Professional Documents
Culture Documents
Bahan Asistensi
Bahan Asistensi
PENGUKURAN KEBISINGAN
I. TUJUAN PRATIKUM
Suara atau bunyi memiliki intensitas yang berbeda, contohnya jika kita berteriak, suara kita lebih kuat daripada
berbisik, sehingga teriakan itu memiliki energi lebih besar untuk mencapai jarak yang lebih jauh. Unit untuk
mengukur intensitas bunyi adalah decibel (dB). Skala decibel merupakan skala yang bersifat logaritmik. Penambahan
tingkat decibel berarti kenaikan tingkat kebisingan yang cukup besar. Contoh, jika bunyi bertambah 3 dB, volume
suara sebenarnya meningkat 2 kali lipat.
Kebisingan bias mengganggu karena frekuansi dan volumenya. Sebagai contoh suara berfrekuensi tinggi lebih
mengganggu dari suara berfrekuensi rendah. Untuk menentukan tingkat bahaya dari kebisingan, maka perlu dilakukan
monitoring dengan bantuan alat :
1. Noise Level Meter dan Noise Analyzer (untuk mengidentifikasi paparan).
2. Peralatan audiometric, untuk mengetes secara periodik selama paparan dan untuk menganalisis dampak
paparan pada pekerja.
Ada beberapa macam peralatan pengukuran kebisingan, antara lain sound survey meter, sound level meter, octave
band analyzer, narrow band analyzer, dan lain-lain. Untuk permasalahan bising kebanyakan sound level meter dan
octave band analyzer sudah cukup banyak memberikan informasi.
B. Bahan
No Nama Bahan Jumlah Kebutuhan
C. Cara Kerja
1. Persiapan Alat
a. Pasang baterai pada tempatnya
b. Tekan tombol power
2. Pengukuran
a. Pilih selector pada posisi :
Fast untuk jenis kebisingan kontinyu
Slow untuk jenis kebisingan impilsive/terputus – putus
b. Pilih selector range intensitas kebisingan
c. Tentukan lokasi pengukuran
3. Prosedur Pengukuran Pengambilan Sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua
cara :
1) Cara Sederhana
Cara sederhana harus dilakukan oleh 2 orang seorang untuk melihat waktu dan memberikan aba-aba
pembacaan tingkat kebisingan sesaat per lima detik dalam waktu 10 menit. Orang kedua memcatat
pembacaan tingkat kebisingan sesaat dari sound level meter (SLM). Dengan sebuah sound level
meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi sesaat dB(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap
pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap lima detik.
2) Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas pengukuran LTM5, yaitu Leq
dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama 10 (sepuluh) menit. Dengan fasilitas
ini LAeq,T sudah didapat dibaca langsung pada sound level meter.
V. DAFTAR PUSTAKA
Crocker, Malcolm J. (1998) Handbook of Acoustics. John Wiley and Sons, Inc.
Canada. Gabriel, J.F. (1996). Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
ISO 1996-1: 2003. (2003). Acoustics – Description, measurement and assesment of environmental noise –
Part 1 : Basic quantities and assesment procedures. Genève.
ISO 1996-2: 2007. (2007). Acoustics – Description, measurement and assesment of environmental noise –
Part 2 : Determination of environmental noise levels. Genève. Jacobesen, F dkk, (2008),
Fundamental of Acoustics and Noise Control, Departement of Electrical Engineering. Technical University
of Denmark. Denmark.
Kementrian Lingkungan Hidup. (2000). Kep48/MENLH/11/1996 tentang Kebisingan Lingkungan. Jakarta
PERCOBAAN VI
MENGGUNAKAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)
I. TUJUAN PRATIKUM
Apar atau alat pemadam api yang ringan merupakan alat pemadam kebakaran yang dapat dijinjing atau
dibawa, dioperasikan oleh satu orang. Apar mempunyai berat dari yang paling rendah 0,5 kg sampai yang paling
tinggi 16 kg yang dapat difungsikan dalam api awal atau kebakaran yang baru saja terjadi. Apar yang umum dipakai
atau digunakan adalah apar yang memiliki berat 9 kg. Selain digunakan untuk memadamkan api skala kecil apar juga
dapat digunakan untuk menyelamatkan diri dari kepungan api yang terjadi.
IV. METODOLOGI
A. Alat
No Nama Alat Jumlah Kebutuhan
3 Gayung 1 Buah
5 APAR 4 Buah
B. Bahan
No Nama Bahan Jumlah Kebutuhan
2 Solar 5 Liter
C. Cara kerja
V. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan Cara Penyimpanan APAR.
2. Jelaskan bagaimana cara membedakan APAR yang masih dalam kondisi baik dan APAR yang tidak
dalam kondisi baik.
3. Terangkan Jenis-Jenis APAR beserta Kegunaannya.
4. Informasi apa yang terdapat pada APAR
Saputra. Eka.2019, Teknik Cara Menggunakan Alat Pemadaman Api Ringan (APAR), Apical.
Firdin L.2019. Analisis Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Pekalongan.Jurnal kesehatan
masyarakat (e- jurnal).
PERCOBAAN VII
PENGUKURAN SUHU KERJA
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Mahasiswa dapat menguasai prosedur dan trampil dalam melakukan pengukuran suhu di lingkungan
kerja.
2. Mahasiswa dapat mempersiapkan perlengkapan pengukuran suhu/temperature tempat kerja.
Di tempat kerja, upaya perbaikan lingkungan kerja untuk pencegahan penyakit dilaksanakan dengan program
hygiene industry yang bertujuan memberikan lingkungan kerja yang sehat, selamat dan nyaman bagi semua pekerja
dengan cara menjaga pajanan hazard tetap aman di bawah nilai ambang batas yang telah di tentukan.
IV. METODOLOGI
A. Alat
No Nama Alat Jumlah Kebutuhan
B. Bahan
No Nama Bahan Jumlah Kebutuhan
C. Cara Kerja
1. Persiapan Alat
2. Tekan tombol enter I/O untuk menyalakan alat.
3. Selama alat menyala, perhatikan layar untuk melihat daya batrai.
4. Jika daya batrai sudah menunjukkan 6.4 Volt atau kurang, ganti atau lakukan pengisian ulang baterai
tergantung dari type baterai yang diperlukan oleh alat.
5. Lakukan kalibrasi alat dengan membuka sensor 1 dan menyamakan nilai pada kalibrator dengan nilai
yang tertera pada hasil kalibrasi. Kemudian pasang kembali sensor 1.
6. Lakukan setting pengukuran sesuai kebutuhan.
7. Pastikan sumbu bola basah bersih. Jika tidak, gantilah sumbu tersebut.
8. Buka penutup reservoir da nisi dengan air suling atau anir de-ionized, yang perlu diperhatikan bahwa
dalam pengisian air, tidak boleh terlalu penuh dan tidak boleh terlalu sedikit, cukup setengah dari
reservoir.
9. Tutup kembali reservoir.
10. Letakkan instrument di area kerja dengan ketinggian 1 meter dari permukaan lantai.
11. Biarkan 10 menit untuk sensor menstabilkan suhu lingkungan sekitar.
12. Tekan RUN / STOP untuk memulai pengumpulan data.
13. Gunakan tombol panah untuk menampilkan pengukuran yang diinginkan.
14. Setelah pengukuran selesai lakukan download data dengan mengirim data ke QSPII
15. Cetak data dengan computer yang menggunakan program seperti windows HyperTermal.
IV DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kenapa temperature/suhu lingkungan kerja harus diperhatikan.
2. Gangguan kesehatan apa yang disebabkan oleh temperature ekstrem
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyakit akibat temperature ekstrem.
I. TUJUAN PRATIKUM
1. Menganalisa kualitas limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan.
2. Mampu menggunakan alat pengukuran kualitas limbah cair.
3. Menganalisa efektifitas unit pengolahan berdasarkan lama pengolahan (detention time).
4. Membandingkan kesesuaian kualitas limbah cair hasil pengolahan dengan baku mutu yang
berlaku.
Tujuan utama sistem pengelolaan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan pencemar
baik senyawa organik maupun senyawa anorganik. Di dalam metoda pengolahannya umumnya
dilakukan secara kimia untuk menghilangkan senyawa anorganik, sedangkan untuk penghilangan
bahan pencemar organik biasanya dilakukan dengan proses biologis atau kimia. Dengan demikan,
dalam penentuan jenis dan tahapan pengeolahan limbah perlu diketahui terlebih dahulu
karakteristik limbah cair yang akan diolah dan kualitas limbah cair hasil olahan yang diharapkan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan menguji dan menganalisa limbah cair sebelum dan sesudah
pengolahan.
Limbah cair yang telah diolah pada unit IPAL harus dianalisa kualitas fisik, kimia maupun
biologisnya untuk mengetahui efesiensi dan efektifitas unit IPAL yang digunakan. Pengujian
kualitas limbah cair ini juga bertujuan untuk memastikan limbah yang dialirkan ke badan air sudah
aman dan sesuai dengan baku mutu yang berlaku. Selain itu, pengujian kualitas limbah cair ini
dapat dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki unit IPAL yang ada.
Membandingkan kesesuaian kualitas limbah cair hasil pengolahan dengan baku mutu yang
berlaku.
TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS)
TDS yaitu terlarutnya zat padat berupa ion maupun koloid dalam air (Situmorang, 2007). Menurut
Boyd (1988), residu merupakan 29 kandungan total dalam suatu bahan yang terlarut dan tersuspensi
dalam air. Selama penentuan residu, ion bikarbonat yang ada di perairan telah mengalami
transformasi menjadi karbondioksida, hal ini menyebabkan karbondioksida dan gas-gas lain yang
menghilang pada saat pemanasan tidak termasuk dalam nilai padatan total. Klasifikasi padatan yang
berada di perairan berdasarkan ukuran diameter pertikelnya, ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 2.1.
Klasifikasi padatan di dalam perairan berdasarkan ukuran diameter Partikelnya (Effendi, 2003) Total
padatan terlarut adalah konsentrasi jumlah ion kation dan ion anion dalam air. Maka, analisa total
padatan terlarut dapat digunakan sebagai pengukuran kualitatif terhadap jumlah ion terlarut, namun
tidak dapat digunakan untuk menjelaskan sifat dan hubungan ion, serta tidak dapat digunakan sebagai
pegujian kualitas air secara spesifik maka dari itu analisa TDS digunakan sebagai indikator untuk
menentukan kualitas umum dari air. Semua kation dan anion dalam air termasuk padatan terlarut total
(Sari, 2015). Menurut Slamet (1994), TDS biasanya terdiri dari zat organik, garam anorganik, serta
gas terlarut. Apabila nilai TDS bertambah maka kesadahan air pun juga bertambah. Nilai TDS
dipengaruhi adanya bahan anorganik yang berupa ion dalam perairan.
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan.
Prinsip analisa TSS dapat dilakukan sebagai berikut : Contoh uji yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan
dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC.
Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori
saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi
TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
SUHU
Pengukuran suhu menggunakan termometer.Merupakan parameter yang sangat penting
dikarenakan efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air
untuk berbagai aktivitas sehari – hari. Naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat
berikut :
Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan
laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran, serta kedalaman. Perubahan suhu
mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, dekomposisi bahan organik oleh mikroba,
serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O 2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya).
Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20 oC – 30 oC.
pH
Keasaman air diukur dengan Indikator universal.Keasaman ditetapkan berdasarkan
tinggi- rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. pH dapat mempengaruhi kehidupan biologi
dalam air. Bila terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mematikan kehidupan mikroorganisme. Ph
normal untuk kehidupan air 6 – 8.
I. METODOLOGI
a. Alat
a. Termometer Raksa skala hingga 110 0C
b. pH Meter
c. Gelas ukur
d. Pipet
e. Turbiditymeter
f. Kertas saring
g. Cawan
h. Corong
i. Erlenmeyer
j. Oven
k. Gelas ukur
l. Timbangan digital
m. Penjepit kayu
n. kertas saring 934-AHTM circle 90 mm
o. Desikator
b. Bahan
1. Sampel limbah cair
2. Sampel air sungai
c. Cara Kerja
Penetapan Suhu Limbah
1 Penetapan contoh uji air permukaan
a. Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit sampai dengan 5 menit
sampai termometer menunjukkan nilai yang stabil
b. Catat pembacaan skala termometer tanpa mengangkat lebih dahulu termometer dari air
2 Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu
a. Pasang termometer pada alat pengambil contoh uji
b. Masukkan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu untuk mengambil contoh
uji
c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan
d. Catat skala yang ditunjukkan termometer sebelum contoh air dikeluarkan dari alat pengambil contoh
Pengukuran TDS (Total Dissolved Suspended)
Pada peraian sungai dilakukan dengan menggunakan alat TDS meter. Tahap penggunaannya yaitu dengan
menekan tombol power untuk menyalakan alat, kemudian dibilas alat meggunakan akuades dan
dikeringkan menggunakan tisu. Selanjutnya alat dimasukkan ke dalam sampel sampai batas elektroda lalu
ditekan tombol CAL/MEAS untuk pengukuran TDS terhadap sampel. Dibiarkan beberapa saat hingga
nilai pengukuran TDS yang didapat stabil, kemudian dicatat hasilnya. Dilakukan pengulangan 3 kali pada
setiap sampel.
Analisa zat padat tersuspensi dapat dilakukan dengan cara yakni kertas saring 934-AHTM circle 90 mm
yang telah dibilas dengan akuades dan dipanaskan dalam oven semala 1 jam, kemudian didinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan ditimbang dengan cepat. Sampel air yang telah dikocok merata, diambil
sebanyak 100 mL lalu divakum dengan alat penyaring yang telah dilapisi menggunakan kertas saring 934-
AHTM circle 90 mm tersebut. Kemudian kertas saring diambil dan dikeringkan kedalam oven dengan suhu
105º C selama 1 jam setelah itu didesikator selama 15 menit lalu ditimbang dengan cepat. Kemudian nilai
TSS dapat dihitung menggunakan rumus (Standar Nasional Indonesia, No. 06-6989-26 Tahun 2005)
Pengukuran pH
PERCOBAAN IX
PENATAAN PERALATAN DILABORATORIUM
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1
berbagai macam fasilitas umum laboratorium maupun peralatan. Pada bagian ini
pembahasan akan difokuskan pada penataan alat. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan di dalam penataan alat terutama cara penyimpanannya,
III. METODOLOGI
A. Alat
No Nama Alat Jumlah Kebutuhan
B Bahan
No Nama Bahan Jumlah Kebutuhan
3 MSDS
C Cara Kerja
1. Amati, perhatikan dan catat cara penataan alat terutama cara penyimpanannya , yang
terdiri atas :
a. Fungsi Alat
b. Kualitas alat
c. Keperangkatan.
d. Nilai atau harga alat.
e. Kuantitas alat termasuk kelengkapannya.
f. Sifat alat termasuk kepekaan terhadap lingkungan.
g. Bahan dasar penyusunan alat.
h. Bentuk dan ukuran alat.
i. Bobot atau berat alat.