You are on page 1of 2

Nama : Khaidir Muammar Kaddavi

NIM : 190110401041

Kelas : Editing- B

REVIEW PERTEMUAN KE-4

Vsevolod I. Pudovkin

Constructivism adalah sebuah aliran yang mendudukkan apa yang dilihat dan dirasakan oleh
audience harus dapat dibangun. Sebuah film seharusnya dapat melibatkan emosi penonton,
artinya saat melihat film, penonton tidak hanya berhenti mendapatkan info belaka, namun
juga aspek emosinya turut dibangun. Pudovkin mencontohkan seseorang yang terjun dari atap
gedung dimana bila harus menggunakan proses yang sebenarnya, adegan itu mustahil dibuat,
pembuatan adegan ini bertujuan agar penonton dapat merasakan kengeriannya. Menurutnya
setiap shot yang diproduksi dimanapun, yang terpenting adalah konstruksi gambar ketika
diedit, sehingga audiens bukan hanya percaya namun juga ikut merasakan suasana dan
nuasannya. Pudvokin memiliki beberapa metode editing diantaranya, Constructive editing,
Contrast, Paralelism, symbol, simultaneity, leit motif.

Montage Russia : Sergei Eisenstein

Eisenstein adalah salah seorang yang direkrut oleh Lev Kuleshov dalam rangka
mengembangkan laboratorium filmnya. Ternyata Eisenstein memang menjadi salah satu
‘lawan’ kuatnya terutama dari teori-teori yang dikemukakan oleh Pudovkin. Secara tegas
Eisenstein mengritik Pudovkin yang dianggapnya hanya berkutat pada cara untuk membuat
penonton sadar dan ikut terbangun emosinya. Dikarenakan seharusnya penonton juga
dibangun aspek intelektual / pemikirannya, sekali lagi bukan sekedar emosinya saja.
Eisenstein juga mengembangkan teori-teori lainnya dalam rangka lebih memperkuat tesis-
tesisnya yang akan digunakan dalam film, diantaranya adalah Metric Montage, Rythmic
Montage, Tonal Montage, Overtonal Montage.

Dziga Vertov : Eksperimen Realitas

Sebenarnya sebelum munculnya Eisenstein dan Pudvokin di kancah pembuatan film. Dziga
Vertov telah memulainya terlebih dahulu karena awalnya ia adalah seorang jurnalis. Setelah
perang saudara di Russia dan Lenin mengumumkan slogannya bahwa sinema adalah seni
yang terpenting, maka vertov mengambil bagian dengan turut andil dan mendirikan lembaga
yang diberi nama Kinoks (Kranjingan Sinema).

Pada saat terjadinya perang saudara, Vertov telah mengabadikan banyak peristiwa dengan
menggunakan kamera filmnya. Yang dilakukan oleh Vertov dikenal dengan newsreel atau
film dokumentasi. Vertov dengan Kinoksnya memiliki tujuan bahwa film seharusnya bisa
menjadi sebuah sarana untuk mnegungkapkan kebenaran tanpa harus di rekayasa. Kemudian
dari tujuannya tersebut inilah dapat disebut dengan realisme dan oleh karena itu film menolak
kehadiran scenario, aktor, dekor, pencahayaan buatan, kostum, make up dan studio. Sehingga
seluruh aspek penyutradaraan sudah seharusnya tunduk pada kamera, sebab mata kamera
dianggapnya lebih obyektif dibandingkan mata manusia dan itu menjadi satu-satunya jaminan
kebenaran dan konsep yang ditawarkannya ini disebut dengan Kino-Glaz.

Namun Vertov tidak menolak montage, sebab dia setuju bahwa disitulah titik seni dari film
itu. Mengatur penempatan serta menciptakan irama yang baik tentu saja semua itu tunduk
pada hukum-hukum ilmiah dan matematik. Selain itu Vertov jujur dan juga penuh kesadaran
memanipulasi gambar dengan menggunakan superimpose dan mencampurkannya dengan
gambar realita. Vertov juga mengakui bahwa perpindahan kamera tidak semudah
perpindahan mata manusia, artinya konsep Kino-Glaz sangat dibatasi oleh kemampuan teknis
kamera, sehingga orang-orang yang sadar akan kehadiran kamera justru akan sulit tertangkap
aspek sentiment emosi atau dengan kata lain, realitasnya.

You might also like