You are on page 1of 12

Nama : Wellya Zartika

Nim : 21016123

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata kuliah : Bimbingan dan Konseling

Seksi : 020

1. Kegiatan Pendukung BK

KEGIATAN PENDUKUNG BK

A. Aplikasi Instrumentasi BK

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik
(klien/konseli),keterangan tentang lingkungan peserta didik (konseli), dan lingkungan yang
lebih luas.Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik tes maupun
non tes. Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan
memakai alat ukur atau instrumen tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi, dan digunakan
untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Aplikasi
instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data dan keterangan
tentang peserta didik/konseli (baik individual maupun kelompok), Materi umum aplikasi
instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan yang dikumpulkan melalui aplikasi
instrumentasi pada umumnya, meliputi:

1. Kebisaan serta sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa

2. Kemampuan serta kondisi mental dan fisik klien

3. Kemampuan dan pengenalan lingkungan serta hubungan sosial

4. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar

5. Informasi karir dan pendidikan


6. Kondisi keluarga dan lingkungan (Prayitno, 1997) Ada beberapa pertimbangan yang perlu
mendapat perhatian para konselor dalam penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan
konseling, antara lain:

B. Himpunan Data

Penyelenggaraan himpunan datayaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
peserta didik (klien/konseli).Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.Penyelenggaraan himpunan data bermaksud
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan
siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi
instrumentasi danhasil dari himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan
layanan bimbingan. Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:

1. Identitas siswa (klien) dan keluarga.

2. Hasil aplikasi instrumentasi

3. Hasil belajar, karya tulis, dan rekaman kemampuan siswa

4. Catatan anekdot

5. Informasi pendidikan dan jabatan

6. Laporan dan catatan khusus

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah fungsi
pemahaman.Hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya menjadi yang dianggap penting dalam
himpunan data.Himpunan data juga dapat meliputi hasil wawancara, konferensi kasus,
kunjungan rumah, analisis hasil belajar, pengamatan, dan hasil upaya pengumpulan bahan
lainnya yang dianggap relevan dengan pelayanan bantuan terhadap siswa. Keseluruhan data
yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Data Pribadi

Data pribadi adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan.Himpunan data
pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa, karena himpunan data pribadi bersifat
berkelanjutan, maka harus ada kerjasama antar guru kelas.Himpunan data pribadi siswa
memang perlu lengkap dan menyeluruh, tetapi harus tetap sederhana, ringkas, dan bersifat
sepenuhnya. Himpunan data pribadi sering juga disebut Cumulative Record.

2. Data Kelompok

Data kelompok adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa seperti gambaran
menyeluruh hasil belajar siswa satu kelas, hasil sosiometri, laporan penyelenggaraan, hasil
diskusi atau belajar kelompok,penyelenggaraan dan isi bimbingan, dan konseling kelompok.

3. Data Umum

Data umum secara langsung tidak menyangkut diri siswa baik secara pribadi
(perorangan)ataupun kelompok. Data ini berasal dari luar diri siswaseperti informasi
pendidikan dan jabatan serta informasi lingkungan fisik sosial dan budaya. Data ini biasanya
dihimpun dalam bentuk tersendiricontohnya bentuk buku, kumpulan tentang
informasi pendidikan, informasi jabatan, dan informasi sisial budaya (Prayitno, 1997).

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan data
dan pemanfaatannya secara optimal, antara lain:

1. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk memberikan
gambaran yang tepat untuk individu

2. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karena
itu data tentang siswa perlu di perbaharui

3. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut sistem
tertentu

4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia


5. Mengingat bahwa data yang di kumpulkan cukup banyak, maka harusditambah dan
dikurangisesuai dengan perkembangan individu.

Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok data atau keterangan
tentang berbagai hal sebagaimana yang menjadi isi dari aplikasi instrumentasi tersebut.Selain
itu, himpunan data juga memuat karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot,
laporan khusus, dan informasi pendidikan dan jabatan.

C. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen untuk terentaskannya permasalahan
peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan kerumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja
sama yang penuh dari orang tua dananggota keluarga lainnya.

Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang
suasana rumah atau keluarga siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa dan hanya untuk siswa yang
permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua
saja yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau informasi tentang rumah atau
orang tua ias juga tidak diperoleh melalui kunjungan rumah oleh konselor.Cara yang lebih
praktis untuk memperoleh data yang dikehendaki itu selain melalui wawancara secara langsung
dengan siswa yang bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil
datang kesekolah. Kegiatan kunjungan rumahdan juga pemanggilan orang tua ke
sekolahsetidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien (siswa) khususnya yang


berhubungan dengan keadaan rumah atau orang tua

2. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya

3. Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penangan masalah anaknya.

Melalui materi umum kunjungan rumahakan diperoleh berbagai data dan keterangan tentang
berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut pautnya dengan permasalahan siswa atau
klien. Data atau keterangan ini meliputi:
1. Kondisi rumah tangga dan orang tua

2. Fasilitas belajar yang ada dirumah

3. Hubungan antara keluarga

4. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah

5. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya terhadap siswa atau klien

6. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan pengentasan
masalah siswa atau klien (Prayitno, 1997).

Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang dari guru
pembimbing dan memerlukan kerjasama yang baik dari pihak orang tua serta atas persetujuan
kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi
pemahaman (Sukardi, 2002)

D. Konferensi Kasus

Kasus setelah semua data dapat dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut secara komprehensif sehingga dapat diputuskan suatu rekomendasitentang teknik
bantuan pemecahan masalah yang diberikan. Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus dapat
dicatat dalam format konferensi kasus.Dalam satu kali pertemuanmungkin belum diputuskan
suatu rekomendasi, Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu
forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan,
keterangan kemudahan,dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan
dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.Dalam konferensi kasus secara
spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi
yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti guru pembimbing/konselor, wali kelas, guru
mata pelajaran/praktik, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lainnya) yang diharapkan
dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi
terentasnya permasalahan tersebut.
Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya pengentasan masalah
dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang dimaksud.Dengan demikian, fungsi
utama yang diemban oleh konferensi kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.

Tujuan konferensi kasus diantaranya sebagai berikut:

Secara umum tujuan dari konferensi kasus adalah mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-
tindakan yang konkret yang dapat diambil atau dengan kata lain konferensi kasus bertujuan
untuk mendapat gambaran yang lebih tepat mengenaikasus klien dengan maksud untuk
memberikan pertolongan kepada klien tersebut dalam memecahkan masalahnya.

Peserta konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan yang secara langsung mengenai kasus
tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat didalamnya adalah personel yang ada sangkut pautnya
dengan permasalahan yang di hadapi seperti kepala sekolah, guru-guru bidang studi, wali
kelas, petugas kesehatan (tim medis) dan lain-lainnya. Klasifikasi masalah konferensi kasus
yang akan menjadi titik pusat pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah
dipersiapkan dan diajukan oleh peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah siswa yang dapat
diajukan dalam pembahasan konferensi kasus salah satu atau beberapa masalah yang dihadapi
siswa di bawah ini:

1. Masalah Belajar, meliputi:

a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif

b. Kemampuan belajar yang kurang memadai

c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai

d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan

2. Masalah Sosial Pribadi diantaranya:

a. Kurangharmonisnya hubungan antar teman

b. Kurangserasinya hubungan dengan orang tua

c. Kurangserasinya hubungan dengan guru


d. Gambaran diri yang kurang tepat

e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat

f. Kenakalan remaja

g. Gangguan psikis

3. Masalah Kelanjutan Studi dan Pemilihan Pekerjaan

a. Pemilihan jurusan yang tepat

b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat

c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memadai

d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang memadai

e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai

Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta konferensi


kasusbaik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang diundang adalah
orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan
mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan yang dihadapi
siswa (konseli)seperti: orang tua, wakil kepala sekolah, guru tertentu yang memiliki
kepentingan dengan masalah siswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan
ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli)seperti: psikolog,
dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait

2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor membuka acara
pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan
permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi
siswa (konseli)serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas-asas dalam bimbingan dan
konselingkhususnya asas kerahasiaan
3. Guru atau konselor menampilkan dan mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi siswa
(konseli). Dalam mendeskripsikan masalah siswa (konseli),terlebih dahulu disampaikan
tentang hal-hal positif dari siswa (konseli)misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif
yang dimiliki siswa (konseli) sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa
(konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan berbagai gejala dan permasalahan
siswa (konseli) dan data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah
teridentifikasi/terinventarisasi serta upaya-upaya pengentasan yang telah dilakukan
sebelumnya

4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain mendiskusikan
dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas dan
peran masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa
(konseli)

5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi


menyimpulkan beberapa rekomendasi atau keputusan berupa alternatif-alternatif untuk
dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli) yang bersangkutanuntuk
mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa
(konseli)

E. Tampilan Kepustkaan

Tampilan kepustakaan merupakan kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat
digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar,
dan karir atau jabatan.Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami dan
dibahas bersama konselor pada khususnya dan dalam pengembangan diri pada umumnya.
Pemanfaatan tampilan kepustakaan diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan
pelayanaan dan atau klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan
memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang ada di perpustakaan sesuai dengan keperluan.
Tampilan kepustakaan merupakan kondisi sangat memungkinkan untuk klien dalam
memperkuat dan memperkaya diri dengan atau tanpa bantuan konselor.
F. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik
(klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepihak lainnya.
Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat
memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain
tempat kasus itu dialihtangankan).

Di sekolah, alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik, wali kelas,
dan/atau pihak sekolah lainnya, atau orang tua mengalihtangankan siswa yang bermasalah
kepada guru pembimbing.Sebaliknya jika guru pembimbing menemukan siswa yang
bermasalah dalam bidang pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus
dapat mengalihtangankan siswa tersebut kepada guru mata pelajaran/praktik untuk
mendapatkan pengajaran atau latihan perbaikan dan program pengayaan. Guru pembimbing
atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan permasalahan siswa kepada ahli-ahli yang
relevanseperti dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.

Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik, tepat, dan tuntas
atas masalah yang dialami siswa dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak
kepada pihak yang lebih ahli atau dengan kata lain tujuan dari alih tangan kasus ialah layanan
alih tangan yang bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa yang mengadapi masalah
tertentu kepada petugas didalam sekolah sendiri atau lembaga pelayanan alih tangan kasus
(rujukan) di luar sekolah yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan wewenang
yang dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan alat. Materi pokok kasus
yang dialihtangankan pada dasarnya sama dengan keseluruhan kasus yang dialami oleh siswa
yang bersangkutan. Secara khusus, materi yang dialihtangankan adalah bagian dari
permasalahan yang belum tuntas ditangani oleh guru pembimbing (konselor). Materi khusus
itu perlu di alihtangankan karena guru pembimbing (konselor) tidak secara khusus membidangi
materi itu atau dengan kata lainmateri tersebut diluar bidang keahlian ataupun wewenang guru
pembimbing (konselor). Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan), antara lain yaitu:

1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum


2. Lembaga pelayanan psikologis

3. Lembaga kepolisian

4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes

5. Lembaga penempatan tenaga

Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), berikut ini adalah syarat-syarat
pelayanan alih tangan kasus antara lain:

1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan dengan masalah yang
dihadapi siswa (konseli) bersangkutan

2. Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau rekomendasiyang
menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu

3. Alih tangan kasus (rujukan) harus disetujui oleh individu atau siswa (klien/konseli) yang
bersangkuan

4. Pelayanan alih tangan kasus (rujukan) itu harus tetap menjadi tanggungjawab sekolah

5. Pihak yang dialihtangankan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan
terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada sekolah.

Proses pelayanan alih tangan kasus (rujukan) bisa dilakukan dengan langkah-langkah
(Depdikbud,1981 dan Sukardi,1988) adalah sebagai berikut:

1. Alih tangan kasus dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang menemukan siswa
(klien/konseli) yang memiliki kesulitan dan tidak dapat dipecahkan oleh petugas itu sendiri

2. Wali kelas memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi siswa. Dalam hal ini
misalnya kesulitan psikologis

3. Wali kelas mengajukan alih tangan atau rujukan ini kepada kepala sekolah sebagai
penanggung jawab puncak dalam program bimbingan dan konseling
4. Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakan pemeriksaan kesehatan fisik. Dalam
hal ini misalnya perawat sekolah

5. Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan ditujukan atau dirujuk kepada konselor.

6. Apabila konselor tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut dirujuk kepada ahli
psikologi/psikolog untuk diperiksa, apakah siswa tersebut memerlukan penanganan dalam
suatu pembahasan kasus atau pelayanan testing dan dalam hal apa

7. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya siswa tersebut tidak
memerlukan pembahasan kasus dan tidak memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut
memberikan rekomendasi tentang status siswa tersebut sebagai balikan kepada
sekolah misalnya siswa tersebut membutuhkan perlakuan lemah lembut dari pihak guru dan
sebagainya. Maka pelayanan alih tangan kasus hanya berhenti sampai disini

8. Apabila dari hasil pemeriksaan ituternyatasiswa (klien) tersebut tidak memerlukan


pembahasan kasustetapi membutuhkan pelayanan testing, maka siswa tersebut dialih
tangankan kepada lembaga penyelenggara tes untuk dilengkapi dengan data dari wawancara
dengan orang tua pihak lain yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara
itu disusunlah rekomendasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka ruujukkan berakhir
sampai disini

9. Apabila hasil pemeriksaan psikolog ternyata siswa (klien) itu memerlukan pembahasan
yang lebih luas dengan berbagai pihak, maka diselenggaraan pembahasan kasus yang
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan misalnya guru, kepala sekolah, psikologi,
konselor dan pihak lain yang diperlukan

10.Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomendasi sesuai dengan status siswa tersebut.
Misalnya serangkaian pelayanan testing dan pembahasaan berulang- ulang sampai masalahnya
dapat diselesaikan.

Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain sebagai berikut :

1. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau kepada lembaga
pelayanan alih tangan kasus atau rujukkan telah disertai dengan data/informasi kasus yang
diperlukan
2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan
rekomendasi tentang masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.

Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur yaitu:

1. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima kiriman klien dari pihak-pihak
lainsepertiorang tua, kepala sekolah, guru, pihak lain (dokter, psikiater, dan psikolog).

2. Jalur dari konselor, dalam arti konselor mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani
kepada ahli-ahli lainsepertikonselor yang lebih senior, konselor yang membidangi spesialisasi,
ahli-ahli lain (guru bidang studi, psikologi, psikiater, dan dokter). Konselor menerima klien
dari pihak lain dengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan yang ia
hadapi. Disisi lain konselor mengalih tangani klien kepada pihak lain apabila permasalahan
yang dihadapi klien memang diluar wewenang konselor untuk menanganinyaatau setelah
konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan klien tersebut
belum berhasil ditangani secara tuntas.

You might also like