You are on page 1of 20

MAKALAH

“LIFE CYCLE COST AND TANRGET COSTING”

Sebagai Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen 2

Dosen Pengampu: Sudradjat, SE.,M.Si

Di Susun Oleh:

Elias : Nokuwo
Kelas : 3A-CA
NIM : 205154007
Jurusan : Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan jiwa dan raga juga
memberi kami kelancaran untuk dapat menyelesaikan makalah ini. serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu alla swasta yang kita nantikan di akhirat
nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karunianya

Penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Akuntansi
Manajemen 2 berjudul “Life Cycle Cost And Tanrget Costing”

Penulis juga menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun, yang mana
pada akhirnya dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.

Bandung,10 April, 2023

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dunia usaha dapat dikatakan semakin kuat dan ketat sehingga menciptakan
suatu kompetisi di dalam suatu industri. Banyak jenis usaha atau jenis bisnis yang muncul dan
berkembang baik pada bidang manufaktur maupun sektor jasa. Setiap bidang usaha memiliki
kesempatan yang luas dan terbuka untuk bersaing.
Berawal dari kondisi yang semakin kompetitif dalam dunia usaha, menyebabkan setiap
usaha atau bisnis dituntut untuk bisa membuat strategi bagi bisnisnya.
Salah satu alasan utama suatu usaha atau bisnis harus memiliki strategi yaitu supaya
bisnis tersebut bisa bertahan di tengah-tengah persaingan yang ada. Seperti yang dijelaskan
bahwa setiap bisnis harus memiliki strategi sendiri. Begitu juga strategi pada bisnis yang
bergerak di bidang manufaktur maupun jasa, pasti memiliki strategi yang berbeda.
Strategi dalam manajemen biaya dalam perusahaan harus diperhatikan dengan cermat
guna memperoleh keuntungan yang diharapkan perusahaan serta dapat merebut pasar. Cost life
cycle merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari riset dan pengembangan, desain,
produksi (atau penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan pelayanan kepada pelanggan ditinjau
dari perspektif biaya yang timbul pada setiap aktivitas. Hal ini cost life cycle memiliki peran
penting agar umur produk tetap bertahan dan diminati pasar. Terdapat beberapa metode dalam
rangka manajemen biaya. Metode tersebut diantaranya digunakan untuk membantu dalam
analisis cost life cycle adalah:
– Target Costing digunakan untuk mengelola biaya, terutama dalam aktivitas desain.
– Theory of Constraint digunakan untuk mengelola biaya produksi.
– Life-Cycle Costing digunakan pada seluruh cost life cycle untuk meminimumkan biaya secara
keseluruhan.
Masing-masing metode tersebut dapat diterapkan pada perusahaan jasa untuk
meningkatkan efisiensi dan kecepatan proses penyediaan jasa. Tetapi dua metode target
costing dan theory of constraint, secara khusus dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur
karena berkaitan dengan desain dan pengolahan produk.

1.2 Tujuan
3
1. Menjelaskan tentang penggunaan target costing dalam penentuan biaya
2. Menjelaskan tentang theory of constraint dalam mengelola biaya produksi
3. Menjelaskan tentang life cycle costing dalam mempertimbangkan semua biaya

I. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Target Costing
Target Costing adalah penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan
harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang diharapkan.

Target Costing menentukan biaya berdasarkan harga yang kompetitif à sehingga yang
gunakan Target Costing harus sering mengadopsi ukuran-ukuran penurunan biaya yang ketat
atau merancang ulang produk atau proses produksi agar dapat memenuhi harga yang ditentukan
pasar tetapi tetap dapatkan laba.

Harga Kompetitif –> Laba yang iinginkan –> Biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk –
> Membuat suatu produk –> Target Costing

Target Costing dapat dicapai jika memaksa lakukan efisiensi / pengeliminasian pemborosan-
pemborosan atau (continuous improvement) artinya : Tentukan harga serendah-rendahnya
untuk memaksa tiap orang memaksimumkan efisiensi di segala hal agar bisa untung
maksimum.

4
Target Biaya = Harga Kompetitif – Laba yang Diharapkan

Dengan demikian Target Costing membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif, dimana
Target Costing adalah bentuk strategi umum dalam industri saat menghadapi persaingan yang
sangat ketat dimana perbedaan sangat kecil di dalam harga dapat menarik perhatian besar
konsumen (apalagi barang yang memiliki subtitusi)

Garrison, Nooren, dan Brewer (2006:541) menyatakan bahwa target costing adalah
proses penentuan biaya maksimum yang dikeluarkan ketika melakukan operasional produksi.
Target costing dihitung dengan mulai harga jual yang diantisipasi kemudian mengurangi dengan
laba yang diinginkan. Pendekatan target costing dilakukan karena:

1. Perusahaan memiliki pengendalian yang kurang terhadap harga yang ditetapkan


Pada pendekatan tradisional harga ditetapkan dari biaya produksi ditambahkan dengan tingkat
laba yang diharapkan. Hal ini membuat perusahaan menetapkan harga di atas kemampuan daya
beli yang dimiliki oleh konsumen. Kondisi yang ada membuat produk yang dipasarkan oleh
perusahaan dihindari oleh konsumen karena dianggap terlalu mahal. Konsumen cenderung
memilih produk dengan harga yang lebih murah. Berdasarkan kondisi yang ada, maka
pendekatan target costing muncul sebagai akibat untuk menutupi kelemahan perusahaan yang
tidak mampu melakukan pengendalian terhadap harga yang ditetapkan, yang dilakukan dengan
penetapan harga jual terlebih dahulu.

2. Biaya produk ditentukan pada saat selesai proses produksi


Pada pendekatan tradisional, biaya produk ditentukan pada saat selesai proses produksi. Hal ini
sudah terlambat, di mana produk sudah jadi dan akan dipasarkan. Bila biaya produk masih
mampu mengikuti daya beli konsumen yang ada di pasar serta bersaing dengan produk pesaing
berkaitan dengan harga jual yang ditetapkan tidak menjadi masalah, akan tetapi saat biaya
produk terlalu tinggi membuat harga juga tinggi akan membuat adanya kegagalan dalam
kemampuan penentapan harga jual yang lebih murah. Konsumen akan cenderung menghindari

5
pembelian produk perusahaan. Kusumawati (2001) menyatakan dalam target costing ada empat
pendekatan mendasar yang harus diperhatikan, yang terdiri dari:
1. Pendekatan kebutuhan konsumen
Pemahaman pendekatan konsumen merupakan kunci sukses dalam target costing. Hal ini
diperoleh dengan cara sebagai berikut ini:
a. Mengumpulkan informasi pasar yang meliputi: harga, kualitas, pengiriman, pelayanan,
teknologi, dan kinerja.
b. Mendokumentasikan kebutuhan konsumen terkait karakteristik produk yang diinginkan
oleh konsumen.
c. Membandingkan produk pesaing-pesaing yang ada di pasar untuk memiliki kemampuan
menggunakan celah pasar yang masih ada.
2. Pendekatan struktur biaya masa depan
Aktivitas berpengaruh bagi perusahaan dalam bentuk struktur biaya saat ini dan masa
yang akan datang. Struktur biaya masa depan dalam target costing hendaknya
mencerminkan hal-hal sebagai berikut ini:
a. Analisis struktur biaya
Struktur biaya memberikan sarana untuk mengidentifikasikan adanya pemborosan yang
nantinya akan ditiadakan selama perancangan produk dan proses yang dilakukan untuk
masa mendatang dengan perbaikan yang terus-menerus.
b. Model biaya pesaing
Secara umum proses memerlukan faktor-faktor pengembangan yang menyesuaikan biaya
produk saat ini untuk perbedaan yang kompetitif di dalam tingkat upah tenaga kerja, jam
tenaga kerja, pembelian dan skala produksi, perbedaan perkembangan ekonomi dan
kompeksitas.
c. Faktor komparatif
Faktor ini dikembangkan untuk masing-masing elemen struktur biaya, guna mengubah
biaya saat ini ke dalam biaya-biaya yang diestimasi.Pengubahan tersebut diharapkan
mampu mendukung komparatif (pembandingan) untuk dasar evaluasi mengenai
kemampuan pengendalian biaya.
d. Model praktik yang terbaik

6
Model praktik terbaik dalam target costing mempertimbangkan karakteristik unggulan,
proses-proses industri, pengembangan kegiatan manufaktur yang terbaik, dan
pengetahuan ekonomi terbaik sebagai faktor penunjang, perkumpulan perdagangan
industri, hasil riset dan pengembangan, serta informasi yang dikumpulkan dari para
konsultan dan ahli.
e. Informasi pesaing
Merupakan informasi yang dapat dikumpulkan dari sumber data eksternal, meliputi:
laporan-laporan tahunan yang dipublikasikan secara terbuka, brosur-brosur dari kegiatan
pemasaran pesaing, informasi berdasarkan database yang tersedia secara komersial,
laporan dari pemerintah maupun sumber berita baik itu dengan lingkup lokal, nasional,
maupun internasional.
f. Model biaya internal
Merupakan model biaya internal yang berusaha menghubungkan pemicu biaya dengan
elemen khusus dan struktur biaya dari sebuah produk. Dalam hal ini pemicu biaya
memiliki pengaruh penting dalam penetapan biaya per unit, yang menyediakan
kesempatan terbesar untuk analisis value dari pengurangan biaya yang diinginkan serta
akhirnya menetapkan harga jual sesuai dengan target costing.

3. Pendekatan perancangan produk


Pertimbangan tentang pengaruh dari berbagai pemicu biaya selama perancangan produk
dapat membantu perusahaan menciptakan perspektif yang berbeda. Hal yang perlu
diperhatikan dalam upaya perancangan produk adalah keterlibatan pemasok, penempatan
siklus pengembangan dan perekayasaan nilai yang dapat terpenuhi bila kita mendasarkan
pada konsep value chain dalam menganalisis aktivitas, sehingga aktivitas yang memiliki
nilai tambah dapat dipertahankan sedangkan aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah
dapat dihilangkan untuk menurunkan biaya produksi guna mencapai target costing yang
diharapkan.

4. Pendekatan perbaikan secara terus-menerus


Banyak organisasi dewasa ini melaksanakan total quality management yang di dalamnya
dilakukan perbaikan secara terus-menerus. Target costing juga merupakan upaya perbaikan

7
secara terus-menerus yang diterapkan pada produk baru. Analisis struktur biaya dan model-
model biaya yang telah dikembangkan dapat memperbaiki kualitas dengan jalan
mengidentifikasi penyebab-penyebab biaya yang tidak bernilai tambah. Analisis ini
hendaknya dilakukan secara terus-menerus sebagai upaya melakukan perbaikan yang
berkelanjutan, sehingga pada akhirnya mendatangkan kemampuan mendapatkan manfaat
yang lebih baik.

Pengembangan Produk Kocakulah dan Austill (2006) menyatakan bahwa pengembangan


produk adalah hal penting bagi perusahaan dalam pertumbuhan yang dimiliki maupun
kemampuan untuk bertahan bahkan unggul dalam persaingan bisnis. Hal penting dalam
pengembangan produk adalah upaya pengelolaan, agar input yang digunakan tidak lebih besar
dari output, sehingga ada kemampuan untuk mendatangkan manfaat. Mursid (2003:73)
menyatakan bahwa pengembangan produk dapat berupa:

1. Produk yang baru ditemukan dan belum ada sebelumnya


2. Produk yang baru bagi sekelompok pasar atau orang tertentu
3. Produk yang baru karena perubahan merek

2.1.1 Value Chain sebagai Faktor Penunjang Keberhasilan Penerapan Target


Costing
Target costing muncul dari upaya menghasilkan serta memasarkan produk sesuai dengan
harga yang diharapkan oleh konsumen di pasar. Pada konsep value chain ada upaya untuk
melakukan peninjauan terhadap keseluruhan proses produksi, yaitu berupaya untuk menyusun
aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai untuk menghasilkan produk. Upaya untuk melakukan
penyusunan aktivitas-aktivitas tersebut dikenal dengan rantai nilai yang saling berkaitan ketika
menghasilkan produk, sehingga dikenal dengan value chain. Value chain adalah upaya untuk
melakukan identifikasi rantai nilai dalam kegiatan atau aktivitas produksi. Penetapan harga jual
di awal akan membuat adanya perencanaan biaya produksi yang akan dikeluarkan oleh
perusahaan. Supriatna (2010) memberikan dukungan bahwa penerapan value chain akan
menunjang keberhasilan pendekatan target costing. Kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas yang memiliki nilai tambah saja akan menyebabkan kegiatan operasional menjadi
efisien dan efektif.

8
2.1.2Penggunaan Target Costing dalam Pengembangan Produk Konsumen

Dalam keputusan pembelian yang dilakukan memiliki perhatian terhadap harga.


Konsumen memiliki perilaku untuk mencari dan membeli produk yang dipersepsikan paling
murah. Kemampuan memilih produk dengan harga yang lebih murah merupakan keuntungan
yang didapatkan oleh konsumen sebab melakukan pembayaran yang lebih sedikit. Target costing
juga muncul sebagai upaya untuk perbaikan penetapan harga dalam pendekatan tradisional.
Hergeth (2002) menyatakan target costing dapat dideskripsikan sebagai harga jual yang ingin
dicapai dan kemudian ada upaya untuk melakukan desain produk untuk mencapai harga tersebut.
Target costing merupakan bagian dari manajemen biaya, sebab adanya penetapan harga jual
terlebih dahulu membuat kewajiban untuk mendesain produk dengan biaya tertentu sesuai
dengan harga jual tersebut. Kocakulah dan Austill (2006) memberikan dukungan berkaitan peran
target costing terhadap pengembangan produk. Keberadaan target costing akan menyebabkan
input yang digunakan untuk pengembangan produk tidak lebih besar dari output yang dihasilkan,
sehingga ada manfaat yang didapatkan. Feil, Yook, dan Kim (2004) mengevaluasi upaya
pengurangan biaya yang diterapkan perusahaan di negara barat dan Jepang. Perusahaan di negara
barat tidak menerapkan target costing.

2.1.3 Contoh Penerapan Target Costing di Perusahaan


1. Beberapa contoh penerapan target costing di perusahaan seperti dipaparkan sebagai berikut
ini: Drucker (1994) memberikan contoh Nissan Motor Company, Ltd yang berhasil
menggunakan target costing dalam rangka pengembangan produk. Tahapan pengembangan
produk adalah hal penting yang diperhatikan Nissan Motor Company, Ltd saat menerapkan
target costing. Hal ini disebabkan pada tahapan pengembangan produk yang salah, maka akan
menyebabkan target costing juga tidak akan menghasilkan manfaat bagi Nissan Motor
Company, Ltd. Tahapan pengembangan produk akan membuat target costing pada Nissan
Motor Company, Ltd berhasil, sebab tidak hanya ditinjau dari segi harga saja produk
dipasarkan tetapi juga kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam kegiatan operasi
bisnis yang dilakukan Nissan Motor Company, Ltd tahapan pengembangan produk yang
dilakukan oleh Nissan meliputi hal-hal sebagai berikut ini:
a) Persiapan terhadap kriteria model yang diinginkan.
9
Target costing tidak akan berhasil apabila perusahaan tidak mampu menciptakan produk
yang diharapkan oleh konsumen. Untuk mencapai keberhasilan penerapan target costing
maka perlu dilakukan bagaimana kriteria model yang diinginkan oleh konsumen, sehingga
bukan hanya harga yang sesuai dengan kondisi persaingan tetapi atribut produk juga sesuai
dengan harapan konsumen. Kemampuan untuk melakukan pemenuhan tersebut membuat
target costing dapat berhasil sesuai dengan harapan. Dalam persiapan kriteria model yang
diinginkan oleh Nissan Motor Company, Ltd perlu dip[erhatikan masalah produk pesaing
yang ada di pasar serta kondisi dari pemasok. Nissan Motor Company, Ltd hendaknya juga
melakukan analisis agar target costing yang yang diterapkan dengan tidak hanya berusaha
menjual produk dengan harga murah saja, tetapi juga sesuai dengan kondisi pasar
persaingan, di mana kualitas yang dihasilkan tidak lebih jelek dari produk pesaing. Upaya
untuk mendapatkan kelancaran pemasok juga diperhatikan sehingga kegiatan produksi
berjalan lancar, dengan keberadaan pasokan bahan baku secara berkelanjutan. Hal ini
menghindari ada produk macet dalam kegiatan operasi produksi yang dilakukan.
b) Membuat gambaran untuk melakukan uji coba
Setelah kriteria model yang diinginkan sudah jadi maka tahap selanjutnya adalah
membuat gambaran lagi tentang upaya uji coba yang akan dilakukan. Pada
gambaran tersebut diskusi tentang biaya mulai dilibatkan. Pengembangan gambaran
tentang beberapa produk perlu untuk dilakukan sehingga produk yang akan
dihasilkan awal bukan satu produk saja tetapi beberapa produk untuk dipilih mana
produk yang terbaik dan paling menguntungkan bagi Nissan Motor Company, Ltd
dan yang paling dapat bersaing di pasar. Identifikasi terhadap kekuatan dan
kelemahan penting untuk dikembangkan pada tahap ini pada setiap produk.
c) Melakukan evaluasi atas gambaran yang dibuat
Identifikasi yang sudah dilakukan tentang kekuatan dan kelemahan hendaknya
menjadi bahan evaluasi pada tahap berikutnya. Pada tahap ini juga dilakukan
evaluasi terhadap cara-cara yang nantinya dapat dikembangkan oleh Nissan Motor
Company, Ltd untuk melakukan perbaikan atas kelemahan yang dimiliki. Hal ini
dimaksudkan untuk menghasikkan alternatif-alternatif yang terbaik serta pada

10
akhirnya dapat menghasikkan upaya untuk memilih model terbaik guna memenuhi
target costing.
d) Pemilihan model yang paling sesuai dengan target costing
Tahap yang terakhir adalah tahapan untuk memilih model produk yang paling sesuai
dengan perencanaan target costing. Pada tahap ini kerja sama antara bidang
akuntansi dan produksi sangat penting. Akuntansi sebagai pengelola biaya
hendaknya ditunjang oleh produksi sebagai pelaksana kegiatan produk agar dapat
menciptakan produk sesuai dengan biaya yang diharapkan. Pemahaman akan
tahapan pengembangan produk menunjukan bahwa kesalahan dalam pengembangan
yang dilakukan akan membuat ada kegagalan dalam penerapan target costing.
Berdasarkan kondisi tersebut maka Nissan Motor Company, Ltd harus berhati-hati
dalam rangka melakukan tahapan pengembangan produk agar target costing dapat
mencapai keberhasilan.

2.2 Definisi Theory of Constraints

Teori kendala (TOC) adalah paradigm manajemen yang memandang system dikelola
sebagai. terbatas dalam mencapai lebih dari tujuannya dengan jumlah yang sangat kecil dari
kendala.Selalu ada setidaknya satu kendala, dan TOC menggunakan proses fokus untuk
mengidentifikasi kendala dan merestrukturisasi sisa organisasi sekitarnya.

TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah perusahaan dalam
meningkatkan keuntungan dengan memaksimalkan produksinya dan meminimalisasi semua
ongkos dan biaya yang relevan seperti biaya simpan, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan
biaya modal.

Theory Of Constraint (TOC) mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh
kendala-kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk
mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus menerus suatu perusahaan (continuous improvement).
Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu:

11
1. Throughput, adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang melalui
penjualan.
2. Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bahan
baku mentah melalui throughput. Bahan persediaan dalam TOC merupakan semua aktiva
yang dimiliki dan terrsedia secara potensial untuk penjualan.
3. Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah persediaan
menjadi throughput. Biaya operasi ini terjadi untuk mendukung dan mengoptimalkan
throughput dalam kendala.

TOC memiliki argument bahwa penurunan persediaan akan meningkatkan daya saing
perusahaan, karena dengan menurunkan persediaan, akan diperoleh produk yang lebih baik,
harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat terhadap kebutuhan pelanggan.
Penerapan TOC dapat membantu manajer dalam meningkatkan laba dan penjualan produk atau
jasa yang berkualitas serta pemenuhan permintaan yang tepat waktu sehingga perusahaan
mampu beroperasi secara efisien dan efektif.

Dengan meningkatkan throughput, meminimalkan persediaan, dan menurunkan beban operasi


akan membawa dampak terhadap meningkatnya kinerja keuangan seperti:

(1) Laba (2) Return on Investment (3) Cash flow


2.2.1 5 (Lima) Langkah dalam TOC:
Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt
mengembangkan 5 langkah yang berurutan supaya perbaikan lebih focus dan berakibat
lebih baik bagi system. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Identifikasi konstrain sistem (identifying the constraint). Mengidentifikasi bagian


system manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah
kelemahan fisik atau kebijakan.
2. Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint). Menentukan cara menghilangkan atau
mengelola constraint dengan biaya yang paling rendah.

12
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources). Setelah
menemukan konstrain dan telah diputuskan bagaimana mengelola konstrain tersebut
maka harus mengevaluasi apakah kostrain tersebut masih menjadi kostrain pada
performansi system atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi
jika yam aka akan menuju ke langkah keempat.
4. Evaluasi konstrain (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan, maka
langkah kedua dan ketiga tidak berhasil menangani konstrain. Maka harus ada
perubahan besar dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi
substansi system.
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah ketiga dan
keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah pertama.
Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu solusi dapat
menimbulkan konstrain baru perlu dilakukan.

2.2.2 Contoh Kasus:

Theory of constraint dalam upaya peningkatan kapasitas produksi. Sebuah jurnal


ilmiah yang menjelaskan mengenai untuk mengeliminasi stasiun kerja bottleneck dengan
menerapkan lima prinsip perbaikan berkelanjutan theory of constraints (TOC). Penerapan
TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan kapasitas dalam hal ini jadwal induk
produksi dengan menggunakan ukuran operasional dalam TOC yaitu throughput. Dalam
TOC lima langkah yang digunakan untuk melakukan perbaikan secara berkelanjutan
adalah identifikasi kendala dalam sistem, memutuskan bagaimana mengatasi
kendala, putuskan operasi yang mengoptimalkan kendala, analisa dan kembangkan
kendala, dan langkah terakhir kembali ke langkah 1. Sehingga dengan langkah–
langkah tersebut akan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan. Penggunaan
TOC dilakukan untuk mengoptimalkan perencanaan produksi dengan
menggunakan metode linier programming sehingga didapat stasiun kerja yang
sebelumnya merupakan stasiun kerja bottleneck yaitu pada stasiun kerja 3 pada
periode Oktober dapat dieliminasi dan pada stasiun kerja 4. Untuk jumlah produk
maksimal diperoleh pada periode Juli 2007 dengan jumlah produksi untuk obat

13
anti nyamuk bakar coil standar lokal 1.039.675.538 dC dengan throughput sebesar
Rp Rp 843.300.485,-

2.3 Definisi Life Cycle Costing

Life cycle costing memberikan perspektif jangka panjang, karena mempertimbangkan


semua biaya selama siklus hidup produk atau jasa. Manajer tertarik terhadap total biaya selama
siklus hidup keseluruhan yang biasanya dipisahkan menjadi tiga komponen, yaitu biaya hulu,
biaya produksi dan biaya hilir. Biaya hulu dan hilir dapat dikelola dengan cara meningkatkan
hubungan dengan supplier dan distributor dan cara yang paling penting adalah desain produk dan
proses produksi.

Life cycle costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan memonitor biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup meliputi semua tahap, mulai
dari perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman dan pelayanan atas
produk yang sudah jadi.

Tahap-tahap tersebut meliputi:


1. Riset dan pengembangan
2. Perancangan produk termasuk membuat prototype, melakukan target costing, dan
pengujian
3. Produksi/pembuatan, inspeksi, dan pengepakan dan penggudangan
4. Pemasaran, promosi dan distribusi
5. Penjualan dan pelayanan

2.3.1 Total biaya selama siklus hidup dibagi menjadi 3, yaitu:


1. Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat prototype, pengujian,
teknis, dan pengembangan kualitas.

14
2. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak
langsung.
3. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, contoh, promosi,
advertensi, dan pelayanan serta garansi keluhan, pelayanan, pertanggungjawaban produk,
dukungan kepada pelanggan.

1. Biaya Hulu
a. Desain
Karena manajer mempertimbangkan biaya hulu dan hilir, pengambilan keputusan pada
tahap desain merupakan sesuatu yang penting. Meskipun biaya yang terjadi pada tahap desain
mungkin hanya merupakan presentase yang kecil dari total selama biaya siklus hidup, keputusan
pada tahap desain membuat perudahaan berkomitmen pada rencana produksi, pemasaran dan
layanan yang ada.
Oleh karena itu, biaya desain mempengaruhi sebagian besar lainnya yang dikeluarkan
selama siklus produk tersebut.
Faktor – faktor penentu keberhasilan pada tahap desain adalah sbb :
1. Mempercepat waktu peluncuran ke pasar
2. Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan
3. Mempermudah produksi
4. Merencanakan dan mendesain proses
Ada empat metode desain yang umum sebagai berikut :
1. Rekayasa Teknik Dasar
Merupakan teknik dimana desainer produk bekerja secara terpisah dari fungsi pemasaran dan
produksi untuk mengembangkandesain dengan rencana dan spesifikasi khusus.
2. Pembuatan Prototipe
Merupakan mode dimana model – model fungsional dikembangkan dan di uji coba
oleh para teknisi dan pemakaian yang dipilih untuk percobaan.

3. Templating
Merupakan mtode desain produk yang ada pada saat ini ditambahkan atau dikurangi agar
sesuai dengan spesifikasi produk baru yang diharapkan.
4. Rekayasa Simultan

15
Merupakan perkembangan penting baru yang merupakan pengganti pendekatan rekayasa
dasar, sebaliknya rekayasa simultan merupakan pendekatan yang terintegrasi, dimana proses
desain/teknis dilakukan selama siklus hidu biaya oleh tim –tim lintas fungsi.

b. Pengujian
Proses dan materi pengujian yang dipilih biasanya dilakukan dengan menerapkan dengan
teknik-tenik ekperimental secara formal dan sekaligus dijadikan landasan untuk tahap
perencanaan berikutnya yang lebih mendetail, yang nantinya akan diuji. Pada tahap pelaksanaan
masih akan dilakukan pengujian lebih lanjut, sampai dihasilkan produk yang benar-benar optimal
hingga dapat dianggap selesai.
c. Pengembangan Kualitas
Dalam zaman quality assurance, konsep kualitas mengalami perluasan, dari konsep yang
sempit, hanya terbatas pada tahap produksi, ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen
jasa (seperti perencanaan dan pengendalian produksi, pergudangan).
Dalam zaman ini pula diperkenalkan konsep total quality control (TQC) oleh armand
Feigenbaum pada tahun 1956. Menurut Feigenbaum, kualitas produk tidak hanya ditentukan oleh
pekerjaan manufaktur, namun lebih luas dari itu, keterlibatan pemasok, desain dan
pengembangan produk, dan kerja tim antar fungsi.

2. Biaya Produksi

Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu
semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu :

a. Biaya Bahan Baku


Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk selesai dan
pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung, atau diikuti jejaknya , atau merupakan
bagian dari produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan
baku yang dipakai di dalam kegiatan pengolahan produk.

16
b. Biaya Tenaga kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diidentifikasikan atau diikuti
jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejaknya manfaatnya dapat
diidentifikasikan pada produk tertentu.

c. Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, contohnya seprti biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik.

a. Biaya Produksi Langsung


Biaya langsung, berkaitan dengan obyek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke obyek biaya
tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya).
contoh; biaya kaleng atau botol untuk produk teh botol.
b. Biaya Produksi Tak Langsung
berkaitan dengan obyek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke obyek biaya tersebut
dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya).
Contoh; biaya gaji supervisor.

3. Biaya Hilir

1. Biaya pemasaran
Biaya Pemasaran adalah meliputi semua dalam melaksanakan kegiatan pemasaran atau
kegiatan untuk menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli sampai dengan
pengumpulan piutang menjadi kas. Sesuai dengan fungsi pemasaran, biaya pemasaran
digolongkan menjadi :
1). Biaya untuk menimbulkan pesanan, contohnya seperti biaya promosi dll.
2). Biaya untuk melayani pesanan, diantaranya :
· Biaya fungsi penggudangan dan penyimpanan produk selesai
· Biaya fungsi pengepakan dan pengiriman

17
· Biaya fungsi pemberian kredit dan penagihan piutang
· Biaya fungsi administrasi penjualan.
2. Biaya Promosi
Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan perusahaan ke dalam promosi
untuk meningkatkan penjualan. Biaya Promosi dapat dikategorikan sebagai biaya langsung
apabila terkait langsung dengan suatu produk atau proyek. Tetapi apabila Biaya Promosi ini
bersifat umum untuk seluruh kegiatan perusahaan, ia dapat dikategorikan sebagai biaya operasi.

3. Biaya Layanan Konsumen


Biaya Layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk
mengevaluasi, mendapatkan, dan menggunakan produk atau jasa tersebut.

2.3.2 Contoh kasus:

ANALISIS LIFE CYCLE COST PADA PEMBANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus :


Proyek Bangunan Rukan Bahu Mall Manado). Sebuah jurnal ilmiah menjelaskan mengenai
perhitungan Life Cycle Cost (LCC) aktual yang berdasar pada bahan bangunan yang digunakan
pada saat pembangunan proyek. Dalam hal ini, bangunan yang akan ditinjau adalah 9 bangunan
Rukan Bahu Mall Blok-N Manado, dan bagian bangunan yang akan dihitung life cycle cost-nya
yaitu dinding, lantai serta atap dari 9 bangunan rukan tersebut. Melalui proses perhitungan untuk
item pekerjaan dinding, lantai dan atap dari 9 bangunan Rukan Bahu Mall Blok-N tersebut, maka
dihasilkan rincian yaitu biaya modal konstruksi (awal) Rp. 574.598.000,00, total biaya
pemeliharaan untuk ketiga item Rp. 1.142.620.655,00, dan biaya pembongkaran Rp.
5.415.681,86.

II. KESIMPULAN

Target Costing merupakan penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk
berdasarkan harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang
diharapkan. Dengan demikian Target Costing membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif,
dimana Target Costing adalah bentuk strategi umum dalam industri saat menghadapi persaingan
yang sangat ketat dimana perbedaan sangat kecil di dalam harga dapat menarik perhatian besar
konsumen (apalagi barang yang memiliki subtitusi).

18
TOC adalah suatu filosofi manajemen yang membantu sebuah perusahaan dalam
meningkatkan keuntungan dengan memaksimalkan produksinya dan meminimalisasi semua
ongkos dan biaya yang relevan seperti biaya simpan, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan
biaya modal. Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu:
1. Throughput
2. Persediaan
3. Biaya-biaya operasional
TOC memiliki argument bahwa penurunan persediaan akan meningkatkan daya saing
perusahaan, karena dengan menurunkan persediaan, akan diperoleh produk yang lebih baik,
harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat terhadap kebutuhan pelanggan.
Penerapan TOC dapat membantu manajer dalam meningkatkan laba dan penjualan produk atau
jasa yang berkualitas serta pemenuhan permintaan yang tepat waktu sehingga perusahaan
mampu beroperasi secara efisien dan efektif.

Life cycle costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi
dan memonitor biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup meliputi semua tahap, mulai
dari perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman dan pelayanan atas
produk yang sudah jadi.
Tahap-tahap tersebut meliputi:
1. Riset dan pengembangan
2. Perancangan produk termasuk membuat prototype, melakukan target costing, dan
pengujian
3. Produksi/pembuatan, inspeksi, dan pengepakan dan penggudangan
4. Pemasaran, promosi dan distribusi
5. Penjualan dan pelayanan

19
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Putri Zanufa, (2012), “PENGGUNAAN TARGET COSTING DALAM
PENGEMBANGAN PRODUK”, JIMA, VOL. 1, NO. 4, JULI

https://roraprilya.wordpress.com/2012/03/31/target-costing-teory-of-constraints-life-
cycle-costing-2/

http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_constraints&prev=search

http://kumpulan-artikel-ekonomi.blogspot.com/2009/07/toc-theory-of-constrain.html

http://afirdauz.blogspot.com/2013/04/metode-analisis-life-cycle-cost.html

20

You might also like