Professional Documents
Culture Documents
MI.2 - Uraian Materi Pengendalian Kejadian Penyakit Di Kloter
MI.2 - Uraian Materi Pengendalian Kejadian Penyakit Di Kloter
POKOK BAHASAN
PENGELOLAAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN
SECARA TERPADU
22
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
24
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
NO TEMPAT JUMLAH %
1. KKHI 4 1.04
2. RSAS 245 63.47
3. Sektor 2 0.52
4. Hotel/Pondokan 112 29.02
5. Masjid 10 2.59
6. Perjalanan 12 3.11
7. Lainnya 1 0.26
TOTAL 386 100
25
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
POKOK BAHASAN
PENGENDALIAN KEJADIAN
PENYAKIT DI KLOTER
A. Penyakit Menular
1) Meningitis Meningokokus
Adanya calon jamaah haji yang berasal dari daerah yang
endemis meningitis meningokokus merupakan sumber rantai
penularan penyakit ini. Kepadatan yang terjadi selama
menunaikan haji merupakan faktor risiko meningkatkan
penularan penyakit meningitis meningokokus. Pemerintah Arab
Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jamaah haji
atau yang melakukan umroh harus mendapatkan vaksinasi
26
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
3) Diare
Penyakit ini kerap menyerang jamaah haji Indonesia. Kloter
embarkasi Solo pernah melaporkan kejadian luar biasa diare
saat mau mendarat di debarkasi Solo. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan.
Kebiasaan makan jajanan yang tidak terkontrol dan menyimpan
makanan terlalu lama merupakan faktor risiko yang
meningkatkan kejadian penyakit di atas.
27
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
4) Ebola
Virus Ebola menyebabkan akut, penyakit serius yang sering fatal
jika tidak diobati. Penyakit virus Ebola (EVD) pertama kali muncul
pada tahun 1976 dalam 2 wabah simultan, satu di tempat yang
sekarang, Nzara, Sudan Selatan, dan yang lainnya di Yambuku,
Republik Demokratik Kongo. Yang terakhir terjadi di sebuah
desa dekat Sungai Ebola, dari mana penyakit itu mengambil
namanya. Wabah tahun 2014–2016 di Afrika Barat adalah
wabah Ebola terbesar dan paling kompleks sejak virus ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Ada lebih banyak
kasus dan kematian dalam wabah ini daripada gabungan
lainnya. Ini juga menyebar antar negara, dimulai di Guinea
kemudian bergerak mEbola kemudian menyebar melalui
transmisi manusia-ke-manusia melalui kontak langsung (melalui
kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi,
organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, dan
dengan permukaan dan bahan (misalnya tempat tidur, pakaian)
yang terkontaminasi dengan ini. cairan.elintasi perbatasan darat
ke Sierra Leone dan Liberia. Masa inkubasi, yaitu interval waktu
dari infeksi dengan virus hingga timbulnya gejala adalah 2 hingga
21 hari. Manusia tidak menular sampai mereka mengembangkan
gejala. Gejala pertama adalah serangan demam yang tiba-tiba,
nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Ini diikuti dengan
muntah, diare, ruam, gejala gangguan fungsi ginjal dan hati, dan
dalam beberapa kasus, baik perdarahan internal dan eksternal
(misalnya keluar dari gusi, darah di tinja).
Kaitannya ebola dengan penyelenggaraan ibadah haji adalah
tidak menutup kemungkinan jemaah haji bertemu dengan
jemaah haji yang berasal dari negara yang pernah dilaporkan
adanya virus ebola. Pencegahannya adalah dengan
menghindari kontak langsung dengan penderita ebola, jauhi
segala barang miliknya seperti handuk, dan petugas kesehatan
harus menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan
masker.
28
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
5) MERS- CoV
adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona
Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September
2012 di Arab Saudi. MERS-CoV merupakan virus jenis baru dari
kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda
dengan virus SARS pada tahun 2003. Gejalanya adalah demam,
batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah
2-14 hari. Virus MERSCoV dapat menular antar manusia secara
terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia
di komunitas yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya
dapat secara langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada
saat pasien batuk atau bersin, maupun tidak langsung : melalui
kontak dengan benda yang terkontaminasi virus. Pemerintah
terus mensosialisasikan upaya pencegahan penularan,
diantaranya dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan cuci tangan pakai pada para jamaah haji
Inang (virus MERS) pada hewan, khususnya unta, karena itu
menghimbau jemaah tak berfoto dengan unta, jemaah perlu
menghindari kontak langsung dengan unta baik di peternakan
maupun persewaan. Juga tidak mengonsumsi produk berkaitan
dengan unta. Susu dan urine misalnya. Belum ada kasus
penularan virus dari manusia ke manusia. Sejauh ini hanya dari
unta yang terjangkit ke manusia.
29
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
B. Penyakit degeneratif
Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau
risiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat
yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan
fisik yang dikerjakan.
1) Demensia
Adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat,
menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu,
melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta
menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya
menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun. Penderita
demensia umumnya mengalami gejala sesuai dengan
30
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
31
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
2) Psikosis
Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya
karena tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang
berubah baik di lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih
luas, Jumlah jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
biasanya akan meningkat saat pelaksanan Wukuf di Arafah
sampai Mabit di Mina yaitu mencapai 40 sampai 50 orang.
Bahkan secara statistik jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil,
atau bisa 320 sampai 480 jamaah, sampai pelaksanaan haji
selesai. Hidup satu kamar dengan cara hidup yang berbeda
seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan suasana tidur yang
berubah membuat jamaah ada mengalami stres dan depresi,
bagi jamaah yang mudah stres diperlukan kesiapan obat-obatan
sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama jamaah untuk
membuat dirinya merasa nyaman secara teori penyesuaian
seseorang terhadap lingkungan perlu waktu tiga bulan, namun
jamaah dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam
beberapa hari.
Penyebab gangguan jiwa ini tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja tetapi multifaktorial seperti biologis, psikologis, sosial
dan kultural, sehingga penanganan yang dilakukan juga harus
holistik mencakup kesemua faktor diatas. Faktor biologis yang
paling sering terjadi adalah dehidrasi karena kondisi cuaca
panas di Madinah yang cukup ektstrim dengan kelembaban yang
rendah. Hal ini dapat menyebabkan jamaah mengalami masalah
fisik dan psikis seperti gelisah dll. Selain itu masalah sosial dan
kultural dari masing-masing jamaah yang berbeda daerah dan
negara menyebabkan beberapa jamaah mengalami kesulitan
dalam hal penyesuaian dengan lingkungan baru dan dengan
jumlah orang yang sangat ramai sehingga mengalami
kebingungan dan kecemasan. Masalah gangguan jiwa diatas
membutuhkan penanganan yang cukup jeli dari petugas
kesehatan yang ada. Pendekatan yang baik untuk menjalin rasa
percaya dari pasien sangat penting sehingga pasien merasa
diperhatikan oleh petugas. Pemenuhan kebutuhan dasar pasien
32
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
33
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
POKOK BAHASAN
DETEKSI DINI, TINDAKAN SEGERA DAN
LANGKAH-LANGKAH
ANTISIPATIF YANG DIPERLUKAN
A. Deteksi Dini
Kita harus memahami bahwa diperlukan kajian secara terus
menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit
berpotensi Kejadian Luar Biasa [KLB] di kloter. Tujuan kegiatan
deteksi dini terutama untuk mengetahui potensi ancaman KLB.
Sedangkan potensi yang dapat kita gunakan untuk menilai ini,
kita pergunakan data yang bersumber dari surveilans terpadu
penyakit dan jejaring surveilans epidemiologi penyakit
berpotensi KLB. Kemudian berdasarkan kajian epidemiologi
tersebut, kita dapat merumuskan suatu peringatan kewaspadaan
dini KLB di kloter dan pada periode waktu tertentu.
Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam usaha deteksi dini KLB
yang dapat dilakukan oleh TKHI yaitu :
1. Deteksi dini KLB;
2. Pelaporan kewaspadaan KLB oleh Jamaah;
3. Kesiapsiagaan menghadapi KLB;
4. Tindakan penanggulangan KLB secara cepat dan tepat;
B. Tindakan Segera
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular
dan Keracunan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya suatu KLB penyakit menular dan
keracunan, dan apabila terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi
dini dan diikuti dengan respon penanggulangan KLB sehingga
jumlah penderita dan kematian minimal serta KLB dapat
ditanggulangi.
Contoh Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit
Menular dan Keracunan bagi Jamaah Haji terdiri dari :
1. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB.
34
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
C. Langkah-langkah Antisipasi
Dalam tugas dan fungsinya sebagai TKHI dalam memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kegiatan yang
dianggap paling efektif adalah visitasi. Kegiatan visitasi
dilakukan dengan tujuan :
1. Membangun komunikasi antara jamaah haji dan petugas
2. Membangun kesiapsiapsiagan keadaan yang tidak
diinginkan
3. Membangun komunikasi antar petugas kloter dalam
pelayanan kesehatan haji
4. Mendeteksi jemaah haji sakit secara dini untuk diobati,
dirawat dan dirujuk
5. Mendeteksi keadaan yang bisa memperburuk kesehatan
jemaah haji
6. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada
masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci
tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan
jamban sehat, pemberantasan jentik di lingkungan
sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari;
beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada
tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta
penggunaan alat pelindung diri (misalnya memakai
masker dan paying bila melakukan kegiatan diluar, dll).
7. Meningkatkan pengawasan faktor risiko Iingkungan
8. Merencanakan logistik dan obat
3. Minimal Kontak
4. Cegah Kerumunan
5. Amankan Jamaah yang Sakit dan yang diduga kontak
6. Amankan bukti seperti makanan dan hal lain yang mungkin
menjadi penyebab
7. Satu perintah satu komando
8. Pahami prinsip penanganan penyakit, cara penularan dan
tindakan kegawatdaruratan
EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian faktor risiko internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji?
2. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan TKHI untuk
melakukan pengendalian kejadian penyakit menular dan
degeneratif yang ada pada jemaah haji kloternya?
3. Jelaskan bagaimana TKHI melakukan antisipasi apabila
terjadi Kejadian Luar Liasa (KLB) di dalam kelompok
terbangnya?
36
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter
REFERENSI
Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
Sjamsuridjal Djauzi,et.al, Pedoman Imunisasi Pada Orang
Dewasa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, Tahun 2012
Dirjen P2PL Kemenkes, Pedoman Surveilans dan reson
kesiapsiagaan menghadapi Mers_CoV, Tahun 2013
Pusat Kesehatan Haji, Petunjuk Teknis Penatalaksanaan
Penyakit Kardiovaskular, Tahun 2017
Pusat Kesehatan Haji, Petunjuk Teknis Penyakit Paru, Tahun
2017
37