You are on page 1of 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS

PEMBAJAKAN PERANGKAT LUNAK DAN MODEL


PENCEGAHANNYA

Isworo Nugroho

sulit, mengingat peng-copy-an program yang merupakan


Abstrak - Salah satu faktor yang mempengaruhi manusia bentuk pembajakan komputer dapat dilakukan dengan
dalam menggunakan perangkat lunak bajakan adalah cepat dan tanpa meninggalkan bekas karena didukung
psikologis. Faktor psikologis sangat berpengaruh terhadap oleh kemajuan teknologi komputer yang semakin lama
sikap dan perilaku manusia, termasuk dalam menentukan
semakin canggih dewasa ini.
tindakan serta mengambil keputusan dari permasalahan yang
dihadapinya. Membajak perangkat lunak merupakah hal yang Maraknya penggunaan perangkat lunak bajakan
lumrah sehingga budaya ini mendorong adanya penggunaan tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu
perangkat lunak bajakan yang semakin marak. Perangkat faktor yang mempengaruhi manusia dalam
lunak yang mudah diperoleh di banyak tempat dengan harga menggunakan perangkat lunak bajakan adalah
yang sangat murah dibanding dengan yang berlisensi, kondisi psikologis. Faktor psikologis sangat berpengaruh
ini didukung oleh lemahnya penegak hukum dan faktor harga terhadap sikap dan perilaku manusia, termasuk dalam
dan kemampuan membeli pada mahasiswa ikut mendorong menentukan tindakan serta mengambil keputusan dari
mahasiswa menggunakan perangkat lunak bajakan. permasalahan yang dihadapinya.
Kata Kunci : Open source, perangkat lunak, licensi.
Landasan Teori.
1. Teori Kepribadian.
Latar Belakang.
Teknologi Informasi memang sudah lama menjadi Landasan teori pada penelitian ini ada dua, yaitu
suatu kebutuhan dan menduduki posisi yang sangat teori mengenai Kepribadian dan teori Modelling [1].
penting. Suatu fenomena menyatakan bahwa yang Menurut teori klasik Freud, kepribadian manusia
mampu “menguasai” informasi dalam arti dapat tersusun dari tiga sistem pokok, yaitu id, ego dan
mengelola dan memanfaatkan semaksimal mungkin superego. Id adalah keinginan manusia terhadap
akan dapat memenangkan persaingan. Di Indonesia sesuatu [1]. Superego adalah lingkungan yang
penggunaan Teknologi Informasi sudah diterapkan di mendukung tercapainya keinginan manusia atau
sektor pemerintahan, swasta, sekolahan sampai keinginan yang dimilikinya. Sedangkan ego adalah
perguruan tinggi, baik sebagai perangkat administratif hal yang mengendalikan keduanya, id dan superego.
ataupun sebagai kurikulum pendidikan. Ironisnya Dalam hal ini ego sangat menentukan manusia
terdapat suatu fakta bahwa di Indonesia terdapat suatu dalam mengambil keputusan apakah ia akan
perbuatan ilegal atas teknologi informasi ini, yaitu melaksanakan dan memenuhi keinginannya atau
pembajakan perangkat lunak. Bagaimanapun juga membatalkannya id dan superego. Tiga unsur id,
pembajakan perangkat lunak adalah suatu perbuatan ego dan superego inilah pembentuk kepribadian total
illegal karena telah melanggar UU HAKI. manusia. Di mana ketiganya tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Namun, masing-masing bagian dari
Pemerintah memberlakuan UU HAKI dengan
kepribadian total ini mempunyai fungsi, sifat,
tujuan memberantas atau mengurangi tingkat pelanggar
komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanisme
an hak cipta termasuk penggunaan perangkat lunak
tersendiri.
bajakan. Sejak penerapan UU HAKI, menurut laporan
Pada studi kasus mengenai kecenderungan
tahunan BSA/IDC Global Software Study yang dirilis
perilaku manusia Indonesia yang cenderung
bulan Mei 2005, Indonesia merupakan negara dengan
mengkonsumsi perangkat lunak bajakan, dapat
tingkat pembajakan ke-5 tertinggi di dunia setelah
ditinjau bahwa keinginan (id) disini adalah
Vietnam, China, Ukraina dan Zimbabwe. Tingkat
keinginan untuk memiliki perangkat lunak tertentu.
pembajakan rata-rata di negara Asia Pacific berkisar
Faktor ego adalah rendahnya kualitas mental bangsa
53%. [4]
Indonesia. Sedangkan lingkungan (superego) dalam
Memang diakui untuk melindungi program
hal ini adalah maraknya tempat-tempat yang
komputer dari kasus pembajakan merupakan hal yang
menawarkan perangkat lunak bajakan dengan harga
yang lumayan sangat murah dibandingkan dengan
jika ia harus membeli perangkat lunak yang 4. Bentuk Pembajakan Perangkat Lunak.
memiliki lincense. Selain itu penegakan hukum yang a. Pemuatan had disk (hard disk loading)
sangat buruk, serta kondisi perekonomian bangsa Memuat salinan program perangkat lunak yang
Indonesia yang rata-rata masih hidup di bawah garis tidak sah ke hard disk komputer yang akan
kemiskinan merupakan lingkungan yang cukup dibeli oleh konsumen
mendukung terciptanya kebiasaan untuk b. Under Licensing
mengkonsumsi perangkat lunak bajakan tersebut. Perusahaan yang mendaftarkan lisensi untuk
sejumlah tertentu, tetapi pada kenyataanya
2. Teori Modelling software tersebut dipasang (install) untuk jumlah
Modeling terdapat imitation modeling yaitu yang lebih banyak.
belajar yang ditekankan pada peniruan aspek tingkah c. Pemalsuan Perangkat Lunak.
laku dimana respon dapat ditiru tanpa pemahaman. Merubah kemasan produk (packaging) yang
Selain itu terdapat observational learning yaitu sedemikian rupa sehingga tampak seperti asli.
belajar dengan cara mencontoh, dengan ditekankan d. Mischanneling
pada perhatian terhadap stimulus lingkungan. Suatu institusi yang menjual software berlisensi
Diantara kedua label tersebut maka sikap yang ke institusi lain dengan harga yang relatif murah.
dimiliki oleh pengguna perangkat lunak bajakan e. End User Copying.
dapat mewakili contoh baik dari label imitation Seseorang atau institusi yng memiliki 1 buah
modeling dan observational learning. lisensi suatu produk software, tapi software
tersebut dipasang pada sejumlah komputer.
Seorang pengguna perangkat lunak dapat
f. Downloading illegal melalui internet
memiliki label imitation modeling ketika ia mencoba
Pembajakan software dengan menggunakan
untuk meniru tingkah laku dari orang-orang di
media internet untuk menjual atau
sekelilingnya yang juga mengkonsumsi perangkat
menyebarluaskan produk yang tidak resmi
lunak bajakan tanpa berpikir panjang mengenai
(bajakan).
dampak-dampak perilaku tersebut.
5. Jenis Lisensi Terhadap Perangkat Lunak.
Sedangkan penggunaan label observational a. Lisensi komersial
learning terjadi ketika pengguna perangkat lunak Lisensi yang diberikan software-software yang
bajakan merasa lingkungan sangat mendukungnya bersifat komersial dan digunakan untuk
untuk melakukan tindakan tersebut. Seperti kepentingan komesial (bisnis).
maraknya tempat-tempat yang menjual perangkat b. Lisensi software percobaan (shareware)
lunak bajakan dan lemahnya penegakan hukum yang Lisensi yang diberikan kepada software-
berkaitan dengan pelarangan penggunaan perangkat software yang bersifat percobaan (trial atau
lunak bajakan. demo version) terhadap software komersial.
3. Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). c. Lisensi untuk penggunaan non komersial
Secara substantif pengertian HaKI dapat Jenis lisensi yang diberikan kepada software-
dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang software yang bersifat non-komersial dan
timbul atau lahir karena kemampuan intelektual digunakan untuk kepentingan-kepentingan non
manusia. komersial.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) d. Lisensi lain (open source)
sangat penting karena memberikan hak kepada Jenis lisensi yang diberikan kepada software-
perusahaan software tertentu untuk melindungi hasil software yang bersifat open source atau
karyanya dari pembajakan oleh perusahaan software menggunakan hak cipta publik yang dikenal
lain sekaligus memberikan peluang bagi mereka sebagai GNU Public Licensi (GPL).
untuk menjadikan software buatannya sebagai
komoditas finansial yang dapat mendorong Tujuan Penelitian.
pertumbuhan industri. Penelitian ini bertujuan untuk :
Pemerintah mengeluarkan aturan hukum 1. Mempelajari dan memahami bahwa salah satu faktor
berkaitan dengan UU HAKI no. 19 tahun 2002 penyebab terjadinya penggunaan perangkat lunak
tentang hak cipta kekayaan intelektual (HAKI) yang bajakan dikarenakan faktor psikologis manusia.
berisi tentang tata cara perlindungan software, 2. Mengetahui faktor-faktor psikologis apa saja yang
berbagai bentuk pembajakan serta sanksi bagi pelaku mendorong manusia untuk menggunakan perangkat
pembajakan sofware. lunak bajakan.
Manfaat Penelitian. 4). universitasnya berlokasi di Semarang dan
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat : mahasiswa yang sedang berada pada jenjang
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam upaya pendidikan S1.
pengimplementasikan UU no 19 tahun 2002 pada
masyarakat. e. Teknik Sampling
2. Sebagai bahan pembuat kebijakan bagi pemerintah Teknik penentuan sampel dengan menggunakan
dan lembaga yang peduli terhadap HAKI bagi metode nonprobability sampling dengan tipe
tegaknya hukum dan keadilan di Indonesia. convenience sampling.

Metode Penelitian. f. Variabel


1. Jenis Dan Sumber Data. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian
Penelitian ini bersifat sensus dengan ini adalah faktor psikologis manusia sebagai
pendekatan survey. Data yang digunakan dalam variabel independen dan penggunaan perangkat
penelitian ini adalah data primer yang diperoleh lunak bajakan sebagai variabel dependen.
dengan metode penyebaran / kuesioner yang
3. Rancangan Penelitian.
diperoleh dari mahasiswa di berbagai perguruan
a. Pendekatan Penelitian
tinggi yang berada di Kodia Semarang Jawa Tengah.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
2. Subyek Penelitian.
melakukan penelitian ini adalah penelitian
a. Unit Analisis
dengan survei. Dengan menggunakan pendekatan
Pada penelitian ini ingin diketahui adanya
penelitian survei ini hasil yang diharapkan adalah
pengaruh faktor psikologis terhadap diri
akan didapatkannya informasi yang detil
seseorang dalam hal intensitas penggunaan
mengenai faktor-faktor psikologis apa saja yang
perangkat lunak bajakan. Sehingga yang
mempengaruhi seseorang sehingga mereka
menjadi unit analisis dari penelitian ini adalah
cenderung menggunakan perangkat lunak
individual.
bajakan.
b. Penentuan Populasi
b. Tahapan dan Prosedur Penelitian
Populasi yang digunakan adalah mahasiswa
sebagai salah satu pengguna perangkat lunak 1). Tahap perencanaan / persiapan
bajakan. Mahasiswa yang berasal dari Perguruan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
Tinggi di Semarang dan berada pada jenjang berupa merumuskan masalah penelitian,
pendidikan S1. studi literatur, mengidentifikasi dan menamai
c. Penentuan Sampel variabel, dan menentukan rancangan
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang penelitian.
diambil tidak ditentukan secara kuantitatif 2). Tahap pengambilan data (field
sebelum terjun ke lapangan. Pengambilan administration)
sampel tersebut disesuaikan menurut kebutuhan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
yang diperlukan di lapangan. Penentuan sampel pengambilan data adalah Menentukan
ini dirasa juga sudah bisa mewakili populasi metode pengumpulan data, Membuat alat
dimana mahasiswa yang menjadi responden penelitian, dan melakukan pengumpulan
berasal dari berbagai fakultas. data.
3). Pengolahan Dan Analisis Data
d. Penentuan Sampling Frame Untuk menganalisa data-data ini secara
Langkah-langkah yang dilakukan untuk sistematis, ada 4 tahapan yaitu:
menentukan sampling frame pada penelitian ini mengorganisir data, Mengubah data menjadi
adalah sebagai berikut : informasi, menginterpretasikan data dan
1). Daftar semua kasus yang terdapat pada membuat rangkuman dari keseluruhan data,
populasi: menarik kesimpulan dari informasi.
2). Menentukan aturan dari kasus-kasus
tersebut: Hasil Dan Pembahasan.
3). Memilih sampel yang telah memenuhi 1. Gambaran Umum Reponden.
aturan: Mahasiswa yang menggunakan Sebagai responden adalah mahasiswa sebagai
perangkat lunak berlisensi dan bajakan, salah satu pengguna perangkat lunak bajakan
maupun pengguna perangkat lunak berlisensi.
Mahasiswa yang berasal dari Perguruan Tinggi di Sedangkan responden yang meminjam /
Semarang dan berada pada jenjang pendidikan S1. mencopy perangkat lunak bajakan sebanyak 5 – 20
Sesuai dengan teknik pengambilan sampel kali sebulan dikarenakan pada semester itu mereka
yang menggunakan metode nonprobability sampling sedang menyelesaikan skripsi yang membutuhkan
dengan tipe convenience sampling, maka dalam berbagai perangkat lunak khususnya skripsi yang
penelitian ini jumlah sampel yang diambil tidak bertopik rancang bangun perangkat lunak berbasis
ditentukan secara kuantitatif. multimedia ataupun berbasis web, beberapa
Dari proses pengumpulan data maka telah responden yang pekerjaannya mengupgrade
dilakukan menggalangan data melalui angket dari 97 komputer sehingga sering menerima order untuk
orang yang tersebar pada berbagai perguruan tinggi menginstallkan peringkat lunak baru atau
di Semarang. Dari kuesioner yang telah disebarkan menginstal ulang perangkat lunak karena terinfeksi
sebanyak 68 responden kesemuanya dianggap layak. virus, dan ada dari responden punya hobi main
Berdasarkan perguruan tinggi dalam bentuk games sehingga mereka selalu mencari game baru
universitas dimana responden kuliah, terdapat 2 jenis atau yang mengkoleksi lagu-lagu dengan format
yaitu perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi MP3.
swasta. Sedangkan responden dalam menggunakan
Sedangkan di fakultas mana responden kuliah, perangkat lunak ada yang lebih dari 20 kali dalam
para responden yang terdata kebanyakan berasal dari sebulan. Penggunaan perangkat lunak bajakan ini
fakultas yang paling sering menggunakan berbagai bisa dilakukan dengan komputernya sendiri,
jenis perangkat lunak yaitu yang pertama Fakultas meminjam komputer kepunyaan teman atau
Teknologi Informasi, selanjutnya Fakultas Teknik, penggunaanya di rental komputer. Penggunaannya
Fakultas Ekonomi, Fakultas Bahasa, dan Fakultas untuk menyelesaikan pekerjaan kuliah, misalnya
Hukum. meringkas handout kuliah, mengerjakan tugas-tugas
Berdasarkan tingkat semester saat responden kuliah atau mengerjakan tugas-tugas di kantor.
kuliah, dimulai dari semester 5 sampai semester 9. 3. Tempat membeli perangkat lunak bajakan.
Sedangkan tingkat semester yang dipilih adalah Kebanyakan responden membeli perangkat
tingkat semester atas karena pada tingkat semester lunak bajakan lewat teman kemudian pusat / tempat
atas pada umumnya banyak mahasiswa sudah perbelajaan. Sedangkan tempat lainnya misalnya
menggunakan komputer dan mempelajari berbagai rental komputer dan laboratorium komputer di
perangkat lunak. kampus masing-masing.
Dilihat dari aspek yang punya pekerjaan, yang 4. Tempat meminjam / mengcopy perangkat lunak
paling banyak belum bekerja atau belum memiliki bajakan.
pekerjaan tetap. Kebanyakan responden meminjam atau
Sesuai data pada tingkat penghasilan / uang mengcopy perangkat lunak bajakan lewat teman,
saku, maka proporsi yang terbanyak adalah kemudian laboratorium komputer di kampus
berpenghasilan atau uang sakunya rendah ( dibawah masing-masing atau rental komputer selanjutnya di
Rp. 500.000,- ). Proporsinya ini merupakan pusat / tempat perbelajaan. Meminjam / mencopy
kewajaran mengingat kebanyakan responden belum perangkat lunak bajakan dilakukan melalui teman
memiliki pekerjaan tetap dan masih lebih dahulu kemudian di laboratorium komputer di
menggantungkan pemberian uang dari orang tuanya. kampus masing-masing karena biasanya tidak
Sedangkan alokasi dana untuk membeli atau membayar dan cukup membawa CD sendiri jadi
mengcopy software bajakan disesuaikan dengan bisa menghemat biaya.
penghasilan atau uang sakunya. Dengan rendahnya Berdasarkan tempat responden membeli,
uang saku dan pengalokasian dana untuk pembelian meminjam atau mencopy perangkat lunak bajakan
perangkat lunak, maka jelas bahwa mereka tidak ada dibanyak tempat dan kemudahan untuk
mungkin untuk membeli software berlisensi. memperolehnya baik itu di tempat perbelanjaan,
2. Frekuensi membeli, mencopy & menggunakan rental komputer ataupun lewat teman. Begitu juga
software bajakan. haga yang murah dengan harga yang sangat
Bagi responden dalam meminjam / mencopy terjangkau. Hal ini mendorong para mahasiswa
perangkat lunak kurang dari 5 kali sebulan. merasa senang dan bangga bisa menggunakan
Kebutuhan mereka terhadap penggunaan berbagai berbagai perangkat lunak dan bisa mengikuti
jenis perangkat lunak belum banyak dan hanya perkembangan perangkat lunak dengan versi terbaru
perangkat lunak tertentu saja. walaupun jenisnya perangkat lunak bajakan.
5. Perasaan saat membeli, mengcopy dan sampai kuliah mereka sudah belajar Windows.
menggunakan perangkat lunak bajakan. Di sisi lain pihak kampus enggan bermigrasi
Berdasarkan perasaan yang dikemukakan karena akan menambah beban dengan meng-
responden menunjukkan bahwa pembajakan upgrade-kan lagi semua perangkat lunak di
merupakan suatu permasalahan di Indonesia. laboratorium komputer. Intinya dengan software
Sampai kapanpun pembajakan perangkat lunak bajakan (selama tidak terjaring razia
seperti itu pasti tidak akan dapat dihilangkan. Hal pelanggaran UU-HAKI) mereka tetap enjoy dan
ini hanya mungkin dapat dicegah ataupun dikurangi. aman-aman saja.
Indonesia berupaya untuk melindungi hak kekayaan Sebenarnya, tidak ada yang salah bila pihak
intelektual dengan menegakkan hukum di bidang kampus menggunakan Microsoft Windows,
tersebut, yang di dalamnya termasuk anti- Microsoft Office ataupun software-software
pembajakan dengan melalui UU HAKI. lainnya, dengan syarat, software-software
Masalah utama dalam pembajakan adalah tersebut diperoleh secara legal, bukan melalui
masalah sikap mental (attitude) masing-masing pembajakan seperti yang kebanyakan terjadi di
individu. Ini menunjukan bahwa ”attitude” yang Indonesia.
kurang sehat akan mendorong melakukan Alasan mereka karena khawatir kalau nantinya
pembajakan perangkat lunak, dan sebaliknya output yang dihasilkan tidak laku di dunia
semakin meningkatnya “attitude” yang sehat dari lapangan kerja, sebab sekarang masih banyak
setiap individu, akan sangat mendukung terciptanya perusahaan atau instansi kerja yang
penegakan hukum di berbagai bidang termasuk hak menggunakan OS windows dan aplikasi lain
kekayaan intelektual. yang tidak open source.
Dengan demikian, untuk mengatasi masalah 2). Mereka para pendidik dan instansi pendidikan
pembajakan diperlukan pendidikan dan pelatihan belum tentu tahu apa itu Linux yang tahu hanya
yang dimulai dari tahap yang lebih dini misalnya Windows, karena sejak pertama beli komputer
dari mulai sekolah dasar. Salah satu materi dalam sudah terinstal Windows bajakan di dalamnya.
pendidikan tersebut adalah bagaimana membedakan 7. Keperluan / kepentingan menggunakan perangkat
barang yang orisinil dan barang bajakan, sikap atau lunak bajakan.
mental yang tidak terhormat apabila menggunakan Untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah,
atau membeli barang/produk hasil pembajakan mempelajari software baru yang tidak diajarkan di
tersebut. kuliah, Memperdalam materi perangkat lunak yang
6. Alasan membeli, mengcopy dan menggunakan diajarkan di kuliah, untuk keperluan pekerjaan di
perangkat lunak bajakan. kantor dan kuliah, Keperluan pribadi , Untuk
Alasan yang dikemukakan para responden hiburan, Untuk keperluan bisnis : menerima
membeli, meminjam, mengcopy dan menggunakan pengetikan skripsi (tugas akhir) dan install software,
perangkat lunak bajakan di atas menggambarkan membuatkan aplikasi dan rental komputer.
fenomena yang terjadi saat ini khususnya di 8. Dari mana mengetahui tentang perangkat lunak
lingkungan pendidikan masih enggan untuk bajakan.
menggunakan perangkat lunak berlisensi. Untuk Para responden yang sudah mengetahui tentang
membeli software-software berlisensi dirasakan perangkat lunak bajakan, mereka peroleh
sangat mahal harganya. Kendati masyarakat informasinya dari berbagai sumber. Sumber
(mahasiswa) setuju dengan tindakan pemerintah informasinya bisa dari teman, pusat / tempat
memerangi pembajakan, masyarakat (mahasiswa) perbelanjaan, materi kuliah, media cetak dan
juga banyak diuntungkan oleh keberadaan barang elektronik, keluarga dan lain-lain sumber (misalnya :
bajakan tersebut. Harga yang murah, kemampuan seminar, buku, lokakarya, penyuluhan).
daya beli masyarakat masih rendah serta mudahnya 9. Faktor-faktor dari dalam maupun dari luar yang
barang didapatkan membuat minat masyarakat mempengaruhi membeli, mencopy dan
terhadap produk-produk asli tapi palsu tersebut menggunakan perangkat lunak bajakan.
semakin tinggi. Dari data yang muncul diatas, tampaknya
Ada dua alasan disini mengapa mahasiswa pembajakan menjadi fenomena yang diakibatkan oleh
tidak ada keinginan menggunakan perangkat lunak faktor kepentingan prakmatis dan ekonomis bukan
alternatif (Open source) yang dapat digunakan karena faktor tidak adanya pengetahuan terhadap
secara legal tanpa perlu membajak : Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang HAKI.
1). Dengan menggunakan Windows mereka tidak Kepentingan prakmatis tersebut tampak dari
perlu belajar lagi, karena sejak sekolah dulu alasan yang disampaikan responden yang menyatakan
bahwa mereka tidak perlu repot atau susah untuk bisa bagaimana implementasi UU tersebut dalam
mendapatkan barang yang dibutuhkan. Dengan cara masyarakat bahkan mereka tidak tahu bagaimana
yang mudah barang yang dibutuhkan bisa ditemukan prosedur yang harus dilakukannya.
di banyak tempat. Ada beberapa yang menyebabkan para
Sedangkan secara ekonomis, kalau dengan harga responden lemah dalam pengatahuan HaKI : Pertama,
yang murah bisa didapatkan barang yang diperlukan karena di Indonesia budaya bajak membajak sudah
mengapa harus beli dengan harga yang mahal, menjadi hal lumrah, Kedua, penegakan hukum HaKI
meskipun secara kualitas mungkin sedikit berbeda. yang lemah juga akhirnya membuat apatis para
Meskipun mereka mengetahui jika yang ia lakukan intelektual atau peneliti pada HaKI itu sendiri. Para
termasuk pelanggaran hukum, tetapi karena selama ini peneliti atau mahasiswa sendiri akhirnya malas
diakui belum atau tidak ada kasus pelanggaran yang berurusan dengan HaKI, dan Ketiga, sosialisasi
diproses ke pengadilan. tentang HaKI belum pernah dilakukan secara gencar.
Selain itu, secara psikologis munculnya
dorongan untuk dapat memilki, mempelajari dan Penutup
menggunakan perangkat lunak terbaru sehingga tidak 1. Kesimpulan
akan merasa ketinggal teknologi informasi. a. Mahasiswa ada keinginan untuk memiliki
10. Pengertian perangkat lunak bajakan. perangkat lunak tersebut baik untuk membantu
Para responden yang mengartikan perangkat mengerjakan tugas, mempelajari materi kuliah
lunak bajakan dapat disimpulkan bahwa mereka pada perangkat lunak, dan pengembangan diri.
intinya mengerti perangkat luak bajakan merupakan b. Mahasiswa secara attitude masih rendah dan
produk yang illegal, produk yang tidak berijin, produk budaya membajak perangkat lunak merupakah
yang tanpa pajak dan produk yang tidak asli. Jadi hal yang lumrah sehingga budaya ini mendorong
secara essensi mereka mengetahui perangkat lunak mahasiswa selalu menggunakan perangkat lunak
bajakan sebagai produk yang melanggar UU HAKI. bajakan dengan perasaan biasa-biasa saja.
11. Pengetahuan tentang UU no 19 tahun 2002 ( UU c. Perangkat lunak yang mudah diperoleh di
HAKI ). banyak tempat dengan harga yang sangat murah
Secara umum mereka hanya sebatas mengetahui dibanding dengan yang berlisensi
adanya UU No 19 tahun 2002 namun mereka belum d. Lingkungan mendukung melakukan pembajakan
memahami bagaimana isi dari UU tersebut. Pada perangkat lunak, yaitu lemahnya penegak
umumnya mereka mengaku tidak mempuyai hukum dan faktor harga dan kemampuan
pengalaman kena sanksi akibat melakukan membeli pada mahasiswa ikut mendorong
pelanggaran hak cipta sehingga berdampak akan mahasiswa menggunakan perangkat lunak
ketidak pemahaman tentang pelanggaran hak cipta bajakan.
apalagi dikaitkan dengan UU No. 19 tahun 2002. 2. Saran.
12. Pemahaman UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak a. Pemeintah menjalin kerjasama dengan produsen
Cipta. software agar memberikan harga yang sesuai
Responden yang mengetahui adanya UU Hak dengan income perkapita Indonesia khususnya
Cipa dengan tingkat pemahaman yang sangat instutisi pendidikan.
bervariasi. Dalam tingkat pemahaman dikategorikan 2 b. Membangun sumber daya penegak aturan.
jenis yaitu : tidak paham dan cukup paham. Diharapkan pemerintah membangun unit-unit
Mereka yang termasuk dalam kategori tidak penegak aturan anti pembajakan yang dibekali
faham adalah mereka yang sama sekali belum pernah dengan pengetahuan dan peralatan yang
mendengar, membaca atau mengetahui keberadaan memadai.
UU No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Meskipun c. Pemerintah menurunkan pajak terhadap software
secara prinsip mereka tidak setuju dengan tindakan import, dengan ini diharapkan harga software
pembajakan perangkat lunak yang marak dalam tersebut bisa terjangkau bagi masyarakat.
masyarakat. d. Pemerintah beserta badan terkait dengan IT
Adapun mereka yang termasuk kategori cukup melakukan promosi kepada masyarakat untuk
faham adalah mereka yang mengetahui adanya UU menggunakan produk open source dan melakukan
No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta namun mereka pelatihan-pelatihan penggunaan system open
belum mengetahui UU tersebut secara utuh, termasuk source.
mereka yang pernah mendengar tetapi belum pernah e. Pemerintah melakukan sosialisasi terhadap
membaca, membaca tetapi belum faham apa maksud masyarakat dengan lebih mensosialisasikan
isi UU tersebut, atau tahu isinya tetapi belum mengerti kesadaran UU HAKI.
f. Perlunya kebijakan pemerintah untuk dapat
menaikan income perkapita penduduknya, sehingga
mereka mampu membeli software-software yang
dibuat oleh perusahaan pembuat software, dengan
harga yang mereka tentukan.

DAFTAR PUSTAKA.
[1] Alwisol, (2004), ‘Psikologi Kepribadian”, UMM
Press, Malang .
[2] Cresswell, John W., (1999), “Research Design :
Qualititative & Quantitative Approachs”, third
edition, SAGE Publications, California.
[3] J. Supranto, (1992), “Teknik Sampling : Untuk
Survei dan Eksperimen”, Rineka Cipta, Jakarta.
[4] Purbo, Onno W., “Apa Susahnya Tidak Membajak
Software ?”, diambil dari :
http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0103/06/iptek/apas40.htm
[5] Singarimbu,M, & Effendi,S, (1987), “Metode
Penelitian Survai” Jakarta, LP3ES.
[6] Sudarwan Danim, (2002), “Menjadi Peneliti
Kualitatif”, CV. Pustaka Setia, Bandung.
[7] Sukandarrumidim, (2002), “Metodologi Penelitian
: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula”, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
[8] ________. “Pengaruh Perlindungan Hukum Hak
Cipta Program Komputer terhadap
Perkembangan Usaha di Bidang Teknologi
Informasi”.
http://www.geocities.com/hkbisnis/mh4.html,
Diakses pada tanggal 26 Januari 2006.
[9] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

 

You might also like