You are on page 1of 14

MODUL4RESIKODANKLAIMKONTRAKKONSTRUKSI

MODUL 4 RESIKO DAN KLAIM KONTRAK KONSTRUKSI

PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan proyek, kesepakatan yang dicapai dinyatakan dan dituangkan dalam
dokumen kontrak. Tetapi selama ini masih sering terjadi perselisihan antara pihak owner dan
pihak kontraktor ataupun juga pihak kontraktor saling menyalahkan pihak konsultan. Untuk
meminimalisir permasalahaan, sangat penting sekali mengetahui resiko-resiko yang bisa terjadi
pada proyek dan apakah resiko-resiko tersebut sudah dicakup dalam pasal kontrak. Risiko
merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap proyek. Risiko dikatakan
penting karena pasti terjadi pada setiap proyek dan kontraktor sebagai pelaku di dunia konstruksi
harus senantiasa mewaspadai efek dari risiko ini dengan menerapkan manajemen risiko yang
baik. Resiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian
tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan.
Modul ini akan membahas mengenai Resiko dan Klaim Kontrak Konstruksi yang terdiri dari:
1.      Resiko yang meliputi Risk and Uncertainty, Risk and Opportunity Manajemen Resiko, Jenis-
Jenis Resiko dan Penyebab Resiko Proyek Konstruksi
2.      Klaim yang meliputi Unsur-unsur Klaim, Kategori Klaim, Jenis-Jenis Klaim, Faktor-faktor
Penyebab Klaim dan Penyelesaian Klaim
Modul Resiko dan Klaim akan dibahas dalam 3x pertemuan dan mahasiswa diharapkan untuk
belajar secara aktif dan mandiri dengan membaca modul sebelum perkuliahan dan
menyelesaikan latihan soal dan tes formatif yang ada setelah perkulihan. Untuk mengetahui
sejauh mana tingkat penguasaan materi tersebut, mahasiswa dapat mengkoreksi jawabannya
dengan jawaban yang ada pada kunci jawaban yang telah tersedia. Melalui modul ini,
mahasiswa diharapkan
dapat mengidentifikasi resiko-resiko dalam penyelenggaraan konstruksi, mengurangi  resiko,
mengalokasikan resiko dan memahami klaim berkaitan dengan kontrak konstruksi.

KEGIATAN BELAJAR 4.1.  RESIKO


Untuk memahami konsep risiko/risk dalam proyek konstruksi perlu dipahami pengertian
mengenai risiko. Berikut ini dijelaskan pengertian mengenai risiko menurut beberapa sumber.
Salim (1993) dalam Djojosoedarso (1999) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas
terjadinya suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana
terdapat kemungkinan keuntungan / kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan atau cedera
fisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu kegiatan
(Cooper dan Chapman, 1993).
Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap
konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari
keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan
dengan konsep peluang, “risiko” adalah peluang atau kans / chance terjadinya kondisi yang tidak
diharapkan dengan semua konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan
keterlambatan atau kegagalan proyek (Gray dan Larson, 2000). Kerzner (2001) menjelaskan
konsep risiko pada proyek sebagai “ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya
suatu sasaran proyek yang telah ditentukan”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi yang
timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan
menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi risiko pada proyek adalah
“suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian
tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak
menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek”.

1.1.1.      Risk danUncertainty
Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan ketidakpastian/ uncertainty, keduanya
memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan,
informasi, atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya (Ritchie dan
Marshall, 1993). Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, karena ketidakpastian
mengakibatkan keragu-raguan dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang
akan terjadi di masa mendatang (Djososoedarso, 1999). Semakin tinggi tingkat
ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya (Ritchie dan Marshall, 1993).
 Kesimpulan : Resiko berarti bahaya atau ancaman yang mungkin dirasakan seseorang
dalam melakukan beberapa pekerjaan, sementara ketidakpastian berarti keragu-raguan
atau ambiguitas tentang hal tertentu. Ketidakpastian berasal dari emosi sementara risiko
bisa realistis.

1.1.2.      Risk dan Opportunity


Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu
keluaran / output dari suatu kegiatan / peristiwa dapat berupa kondisi yang baik atau kondisi
yang buruk. Jika yang terjadi adalah kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan
kesempatan baik (opportunity), namun jika terjadi hal yang buruk maka hal
tersebut merupakan risiko (Kerzner, 2001).
 Kesimpulan : Dalam proyek risk dan opportunity, risiko dan kesempatan memiliki
kaitan yang erat. Risiko adalah segala hal yang memiliki pengaruh terhadap timeline
proyek, performance maupun budget. Sedangkan kesempatan adalah segala hal yang
dapat meningkatkan nilai proyek dan memberikan keuntungan.
Risk, Hazard, Peril, dan Losses
Menurut Umar (2001) konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Hazard                        Peril                            Losses
-       Hazard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya peril (bencana).
 Kesimpulan : Kesimpulan ini berisi informasi mengenai jenis bahaya yang ditemukan,
tingkat risiko yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut, serta rekomendasi pengendalian
risiko yang harus dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya tersebut
-       Peril (bencana) adalah sutu peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan kerugian (losses)
atau bermacam kerugian.
 Kesimpulan : Membahas tentang Orang-orang dapat mengalami kerugian atau kerusakan
karena terjadinya berbagai perils atau bencana. Bencana yang sering terjadi adalah
kecelakaan, kebakaran, kecerobohan dan ketidak-jujuran
-       Losses (kerugian) adalah kondisi negatif yang diderita akibat dari suatu peristiwa yang
tidak diharapkan tetapi ternyata terjadi.

1.1.3.      ManajemenResiko
Sebagaimana dikemukakan Webb (1994) manajemen risiko adalah “suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau
bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin
muncul”. Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang
reaktif. Kerzner (2001) mengemukakan pengertian manajemen risiko sebagai  semua
rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk
perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan
(handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko
sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang
mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan
risiko.
 Kesimpulan : Untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin terjadi akibat risiko
tersebut. Dalam manajemen risiko, risiko diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan
dampaknya pada organisasi dan kemudian diambil tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko tersebut. Hal ini dilakukan melalui perencanaan, identifikasi,
analisa, penanganan, dan pemantauan risiko
1.1.4.      Jenis-Jenis Resiko
Untuk dapat mengidentifikasi risiko-risiko perlu diketahui jenis- jenis risiko dan
pengelompokannya menurut teori-teori. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam bidang usaha
bisnis. Risiko-risiko pada bidang usaha bisnis dapat diterapkan pada kegiatan proyek
konstruksi, karena jasa konstruksi juga merupakan bidang usaha bisnis yang bertujuan
mendapatkan keuntungan.
Soeharto (2001) mengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risiko sebagai berikut
resiko dalam bidang manajemen, resiko dalam bidang teknik dan implementasi dan resiko
dalam kontrak dan hukum.

RisikodalambidangManajemen
Resiko-resiko yang berkaitan dengan bidang manajemen antara lain adalah:
-          Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu
-          Kurang tepatnya pengendalian lingkup pekerjaan, biaya, jadwal, dan mutu
-          Ketepatan penentuan struktur organisasi
-          Ketelitian pemilihan personil
-          Kekaburan kebijakan dan prosedur
-          Koordinasi pelaksanaan

RisikodalambidangTeknisdanImplementasi
Resiko-resiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi adalah:
-          Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering
-          Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga, dan kualitas)
-          Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
-          Tersedianya tenaga ahli dan penyelia
-          Tersedianya tenaga kerja lapangan
-          Variasi dalam produktivitas kerja
-          Kondisi lokasi dan site
-          Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode) dalamproses konstruksi dan
produksi.

RisikodalambidangKontrakdanHukum
Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum antara lain:
-          Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan menimbulkan perbedaan interpretasi
-          Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim
-          Masalah jaminan, guarantee, dan warranty
-          Lisensi dan hak paten
-          Force majeure
4.      Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik
-          Peraturan perpajakan dan pungutan
-          Perizinan
-          Pelestarian lingkungan
-          Situasi pasar (persediaan dan penawaran material dan peralatan)
-          Ketidakstabilan moneter/devaluasi
-          Aliran kas.

1.1.5.      PenyebabResikoProyekKonstruksi
Resiko/Ketidakpastian yang terjadi dalam suatu Proyek Konstruksi disebabkan oleh beberapa hal
berikut ini: (Krishna, 2005)
-       Ketidakjelasan atau kekurangan pada dokumen kontrak.
-       Pengaturan kontrak yang tidak sesuai dengan pekerjaan.
-       Metode tender yang tidak tepat.
-       Pengalihan risiko yang dibebankan sepenuhnya hanya kepada satu pihak yang terlibat dalam
kontrak.
-       Ketidaksesuaian personil dengan jenis proyek.
-       Pengaturan hubungan dan komunikasi antar personil.
-       Pembebanan risiko kepada pihak yang tidak memiliki kemampuan untuk Menanggung risiko.
-       Kebangkrutan dari salah satu pihak yang terlibat dalam kontrak.
-       Koordinasi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak, terutama koordinasi lebih dari dua pihak
yang terlibat.
-       Kesalahan interpretasi dokumen kontrak akibat penulisan yang bermakna vague (tidak jelas)
atau akibat adanya perubahan standar dokumen kontrak.
-       Adanya klausul yang rancu.
-       Pengaturan kontrak lebih menekankan pada metode dibanding hasil akhir.
-       Ketidaklengkapan atau ketidakjelasan gambar atau desain yang menimbulkan pertentangan
antara gambar struktural, arsitektural dan            gambar teknis.
-       Kontrak bertujuan mengatur hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap pihak yang terlibat,
termasuk mengatur alokasi risiko bagi masing-masing pihak yang terikat dalam kontrak.
-       Kontrak merupakan suatu trade off antara harga yang ditawarkan kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan dengan kemampuannya untuk menerima risiko.
-       Alokasi risiko harus mempertimbangkan pihak yang tepat untuk menanggung risiko tertentu.
-       Risiko pada proyek konstruksi harus dibagi secara adil antara klien, tim perancang, kontraktor
utama, kontraktor spesialis, dan supplier melalui hubungan kontraktual.
KEGIATAN BELAJAR 4.2. KLAIM
Menurut kamus besar bahasa Indonesiam, WJS Purwadarminta edisi kedua, hal 506 klaim adalah
tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (untuk memiliki atau mempunyai)
atas sesuatu. Klaim konstruksi adalah  permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau
sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan sub – penyedia jasa atau pemasok bahan
atau antara pihak luar dengan pengguna jasa / penyedia jasa yang bisaanya mengenai permintaan
tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain.
Beberapa sebab utama terjadinya klaim menurut Prof. H. Priyatna Abdurrasyid adalah sebagai
berikut: informasi design yang tidak tepat, informasi design yang tidak sempurna, investigasi
lokasi yang tidak sempurna, reaksi klien yang lambat, komunikasi yang buruk, sasaran waktu
yang tidak realistis, administrasi kontrak yang tidak sempurna, kejadian eksternal yang tidak
terkendali, informasi tender yang tidak lengkap, alokasi risiko yang tidak jelas, Keterlambatan –
ingkar membayar. Kebanyakan klaim yang ditemukan dalam proyek konstruksi datang dari
penyedia jasa terhadap pengguna jasa karena satu dan lain sebab. Perubahan-perubahan tidak
resmi adalah sebagai berikut:
-       Kelambatan atau cacat informasi dari pengguna jasa biasanya dalam bentuk gambar-gambar
atau spesifikasi teknis.
 Kesimpulan : Kelambatan atau cacat informasi dari pengguna jasa yang tidak
mempelajari akan gambar-gambar rencana dan spesifikasi teknis.
-       Kelambatan atau cacat informasi dari bahan-bahan atau peralatan yang diserahkan pengguna
jasa.
 Kesimpulan : Kelambatan atau cacat informasi dari bahan-bahan atau peralatan yang
diserahkan pengguna jasa dapat berupa keterlambatan pengiriman bahan atau peralatan
yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
-       Perubahan-perubahan permintaan, gambar-gambar atau spesifikasi.
 Kesimpulan : Perubahan dan permintaan gambar-gambar atau spesifikasi teknis biasanya
terkait dengan proyek konstruksi atau pembangunan. Perubahan dapat terjadi karena
adanya pekerjaan tambah/kurang yang diperlukan di lapangan1. Sedangkan gambar-
gambar atau spesifikasi teknis adalah dokumen yang menjelaskan secara detail tentang
semua masalah dari peralatan-peralatan dan sambungan-sambungannya
-       Perubahan-perubahan kondisi lapangan atau kondisi lapangan yang tidak diketahui.
 Kesimpulan : Perubahan-perubahan kondisi lapangan atau kondisi lapangan yang tidak
diketahui adalah kondisi yang tidak dapat diprediksi sebelumnya dan muncul selama
pelaksanaan proyek konstruksi. Kondisi ini dapat berupa kondisi tanah yang tidak stabil,
cuaca yang buruk, atau masalah keamanan. Perubahan-perubahan ini dapat
mempengaruhi jadwal dan biaya proyek
-       Pengaruh reaksi dari pekerjaan yang tidak bersamaan.
 Kesimpulan : Pengaruh reaksi dari pekerjaan yang tidak bersamaan dapat merujuk pada
situasi di mana pekerjaan yang dilakukan oleh satu orang atau kelompok orang
mempengaruhi pekerjaan orang lain yang tidak terkait dengan pekerjaan tersebut. Situasi
ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan di tempat kerja.
-       Larangan-larangan metode kerja tertentu termasuk kelambatan atau percepatan pelaksanaan
pekerjaan penyedia jasa.
 Kesimpulan : Ketentuan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
dengan cara yang aman dan efisien. Ketentuan ini juga dapat membantu menghindari
klaim dari kontraktor atau penyedia jasa terkait keterlambatan atau percepatan
pelaksanaan pekerjaan
-       Kontrak yang memiliki arti mendua atau perbedaan penafsiran.

 Kesimpulan : Ketentuan ini diatur dalam Pasal 1349 KUH Perdata. Maksudnya, jika
suatu perjanjian apabila ditafsirkan akan merugikan salah satu pihak, maka penafsiran
harus diarahkan kepada kerugian kreditur dan keuntungan debitur.

Jadi, dari penjelasan di atas, dalam hal terjadi perbedaan penafsiran perjanjian, yang
mengakibatkan salah satu pihak dianggap wanprestasi, maka pihak yang merasa dirugikan dapat
mengajukan gugatan atas dasar wanprestasi ke pengadilan.

4.2.1.   Unsur-unsurKlaim
Klaim-klaim konstruksi yang biasa muncul dan paling sering terjadi adalah klaim mengenai
waktu dan biaya sebagai akibat perubahan pekerjaan. Bila pekerjaan berubah, katakanlah volume
pekerjaan bertambah atau sifat dan jenisnya berubah, tidak terlalu sulit menghitung berapa
tambahan biaya yang diminta penyedia jasa beserta tambahan waktu. Namun terkadang penyedia
jasa, disamping mengajukan klaim yang disebut tadi, juga mengajukan klaim sebagai dampak
terhadap pekerjaan yang tidak berubah. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut: suatu
pekerjaan yang tidak diubah terpaksa ditunda (karena alasan teknis pelaksanaannya dengan
adanya pekerjaan lain yang berubah).
 Kesimpulan : Membahas tentang pengaruh apabila terjadi pekerjaan yag berubah dengan
dilihat dar i sisi volume pekerjaa yang bertambah seghingga dapat berpengaruh terhadap
pekerjaan yang lain tidak diubah terpaksa harus ditunda.

Menurut Robert D Gilbreath, unsur-unsur klaim konstruksi tersebut adalah:


-       Tambahan upah, material, peralatan, pengawasan, administrasi, overhead dan waktu.
-       Pengulangan pekerjaan (bongkar/pasang).
-       Penurunan prestasi kerja.
-       Pengaruh iklim.
-       De-mobilisasi dan Re-mobilisasi. Salah penempatan peralatan.
-       Penumpukan bahan.
-       De-efisiensi jenis pekerjaan.

4.2.2.   Kategori klaim


a. Dari pengguna jasa terhadap penyedia jasa:
-     Pengurangan nilai kontrak.
-     Percepatan waktu penyelesaian pekerjaan
-     Kompensasi atas kelalaian penyedia jasa
b. Dari penyedia jasa terhadap pengguna jasa:
-     Tambahan waktu pelaksanaan pekerjaan
-     Tambahan kompensasi
-     Tambahan konsesi atas pengurangan spesifikasi teknis atau bahan.
c. Dari Sub penyedia jasa atau pemasok bahan terhadap penyedia jasa utama

4.2.3.   Jenis-jenisKlaim
Klaim pada industri kontruksi sangat sensentif dan emotif. Fadzilah (1999) mengemukakan
bahwa klaim bisa dalam bentuk tambahan biaya oleh kontraktor di luar biaya yang telah
ditetapkan dalam kontrak. Klaim ini terdiri dari beberapa jenis yang perlu diketahui agar
memudahkan bagi pihak yang terlibat pada industri kontruksi untuk mengontrol jalannya proyek
dan mengantisipasi penyelesaian klaim. Konflik-konflik (perselisihan) yang disebabkan berbagai
macam hal ini, akan menyebabkan terjadinya sengketa antara pihak pemilik, perencana maupun
kontraktor, jika sengketa yang ada dibiarkan berlarut-larut maka akhirnya akan muncul klaim
konstruksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses konstruksi. Karena terlepas dari besar
kecilnya skala proyek, hampir dapat dipastikan akan selalu terjadi klaim, yang mana hal ini tidak
dapat dihindari (Wahyuni, 1996). Barry et al. (1990) membagi jenis klaim kedalam 4 kategori
utama yaitu ;
(a) klaim atas kerugian karena disebabkan oleh perubahan kontrak yang dilakukan oleh
pemilik
 Kesimpulan : Klaim yang diajukan oleh kontraktor untuk penambahan biaya atau
perpanjangan waktu atas kerugian akibat adanya perubahan kondisi di luar syarat dan
ketentuan umum kontrak.
(b) klaim atas tambahan elemen nilai kontrak.
 Kesimpulan : Klaim yang dibuat oleh kontraktor pelaksana karena adanya penambahan
biaya akibat adanya penambahan elemen nilai kontrak dari nilai kontrak sebelumnya. Hal
ini menyebabkan pembengkakan biaya yang harus diderita kontraktor pelaksana
(c) klaim yang dibuat karena perubahan kerja, dan
 Kesimpulan : Membahas tentang, contohnya Klaim dalam proyek biasanya terjadi ketika ada
perubahan dalam pekerjaan yang dilakukan. Klaim dapat diajukan oleh penyedia jasa ketika
terjadi perubahan tipe balok, perubahan tipe plat, penambahan parapet, penambahan
tangga, penambahan balok, dan pengurangan balok1. Klaim juga dapat diajukan ketika
terjadi perubahan desain yang signifikan dan memerlukan waktu tambahan untuk
melakukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kesalahan atau kelalaian tersebut
pada tahap pelaksanaan proyek
(d) klaim karena Penangguhan proyek.
 Kesimpulan : Klaim penangguhan dalam proyek adalah klaim yang diajukan oleh
kontraktor atau subkontraktor karena adanya penangguhan pekerjaan yang dilakukan oleh
pemilik proyek. Penangguhan pekerjaan dapat terjadi karena berbagai alasan seperti
masalah teknis, masalah keuangan, atau masalah lainnya. Klaim penangguhan ini
bertujuan untuk meminta ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh kontraktor atau
subkontraktor akibat dari penangguhan tersebut.

Perubahan bisa disebabkan oleh penyimpangan pekerjaan dari kontrak semula baik dari aspek
skop pekerjaan maupun perubahan desain. Perubahan ini akan meningkatkan biaya dan masa
penyelesaian proyek.Rubin et al. (1983) dan (Edward (1999) menjelaskan bahwa perubahan bisa
berasal dari pemilik maupun dari yang lain. Diantaranya adalah perubahan kontruksi (Gary
(1995) dan Fisk dan Negelle et al. ,1988), perubahan kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan
kontrak (Stephen ( 1997) dan Brij (1996)) , perubahan disaian (Barry et al., 1990) dan
penghentian pekerjaan proyek Gilbreath et al (1983).
Selain klaim atas penyimpangan dari kontrak, klaim juga bisa dalam bentuk tambahan waktu.
Hal ini bisa disebabkan oleh waktu penyelesaian lebih lama dari jadwal Garry (1995), waktu
penyelesaian lebih cepat dari jadwal (Powell et al., 1999), gangguan dari lingkungan (Brij,
1996), rendahnya kualitas pekerjaan (Gilberth et al. (1992), rendahnya kualitas material yang di
gunakan ( Greeno, 1995) dan (Yates & L ockley, 2002), dan struktur kontruksi (Barry et al.,
(1990) dan Wyatt (1985). Jenis klaim lainnya bisa berupa klaim keuangan.

4.2.4.   Faktor-FaktorPenyebabKlaim
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kontrak konstruksi pada dasarnya mempunyai maksud dan
tujuan yaitu terlaksananya suatu proyek pada harga, kualitas dan waktu yang telah ditetapkan,
tetapi dapat juga timbul perbedaan atau salah interprestasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam
kontrak sehingga menimbulkan perselisihan diantaranya. Perselisihan yang tidak diselesaikan ini
dapat menimbulkan klaim (Fisk, 1997).
Sebagian besar klaim yang terjadi disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian suatu proyek.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari keterlambatan suatu proyek konstruksi dapat disebabkan
kurangnya pengalaman pemberi order pekerjaan (Fisk, 1997). Adanya organisasi kerja yang
efisien juga ikut mempengaruhi kesuksesan suatu manajemen dalam proyek konstruksi. Oleh
sebab itu dalam membentuk suatu organisasi proyek harus diperhatikan bahwa jalur perintah
yang ada sebaiknya bersifat langsung dan pendek dan tiap individu sebaiknya diberi wewenang
sesuai posisinya (Antill, 1970).
Dokumen kontrak yang tidak jelas dapat menyebabkan adanya keterlambatan dimana hal ini
mengakibatkan klaim, misalnya tidak lengkapnya schedulling clause dalam suatu dokumen
kontrak (Fisk, 1997). Pemberi order pekerjaan tidak boleh mencampuri rencana yang telah dibuat
kontraktor pada pekerjaan yang sifatnya sequential misalnya dengan mengadakan perubahan
pada pekerjaan tersebut. Job meeting yang tidak teratur dan tidak dipersiapkan dengan baik
sehingga tujuannya menjadi tidak jelas dapat menyebabkan tidak terkoordinirnya pekerjaan
(Ahuja, 1984). Apabila kontraktor tidak setuju dengan spesifikasi yang ada, menolak untuk
bekerja sama dan tidak mengikutiperaturan yang ada dapat menyebabkan keterlambatan, (Fisk,
1997) kegagalan dari kontraktor untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah tercantum dari kontrak dapat menyebabkan timbulnya klaim, (Antill, 1970). Dalam suatu
proyek, seringkali dijumpai adanya perubahan-perubahan pekerjaan, hal ini terjadi karena
kondisi sebenarnya yang ada dilapangan baru diketahui setelah pekerjaan berlangsung.
Perubahan pekerjaan yang diperintahkan pemberi order pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya
pemberi order pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan dari jadwal kemajuan
pekerjaan yang telah direncanakan (Antill, 1970). Campur tangan pemberi order pekerjaan ini
dapat berupa perintah untuk menggunakan metode yang tidak tercantum dalam kontrak.
Klaim juga dapat timbul karena kontraktor diperintahkan untuk pekerjaan dibawah kondisi
dimana kontraktor merasa kondisi tersebut menghambat pekerjaannya. (Ahuja & Walsh, 1983).
Penundaan pekerjaan yang disebabkan oleh keterlambatan pengiriman material merupakan salah
satu penyebab utama rendahnya produktifitas dan adanya waktu menganggur (Harison,
1981:257, Cristian & Hackey, 1995)
Tidak sempurnanya rencana dan spesifikasi dapat menyebabkan timbulnya klaim dari kontraktor
apabila terjadi perubahan order (Ahuja, 1984). Perintah tidak pemberi order pekerjaan untuk
mengubah metode yang ada atau memerintahkan kontraktor untuk bekerja dengan suatu metode
dimana metode tersebut tidak tercantum dalam kontrak dapat menimbulkan klaim (Ahuja, 1983)
Kondisi fisik di lapangan yang berbeda dari yang tertulis pada dokumen kontrak dapat menjadi
suatu masalah, dimana kontraktor berhak mendapat tambahan biaya untuk suatu pekerjaan.
Adanya data-data kondisi tanah yang berbeda dari rencana juga dapat mengakibatkan tambahan
biaya bahkan menyebabkan keterlambatan di suatu proyek. Perbedaan kondisi lapangan dapat
dibagi menjadi dua tipe yaitu (Fisk, 1997). Hujan lebat atau cuaca yang tidak memungkinkan
dapat menyebabkan penundaan pelaksanaan pekerjaan sehingga terjadi keterlambatan pada
proyek (Fisk, 1997) cuaca buruk meskipun dapat dikontrol oleh manajemennya dapatberakibat
pada hilangnya hari kerja (Ahuja, 1984).
Adanya aselarasi pekerjaan dalam suatu proses konstruksi dapat menyebabkan klaim (ahuja,
1983). Aselarasi pekerjaan dilakukan kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari
waktu normal dengan menambah jam kerja atau tenaga kerjanya. Aselerasi dapat dibagi menjadi
3 tipe yaitu: Diceted acceleration, Constructive acceleration, The Contractor Accelerates
Valuntarily. Pemberi order pekerjaan dapat memerintahkan kontraktor untuk menangguhkan
semua atau sebagian pekerjaan bila dianggap penting.
Ada beberapa alasan untuk menangguhkan pekerjaan diantaranya pemberi order pekerjaan
mempunyai anggaran yang terbatas dan memutuskan untuk menghentikan pekerjaan di area
tertentu. Penangguhan pekerjaan dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu (Fisk, 1997);
(a)  Kategori Pertama; Berhubungan dengan kegagalan kontraktor untuk menyelesaikan perintah
atau ketetapan yang tercantum pada kontrak,
(b) kategori Kedua; Penangguhan pekerjaan dilakukan berhubungan dengan cuaca yang tidak
memungkinkan atau kondisi yang tidak baik misalnya penangguhan pengiriman material akibat
adanya banjir (Ahuja, 1984).
Spesifikasi merupakan bagian dari suatu dokumen kontrak yang menerangkan kualitas yang
diminta dari suatu proyek yang akan dikerjakan. Spesifikasi merupakan suatu pelengkap dari
gambar yang menjelaskan material yang akan dipakai, pekerja-pekerja yang dibutuhkan dan
langkah-langkah yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi (Fisk, 1997).
Adanya pekerjaan yang berbeda dari yang telah disebutkan dari spesifikasi atau adanya
pekerjaan tambahan yang tidak tercantum dalam dokumen kontrak dapat menyebabkan konflik
dalam rencana dan spesifikasi (Ahuja, 1983).
Klaim juga dapat timbul akibat adanya beberapa kontraktor yang bekerja pada suatu proyek yang
sama pada saat yang sama dan salah satu kontraktor merasa pekerjaannya dihalangi oleh
kontraktor lain. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pekerjaan pada kontraktor lain (Ahuja &
Walsh, 1983). Apabila pemberi order pekerjaan tidak memberikan informasi yang jelas kepada
kontraktor misalnya test boring dan penyelidikan tentang kondisi di bawah permukaan tanah dan
hal-hal yang ternyata mempengaruhi pekerjaan kontraktor maka hal ini dapat menimbulkan
klaim (Ahuja & Walsah, 1983).
Penyebab utama perselisihan antara pemilik dan kontraktor adalah keterlambatan (PTU, 1996).
Bila dilihat lagi penyebab keterlambatan ini bermacam-macam. Keterlambatan proyek juga
banyak yang disebabkan factor pengembang/pemilik. Misalnya, karena perencanaan yang tidak
matang, di tengah jalan pengembang/pemilik yang mengerjakan sendiri, mengatur sendiri pula
sub-sub kontraktor. Hal itu sering menyebabkan kesungguhan kontraktor berkurang (PTU,
1996). Keterlambatan terjadi karena berbagai macam hal. Seperti, misalnya perubahan-
perubahan desain, kesalahan manajemen, kekurangan peralatan ataupun tenaga ahli maupun
karena waktu yang disediakan pemilik memang tidak cukup (Unrealistic Schedule).
Setiap kontraktor mengharapkan untuk menangani pekerjaan yang semua kondisinya berada
dalam keadaan yang ideal (driscoll, 1971). Suatu pekerjaan yang dapat diselesaikan tepat waktu
dan hanya melibatkan sedikit perubahan dari pemilik yang menghasilkan perubahan-perubahan
yang dapat dilihat secara nyata serta sebanding dengan banyaknya uang yang dapat dihemat. Bila
dalam suatu proyek pemilik memerintahkan kontraktor untuk melakukan pekerjaan yang tidak
tercantum dalam kontrak, maka pemilik diharapkan untuk dapat segera untuk dapat
mengeluarkan dokumen perubahan pekerjaan (change oeder issue), dimana dokumen yang
berkaitan dengan jumlah perubahan pekerjaan tersebut dimasukkan dalam kontrak dan
kontraktor berhak untuk mendapatkan biaya tambahan untuk perubahan pekerjaan yang
dilakukan. Dalam hal ini kontraktor tentunya tidak berhak untuk mengajukan klaim karena sudah
ada kompensasi dari pemilik. Kontraktor baru dapat mengajukan klaim bila pemilik menunda
untuk mengeluarkan dokumen tersebut sehingga menyebabkan kontraktor memperbaiki jadwal
kerjanya serta mengeluarkan biaya tambahan.
Manajemen merupakan faktor penting dalam organisasi pemilik ataupun kontrator. Adanya
kesalahan manajemen oleh pemilik dapat menyebabkan kontraktor mengajukan klaim kepada
pemilik. Demikian pula sebaliknya, adanya kesalahan manajemen pada kontraktor dapat
merugikan pemilik dan mengakibatkan timbulnya klaim kepada kontraktor. Bila digunakan
sistem kerja ‘fast-track construktion’, dimana sistem ini memungkinkan adanya pekerjaan
konstruksi yang dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan desain, biasanya diperlukan banyak
perubahan-perubahan desain. Perubahan-perubahan desain tersebut dapat menyebabkan
peselisihan antara pemilik dan kontraktor dan pada akhirnya menyebabkan kontraktor
mengajukan klaim.
‘Itikad buruk’ adalah sebab klaim yang berkaitan dengan berbagai tindakan penipuan. Dalam
tahun-tahun terakhir ini, klaim ‘itikad buruk’ telah menjadi biasa (Bramble, et al., 1990). Yang
termasuk kedalam klaim itikad buruk ini adalah penggelapan, salah pengertian, usaha-usaha
yang ditujukan untuk menyusahkan orang lain atau usaha-usaha yang tidak memperhitungkan
efek yang timbul terhadap yang lain. Klaim itikad buruk ini dapat berasal dari kontraktor
maupun dari pemilik. Ada kontraktor yang merasa dirugikan oleh tindakan pemilik yang dengan
sengaja menunda-nunda pembayaran atau bahkan tidak membayar sama sekali pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Dilain pihak, ada pula pemilik yang merasa dirugikan oleh tindakan
kontraktor yang tidak bertanggung jawab.
4.2.5.   PenyelesaianKlaim
Perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dalam suatu proyek bila
tidak diselesaikan akan menimbulkan klaim dimana hal ini membutuhkan tambahan biaya dan
waktu bahkan dapat mempengaruhi kredibilitas pihak-pihak tersebut. Oleh karena itu klaim
sebisa mungkin dihindari dengan meminimumkan kemungkinan yang terjadi, karena klaim
bukanlah hal yang menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak (ahuja &
Walsh, 1983). Ada beberapa cara yang dilakukan pihak yang terlibat dalam kontrak untuk
mengantisipasi terjadinya klaim.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dokumentasi, pengetahuan tentang kontrak,
gambaran yang jelas tentang perubahan order, rencana dan penjadwalan, tindakan Proaktif
dan presenvation of rights. Untuk menghindari terjadinya klaim diperlukan pengetahuan dan
pengalaman dalam mempersiapkan suatu dokumentasi. Adanya dokumentasi yang baik, lengkap
dan benar dapat dipakai sebagai alat atau dasar untuk mengetahui adanya kejadian atau
perubahan baik yang berupa kemajuan maupun keterlambatan dari proyek tersebut. Dokumentasi
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membenarkan atau menolak tindakan dari salah satu
pihak untuk meminta tambahan waktu dan uang.
Dokumen tentang kontrak harus dibaca secara keseluruhan dan dimengerti sebelum melakukan
penawaran untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu
(Jergeas, 1994).
Perubahan order dapat mengakibatkan perubahan pada dokumen kontrak karena perubahan order
dapat menyebabkan perubahan pada harga yang telah disepakati, perubahan jadwal pembayaran
perubahan pada jadwal penyelesaian pekerjaan dan perubahan pada rencana dan spesifikasi yang
telah ditetapkan dalam kontrak (Fisk, 1997). Perubahan order ini tidak hanya mengakibatkan
adanya tambahan biaya saja tetapi juga akan mengakibatkan tambahan beban pekerjaan,
tambahan biaya administrasi, biaya dari adanya tambahan waktu dan biaya-biaya (Jergear &
Hartman, 1994).
Suatu rencana dimaksudkan untuk mendapatkan suatu metode pelaksanaan proyek yang sifatnya
ekonomis dan hanya membutuhkan sedikit waktu (Deatherage, 1965). Dengan rencana yang
baik, maka sumber daya yang cukup dapat disediakan pada saat yang tepat, tersedia cukup waktu
untuk setiap aktivitas dan setiap aktivitas dapat dimulai pada saat yang tepat. Rencana juga dapat
membantuk untuk memilih metode konstruksi yang ekonomis, memilih peralatan, pengiriman
material (Antill & Woodhead, 1970). Semua pihak yang terlibat dalam suatu kontrak pada
dasarnya ingin mendapatkan keuntungan dan sedapat mungkin mengurangi tanggung jawab
terhadap kemungkinan terjadinya klaim. Manajer proyek harus mempertimbangkan hal-hal di
bawah ini untuk melindungi keuntungan kontraktor dan mengurangi tanggung jawab.
Semua tindakan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak dan dapat menyebabkan terjadinya
klaim harus dicatat dan dilengkapi dengan waktu kejadiannya, hal-hal seperti melakukan
pekerjaan yang berbeda dari gambar dan spesifikasi, menggunakan cara atau metode yang
berbeda atau lebih mahal, bekerja diluar rencana yang ditetapkan, permintaan untuk berhenti
bekerja merupakan tindakan-tindakan yang harus dihindarkan untuk menghindari terjadinya
klaim (Jergeas, 1994). Dalam menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa
penyelesaian dengan musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim. Banyak cara untuk
menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open minded) dan
keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa
dalam menyelesaikan proyek tepat waktu, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan
perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya (Wahyuni, 1996). Bila salah satu pihak tidak
memenuhi syarat yang sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan selesai.
Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak-pihak yang terlibat harus
dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini adalah :
Negosiasi, Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi.

 Kesimpulan dari Materi Resiko dan Klaim Kontrak Konstruksi adalah Dalam
penyelenggaraan proyek konstruksi, kesepakatan yang dicapai dinyatakan dan dituangkan
dalam dokumen kontrak. Namun, selama ini masih sering terjadi perselisihan antara
pihak owner dan pihak kontraktor ataupun juga pihak kontraktor saling menyalahkan
pihak konsultan. Oleh karena itu, penting bagi para pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi untuk memahami resiko dan klaim kontrak konstruksi

You might also like