You are on page 1of 12

MAKALAH ILMU QIRA’AT

Tugas Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


ULUMUL QUR’AN
DOSEN PENGAMPU: IDUL FITRIAWAN

Oleh
Haikal sarbini 220601145
Firman rosyadi 220601157
Mahmud 220601165

Kelas II E
JURUSAN ILMU QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTA USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan pujisyukur kita
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat sehingga kita
dapatmerasakan nikmatnya kehidupan berupa Kesehatan dan keimanan.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, tauladan bagi
seluruh umat islam yang juga telah membimbng kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan
yang teranag benderang, yakni Addinul islam.

Dan kami ucapkan kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam menyelesaikan makalah
al-qur’an, yang tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya. Untuk itu
kami mengharapkan kriti dan saran agar bisa memperbaiki makalah kami. Tak lupa juga
ucapan terimakasih kepada bapak Idul Fiitriawaan M.A,g Selaku dosen pengampu kami pada
mata kuliah Uumul Qur’an yang telah memebrikan dan meluangkan waktunya kepada kami
untuk belajarUlumul Qur’an.

MATARAM 2 MEI 2023

PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUA
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Qira’at
B. Latar Belakang Timbulnya Perbedaan
C. Jenis-Jenis Qira’at
D. Imam-Imam Qira’at Serta Parawinya

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang  
         Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulum al-Qur’an, namun tidak banyak
orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan
akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu,  di antaranya adalah, ilmu ini tidak
berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari; tidak seperti
ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya,yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan
kehidupan manusia1. Hal ini dikarenakan ilmu qira’at tidak mempelajari masalah-masalah
yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam
kehidupan manusia.
            Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui
oleh peminat ilmu qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur’an secara mendalam
dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur’an merupakan salah
satu kunci memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas
dalam berbagai seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan
berbagai macam qiraat dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini.
Hal-hal inilah barangkali yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer2.

1
Shubhi, al-shalih, mabahits fii ‘ulum Al-Qur’an, (libaon:Dar al-Ilm li al-malayin, 2005), cet. 26. 101
2
Dr. H. Badruddin, M.Ag, Ulumul Qur’an, serang. Uin Smh Banten, hal.84
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Qira’at Al-Qur’an
Menurut bahasa, qira’at (‫راءات‬CC‫ )ق‬adalah bentuk jamak dari qira’ah (‫راءة‬CC‫ )ق‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫)قرأ‬, yang artinya : bacaan.
               Pengertian qira’at  menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh keluasan
makna dan sisi pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan
beberapa pengertian qira’at menurut istilah
1.      Menurut A-Zarqani
ُ‫ه‬C‫ُق َع ْن‬ ُّ ‫ت َو‬
ِ ‫الطر‬ ِ C‫آن ْال َك‬
ِ Cَ‫ َع اتِّف‬C‫ري ِْم َم‬C
ِ ‫ا‬CCَ‫اق الر َِّواي‬C ِ ْ‫ق بِ ْالقُر‬ ْ ُّ‫َم ْذهَبٌ يَ ْذهَبُ ِإلَ ْي ِه ِإ َما ٌم ِم ْن َأِئ َّم ِة ْالقُرَّا ِء ُمخَ الِفًا بِ ِه َغي َْرهُ فِى الن‬
ِ ‫ط‬

.‫ق هَيَْئتِهَا‬ ْ ُ‫ف َأ ْم فِىن‬


ٍ ‫ط‬ ِ ْ‫ق ْال ُحرُو‬ ْ ُ‫َت ِه ِذ ِه ْال ُم َخالَفَةُ فِى ن‬
ِ ‫ط‬ ْ ‫ َكان‬  ‫َس َوآ ٌء‬

“Suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam qiraat  yang berbeda dengan yang lainnya
dalam pengucapan Al-Quran al-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur
daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf maupun dalam pengucapan
keadaan-keadaan.”
2.      Menurut Ibnu Al-Jaziri
‫اختِالَفِهَا بِ َع ْز ِو النَّافِلَ ِة‬ ِ ْ‫ت ْالقُر‬
ْ ‫آن َو‬ ِ ‫ت َأدَا ِء َكلِ َما‬
ِ ‫ِع ْل ٌم بِ َك ْيفِيَا‬
“Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Quran dan perbedaan-
perbedaannya dengan cara mengisbatkan kepada penukilnya.
3.      Menurut Al-Qasthalani
.‫ْف َوت َْثقِي ٍْل َو َغي ِْر ِههَما‬
ٍ ‫ ِ َأوْ َك ْيفِيَتِهَا ِم ْن ت َْخفِي‬C‫اِ ْختِالَفُ َأ ْلفَا ِظ ْال َوحْ ِي ْال َم ْذ ُكوْ ِر فِى ِكتَابَ ِة ْال ُحرُوْ ف‬
“Qiraat dalah perbedaan (cara mengucapkan) lafadz-lafadz Al-Quran, baikm menyangkut
huruf-hurufnya datau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan) dan
tatsqil (memberatkan), dan yang lainnya
4.      Menurut Az-Zarkasyi
‫ْف َوت َْثقِ ْي ٍل َو َغي ِْرهَا‬
ٍ ‫ف َأوْ َك ْيفِيَّتِهَا ِم ْن ت َْخفِي‬
ِ ْ‫اظ ْال َوحْ ِي ْال َم ْذ ُكوْ ِرفِى ِكتَابَ ِة ْال ُحرُو‬
ِ َ‫ا ِْختِالَفُ َأ ْلف‬
“Qiraat adalah perbedaan (cara mengucapkan) lafazh-lafazh Al-Quran, baik menyangkut
huruf-hurufnya tau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti takhfif (meringankan),
tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya.
5.      Menurut Ash-Shabuni
َ ِ‫آن يَ ْذهَبُ ِإلَ ْي ِه ِإ َما ٌم ِمنَ اَْألِئ َّم ِة بَِأ َسانِ ْي ِدهَا ِإلَى َرسُوْ ِل هللا‬
.‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ْ‫ق فِى ْالقُر‬ ْ ُّ‫ب الن‬
ِ ‫ط‬ ِ ‫َم ْذهَبٌ ِم ْن َم َذا ِه‬
“suatu madzhab cara pelafalan Al-Quran yang dianut oleh salah seorang iamam berdasarkan
sanad-sanad  yang bersambung kepada Rasulullah s.a.w.3
Adapun definisi yang dikemukakan Al-Qasthalani menyangkut ruang lingkup
perbedaan di antara beberapa qiraat yang ada. Dengan demikian ada tiga unsur qiraat yang
dapat ditangkap dari definsi di atas, yaitu:
1.      Qiraat berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah seorang
imam dan berbeda dengan cara yang dilakukan imam lainnya.
2.      Cara pelafalan ayat-ayat Al-Quran itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung kepada
Nabi, jadi bersifat taufiki, bukan tauhidi.
3.      Ruang lingkup perbedaan Qiro’at itu menyangkut persoalan Lughat, Hadzaf, I’rab, Itsbat,
Fastil, dan Washl.4
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui.Kata kunci
tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Berikut ini akan dipaparkan pengetian dan
perbedaan antara qira’at dengan riwayat dan tariqah, sebagai berikut :
             Qira’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari qurra’ yang
tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira’at Nafi’, qira’at Ibn Kasir, qira’at Ya’qub dan
lain sebagainya.
Sedangkan Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari para
qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Nafi’ mempunyai dua orang perawi,
yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan riwayat Qalun ‘anNafi’ atau riwayat Warsy ‘an
Nafi’.
             Adapun yang dimaksud dengan tariqah adalah bacaan yang disandarkan kepada orang
yang mengambil qira’at dari periwayat qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya,
Warsy mempunyai dua murid yaitu al-Azraq dan al-Asbahani, maka disebut tariq al-Azraq
‘an Warsy, atau riwayat Warsy min thariq al-Azraq. Bisa juga disebut dengan qira’at Nafi’
min riwayati Warsy min tariq al-Azraq. 5
B.Latar Belakang Timbulnya Perbedaan
1.      Latar Belakang Historis

3
Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta. Pustaka Amani
4
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an. Jakarta. Darul Kutub
Al-   Islamiyah.
5
Al-Qattan, Manna Khalil.1973. Mabahis Fi Ulumil Qur’an. Surabaya. Al-hidayah
a.       Suatu ketika Umar bin Al-khathab berbeda pendapat dengan Hisyam bin Hakim ketika
membaca Al-Qur’an. Umar merasa tidak puas terhadap bacaan Hisyam sewaktu ia membaca
Surat Al-Furqon. Menurut Umar, bacaan Hisyam itu tidak benar dan bertentangan dengan apa
yang diajarkan Nabi kepadanya. Namun, Hisyam menegaskan pula bahwa bacaannya pun
berasal dari Nabi.Seusai shalat, Hisyam diajak menghadap Nabi untuk melaporkan peristiwa
tersebut.Kemudian Nabi menyuruh Hisyam mengulangi bacaannya sewaktu shalat tadi.
Setelah Hisyam melakukannya, Nabi bersabda :
ٍ ‫ت ِإ َّن هـ َذا ْالقُرْ آنَ ُأ ْن ِز َل َعلَى َس ْب َع ِة َأحْ ر‬
ُ‫ُف فَا ْق َرءُوْ ا َما تَيَس ََّر ِم ْنه‬ ْ َ‫هـ َك َذا ُأ ْن ِزل‬
Memang begitulah Al-Quran diturunkan.Sesungguhnya Al-Quran diturunkan atau tujuh
huruf, maka bacalah yang mudah darinya6
b.      Di dalam sebuah riwayatnya, Ubay pernah bercerita. “Aku masuk ke Mesjid untuk
mengerjakan shalat, kemudian datanglah seseorang kemudian ia membaca surat An-Nahl,
tetapi bacaannya berbeda dengan bacaanku. Setelah ia selesai, aku bertanya siapakah yang
membacakan ayat itu kepadamu? ia menjawab,”Rasulullah s.a.w.”, kemudian datanglah
seorang lainnya mengerjakan shalat dengan membaca permulaan surat An-Nahl, tetapi
bacaannya berbeda dengan bacaanku dan bacaan orang pertama, setelah shalatnya selesai aku
bertanya “siapakah yang nenbacakan ayat itu kepadamu? Ia menjawab “Rasulullah s.a.w. “.
Kedua itu lalu kuajak menghadap Nabi, beliau meminta salah satu dari dua orang itu
membacakan lagi surat itu. Setelah bacaanya selesai, Nabi bersabda, “Baik” kemudian Nabi
meminta pada yang lain agar melakukan hal yang sama. Dan Nabipun menjawabnya. “baik”.
Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran Qiraat dimulai pada masa tabi’in,
yaitu pada awal abad II H. tatkala para qari telah tersebar di berbagai pelosok.Mereka lebih
suka mengemukakan Qira’at gurunya dari pada mengikuti Qiraat Imam-imam lainnya.
Qiraat-Qiraat tersebut diajarkan secara turun temurun dari guru ke murid,
sehingga  sampai kepada para Imam-Imam Qiraat.
2.      Latar Belakang Cara Penyampaian (Kaifiyat Al-Ada)
a.       Perbedaan dalam i’rab atau harokat, kalimat tanpa perubahan makna dan bentuk kalimat,
misalnya, pada firman Allah sebagai berikut :
َ َّ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَ ْب َخلُوْ نَ َويَْأ ُمرُوْ نَ الن‬
}37 : ‫ {النساء‬.......‫اس بِ ْالب ُْخ ِل‬

Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an. Jakarta. Darul Kutub
Al-   Islamiyah.
Artinya : ” …(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir
…” (Q.S. An.Nisa (4) : 37).7
Kata Al-Bakhl yang berarti kikir di sini dapat dibaca Fathah pada huruf Ba’nya
sehingga dibaca bi al-bakhli : dapat pula dibaca dhomah pada ba’nya sehingga menjadi bi al-
bukhli.
b.      Perbedaan pada I’rab dan harokat (baris) kalimat sehingga mengubah maknanya,
misalnya pada firman Allah sebagai berikut.
ِ َ‫بَ ْينَ َأ ْسف‬ ‫بَا ِع ْد‬ ‫َربَّنَا‬
}19 : ‫ارنَا {النساء‬
Artinya : “ Ya Tuhan kami jauhkanlah jarak perjalanan kami “. (Q.S. Saba (34) : 19).
Kata yang diterjemahkan menjadi jauhkanlah di atas adalah Ba’id karena statusnya sebagai
fi’il amar : boleh juga dibaca Ba’ada yang berarti keduanya menjadi fi’il madhi sehingga
artinya telah jauh.
c.       Perbedaan pada perubahan huruf tanpa peraubahan I’rab dan bentuk tulisannya,
sedangkan maknanya berubah, misalnya pada firman Allah Sebagai berikut.
}259 : ‫{البقرة‬ ‫نُ ْن ِش ُزهَا‬  َ‫َوا ْنظُرْ ِإلَى ْال ِعظَ ِام َك ْيف‬
Artinya : “ … dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian kami menyusunnya
kembali”. (Q.S. Al-Baqarah (2) : 259)
Kata Nunsyizuha (kami menyusun kembali) yang ditulis dengan menggunakan huruf Zay (‫)ز‬
diganti dengan huruf Ra’ (‫ )ر‬sehingga berubah bunyi menjadiNunsyiruha yang berarti kami
hidupkan kembali

C. Jenis-Jenis Qira’at
1. Qiraat sab‘ah
Qira’at sab‘ah adalah qira’at yang disandarkan kepada tujuh imam yang telah
disepakati oleh para ulama, antara lain: Ibnu Amir Adapun yang dimaksud dengan Qira’at
Empat Belas (Qira’at Al-Arba’ ‘Asyarah) adalah sepuluh Qira’at ditambah dengan empat
Qira’at berikut: 1. Hasan Al-Bishry. 2. Muhammad bin Abdu ArRahman. 3. Yahya bin Al-
Mubarak AlYazidiy 4. Abu Al-Faraj Muhammad bin Ahmad Al-Syanbudziy.
Namun 4 bacaan tambahan ini tidak lolos seleksi, sehingga dkategorikan sebagai
bacaan syadz yang tidak terpakai, karena dalam sanadnya tidak shahih.

7
Syadzali, Ahmad, H., Drs., 2004, Ulumul Quran I, Pustaka Setia, Bandung.
Syadz adalah sesuatu yang tidak sahih sanadnya, seperti bacaan (malaka yau middin)
َ ‫ الِّد ي َ َك‬,
surat AlFatihah dengan bentuk fiil madli atau kata kerja lampau. ِّ‫ ن‬:Misalnya ‫ي ْوم َم َل‬
dengan kata kerja bentuk lampau, َ‫ ك‬yaitu َ‫َ )مل‬malaka) dan memfathah-kan kata َ ‫ )و َم ْي‬di
qira’at yang benar dengan mengkasrah-kannya)
D. Imam-Imam Qira’at Serta Perawinya
1.Imam Nafi’
Nama lengkap beliau adalah Nafi’ bin Abdurrahman bin abu Nu’aim bin abu Ruaim
al-Laihi,beliau belajar Qiraat dari para tabiin yang ada dimadinah selama lebih dari 70 tahun
sehingga diangkat dan dipercaya sebagai kepala qurra’.beliau memiliki dua murid yang dia
percaya dan fashih meriwayatkan bacaannya bernama Qolun dan warsh.
2. Imam ibnu katsir
Nama lengkapnya adalah abdullah bin katsir bin al-muthalib ad-dari11 al-
Makki.Beliau termasuk seorang tabiin yang belajar Al- Quran pada para sahabat serta menjadi
imam qiraat dan memiliki dua orang perawi yang bernama al-Bazzi dan Qunbul
3. Imam Abu Amr Al-Bashri
Nama lengkapnya Zaban bin al-A’ala bin amar al-Mazini at-Tamimi al- Bashri beliau
termasuk seorang tabiin yang belajar qiraat di Mekkah, Madinah, Kuffah, dan Bashrah kepada
beberapa para sahabat.
4. Imam Ibnu Amir al-Yasufi
Nama lengkapnya Abu Imran Abdullah bin Amr bin Yazid bin Tamim bin Rabiah bin
Amir al- Yasufi beliau juga seorang tabiin yang belajar qiraat di beberapa para sahabat
bahkan menurut suatu riwayat beliau telah memperdengarkan bacaannya kepada Utsman bin
affan.
5. Imam ‘Asim Al-Kufi
Nama lengkapnya asim bin bahdallah abu an-najut Al asadi Al kuhfi merupakan
seorang tabiin, beliau belajar qiroah kepada Anas bin Malik, zar bin hubais, abu Abdurrahman
as-salami abu Umar asyaibani dan masih banyak yang lain beliau seorang pakar qiroah yang
fasih dan memiliki suara yang sangat merdu meninggal dunia di kufah tahun 127 Hijriyah.
Imam Asim memiliki dua perawi yang bernama Syu’bah dan Hafs.
6. Imam Hamzah Al kufi
Nama lengkapnya Hamzah bin habib bin ammaroh abu amarah Azzayyed al-Kufi
lahir pada tahun 80 hijriyah menurut sebagian riwayat beliau bertemu dengan sebagian
sahabat nabi SAW dan belajar qiroah kepada Sulaiman al-a’masi,hamran bin a’yun,
Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila Ja'far bin Muhammad assodiq dan lain-
lain.beliau menjadi imam Qira’at di kuffah setelah imam Asim serta memiliki dua perawi
yang bernama khallaf dan khallad
7. Imam kisa’I al-kufi
Nama lengkapnya Ali Bin Hamzah Bin Abdullah Bin Bahman Bin Fairuz Abul Hasan
An-Nahwi Al-Kisa’i. `beliau mengambil qiraat pada hamzah sebanyak empat kali dan kepada
muhammad abi laila, isa bin umar al hamdani, abu bakar bin ay-yasy, beliau menjadi pakar
qiraat setelah imam hamzah al-kufi serta beliau juga memiliki dua perawi yang bernama abdul
harith dan ad-duri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Menurut bahasa, qira’at (‫راءات‬CC‫ )ق‬adalah bentuk jamak dari qira’ah (‫راءة‬CC‫ )ق‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫)قرأ‬, yang artinya : bacaan.
C. Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui.Kata kunci
tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah.
D. Qiraat sebenarnya telah muncul sejak masa Nabi walaupun pada saat itu Qiraat bukan
merupakan sebuah disiplin ilmu.Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran
Qiraat dimulai pada masa tabi’in, yaitu pada awal abad II H. tatkala para qari telah
tersebar di berbagai pelosok.Mereka lebih suka mengemukakan Qira’at gurunya dari
pada mengikuti Qiraat Imam-imam lainnya.
Urgensi Mempelajari Qiraat :
1. Menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati para ulama
2. Menarjih hukum yang diperselisihkan para ulama.
     Dalam hal istimbat hukum, qiraat dapat membantu menetapkan hukum secara lebih
jeli dan cermat. Perbedaan qiraat al-Qur'an yang  berkaitan dengan substansi lafaz atau
kalimat, adakalanya mempengaruhi makna dari lafaz  tersebut adakalanya tidak.
Dengan demikian, maka perbedaan qiraat al-Qur'an adakalanya berpengaruh terhadap
istimbat hukum dan adakalanya tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Syadzali, Ahmad, H., Drs., 2004, Ulumul Quran I, Pustaka Setia, Bandung..
As-Subhi, Shalih, Dr., 2004, Membahas Ilmu-ilmu Al-Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta.
Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. Jakarta. Pustaka Amani.
Al-Qattan, Manna Khalil.1973. Mabahis Fi Ulumil Qur’an. Surabaya. Al-hidayah.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2003. At-Tibyan Fi Ulumil Qur’an. Jakarta. Darul Kutub
Al-   Islamiyah.
Syadzali, Ahmad, H., Drs., 2004, Ulumul Quran I, Pustaka Setia, Bandung.

You might also like