Professional Documents
Culture Documents
Ii. Seminar Bidang Kajian Filosofis
Ii. Seminar Bidang Kajian Filosofis
Pembahasan Bidang Kajian berangkat dari penggalian isu arsitektural berdasarkan fenomena
empiris, yang kemudian dikembangkan dalam konteks pengetahuan dan kajian-kajian yang
Bidang Kajian 01
Bidang kajian pertama berfokus pada landasan filosofis kata-kata kunci isu. Landasan
filosofis ini kemudian menjadi dasar untuk menganalisis relasi isu dengan paham pemikiran
Bidang Kajian 02
Landasan filosofis hasil Bidang Kajian 01, digunakan sebagai dasar untuk menentukan teori-
teori arsitektural yang dielaborasi dalam Bidang Kajian 02. Isu arsitektural kemudian
Bidang Kajian 03
Landasan filosofis dan elaborasi teori-teori arsitektural pada Bidang Kajian 02 menjadi dasar
untuk menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Bidang kajian 03 menganalisis
Ornamen arsitektural pada rumah tradisional merupakan fenomena arsitektur tradisional yang menjadi
ciri khas arsitektur tradisional yang berkembang pada zaman pra modern dimana pembangunan rumah
tradisional masih bersifat manual sederhana dan memiliki tatacara yang khas. Ornamen telah
berkembang bersama dengan sejarah arsitektur dari zaman prasejarah sampai dengan zaman moderen
dan posmoderen. Paham moderen yang berlangsung hampir 100 tahun lebih berakibat mempengaruhi
secara signifikan perubahan makna bahkan bentuk dan hirarki, sehingga peningalan rumah tradisional
Bengkulu yang memiliki ornamen menjadi sangat penting keberadaaanya untuk dilakukan penelitian
lebih mendalam dengan mengkasifikasinya secara anatomikan dan taksonomikal sehingga
diketahuinya pakem ornamen arsitektural sebenarnya yang nantinya menjadi referesi pengunanan
dimasa kini. Ornamen arsitektural ibarat berdandan wajah dikarenakan unsurnya sangat kuat dan
terdapat pada bagian muka dari bangunan terutama berendo atau teras tempat menerima tamu. Isu
dalam paham posmoderen kembalinya unsur lokalitas dan tradisi sebagai bagian dari pekembangnya,
tertapi karena pakem ornament arsitektural Bengkulu belum memiliki dasar aturan atau referensi yang
dapat digunakan untuk pengunaa praktisinya sehingga terkesan asal pakai dengan mengabaikan
makna hirarki dan tata aturnya. Ini berakibat penyimpangan dalam pengunaan ornamen dalam
bangunan kekinian. Hal ini mengkhawatirkan bagi masyarakat adat, tradisi dan budaya Bangkulu
karena jika menyimpang dari sekarang maka kedepannya arsitektur tradisional Bengkulu akan
kehilangan identitasnya dan atau ornamen hanya menjadi ragam hias tanpa makna dan arti. Keuniqan
dari ornamen Bengkulu adalah jumlahnya yang sangat banyak dan ada kekhususan yang didominasi
bentuk Anggrek 10 persen dari bentuk yang teridentifikasi. Selaras dengan penelitian dari Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu Prof Dr.Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S. terdapat 160 jenis
Anggrek dan beberapanya tercatat sebagai endemik yang artinya hanya hidup diwilayah Bengkulu.
C. Definisi Vitruvius. The Ten Books of Arcitecture : the ornaments of the orders
2. LATAR BELAKANG
3. FENOMENA
A. Paradigma Rasionalis
B. Paradigma Posmoderen
6. RANGKUMAN
7. DAFTAR REFERENSI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 44; Ilustrasi Penempatan Ornamen pada Rumah Tradisioal Bengkulu keutamaan
• Ornamen; Adalah Hiasan yang bersifat permanen (menempel) dalam Arsitektur yang di
• Bengkulu; Provinsi di Indonesia dengan ibu kota Bengkulu, terletak di Pulau Sumatra
Pengertian dari judul seminar bidang kajian filosofis ini adalah tentang studi ornamen
dalam rumpun ilmu arsitektural yang dilakukan pada rumah tradisional diprovinsi Bengkulu.
A thing used or serving to make something look more attractive but usually
Oxford adalah sesuatu benda kecil yang dibuat atau ditampilkan agar (beda utamanya)
terlihat lebih menarik meskipun tanpa tujuan praktis dan memperindah sesuatu.
C. Definisi Vitruvius. The Ten Books of Arcitecture : the ornaments of the orders
Vitruvius.(1914) The Ten Books of Arcitecture; Ornamen tidak bisa lepas dari
elemen dalam bangunan yang merupakan bagian dari Venustas. Dalam buku ini
bercerita (1) Ornamen tidak bisa lepas dari elemen lain dalam bangunan seperti
kolom, kasau, listplang dan balok–tie. (2) Tiap detail ornamen memiliki letak, asal
dan urutan semua pembuat ornamen percaya harus dapat mengikuti pengaturan kuno.
(3) Terdapat cara membuatnya berbeda dengan diikat juga diukir pada batu. (4)
Ornamen yang paling sederhana di Yunani adalah triglif adalah tiga garis vertikal
diatas tiang, dan metope adalah ruang berbentuk segi empat di antara tiap triglif yang
letaknya pada bagian kepala kolom atau antar jendela Metope juga biasa terdapat
ornamen ukiran vertikal yang mengambarkan cerita para dewa. (5) triglif dan metope
berguna menciptakan ordo Doric dan Ordo Ionik. (6) Aturan simetris dan proposi
2. LATAR BELAKANG
linimasa arsitektur terdapat alur yang dapat dilihat sebagai perubahan dinamika
• Art Decco
• Neoclassical,
POSTMODERN ARCHITECTURE (1960 AD - Sekarang) • Constructivism
• Cubsim,
• Neo-modern architecture • Modernism,
• Googie Architecture • Art Nouveau
• Arsitektur Dekonstruksi • Futurism
• Arsitektur Berkelanjutan
Skema 1
Bukti-bukti sejarah bangunan terlihat di barat daya asia yaitu sekitar Syria, Iraq (8000
BC), sebelah tenggara eropa (7000 BC), dan eropa tengah (5500 BC). Masyarakat
disusun dari batu bata tanah liat. Bahkan rumah tinggalnya pun sudah dilapis ragam
hias yang belum dapat disebut ornamen berupa dilukis seperti gambar manusia dan
binatang.
Gambar 1
Ornamen prasejarah
sudah mengenal Tuhan, iblis, dan malaikat. Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang
yang supranatural dan bertujuan sebagai perwujudan regenerasi, musim, siang, dan
Architecture), Yunani (Greek), Babilonia & Assyria, Inca, Mayam Persia, Romawi,
dan Sumeria.
dari bata tanah liat dan batu. Batu biasanya banyak digunakan pada pemakaman
dan kuil, sementara bata digunakan untuk istana dan benteng kuil serta
kompleks kota. Rumah tinggal di Mesir Kuno dibuat dari tanah liat yang
dikeringkan yang diambil dari sungai Nil. Namun sekarang banyak kota dari
zaman Mesir Kuno yang sudah musnah karena letaknya disisi sungai Nil, karena
sungai Nil membanjiri kota-kota tersebut seiring waktu. Eksterior dan interior
dinding diselimuti oleh hieroglyphic (tulisan Mesir Kuno) dan pahatan yang
dicat dengan warna-warni. Motif dari ornamen bangsa Mesir adalah sebuah
simbol, seperti scarab, kumbang. Motif yang umum juga seperti daun palem,
Gambar 2
terbuat dari kayu, bata, dan tanah liat tidak terdapat jejaknya. Material kayu
sudah dibentuk menjadi balok, plaster dibuat menjadi sink dan bathtub. Batu
kapur dan marbel untuk kolom dan dinding, serta perunggu sebagai ornamen
dan terbuat dari batu dengan kolom Doric, Ionic dan Corinthian
Gambar 3
Inca Architecture; Bangunan zaman Inca cirinya terbuat dari susunan batu.
Kota Hilang Machu Pichu di atas bukit Peru adalah warisan sejarah terbesar dari
Gambar 4
bangunannya dengan batu. Salah satu bangunan yang dibuat dari batu adalah
dengan atap sisir yang cukup berperan dalam keagaaman bangsa Maya. Bangsa
Maya juga dikenal sudah mengenal astronomi, terutama bulan dan planet venus.
Ornamen bangsa Maya banyak berbentuk burung dan dewa-dewa yang mereka
Gambar 5
lingkaran dan persegi. Bangunan Persia beraneka ragam dari gubuk petani
sampai kedai, taman pavilion sampai istana. Ornamen dari persia banyak
berupa kuda dengan sayap, kereta kuda serta hewan sapi, kuda dan burung.
Gambar 6
gaya arsitektur Yunani, kedua gaya tersebut disadari menjadi dasar dari
Pantheon. Salah satu bangunan yang cukup impresif adalah amphitheatres the
Gambar 7
sebagai material utama. Selain itu di Sumeria sudah memiliki desain tata kota,
Istana, dan arsitektur lansekap. Arsitektur Sumeria adalah dasar dari peradaban
sumeria berupa pahatan pada dinding batu yang berbentuk kehidupan sosial
Gambar 8
mendalami arsitektur dari tiga aspek dasar. Yaitu firmitas (kekuatan), utilitas
(kegunaan atau fungsi), venustas (keindahan) estetika harus terukur dan disertakan
dengan teori-teori seperti proporsi, ritme, simetri, harmoni, geometri, golden section
dan ornamen yang menjadi pedoman. perkembangan arsitektur Yunani dan Romawi
kuno diawal abad 800 BC – 1750 AD. Sebelumnya memang beberapa ahli
menyatakan era klasik di Yunani dan Romawi sudah berkembang pada abad kuno.
Gaya Klasik memiliki karakter dan detail yang dapat dikenali dari bentuk kolom
dengan capital (kepala), entablature, architrave, frieze, dan cornice dikenal juga
Yunani kuno yang persegi biasanya dikelilingi oleh kolom di keempat sisinya.
Namun hanya kuil yang banyak diketahui tersisa dari bentuk bangunan publik
yang besar dalam kota memaksa Romawi Kuno mencari arsitektur baru
sebagai solusi dari masalahnya. Semua bangunan di abad Romawi Kuno ini
Triglif.
Gambar 9
religius yang pernah ada di era arsitektur abad pertengahan. Dimana ciri
kayu yang disilang dan terdapat pada bagian atap, terdapat penanda berupa
bendera dan juga bagian listplang kolom dan pintu dan tiang lampu taman.
Gambar 10
VIII kembali di tahun 1496. Gaya bangunannya bisa kita lirik pada Chateau
Gambar 12
Ornamen zaman arsitektur Renaissance
Italia. Dengan paradigma berfikir dari era Romawi dengan campuran bahasa
merambat.
Gambar 13
The age of enlightenment (1750 ad – 1900 ad) era yang dikenal juga dengan
“the Age of Reason”. Era ini adalah peralihan dari era Klasik, di abad ini manusia
inovatif lagi seperti penemuan listrik, mesin uap dan mesin lainnya. Pengaruh
perkembangan ini akhirnya menciptakan teknologi baru dalam arsitektur, material dan
olah struktur kemudian bersinergi dengan bahasa arsitektur baru, era ini gaya
arsitektur masa lalu banyak di adopsi ulang untuk skala perumahan dan tempat
perkebangan di perumahan di desa dan tepi pantai, jendela busur menjadi mode
sebagai bagian dari gaya ini. Ornamennya banyak terdapat pada kolom estetika
dan bagian jendela serta pintu berbentuk untuk kelas menengah memiliki
sedikit ornamen.
Gambar 14
klasik yunani dan romawi yang memiliki ornamen lebih sederhana pada kolom
jendela dan memiliki segitiga pelana atap yang pada fasade memiliki ornamen
keanggunan kuil Yunani kuno abad ke-5 SM. Bangunan dengan gaya ini juga
memiliki simetri dan proporsi yang mirip dengan gaya klasik. Ornamenya
terdapat pada bagian kolom dan ring balok pada segitiga pelana berberntuk
Gambar 16
tetapi lebih sederhana dengan tidak banyak penonjolan kerucut atap . Akan
tetapi banyak terdapat ornamen berbentuk geometri pada sudut dinding bagian
Gambar 17
• Second Empire; gaya arsitektur dan seni dekoratif yang sangat eklektik, yang
bahan-bahan modern secara inovatif, seperti rangka besi dan skylight kaca.
Ornamen adalah pengulangan dari gaya klasik terdapat pada kolom, jendela
dan kantilever.
Gambar 18
Gambar 19
bangunan Romawi dan Bizantium kuno dan tradisi lokal lainnya. Ornamen
pada bagian bawah berupah garis horizontal dan bagian atas terdapat diantara
Gambar 20
terdiri dari posisi sentral dan sisi luar yang simetris. Arsitektur Jacobean
Gambar 21
pada paruh kedua abad ke-19. gaya arsitektur vernakular Inggris Abad
Gambar 22
ornamen. popularitasnya terangkat setelah Perang Dunia ke-2 dan menjadi salah satu
gaya arsitektur yang dominan untuk bangunan institusi dan perusahaan karena
penemuan material baru dan percepatan pembangunan setelah perang dunia. Beberapa
“The Big Three” yang dikenal adalah Le Corbusier dari Perancis, Ludwig Mies van
der Rohe dan Walter Gropius di Jerman. Pada masa ini ornamen sangat di minimalkan
keberadaannya lebih kepada fungsi dan pencahayan serta penghawaan alami. Ada pun
Gambar 23
Art Nouveau; gerakan seni dekoratif dan arsitektur yang lahir dan berpusat di
hirarki tradisional dalam seni, di mana pada masa itu banyak yang
berpandangan bahwa seni lukis dan seni pahat lebih superior jika
dibandingkan dengan seni kerajinan dekoratif. Identitas khas gaya seni ini
disebut Style Moderen. Hector Guimard dan Antoni Gaudí menjadi terkenal
menampilkan hiasan warna-warni dan karya besi dan kaca yang mendetail.
Gambar 24
Art Deco; dipercaya terpengaruh oleh berbagai macam aliran modern, antara
Nouveau. Art Deco benar-benar murni bersifat dekoratif yang sangat kental.
Pada masanya, gaya ini dianggap anggun, fungsional, ultra modern, dan
mewah, ciri dari Art Deco (1) Ziggurat merupakan struktur bertingkat yang
terlihat seperti tangga. Bentuk arsitektur ini sebetulnya terpengaruh oleh gaya
arsitektur purba dari Babilonia dan Mesir. (2) Ciri khas yang paling tidak bisa
dipisahkan dari gaya Art Deco adalah sisi bangunan yang berbentuk
melengkung (3) Atap pada gaya Art Deco berbeda dengan atap kebanyakan
rumah yang biasanya berbentuk miring. Art Deco merupakan turunan dari
gaya kubisme yang sangat mengagumkan bentuk kubus. Hal ini pun terlihat
dari bangunan Art Deco yang memiliki atap yang datar sehingga menyerupai
kubus (4) Pada bangunan bergaya Art Deco, penggunaan glass block atau
dari glass block ini adalah untuk memaksimalkan cahaya alami dari matahari
dan berbeda. Maka dari itu, pemilihan warna dalam desain Art Deco juga tidak
terang yang mencolok dalam rumah bertema Art Deco. (6) Unsur Abstrak
selain garis melengkung, ciri khas lain dari gaya Art Deco yang paling terlihat
adalah padu padan detail dekorasi yang sering terlihat kontras, namun tetap
bisa terlihat serasi. Perpaduan berbagai bentuk, ornamen, tekstur, dan warna.
Gambar 25
Cubsim; adalah gaya seni penting yang dipelopori oleh Pablo Picasso dan
Georges Braque pada awal abad ke-20. Kubisme bersifat avant-garde, artinya
Kubisme yang memadukan masa lalu dan masa kini, representasi pandangan
yang berbeda dari subjek yang digambarkan pada saat yang sama atau
berbentuk gaya kubus yang memiliki skalatis berbeda dan juga terjadi
Arsitektur Cubsim
namun manusia bukan mesin, dan tidak ingin hidup dalam mesin. Kemudian Philip
Johnson menyatakan “bored with the box” sejak awal 1980-an beberapa arsitek
kemudian menghindari garis-garis lurus, dan kemudian kembali menuju desain yang
ornamen pada fasad mendominasi dan menggantikan gaya moderen yang minim
ornamen. Tokoh posmoderen yang cukup dikenal adalah Robert Venturi dengan
pernyataan Mies van der Rohe “Less is more” dengan kalimat “Less is bore”.
Farrell, Michael Graves, Helmut Jahn, Jon Jerde, Philip Johnson, Ricardo Legorreta,
Charles Willard Moore, William Pereira, Cesar Pelli, Antoine Predock, Robert A.M.
Gambar 27
membagi Ornamen berdasarkan era dan masyarakatkan dimulai dari Oceania sampai
Jepang. Tiap Ornamen terdapat filosofis yang membangun ciri khas dan karakteristik
Ornamen Oceanian, memiliki filosofis tentang mitos dan tradisi primitif lokal
pola garis linie dan zig-zag dan perkembang paling tinggi ditandai berbentuk
garis lurus, lengkung di ukir pada bidang relif datar dan mulai bentuk karakter
wanita.
Gambar 28
Ornamen Oceanian
Ornamen Mesir, Dimulai tahun 4400SM – 330SM memiliki 30 dinasti yang
(Kesetian) dan beberapa bentuk burung dan bunga lutus serta beberapa bentuk
Gambar 29
Ornamen Mesir
Ornamen Assyria, peradapan yang berkembang tahun 886SM -60SM dengan
kondisi lokus yang sedikt memiliki batu namun memiliki banyak tanah
buat berupa bentuk Raja dan prajurit yang lagi berburu, bentuk masyrakat
lembu jantan berkepala manusia, bunga lotus yang kuncup yang merupakan
pengaruh Mesir.
Gambar 30
Ornamen Assyria
masyarakat yang memiliki citra seni yang tinggi filosofil ornamen arsitektural
dari yunai berfokus pada mitologi para dewa mereka, pemujaan para pahlawan
mereka, pemujaan pada kesempurnaan fisik mereka pada pemuda, gadis cantik
dan anak-anak yang rupawan juga bentuk zodiak yang beberapa diberbentuk
binatang dan benda-benda suci. Yunani adalah sama keemasan dalam dunia
arsitektur dan juga seni ini juga dikarenakan masyarakat mereka yang sangat
meraka sehingga dengan mudah dikuasi oleh kerajaan lain seperti Sparta,
Romawi daan juga Troya sehinga bangsa yunani banyak tergabung dalam
Gambar 31
Ornamen Yunani
Ornamen Roman, Negara ini berdiri tahun 783SM merupakan kelanjutan dari
tumbuhan merambat dan pohon zaitun burung reptil dan dewa cinta. Di buat
pada kolam, Pemandian dan dinding dan ruang dalam. langit-langit dekoratif
yang bagus, memiliki panel cekung yang dalam yang disebut Lacunaria, atau
pundi-pundi; persegi, berbentuk segi enam atau segi delapan, dengan roset
ditengah
Gambar 32
Ornamen Roman
Ornamen Pompei, adalah salah satu kota di Romawi yang terkubur tahun 79
SM oleh letusan gunung berapi Vesuvius sampai dengan Abad 1709. Filosofi
kolom terdapa bentuk hewan seperti merak, burung dan manusia serta kuda.
Tidak banyak yang dapat digali dari ornamen Pompei karena banyak yang
rusak akibat bencana. Akan tetapi pompe juga banyak mengadupsi ornamen
dari Romawi dengan bentuk relif-relif dan mozaik yang terletak pada bidang
Gambar 33
Ornamen Pompei
Ornamen Byzantium, dimulai abad 3 dan 4 dimana terjadi kemunduran
berupa bentuk salib yang dibikin melingkat pada bawahnya, Ornamen anggur
dikembangkan lebih beragan pada zaman ini terlihat pada lanatai dinding
bagian tas dan juga pada bagaian plafon dari bangunan. Puncak-puncak dari
kolom dorik dan ionik kembali menjadi posisi yang menarik untuk di percantik
Gambar 33
Ornamen Byzantine
Ornamen Romanesque, Berbeda dengan romawi pengunaan lengkung dengan
kawal olah bentuk binatang berupa anjing dan hewan burung merak dan
dan pita-pita
Gambar 34
Ornamen Romanesque
Ornamen Cheltic, Bisa dikatan zaman ini adalah zaman kekayan ornamen
dimana terdapat banyak ornamen arsitektural terbuat dari emas, perak, batu
dan kesatria menjadikan ornamen Celtic kaya akan bentuk-bentuk filosofi salip
mithologi berupa dewa-dewa dan monster serta naga sebagai bentuk yang
Gambar 35
Ornamen Cheltic
Ornamen Candinavia, disebut juga bangsa viking dimana terdapat perubahan
paradigma tentang agama dan alam yang membetuk mereka sehinga pemikiran
memperlihatkan rasa kepatuhan mereka pada dewa mereka yang terdiri dari
Thor, odin, frey dan loki sebagai karakter dewa jahat. Terdapat juga ornamen
Gambar 36
Ornamen Skandinavia
Ornamen Norman, era ini ornamen ciri khas bentuknya berupa lengkung
lancip yang universal dengan cirikhas gigi anjing dipadukan dengan gabungan
daun akatus dan vuluti dan tokoh-tokoh suci memasukan bentuk manik-manik.
kebesaran tuhan,
Gambar 37
Ornamen Norman
Ornamen Ghotik, merupakan terusan dari ornamental dari era Norman dimana
poses berikutnya adalah lebih banyak berbentuk daun daun sebagai elem
dekoratif pada kolom dinding dan list pada plafon. Ghotik dianggap zaman
Prancis dan Inggis. Filosofia daun yang sering digunakan pada ornamen adalah
ornamen.
Gambar 38
Ornamen Ghotik
Ornamen Renessan, abad ke 1300 – 1600 massa ini adalah masa keemasan
dan juga dominasi tumbuhan dari bentuk bentuk tanaman rambat menjadi
keutamaan terdapat juga bentuk bentuk manusia berupa kepala abstrak tanpa
adalah hal yang sangat didominasi zaman ini dominasi orang-orang non
sains mendahui pemikiran agama sehinga pada ornamen juga tidak terlihat
Gambar 38
Ornamen Rennesan
Ornamen Muhammad, masa 520m – 632m sesuai dengan massanya adalah
disini. Filosofi agama islam sangat kental dalam ornamen Mohammad SWA
dimana dominasi nama Allah SWT dan ayat-ayat tuhan menjadikannya sangat
jerjadi alkutasi denga eropa, India, Mesir, Persia, Bagdad dan negara-negara
hidup baik itu binatang maupun manusia. Nama Mohammad SAW sendiri
dibentuk dalam kaligrafi yang juga bersanding dengan Nama Allah SWT.
Gambar 39
Ornamen Muhammad
Ornamen Persia, perkembangan ornamen Persia diawali pada tahun 632M
sampai 1625M dimana dimana persia sangat baik mengikuti ketetapan tentang
dengan budaya mereka yang sangat kuat, seni dekorati persia di gambarkan
tumbuhan yang sangat jelas berupa, eceng gondok, mawar, tulip, pinus dan
Gambar 40
Ornamen Persia
Ornamen India, dimulai peradan ornamem arsitektural pada tahun 250M yang
didominasi oeleh pinus sebagai tumbuhan utama yang tunggal. Ciri khas yang
membedakan antara ornamen India dan Persia adalah tingkat detailnya dimana
Gambar 41
Ornamen Persia
Ornamen China, onamen cina dimulai dari leluhur mereka zaman prasejarah
yang kemudian berkembang pesat seiring perkembangan cara hidup dan pola
khayangan mereka dan naga mahluk mitologi sebagai simbol kesejahteran dan
persegi. Banyak juga bentuk lotus digambarkan sangat jelas sebagai simbol
atau kuil kemudian berkembang ke pada istana lalu rumah bangsawan dan
Gambar 42
Ornamen Chines
Ornamen Jepang, Onamen berkembang seiring berkembangnya ornamen dari
China dengan karakteristik yang berbeda, Filofosi Jepang juga memuja alam
bersama reptil, serang dan ikan yang digambar dengan betuk yang jelas dan
mirip. Fenomena alam seperti gunung salju Fuji juga menjadi dominasi dari
ornamen di Jepang, bunga Plum, buah Cerry dan kembang Sakura menjadi
Gambar 43
Ornamen Japan
C. Filosopis Arsitektur pada Ornamen Arsitektural
tentang sebuah simbol dari ekspresi bangunan atau yang dimaksud ornamen
pekerjaan arsitektur dimana hal tersebut dibuat sangat baik terlihat dan sangat
baik jika didengarkan. Pengamatan tentang simbol ini dirasakan sesuatu yang
dinamis, sesuatu yang ekspresif, sesuatu yang memiliki rasa dan emosi serta
sebuah makna dari ornamen tidak dapat dibatasi pada satu level saja akan
tetapi dapat berbeda antara sekarang dan masa depan atau dengan kata lain
dapat terjadi pergeseran makna, dari kutipan ini dapat diartikan bahwa
3. FENOMENA
Adolf Loss (1908) Ornament and Crime, Adolf Loss memandang ornamen
dari prespektif primitif orang Papua dimana orang primitif mengagap ornamen
karena sebuah kemerosotan jika meniru budaya premitif tersebut. Grafiti atau
mural yang membuat dinding kota kontor dan jelek dianggap sebagai
Frustasi akan ornamen juga terjadi dari pola pikir yang rasialis dimana
negro yang notabene adalah budak bangsa kulit putih. Tanpa ornamen
bangunan terlihat bersih dan mewah. Ornamen memiliki dampak buruk bagi
ekonomi negara karena perhiasan diangap tidak dibutuhkan pada zaman yang
lagi berpacu dalam pembangunan setelah perang dunia I dan II. Ornamen
kaum buruh dan budak yang sebenarnya mereka adalah para ahli dan tukang-
tukang kayu yang dapat membuat ornamen secara detail. Para pembuat
ornamen diangap adalah karya jahat dari para penjahat kulit hitam dan bagi
yang tetap pada paham ornamen tersebut maka diangap sebuah kesesatan. Jika
dan beralih pada paham yang sedang berjalan yaitu moderenisme. Ornamen
dengan harga yang murah membuat pekerjanya merasa buang waktu dan
banyak material sisa produksi yang jadi sampah sia-sia. Ornamen pada masa
moderen tidak terkait dengan budaya kekinian sudah sangat jauh memiliki
hubungan emosional sehingga diangap sebuah bentuk tanpa makna dan tidak
dipahami, dengan kata lain jauh dari ikatan leluhur bangsa moderen. Ornamen
bisa saja diangap sesuatu yang indah pada awalnya dibuat akan tetapi ornamen
itu sendiri sangat mudah rusak lebih cepat dari pada benda utamannya.
tradisional dan berpotensi terjadi pergeseran makna. Hal ini senada dengan
makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierark berakibat penggunannya sering kali
diletakkan pada posisi yang tidak sesuai, maka hal ini menjadi penyimpangan
dan distorsinya ornamen sebagai ragam hias yang merupakan bagian yang
pola-pola lama atau menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada
realitas sosial yang sekarang setelah membentuk bahasa hibrida. efisiensi dan
Sebab bagi Jencks karya arsitektur seharusnya merupakan karya seni yang
yang telah menjadi klise dan sulit ditangkap dalam spirit lalu pandangan hidup
menyebutnya dengan istilah Double coding (kode ganda) yaitu, satu bangunan
yang berbicara dalam logat lokal, tetapi juga membuat komentar ironis atas
untuk kembali pada kearifal lokal dan kecendrungan pada arsitektur tradisional
yang memiliki tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua
wajah yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda) secar umum Jencks
popular dalam bangunan tahun era awal posmoderen mulai banyak bersandar
dapat dikategorikan sebagai bagian dari era posmoderen yang berkembang dan
dua jalur dalam posmoderen yang tampak bertentangan ; Pertama adalah post-
modern reaksi, yaitu posmoderen yang menceraikan diri dari moderen dan
konseptual tetapi sebagai sebuah hal yang dirasakan, sesuatu yang sulit dilihat,
sulit ditulis dan sulit dikatakan sebagai objek yang baru. Arsitek berusah
mencari identitas yang baru yang dapat dari masa lalu dan sejarah, disitu
terdapat ornamen sebagai identitas budaya masa lalu yang dapat di bawa ke
waktu kekinian. Gerakan baru ini diletakan pada analisa estetika dalam
evaluasi dan kritik karya sendiri yang masih dalam proses ide besar. Dalam
Van der Rohe Less is More dalah Sebuah kebosanan maka dikatakan Less is
arsitektur posmoderen akan tetapi lebih pada aktualisasi diri sebagai identitas
lokal.
komunikasi yang sejauh ini hanya komunikasi antara interior dan eksterior,
orenamen adalah subordinat dari simiologi dengan tujuan aristik yang harus
dan sesnsai, dimana banyak banguan abad ke 21 membuat sesnsai efek dari
ekspresi dengan bahan mengunakan bahasa ruang dan waktu. Ornamen juga
adalah figur dari ekspresi material dalam proses kritis, yang dicetak dalam
bangunan adalah struktur pasif dimana sebuah seni yang menemukan eksprsi
doktri semu berdasarkan hubungan naif antara tanda dan penanda. Semiotika
kondisi alam sebagai bagian dari lingkungan yang harus di siapkan. Moralitas,
norma dan budaya adalah unsur yang melahirkan bentuk ornamen penanda.
duniawi kepada spritual. Penanda yang diwakilkan oleh ornamen berupa buah
Asia, and Oceania. Pemaham ornamen dari berbagai tradisi dan budaya
disana dibahas juga elemen arsitektur nusantara terdiri dari naungan berupa
yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi
produk.
dekoratif sebagai ragam hias yang masing-masing memiliki istilah makna satu
selama ini telah membawa berbagai dampak perubahan terhadap pola pikir
masyarakat nusantara. Tidak terkecuali masyarakat tradisional yang
moderen. Terpaan modernisasi berakibat pada banyaknya tata cara dan budaya
Indonesia juga turut terpengaruh baik secara fisik maupun non fisik.
menyebabkan rumah tradisional tidak nampak alamiah dan orisinal, pola ruang
dengan dalih efektifitas dan efisiensi, dan tata cara upacara (mencari bahan
baku, proses membangun, dan tahap memasuki rumah) yang sudah mulai
Hal ini harus di pahami sebagai bawah fenomena arsitektur tradisional beserta
akan punah.
memiliki pengaruh Islam terlihat dalam bentuk ornamen bermotif flora berupa
pucuk rebung, daun pakis, dan bunga tanjung serta motif Itik Sekawan (Itik
Pulang Petang) sering pula terlihat bersamaan hadirnya dengan ragam hias
memiliki kekhasan ornamen berupa bentuk flora, fauna, wajik dan kaligrafi.
Bentuk utama dari ornamen khas lampung adalah berbentuk mahkota atau
Arif, A Kamal. (2008). Ragam Citra Kota Banda Aceh, Interpertasi Sejarah,
ukir dan dipahat tembus (terawang) dengan pola simetris bermotif flora tanda
Ornamen posisinya juga terdapat pada kusen jendela, kindang bawah rumah,
merupakan salah satu wujud kebudayaan fisik yang lahir dari sistem kesenian
yang dimiliki oleh masyarakat dengan mengunakan kayu yang dipahat dan
diwarnai berupa motif-motif flora daun sirih, rebung, kaluka paku dan fauna
11. Lisplang (bilah atok) 12. Bubungan (uleu atok), 13. Atap (atok) 14.
Pondasi (umpak batu) 15. Anak tangga (anak tanggo). Rumah tradisional kota
Bengkulu dikenal dengan sebutan rumah bubung limo atau rumah panggung
Gambar 44
Ilustrasi Penempatan Ornamen pada Rumah Tradisioal Bengkulu keutamaan pada Berendo/teras rumah
Pada temuan awal dari ragam bentuk ornamen arsitektural Bengkulu terdapat
Anggrek mendominasi pada bagian dinding dan talusi dan tebeng layar. Hal
Prof Dr. Ir. Dwi Wahyuni Ganefianti, M.S. terdapat 160 jenis Anggrek dan
ornamen Ragam Hias Pada Rumah Tradisional di Bengkulu. bahwa motif dari
Hikayat, akar, Teratai, Melati, kembang Melur, Serai. (2) Motif fauna; Ikan,
Pari, Cumi-cumi. (3) Bentuk benda; swastika, kipas, mahkota, cerano, jeruji
matahari, bulan, bintang dan awan. Sejauh ini jumlah yang berhasil dicatat
kurang lebih 80 buah yang kemungkinan jumlahnya 2 kali lipat jika dilakukan
observasi mendalam.
dari beberapa suku asli di Bengkulu (1) Rejang Pat petulai, (2) Bengkulu
Kota, (3) Lembak, dan (4) Serawai. Dengan perbedaan ini maka dapat
Bengkulu akan berbeda-beda baik itu (nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi,
hierarki).
terlebih dahulu terhadap peta posisi ragam hias dalam arsitektur tradisional
Bengkulu. Beberapa jenis ragam hias yang sering ditemukan pada rumah
tradisional di Bengkulu menurut Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA)
pengertian beberapa ragam hias menurut ketua BMA; Ornamen adalah ragam
hias yang melakat pada Rumah Tradisional Bengkulu memiliki arti tertentu
dan posisi tertentu terbuat dari kayu khas (Semalu,Tenam dan Bawang) dibuat
dengan cara dipahat pada balok kayu, dibolongi atau diterawang pada papan
dan melekat (permanen). Aksara adalah tulisan dari bahasa asli Bengkulu
dalam hal ini aksara Kaganga sebagai pemberian nama pada pemilik rumah
juga pada penghuni rumah, atau berupa doa dan jampian aksara ini berupa
kayu ataupun plat besi menempel (semi permanen) pada bagian tertentu dari
rumah tradisional Bengkulu. Dekorasi merupakan ragam hias yang terbuat dari
kain, mori atau berbentuk motif batik (flora, kaligrafi, arab gundul) yang
digunakan hanya dalam waktu tertentu upacara adat atau hajatan dan tidak
melekat atau tidak menenpel (prematur). Sumber Primer melalui FGD tahun
2020 dengan BMA. Ornamen terdapat pada Berendo memiliki makna hiasan
Jurnal Perspektif Arsitektur. Dalam upaya pengalian isu disini agar tidak mudah
absolute maka dikaitkan pada paradigma arsitektur yang berkembang di dunia, yang
terdiri dari 7 jenis; (1) paradigma mitologi dan kosmologi, (2) paradigma estetika, (3)
paradigma sosial (4) paradigma rasionalis, (5) paradigma sosial, (6) paradigma kultur,
berada pada dua paradigma yaitu paradigma rasionalis dan paradigma posmoderen
dimana keduanya saling membantah satu sama lain terkait masalah ornamental.
A. Paradigma Rasionalis
yang tidak murah. Ludwig Meis van Der; Rohe Less is More Arsitektur
Corbusier; Machine for Livin rumah adalah mesin untuk bermukim. Aspek
positif dari perumusan Le Corbusier itu ialah kesadaran bahwa dalam dunia
Follow Function arsitektur analogi dengan bentuk alam atau sebagai ekspresi
suatu gaya hidup batin dan logika struktur manusia. Bentuk merupakan
mengorganisir bentuk, dari paradigman ini maka dapat ditarik isu sebagai
berikut
isu dari paradigma rasionalis bahwa para arsitek atau pemikir arsitektur
dengan karakteristik moderen tidak akan memberi ruang pada ornamen baik
depan.
B. Paradigma Posmoderen
paradigma baru yang dipengaruhi oleh situasi politik dan sosial pada masa
berfungsi dengan baik dan indah adalah arsitektur yang sempurna dengan
"Meaning" (yang bisa dibahasakan oleh produk arsitektur) yang berasal dari
kebiasaan (Kebudayaan).
sejarah dan budaya. Ruang-ruang dan bentuk sebagai bahasa dan sarana
kuno. Menekankan pada aspek estetik, history, desain dan teknologi yang
sederhana. Bangunan dapat dilihat bernuansa tradisional tapi bukan banguan
semiotik yang berkaitan dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut
arsitektural.
isu dari paradigma posmodern adalah paham arsitektur yang berpihak pada
Tujuan dari Seminar Bidang Kajian (1) adalah membuka pemahaman secara
6. RANGKUMAN
Seminar bidang kajian filosofis ini adalah tentang studi tentang ornamen
dalam rumpun ilmu arsitektural yang dilakukan pada rumah tradisional pada
provinsi Bengkulu.
Ornamen menurut kamus Oxford adalah sesuatu benda kecil yang dibuat atau
Vitruvius; Ornamen tidak bisa lepas dari elemen dalam bangunan yang
Richard Glazier; tiap Ornamen terdapat filosofis yang membangun ciri khas
sangat dikaitan dengan elemen yang diamati. ekspresi bangunan atau yang
makna dan interpertasi, indikator sebuah makna dari ornamen tidak dapat
dibatasi pada satu level saja akan tetapi dapat berbeda antara sekarang dan
masa depan atau dengan kata lain dapat terjadi pergeseran makna.
primitif orang Papua dimana orang primitif mengagap ornamen adalah sebuah
zaman moderen bersifat komersial dan masal mulai menggeser makna nilai-
dapat dideskripsikan menurut nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierarki
berakibat penggunannya sering kali diletakkan pada posisi yang tidak sesuai,
maka hal ini menjadi penyimpangan dan distorsinya ornamen. Oleh Carles,
Jencks; arsitektur yang didasarkan atas teknik-teknik baru serta pola-pola lama
atau menggunakan teknologi baru untuk memberi wajah pada realitas sosial
untuk kembali pada kearifal lokal dan kecendrungan pada arsitektur tradisional
yang memiliki tanda-tanda yang lain adalah satu entitas yang memiliki dua
wajah yaitu memiliki ekspresi (penanda) dan isi (petanda) secar umum Jencks
popular dalam bangunan tahun era awal posmoderen mulai banyak bersandar
Less is More dalah Sebuah kebosanan maka dikatakan Less is Bore. Bangunan
ini hanya komunikasi antara interior dan eksterior, ornamen adalah subordinat
dari simiologi dengan tujuan aristik yang harus dapat berkomunikasi dengan
publik. Oleh George, Hersey; bangunan adalah struktur pasif dimana sebuah
norma dan budaya adalah unsur yang melahirkan bentuk ornamen penanda.
kegiatan upacara ritual (3) Ornamen sebagai identitas juga (4) arsitektur
ranah budaya atau etnografi sehinggal oramen pada rumah tradisional masuk
hiasan. Oleh Guntur; Ornamen adalah elemen dekoratif sebagai ragam hias
yang masing-masing memiliki istilah makna satu dengan yang lain. oleh St.
Hadidjah Sultan;
Terpaan modernisasi berakibat pada banyaknya tata cara dan budaya warisan
juga turut terpengaruh baik secara fisik maupun non fisik. Perubahan-
rumah tradisional tidak nampak alamiah dan orisinal, pola ruang yang dahulu
memiliki pengaruh Islam terlihat dalam bentuk ornamen bermotif flora berupa
pucuk rebung, daun pakis, dan bunga tanjung serta motif Itik Sekawan (Itik
berupa bentuk flora, fauna, wajik dan Kaligrafi. Bentuk utama dari ornamen
perpaduan dengan terdapat bunga teratai, kijang, kadal, bintang dan Matahari.
Oleh Arif, A Kamal; ornamen arsitektural Aceh di ukir dan dipahat tembus
(terawang) dengan pola simetris bermotif flora tanda silang, ketupat, segitiga
sistem kesenian yang dimiliki oleh masyarakat dengan mengunakan kayu yang
dipahat dan diwarnai berupa motif-motif flora daun sirih, rebung, paku dan
ornamen diletakan pada bagian tengah dengan keutamaan pada bagian Teras
(jendelo), 9. Ventilasi (tulusi), 10. Plafon (pagu), 11. Lisplang (bilah atok) 12.
Bubungan (uleu atok), 13. Atap (atok) 14. Pondasi (umpak batu) 15. Anak
(1) Motif flora; Anggrek, pucuk Rebung, bunga Raflesia, cengkeh, paku
Lengkenai, pohon Hikayat, akar, Teratai, Melati, kembang Melur, Serai. (2)
Motif fauna; Ikan, Pari, Cumi-cumi. (3) Bentuk benda; swastika, kipas,
mahkota, cerano, jeruji matahari, bulan, bintang dan awan. Oleh Abdulah, Ade
(1) Rejang Pat petulai, (2) Bengkulu Kota, (3) Lembak, dan (4) Serawai.
dengan perbedaan ini maka dapat diidentifikasi bahwa ornemen pada rumah
(nama, makna, fungsi dan bentuk, posisi, hierarki). Oleh Ketua BMA
Bengkulu ; Ornamen adalah ragam hias yang melakat pada Rumah Tradisional
Bengkulu memiliki arti tertentu dan posisi tertentu terbuat dari kayu khas
(Semalu,Tenam dan Bawang) dibuat dengan cara dipahat pada balok kayu,
Paradigma rasionalis Ludwig Meis van Der; Rohe Less is More, Le Corbusier;
Machine for Livin rumah adalah mesin untuk bermukim. Louis Sulliva; Form
Follow Function arsitektur analogi dengan bentuk alam atau sebagai ekspresi
suatu gaya hidup batin dan logika struktur manusia. isu dari paradigma
moderen tidak akan memberi ruang pada ornamen baik dalam bangunan
norma estetika. Arsitektur yang berfungsi dengan baik dan indah adalah
estetik, history, desain dan teknologi yang sederhana. semiotik yang berkaitan
dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut diungkapkan melalui bentuk,
tersebut. Fungsi dan kebutuhan ruang masa kini membuat bangunan menjadi
dalam semiotika arsitektur terdapat bentuk, ritme, warna, tektur dan makna
Atok : Atap
Bidai : Dinding terbuat dari kayu atau bambu yang di lapis semen
Bubung Limo : Atap khas Bengkulu yang terdiri dari 5 bubungan berbentuk mirip
joglo akan tetapi memiliki tebeng layar sebagai atap teras di bagian
tangganya.
Darangdungge : Sama seperti bidai dinding dari bambu yang di cangkop dengan
semen
Gijing : Pelapis lantai kayu yang terbuat dari anyaman bambu untuk menutup
celah lantai
Jampian : Doa-doa
Jendelo : Jendela dan kusennya
Pagu : Plafon
Permanen : Ragam hias ornamen yang merupakan bagian dari rumah tradisional
tradisional tersebut.
Semi Permanen : Ragam hias aksara Kaganga yang hanya menempel pada bagian
tertentu terbuat dari material kayu yang sama atau dari jenis material
Tailan : Ujung sambungan pada pertemuan atara kayu balok dan kayu kolom
Tetuo : Tua atau yang dituakan dan dihormati memiliki kedudukan dalam
adat istiadat
Tulusi : Ventilasi
Tiang : Kolom atau Pilar sebagai penyalur beban lantai atau atap ke dalam
tanah
1. Vitruvius.(1914) The Ten Books of Arcitecture. trans by Morris Hicky Morgan, Ph.D,
Ll.D
Philippines
5. Gomez, Alberto Perez & Parcell, Stephen. (1994). Chora. Vol 1. Interval in the
Philosophy
University of California
Blackwell Publisher
14. George Hersey (1988), The Lost Meaning of Classical Architecture (MIT Press:
Cambridge Massachusetts.
and Oceania.
17. David Leatherbarrow (2012): The Roots of Architectural Invention: Site, Enclosure,
Materials
18. Octavia, Linda dan Prijotomo, Josef. (2019) Arsitektur Nusantara bukan Arsitektur
(4).
22. St. Hadidjah Sultan (2015) Ringkasan Kajian Arsitektur Tradisional Pusat Penelitian
Permukiman.
Lindungan
24. Dafri, Yulriawan (2012) Identitas Islam Pada Ornamen Melayu di Sumatera;
25. Endang Setiawati (2019) dalam jurnal arsitektur UBL Vol 9 no 1; Lampung
26. Arif, A Kamal. (2008). Ragam Citra Kota Banda Aceh, Interpertasi Sejarah, Meori
27. Mayang Putri Shalika (2020) Humanika Vol. 27 no 2 e-jurnal undip, Minangkabau.
28. Yundrismein, Recky (2020). Rumah Tradisional Suku Melayu Bengkulu. Bengkulu :
32. Doddy (2010) Arsitektur Regionalism, Jurnal, Perspektif Arsitektur. Volume 5 Nomor
1 Juli 2010.