila Tiara Fadilla (10521091)
 Ghita Putri Rohaeni (10521092)
 Nurul Indah Roffiani (10521114)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN TNI AU CIUMBULEUIT BANDUNG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
Kata Pengantar..........................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Tujuan..............................................................................................................................................6
C. Manfaat penulisan............................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
KONSEP PENYAKIT...............................................................................................................................7
A. Bronchitis........................................................................................................................................7
1. Pengertian....................................................................................................................................7
2. Etiologi............................................................................................................................................7
3. Manifestasi klinik............................................................................................................................8
4. Klasifikasi bronchitis.......................................................................................................................8
6. Komplikasi................................................................................................................................10
7. Pemeriksaan penunjang.................................................................................................................10
8. Penatalaksanaan medis..............................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................12
A. Pengkajian.....................................................................................................................................12
a. Identitas klien............................................................................................................................12
b. Identitas penanggung jawab.......................................................................................................12
B. Riwayat kesehatan.........................................................................................................................12
a. Keluhan utama...........................................................................................................................12
b. Riwayat penyakit sekarang........................................................................................................12
c. Riwayat Penyakit Keluarga........................................................................................................12
d. Pemeriksaan Fisik..........................................................................................................................13
C. Diagnosa keperawatan...................................................................................................................15
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

2
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 13 September 2022

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara pada paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya, penyakit jantung atau penyakit
paru-paru) dan pada usia lanjut bronkitis dapat bersifat serius. Secara umum, bronkitis
dibagi menjadi dua jenis, yaitu bronkitis akut dan bronkitis kronis. Bronkitis akut timbul
karena flu atau infeksi lain pada saluran pernapasan dan dapat membaik dalam beberapa
hari atau beberapa pekan. Sedangkan bronkitis kronis yang merupakan iritasi atau radang
menetap pada saluran pernapasan harus ditangani dengan serius. Seringkali bronkitis
disebabkan karena rokok (Suryo, 2020) Waktu berlangsungnya penyakit, Bronkitis akut
berlangsung kurang lebih 6 minggu dengan rata-rata 10-14 hari, sedangkan bronkitis
kronis berlangsung lebih dari 6 minggu. Bronkitis kronis adalah suatu imflamasi pada
bronkus yang sifatnya menahun (berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor,
baik yang berasal dari luar bronkus maupun dari dalam bronkus itu sendiri. Mukus yang
berlebihan terjadi akibat perubahan patologis (hipertrofi dan hiperplasia) sel-sel penghasil
mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel penghasil mukus dan sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan akumulasi mukus kental
dalam jumlah yang besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Fungsi dari mukus
yaitu sebagai tempat berkembangnya mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Proses imflamasi terjadi menyebabkan edema dan pembengkakan
jaringan serta perubahan arsitektur di paru-paru. Ventilasi, terutama akspirasi terhambat.
Hiperkapnia (peningkatan karbon dioksida) terjadi, karena ekspirasi memanjang dan sulit
dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya imflamasi. Penurunan ventilasi
menyebabkan rasio-ventilasi perfusi, yang mengakibatkan vasokontriksi hipoksik paru
dan hipertensi paru. Meskipun alveolus normal, vasokontriksi hipoksik dan buruknya
ventilasi menyebabkan penurunan pertukaran oksigen dan hipoksia. Resiko utama

4
berkembangnya bronkitis kronis adalah asap rokok. Komponen asap rokok menstimulus
perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Komponenkomponen tersebut
juga dapat menstimulasi imflamasi kronis, yang merupakan ciri khas bronkitis kronis.
Tanda yang timbul pada pasien bronkitis kronis antara lain batuk disertai lendir atau
secret berwarna kuning keabuabuan atau hijau, sakit pada tenggorokan, sesak nafas,
hidung tersumbat, rasa tidak nyaman pada dada, kelelahan disertai demam ringan. Batuk
yang disertai lendir tersebut disebabkan oleh hipertrofi dari kelenjar mukosa dan
peningkatan sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang sehingga mukus yang berlebih
dapat menghambat saluran nafas serta mengakibatkan bersihan jalan nafas pada penderita
bronkitis kronis. Masalah keperawatan yang terjadi pada bronkitis kronis adalah bersihan
jalan nafas tidak efektif. Manifestasi klinis pada bronkitis kronis akan mengalami batuk
ringan hingga berat dengan disertai dahak yang purulen. Pasien dengan bronkitis kronis
biasanya akan terbatuk-batuk pada pagi hari untuk mengeluarkan dahak dalam jumlah
yang banyak. Dahak umumnya berwarna putih hijau atau kuning (Ikawati, 2016) Pasien
bronkitis kronis dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
seringkali mengungkapkan keluhan rasa sakit di dada dan kesulitan bernafas karena
hipoksia yang diakibatkan oleh penyempitan jalan nafas. Penyempitan jalan nafas ini
disebabkan oleh peningkatan produksi mukus yang dapat mengakibatkan brokiolus
menjadi sempit (bronkospasme) sehingga timbul hipoksia dan suara whezzing (mengi)
pada penderita. Maka dari itu perawat akan memberikan tindakan keperawatan untuk
melancarkan jalan nafas yang terdapat sumbatan seperti secret. Intervensi yang diberikan
untuk melancarkan jalan nafas selain terapi farmakologis, dapat dilakukan beberapa
tindakan keperawatan misalnya melakukan tindakan fisioterapi dada, postural drainage,
nebulizer, dan batuk efektif. Kondisi responden saat sebelum dan sesudah perlakuan
fisioterapi dada mengalami perbedaan. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa
penatalaksanaan nonfarmakologis tindakanfisioterapi dada yang dilaksanakan oleh
(Widiastuti, dkk 2019)

5
B. Tujuan
 Untuk mendapatkan pengetahuan tentang masalah keperawatan bronchitis
karena ketidakefektifan jalan nafas
 dapat menentukan diganosa keperawatan tentang bronchitis yang
menyangkut ketidakefektifan jalan nafas
 dapat menentukan perencanaan asuhan keperwatan ketidak efektifan jalan
nafas pada pasien bronchitis
 dapat melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan yang sudah di tetapkan
dengan asuhan keperawatan ketidakefektifan jalan nafas pada pasien
bronchitis

C. Manfaat penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai khasanah ilmu pengetahuan


khususnya dalam bidang kesehatan yang memberikan gambaran bagaimana
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien bronkitis kronis. Dapat
digunakan sebagai tambahan informasi pada pembaca dalam perawatan pada
pasien bronkitis kronis.

6
BAB II

KONSEP PENYAKIT
A. Bronchitis
1. Pengertian
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau
bronkus. Bronkus berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan menuju
paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan munculnya
gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih. Secara umum,
bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni: Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya
dialami oleh anak berusia di bawah 5 tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan
sendirinya dalam waktu satu minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami
dapat berlangsung lebih lama. Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami
oleh orang dewasa berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung
hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

2. Etiologi
Beberapa factor serimg dikaitkan dengan pathogenesis bronchitis kronis, tetapi
penyebab persisnya tidak diketahui. Factor utama bronchitis kronis adalah merokok.
Debu, bau bauan, dan polusi lingkungan juga berkontribusi terhadap terjadinya
bronchitis kronis. Dikenal istilah industrial bronchitis, yaitu bronchitis kronis yang
disebabkan oleh paparan polutan yangberasal dari lingkungan atau tempat kerja
(pabrik asbes atau tambang) dingin, perubahan iklim yang drastic juga dapat memicu
bronkitis kronis, termasuk hipersekresi mukus pada penderita asma juga bias memicu
terjadinya bronchitis kronis. Fakta menunjukan bahwa infeksi saluran nafas
kambuhan yang sering terjadi merupakan factor predisposisi seseorang untuk
mengalami bronchitis kronis. Bartlett, 1997(dikutip dalam ikawati,2016).
Infeksi virus berperan dalam 7% sampai 64% kejadian eksaserbasi akut bronchitis
kronis. Virus yang paling sering dijumpai pada eksaserbasi akut bronchitis kronis
adalah virus influenza A dan B, para influenzae, corona virus dan rhino virus.
Sedangkan bakteri yang sering dijumpai pada eksaserbasi akut adalah :

7
S.pneumoniae, S. aureus, H. influenzae,H parainfluenzae, M.catarrhalis,spesies
Neisseria, dan spesies Pseudomonas. Bartlett, 1997(dikutip dalam ikawati,2016).

3. Manifestasi klinik

a. Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)


b. Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
d. Bengek
e. Lelah
f. Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
g. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
h. Pipi tampak kemerahan
i. Sakit kepala
j. Gangguan penglihatan
k. Sedikit demam.

4. Klasifikasi bronchitis

Bronchitis terbagi menjadi 2 yaitu :


a. Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya
dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut
akan sembuh total tanpa masalah yang lain.
b. Bronchitis kronis bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang
dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini
juga berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan-bulan hingga tahunan.

8
5. Patofisiologi
Alergen / Asap rokok

Gangguan pembersihan di paru-paru

Saluran napas dalam

Saluran napas dalam radang bronkial

Radang/inflamasi dalam bronkuse HIPERTERMI

Akumulasi mukus, produksi Saluran napas dalam Hiperventilasi paru


mukus

Edema/pembengkakan atelektasis
Pengeluaran energi berlebihan
timbul reaksi balik
Intoleransi pada mukosa/sekret
Kelelahan hipoxemia
aktivitas

Ketidakefektifan Kompensasi
anoreksia bersihan jalan napas frekunsi napas

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakefektifan
pola napas

Bronkhitis dikaraterisir oleh adanya infeksi pada cabang trakeobrokhial. Infeksi ini
menyebabkan hiperemia dan edema pada membran mukosa, yang kemudian menyebabkan
peningkatan sekresi dahak bronchial.Karena adanya perubahan memberan mukosa ini, maka
terjadi kerusakan pada epitelia saluran nafas yang menyebabkan berkurangnya fungsi
pembersihan mukosilir. Selain itu, peningkatan sekresi dahak bronchial yang dapat menjadi

9
kental dan liat, makin memperparah gangguan pembersihan mukosilir.Perubahan ini bersifat
permanen, belum diketahui, namun infeksi pernafasan akut yang berulang dapat berkaitan
dengan peningkatan hiper-reaktivitas saluran nafas, atau terlibat dalam fatogenesis asma atau
PPOK (Penyakit pulmonari obstruktif kronis). Pada umumnya perubahan ini bersifat sementara
dan akan kembali normal jika infeksi sembuh (Ikawati, 2011). Bronkhitis timbul tiba-tiba dalam
kurun waktu 24 jam sampai 48 jam. Gejalanya meliputi batuk terus menerus dengan dahak
kering,nyeri dada,sesak nafas dan mengi, seringkali menimbulkan sedikit kenaikan suhu.
Kelainan ini bisa merupakan sebuah http://repository.unimus.ac.id10 komplikasi dari infeksi lain
disaluran pernafasan atas, misalnya tonsilitis. Biasanya hanya bronkus berukuran sedang yang
terkena, yang selanjutnya meradang dan menyempit. Orang dewasa sehat biasanya dapat pulih
dari infeksi ini dalam waktu beberapa hari, tanpa memerlukan bantuan medis. Namun demikian,
pada orang lanjut usia atau penderita masalah saluran pernafasan lain, kelainan ini dapat
menyebar lebih kedalam paru-paru, menyebabkan infeksi sekunder, seperti pneumonia bakteri
(Parker, 2011).

6. Komplikasi
Menurut marni (2014) komplikasi bronkhitis dengan kondisi kesehatan yang jelek,
antara lain :

a. Sinisitis

b. Otitis media

c. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Cronik )

d. Gagal nafas

e. Bronkhiteasis

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Muttaqin,2008)
1) Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaaan foto thoraks posterior – anterior dilakukan untuk menilai derajat
progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruksi
menahun
2) Pemeriksaan laboratarium

10
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan adanya perubbahan pada
peningkatan eosinophil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkolosis
paru.

8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan bronchitis kronis menurut ( manurung 2016 ).
1. Pengobatan
- Bronchodilator
- Antimikroba
- Aerosol
- Oksigen
2. Tindakan supportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya :
- Menghindari merokok
- Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup
- Menghindari penderita penyakit infeksi saluran nafas atas
- Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan
- Nutrisi yang baik
- Hidrasi yang adekuat
3. Penyesuaian fisik
- Latihan relaksasi
- Meditasi
- Menahan nafas
- Pernafasan perut
- Rehabilitasi

4. Terapi farmakologi
Beberapa antibiotika yang dapat digunakan untuk bronchitis kronis adalah
1. Amoxilin
2. Asamklafulanat golongan fluorokuinolon (gatifloksasin, levofloksasin
dan moksifloksasin ).

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama :An. M
Umur : 6 Thn
Jenis kelamin : Laki – laki
Diagnose medis : bronchitis

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. A
Umur : 45 Thn
Jenis kelamin : Laki – laki
Hub. Pasien : orang tua pasien

B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
klien dengan bronkitis meliputi batuk dan produktif dengan sputum demam dengan
suhu tubuh dapat mencapai 38,5℃ dan sesak napas.

b. Riwayat penyakit sekarang


Klien datang dengan keluhan demam tinggi, batuk dan sedikit sesak saat bernafas,
keluhan terasa sudah sejak 2 hari sebelum di bawa ke klinik, keluhan terasa hilang
timbul, namun terasa hebat di malam hari dan saat beraktifitas, keluhan terasa lebih
ringan saat pasien meminum air hangat, saat batuk pasien sulit untuk bernafas dan
terdengar suara meng-grok karena adanya sputum, di daerah leher dan dada pasien
terasa sakit skala sakit 6 (0-10), sebelumnya pasien belum diberikan obat apapun.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Orang tua pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit seperti
yang di derita oleh pasien. Kelurga pasien juga tidak ada riwayat penyakit turunan
seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung, Asma,TBC, keluarga pasien juga
mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular

12
d. Pemeriksaan Fisik
a). Keadaan umum
kesadaran : composmetis (15 nilai gcs)
penampilan : klien terlihat lemas dan pucat
b). Tanda – tanda vital
S : 38,5℃
RR : 26 x/menit
N : 118 x/menit
SPO2 :92%
c).Pengkajian Head To Toe
1. Kulit dan kuku
Warna kulit sawo matang, turgor kulit kembali lebih dari 2 detik, tidak ada
edema, kuku pasien terlihat bersih, tidak terdapat clubbing finger saat
pemeriksaan CRT darah kembali kurang dari 2 detik.
2. Kepala
Bentuk kepala proposional, rambut berwarna hitam, rambut tipis,
distribusi rambut merata, rambut terasa lengket, dipalpasi tidak ada masa.
3. Muka
Warna kulit sawo matang, struktur muka ( mata,hidung,mulut,telinga )
simetris, tidak ada nyeri pada sinus wajah.
4. Mata
Bentuk kedua mata simetris, konjungtiva pucat, sklera putih, pupil
kontriksi, pergerakan bola mata simetris, klien dapat membaca tanpa
menggunakan kacamata, diameter pupil 2 mm, tidak ada nyeri tekan diarea
sekitar mata, kelopak mata dapat membuka dan menutup, tidak terdapat
lingkaran hitam diarea mata.
5. Hidung
Bentuk hidung proposional, tidak ada bengkak dan benjolan,tidak ada
secret, fungsi penciuman baik (terbukti klien dapat membedakan bau kayu
putih dan bau parfum), tidak ada nyeri tekan di area sinus, tidak ada
peradangan pada hidung.

13
6. Mulut
Bentuk proposional, jumlah gigi 32, mukosa mulut kering, terdapat carries
di gigi geraham bagian kanan atas, tidak ada gigi yang berlubang, mulut
tercium bau, warna lidah merah muda, tidak ada lesi dan pendarahan, ovula
ditengah, tongsil tidak ada pembesaran, fungsi pengecapan kurang baik
(terbukti klien mengatakan saat makan terasa pahit).
7. Telinga
Bentuk kedua telinga simetris, tidak ada benjolan, pina sejajar dengan
kantus mata, terdapat serumen di telinga kanan dan kiri, fungsi pendengaran
baik (dapat mendengar detik jam dan dapat mendengar gesekan tangan), tidak
ada nyeri saat dipalpasi.
8. Leher
Bentuk proposional,letak trakea normal (ditengah),vena jugularis teraba,
pergerakan aktif, tidak ada benjolan pada kelenjar tiroid dan tidak getah
bening. Terdapat nyeri saat menelan
9. Dada dan paru paru
Bentuk dan pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri,tidak terdapat
nyeri tekan pada dada, saat di auskultasi bunyi nafas vesikuler, frekuensi 26
x/menit, terdapat nyeri di dada saat batuk
10. Jantung
Tidak ada pembesaran jantung, dan tidak ada nyeri, saat diauskultasi
terdengar bunyi jantung S1 : LUB S2 : DUB terdengar di ics 2 sebelah kiri
dan kanan, di ics 4 dan 5 midklavikula.
11. Abdomen
Warna abdomen sawo matang, bentuk abdomen datar, saat dipalpasi klien
kesakitan di abdomen kiri atas, bising usus 15x/menit.
12. Ekstremitas atas
Bentuk simetris, sensasi halus, tajam, panas, dingin baik, dapat melakukan
gerakan ROM, jari tangan lengkap,
5 5

14
13. Ekstremitas bawah
Bentuk simetris, dapat merasakan sensasi halus, tajam, panas, dingin,
dapat melakukan ROM, tidak ada bengkak, reflek patella dan babinski baik,
kekuatan otot :

5 5

14. Genetalia
Menurut klien, genetalianya bersih, tidak ada luka atau lesi, tidak ada
secret, tidak ada edema, tidak terpasang cateter, tidak ada nyeri.
15. Anus
Menurut klien, anus bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri, tidak ada luka atau lesi

C. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sputum berlebih


2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Intoleransi aktifitas

15
D. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Setelah 1. Kaji tanda – 1.untuk mengetahui
bersihan jalan nafas dilakukan tanda vital keefektifan tindakan
berhubungan tindakan 2. Auskultasi dilihat dari TTV klien
dengan adanya keperawatan paru terhadap yang meliputi Respirasi,
sputum berlebih selama 3x24 kemungkinan Nadi, Suhu, Saturasi
kesulitan adanya oksigen
bernafas pada penumpukan 2.lebih awal mengetahui
anak akan sputum pada penumpukan sputum
berkurang jalan nafas, yang menghalangi jalan
kaji suara nafas
tambahan 3. untuk mengeluarkan
seperti mengi. sputum pada
3. Kolaborasi tenggorokan
dengan dokter
dalam
pemberian
obat

2. Ketidakefektifan Setelah 1. Kaji frekuensi 1. Membantu dalam


pola nafas dilakukan pola nafas, membedakan
tindakan perhatikan dengan
keperawatan adanya apnea pernafasan yang
3x24 jam pola 2. Posisikan normal
nafas teratur pasien dengan 2. Posisi semi
dengan normal posisi semi fowler dapat
fowler memudahkan
pernafasan

16
3. Hipertermi Setelah 1. Pantau suhu 1. Peningkatan suhu
berhubungan dilakukan tubuh, tubuh secara tiba
dengan proses tindakan waspadai tiba dapat
inflamasi keperawatan kenaikan suhu mengakibatkan
selama 3x24 tubuh secara kejang
suhu tubuh klien tiba – tiba 2. Kompres hangat
dapat turun dari 2. Beri kompres akan
38,5℃ hangat pada mendinginkan
pasien permukaan tubuh
3. Anjurkan dengan cara
pasien untuk konduksi.
memakai 3. Jika suhu tubuh
pakaian yang meningkat tidak
tipis dianjurkan
4. Anjurkan memakai pakaian
pasien minum tebal karna dapat
air hangat meningkatkan
5. Kolaborasi suhu tubuh pasien
dengan dokter 4. Agar tidak
dalam dehidrasi dan
pemberian mengurangi sakit
obat pada tenggorokan
5. Untuk
menurunkan suhu
tubuh pada pasien
4. Ketidakseimbangan Setelah 1. Beri makan 1. Untuk memenuhi
nutrisi kurang dari dilakukan sedikit tapi kebutuhan nutrisi
kebutuhan tubuh tindakan sering pada pada pasien
keperawatan pasien 2. Agar mengurangi
selama 3x24 2. Anjurkan rasa nyeri saat
jam siharapkan memakan pasien menelan

17
pasien dapat makanan yang makanan
makan secara lembut 3. Meningkatkan
normal kembali, terlebih nafsu makan pada
tanpa adanya dahulu pasien dan
rasa sakit saat 3. Kolaborasi menambah
menelan dengan dokter stamina
dalam
pemberian
obat
5. Intoleransi aktifitas Setelah 1. Beri suasana 1. Untuk
dilakukan nyaman pada memberikan
tindakan pasien pasien rasa
keperawatan 2. Beri ruang nyaman pada
selama 3x24 untuk pasien lingkungan
jam diharapkan melakukan sekitar
pasien dapat aktifitas 2. Agar pasien dapat
beraktiftas bermain bermain seperti
kembali semula

18
DAFTAR PUSTAKA

Cynthia M. Taylor. (2015) Diagnosa Keperawatan dengan Rancana Asuhan. Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Muchammad,F. U. (2019). Buku Penyakit Respirasi Pada Anak. Malang.
Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan (Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja).
Yogyakarta: Gosyan Publishing.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jilid 1. Jakarta: Trans
Info Media.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif, A dan Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication.

19

You might also like