You are on page 1of 9

DOI: 10.30829/jumantik.vxix.

xxx

Isolasi Antimikroba Baru Dari Bakteri Tanah

Evi Damayanti1*, Firdaus Hamid1,2, Rizalinda Sjahril1,2


1
Program Pascasarja Ilmu Biomedik,Sekolah Pascasrajan Universitas Hasanuddin
2
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedoketran, Universitas Hasanuddin

Email: evidamayanti1120@gmail.com

Abstract:
Antimicrobial resistance has become a health problem and threat both in Indonesia and in
the world. Resistance is the ability of bacteria to neutralize and weaken the action of antibiotics. The
aim of this study was to isolate a novel antimicrobial from soil bacteria. The method used in this
research is exploratory. The test bacteria used were Staphylococcus aureus and Pseudomonas
aeruginosa. The results showed that two isolates had an inhibitory zone against the test bacteria
staphylococcus aureus, namely isolates T2.2 and T2.18. The results of the first antimicrobial
compound test for isolate T2.2 showed that the inhibition zone formed was 14.05 mm and for isolate
T2.18 the inhibition zone formed was 11.96 mm. The results of the second antimicrobial compound
test in the presence of untreated T2.2 isolate showed an inhibition zone formed of 15.53 mm and that
of heated 15.46 mm. The unheated T2.18 isolate showed an average inhibition zone of 12.46 mm and
heated 12.21 mm. The conclusion of this study was that the inhibition zone formed on isolates T2.2
and T2.18 had the potential to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria.

Keywords: Antimicrobial, Soil Bacteria, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

Pendahuluan
Antibiotik merupakan obat anti infeksi yang sering digunakan masyarakat. Meningkatnya
jumlah infeksi, membuat penggunaan antibiotik juga meningkat (Ivoryanto et al., 2017). Penggunaan
antibiotik meningkat merupakan masalah global yang berpotensi terhadap timbulnya resistensi
(Utami, 2011). Menurut data dari Nasional Academy of Sciences (NAS) Amerika Serikat, penggunaan
antibiotik meningkat 65% dari tahun 2000 sampai tahun 2015 (Yulia et al., 2019). The Center for
Disease Control and Prevalention di Amerika, melaporkan pada tahun 2011 terjadi sekitar 30%
peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (CDC, 2019). Risdeskes 2013, sebanyak 35,2%
masyarakat melakukan swamedikasi, dimana disekitar 27,8%-nya adalah antibiotik (RISKESDAS,
2013). Data tahun 2014 menunjukkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kota Bekasi untuk kasus
ISPA serta diare non spesisfik cukup tinggi yaitu 29,1% dan 36,7%, padahal Kemenkes menetapkan
pemakaian ideal adalah dibawah 20% (Dinkes, 2014).
Penggunaan antibiotik secara irrasional merupakan salah satu factor penyebab timbulnya
resistensi. Kondisi resistensi antimikroba khususnya antibiotik juga telah dilaporkan di Indonesia.
Seperti penelitian Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
dan RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2000-2004, membuktikan sudah terdapat kuman multi resisten
membahayakan, seperti MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus) dan bakteri penghasil
JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 1
DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) (Hadi U et al.,2008). Penelitian Sianturi et al. di unit
perawatan neonates RSUP H. Adam Malik periode 2008-2010, menemukan resistensi kuman terhadap
golongan antibiotik lini pertama yaitu ampicilin, gentamicin dan cefoxitin.
Timbulnya berbagai macam kasus bakteri yang resisten terhadap antibiotik, sehingga
dibutuhkan adanya inovasi atau penemuan antibiotik atau antimikroba baru yang dapat dijadikan salah
satu pengobatan untuk bakteri patogen yang resisten. Salah satu sumber yang dapat dijadikan tempat
untuk memenemukan antibiotik baru adalah alam seperti tanah. Tanah merupakan salah satu habitat
bagi mikroorganisme, dalam satu gram tanah terdapat jutaan mikroorganisme. Populasi
mikroorganisme per gram tanah meliputi bakteri, aktinomisetes, cendawan, alga dan protozoa (Ririn
puspitadewi et al., 2019).
Asmira (2013) telah melakukan penelitian tentang isolasi mikroba penghasil antibiotik dari
tanah sekitar pembuangan limbah pabrik gula di Takalar hasilnya menunjukkan didapatkan 5 isolat
dan terdapat 2 isolat yang aktif terhadap Salmonella thyposa dan Escherichia coli. Sukmawati (2020)
melakukan penelitian tentang isolasi bakteri dari tanah sebagai penghasil senyawa antimikroba
hasilnya menunjukkan terdapat 2 isolat yang berpotensi memiliki aktivitas antimikroba yaitu isolat 1
dan isolate 4. Isolat 1 lebih berpotensi menghambat Escherichia coli dengan indeks hambat 4.0 mm
dibandingkan dengan penghambatan Staphylococcus aureus dengan indeks hambat 3.1 mm.
Sedangkan isolat 4 lebih berpotensi menghambat Staphyloccous aureus dengan indeks hambat 2.8
mm dibandingkan dengan penghambatan terhadap Escherichia coli dengan indeks hambat 1.4 mm.

Metode
Desain penelitian merupakan jenis penelitian ekspolaratif untuk memberikan gambaran
bakteri yang diisolasi dari tanah. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2021.
Pengambilan sampel di hutan Nasional Bantimurung Bulussaraung Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan dan pengujian sampel dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK).
Pengambilan sampel tanah pada dua titik sebanyak 10 gram pada kedalaman 5 cm menggunakan pipa
paralon. Instrumen pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, cawan petri, centrifugator, enkas,
incubator, jangka sorong, Laminar Air Flow, lemari pendingin, pipet, Tip 1 µl, lidi steril, ose kolong,
autoklaf, oven, paper disk, sentrifuge, shaker, mesin VITEK® MS, , dan slide uji VITEK® MS.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji deskriptif.
Hasil
Data penelitian ini adalah data primer yang didapat dengan cara pengambilan data langsung.
Seluruh data yang diperoleh dari hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan dianalisis
secara deskriptif.

Tabel 1.Hasil Pengamatan Isolat Bakteri Tanah Secara Makroskopik Pada Titk 1 Dan Titik 2
Kode Ciri Pertumbuhan pada Medium Nutrient Agar (NA)
Isolat Ukuran Bentuk Elevasi Permukaan Margin Warna
T1.1 Sedang Irreguler Datar Halus Entire Putih Transparan
T1. 2 Sedang Circular Cembung Halus Entire Putih
T1. 3 Besar Irreguler Datar Halus Entire Putih Transparan
T1. 4 Kecil Irreguler Datar Halus Entire Putih
T1. 5 Sedang Rhizoid Datar Kasar Undulate Putih Transparan
T1. 6 Sedang Circular Datar Halus Lobate Putih

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 2


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

T1. 7 Sedang Circular Cembung Halus Entire Putih Transparan


T1. 8 Sedang Filamentous Datar Kasar Rhizoid Putih Transparan
T1. 9 Kecil Irreguler Datar Halus Entire Putih
T1.10 Kecil Irreguler Datar Halus Entire Putih Transparan
T1.11 Kecil Circular Datar Halus Entire Putih Transparan
T1.12 Puncitiform Circular Datar Halus Entire Putih
T1.13 Sedang Irreguler Datar Halus Entire Putih Transparan
T1.14 Besar Irreguler Datar Halus Entire Putih
T2. 1 Sedang Irreguler Datar Halus Entire Putih
T2. 2 Sedang Circular Datar Halus Entire Putih
T2. 3 Besar Irreguler Datar Halus Curled Putih
T2. 4 Sedang Irreguler Datar Berkerut Undulate Putih
T2. 5 Sedang Spindle Datar Halus Entire Putih
T2. 6 Kecil Circular Cembung Halus Entire Putih
T2. 7 Puncitiform Circular Datar Halus Entire Putih
T2. 8 Besar Irreguler Datar Halus Undulate Putih
T2. 9 Besar Spindle Datar Halus Entire Putih
T2.10 Besar Filamentous Datar Halus Rhizoid Putih Transparan
T2.11 Besar Circular Datar Halus Rhizoid Putih Transparan
T2.12 Sedang Rhizoid Datar Halus Lobate Putih
T2.13 Kecil Circular Datar Halus Entire Putih
T2.14 Puncitiform Circular Datar Halus Entire Putih Transparan
T2.15 Sedang Filamentous Datar Halus Rhizoid Putih Transparan
T2.16 Sedang Spindle Datar Halus Entire Putih
T2.17 Sedang Rhizoid Datar Halus Lobate Putih
T2.18 Kecil Circular Datar Halus Entire Putih
T2.19 Besar Irreguler Cembung Halus Entire Putih
T2.20 Besar Spindle Datar Halus Entire Putih
T2.21 Besar Irreguler Datar Halus Rhizoid Putih
T2.22 Kecil Circular Datar Kasar Curled Putih
T2.23 Besar Irreguler Datar Kasar Undulate Putih
T2.24 Kecil Circular Datar Halus Entire Putih
T2.25 Sedang Circular Datar Halus Curled Putih
T2.26 Sedang Irreguler Datar Halus Undulate Putih

Berdasarkan tabel diatas, hasil pengamatan isolat bakteri secara makroskopik pada titik 1 dan
titik, didapatkan 14 koloni murni pada titik 1 sedangkan pada titik 2 di dapatkan koloni murni
sebanyak 26 dengan karakteristik isolat bakteri yang bervariasi mulai dari ukuran yang paling kecil,
kecil, sedang,dan besar. Bentuk Spindle, irregular, circular, dan Filamentous. Elevasi rata dan
cembung, permukaan halus, berkerut dan kasar. Tepi undulate, entire dan rhizoid dan warna putih dan
putih transparan. Koloni murni yang berjumlah 40, kemudian dilakukan pewarnaan gram untuk
melihat sifat dan bentuk koloni murni tersebut yang hasil pewarnaanya dapat dilihat pada tabel 2.

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 3


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Isolat Bakteri Secara Mikroskopik Pada Titik 1 Dan
Titik 2
Kode Isolat Gram Bentuk
T1.1 + Basil
T1.2 + Basil
T1.3 - Basil
T1.4 - Basil
T1.5 + Coccus
T1.6 - Basil
T1.7 - Basil
T1.8 + Coccus
T1.9 - Basil
T1.10 - Basil
T1.11 + Basil
T1.12 - Basil
T1.13 - Basil
T1.14 - Basil
T2. 1 - Basil
T2. 2 - Basil
T2. 3 + Basil
T2. 4 - Basil
T2. 5 - Basil
T2. 6 - Basil
T2. 7 + Basil
T2. 8 + Basil
T2. 9 - Basil
T2. 10 - Basil
T2. 11 - Basil
T2. 12 - Basil
T2. 13 + Basil
T2. 14 - Coccus
T2. 15 - Basil
T2. 16 - Basil
T2. 17 + Basil
T2. 18 - Basil
T2. 19 - Basil
T2. 20 - Basil
T2. 21 - Basil
T2. 22 - Basil
T2. 23 - Basil
T2. 24 - Basil
T2. 25 - Basil
T2. 26 - Basil

Berdasarkan tabel 2 di atas, hasil pengamatan mikroskopik isolat bakteri tanah pada titik 1 dan
titik 2, setelah dilakukan pewarnaan gram diperoleh 20 isolat bakteri gram negatif, 8 isolat bakteri
gram positif, dan 3 bakteri coccus.

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 4


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

Tabel 3.Hasil Uji Antimikroba


Diameter Zona Inhibisi Staphylococcus aureus (mm)

Uji Antimikroba I Uji Antimikroba II Kontrol


(Cefoxitin)
T2.2 T2.2 (15,53 mm)
Tidak Dipanasi 30, 13 mm
(13,05 mm) T2.18 (12,46 mm)
T2.18 T2.2 (15,46 mm)
Dipanasi 29,21 mm
(11,96 mm) T2.18 (12,21 mm)

Isolat yang telah teridentifikasi secara makroskopik dan mikroskpik diperoleh 14 koloni
murni pada titik 1 sedangkan pada titik 2 diperoleh 26 koloni murni. Isolat tersebut di lakukan uji
senyawa antimikroba terhadap dua bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Hasil uji senyawa antimkroba pada penelitian ini di dapatkan dua isolat yang memiliki
zona inhibisi atau zona hambat di sekitar paper disk yaitu isolat T2.2 dan T2.18 membentuk zona
hambat pada bakteri uji Staphylococcus aureus sedangkan pada bakteri uji Pseudomonas aeruginosa
tidak terbentuk zona inhibisi disekitar paper disk.
Isolat T2.2 dan T2.18 diukur zona inhibisinya menggunakan jangka sorong dengan satuan
mm. pada penelitian ini dilakukan dua kali uji senyawa antimikroba terhadap isolat T2.2 dan T2.18
dikarenakan zona inhibisi yang terbentuk kecil yaitu T2.2 dengan indeks zona hambat 13,05 mm
dan T2.18 dengan indeks zona hambat 11,96 mm. Sedangkan pada uji senyawa antimikroba kedua
dilakukan perlakukan terhadap isolat T2.2 dan T2.18.
Isolat T2.2 dan isolat T2.18 diinkubasi ke dalam NB (Nutrient Broth) selama 1 x 24 jam pada
suhu 37º C dan di filter menggunakan kertas whatman 0,2 µm. Cairan yang telah steril hasil dari
filtrasi tersebut di masukkan ke dalam tube 1 ml, dan tube yang berisi cairan steril dipanaskan
menggunakan heating blok selama 5 menit pada suhu 80º C dan tube yang lainya tidak dipanaskan.
Setelah di panaskan tube tersebut disentrifus pada kecepatan 12 rpm selama 15 menit. Cairan yang
terdapat dalam tube di dibuang sekitar 900 µl, dan sisanya sekitar 100 µl di vortex kemudian
dilakukan uji senyawa antimikroba terhadap bakteri uji Staphylococcus aureus.
Hasil zona inhibisi yang terbentuk pada uji senyawa antimikroba kedua setelah dilakukan
perlakukan adalah lebih besar dari zona inhibisi yang pertama yaitu pada perlakuan yang tidak
dipanasi isolat T2.2 indeks zona hambatnya 15,53 mm dan Isolat T2.18 indeks zona hambatnya 12,46.
Sedangkan pada perlakuan yang dipanasi di dapatkan indeks zona hambat pada isolat T2.2 15,46 mm
dan isolat T2.18 12,21 mm.

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 5


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

Gambar 1. Hasil Uji Identifikasi Menggunakan MALDI-TOF MS

Gambar 2. Hasil Pewarnaan gram

Isolat T2.2 dan T2.18 setalah di identifikasi menggunakan MALDI-TOF MS kedua isolat
tersebut merupakan bakteri Pseudomona aeruginosa (gambar 1). Hasil pewarnaan gram isolat T2.2
dan T2.18 merupakan bakteri gram negative yang berbentuk basil (gambar 2).

Pembahasan
Pengamatan isolat bakteri pada media Natrium Agar (NA) secara makroskopik dengan tujuan
untuk mengetahui ciri pertumbuhan pada koloni yang meliputi ukuran, bentuk, elevasi, permukaan,
margin dan warna. Identifikasi secara makroskopik ini merupakan salah satu tahap yang penting
untuk dapat melanjutkan identifikasi lanjutan. Didapatkan karakteristik isolat bakteri yang bervariasi
mulai dari ukuran yang paling kecil, kecil, sedang, besar. Bentuk Spindle, irregular, circular, dan
Filamentous. Elevasi rata dan cembung, permukaan halus, berkerut dan kasar. Tepi undulate, entire
dan rhizoid dan warna putih dan putih transparan. Sedangkan identifikasi isolat secara mikroskopik

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 6


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

tujuanya untuk mengetahui sifat gram dan bentuk dari koloni tersebut yang dilakukan dengan
pewarnaan gram.
Didapatkan berbagai jenis isolat yang diisolasi dari tanah dikarenakan ditanah merupakan
salah satu habitat mikroorganisme. Adapun keuntungan menggunakan tanah sebagai tempat mencari
atau menemukan antimikroba baru adalah tidak membutuhkan jumlah sampel yang banyak untuk
proses identifikasi. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya oleh Zina Nasfi et al (2018) yang
hasil penelitianya menggunakan sampel untuk isolasi sebanyak 1 gram dan menemukan 373 strain
bakteri yang diisolasi dari tanah rizosfer yang diperoleh dari tiga titik pengambilan sampel yang
berbeda di Tunisian.
Penelitian ini dilakukan untuk menemukan antimikroba baru yang diisolasi dari bakteri tanah.
Tanah merupakan salah satu habitat bagi mikroorganisme. Populasi mikroorganisme per gram tanah
meliputi bakteri, aktinomisetes, cendawan, alga dan protozoa. Tanah banyak mengandung senyawa
organik dan mineral yang merupakan salah satu ekosistem yang subur bagi kehidupan dan
pertumbuhan mikroorganisme Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya oleh Zina Nasfi et al
(2018) yang hasil penelitianya menemukan 373 strain bakteri yang diisolasi dari tanah rizosfer yang
diperoeh dari tiga titik pengambilan sampel yang berbeda di Tunisian.
Prevalensi resistensi antibiotik terhadap antibiotik yang tiap tahun meningkat khususnya di
Indonesia telah banyak dilaporkan. Seperti penelitian Antimicrobial Resistence in Indonesia (AMRIN)
di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2000-2004, membuktikan
sudah terdapat kuman multi resisten membahayakan, seperti MRSA (Methicillin Resistant
Staphylococcus aureus) dan bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) (Hadi U,
et al., 2008). Penelitian Sianturi et al (2012) di unit perawatan neonates RSUP H. Adam Malik
periode 2008-2010, menemukan resistensi kuman terhadap golongan antibiotik lini pertama yaitu
ampicilin, gentamicin dan cefoxitin.
Semakin banyaknya kasus resistensi sehingga dibutuhkan adanya antibiotik atau antimikroba
baru yang dapat digunakan untuk melawan bakteri-bakteri patogen yang resisten. Senyawa
antimikroba tersebut bisa diperoleh pada tumbuh-tumbuhan dan mikroba. Zat antimikroba yang
dihaasilkan oleh mikroorganisme memiliki keunggulan tersendiri jika dibandingakan dengan
antibiotik sintesis dikarenakan memiliki sifat yang lebih efektif sebab targetnya spesifik serta
toksisitasnya rendah.
Mekanisme kerja antibiotik dalam melawan bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Mekanisme antibiotik spesifik dalam menghambat bakteri
gram positif dengan cara menghambat sintesis peptidoglikan. Menurut Martha (2015) antibiotik beta
laktam bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan bakteri. Beta laktam dapat menghambat
transpeptidase karboksipeptidase dan D-alanin karboksipeptidase yang dapat mengkatalisis
polimerisasi rantai peptidoglikan. (Suarez, 2009)
Senyawa antimikroba yang disiolasi dari bakteri tanah yang memiliki potensi sebagai
antibakteri untuk mengetahui spesies dari bakteri tersebut dapat menggunakan MALDI-TOF MS
dikarenakan dipercaya sebagai metode idetifikasi yang cepat, spesifik, terpercaya, dan ekonomis.
MALDI-TOF MS prinsip protein fingerprint yaitu mengidentifikasi bakteri berdasarkan protein dan
sudah terbukti keakuratanya dalam berbagai penelitian (Dhiman et al., 2011). Hal ini diperkeuat
dengan penelitian sebelumnya oleh Veen et al., (2010) dalam sebuah percobaan, metode MALDI-
TOF MS mampu mengidentifikasi 95.1% dari 327 isolat.

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 7


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

Selain itu, MALDI-TOF MS merupakan salah satu tehnik pemeriksaan yang cepat, akurat dan
hemat biaya. Dari segi efektifivitas waktu MALDI-TOF MS dapat mengidentifikasi 16 sampel dalam
waktu 20-30 menit dan membutuhkan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan metode biokimia
otomatis. Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aliya Wardhani (2018)
yang membandingkan waktu dan biaya yang digunakan menggunakan alat biokimia otomatis dan
MALDI-TOF MS.
Ditemukanya dua isolat yang memiliki zona inhibisi atau zona hambat yaitu isolat T2.2 dan
T2.18 yang diidentifikasi menggunakan MALDI-TOF MS merupakan spesies bakteri Pseudomonas
aeruginosa. Pseudomonas aeruginosa telah menjadi salah satu keluarga bakteri paling bioaktif, lebih
dari 600 senyawa bioaktif yang telah dilaporkan. Pseudomonas aeruginosa merupakan produsen
antibiotik yang paling sering diisolasi dari lingkungan alami, dikarenakan dapat tumbuh dibanyak
substrat dan sangat mudah untuk dibudidayakan. Pseudomonas aeruginosa dianggap sebagai spesies
antibakteri yang sangat produktif, yang dikenal untuk menghasilkan berbagai macam senyawa
antibakteri. (Antonio R. et al., 2020)
Bakteri Pseudomonas aeruginosa membentuk zona hambat atau zona inhibisi pada bakteri uji
Staphylococcus aureus dikarenakan bakteri Pseudomonas aeruginosa telah dibuktikan berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya dapat menghasilkan zat aktif antimikroba. Menurut Ling-Qing Xu et al
(2017) pada penelitian sebelumnya yang mengisolasi 60 galur Pseudomonas aeruginosa, dimana 35
galur Pseudomonas aeruginosa menunujukkan efek penghambatan yang kuat terhadap
Staphylococcus aureus dan secara khusus terdapat dua galur Pseudomonas aeruginosa yang diberi
kode PA06 dan PA46 yang menunjukkan efek zona hambat terbesar.
Selain penelitian yang dilakukan Ling-Qing et al yang memperkuat penelitian ini, ada
beberapa penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa dapat
menurunkan sensivitas dari bakteri Staphylococcus aureus diantaranya Elena Y et al., (2020) yang
melaporkan bahwa Pseudomonas aeruginosa menurunkan kerentanan dari bakteri Staphylococcus
aureus terhadap berbagai antibiotik, termasuk betalaktam, glikopeptida, aminoglikosida, dan
makrolida. Lauren et al., (2017) dalam penelitianya menggunakan sampel luka bakar dan isloat paru-
paru cystic fibrosis (CF) yang menunjukkan bahwa Pseudomonas aeruginosa mengubah kerentanan
dari bakteri Staphylococcus aureus antibiotik bakterisida dengan cara bervariasi dan bergantung pada
strainnya dan mengidentifikasi lebih lanjut interaksi independen yang bertanggung jawab untuk
memusuhi dan dan berpotensi sebagai antibiotik aktif terhadap Staphylococcus aureus.

Kesimpulan
Diperoleh dua isolat yaitu isolat T2.2 dan T2.18 yang memiliki potensi untuk menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Daftar Pustaka
Antonio R, Mohidra Seeprsaud, Anderson Maxweel, Jayaraj jayaraman, and Adesh Ramsubhag.
2020. Isolation and Antibacterial Activity of Indole Alkaloids from Pseudomonas
aeruginosa UWE-1. University of The West Indies.
Asmira Azisa Nur. 2013. Isolasi Antimikroba Penghasil Antibiotika dari Tanah Sekitar Pembuangan
Limbah Pabrik Gula Takalar. Universitas Hasanuddin Makassar.
CDC. Antibiotic Use in the United states, 2018 Update: Progres and opportunities. Atlanta, GA: US
Departement of Health and Human Services, CDC;2019

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 8


DOI: 10.30829/jumantik.vxix.xxx

Elena Trizna Y., Maria N. Yarullina., Diana R. Baidamashina, et al. 2020. Bidirectional alterations
in antibiotics susceptibility ini Staphylococcusaureus-Pseudomonas aeruginosa dual
species biofilm. Kazan federal University.
Hadi U, et al. 2008. Audit of Antibiotic Prescribing in Two Govermental Teaching Hospital in
Indonesia. Clinical Microbiology and Infection : the official of the European Society Clinical
Microbiology and Infection. : the official of the European Society Clinical Microbiology and
Infection Disease, 14 (7):698-707.DOI:Available at: https://doi.org/10.1111/j.1469-
0691.2008.02014.x.
Ivoryanto E.,Sidarta B.,Illahi K. (2017). Hubungan tingkat pendidikan formal masyarakat terhadap
pengetahuan dalam penggunaan antibiotika oral di Apotek Kecamatan Klojen.
Pharmaceutical Journal of Indonesia. 2(2);31-6.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta,
Indonesia: Kemenkes. 2013. Hal 40-7.
Lauren Radlinski., Sarah E., Laurel B. K. et al. 2017. Pseudomonas aeruginosa exoproducts
determine antibiotic efficacy against Staphylococcus aureus. University of North
Carolina at Chapel Hill, North Carolina United States of America.
Ling-Qing Xu, Jian-Wen Zeng, Chong-He Jiang. Et al. 2017. Isolation and determination of
four potential antimicrobial components from Pseudomonas aeruginosa extracts. Lyspring
International Publisher.
Suarez, C and Gudiol, F. 2009. Beta-lactam antibiotics. Enfermedades infecciosas ymicrobiologia
clinica. 27(2). 116-129.
Sukmawati dan Febrianti Rosalina. 2020. Isolasi Antimikroba dari Tanah Sebagai Penghasil
Senyawa. Universitas Muhammadiyah Sorong,
Utami, rahayu. 2011. Antibiotik, Resistensi dan Rasionalisasi Terapi. 1(4): 191-8.
Van Veen, S. Q.,E. C. Class and E. J. Kuijper. 2010. High-throughput inditification of bacteria and
yeast by matrix assisted laser desorption ionization-time of flight mass spectrometry in
conventional medical microbiology laboratories. J. Clin. Microbiol. 48:900-907.
Wardhani Aliya. 2018. Perbandingan hasil identifikasi yeast dengan menggunakan biokimia otomatis
(Viteks® 2) dan MALDI-TOF MS (Viteks® MS). Universitas Sebelas Maret.

Yulia R., Putri R., Wahyudi R. 2019. Studi Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan
Antibiotik di Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi. Journal of Pharmaceceutical and
Sciences (JPS). 2(2): 43-8.
Zina Nasfi.,Hendrik Buch.,Stefan Kehraus.,et al. 2018. Soil Bacteria Isolated From Tunisian Arid
Areas Show Promising Antimicrobial Activities Against Gram-Negatives. Laboratory of
Plant Improvement and Valorization of Agroresources, National School of Engineering of
Sfax. Tunisia.

JUMANTIK Volume X No.X Bulan Tahun 9

You might also like