You are on page 1of 9

KARYA ILMIAH

“KONSEP TATA RUANG KOTA AMBON DI MASA DEPAN”

Disusun oleh:

NAMA : ANDRE MOLLE


NIM : 202274059
KELAS : PWK (A)
PRODI : Perencanaan Wilayah Dan Kota

PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dengan
tema “Konsep Tata Ruang Kota Ambon Dimasa Depan” tepat pada waktunya. Karya tulis ini
dibuat dengan tujuan agar kita dapat menciptakan sebuah konsep tata ruang yang indah.
Penyelesaian karya tulis ini juga bersumberkan dari beberapa referensi, seperti dari internet
yaitu google, dan dari pengetahuan yang saya miliki seputar hal ini. Saya menyadari
sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari yang diharapkan, maka kritik dan saran
sangat di harapkan sebagai penyempurnaan karya tulis ini.

Ambon, 13 januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1. Kebijaksanaan Penataan Wilayah Bagian Kota Ambon.............................................5
2.2. Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Konsep Tata Ruang Kota Ambon Dimasa Depan...5
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2. Saran............................................................................................................................8

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ruang wilayah negara Indonesia dengan sumber daya alam yang tiada tara membentang
bagaikan zamrud khatulistiwa, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, wajib dilindungi,
dikelola, dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara berkelanjutan demi
kelangsungan hidup masyarakat, bangsa dan negara. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam didasari keyakinan bahwa kebahagiaan hidup dapat tercapai apabila didasarkan atas
keserasian, keselarasan dan keseimbangan baik dalam hidup manusia sebagai pribadi,
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam maupun hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan tersebut merupakan landasan ideal dan moral
dalam implementasi penataan ruang di Republik ini. Selain landasan ideal, dan moral,
penataan ruang sebagai salah satu manifestasi pelaksanaan pembangunan didasari pula pada
landasan konstitusional (Pasal 33 ayat (3) UUD 1945) yang menghendaki agar sumber daya
alam dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat dengan memperhatikan keseimbangan
antara kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah. Di samping itu patut dikembangkan
kebijakan pertanahan untuk meningkatkan pemanfaatan dan penggunaan tanah secara adil,
transparan, produktif dengan mengutamakan hakhak rakyat setempat, termasuk hak ulayat
masyarakat adat, serta berdasarkan tata ruang wilayah kota ambon yang serasi dan seimbang.
Oleh karena itu pelaksanaan pembangunan wajib memperhatikan asas serasi, selaras dan
seimbang dalam konsep tata ruang. Ruang wilayah negara sebagai suatu sumber daya alam
terdiri atas wilayah, nasional, wilayah provinsi, wilayah kabupaten/kota sebagai subsistem.
Masing-masing subsistem meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
keamanan, dan kelembagaan dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dari
yang lain. Sebagai pengejawantahan otonomi daerah, provinsi. kabupaten dan kota memiliki
kewenangan dalam penataan ruang wilayahnya yakni perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan penyusunan konsep tata ruang kota ambon dimasa depan?
2. Sejauhmana pelaksanaan sosialisasi kebijakan konsep tata ruang kota ambon dimasa
depan?

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kebijaksanaan Penataan Wilayah Bagian Kota Ambon

Kebijaksanaan penataan wilayah bagian kota terdiri atas rencana Umum, rencana detail
dan rencana Teknik tata ruang Kota, dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) RUTRK adalah rencana pemanfaatan
ruang kota yang disusun untuk menjaga keserasian pembangunan antar sektor
dalam rangka penyusunan program–program pembangunan kota.
b. RUTRK mempunyai wilayah perencanaan yang terikat pada batas wilayah
administrasi kota, merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang kota.
Rencana ini merupakan rencana struktur dan strategi pengembangan kota,
ditetapkan guna menjamin konsistensi perkembangan kota secara internal, serta
sebagai dasar bagi penyusunan program-program pembangunan kota lintas
sektoral dan daerah dalam jangka panjang.
c. RUTRK memuat rumusan tentang kebijaksanaan pengembangan kota, rencana
pemanfaatan ruang kota, rencana struktur utama tingkat pelayanan kota, rencana
sistem utama transportasi, jaringan utilitas kota, rencana pemanfaatan air baku,
indikasi unit pelayanan kota dan rencana pengelolaan pembangunan kota.

2.2. Pelaksanaan Sosialisasi Kebijakan Konsep Tata Ruang Kota Ambon


Dimasa Depan

Dalam rangka perlindungan hak-hak rakyat atas tanah, maka penataan ruang yang telah
ditetapkan perlu disosialisasikan kepada masyarakat, karena masyarakat berhak mengetahui
dan berperan serta dalam penyusunan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang, serta berhak
mendapatkan penggantian yang layak dari pelaksanaan tata ruang yang merugikan
kepentingannya. Termasuk sosialisasi setiap perkembangan keadaan yang menyebabkan
ditinjau kembali aturan dan rencana tata ruang, yang tentunya tidak mengorbankan
kepentingan rakyat, sebagaimana penjelasan Pasal 13 ayat (3) UU No. 24 Tahun 1992, yang
menyatakan bahwa hak orang harus tetap dilindungi. Dalam pelaksanaan penataan ruang,

2
sering ditemui kesulitan karena masyarakat tidak mengetahui aturan tersebut, maka Pasal 25
UU No. 24 Tahun 1992 menegaskan agar disebarluaskan informasi tentang penataan ruang
tersebut; karena setiap orang berhak mengetahui rencana tata ruang sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 ayat (2) UU. No. 24 Tahun 1992. Hartono (1991:114) mengemukakan bahwa
penyebarluasan rencana penataan ruang melalui mass media, jauh sebelum pelaksanaan
pembangunan, agar dapat diketahui umum, khususnya oleh penduduk yang terkena proyek
pembangunan. Dengan demikian warga masyarakat tidak dikejutkan oleh kebijaksanaan
pemerintah yang mendadak, sehingga nasibnya menjadi telantar. Apalagi ganti rugi yang
diterima sama sekali tidak sepadan dengan nilai tanah yang harus dikorbankan. Untuk itu
hukum tidak hanya memperhatikan pembangunan saja tetapi sekaligus memberikan jaminan
keadilan sosial dan kepastian hukum di dalam masyarakat. Adapun kepastian itu hanya
terjamin apabila ada transparansi karena rencana tata ruang kota sudah diketahui oleh umum.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, H. Ridwan Musa Gani mensinyalir bahwa kesemrawutan
pembangunan kota ambon sebagai akibat masyarakat tidak mengetahui rencana tata ruang
kota. Untuk mensosialisasikan rencana tata ruang kota, paling efektif bila diumumkan secara
luas melalui media cetak agar masyarakat segera mengetahuinya. Fenomena kesemrawutan
pembangunan kota selama ini karena rakyat tidak mengetahui peruntukan suatu lokasi
(Harian Fajar, Rabu, 27-101999). Berkenaan dengan sosialisasi RUTRK, menurut Abrar
(1994:31) bahwa kurangnya pengetahuan dan pemahaman warga kota ambon tentang
RUTRK itu sebagai pertanda kurang efektifnya publikasi selama ini. Untuk itu perlu
dilakukan cara lain, misalnya disetiap sudut-sudut kota atau ditempat-tempat ramai dibuat
peta, di samping melalui surat kabar, radio dan televisi. Untuk itu, menurut Kartasasmita
(1996:432) upaya-upaya sosialisasi penataan ruang bagi seluruh pelaku pembangunan perlu
ditingkatkan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi atau terdapat ekspektasi yang kurang
sesuai terhadap kedalaman maupun isi dari tiap-tiap tingkatan penataan ruang. Sosialisasi
penataan ruang sangat penting, karena rakyat mengetahui hal-hal apa saja yang akan
dilakukan di atas tanahnya. Sehingga pemegang hak atas tanah sedini mungkin dapat
mengatur dan merencanakan apa yang akan dilakukannya berkaitan penggusuran tanahnya
guna kepentingan pembangunan. Berkenaan dengan sosialisasi aturan penataan ruang, maka
dalam rangka memfungsikan hukum sebagai a tool of social engineering atau alat rekayasa
sosial, sangatlah penting sosialisasi aturan hukum secara baik sebelum dilaksanakan agar
benar-benar efektif berlakunya. Efektivitas hukum berkaitan dengan kesadaran atau ketaatan
hukum. Menurut Kelman (Ali, 1998:193) bahwa ketaatan hukum dapat dibedakan
kualitasnya dalam tiga jenis yaitu:
3
1. Ketaatan yang bersifat complience, yaitu jika seseorang taat terhadap suatuatu aturan
hanya karena ia takut terkena sanksi.
2. Ketaatan yang bersifat identification, yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan
hanya karena takut hubungan baiknya dengan seseorang menjadi rusak.
3. Ketaatan yang bersifat internalization yaitu jika seseorang taat terhadap suatu aturan
benar-benar karena ia merasa aturan itu sesuai dengan nilai-nilai intrinsik yang
dianutnya.

4
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Pelaksanaan penyusunan tata ruang di Kota Ambon belum optimal, disebabkan
sumberdaya manusia birokrat dan konsultan penyusunnya tidak memiliki kualifikasi
dan kompetensi ideal.
2. Partisipasi stakehoulders antara lain Pemerintah dalam pengendalian pemanfaatan
ruang sebatas pada pemberian ijin lokasi dan ijin mendirikan bangunan. Sedangkan
masyarakat belum diikutsertakan dalam keseluruhan proses penataan ruang. Bagi
swasta hanya sebatas kepentingannya yakni dalam memperoleh ijin lokasi dan ijin
mendirikan bangunan.

3.2. Saran
1. Dalam penyusunan Tata Ruang, di samping pembentukan Tim Birokrasi guna
penyiapan data sekunder, maka wajib mendatangkan konsultan yang memiliki
kompetensi di bidang penyusunan tata ruang.
2. Sosialisasi Tata Ruang hendaknya dilakukan sebelum, dan sesudah peraturan daerah
ditetapkan, guna menjaring aspirasi masyarakat, terutama pemangku hak atas tanah
yang terkena pembangunan akibat penataan ruang.
3. Hendaknya masyarakat pemangku hak atas tanah berpartisipasi sejak perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, termasuk pelayanan prima oleh
instansi teknis, serta dihindari biaya tinggi dalam proses perijinan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Tata Ruang, 1997, Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum Neufert, E. (2002).
Data Arsitek Jilid 1 (2nd ed.). Jakarta: Erlangga. Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 (2nd
ed.). Jakarta: Erlangga.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011, Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang Tahun 2011-2031 Saraswati, R.D., Supriyono (2016).
“Pemanfaatan Ruang Publik Pada Bantaran Sungai Banjir Kanal Barat Semarang” (online),
(http://repository.unika.ac.id/) diakses tanggal 10 Desember 2018 Suwantoro, Gamal. (2004).
Dasar-Dasar Pariwisata, Yogyakarta: ANDI Sugiono.(2016).
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : PT.Alfabet 2012, “Mengenall
Konsep Pengembangan Watrerfront”

You might also like