You are on page 1of 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

“FILSAFAT PANCASILA”
Dosen Pengampu : Siti Surbainingsih M. Pd

Disusun Oleh Kelompok II


Aprian Hairurozi 220601178
Rina Damayanti 220601169
Yati Oktaviana 220601162
Irji’ Iriadatul Jannah 220601166
Laela Zakiya 220601155
Nazifatul Munawarah 220601160
Dea Ardika 220601152
Mohammad Kurniawan 220601176

STUDI PENDIDIKAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirahim
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu
memberikan Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
dalam mata kuliah Kewarganegaraan. Shalawat dan salam tak lupa kami curahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari zaman gelap gulita menuju
alam yang terang benderang seperti saat ini, adapun tujuan dari penulisan makalah ini
guna menambah wawasan kita tentang “Filsafat Pancasila”.
Terlebih dahulu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Siti
Surbaningsih M.Pd selaku dosen pengampu pada mata kuliah kewarganegaraan yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami bisa menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.
Kami menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan motivasi yang dapat
menumbuhkan pemahaman-pemahaman baru sehingga bermanfaat bagi kami
kedepannya.
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa/i
dalam menguasai materi mata kuliah pelajaran Kewarganegaraan, dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan senantiasa membawa kemudahan bagi kita dalam belajar untuk
meraih prestasi yang kita inginkan.

‫ِآمي ُْن يَا َربَّ ْال َعالَ ِميْن‬

Mataram, 9 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................ 2

BAB II ISI

A. Filsafat Pancasila ……..…………………………….............................. 3


B. Ideologi Pancasila ……………………………………..…………........ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata merupakan light-
star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman
dalam memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan
UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun
1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila
itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan
kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila
itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang
toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara
Indonesia.
Pancasila digambarkan sebagai satu Ideologi yang berakar dari pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita bangsa Indonesia mengenai sejarah, manusia,
masyarakat, hukum, dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
Dapat dikatakan dalam kedudukannya sebagai Ideologi yang dianut secara nasional

1
mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia berkenaan konsep dan cara
berpikirnya.
Penempatan pancasila sebagai ideologi dan dasar negara mengalami keadaan
pasang surut, baik dalam pemahaman maupun praktiknya. Pancasila semakin jarang
diucapkan, dikutip dan dibicarakan dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, berbangsa
dan bermasyarakat. Padahal sudah semestinya pancasila diupayakan untuk selalu
diwariskan dari satu generasi ke generasi sejak dini.
Nilai-nilai Pancasila secara implementatif harus dapat diaktualisasikan ke dalam
berbagai aspek kehidupan manusia khususnya di Indonesia, termasuk dalam kepribadian
bangsa Indonesia sehingga untuk mencapainya diperlukan upaya-upaya transformasi,
interalisasi, dan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam sosok individu warga negara.
Pendidikan menjadi usaha atau langkah nyata dalam melaksanakan transformasi,
internalisasi dan integrasi nilai. Sebagaimana perlu ada penanaman dan penguatan nilai-
nilai pancasila dalam diri seorang anak yang kemudian akan menjadi acuan dalam
berfikir, bersikap dan bertindak di kemudian hari.
Penjelasan terkait hubungan filsafat sebagai falsafah yakni, nilai merupakan hasil
pemikiran filsafat yang oleh pemiliknya (Indonesia) dianggap sebagai hasil maksimal
yang paling benar, paling bijaksana, dan paling baik. Nilai ini dijadikan landasan,
pedoman, d a n alasan dalam segala gerak kelakuannya. Pancasila dengan nilai-nilainya
itu menjadi falsafah atau cita negara (staatsidee) yang berfungsi sebagai filosofische
grondsalag dan common platforms warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu Filsafat Pancasila ?
2. Bagaimana gambaran Ideologi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
negara ?

C. Tujuan
1. Dapat memahami tentang Filsafat Pancasila
2. Mengetahui secara mendasar tentang gambaran Ideologi Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dan negara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Pancasila
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat yang besar
atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya Kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang
sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
Dardji Darmodihardjo mengatakan bahwa filsafat Pancasila adalah hasil berfikir
atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya
dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yan benar, adil, bijaksana dan
paling sesuai dengan kehidupan dan keperibadian bangsa Indonesia.
Ruslan Abdul Gani dan Notonagoro Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan
pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Pancasila sebagai filsafat
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi
pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat,
karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh the faounding father kita.
Penjelasan terkait hubungan filsafat sebagai falsafah yakni, nilai merupakan hasil
pemikiran filsafat yang oleh pemiliknya (Indonesia) dianggap sebagai hasil maksimal
yang paling benar, paling bijaksana, dan paling baik. Nilai ini dijadikan landasan,
pedoman, d a n alasan dalam segala gerak kelakuannya. Pancasila dengan nilai-nilainya
itu menjadi falsafah atau cita negara (staatsidee) yang berfungsi sebagai filosofische
grondsalag dan common platforms warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

3
Nilai-nilai Pancasila adalah pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum serta
cita-cita moral luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia.1
Pancasila meski tergolong nilai kerohanian, tetapi didalamnya terkandung pula nilai-
nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, vital, kebenaran (kenyataan),
estetis, etis, maupun nilai religious. Hal ini dapat dibuktikan dari sila yang pertama
sampai dengan kelima Pancasila yang tersusun secara sistematis, hierarkis, dan bulat utuh.

Inti sila-sila Pancasila meliputi:

 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial.

 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri.

 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong.

 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang

menjadi haknya.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep


kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan
juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis. Ketiga bidang tersebut dapat
dianggap mencakup kesemestaan.
Pancasila mengandung nilai-nilai universal yang dikembangkan dan berkembang
dalam pribadi manusia sesuai kodratnya, sebagai makhluk pribadi dan makhluk
sosial. Sebagai sistem nilai Pancasila bangsa Indonesia memiliki keunikan/kekhasan,
karena nilai - nilai Pancasila mempunyai kedudukan/status yang tetap dan berangkai.
Keunikan itu disebabkan, karena masing-masing sila tidak dapat dipisahkan dengan sila
lainnya. Kekhususan ini merupakan identitas bagi bangsa (negara) Indonesia. 2
Hakikat pancasila itu sendiri adalah nilai-nilai, atau tepatnya nilai-nilai yang
terangkum dalam suatu sistem yang lengkap dan bulat utuh. Sistem filsafat itu memuat
nilai - nilai yang fundamental, yang pada pokoknya mengandung nilai dasar ketuhanan,

1
Lihat, Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966

2
H.A.W. Widjaja, Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan HAM di Indonesia, Jakarta: Rineke Cipta, 2000, hlm. 1- 2
4
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Inilah yang disebut sistem
filsafatnya Pancasila. WNI tunduk kepada Pancasila sebagai ideologi negara adalah suatu
keniscayaan yang mutlak. Nilai-nilai yang sifatnya penting dan berguna bagi
kemanusiaan dan yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.

a. Landasan Ontologis Pancasila


Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan)
manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan
Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar
dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut
dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya
adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga
dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya

b. Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan.
Menurut Titus terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:
1. Tentang sumber pengetahuan manusia;

2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

3. Tentang watak pengetahuan manusia.

5
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti
Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi.

c. Landasan Aksiologis Pancasila

Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai
Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan
logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori.
Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang
baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan
metafisika suatu nilai. Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere
yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang
sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
(goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan akan
sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada
suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology a related science), nilai
itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.
 Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya dan dapat
dikelom- pokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai

yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.

2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam

kehidupan seperti kesejahteraan, keadilan, dan kesegaran.

3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte)

yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-

nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang

dicapai dalam filsafat.

4) Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak

suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.

6
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.

1. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,

sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai- nilai dasar dari

Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,

dan nilai keadilan.

2. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang

selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-

lembaga negara.

3. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu

benar-benar hidup dalam masyarakat.

Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai
dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan,
yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan
dan penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan
perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencer min- kan sifat khas sebagai manusia
Indonesia.

B. Ideologi Pancasila
Ideologi berasal dari kata idea, berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, ide-ide
dasar, atau cita-cita dan logos yang berrti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu
pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar.
Pemahaman ideologi Pancasila merupakan kemampuan seseorang untuk
memahami arti dan makna Pancasila sebagai pengatur tingkah laku manusia. Individu
muda dianggap memiliki pemahaman terhadap Ideologi Pancasila yang tinggi dan dapat
7
memahami Ideologi Pancasila sebagai Filsafat hidup bangsa Indonesia jika ia dapat
menangkap makna dan nilai-nilai dengan berdasar kepada lima sila Pancasila dalam pola
pemikirannya, sehingga akan menumbuhkan kesadaran moral ketika berinteraksi, dan
dapat menghasilkan kompetensi pedagogik.
Ideologi sebagai pandangan manusia mengenai bagaimana menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai suatu ideologi yang dianut
oleh bangsa Indonesia. Di dalam pancasila terdapat isi yang setiap silanya sesuai dengan
cita-cita, tujuan dan pendirian negara yang kemudian menjadi nilai dasar fundamental
bangsa Indonesia yang menjadi panduan bagi segenap individu Warga Negara.
Pancasila digambarkan sebagai satu Ideologi yang berakar dari pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita bangsa Indonesia mengenai sejarah, manusia,
masyarakat, hukum, dan negara Indonesia yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.
Dapat dikatakan dalam kedudukannya sebagai Ideologi yang dianut secara nasional
mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia berkenaan konsep dan cara
berpikirnya.3
Penempatan pancasila sebagai ideologi dan dasar negara mengalami keadaan
pasang surut, baik dalam pemahaman maupun praktiknya. Pancasila semakin jarang
diucapkan, dikutip dan dibicarakan dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, berbangsa
dan bermasyarakat. Padahal sudah semestinya pancasila diupayakan untuk selalu
diwariskan dari satu generasi ke generasi sejak dini.
Di Era Globalisasi Pancasila berusaha menerobos sebagai pedoman pemantapan
mental kaum milinial serta dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan
benegara. Nilai-nilai Pancasila secara implementatif harus dapat diaktualisasikan ke
dalam berbagai aspek kehidupan manusia khususnya di Indonesia, termasuk dalam
kepribadian bangsa Indonesia sehingga untuk mencapainya diperlukan upaya-upaya
transformasi, interalisasi, dan integrasi nilai-nilai Pancasila dalam sosok individu warga
negara.
Pendidikan menjadi usaha atau langkah nyata dalam melaksanakan transformasi,
internalisasi dan integrasi nilai. Sebagaimana perlu ada penanaman dan penguatan nilai-

3
(Surip dkk., 2015) Journal of Elementary School Education
Vol. 3, No. 1, 2023

8
nilai pancasila dalam diri seorang anak yang kemudian akan menjadi acuan dalam
berfikir, bersikap dan bertindak di kemudian hari.4
Pancasila merupakan rumpun Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan dalam
nomenklatur civics education sebagai salah satu bentuk pendidikan nilai dan moral
yang mempelajari mengenai kedudukan Pancasila sebagai dasar dasar negara, sistem
filsafat, sistem etika, dan dasar pengembangan keilmuan. Sesuai dengan imperatif
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi mengemas
Pendidikan Pancasila dalam suatu pendekatan filosofis- ideologis dan sosio-andragogis
dalam konteks nilai ideal dan instrumental Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.5
WNI tunduk kepada Pancasila sebagai ideologi negara adalah suatu
keniscayaan yang mutlak. Nilai -nilai yang sifatnya penting dan berguna bagi
kemanusiaan dan yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Pancasila
sebagai ideologi negara ibarat kitab sucinya Indonesia yang harus dipedomani dalam
praktek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai sistem filsafat, Pancasila sebgai subajek berfungsi memberikan penilaian
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dalam hal ini
Pancasila merupakan genetivus subjectivus. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa dan negara Indonesia.
Pancasila adalah hasil produk dari proses berfilsafat bangsa Indonesia. Oleh
karena hasil produk, berarti nilai-nilai Pancasila bersifat final. sistem nilai atau
pandangan hidup, nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk keperluan praktis, yakni
sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain
sebagai subjek Pancasila juga dapat dikaji secara ilmiah dengan menggunakan kerangka
berpikir teoretis filsafat Barat.
Pancasila tidak lagi berkedudukan sebagai subjek, tetapi justru menjadi objek.
Pancasila dalam keadaan demikian merupakan genetivus objectivus. Jika berbicara
Pancasila sebagai ideologi (nasional dan negara), sangat berbahaya menempatkan
Pancasila sebagai genetivus objectivus. Pancasila saat ini dianggap sebagai sesuatu yang

4
Nurrohmah dan Dewi (2021) Journal of Elementary School Education
Vol. 3, No. 1, 2023

5
(Winataputra, 2015). Journal of Elementary School Education
Vol. 3, No. 1, 2023

9
belum final, dan masih proses mencari dan mencari Pancasila” yang benar-benar
Pancasila. Artinya, ada yang menyakini bahaw terdapat nilai-nilai Pancasila yang lebih
baik daripada yang telah disepakati dalam perjanjian luhur bangsa Indonesia. Sistem
filsafat, Pancasila itu tidak menutup diri terhadap pengkajian, sepanjang tidak menjurus
kearah pencarian “Pancasila” yang lain daripada yang ditetapkan oleh para pembentuk
negara.28
Maka Pancasila dapat dikatakan sebagai suatu Ideologi karena;
a ) mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;
dan
b) Mewujudkan asas kerohanian, pandangan-pandangan hidup yang dipelihara dan
diamalkan oleh satu generasi ke generasi.
Memberikan pemahaman mengenai Ideologi Pancasila sangat penting untuk
dilakukan karena kehidupan saat ini telah mengalami banyak perkembangan yang
mengakibatkan degradasi dan disrupsi dimana-mana sehingga banyak generasi muda
kita yang sudah tidak mengenal Pancasila lagi. Akibatnya kemerosotan moralitas, etika,
dan tata krama tinggal menuggu waktu terjadi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan


Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan
tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai
beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
Setiap warga negara dengan status kewarganegaraan yang melekat padanya harus
menghormati, mengakui, mengikuti, tunduk, dan terikat kepada Pancasila sebagai
Ideologi negara. Selain karena alasan filsafat dan historis, ketetapan dan ketepatan the
founding fathers menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara melalui pengkajian
yang sangat mendalam, proses panjang dan bertahap. Semula dari nilai hidup sekelompok
masyarakat, menjadi pandangan hidup bangsa. Selanjutnya disistematisasi secara logis
dan dimasyarakatkan, sehingga disebut ideologi nasional. Idiologi nasional ketika
didirikan negara bangsa (nation-state) menjadi pandangan hidup negara, disebut
ideologi negara. Jadi, kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai falsafah hidup bukan hanya
berlaku sejak Proklamasi tetapi jauh sebelumnya. Pancasila mengandung sifat objektif
dan subyektif . Sifat objektif, rumusan Pancasila bersifat abstrak, umum dan universal,
ada sepanjang masa dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam
hidup keagamaan. Dengan demikian, Pancasila adalah penjawantahan keperibadian
bangsa Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

H.A.W. Widjaja, Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dan HAM di Indonesia,


Jakarta: Rineke Cipta, 2000.

Surip, N., Syarbaini, S., & Rahman HI, A. (2015). Pancasila Dalam Makna dan
Aktualisasi (1 ed.). Andi.

Nurohmah, A. N., & Dewi, D. A. (2021). Penanaman Nilai Moral dan Karakter
di Era Pandemi melalui Pendidikan dengan Mengimplementasikan Nilai- Nilai
Pancasila. 10.
Winataputra, U. S. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan Refeleksi Historis
Epistemologis dan Rekonstruksi untuk Masa depan. Universitas Terbuka. Laurensius
Arliman S, Partisipasi Masyarakat Dalam Pembentukan Perundang•Undangan Untuk
Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia, Jurnal Politik Pemerintahan Dharma Praja,
Volume 10, Nomor 1, 2017, https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379
Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang
Lain Dengan Mempertimbangkan Asas Fungsi Sosial, Jurnal Gagasan Hukum, Volume 1,
Nomor 1, 2019.
Laurensius Arliman S, Ilmu Perundang-Undangan Yang Baik Untuk Negara
Indonesia, Deepublish, Yogyakarta, 2019.
Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri,
Pengaruh Karakteristik Individu, Perlindungan Hak Perempuan Terhadap Kualitas Pelayanan
Komnas Perempuan Dengan Kompetensi Sumber Daya Manusia Sebagai Variabel Mediasi,
Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi, Volume 6, Nomor 2,
2020.
Laurensius Arliman S, Pendidikan Kewarganegaraan, Deepublish, Yogyakarta, 2020.
Laurensius Arliman S, Makna Keuangan Negara Dalam Pasal Pasal 23 E Undang-
Undang Dasar 1945, Jurnal Lex Librum, Volume 6, Nomor 2 Juni
2020, http://dx.doi.org/10.46839/lljih.v6i2.151.

12

You might also like