You are on page 1of 75

Garis Besar Pembahasan dalam Bidang Kajian

Pembahasan Bidang Kajian berangkat dari penggalian isu arsitektural berdasarkan fenomena

empiris, yang kemudian dikembangkan dalam konteks pengetahuan dan kajian-kajian yang

dibagi menjadi 3 tahap, seperti dalam uraian singkat berikut ini.

 Bidang Kajian 01

Bidang kajian pertama berfokus pada landasan filosofis kata-kata kunci isu. Landasan

filosofis ini kemudian menjadi dasar untuk menganalisis relasi isu dengan paham pemikiran

filosofis yang berpengaruh pada arsitektur.

 Bidang Kajian 02

Landasan filosofis hasil Bidang Kajian 01, digunakan sebagai dasar untuk menentukan teori-

teori arsitektural yang dielaborasi dalam Bidang Kajian 02. Isu arsitektural kemudian

dikontekskan ke dalam teori-teori arsitektural.

 Bidang Kajian 03

Landasan filosofis dan elaborasi teori-teori arsitektural pada Bidang Kajian 02 menjadi dasar

untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Bidang kajian 03 menganalisis

relasi isu dengan pengetahuan dan metodologi penelitian arsitektural.


ABSTRAK

Ornamen arsitektural pada rumah tradisional merupakan fenomena arsitektur tradisional yang menjadi
ciri khas arsitektur tradisional yang berkembang pada zaman pra modern dimana pembangunan rumah
tradisional masih bersifat manual sederhana dan memiliki tatacara yang khas. Ornamen telah
berkembang bersama dengan sejarah arsitektur dari zaman prasejarah sampai dengan zaman moderen
dan posmoderen. Paham moderen yang berlangsung hampir 100 tahun lebih berakibat mempengaruhi
secara signifikan perubahan makna bahkan bentuk dan hirarki, sehingga peningalan rumah tradisional
Bengkulu yang memiliki ornamen menjadi sangat penting keberadaaanya untuk dilakukan penelitian
lebih mendalam dengan mengkasifikasinya secara anatomikan dan taksonomikal sehingga
diketahuinya pakem ornamen arsitektural sebenarnya yang nantinya menjadi referesi pengunanan
dimasa kini. Ornamen arsitektural ibarat berdandan wajah dikarenakan unsurnya sangat kuat dan
terdapat pada bagian muka dari bangunan terutama berendo atau teras tempat menerima tamu. Isu
dalam paham posmoderen kembalinya unsur lokalitas dan tradisi sebagai bagian dari pekembangnya,
tertapi karena pakem ornament arsitektural Bengkulu belum memiliki dasar aturan atau referensi yang
dapat digunakan untuk pengunaa praktisinya sehingga terkesan asal pakai dengan mengabaikan
makna hirarki dan tata aturnya. Ini berakibat penyimpangan dalam pengunaan ornamen dalam
bangunan kekinian. Hal ini mengkhawatirkan bagi masyarakat adat, tradisi dan budaya Bangkulu
karena jika menyimpang dari sekarang maka kedepannya arsitektur tradisional Bengkulu akan
kehilangan identitasnya dan atau ornamen hanya menjadi ragam hias tanpa makna dan arti. Keuniqan
dari ornamen Bengkulu adalah jumlahnya yang sangat banyak dan ada kekhususan yang didominasi
bentuk Anggrek 10 persen dari bentuk yang teridentifikasi. Selaras dengan penelitian dari Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu Prof Dr.Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S. terdapat 160 jenis
Anggrek dan beberapanya tercatat sebagai endemik yang artinya hanya hidup diwilayah Bengkulu.

Kata kunci: Ornamen, Anatomikal, Taksonomikal, Berdandan dan Anggrek


INDEX

1. JUDUL SEMINAR BIDANG KAJIAN FILOSOFIS

A. Defisinisi Judul Berdasarkan KBBI

B. Definisi Kamus Oxford

C. Definisi Vitruvius. The Ten Books of Arcitecture : the ornaments of the orders

2. LATAR BELAKANG

A. Linimasa Sejarah Arsitektur dari Prasejarah sampai dengan Posmoderen.

B. Sejarah Filosofis Ornamen dan Perkembangananya

3. FENOMENA

A. Fenomena Gagalnya Modernisme

B. Fenomena Munculnya Posmodernisme

C. Fenomena Arsitektur Tradisional di Asia

D. Fenomena Arsitektur Tradisional di Indonesia

E. Fenomena Arsitektur Tradisional di Sumatra

4. ISU ORNAMEN ARSITEKTURAL PADA RUMAH TRADISIONAL

A. Paradigma Rasionalis

B. Paradigma Posmoderen

5. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

6. RANGKUMAN

7. DAFTAR REFERENSI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1; Ornamen prasejarah

Gambar 2; Ornamen zaman Mesir kuno

Gambar 3; Ornamen zaman yunani kuno

Gambar 4; Ornamen pada zaman arsitektur Inca

Gambar 5; Ornamen zaman arsitektur Maya

Gambar 6; Ornamen zaman arsitektur Persia

Gambar 7; Ornamen zaman arsitektur Roma

Gambar 8; Ornamen zaman arsitektur Sumeria

Gambar 9; Ornamen zaman arsitektur klasik Yunani

Gambar 10; Gaya arsitektur Medivan

Gambar 11; Ornamen zaman arsitektur Gotik

Gambar 12; Ornamen zaman arsitektur Renaissance

Gambar 13; Arsitektur dan ornamen zaman Barok

Gambar 14; Arsitektur dan ornamen zaman Regency

Gambar 15; Arsitektur dan ornamen zaman Neo-Classical

Gambar 16; Arsitektur zaman Greek Reviva

Gambar 17; Arsitektur zaman Neo-Gothic

Gambar 18; Arsitektur zaman Second Empire

Gambar 19; Arsitektur zaman Neo-Byzantine


Gambar 20; Arsitektur zaman Neo-Romanesque

Gambar 21; Arsitektur zaman Jacobethan

Gambar 22; Arsitektur zaman Tudorbethan

Gambar 23; Ville Savoye karya Le Corbusier dan Pierre Jeanneret

Gambar 24; Arsitektur Art Nouveau

Gambar 25; Arsitektur Art Deco

Gambar 26; Arsitektur Cubsim

Gambar 27; Arsitektur posmoderen sebagai kritikan pada arsitektur modern

Gambar 28; Ornamen Oceanian

Gambar 29; Ornamen Mesir

Gambar 30; Ornamen Assyria

Gambar 31; Ornamen Yunani

Gambar 32; Ornamen Roman

Gambar 33; Ornamen Roman

Gambar 33; Ornamen Byzantine

Gambar 34; Ornamen Romanesque

Gambar 35; Ornamen Cheltic

Gambar 36; Ornamen Skandinavia

Gambar 37; Ornamen Norman

Gambar 38; Ornamen Ghotik


Gambar 38; Ornamen Rennesan

Gambar 39; Ornamen Muhammad

Gambar 40; Ornamen Persia

Gambar 42; Ornamen Chines

Gambar 43; Ornamen Japan

Gambar 44; Ilustrasi Penempatan Ornamen pada Rumah Tradisioal Bengkulu keutamaan

pada Berendo/teras rumah

Gambar 45; Ornamen berbentuk Anggrek mendominasi


1. JUDUL SEMINAR BIDANG KAJIAN FILOSOFIS

A. Defisinisi Judul Berdasarkan KBBI

Ornamen Arsitektural pada Rumah Tradisional Bengkulu (thick description classification

taxonomic and anatomical)”

Arti Kata perkata judul Berdasarkan KBBI

• Ornamen; Adalah Hiasan yang bersifat permanen (menempel) dalam Arsitektur yang di

gambar atau dipahat pada bangunan atau candi.

• Arsitektural; seluruh hal berhubungan dengan arsitektur

• Rumah Tradisional; Rumah suku khas suatu daerah

• Bengkulu; Provinsi di Indonesia dengan ibu kota Bengkulu, terletak di Pulau Sumatra

Pengertian dari judul seminar bidang kajian filosofis ini adalah tentang studi ornamen

dalam rumpun ilmu arsitektural yang dilakukan pada rumah tradisional diprovinsi Bengkulu.

B. Definisi Kamus Oxford

A thing used or serving to make something look more attractive but usually

having no practical purpose, especially a small object such as a figurine. Decoration

added to embellish something. Dapat diartikan bahwa ornamen menurut kamus

Oxford adalah sesuatu benda kecil yang dibuat atau ditampilkan agar (beda utamanya)

terlihat lebih menarik meskipun tanpa tujuan praktis dan memperindah sesuatu.

C. Definisi Vitruvius. The Ten Books of Arcitecture : the ornaments of the orders

Vitruvius.(1914) The Ten Books of Arcitecture; Ornamen tidak bisa lepas dari

elemen dalam bangunan yang merupakan bagian dari Venustas. Dalam buku ini

bercerita (1) Ornamen tidak bisa lepas dari elemen lain dalam bangunan seperti

kolom, kasau, listplang dan balok–tie. (2) Tiap detail ornamen memiliki letak, asal

dan urutan semua pembuat ornamen percaya harus dapat mengikuti pengaturan kuno.

(3) Terdapat cara membuatnya berbeda dengan diikat juga diukir pada batu. (4)

Ornamen yang paling sederhana di Yunani adalah triglif adalah tiga garis vertikal
diatas tiang, dan metope adalah ruang berbentuk segi empat di antara tiap triglif yang

letaknya pada bagian kepala kolom atau antar jendela Metope juga biasa terdapat

ornamen ukiran vertikal yang mengambarkan cerita para dewa. (5) triglif dan metope

berguna menciptakan ordo Doric dan Ordo Ionik. (6) Aturan simetris dan proposi

pada aturan order yang diangap sebagai prinsip-prinsip kebenaran alam.

2. LATAR BELAKANG

A. Linimasa Sejarah Arsitektur dari Prasejarah sampai dengan Posmoderen.

Nuttgens, Patrick (1983), The Story of Architecture, Prentice Hall; dalam

linimasa arsitektur terdapat alur yang dapat dilihat sebagai perubahan dinamika

arsitektur yang di dalamnya terdapat ornamen sebagai bagian dari perkembangan

sejarah arsitektur menurut masanya.


PREHISTORIC ARCHITECTURE (10000 BC – 3000 BC)

ANCIENT ARCHITECTURE (3000 BC – 373 AD)


• Ancient Egyptian Architecture
• Ancient Greece Architecture
• Inca Architecture CLASSICAL ARCHITECTURE (800 BC – 1750 AD)
• Maya Architecture
• Persian Architecture
• Roman Ancient Architecture • Medieval Architecture
• Sumerian Architecture • Gothic Architecture
• Renaissance Architecture
• Baroque Architecture
THE AGE OF ENLIGHTENMENT (1750 AD – 1900 AD)
• Regency architecture
• Neo-Classical architecture
• Greek Revival
• Neo-Gothic architecture
• Second Empire
• Neo-Byzantine architecture
• Neo-Romanesque architecture
• Jacobethan architecture
• Tudorbethan architecture MODERN ARCHITECTURE (1900 AD –2005)

• Art Decco
• Neoclassical,
POSTMODERN ARCHITECTURE (1960 AD - Sekarang) • Constructivism
• Cubsim,
• Neo-modern architecture • Modernism,
• Googie Architecture • Art Nouveau
• Arsitektur Dekonstruksi • Futurism
• Arsitektur Berkelanjutan

Skema 1

Linimasa Ornamen dalam perkembangan sejarah arsitektur


Prehistoric Architecture (10000 BC – 3000 BC) disebut juga era neolitikum.

Bukti-bukti sejarah bangunan terlihat di barat daya asia yaitu sekitar Syria, Iraq (8000

BC), sebelah tenggara eropa (7000 BC), dan eropa tengah (5500 BC). Masyarakat

Neolitikum di Syria dan sekitarnya merupakan tukang bangun. Bangunan sudah

disusun dari batu bata tanah liat. Bahkan rumah tinggalnya pun sudah dilapis ragam

hias yang belum dapat disebut ornamen berupa dilukis seperti gambar manusia dan

binatang.

Gambar 1

Ornamen prasejarah

Ancient Architecture (3000 BC – 373 AD) bermula ketika manusia di dunia

sudah mengenal Tuhan, iblis, dan malaikat. Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang

solid. Semua aspek keseharian manusia selalu dihubung-hubungkan dengan unsur

yang supranatural dan bertujuan sebagai perwujudan regenerasi, musim, siang, dan

malam. Ancient world banyak didapat di sekitar Mesir (Ancient Egyptian

Architecture), Yunani (Greek), Babilonia & Assyria, Inca, Mayam Persia, Romawi,

dan Sumeria.

 Ancient Egyptian Architecture; bangunan arsitektur di Mesir Kuno ini terbuat

dari bata tanah liat dan batu. Batu biasanya banyak digunakan pada pemakaman

dan kuil, sementara bata digunakan untuk istana dan benteng kuil serta

kompleks kota. Rumah tinggal di Mesir Kuno dibuat dari tanah liat yang
dikeringkan yang diambil dari sungai Nil. Namun sekarang banyak kota dari

zaman Mesir Kuno yang sudah musnah karena letaknya disisi sungai Nil, karena

sungai Nil membanjiri kota-kota tersebut seiring waktu. Eksterior dan interior

dinding diselimuti oleh hieroglyphic (tulisan Mesir Kuno) dan pahatan yang

dicat dengan warna-warni. Motif dari ornamen bangsa Mesir adalah sebuah

simbol, seperti scarab, kumbang. Motif yang umum juga seperti daun palem,

tanaman Papyrus, dan bunga Lotus.

Gambar 2

Ornamen zaman Mesir kuno

 Ancient Greece Architecture; bangunan di Yunani periode kolonial (8-6 BC)

terbuat dari kayu, bata, dan tanah liat tidak terdapat jejaknya. Material kayu

sudah dibentuk menjadi balok, plaster dibuat menjadi sink dan bathtub. Batu

kapur dan marbel untuk kolom dan dinding, serta perunggu sebagai ornamen

bangunan. bangunan Yunani Kuno yang masih bertahan contohnya seperti

Parthenon dan Hephaesteum di Athena. Rata-rata bangunan berbentuk kotak

dan terbuat dari batu dengan kolom Doric, Ionic dan Corinthian
Gambar 3

Ornamen zaman yunani kuno

 Inca Architecture; Bangunan zaman Inca cirinya terbuat dari susunan batu.

Kota Hilang Machu Pichu di atas bukit Peru adalah warisan sejarah terbesar dari

Arsitektur Inca. Komplek bangunan yang diperkirakan berdiri sekitar 1460

dibangun dari dinding batu pada arsitektur pre-Columbia di Amerika Selatan,

ornamen ditampilkan berupa susunan batu tanpa diukir.

Gambar 4

Ornamen pada zaman arsitektur Inca


 Maya Architecture; Arsitektur bangsa Maya Bangsa juga banyak menyusun

bangunannya dengan batu. Salah satu bangunan yang dibuat dari batu adalah

podium untuk upacara ritual keagamaan. Bangunan lainnya adalah Piramida

dengan atap sisir yang cukup berperan dalam keagaaman bangsa Maya. Bangsa

Maya juga dikenal sudah mengenal astronomi, terutama bulan dan planet venus.

Ornamen bangsa Maya banyak berbentuk burung dan dewa-dewa yang mereka

pahat pada batu.

Gambar 5

Ornamen zaman arsitektur Maya

 Persian Architecture; Persian juga berkembang dan terbagi atas Pre-Islamic

Architecture dan Post-Islamic Archtecture. Bentuk bangunan sendiri tidak

mengindahkan simbol geometri tetapi Mengadaptasi bentuk murni dari

lingkaran dan persegi. Bangunan Persia beraneka ragam dari gubuk petani

sampai kedai, taman pavilion sampai istana. Ornamen dari persia banyak

berupa kuda dengan sayap, kereta kuda serta hewan sapi, kuda dan burung.
Gambar 6

Ornamen zaman arsitektur Persia

 Roman Ancient Architecture; arsitektur Romawi kuno banyak mengadaptasi

gaya arsitektur Yunani, kedua gaya tersebut disadari menjadi dasar dari

arsitektur klasik. Politik propaganda juga membuat bangunan-bangunan harus

dibuat menarik seperti ruang publik. Romawi Kuno menggunakan lengkungan,

dome, dan penemuan beton sebagai material pada bangunan publiknya.

Bangunan juga banyak dipengaruhi oleh dorongan keagamaan seperti

Pantheon. Salah satu bangunan yang cukup impresif adalah amphitheatres the

Colosseum di Roma. Fungsinya sebagai tempat kontes Gladiator dan sarana

berkumpul rakyat dan penguasa.

Gambar 7

Ornamen zaman arsitektur Roma


 Sumerian Architecture; bangunan di Sumeria menggunakan bata lempung

sebagai material utama. Selain itu di Sumeria sudah memiliki desain tata kota,

arsitektur rumah tinggal, arsitektur bangunan umum (tempat ibadah), Kuil,

Istana, dan arsitektur lansekap. Arsitektur Sumeria adalah dasar dari peradaban

arsitektur yang berkembang kemudian di sekitar Timur Tengah. Ornamen

sumeria berupa pahatan pada dinding batu yang berbentuk kehidupan sosial

dana tatanan pemerintahan.

Gambar 8

Ornamen zaman arsitektur Sumeria

Classical Architecture (800 BC – 1750 AD); era ini manusia semakin

mendalami arsitektur dari tiga aspek dasar. Yaitu firmitas (kekuatan), utilitas

(kegunaan atau fungsi), venustas (keindahan) estetika harus terukur dan disertakan

dengan teori-teori seperti proporsi, ritme, simetri, harmoni, geometri, golden section

dan ornamen yang menjadi pedoman. perkembangan arsitektur Yunani dan Romawi

kuno diawal abad 800 BC – 1750 AD. Sebelumnya memang beberapa ahli

menyatakan era klasik di Yunani dan Romawi sudah berkembang pada abad kuno.

Gaya Klasik memiliki karakter dan detail yang dapat dikenali dari bentuk kolom
dengan capital (kepala), entablature, architrave, frieze, dan cornice dikenal juga

istilah Metope dan triglif.

 Classical Greece Architecture and Roman Architecture; Tipologi bangunan

Yunani kuno yang persegi biasanya dikelilingi oleh kolom di keempat sisinya.

Namun hanya kuil yang banyak diketahui tersisa dari bentuk bangunan publik

di Yunani. Bangunan berpedoman pada prinsip proporsi yang dikenal dengan

“Golden Section” yang berasal dari konsep Pythagoras. Golden Section

memiliki sifat aljabar dan geometris. Arsitektur Romawi Kuno banyak

mengadaptasi Arsitektur Yunani. Kedua gaya tersebut disadari menjadi dasar

dari arsitektur klasik. Namun, elemen sosial seperti kemakmuran, populasi

yang besar dalam kota memaksa Romawi Kuno mencari arsitektur baru

sebagai solusi dari masalahnya. Semua bangunan di abad Romawi Kuno ini

dijabarkan oleh Vitruvius dalam tulisan pertamanya di abad 1 AD dalam

bukunya De Architectura. Ornamen banyak dijelasakan tentang Metop dan

Triglif.

Gambar 9

Ornamen zaman arsitektur klasik Yunani

 Medieval Architecture; Arsitektur eropa barat di era awal abad pertengahan

dibagi atas era Early Christian (Awal Kristiani) dan Pre-Romanesque,

termasuk Merovingian, Carolingian, dan Asturian. Beberapa peninggalan


arsitektur abad pertengahan yang masih bertahan umumnya adalah sebuah

benteng. Istana dan benteng ini menunjukkan keberadaan bangunan non

religius yang pernah ada di era arsitektur abad pertengahan. Dimana ciri

bangunan tersebut memiliki jendela-jendela yang difungsikan sebagai tempat

prajurit pemanah untuk menembak dari luar bangunan. Ornamen berbentuk

kayu yang disilang dan terdapat pada bagian atap, terdapat penanda berupa

bendera dan juga bagian listplang kolom dan pintu dan tiang lampu taman.

Gambar 10

Gaya arsitektur Medivan

 Gothic Architecture; Gaya Gothic dimulai di Perancis abad ke 12 sampai 16

Masehi. Arsitektur Gothic dikenal sebagai periode “French Style”.

Karakteristik yang paling tercermin membentuk arsitektur Gothic adalah

Cathedrals dan Churches. Era Gothic sendiri kemudian berkembang menurut

wilayahnya masing-masing. Seperti di Perancis, Inggris, Italia, Spanyol,

Portugal, dan Polandia. Ornamen Gothic banyak terdapat di jendela dengan

bentuk-bentuk geometris melengkung, persegi, dan kerucut yang menajam.


Gambar 11

Ornamen zaman arsitektur Gotik

 Renaissance Architecture; Era renaissance ini disebut juga “Early Modern”.

Pembangunan dari abad pertengahan lebih tertujuh pada bagaimana geometri

menjadi penghubung antara cahaya dengan keberadaan material yang

kemudian dikreasikan sebagai bangunan yang memiliki karakter eksistensi

yang kuat. Hubungan ini yang kemudian menyadari manusia

merepresentasikan khasanah baru ke dalam arsitektur Renaissance.

Renaissance juga menyebar ke Perancis akhir abad 15 masehi. Ketika Charles

VIII kembali di tahun 1496. Gaya bangunannya bisa kita lirik pada Chateau

d’Amboise yang sangat kental dengan gaya Renaissance. Ornemen

Renaissance banyak berupa bentuk tumbuhan manusia dan geometri juga

terdapat bentuk-bentuk hewan.

Gambar 12
Ornamen zaman arsitektur Renaissance

 Baroque Architecture; Arsitektur Barok dimulai di awal abad 17 Masehi di

Italia. Dengan paradigma berfikir dari era Romawi dengan campuran bahasa

arsitektur dari era Renaisance, Barok mengekspresikan bangunan sebagai

reformasi dari Renaissance itu sendiri. Pergerakan itu dipengaruhi oleh

keberadaan paradigma agama di mana Catholic Church berreformasi

merespon keberadaan Protestan. Arsitektur Barok juga dihubung-hubungkan

dengan Kolonialisme di Eropa. Ornamen pada arsitektur Barok banyak

berbentuk pengambaran malaikat dan orang suci serta tumbuhan yang

merambat.

Gambar 13

Arsitektur dan ornament zaman Barok

The age of enlightenment (1750 ad – 1900 ad) era yang dikenal juga dengan

“the Age of Reason”. Era ini adalah peralihan dari era Klasik, di abad ini manusia

sudah menemukan teknologi (penemuan) baru yang belum pernah terpikirkan

sebelumnya. Penemuan ini kemudian mengembangkan arsitektur ke arah yang lebih

inovatif lagi seperti penemuan listrik, mesin uap dan mesin lainnya. Pengaruh
perkembangan ini akhirnya menciptakan teknologi baru dalam arsitektur, material dan

olah struktur kemudian bersinergi dengan bahasa arsitektur baru, era ini gaya

arsitektur masa lalu banyak di adopsi ulang untuk skala perumahan dan tempat

tinggal. adapun gaya arsitektur yang berkembang adalah sebagai berikut;

• Regency architecture; adalah aliran neoklasik akhir yang mengikuti zaman

penjajahan dan invasi Inggris pada negara-negara dunia ke tiga banya

perkebangan di perumahan di desa dan tepi pantai, jendela busur menjadi mode

sebagai bagian dari gaya ini. Ornamennya banyak terdapat pada kolom estetika

dan bagian jendela serta pintu berbentuk untuk kelas menengah memiliki

sedikit ornamen.

Gambar 14

Arsitektur dan ornament zaman Regency

• Neo-Classical architecture; sebenarnya adalah pengulangan zaman arsitektur

klasik yunani dan romawi yang memiliki ornamen lebih sederhana pada kolom

jendela dan memiliki segitiga pelana atap yang pada fasade memiliki ornamen

berbentuk bulat ataupun tumbuhan.


Gambar 15

Arsitektur dan ornament zaman Neo-Classical

• Greek Reviva;atau kebangkitan Yunani ini adalah gaya kebangkitan Yunani

merupakan gaya arsitektur yang terinspirasi oleh kesederhanaan dan

keanggunan kuil Yunani kuno abad ke-5 SM. Bangunan dengan gaya ini juga

memiliki simetri dan proporsi yang mirip dengan gaya klasik. Ornamenya

terdapat pada bagian kolom dan ring balok pada segitiga pelana berberntuk

kelopak seperti kolom doric dan triglif.

Gambar 16

Arsitektur zaman Greek Reviva


• Neo-Gothic architecture; Kebangkitan Arsitektur Gotik yang berulang akan

tetapi lebih sederhana dengan tidak banyak penonjolan kerucut atap . Akan

tetapi banyak terdapat ornamen berbentuk geometri pada sudut dinding bagian

lengkung atas jendela dan pintu serta pada relling pagar.

Gambar 17

Arsitektur zaman Neo-Gothic

• Second Empire; gaya arsitektur dan seni dekoratif yang sangat eklektik, yang

menggunakan elemen-elemen dari banyak gaya sejarah dan juga menggunakan

bahan-bahan modern secara inovatif, seperti rangka besi dan skylight kaca.

Ornamen adalah pengulangan dari gaya klasik terdapat pada kolom, jendela

dan kantilever.

Gambar 18

Arsitektur zaman Second Empire


• Neo-Byzantine architecture; gerakan kebangkitan arsitektur, paling sering

terlihat pada bangunan keagamaan, institusional dan publik. Ini

menggabungkan unsur-unsur gaya Bizantium yang terkait dengan arsitektur

Kristen Timur dan Ortodok. Ornamen perpaduan pembentuk jendala dengan

kekhasan kubah yang juga bagian atasanya dihiasi ornamen.

Gambar 19

Arsitektur zaman Neo-Byzantine

• Neo-Romanesque architecture; gaya arsitektur Eropa abad pertengahan yang

ditandai dengan lengkungan setengah lingkaran. Menggabungkan ciri khas

bangunan Romawi dan Bizantium kuno dan tradisi lokal lainnya. Ornamen

pada bagian bawah berupah garis horizontal dan bagian atas terdapat diantara

jendela berbentuk relif geometri dan juga wujud manusia.

Gambar 20

Arsitektur zaman Neo-Romanesque


• Jacobethan architecture; fase kedua arsitektur Renaisans di Inggris, Arsitektur

Jacobean dianggap sebagai intensifikasi konsep Elizabethan. Tata letak rumah

terdiri dari posisi sentral dan sisi luar yang simetris. Arsitektur Jacobean

menggabungkan ordo klasik Palladian. Kolom dan pilaster dengan huruf

kapital klasik. dekorasi daripada untuk dukungan struktural.

Gambar 21

Arsitektur zaman Jacobethan

• Tudorbethan architecture; diwujudkan dalam arsitektur domestik di Inggris

pada paruh kedua abad ke-19. gaya arsitektur vernakular Inggris Abad

Pertengahan yang bertahan hingga periode Tudor. Gaya tersebut kemudian

menjadi pengaruh di tempat lain terutama persemakmuran Inggris raya.

Gambar 22

Arsitektur zaman Tudorbethan


Modern architecture (1900AD – 2000AD) gaya moderen merupakan

pendobrakan dari perkembangan arsitektur era sebelumnya yang didominasi oleh

ornamen. popularitasnya terangkat setelah Perang Dunia ke-2 dan menjadi salah satu

gaya arsitektur yang dominan untuk bangunan institusi dan perusahaan karena

penemuan material baru dan percepatan pembangunan setelah perang dunia. Beberapa

tokoh popular dalam Arsitektur modern sudah membuktikan reputasi keberadaannya.

“The Big Three” yang dikenal adalah Le Corbusier dari Perancis, Ludwig Mies van

der Rohe dan Walter Gropius di Jerman. Pada masa ini ornamen sangat di minimalkan

keberadaannya lebih kepada fungsi dan pencahayan serta penghawaan alami. Ada pun

gaya arsitektur yang berkembang;

 International Style; memiliki 3 ciri khas (1) Volumetrik adalah menampilkan

bangunan gedung sebagai sebuah benda berongga ketimbang sebagai sebuah

massa yang padat/masif. Melobangi bangunan gedung. Membuat bangunan

gedung yang tembus-pandang, Memakai struktur cangkang (2) Berketeraturan

adalah menyelaraskan semua komponen bangunan gedung, mulai dari sistem

struktur, konstruksi sampai dengan komponen pengisinya menjadi kelipatan

atau pembagian sebuah modul tertentu sehingga modifikasi komponen-

komponen tersebut ketika dipasang di posisi masing-masing dapat dilakukan

seminimal mungkin. (3) Anti-ornamen adalah tidak melakukan tindakan apa

pun (mengukir, meraut, membuat motif) terhadap komponen bangunan gedung

dalam rangka memperindah tampilannya (seperti yang dilakukan pada era

Neo-klasik dalam rangka menghasilkan gaya bangunan gedung Neo-

Renaissance, Neo-Gothic, Neo-Yunani, Neo-Romawi dan seterusnya).

Alasannya karena sambungan/pertemuan tiap komponen struktur dan

konstruksi pada International Style sudah merepresentasikan hakekat sebuah


ornamen bangunan gedung. Dilain pihak, ornamen sebagai sebuah karya seni

merupakan obyek mandiri yang tidak perlu diselaraskan atau diserasikan

dengan bangunan gedung tempatnya diletakkan.

Gambar 23

Ville Savoye karya Le Corbusier dan Pierre Jeanneret

 Art Nouveau; gerakan seni dekoratif dan arsitektur yang lahir dan berpusat di

Eropa Barat. Gerakan ini juga memiliki komitmen untuk menghapuskan

hirarki tradisional dalam seni, di mana pada masa itu banyak yang

berpandangan bahwa seni lukis dan seni pahat lebih superior jika

dibandingkan dengan seni kerajinan dekoratif. Identitas khas gaya seni ini

adalah kekayaan ornamen dan unsur-unsur asimetris. Art Nouveau juga

disebut Style Moderen. Hector Guimard dan Antoni Gaudí menjadi terkenal

karena desain ekspresif mereka yang terinspirasi organik, yang biasanya

menampilkan hiasan warna-warni dan karya besi dan kaca yang mendetail.
Gambar 24

Arsitektur Art Nouveau

 Art Deco; dipercaya terpengaruh oleh berbagai macam aliran modern, antara

lain Modernisme, Kubisme, Futurisme, Bauhaus, Konstruktivisme dan Art

Nouveau. Art Deco benar-benar murni bersifat dekoratif yang sangat kental.

Pada masanya, gaya ini dianggap anggun, fungsional, ultra modern, dan

mewah, ciri dari Art Deco (1) Ziggurat merupakan struktur bertingkat yang

terlihat seperti tangga. Bentuk arsitektur ini sebetulnya terpengaruh oleh gaya

arsitektur purba dari Babilonia dan Mesir. (2) Ciri khas yang paling tidak bisa

dipisahkan dari gaya Art Deco adalah sisi bangunan yang berbentuk

melengkung (3) Atap pada gaya Art Deco berbeda dengan atap kebanyakan

rumah yang biasanya berbentuk miring. Art Deco merupakan turunan dari

gaya kubisme yang sangat mengagumkan bentuk kubus. Hal ini pun terlihat

dari bangunan Art Deco yang memiliki atap yang datar sehingga menyerupai

kubus (4) Pada bangunan bergaya Art Deco, penggunaan glass block atau

balok-balok kaca digunakan secara ekstensif sebagai pengganti jendela. Fungsi

dari glass block ini adalah untuk memaksimalkan cahaya alami dari matahari

masuk ke dalam bangunan.


(5) Desain Art Deco sangat terkenal akan kreativitas, tampilan yang moderen

dan berbeda. Maka dari itu, pemilihan warna dalam desain Art Deco juga tidak

mengenal batasan. Bahkan, sering juga ditemukan penggunaan warna-warna

terang yang mencolok dalam rumah bertema Art Deco. (6) Unsur Abstrak

selain garis melengkung, ciri khas lain dari gaya Art Deco yang paling terlihat

adalah padu padan detail dekorasi yang sering terlihat kontras, namun tetap

bisa terlihat serasi. Perpaduan berbagai bentuk, ornamen, tekstur, dan warna.

Gambar 25

Arsitektur Art Deco

 Cubsim; adalah gaya seni penting yang dipelopori oleh Pablo Picasso dan

Georges Braque pada awal abad ke-20. Kubisme bersifat avant-garde, artinya

eksperimental dan radikal. Kubisme adalah representasi bentuk tiga dimensi

Kubisme yang memadukan masa lalu dan masa kini, representasi pandangan

yang berbeda dari subjek yang digambarkan pada saat yang sama atau

berturut-turut yang disebut sebagai prespektif ganda. Dalam arstitektur

berbentuk gaya kubus yang memiliki skalatis berbeda dan juga terjadi

perubahan ritme kedalam pada fasadenya.


Gambar 26

Arsitektur Cubsim

Postmodern Architecture (1960 AD – Now) Arsitektur posmoderen adalah

pengembangan International Style yang dimulai sejak awal 1950-an, kemudian

mempengaruhi gaya arsitektur sampai hari ini. Arsitektur posmoderen mulai

menggunakan ornamen sebagai respon dari formalitas international style dari

arsitektur moderen Le Corbusier menyatakan bangunan adalah “machines for living”,

namun manusia bukan mesin, dan tidak ingin hidup dalam mesin. Kemudian Philip

Johnson menyatakan “bored with the box” sejak awal 1980-an beberapa arsitek

kemudian menghindari garis-garis lurus, dan kemudian kembali menuju desain yang

lebih dinamis. Arsitektur postmodern juga disebut sebagai “neo-eclectic”, dimana

ornamen pada fasad mendominasi dan menggantikan gaya moderen yang minim

ornamen. Tokoh posmoderen yang cukup dikenal adalah Robert Venturi dengan

bukunya, Complexity and Contradiction in Architecture (1966), kemudian buku ini

menjadi instrumen perubahan dalam era posmoderen. Venturi juga mengkritik

pernyataan Mies van der Rohe “Less is more” dengan kalimat “Less is bore”.

Karakteristik bangunan posmoderen bisa dilacak dari ekspresi pada bangunannnya.

Karakter itu tercipta dari bentuk-bentuk skulptur, ornamen anthropomorphism dan


materialnya. arsitek di era postmodern antara lain: Ricardo Bofill, John Burgee, Terry

Farrell, Michael Graves, Helmut Jahn, Jon Jerde, Philip Johnson, Ricardo Legorreta,

Charles Willard Moore, William Pereira, Cesar Pelli, Antoine Predock, Robert A.M.

Stern, James Stirling, Robert Venturi, dan Peter Eisenman.

Gambar 27

Arsitektur posmoderen sebagai kritikan pada arsitektur moderen


B. Sejarah Filosofis Ornamen dan Perkembangananya

Richard Glazier (1899) A Manual of Historic Ornament; Richard Glazier

membagi Ornamen berdasarkan era dan masyarakatkan dimulai dari Oceania sampai

Jepang. Tiap Ornamen terdapat filosofis yang membangun ciri khas dan karakteristik

masing masing, berikut penjelasan Richard Glazier;

 Ornamen Oceanian, memiliki filosofis tentang mitos dan tradisi primitif lokal

mereka dengan penggambaran berupa bentuk-bentuk abstrak manusia lelaki.

Awal perkembangan berupa bentuk bentuk geometris kemudian makai pola-

pola garis linie dan zig-zag dan perkembang paling tinggi ditandai berbentuk

garis lurus, lengkung di ukir pada bidang relif datar dan mulai bentuk karakter

wanita.

Gambar 28

Ornamen Oceanian
 Ornamen Mesir, Dimulai tahun 4400SM – 330SM memiliki 30 dinasti yang

konsisten terhadap tradisi, dimasa awal perkembangan ornamen di buat pada

dinding-dinding dari goa yang dipahat menjadi istana kemudian

perkembangan berikutnya setelah bangsa mesir memahami bangunan tersebut

berdiri otorita, ornamen menjadi bagian dari bangunan tersebut filosofis

ornamen bangsa mesir terlihat dari bentuk-bentuk dewa mereka, raja-ratu

(Kesetian) dan beberapa bentuk burung dan bunga lutus serta beberapa bentuk

relif geometris ( Persegi, Bulat, Setengah Lingkaran)

Gambar 29

Ornamen Mesir
 Ornamen Assyria, peradapan yang berkembang tahun 886SM -60SM dengan

kondisi lokus yang sedikt memiliki batu namun memiliki banyak tanah

sehingga bangunan cendrung terbuat dari bata. Filosofis ornamen Assyria di

buat berupa bentuk Raja dan prajurit yang lagi berburu, bentuk masyrakat

yang bertani, relif yang mengambarkan religius, bentuk kolosal bersayap,

lembu jantan berkepala manusia, bunga lotus yang kuncup yang merupakan

pengaruh Mesir.

Gambar 30

Ornamen Assyria

 Ornamen Yunani, peradapan dimulai abad 800 SM – 400 M dengan

masyarakat yang memiliki citra seni yang tinggi filosofil ornamen arsitektural

dari yunai berfokus pada mitologi para dewa mereka, pemujaan para pahlawan
mereka, pemujaan pada kesempurnaan fisik mereka pada pemuda, gadis cantik

dan anak-anak yang rupawan juga bentuk zodiak yang beberapa diberbentuk

binatang dan benda-benda suci. Yunani adalah sama keemasan dalam dunia

arsitektur dan juga seni ini juga dikarenakan masyarakat mereka yang sangat

amat mencintai keindahan dan seni. Mereka berkumpul pada kerajaan

Athenana, namun sangat disayangkan yunani lupa memperkuat barisan militer

meraka sehingga dengan mudah dikuasi oleh kerajaan lain seperti Sparta,

Romawi daan juga Troya sehinga bangsa yunani banyak tergabung dalam

bangsa lain dan mepengaruhi peradapan Arsitekturalnya.

Gambar 31

Ornamen Yunani
 Ornamen Roman, Negara ini berdiri tahun 783SM merupakan kelanjutan dari

gaya ornamen arsitektural Yunai dan Etruria. Ornamen mozaik menjadi

domian dari apa yang diadopsi, garis-garis spiral bekombinasi dengan

tumbuhan merambat dan pohon zaitun burung reptil dan dewa cinta. Di buat

pada kolam, Pemandian dan dinding dan ruang dalam. langit-langit dekoratif

yang bagus, memiliki panel cekung yang dalam yang disebut Lacunaria, atau

pundi-pundi; persegi, berbentuk segi enam atau segi delapan, dengan roset

ditengah

Gambar 32

Ornamen Roman
 Ornamen Pompei, adalah salah satu kota di Romawi yang terkubur tahun 79

SM oleh letusan gunung berapi Vesuvius sampai dengan Abad 1709. Filosofi

ornamen filosofi dari Pompei berbentuk tumbuhan rambat yang menghiasi

kolom terdapa bentuk hewan seperti merak, burung dan manusia serta kuda.

Tidak banyak yang dapat digali dari ornamen Pompei karena banyak yang

rusak akibat bencana. Akan tetapi pompe juga banyak mengadupsi ornamen

dari Romawi dengan bentuk relif-relif dan mozaik yang terletak pada bidang

atap serta bidang plafon dari bangunan.

Gambar 33

Ornamen Pompei
 Ornamen Byzantium, dimulai abad 3 dan 4 dimana terjadi kemunduran

Romawi dan menguatnya pengaruh kekeristenan filosofis terbentuk oleh

hevoria dari agamana kristen yang berkemang masa pemerintahan Constantine

berupa bentuk salib yang dibikin melingkat pada bawahnya, Ornamen anggur

sebagai simbol kesejahteraan, burung merati sebagai simbol kedamai dan

burung merak sebagai simbol keindahan. Bentuk bentuk mozaik juga

dikembangkan lebih beragan pada zaman ini terlihat pada lanatai dinding

bagian tas dan juga pada bagaian plafon dari bangunan. Puncak-puncak dari

kolom dorik dan ionik kembali menjadi posisi yang menarik untuk di percantik

dengan mengunakan plateran

Gambar 33

Ornamen Byzantine
 Ornamen Romanesque, Berbeda dengan romawi pengunaan lengkung dengan

filosofi berupa perkuatan nilai-nilai gereja berbentuk orang-orang suci yang di

kawal olah bentuk binatang berupa anjing dan hewan burung merak dan

kijang, kemudian berkembang juga ornamen berbentuk relif-relif tumbuhan

dan pita-pita

Gambar 34

Ornamen Romanesque
 Ornamen Cheltic, Bisa dikatan zaman ini adalah zaman kekayan ornamen

dimana terdapat banyak ornamen arsitektural terbuat dari emas, perak, batu

dengan tikat kerumitan detail sangat presisi. Legenda-legenda tentang dewa

dan kesatria menjadikan ornamen Celtic kaya akan bentuk-bentuk filosofi salip

mithologi berupa dewa-dewa dan monster serta naga sebagai bentuk yang

sering ditampilkan pada elemen altal, kolom dan dinding.

Gambar 35

Ornamen Cheltic
 Ornamen Candinavia, disebut juga bangsa viking dimana terdapat perubahan

paradigma tentang agama dan alam yang membetuk mereka sehinga pemikiran

tentang dewa-dewa menjadi kultus disini filosofis ornemen bangsa Candinavia

memperlihatkan rasa kepatuhan mereka pada dewa mereka yang terdiri dari

Thor, odin, frey dan loki sebagai karakter dewa jahat. Terdapat juga ornamen

berbentuk naga gambaran keperkasan medomisili karakter ornamennya.

Gambar 36

Ornamen Skandinavia
 Ornamen Norman, era ini ornamen ciri khas bentuknya berupa lengkung

lancip yang universal dengan cirikhas gigi anjing dipadukan dengan gabungan

daun akatus dan vuluti dan tokoh-tokoh suci memasukan bentuk manik-manik.

Filosofis dari ornamen Nornaen terindikasi pada cara masyarakatnya

memandang tentang keangunga adan mengkultuskan gambaran cahaya sebagai

kebesaran tuhan,

Gambar 37

Ornamen Norman
 Ornamen Ghotik, merupakan terusan dari ornamental dari era Norman dimana

poses berikutnya adalah lebih banyak berbentuk daun daun sebagai elem

dekoratif pada kolom dinding dan list pada plafon. Ghotik dianggap zaman

kegelapan abad pertengan dengan tumbuhnya hutan-hutan yang lebat di

Prancis dan Inggis. Filosofia daun yang sering digunakan pada ornamen adalah

daun Oak dan Mapel. Bentuk bentuk kontenporen cendung menominasi

ornamen arsitektural gotik akan tetapi juga tetap memasuk unsur-unsur

geometri dibeberapa bagian sebagai penegasan batas bidang ukir dari

ornamen.

Gambar 38

Ornamen Ghotik
 Ornamen Renessan, abad ke 1300 – 1600 massa ini adalah masa keemasan

dari ornamen arsitektural Rennesan dimana gaya simetris mendominasi massa

dan juga dominasi tumbuhan dari bentuk bentuk tanaman rambat menjadi

keutamaan terdapat juga bentuk bentuk manusia berupa kepala abstrak tanpa

mengambarkan tokoh tertentu pada masanya. Filosofi pemujaan terhadap alam

adalah hal yang sangat didominasi zaman ini dominasi orang-orang non

kerajaan menjadikan peralihan keagungan pada intelektual baru di zaman ini

sains mendahui pemikiran agama sehinga pada ornamen juga tidak terlihat

tokoh-tokoh individual bangsawan yang diangungkan dalam ornamen hanya

berbentuk manusia yang Abstrak.

Gambar 38

Ornamen Rennesan
 Ornamen Muhammad, masa 520m – 632m sesuai dengan massanya adalah

zaman perkembangan Islam memicu perkembangan ornamen arsitektural

disini. Filosofi agama islam sangat kental dalam ornamen Mohammad SWA

dimana dominasi nama Allah SWT dan ayat-ayat tuhan menjadikannya sangat

kuat. Seiring berkembangnya ajaran agama islam maka ornamen Mohammad

jerjadi alkutasi denga eropa, India, Mesir, Persia, Bagdad dan negara-negara

timur asia lainnya. Ornamen Mohammad tidak ada pengambaran mahluk

hidup baik itu binatang maupun manusia. Nama Mohammad SAW sendiri

dibentuk dalam kaligrafi yang juga bersanding dengan Nama Allah SWT.

Gambar 39

Ornamen Muhammad
 Ornamen Persia, perkembangan ornamen Persia diawali pada tahun 632M

sampai 1625M dimana dimana persia sangat baik mengikuti ketetapan tentang

filosofi ornamen arsitektural sesuai kaidah Islam dan melakukan akulturasi

dengan budaya mereka yang sangat kuat, seni dekorati persia di gambarkan

dengan tumbuhan tumbuhan dan hasil pertanian mereka. Terdapat ornamen

tumbuhan yang sangat jelas berupa, eceng gondok, mawar, tulip, pinus dan

kurma sebagai gambaran alamnya.

Gambar 40

Ornamen Persia
 Ornamen India, dimulai peradan ornamem arsitektural pada tahun 250M yang

didominasi dengan pengambaran dewa mereka akan tetapi pengaruh dari

akulturasi penaklukan oleh Alexander Agung membawa budaya Persia dan

Arba ke India sehingga filosofi ornamen mirip berupa pengambaran tumbuhan

lambang kesejahteraan dan kemakmuran berupa teratai, kurmah dan

didominasi oeleh pinus sebagai tumbuhan utama yang tunggal. Ciri khas yang

membedakan antara ornamen India dan Persia adalah tingkat detailnya dimana

ornamen India sangat detail mengambarkan bentuk tumbuhannya sampai

bagian terkecilnya kemudian dominasi warna-warna cerah dibanding Persia.

Gambar 41

Ornamen Persia
 Ornamen China, onamen cina dimulai dari leluhur mereka zaman prasejarah

yang kemudian berkembang pesat seiring perkembangan cara hidup dan pola

pandang masyarat China. Filosofi ornamen China didominasi dengan tokoh

khayangan mereka dan naga mahluk mitologi sebagai simbol kesejahteran dan

kekuatan. Bentuk ornamen arsitektural China juga dibatasi dengan bentuk-

bentuk geometri yang menjadi batas perkembangannya. Berupa lingkaran dan

persegi. Banyak juga bentuk lotus digambarkan sangat jelas sebagai simbol

kesejahteraanya. Pada awalnya ornamen China hanya terdapat pada pagoda

atau kuil kemudian berkembang ke pada istana lalu rumah bangsawan dan

kemudian beberapa masyarakat juga mengunakan ornamen arsitektural yang

lebih sederhana pada rumah-rumahnya.

Gambar 42

Ornamen Chines
 Ornamen Jepang, Onamen berkembang seiring berkembangnya ornamen dari

China dengan karakteristik yang berbeda, Filofosi Jepang juga memuja alam

sehingga ornamen arsitektural berkembang juga tentang cerita alam.

Pengambaran lansekap gunung fuji, dengan kuda burung bangau, bebek,

bersama reptil, serang dan ikan yang digambar dengan betuk yang jelas dan

mirip. Fenomena alam seperti gunung salju Fuji juga menjadi dominasi dari

ornamen di Jepang, bunga Plum, buah Cerry dan kembang Sakura menjadi

detail-detai yang menarik. Bunga teratai juga dominan dalam ornamen

arsitekturalnya menghiasi dinding dan kolom-kolom kayu bentuk benda

didominasi oleh bentuk kipas, tombak dan panah.

Gambar 43

Ornamen Japan
C. Filosopis Arsitektur pada Ornamen Arsitektural

 Klassen, Winand. (1990). Architecture and Philosophy. University of San

Carlos, Philippines, filosofis dalam ekspresi arsitektur dalam sebuah bentuk

sangat dikaitan dengan elemen yang diamati. Dalam sebuah perenungan

tentang sebuah simbol dari ekspresi bangunan atau yang dimaksud ornamen

atau elemen estetika pengalaman dalam yang berhasil mengabungkan atribut

pekerjaan arsitektur dimana hal tersebut dibuat sangat baik terlihat dan sangat

baik jika didengarkan. Pengamatan tentang simbol ini dirasakan sesuatu yang

dinamis, sesuatu yang ekspresif, sesuatu yang memiliki rasa dan emosi serta

sebuah struktur puitis dari arsitektur.

 Groadbent,Geoffrey (1980). Signs, Symbols and Architecture; Ornamen

adalah komponen yang memiliki bentuk, makna dan interpertasi, indikator

sebuah makna dari ornamen tidak dapat dibatasi pada satu level saja akan

tetapi dapat berbeda antara sekarang dan masa depan atau dengan kata lain

dapat terjadi pergeseran makna, dari kutipan ini dapat diartikan bahwa

diperlukannya referensi bagaimana ornamen pakem original agar pergeseran

makna tersebut dapat dihindari dimasa depan.

3. FENOMENA

A. Fenomena Gagalnya Moderenisme.

 Adolf Loss (1908) Ornament and Crime, Adolf Loss memandang ornamen

dari prespektif primitif orang Papua dimana orang primitif mengagap ornamen

adalah sebuah kemajuan atau dengan kata lain perkembangan kreatifitas,

sementara masyarakat moderen seharusnya mulai meningalkan ornamen

karena sebuah kemerosotan jika meniru budaya premitif tersebut. Grafiti atau
mural yang membuat dinding kota kontor dan jelek dianggap sebagai

pertangung jawaban masa lalu yang didominasi arsitektur berornamen.

Frustasi akan ornamen juga terjadi dari pola pikir yang rasialis dimana

perhiasan-perihasan dan ornamen arsitektural kuno adalah milik dari kaum

negro yang notabene adalah budak bangsa kulit putih. Tanpa ornamen

bangunan terlihat bersih dan mewah. Ornamen memiliki dampak buruk bagi

ekonomi negara karena perhiasan diangap tidak dibutuhkan pada zaman yang

lagi berpacu dalam pembangunan setelah perang dunia I dan II. Ornamen

tersebut diangap menambah biaya saat membangun, pandangan rasialis kepada

kaum buruh dan budak yang sebenarnya mereka adalah para ahli dan tukang-

tukang kayu yang dapat membuat ornamen secara detail. Para pembuat

ornamen diangap adalah karya jahat dari para penjahat kulit hitam dan bagi

yang tetap pada paham ornamen tersebut maka diangap sebuah kesesatan. Jika

ornamen ditinggalkan berarti kita menghemat biaya yang dapat digunakan

untuk meningkatkan kualitas lain. Para pekerja pembuat ornamen tersebut

tidak lagi mendapatkan upah yang memadai sehingga kehidupannya merosot

dan beralih pada paham yang sedang berjalan yaitu moderenisme. Ornamen

dengan harga yang murah membuat pekerjanya merasa buang waktu dan

banyak material sisa produksi yang jadi sampah sia-sia. Ornamen pada masa

moderen tidak terkait dengan budaya kekinian sudah sangat jauh memiliki

hubungan emosional sehingga diangap sebuah bentuk tanpa makna dan tidak

dipahami, dengan kata lain jauh dari ikatan leluhur bangsa moderen. Ornamen

bisa saja diangap sesuatu yang indah pada awalnya dibuat akan tetapi ornamen

itu sendiri sangat mudah rusak lebih cepat dari pada benda utamannya.

Keangkuhan dan rasisime kasta tersebut membuat terjadinya pergolakan yang


juga berdampak pada arsitektur moderen yang mulai ditolak oleh kaum

humanis sebagai pembunuhan puralisme.

 Raymond, William (1958) Keywords: A Vocabulary of Culture and Society

Budaya popular zaman moderen bersifat komersial dan masal mulai

menggeser makna nilai-nilai unsur estetika ornamen arsitektural tradisional.

Ini dikarenakan budaya popular tersebut bersifat masal dan pabrikasi

cenderung dikotomi unsur makna dan hirakri dari ornemen arsitektur

tradisional dan berpotensi terjadi pergeseran makna. Hal ini senada dengan

perkembangan yang terjadi dimana kencendrungan ornamen arsitektural tidak

lagi memiliki identitas yang seharusnya dapat dideskripsikan menurut nama,

makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierark berakibat penggunannya sering kali

diletakkan pada posisi yang tidak sesuai, maka hal ini menjadi penyimpangan

dan distorsinya ornamen sebagai ragam hias yang merupakan bagian yang

melekat dari arsitektur tradisional.

 Carles, Jencks (1977) The Language of Post-Modernism Architecture; Jencks

mengklaim kegagalan arsitektur modern karena ketidak mampu untuk

berkomunikasi dengan para penggunanya. Arsitektur post-modern oleh Jencks

didefinisikan sebagai arsitektur yang didasarkan atas teknik-teknik baru serta

pola-pola lama atau menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada

realitas sosial yang sekarang setelah membentuk bahasa hibrida. efisiensi dan

efektivitas yang dirasakan di dalam arsitektur moderen begitu membosankan.

Sebab bagi Jencks karya arsitektur seharusnya merupakan karya seni yang

memiliki kebebasan dalam pemaknaan. Lebih dari sekedar memenuhi fungsi.

Arsitektur modern memiliki ide utopis, abstrak, deterministik, fungsional dan

tunggal. Masa akhir arsitektur modern memiliki ide pragmatis, menekankan


kebebasan, kelonggaran, bergaya diluar matra kesadaran, dan melakukan

produksi satu moderen yang dibuat-buat. bentuk dramatik arsitektur moderen

yang telah menjadi klise dan sulit ditangkap dalam spirit lalu pandangan hidup

modern adalah mekanisme bagaimana menjalankan sesuatu.

B. Fenomena Munculnya Posmoderenisme

 Carles Jencks, (1977) The Language of Post-Modernism Architecture;

Arsitektur posmoderen yang telah menawarkan penerapan desain yang

menggunakan bentuk bangunan dan ornamen sejarah. Jencks sendiri

menyebutnya dengan istilah Double coding (kode ganda) yaitu, satu bangunan

yang berbicara dalam logat lokal, tetapi juga membuat komentar ironis atas

bahasanya sendiri. Jencks juga menyebutkan kecendrungan era posmoderen

untuk kembali pada kearifal lokal dan kecendrungan pada arsitektur tradisional

yang memiliki tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua

wajah yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda) secar umum Jencks

menyoroti bahwa arsitektur posmoderen pada langgam arsitektural yang

popular dalam bangunan tahun era awal posmoderen mulai banyak bersandar

pada motif-motif bergaya sejarah. Sehingga fenomena ornamen tradisional

dapat dikategorikan sebagai bagian dari era posmoderen yang berkembang dan

mempertahankan unsur-unsur arsitektur tradisional. Era posmoderen adalah

perkuatan kembali pada arsitektur tradisional dan unsur-unsur kearifan

lokalnya. Posmoderen memiliki beragam arah dan interpretasi, mendeteksi

dua jalur dalam posmoderen yang tampak bertentangan ; Pertama adalah post-

modern reaksi, yaitu posmoderen yang menceraikan diri dari moderen dan

merayakan status quo. Kedua, posmoderen resistensi, yaitu posmoderen yang


berupaya untuk melanjutkan proyek modern sembari menjadikannya subjek

bagi re-evaluasi kritis.

 Robert Venturi, (1990) Complexity and contradiction in arch. Risalah pertama

tentang fenomena posmodern belum dapat didefinisikan sebagai sebuah

konseptual tetapi sebagai sebuah hal yang dirasakan, sesuatu yang sulit dilihat,

sulit ditulis dan sulit dikatakan sebagai objek yang baru. Arsitek berusah

mencari identitas yang baru yang dapat dari masa lalu dan sejarah, disitu

terdapat ornamen sebagai identitas budaya masa lalu yang dapat di bawa ke

waktu kekinian. Gerakan baru ini diletakan pada analisa estetika dalam

arsitektur. Penyusunan prinsip-prinsip estetika bertujuan untuk melakukan

evaluasi dan kritik karya sendiri yang masih dalam proses ide besar. Dalam

pemikirannya yang kontradisktif terhadap moderen langsung menyerang Mies

Van der Rohe Less is More dalah Sebuah kebosanan maka dikatakan Less is

Bore. Bangunan posmoderen cendrung menggabukan bangunan baru dengan

konsep tradisionalismen atau dengan kata lain coba melakukan transformasi

sebagain pada elemen-elemen dekoratif tradisional dan ornamen pada bentuk-

bentuk baru. Pengaruh budaya harus masuk dalam arsitektur posmoderen

karena budaya adalah dinamika yang tidak akan membosankan, sehingga

keberpihakan pada elemen tradisional tidak harus sepenuhnya mendominasi

arsitektur posmoderen akan tetapi lebih pada aktualisasi diri sebagai identitas

lokal.

 Moussavi, Farshid. (2021) The Function of Ornament, padangan dari

Moussavi tentang ornamen adalah sebuah paradok dari arsitektur

fungsionalisme pada era moderen. Ornamen sebagai kelompok ; dekorasi dan

komunikasi yang sejauh ini hanya komunikasi antara interior dan eksterior,
orenamen adalah subordinat dari simiologi dengan tujuan aristik yang harus

dapat berkomunikasi dengan publik. Ornamen sebagi sebuah kebutuhan ; Efek

dan sesnsai, dimana banyak banguan abad ke 21 membuat sesnsai efek dari

ekspresi dengan bahan mengunakan bahasa ruang dan waktu. Ornamen juga

adalah figur dari ekspresi material dalam proses kritis, yang dicetak dalam

simbol – simbol momen budaya.

 George, Hersey (1988), The Lost Meaning of Classical Architecture,

bangunan adalah struktur pasif dimana sebuah seni yang menemukan eksprsi

tak terbatas.di dalamannya garis-garis konstruksi dalam kiasan yang

ditimbulkan oleh figurasi imaginasi manusia. Semiotika adalah kumpulan dari

doktri semu berdasarkan hubungan naif antara tanda dan penanda. Semiotika

juga mengajarak cara membaca tanda-tanda makna arsitektur yang hilang di

ibaratkan sebagai seorang pemburu yang dapat dengan mudah membaca

kondisi alam sebagai bagian dari lingkungan yang harus di siapkan. Moralitas,

norma dan budaya adalah unsur yang melahirkan bentuk ornamen penanda.

Pada ekspresi semiotika banyak yang menceritakan tentang transformasi

duniawi kepada spritual. Penanda yang diwakilkan oleh ornamen berupa buah

pemikiran dari jiwa, dunia,waktu dan takdir.

A. Fenomena Arsitektur Tradisional di Asia

 Crouch, Dora P. Johnson (2001) Traditions in Architecture: Africa, America,

Asia, and Oceania. Pemaham ornamen dari berbagai tradisi dan budaya

dengan prespektif sejarah, etnografi dan akreologi. Tujuan arsitektur

tradisional adalah sebagai ruang hidup, Arsitektur religius kuil, bangunan

religius dan rumah, momen kerajaan lokal dan percampuran budaya,

perencaaan dan perancangan dari arsitektur tersebut. Dalam nilai budaya


arsitektur tradisional terdapat pernyataan penting disini; (1) kombinasi

vernakular (2) Simbolisasi kegiatan upacara ritual (3) Ornamen sebagai

identitas juga (4) arsitektur terhadap hubungan sosial. Dalam arsitektur

tradisional cara penilaian standar estetika dengan mengunakan struktur

metafika kuno dan juga teologis

E. Fenomena Arsitektur Tradisional di Indonesia

 Prijotomo, Josef (2010). Arsitektur Nusantara – Arsitektur Naungan, Bukan

Lindungan. Arsitektur Nusantara – Arsitektur Naungan, Bukan Lindungan

disana dibahas juga elemen arsitektur nusantara terdiri dari naungan berupa

Atap, Darangdungge, lantai dan untuk penempatan ornamen.

 Octavia, Linda dan Prijotomo, Josef. (2019) Arsitektur Nusantara bukan

Arsitektur Tradisional maupun Arsitektur Vernakular. aritektur tradisional

merupakan ranah budaya atau etnografi sehinggal ornamen pada rumah

tradisional masuk dalam wilayah arsitektural.

 Sunaryo, A. (2009) Ornament Nusantara: Kajian Khusus tentang Ornamen

Indonesia. Semarang: Dahara Prize. ornamen adalah komponen produk seni

yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi

berdasarkan pengertian itu, ornamen merupakan penerapan hiasan pada suatu

produk.

 Guntur. (2004) Ornament sebuah pengantar, Ornamen adalah elemen

dekoratif sebagai ragam hias yang masing-masing memiliki istilah makna satu

dengan yang lain.

 St. Hadidjah Sultan (2015) Ringkasan Kajian Arsitektur Tradisional Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman; Era modern

selama ini telah membawa berbagai dampak perubahan terhadap pola pikir
masyarakat nusantara. Tidak terkecuali masyarakat tradisional yang

sebelumnya masih menganut tata cara kehidupan tradisional secara turun-

temurun. Kini telah terindikasi distorsi akibat pengaruh pola-pola hidup

moderen. Terpaan modernisasi berakibat pada banyaknya tata cara dan budaya

warisan tradisional nenek moyang yang ditinggalkan karena dianggap tidak

relevan dengan kondisi kekinian. Arsitektur tradisional diberbagai wilayah

Indonesia juga turut terpengaruh baik secara fisik maupun non fisik.

Perubahan-perubahan akibat pengaruh modernitas meliputi; penggunaan

unsur-unsur material dari alam kini tergantikan oleh material pabrikasi

menyebabkan rumah tradisional tidak nampak alamiah dan orisinal, pola ruang

yang dahulu dikeramatkan karena memiliki falsafah kini telah diabaikan

dengan dalih efektifitas dan efisiensi, dan tata cara upacara (mencari bahan

baku, proses membangun, dan tahap memasuki rumah) yang sudah mulai

ditinggalkan oleh masyarakatnya. Banyak bangunan rumah tradisional punah

akibat tergerus oleh usia sehingga hilang bersama masyarakat pendukungnya.

Hal ini harus di pahami sebagai bawah fenomena arsitektur tradisional beserta

ornamennya jika tidak dilakukan penyelamatan lebih cepat maka keniscayaan

akan punah.

F. Fenomena Arsitektur Tradisional Melayu

 Dafri, Yulriawan (2012) Identitas Islam Pada Ornamen Melayu di Sumatera

Selatan; Ornamen pada rumah tradisional limasan. Identitas Islam Pada

Ornamen Melayu di Sumatera; Ornamen pada rumah tradisional limasan

memiliki pengaruh Islam terlihat dalam bentuk ornamen bermotif flora berupa

pucuk rebung, daun pakis, dan bunga tanjung serta motif Itik Sekawan (Itik
Pulang Petang) sering pula terlihat bersamaan hadirnya dengan ragam hias

kaligrafi “Muhammmad Bertangkup”.

 Endang Setiawati (2019) dalam jurnal arsitektur UBL Vol 9 no 1; Lampung

memiliki kekhasan ornamen berupa bentuk flora, fauna, wajik dan kaligrafi.

Bentuk utama dari ornamen khas lampung adalah berbentuk mahkota atau

Siger sebagai bingkainya perpaduan dengan terdapat bunga teratai, kijang,

kadal, bintang dan Matahari.

 Arif, A Kamal. (2008). Ragam Citra Kota Banda Aceh, Interpertasi Sejarah,

Meori Kolektif dan Arketipe Arsitekturnya ; Ornamen arsitektural Aceh di

ukir dan dipahat tembus (terawang) dengan pola simetris bermotif flora tanda

silang, ketupat, segitiga dan berbentuk ketupat termasuk daun pisang.

Ornamen posisinya juga terdapat pada kusen jendela, kindang bawah rumah,

balok atap, pintu, sekat pemisah ruang, gagang tangga luar.

 Mayang Putri Shalika (2020) Humanika Vol. 27 no 2 e-jurnal undip,

Minangkabau. Minangkabau, Makna ornamen rumah gadang Minangkabau:

kajian semantik masyarakat sekarang; Ornamen tradisional Minangkabau

merupakan salah satu wujud kebudayaan fisik yang lahir dari sistem kesenian

yang dimiliki oleh masyarakat dengan mengunakan kayu yang dipahat dan

diwarnai berupa motif-motif flora daun sirih, rebung, kaluka paku dan fauna

motif itiak pulang patang.

G. Fenomena Arsitektur Tradisional Bengkulu

 Yundrismein, Recky (2020). Rumah Tradisional Suku Melayu Bengkulu.

Bengkulu : Meseum Negeri Bengkulu. Dari pengamatan awal pada beberapa

rumah tradisional Bengkulu dan buku Yundrismein,Recky (2020). Rumah

Tradisional Suku Melayu Bengkulu. Bengkulu : Meseum Negeri Bengkulu


dikatakan pada umumnya ornamen diletakan pada bagian tengah dengan

keutamaan pada bagian Teras Rumah atau Berendo ; 1. Penganang tangga

(palak tanggo), 2. Dinding (bidai), 3. Kolom (tiang), 4. Pagar tangga (pagar

tanggo), 5. Segitiga pelana (tebeng layar), 6.Sambungan kayu (tangen bejang)

7. Pintu (hebang), 8. Jendela (jendelo), 9. Ventilasi (tulusi), 10. Plafon (pagu),

11. Lisplang (bilah atok) 12. Bubungan (uleu atok), 13. Atap (atok) 14.

Pondasi (umpak batu) 15. Anak tangga (anak tanggo). Rumah tradisional kota

Bengkulu dikenal dengan sebutan rumah bubung limo atau rumah panggung

ini dikarenakan bentuk atapnya yang berbentuk atap bubungan dengan ke 5

sisi arah atap.

Gambar 44

Ilustrasi Penempatan Ornamen pada Rumah Tradisioal Bengkulu keutamaan pada Berendo/teras rumah

 Pada temuan awal dari ragam bentuk ornamen arsitektural Bengkulu terdapat

kurang lebih belasan bentuk ornamen yang menyerupai Anggrek, ornamen

Anggrek mendominasi pada bagian dinding dan talusi dan tebeng layar. Hal

ini diperkuat dalam penelitian dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Prof Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S. terdapat 160 jenis Anggrek dan

beberapanya tercatat sebagai endemik yang artinya hanya hidup diwilayah

Bengkulu, contoh ornamen berbentuk Anggrek seperti gambar dibawah ini.


Gambar 45

Ornamen berbentuk Anggrek mendominasi

 Fathona, Geby (2020) Pemamfaatan Digitalisasi sebagai Media Pelestarian

ornamen Ragam Hias Pada Rumah Tradisional di Bengkulu. bahwa motif dari

ornamen arsitektural Bengkulu terdapat bentuk-bentuk (1) Motif flora;

Anggrek, pucuk Rebung, bunga Raflesia, cengkeh, paku Lengkenai, pohon

Hikayat, akar, Teratai, Melati, kembang Melur, Serai. (2) Motif fauna; Ikan,

Pari, Cumi-cumi. (3) Bentuk benda; swastika, kipas, mahkota, cerano, jeruji

matahari, bulan, bintang dan awan. Sejauh ini jumlah yang berhasil dicatat

kurang lebih 80 buah yang kemungkinan jumlahnya 2 kali lipat jika dilakukan

observasi mendalam.

 Abdulah, Ade (1995) Ornamen Tradisional di Provinsi Bengkulu; Ornamen

arsitektural Bengkulu yang terdapat kekhasan masing pada rumah tradisional

dari beberapa suku asli di Bengkulu (1) Rejang Pat petulai, (2) Bengkulu

Kota, (3) Lembak, dan (4) Serawai. Dengan perbedaan ini maka dapat

diidentifikasi bahwa ornemen pada rumah tradisional masing-masing suku di

Bengkulu akan berbeda-beda baik itu (nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi,

hierarki).

 Rumah tradisional Bengkulu mengenal beberapa ragam hias yang menjadi

usur penyusun bentuk rumah tradisional maka penulis melakukan klarifikasi

terlebih dahulu terhadap peta posisi ragam hias dalam arsitektur tradisional

Bengkulu. Beberapa jenis ragam hias yang sering ditemukan pada rumah
tradisional di Bengkulu menurut Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA)

Bengkulu Drs. H. S. Effendi, MS adalah; Ornamen, Aksara, Dekorasi. Berikut

pengertian beberapa ragam hias menurut ketua BMA; Ornamen adalah ragam

hias yang melakat pada Rumah Tradisional Bengkulu memiliki arti tertentu

dan posisi tertentu terbuat dari kayu khas (Semalu,Tenam dan Bawang) dibuat

dengan cara dipahat pada balok kayu, dibolongi atau diterawang pada papan

dan melekat (permanen). Aksara adalah tulisan dari bahasa asli Bengkulu

dalam hal ini aksara Kaganga sebagai pemberian nama pada pemilik rumah

juga pada penghuni rumah, atau berupa doa dan jampian aksara ini berupa

kayu ataupun plat besi menempel (semi permanen) pada bagian tertentu dari

rumah tradisional Bengkulu. Dekorasi merupakan ragam hias yang terbuat dari

kain, mori atau berbentuk motif batik (flora, kaligrafi, arab gundul) yang

digunakan hanya dalam waktu tertentu upacara adat atau hajatan dan tidak

melekat atau tidak menenpel (prematur). Sumber Primer melalui FGD tahun

2020 dengan BMA. Ornamen terdapat pada Berendo memiliki makna hiasan

yang menujukan identitas dari pemilik rumah.

4. ISU ORNAMEN ARSITEKTURAL PADA RUMAH TRADISIONAL

Dafrina, Armelia (2015) 7(tujuh) paradigma-paradigma dalam berteori

arsitektur, Jurnal Arsitekno. dan Soedigdo , Doddy (2010) Arsitektur Regionalism,

Jurnal Perspektif Arsitektur. Dalam upaya pengalian isu disini agar tidak mudah

absolute maka dikaitkan pada paradigma arsitektur yang berkembang di dunia, yang

terdiri dari 7 jenis; (1) paradigma mitologi dan kosmologi, (2) paradigma estetika, (3)

paradigma sosial (4) paradigma rasionalis, (5) paradigma sosial, (6) paradigma kultur,

(6) paradigma posmoderen dan (7) paradigma lingkungan. Permasalah ornamental

berada pada dua paradigma yaitu paradigma rasionalis dan paradigma posmoderen
dimana keduanya saling membantah satu sama lain terkait masalah ornamental.

Adapun isu dari kedua paradigma ini adalah sebagai berikut :

A. Paradigma Rasionalis

 Paradigma rasionalis merupakan sebutan lain dari paham moderen dengan

pandanga sebagai berikut; Adolf Loos;Ornament and Crime dalam artian

ornamen adalah kejahatan dikarenakan pembuatan ornamen memakan waktu

sulit dilaksanakan dikarenakan membutuhkan keahlihan khusus serta biaya

yang tidak murah. Ludwig Meis van Der; Rohe Less is More Arsitektur

berakar pada pertimbangan-pertimbangan estetika yang essensial, namun

arsitektur dapat menembus segala tingkatan derajat nilai samapai mencapai

lingkungan tertinggi eksistensi spiritual, kedalaman khasanah seni murni. Le

Corbusier; Machine for Livin rumah adalah mesin untuk bermukim. Aspek

positif dari perumusan Le Corbusier itu ialah kesadaran bahwa dalam dunia

bangunan harus efisiensi, rendemen, ekonomi, harus dicapai semaksimum

mungkin seperti dalam perekayasaan setiap mesin. Louis Sulliva; Form

Follow Function arsitektur analogi dengan bentuk alam atau sebagai ekspresi

suatu gaya hidup batin dan logika struktur manusia. Bentuk merupakan

turunan dari fungsi yang berarti fungsilah yang menciptakan dan

mengorganisir bentuk, dari paradigman ini maka dapat ditarik isu sebagai

berikut

 isu dari paradigma rasionalis bahwa para arsitek atau pemikir arsitektur

dengan karakteristik moderen tidak akan memberi ruang pada ornamen baik

dalam bangunan arsitektural atau dalam tulisannya. Tidak relevan jika

arsitektur dengan karakteristik rasionalis dilakukan dengan penambahan

ornamen Arsitektural. Pemikiran kaum rasionalis. Ornamen pada masa


rasionalis yang cukup lama 100 tahun lebih kehilangan nilainya sehingga

banyak makna ornamen yang belum terdata berpotensi menyimpang dimasa

depan.

B. Paradigma Posmoderen

 Paradigma posmoderen, banyak paradigma yang muncul, sebagian merupakan

perkembangan dari paradigma sebelumnya dan ada beberapa yang merupakan

paradigma baru yang dipengaruhi oleh situasi politik dan sosial pada masa

itu. Paradigma yang terkait ornamen Arsitektural disebutkan dalam buku

"Theorizing a New Agenda for Architecture" oleh Kate Nesbitt :

1. Aesthetic of the sublime adalah paradigma yang menganggap bahwa

arsitektur memiliki keindahan sebagai norma estetika. Arsitektur yang

berfungsi dengan baik dan indah adalah arsitektur yang sempurna dengan

bentuk-bentuk patahan dan ukiran.

2. Linguistik adalah paradigma yang menganggap bahwa arsitektur memiliki

"Meaning" (yang bisa dibahasakan oleh produk arsitektur) yang berasal dari

kebiasaan (Kebudayaan).

3. Peka terhadap perubahan sejarah dan budaya berorientasi pada keberagaman

pandangan dan tata nilai. Melebih teknologi. Pendekatan terhadap perubahan

sejarah dan budaya. Ruang-ruang dan bentuk sebagai bahasa dan sarana

komunikasi. Citra akan kesempurnaan teknologi. Perpaduan antara kesatuan

fungsi dan bentuk dalam komponen dan komposisi/unity. Estetika mesin,

Estetika struktur konstruksi dan bahan.

4. Arsitektur regionalisme aspek dekorasi, ornamen dan elemen-elemen

menjadi kelengkapan proses desain dengan melakukan transformasi atas yang

kuno. Menekankan pada aspek estetik, history, desain dan teknologi yang
sederhana. Bangunan dapat dilihat bernuansa tradisional tapi bukan banguan

arsitektur tradisional yang hanya akan menjadi prototipe. Fungsi dan

kebutuhan ruang posmoderen

5. Semiotika arsitektur posmoderen yang dikembangkan Jencks adalah bentuk

semiotik yang berkaitan dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut

diungkapkan melalui bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang

dinamakan suprasegmen arsitektural dari berbagai komponen/ornamen

arsitektural.

 isu dari paradigma posmodern adalah paham arsitektur yang berpihak pada

keindahan dengan norma estetika yang disini disimbolkan dengan ornemen

arsitektural. Arsitektur memiliki bahasa meaning yang berasal dari budaya

sehingga posmoderen yang berhubungan dengan budaya memiliki

kelangkapan makna dalam karakternya. Peka terhadap teknologi yang dapat

dimafaatkan untuk membawa bentuk ornamen masa lalu berorintasi pada

kekinian dengan pendekatan teknologi tersebut. Fungsi dan kebutuhan ruang

masa kini membuat bangunan menjadi bernuansa tradisional tetapi bukan

bangunan arsitektur tradisional yang dikemudian hari hanya akan menjadi

prototipe. Posmoderen menekankan dalam semiotika arsitektur terdapat

bentuk, ritme, warna, tektur dan makna dari komponen/ornamen arsitektural.

5. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

 Tujuan dari Seminar Bidang Kajian (1) adalah membuka pemahaman secara

luas tentang pemhamana keilmuan dari ornamen arsitektural


 Mamfaat dari seminar bidang kajian filosofis ini adalah mendapatkan

padangan-pandangan filosofis dari dari berbagai aspek yang terkait pengetauan

arsitektural terhadap ornamental.

6. RANGKUMAN

 Seminar bidang kajian filosofis ini adalah tentang studi tentang ornamen

dalam rumpun ilmu arsitektural yang dilakukan pada rumah tradisional pada

provinsi Bengkulu.

 Ornamen menurut kamus Oxford adalah sesuatu benda kecil yang dibuat atau

ditampilkan agar (beda utamanya) terlihat lebih menarik meskipun tanpa

tujuan praktis dan memperindah sesuatu.

 Vitruvius; Ornamen tidak bisa lepas dari elemen dalam bangunan yang

merupakan bagian dari Venustas.

 Linimasa arsitektur terdapat alur yang dapat dilihat sebagai perubahan

dinamika arsitektur yang di dalamnya terdapat ornamen sebagai bagian dari

perkembangan sejarah arsitektur menurut masanya, dari zaman prasejarah

sampai ke post moderen.

 Richard Glazier; tiap Ornamen terdapat filosofis yang membangun ciri khas

dan karakteristik masing masing.

 Klassen, Winand; Filosofis dalam ekspresi arsitektur dalam sebuah bentuk

sangat dikaitan dengan elemen yang diamati. ekspresi bangunan atau yang

dimaksud ornamen atau elemen estetika pengalaman adalah hasil

mengabungkan atribut pekerjaan arsitektur.

 Groadbent,Geoffrey; Ornamen adalah komponen yang memiliki bentuk,

makna dan interpertasi, indikator sebuah makna dari ornamen tidak dapat
dibatasi pada satu level saja akan tetapi dapat berbeda antara sekarang dan

masa depan atau dengan kata lain dapat terjadi pergeseran makna.

 Fenomena Gagalnya Moderenisme oleh Adolf Loss; ornamen dari prespektif

primitif orang Papua dimana orang primitif mengagap ornamen adalah sebuah

kemajuan atau dengan kata lain perkembangan kreatifitas, sementara

masyarakat moderen seharusnya mulai meningalkan ornamen karena sebuah

kemerosotan jika meniru budaya premitif tersebut. Oleh Raymond, William;

zaman moderen bersifat komersial dan masal mulai menggeser makna nilai-

nilai unsur estetika ornamen arsitektural tradisional. Identitas yang seharusnya

dapat dideskripsikan menurut nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierarki

berakibat penggunannya sering kali diletakkan pada posisi yang tidak sesuai,

maka hal ini menjadi penyimpangan dan distorsinya ornamen. Oleh Carles,

Jencks; arsitektur yang didasarkan atas teknik-teknik baru serta pola-pola lama

atau menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada realitas sosial

yang sekarang setelah membentuk bahasa hibrida. Arsitektur modern memiliki

ide utopis, abstrak, deterministik, fungsional dan tunggal. Masa akhir

arsitektur modern memiliki ide pragmatis, menekankan kebebasan,

kelonggaran, bergaya diluar matra kesadaran,

 Fenomena munculnya posmoderenisme oleh Carles, Jencks; era posmoderen

untuk kembali pada kearifal lokal dan kecendrungan pada arsitektur tradisional

yang memiliki tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua

wajah yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda) secar umum Jencks

menyoroti bahwa arsitektur posmoderen pada langgam arsitektural yang

popular dalam bangunan tahun era awal posmoderen mulai banyak bersandar

pada motif-motif bergaya sejarah. Oleh Robert Venturi; Dalam pemikirannya


yang kontradisktif terhadap moderen langsung menyerang Mies Van der Rohe

Less is More dalah Sebuah kebosanan maka dikatakan Less is Bore. Bangunan

posmoderen cendrung menggabukan bangunan baru dengan konsep

tradisionalismen atau dengan katalan coba melakukan transformasi sebagain

pada elemen-elemen dekoratif tradisional dan ornamen pada bentuk-bentuk

baru. Pengaruh budaya harus masuk dalam arsitektur posmoderen karena

budaya adalah dinamika yang tidak akan membosankan. Moussavi, Farshid;

ornamen adalah sebuah paradok dari arsitektur fungsionalisme pada era

moderen. Ornamen sebagai kelompok ; dekorasi dan komunikasi yang sejauh

ini hanya komunikasi antara interior dan eksterior, ornamen adalah subordinat

dari simiologi dengan tujuan aristik yang harus dapat berkomunikasi dengan

publik. Oleh George, Hersey; bangunan adalah struktur pasif dimana sebuah

seni yang menemukan eksprsi tak terbatas didalamannya garis-garis konstruksi

dalam kiasan yang ditimbulkan oleh figurasi imaginasi manusia kemudian

norma dan budaya adalah unsur yang melahirkan bentuk ornamen penanda.

 Fenomena Arsitektur Tradisional di Asia Crouch, Dora P. Johnson; Pemaham

ornamen dari berbagai tradisi dan budaya dengan prespektif sejarah,etnografi

dan akreologi. Trerdapat ciri khas; (1) kombinasi vernakular (2)Simbolisasi

kegiatan upacara ritual (3) Ornamen sebagai identitas juga (4) arsitektur

terhadap hubungan sosial.

 Fenomena Arsitektur Tradisional di Indonesia oleh Prijotomo, Josef; elemen

arsitektur nusantara terdiri dari naungan berupa Atap, Darangdungge, lantai

dan untuk penempatan ornamen dan juga aritektur tradisional merupakan

ranah budaya atau etnografi sehinggal oramen pada rumah tradisional masuk

dalam wilayah arsitektural. Oleh Sunaryo, A. ornamen adalah komponen


produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai

hiasan. Oleh Guntur; Ornamen adalah elemen dekoratif sebagai ragam hias

yang masing-masing memiliki istilah makna satu dengan yang lain. oleh St.

Hadidjah Sultan;

 Terpaan modernisasi berakibat pada banyaknya tata cara dan budaya warisan

tradisional nenek moyang yang ditinggalkan karena dianggap tidak relevan

dengan kondisi kekinian. Arsitektur tradisional diberbagai wilayah Indonesia

juga turut terpengaruh baik secara fisik maupun non fisik. Perubahan-

perubahan akibat pengaruh modernitas meliputi; penggunaan unsur-unsur

material dari alam kini tergantikan oleh material pabrikasi menyebabkan

rumah tradisional tidak nampak alamiah dan orisinal, pola ruang yang dahulu

dikeramatkan karena memiliki falsafah kini telah diabaikan dengan dalih

efektifitas dan efisiensi, dan tata cara upacara.

 Fenomena Arsitektur Tradisional Melayu oleh Ornamen Melayu di Sumatera;

oleh Dafri, Yulriawan bahwa Ornamen pada rumah tradisional limasan

memiliki pengaruh Islam terlihat dalam bentuk ornamen bermotif flora berupa

pucuk rebung, daun pakis, dan bunga tanjung serta motif Itik Sekawan (Itik

Pulang Petang). Endang Setiawati; Lampung memiliki kekhasan ornamen

berupa bentuk flora, fauna, wajik dan Kaligrafi. Bentuk utama dari ornamen

khas lampung adalah berbentuk mahkota atau siger sebagai Bingkainya

perpaduan dengan terdapat bunga teratai, kijang, kadal, bintang dan Matahari.

Oleh Arif, A Kamal; ornamen arsitektural Aceh di ukir dan dipahat tembus

(terawang) dengan pola simetris bermotif flora tanda silang, ketupat, segitiga

dan berbentuk ketupat termasuk daun pisang. Mayang Putri Shalika;

Minangkabau: kajian semantik masyarakat sekarang; Ornamen tradisional


Minangkabau merupakan salah satu wujud kebudayaan fisik yang lahir dari

sistem kesenian yang dimiliki oleh masyarakat dengan mengunakan kayu yang

dipahat dan diwarnai berupa motif-motif flora daun sirih, rebung, paku dan

fauna motif itiak pulang patang.

 Fenomena Arsitektur Tradisional Bengkulu oleh Yundrismein, Recky;

ornamen diletakan pada bagian tengah dengan keutamaan pada bagian Teras

Rumah atau Berendo ; 1. Penganang tangga (palak tanggo), 2. Dinding (bidai),

3. Kolom (tiang), 4. Pagar tangga (pagar tanggo), 5. Segitiga pelana (tebeng

layar), 6.Sambungan kayu (tangen bejang) 7. Pintu (hebang), 8. Jendela

(jendelo), 9. Ventilasi (tulusi), 10. Plafon (pagu), 11. Lisplang (bilah atok) 12.

Bubungan (uleu atok), 13. Atap (atok) 14. Pondasi (umpak batu) 15. Anak

tangga (anak tanggo). Oleh Gebby Fatonah; Bengkulu terdapat bentuk-bentuk

(1) Motif flora; Anggrek, pucuk Rebung, bunga Raflesia, cengkeh, paku

Lengkenai, pohon Hikayat, akar, Teratai, Melati, kembang Melur, Serai. (2)

Motif fauna; Ikan, Pari, Cumi-cumi. (3) Bentuk benda; swastika, kipas,

mahkota, cerano, jeruji matahari, bulan, bintang dan awan. Oleh Abdulah, Ade

(1) Rejang Pat petulai, (2) Bengkulu Kota, (3) Lembak, dan (4) Serawai.

dengan perbedaan ini maka dapat diidentifikasi bahwa ornemen pada rumah

tradisional masing-masing suku di Bengkulu akan berbeda-beda baik itu

(nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierarki). Oleh Ketua BMA

Bengkulu ; Ornamen adalah ragam hias yang melakat pada Rumah Tradisional

Bengkulu memiliki arti tertentu dan posisi tertentu terbuat dari kayu khas

(Semalu,Tenam dan Bawang) dibuat dengan cara dipahat pada balok kayu,

dibolongi atau diterawang pada papan dan melekat (permanen).


 Isu ornamen arsitektural pada rumah tradisional dari sudut pandang (1)

Paradigma rasionalis Ludwig Meis van Der; Rohe Less is More, Le Corbusier;

Machine for Livin rumah adalah mesin untuk bermukim. Louis Sulliva; Form

Follow Function arsitektur analogi dengan bentuk alam atau sebagai ekspresi

suatu gaya hidup batin dan logika struktur manusia. isu dari paradigma

rasionalis bahwa para arsitek atau pemikir arsitektur dengan karakteristik

moderen tidak akan memberi ruang pada ornamen baik dalam bangunan

arsitektural atau dalam tulisannya. Tidak relevan jika arsitektur dengan

karakteristik rasionalis dilakukan dengan penambahan ornamen arsitektural.

(2) Pandangan Paradigma posmoderen Aesthetic of the sublime adalah

paradigma yang menganggap bahwa arsitektur memiliki keindahan sebagai

norma estetika. Arsitektur yang berfungsi dengan baik dan indah adalah

arsitektur yang sempurna dengan bentuk-bentuk patahan dan ukiran.

Linguistik adalah paradigma yang menganggap bahwa arsitektur memiliki

"Meaning" Peka terhadap perubahan sejarah dan budaya berorientasi pada

keberagaman pandangan dan tata nilai. Melebih teknologi. Pendekatan

terhadap perubahan sejarah dan budaya. Arsitektur regionalisme Aspek

dekorasi, ornamen dan elemen-elemen menjadi kelengkapan proses desain

dengan melakukan transformasi atas yang kuno. Menekankan pada aspek

estetik, history, desain dan teknologi yang sederhana. semiotik yang berkaitan

dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut diungkapkan melalui bentuk,

ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan suprasegmen

arsitektural dari berbagai komponen/ornamen arsitektural. Isu dari paradigma

posmoderen paham arsitektur yang berpihak pada keindahan dengan norma

estetika yang disini disimbolkan dengan ornemen arsitektural. Arsitektur


memiliki bahasa meaning yang berasal dari budaya sehingga posmoderen yang

berhubungan dengan budaya memiliki kelangkapan makna dalam karakternya.

Peka terhadap teknologi yang dapat dimafaatkan untuk membawa bentuk

ornamen masa lalu berorintasi pada kekinian dengan pendekatan teknologi

tersebut. Fungsi dan kebutuhan ruang masa kini membuat bangunan menjadi

bernuansa tradisional tetapi bukan bangunan arsitektur tradisional yang

dikemudian hari hanya akan menjadi prototipe. Posmoderen menekankan

dalam semiotika arsitektur terdapat bentuk, ritme, warna, tektur dan makna

dari komponen/ornamen arsitektural.


7. GLOSARIUM

Atok : Atap

Anak tanggo : Anak tangga

Berendo : Teras depan atau ruang tamu

Bidai : Dinding terbuat dari kayu atau bambu yang di lapis semen

Bubung Limo : Atap khas Bengkulu yang terdiri dari 5 bubungan berbentuk mirip

joglo akan tetapi memiliki tebeng layar sebagai atap teras di bagian

tangganya.

Bilah Atok : Lisplang

Bertandang : Mengunjungi sanak family

BMA : Badan Musyawarah Adat atau disebut wadah perkumpulan

masyarakat adat yang ada diprovinsi Bengkulu.

Balandar : Balok beton penyanggah Lantai kayu dan tangga.

Darangdungge : Sama seperti bidai dinding dari bambu yang di cangkop dengan

semen

Geledak : Lantai kayu pada rumah tradisional

Gijing : Pelapis lantai kayu yang terbuat dari anyaman bambu untuk menutup

celah lantai

Hebang : Pintu dan kusennya

Itik : Unggas Air, Entong

Jampian : Doa-doa
Jendelo : Jendela dan kusennya

Palak Tanggo : Hand Relling atau pegangan tangga

Pagar Tanggo : Pagar pada tangga

Pagu : Plafon

Permanen : Ragam hias ornamen yang merupakan bagian dari rumah tradisional

tersebut diukir dan dipahat.

Prematur : Ragam hias dekoratif yang dipasang sebagai asesoris ketika

diadakannya pesta atau hajatan adat untuk mempercantik rumah

tradisional tersebut.

Semi Permanen : Ragam hias aksara Kaganga yang hanya menempel pada bagian

tertentu terbuat dari material kayu yang sama atau dari jenis material

lain seperti besi.

Siger : Ornamen mahkota pada rumah khas Lampung

Tailan : Ujung sambungan pada pertemuan atara kayu balok dan kayu kolom

Tangen bejang : Sabungan Kayu

Terawang : Teknik pelubangan pada papan untuk membentuk motif ornamen

Tetuo : Tua atau yang dituakan dan dihormati memiliki kedudukan dalam

adat istiadat

Tebeng Layar : Segitiga lobi-lobi

Tulusi : Ventilasi
Tiang : Kolom atau Pilar sebagai penyalur beban lantai atau atap ke dalam

tanah

Uleu Atok : Bubungan

Umpak Batu : Pondasi


8. DAFTAR REFERENSI

1. Vitruvius.(1914) The Ten Books of Arcitecture. trans by Morris Hicky Morgan, Ph.D,

Ll.D

2. Nuttgens, Patrick (1983), The Story of Architecture, Prentice Hall, ISBN

3. Richard Glazier (2002) A Manual of Historic Ornament.

4. Klassen, Winand. (1990). Architecture and Philosophy. University of San Carlos,

Philippines

5. Gomez, Alberto Perez & Parcell, Stephen. (1994). Chora. Vol 1. Interval in the

Philosophy

6. Groadbent, Geoffrey (1980). Signs, Symbols and Architecture . Los Angeles :

University of California

7. Adolf Loss (1908) Ornament is a crime

8. Brent C Brolin and Jean Richards (1982) Sourcebook of Architectural Ornament

(New York: Van Nostrand Reinhold,

9. Raymond William (1958) Keywords: A Vocabulary of Culture and Society : Fontana

Communications Series. London: Routledge. 2011

10. B. Fenomena Munculnya Posmodernisme

11. Carles Jencks, (1977) The Language of Post-Modernism Architecture : Oxford:

Blackwell Publisher

12. Robert Venturi, (1990) Complexity & contradiction in arch.

13. Moussavi, Farshid. (2021) The Function of Ornament.

14. George Hersey (1988), The Lost Meaning of Classical Architecture (MIT Press:

Cambridge Massachusetts.

15. Fenomena Arsitektur Tradisional di Asia


16. Crouch, Dora P. Johnson (2001) Traditions in Architecture: Africa, America, Asia,

and Oceania.

17. David Leatherbarrow (2012): The Roots of Architectural Invention: Site, Enclosure,

Materials

18. Octavia, Linda dan Prijotomo, Josef. (2019) Arsitektur Nusantara bukan Arsitektur

Tradisional maupun Arsitektur Vernakular. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 7 vol

(4).

19. Prijotomo, Josef (2010). Arsitektur Nusantara – Arsitektur Naungan, Bukan

Lindungan (Sebuah reorientasi pengetahuan arsitektur tradisional).

20. Sunaryo, A. (2009).Ornament Nusantara: Kajian Khusus tentang Ornament Indonesia.

Semarang: Dahara Prize.

21. Guntur. (2004) Ornament sebuah pengantar . Surakarta : P2AI

22. St. Hadidjah Sultan (2015) Ringkasan Kajian Arsitektur Tradisional Pusat Penelitian

dan Pengembangan Perumahan dan pemukiman : Pusat Litbang Perumahan dan

Permukiman.

23. Prijotomo, Josef (2010). Arsitektur Nusantara - Arsitektur Naungan, Bukan

Lindungan

24. Dafri, Yulriawan (2012) Identitas Islam Pada Ornamen Melayu di Sumatera;

Ornamen pada rumah tradisional limasan.

25. Endang Setiawati (2019) dalam jurnal arsitektur UBL Vol 9 no 1; Lampung

26. Arif, A Kamal. (2008). Ragam Citra Kota Banda Aceh, Interpertasi Sejarah, Meori

Kolektif dan Arketipe Arsitekturnya : Pustaka Bustanussalatin.

27. Mayang Putri Shalika (2020) Humanika Vol. 27 no 2 e-jurnal undip, Minangkabau.

28. Yundrismein, Recky (2020). Rumah Tradisional Suku Melayu Bengkulu. Bengkulu :

Meseum Negeri Bengkulu.


29. Fathona, Geby (2020) Pemamfaatan Digitalisasi sebagai Media Pelestarian ornamen

Ragam Hias Pada Rumah Tradisional di Bengkulu. Penelitian Pembinaan Fakultas

Teknik Universitas Bengkulu.

30. Abdulah, Ade (1995) Ornamen Tradisional Provinsi Bengkulu

31. Armelia Dafrina (2015) 7( tujuh) paradigma-paradigma dalam berteori arsitektur

Jurnal Arsitekno, vol. 6, no. 6, hlm. SSN 2301 945

32. Doddy (2010) Arsitektur Regionalism, Jurnal, Perspektif Arsitektur. Volume 5 Nomor

1 Juli 2010.

You might also like