You are on page 1of 16

Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN
PENGELOLAAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN
SECARA TERPADU

A. Faktor Risiko Internal

Faktor risiko internal yang perlu diwaspadai dan diamati


antara lain:
 Gangguan kesehatan/penyakit yang ada pada jamaah,
seperti hipertensi, penyakit jantung, asma, PPOK,
diabetes, stroke, dll.
 Perilaku yang potensial menimbulkan gangguan
kesehatan, seperti kebiasaan merokok, menyimpan jatah
makanan untuk dimakan di lain waktu (menunda makan),
dll.

Faktor risiko internal yang berupa gangguan kesehatan/penyakit


dapat diketahui dari hasil pemeriksaan kesehatan 1 dan 2 yang
terekam pada Kartu Kesehatan Jemaah Haji ( KKJH). Faktor
risiko internal berupa perilaku dapat diketahui dengan
pengamatan jamaah haji oleh TKHI kloter.

B. Faktor Risiko Eksternal

Prosesi haji sarat dengan kegiatan fisik yang harus dilaksanakan


secara sempurna dengan waktu yang telah ditentukan di
berbagai tempat sekitar kota Mekkah; meliputi :
 Tawaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali, dengan
arah berlawanan jarum jam, dimana ka’bah berada di sisi
kiri badan).
 Sai (berjalan sambil berlari kecil pulang balik sebanyak
tujuh kali dari bukit Safa ke Mawa, yang berkisar 500 m
sekali jalan).

22
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

 Wukuf di Arafah selama satu hari (berangkat dari Mekkah


sehari sebelum wukuf, dan tidur di bawah tenda pada
malam sebelum wukuf).
 Bermalam di Musdalifah di ruang terbuka, beratapkan
langit dan berlantai tanah yang dipenuhi dengan debu dan
manusia yang sangat padat dan diselimuti cuaca dingin.
 Lontar Jumroh. Perjalanan dari pemondokan ke Jamarat
berjarak 3-8 km sekali jalan, makan untuk pulang dan
pergi sekitar 6 – 16 km yang dilaksanakan 3 – 4 hari
berturut-turut, jalan yang dilalui sangat padat oleh jamaah
yang lalu lalang, dan berdesakan saat melontar jumroh.

Kegiatan di atas diperkirakan akan dapat menghabiskan 5 liter air


dari tubuh setiap jamaah dan menghabiskan 20 gram garam dari
proses keringat. Khususnya pada lelaki kegiatan di atas
disempurnakan dengan cukur rambut, sementara wanita cukup
dengan memotong beberapa helai rambut. Selama jamaah dalam
pakaian ihram dikenakan beberapa larangan yang disebut dengan
larangan ihram.
Jamaah kemudian akan meneruskan perjalanan dengan
melakukan ziarah ke Madinah dan khususnya jamaah haji dari
Indonesia akan melakukan kegiatan Arbain yaitu sholat berjamaah
empat puluh waktu (delapan hari) di Mesjid Nabawi. Selama
berada di Madinah, para jamaah haji juga melakukan ziarah ke
berbagai mesjid bersejarah.
Perhelatan tahunan yang digelar di Mekkah dan dihadiri oleh
muslimin dan muslimat dari berbagai penjuru dunia, pada waktu
yang sama dan dalam tempat yang terbatas menyebabkan
kepadatan yang sangat dan menimbulkan tantangan bagi
kesehatan masyarakat. Jumlah penduduk kota Mekkah berkisar
antara 200.000 orang yang meningkat secara drastis menjadi lebih
dari 2 juta orang selama musim haji. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap ketersediaan air, makanan, dan fasilitas kesehatan
tempat-tempat umum dan pengelolaan sampah seluruh jemaah
haji dari penjuru dunia.
23
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

Risiko kesakitan akibat penyakit menular meningkat dengan


berbagai pemaparan secara global. Musim haji tahun 2015 sampai
dengan 2025 ini diperkirakan akan memasuki musim panas dimana
suhu udara diatas rata-rata di Indonesia, bahkan dapat mencapai
suhu diatas 40 oC. Hal ini juga akan menjadi faktor risiko kesakitan
penyakit tidak menular meningkat dan ditambah dengan
peningkatan aktifitas sehari-hari. Karenanya dari beberapa kali
penyelenggaraan ibadah haji panitia penyelenggaraan ibadah haji
tidak bosan untuk selalu mengingatkan jemaah untuk membatasi
kegiatan pada saat siang hari dan untuk jemaah untuk sering minum
dan jangan menunggu haus. Jemaah harus sering semprotkan air
pada bagian kulit yang terbuka seperti muka dan tangan, gunakan
payung dan topi saat di luar gedung. Pada musim haji 2018 jemaah
mendapatkan paket Alat Pelindung Diri yang merupakan bukti
kesungguhan pemerintah untuk melindungi jemaah haji dengan
menyiapkan 204.000 kacamata, 20.400 pasang sandal, 204.000
payung, 20.400 box masker, 204.000 tas dan 20.400 penyemprot air
atau water spray. Hal ini diharapkan mengurangi terjadinya angka
kejadian Heatstroke pada jemaah.
Karenanya TKHI memerlukan cara bagaimana faktor-faktor risiko
tersebut dapat dikelola dengan terpadu, adapun langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Kenali Peristiwa
2. Kenali Jemaah
3. Membangun Kepercayaan antar Petugas,Jejaring kloter dan
Jemaah
4. Menyusun Strategi dalam Tim
5. Tindak Lanjut Pelaksanaan Strategi
6. Evaluasi
Masih tingginya angka kematian di hotel/pondokan menjadikan
pengelolaan faktor risiko kesehatan di kloter harus terus ditingkatkan
hal ini menjadikannya sebagai indikator keberhasilan seorang TKHI
dalam mengelola faktor risiko pada jemaahnya. Masa pembinaan di
daerahnya masing – masing dapat dijadikan media komunikasi yang
efektif untuk menjalin hubungan dalam rangka peningkatan

24
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

pengetahuan jemaah terhadap faktor risiko yang ada pada dirinya


sendiri dan bagaimana menyiapkan diri mempertahankan kondisi
kesehatannya. Jemaah juga sudah mulai dikenalkan kondisi Arab
saudi sejak masa pembinaan di daerah.

Tabel Jumlah dan Lokasi Jemaah Wafat

NO TEMPAT JUMLAH %
1. KKHI 4 1.04
2. RSAS 245 63.47
3. Sektor 2 0.52
4. Hotel/Pondokan 112 29.02
5. Masjid 10 2.59
6. Perjalanan 12 3.11
7. Lainnya 1 0.26
TOTAL 386 100

Sumber : Evaluasi Nasional Penyelenggaraan Haji Tahun 2018

25
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN
PENGENDALIAN KEJADIAN
PENYAKIT DI KLOTER

A. Penyakit Menular

Penyakit menular menjadi salah satu masalah kesehatan bagi


para calon jamaah haji. Penyakit tersebut terutama yang
berkaitan dengan penularan melalui saluran pernafasan dalam
bentuk droplet antara lain tuberkulosis, meningitis, influenza, flu
burung, flu babi dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
ditularkan melalui saluran pencernaan antara lain kolera, tifus
abdominalis, disentri, hepatitis dan poliomielitis. Selain itu perlu
diwaspadai penyakit menular dari Afrika yang mungkin terbawa
oleh jamaah Afrika melalui vektor, seperti demam kuning dan
tifus bercak wabah.

Saat ini di dunia mengenal istilah Penyakit Infeksi Emerging,


yaitu penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi
pertama kali atau telah ada sebelumnya muncul kembali,
meningkat secara cepat baik dalam jumlah maupun
penyebarannya di suatu daerah. Penyakit infeksi emerging dapat
dibagi menjadi penyakit infeksi re-emerging dan penyakit infeksi
new emerging. Beberapa penyakit infeksi yang mempunyai
potensi tinggi terinfeksi dan berbahaya selama menunaikan
ibadah haji antara lain adalah :

1) Meningitis Meningokokus
Adanya calon jamaah haji yang berasal dari daerah yang
endemis meningitis meningokokus merupakan sumber rantai
penularan penyakit ini. Kepadatan yang terjadi selama
menunaikan haji merupakan faktor risiko meningkatkan
penularan penyakit meningitis meningokokus. Pemerintah Arab
Saudi sejak tahun 1987 mewajibkan setiap calon jamaah haji
atau yang melakukan umroh harus mendapatkan vaksinasi

26
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

meningitis meningokokus. Namun pada musim haji 2000 dan


2001 terjadi KLB meningitis meningokokus dengan jumlah
penderita masing-masing 1300 dan 1109 orang. Lebih dari 50%
penderita di atas disebabkan oleh karena N. meningitidis
serogroup W135. Terjadi perubahan pola penyebab penyakit.
Sejak tahun 2001 pemerintah Arab Saudi sudah diperkenalkan
vaksin meningitis kuadrivalen. Namun demikian disadari bahwa
ada kemungkinan munculnya strain liar yang fatal.

2) ISPA dan Influenza


ISPA merupakan proporsi penyakit terbesar (57%) pasien yang
dirawat inap di RS Arab Saudi. Sementara data surveilans
kesehatan haji Indonesia menunjukkan bahwa kasus ISPA
(THT) merupakan yang terbanyak sebagai penyebab kunjungan
ke sarana pelayanan kesehatan. Studi tentang pola penyakit
menunjukkan bahwa H. Influenza, K pneumonia, dan S
pneumosia merupakan penyebab utama kejadia ISPA.
Influensa merupakan penyakit yang sangat menular dan ada di
Arab Saudi. WHO menganjurkan bahwa calon jamaah usia lanjut
atau risiko infeksi influenza tinggi disarankan untuk
mendapatkan vaksinasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa
insidens penyakit ini tinggi selama musim haji. Seiring dengan
meningkatnya kasus flue burung terutama dari beberapa daerah
di Indonesia maka pengamatan dan pengenalan yang ketat
terhadap gejala dan masa inkubasi harus dilakukan dengan baik
terutama di embarkasi.

3) Diare
Penyakit ini kerap menyerang jamaah haji Indonesia. Kloter
embarkasi Solo pernah melaporkan kejadian luar biasa diare
saat mau mendarat di debarkasi Solo. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan dan tingkat pengetahuan.
Kebiasaan makan jajanan yang tidak terkontrol dan menyimpan
makanan terlalu lama merupakan faktor risiko yang
meningkatkan kejadian penyakit di atas.

27
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

4) Ebola
Virus Ebola menyebabkan akut, penyakit serius yang sering fatal
jika tidak diobati. Penyakit virus Ebola (EVD) pertama kali muncul
pada tahun 1976 dalam 2 wabah simultan, satu di tempat yang
sekarang, Nzara, Sudan Selatan, dan yang lainnya di Yambuku,
Republik Demokratik Kongo. Yang terakhir terjadi di sebuah
desa dekat Sungai Ebola, dari mana penyakit itu mengambil
namanya. Wabah tahun 2014–2016 di Afrika Barat adalah
wabah Ebola terbesar dan paling kompleks sejak virus ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1976. Ada lebih banyak
kasus dan kematian dalam wabah ini daripada gabungan
lainnya. Ini juga menyebar antar negara, dimulai di Guinea
kemudian bergerak mEbola kemudian menyebar melalui
transmisi manusia-ke-manusia melalui kontak langsung (melalui
kulit yang rusak atau selaput lendir) dengan darah, sekresi,
organ atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi, dan
dengan permukaan dan bahan (misalnya tempat tidur, pakaian)
yang terkontaminasi dengan ini. cairan.elintasi perbatasan darat
ke Sierra Leone dan Liberia. Masa inkubasi, yaitu interval waktu
dari infeksi dengan virus hingga timbulnya gejala adalah 2 hingga
21 hari. Manusia tidak menular sampai mereka mengembangkan
gejala. Gejala pertama adalah serangan demam yang tiba-tiba,
nyeri otot, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Ini diikuti dengan
muntah, diare, ruam, gejala gangguan fungsi ginjal dan hati, dan
dalam beberapa kasus, baik perdarahan internal dan eksternal
(misalnya keluar dari gusi, darah di tinja).
Kaitannya ebola dengan penyelenggaraan ibadah haji adalah
tidak menutup kemungkinan jemaah haji bertemu dengan
jemaah haji yang berasal dari negara yang pernah dilaporkan
adanya virus ebola. Pencegahannya adalah dengan
menghindari kontak langsung dengan penderita ebola, jauhi
segala barang miliknya seperti handuk, dan petugas kesehatan
harus menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan dan
masker.

28
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

5) MERS- CoV
adalah singkatan dari Middle East Respiratory Syndrome Corona
Virus. Virus ini pertama kali dilaporkan pada bulan September
2012 di Arab Saudi. MERS-CoV merupakan virus jenis baru dari
kelompok corona virus (novel corona virus), namun berbeda
dengan virus SARS pada tahun 2003. Gejalanya adalah demam,
batuk dan sesak nafas, bersifat akut, biasanya pasien memiliki
penyakit ko-morbid/penyerta. Masa inkubasi penyakit ini adalah
2-14 hari. Virus MERSCoV dapat menular antar manusia secara
terbatas, dan tidak terdapat transmisi penularan antar manusia
di komunitas yang berkelanjutan. Kemungkinan penularannya
dapat secara langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada
saat pasien batuk atau bersin, maupun tidak langsung : melalui
kontak dengan benda yang terkontaminasi virus. Pemerintah
terus mensosialisasikan upaya pencegahan penularan,
diantaranya dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan cuci tangan pakai pada para jamaah haji
Inang (virus MERS) pada hewan, khususnya unta, karena itu
menghimbau jemaah tak berfoto dengan unta, jemaah perlu
menghindari kontak langsung dengan unta baik di peternakan
maupun persewaan. Juga tidak mengonsumsi produk berkaitan
dengan unta. Susu dan urine misalnya. Belum ada kasus
penularan virus dari manusia ke manusia. Sejauh ini hanya dari
unta yang terjangkit ke manusia.

5) Infeksi Melalui Cairan Tubuh


Penyakit yang kerap terjadi melalui cairan tubuh adalah penyakit
hepatitis B, C dan HIV. Di Mekkah potensi penularan ini dapat
terjadi karena jamaah haji banyak berasal dari daerah yang
endemis hepatitis. Cara penularan yang mudah dapat terjadi
melalui cukur rambut yang tidak bersih yang dilakukan selama
menunaikan ibadah haji.

29
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

B. Penyakit degeneratif
Perjalanan jauh dengan kondisi menderita penyakit kronis atau
risiko tinggi harus memperhatikan tidak hanya ketersediaan obat
yang selama ini digunakan, tetapi juga kesanggupan kegiatan
fisik yang dikerjakan.

Data kematian haji tahun 2018 menunjukkan bahwa sebagai


besar kematian terjadi oleh karena penyakit kronis yang
berhubungan dengan peningkatan aktifitas fisik, seperti penyakit
jantung dan obstruksi paru kronis. Namun demikian,
perkembangan penyakit menular yang dapat menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat dunia juga harus menjadi
perhatian. 1 orang jamaah pada musim haji tahun 2018
menderita penyakit menular potensial menimbulkan kedaruratan
kesehatan masyarakat dunia dapat dikategorikan sebagai
kejadian luar biasa yang memerlukan penanganan segera.

Dari uraian di atas, mengingat pentingnya pengelolaan faktor


risiko sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian
jamaah haji, maka semua petugas TKHI kloter harus mempunyai
kemampuan melakukan identifikasi faktor risiko jamaah haji di
kloternya. Hasil identifikasi menjadi dasar tindakan berikutnya
berupa pemetaan faktor risiko jamaah, pemantauan lanjut
(follow-up), pengendalian faktor risiko, termasuk juga kegiatan
pembinaan dan promosi kesehatan.

C. Demensia dan Psikosis

1) Demensia
Adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan
kemampuan fungsi otak, seperti berkurangnya daya ingat,
menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu,
melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta
menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya
menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun. Penderita
demensia umumnya mengalami gejala sesuai dengan

30
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

penyebabnnya, dengan perubahan kognitif dan psikologis


sebagai gejala yang utama.
Gejala yang umumnya dirasakan dari segi kognitif meliputi:
• Hilang ingatan
• Kesulitan berkomunikasi
• Kesulitan berbahasa dan betutur kata
• Sulit memecahkan masalah atau merencanakan sesuatu
• Konsentrasi menurun
• Sulit menilai situasi dan mengambil keputusan
• Sulit mengkoordinasikan pergerakan tubuh
• Merasa bingung

Sedangkan gejala yang dirasakan dari segi psikologis meliputi:


• Depresi
• Gelisah
• Perubahan perilaku dan emosi
• Merasa ketakutan (paranoid)
• Agitasi
• Halusinasi.

Sampai saat ini angka kesakitan untuk demensia masih belum


valid karena memastikan diagnosa demensia dapat mengarah
kepada gangguan jiwa lainnya, namun gejala yang ditimbulkan
dapat mengakibatkan masalah tersendiri mengganggu proses
ibadah haji jamaah lainnya. Deteksi dini terhadap kondisi yang
mengarah kepada gangguan demensia harus dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan melalui visitasi yang ketat.

Dalam kondisi parah, penderita dapat mengalami gejala lanjutan


seperti kelumpuhan di salah satu sisi tubuh, tidak mampu
menahan kemih, penurunan nafsu makan, hingga kesulitan
menelan. Pada jamaah haji indonesia yang sebagian besar
adalah lanjut usia, banyak sekali kasus demensia ditemukan
dengan gejala terbanyak adalah bingung, hilang ingatan sampai
depresi yang akan mengganggu proses ibadah mereka selama
prosesi haji

31
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

2) Psikosis
Jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa biasanya
karena tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi yang
berubah baik di lingkungan kamar maupun lingkungan yang lebih
luas, Jumlah jamaah yang mengalami gangguan kesehatan jiwa
biasanya akan meningkat saat pelaksanan Wukuf di Arafah
sampai Mabit di Mina yaitu mencapai 40 sampai 50 orang.
Bahkan secara statistik jumlahnya mencapai 2 sampai 3 per mil,
atau bisa 320 sampai 480 jamaah, sampai pelaksanaan haji
selesai. Hidup satu kamar dengan cara hidup yang berbeda
seperti bahasa, kebiasaan senang AC, dan suasana tidur yang
berubah membuat jamaah ada mengalami stres dan depresi,
bagi jamaah yang mudah stres diperlukan kesiapan obat-obatan
sejak di Tanah Air dan perlu bantuan dari sesama jamaah untuk
membuat dirinya merasa nyaman secara teori penyesuaian
seseorang terhadap lingkungan perlu waktu tiga bulan, namun
jamaah dituntut siap menghadapi perubahan itu hanya dalam
beberapa hari.
Penyebab gangguan jiwa ini tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja tetapi multifaktorial seperti biologis, psikologis, sosial
dan kultural, sehingga penanganan yang dilakukan juga harus
holistik mencakup kesemua faktor diatas. Faktor biologis yang
paling sering terjadi adalah dehidrasi karena kondisi cuaca
panas di Madinah yang cukup ektstrim dengan kelembaban yang
rendah. Hal ini dapat menyebabkan jamaah mengalami masalah
fisik dan psikis seperti gelisah dll. Selain itu masalah sosial dan
kultural dari masing-masing jamaah yang berbeda daerah dan
negara menyebabkan beberapa jamaah mengalami kesulitan
dalam hal penyesuaian dengan lingkungan baru dan dengan
jumlah orang yang sangat ramai sehingga mengalami
kebingungan dan kecemasan. Masalah gangguan jiwa diatas
membutuhkan penanganan yang cukup jeli dari petugas
kesehatan yang ada. Pendekatan yang baik untuk menjalin rasa
percaya dari pasien sangat penting sehingga pasien merasa
diperhatikan oleh petugas. Pemenuhan kebutuhan dasar pasien

32
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

seperti makan, minum, BAB dan BAK merupakan hal yang


sangat penting karena penyebab gangguan jiwa bisa saja
disebabkan oleh faktor fisik tadi selain penanganan secara
keperawatan maupun secara medik.
Selain itu, dehidrasi bisa menjadi pemicu gangguan jiwa
sehingga disarankan jamaah jangan sampai menjalankan
aktifitas fisik melebihi kemampuannya, kambuhnya sejumlah
penyakit di usia tua bisa disebabkan oleh kelelahan dan
dehidrasi termasuk penyakit pikun, sehingga banyak ditemukan
beberapa jamaah lanjut usia hilang karena lupa jalan pulang ke
tempat tinggalnya.
Gejala yang sering timbul pada jamaah haji yang mengalami
gangguan jiwa di tanah suci adalah berupa emosi yang tak wajar,
kebingungan, depresi dan kadang muncul dorongan bunuh diri,
berbicara tak beraturan, mengalami delusi dan ilusi serta
halusinasi.

33
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

POKOK BAHASAN
DETEKSI DINI, TINDAKAN SEGERA DAN
LANGKAH-LANGKAH
ANTISIPATIF YANG DIPERLUKAN

A. Deteksi Dini
Kita harus memahami bahwa diperlukan kajian secara terus
menerus dan sistematis terhadap berbagai jenis penyakit
berpotensi Kejadian Luar Biasa [KLB] di kloter. Tujuan kegiatan
deteksi dini terutama untuk mengetahui potensi ancaman KLB.
Sedangkan potensi yang dapat kita gunakan untuk menilai ini,
kita pergunakan data yang bersumber dari surveilans terpadu
penyakit dan jejaring surveilans epidemiologi penyakit
berpotensi KLB. Kemudian berdasarkan kajian epidemiologi
tersebut, kita dapat merumuskan suatu peringatan kewaspadaan
dini KLB di kloter dan pada periode waktu tertentu.
Terdapat beberapa jenis kegiatan dalam usaha deteksi dini KLB
yang dapat dilakukan oleh TKHI yaitu :
1. Deteksi dini KLB;
2. Pelaporan kewaspadaan KLB oleh Jamaah;
3. Kesiapsiagaan menghadapi KLB;
4. Tindakan penanggulangan KLB secara cepat dan tepat;

B. Tindakan Segera
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit Menular
dan Keracunan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya suatu KLB penyakit menular dan
keracunan, dan apabila terjadi KLB, maka KLB dapat terdeteksi
dini dan diikuti dengan respon penanggulangan KLB sehingga
jumlah penderita dan kematian minimal serta KLB dapat
ditanggulangi.
Contoh Upaya Pencegahan dan Penanggulangan KLB Penyakit
Menular dan Keracunan bagi Jamaah Haji terdiri dari :
1. Sistem Kewaspadaan Dini dan respon KLB.

34
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

2. Upaya pencegahan risiko KLB dengan melaksanakan


imunisasi dan peningkatan daya tahan jamaah haji,
pengendalian faktor risiko lingkungan dan perilaku
jamaah haji.
3. Penanggulangan KLB.

C. Langkah-langkah Antisipasi
Dalam tugas dan fungsinya sebagai TKHI dalam memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kegiatan yang
dianggap paling efektif adalah visitasi. Kegiatan visitasi
dilakukan dengan tujuan :
1. Membangun komunikasi antara jamaah haji dan petugas
2. Membangun kesiapsiapsiagan keadaan yang tidak
diinginkan
3. Membangun komunikasi antar petugas kloter dalam
pelayanan kesehatan haji
4. Mendeteksi jemaah haji sakit secara dini untuk diobati,
dirawat dan dirujuk
5. Mendeteksi keadaan yang bisa memperburuk kesehatan
jemaah haji
6. Meningkatkan upaya promosi kesehatan kepada
masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), terutama dalam hal penggunaan air bersih; cuci
tangan dengan air bersih dan sabun; penggunaan
jamban sehat, pemberantasan jentik di lingkungan
sekitar; konsumsi buah dan sayur setiap hari;
beraktivitas fisik setiap hari; membuang sampah pada
tempatnya; tidak meludah sembarangan; serta
penggunaan alat pelindung diri (misalnya memakai
masker dan paying bila melakukan kegiatan diluar, dll).
7. Meningkatkan pengawasan faktor risiko Iingkungan
8. Merencanakan logistik dan obat

Langkah – langkah dalam pengendalian adalah sebagai berikut :


1. Universal Precaution
2. Tenang
35
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

3. Minimal Kontak
4. Cegah Kerumunan
5. Amankan Jamaah yang Sakit dan yang diduga kontak
6. Amankan bukti seperti makanan dan hal lain yang mungkin
menjadi penyebab
7. Satu perintah satu komando
8. Pahami prinsip penanganan penyakit, cara penularan dan
tindakan kegawatdaruratan

EVALUASI PEMBELAJARAN
1. Jelaskan pengertian faktor risiko internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi kesehatan jemaah haji?
2. Jelaskan apa saja yang harus dilakukan TKHI untuk
melakukan pengendalian kejadian penyakit menular dan
degeneratif yang ada pada jemaah haji kloternya?
3. Jelaskan bagaimana TKHI melakukan antisipasi apabila
terjadi Kejadian Luar Liasa (KLB) di dalam kelompok
terbangnya?

36
Materi Inti 2 Pengendalian Kejadian Penyakit di Kloter

REFERENSI
 Permenkes Nomor 45 Tahun 2014 Tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
 Sjamsuridjal Djauzi,et.al, Pedoman Imunisasi Pada Orang
Dewasa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, Tahun 2012
 Dirjen P2PL Kemenkes, Pedoman Surveilans dan reson
kesiapsiagaan menghadapi Mers_CoV, Tahun 2013
 Pusat Kesehatan Haji, Petunjuk Teknis Penatalaksanaan
Penyakit Kardiovaskular, Tahun 2017
 Pusat Kesehatan Haji, Petunjuk Teknis Penyakit Paru, Tahun
2017

37

You might also like