You are on page 1of 68

PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

PEMAHAMAN TENTANG PELAKSANAAN TUGAS JABATAN PPAT

Oleh :
Dr. Hatta Isnaini Wahyu Utomo, S.H., M.Kn.

UPDATE
Bahan Belajar Dalam Persiapan Menghadapi Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah OKTOBER 2022
BIODATA
Dr. Hatta Isnaini Wahyu Utomo, S.H., M.Kn.
081235041230
Trenggalek, 11 November 1985
Puri Indah Blok H-22 Sidoarjo 081235041230
hatta.isnaini@yahoo.com / hatta.iwu@gmail.com
@hatta_isnaini

Hatta Isnaini
PEKERJAAN
Notaris - PPAT Kabupaten Gresik
Dosen Fakultas Hukum Universitas Yos Sudarso Surabaya

PENDIDIKAN
S-1 Fakultas Hukum Universitas Kartini (2012)
S-2 Magister Kenotariatan Universitas Narotama Surabaya (2016)
S-3 Doktor Ilmu Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (2020)
Airlangga Broadcast Education, Universitas Airlangga
DASAR HUKUM
 PP No. 37 Th. 1998 ttg Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 PP No. 24 Th. 2016 ttg Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 PP No. 24 Th. 1997 ttg Pendaftaran Tanah
 Perkaban No. 1 Th. 2006 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Th. 1998 ttg Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 Perkaban No 23 Th. 2009 ttg Perubahan Atas Perkaban No. 1 Th. 2006 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Th. 1998 ttg Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah
 PMNA/KBPN No. 3 Th. 1997 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Th. 1997 ttg Pendaftaran Tanah
 Perkaban No. 8 Th. 2012 ttg Perubahan Atas PMNA/KBPN No. 3 Th. 1997 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP No. 24 Th. 1997 ttg Pendaftaran Tanah
 Permen ATR/KBPN No. 7 Th. 2019 ttg Perubahan Kedua Atas PMNA/KBPN No. 3 Th. 1997 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP 24/1997 ttg Pendaftaran Tanah
 Permen ATR/KBPN No. 16 Th. 2021 ttg Perubahan Ketiga Atas PMNA/KBPN No. 3 Th. 1997 ttg Ketentuan Pelaksanaan PP 24/1997 ttg Pendaftaran Tanah
 Permen ATR/KBPN No. 20 Th. 2018 ttg Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali, Dan Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah
 Permen ATR/KBPN No. 2 Th. 2018 T ttg Pembinaan Dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 Permen ATR/KBPN No. 33 Th. 2021 ttg Uang Jasa Pejabat Pembuat Akta Tanah
SEJARAH PERATURAN JABATAN PPAT

PPAT sudah dikenal sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah (sebelum digantikan dengan PP No. 24 Th. 1997)
PP 10/1961 merumuskan PPAT sebagai Pejabat yang berfungsi membuat akta yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan hak baru atau
membebankan hak atas tanah
Fungsi PPAT selanjutnya lebih ditegaskan lagi dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (PP No. 24 Th. 1997)
Pasal 1 angka 4 UUHT :
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta
pembebanan hak atas tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Pasal 1 angka 24 PP No. 24 Th. 1997 :
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu”
Pasal 6 ayat (2) PP No. 24 Th. 1997 :
“Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan”
Pasal 7 PP No. 24 Th. 1997 :
(1) PPAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
(2) Untuk desa-desa dalam wilayah yang terpencil Menteri dapat menunjuk PPAT Sementara.
(3) Peraturan jabatan PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.
Ketentuan Pasal 7 ayat (3) PP No. 24 Th. 1997 menjadi dasar lahirnya Peraturan Jabatan PPAT
Konsiderans Menimbang Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PP No. 37 Th.
1998) menyebutkan :
“bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah perlu mengatur jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah dengan suatu Peraturan Pemerintah.”

PPAT memiliki pernanan yang cukup besar dalam bidang pelayanan masyarakat dan peningkatan sumber penerimaan negara akan tetapi PPAT baru diatur
dalam Peraturan Perundang-Undangan secara khusus pada tanggal 5 Maret 1998, pada saat ditetapkan dan diundangkan PP No. 37 Th. 1998
Selanjutnya sebagai ketentuan pelaksanaan PP No. 37 Th. 1998 ditetapkanlah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4 Tahun 1999 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PMNA No. 4 Th. 1999)
PMNA No. 4 Th. 1999 selanjutnya dinyatakan tidak berlaku dengan ditetapkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Perkaban
No. 1 Th. 2006 ) pada tanggal 16 Mei 2006

Dalam pelaksanaan Perkaban No. 1 Th. 2006 masih terdapat kendala dalam rangka pemenuhan kebutuhan PPAT sehingga pada tanggal 26 Oktober 2009
ditetapkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk merevisi beberapa Pasal dalam Perkaban No. 1 Th. 2006
Untuk meningkatkan peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah serta untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat atas pendaftaran tanah
dalam rangka mendukung program kebijakan deregulasi bidang agraria/pertanahan dalam rangka percepatan pelaksanaan Paket Kebijakan
Ekonomi Pemerintah di era Presiden Jokowi, maka diundangkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah pada tanggal 27 Juni 2016
Ruang lingkup Perubahan PP No. 37 Th. 1998 yang dituangkan dalam PP No. 24 Th. 2016 tersebut meliputi:
1. Persyaratan untuk dapat diangkat PPAT antara lain usia calon PPAT dan kewajiban magang sebelum calon PPAT di angkat.
2. Penambahan masa kerja PPAT semula 65 (enam puluh lima) tahun dapat diperpanjang menjadi 67 (enam puluh tujuh) tahun.
3. Penambahan jenis pemberhentian terhadap PPAT.
4. Perluasan daerah kerja semula 1 (satu) wilayah kerja kabupaten/kota menjadi 1 (satu) wilayah kerja provinsi.
5. Penambahan larangan rangkap jabatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang


Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah PERATURAN JABATAN
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
= PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
(PJ PPAT)
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PENGERTIAN PPAT
PPAT (Ps. 1 angka 1 PJ PPAT)
PPAT PPAT Sementara (Ps. 1 angka 2 PJ PPAT)

PPAT Khusus (Ps. 1 angka 3 PJ PPAT)

Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT
di daerah yang belum cukup terdapat PPAT Camat / Kepala Desa (vide Ps. 5 ayat (3) huruf a PP No. 37 Th. 1998)

PPAT Khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan
membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu Kepala Kantor Pertanahan
(vide Ps. 5 ayat (3) huruf b PP No. 37 Th. 1998)
PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik Produk PPAT = Akta PPAT
Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (Ps. 1 angka 4 PJ PPAT)

Akta PPAT = Akta Otentik?? Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 22 Maret 1972 no 937 K/Sip/1970
TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPAT

PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta
sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. (Ps. 2 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998)

Perbuatan hukum tertentu :


99,9 %
a. jual beli;
b. tukar menukar; keluar di
c. hibah; Ujian PPAT
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT

PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang
(Ps. 5 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998 jo. Ps. 1 angka 9 PP No. 24 Th. 2016 jo. Ps. 1 ayat (2) Perpres No. 47 Th. 2020 jo. Ps. 4 Perpres No. 47 Th. 2020)

Ps. 5 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998 :


“PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri”

Ps. 1 angka 9 PP No. 24 Th. 2016 :


“Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan”

Ps. 1 ayat (2) Perpres No. 47 Th. 2020 :


“Kementerian Agraria dan Tata Ruang dipimpin oleh Menteri.”

Ps. 4 Perpres No. 47 Th. 2020 :


Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara

HISTORIS :
Sebelum diubah dengan PP No. 24 Th. 2016, Ps. 1 angka 9 PP No. 37 Th. 1998 menyatakan : “Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dibidang agraria/ pertanahan”
SYARAT PENGANGKATAN PPAT
Ps. 6 ayat (1) PP No. 24 Th. 2016 :
Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah:
a. Warga Negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun;
c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian setempat;
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan atau lulusan program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/ pertanahan;
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan; dan
h. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT paling sedikit 1 (satu) tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan.

Pasal 6 ayat (2) PP 24/2016 :


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ujian, magang, dan pengangkatan PPAT diatur dengan Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Ujian,
Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali, Dan Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PERBANDINGAN SYARAT PENGANGKATAN PPAT
Pasal 6 PP No. 37 Th. 1998 Pasal 6 PP No. 24 Th. 2016
a. berkewarganegaraan Indonesia a. Warga Negara Indonesia
b. berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun; b. berusia paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun;
c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh
Instansi Kepolisian setempat Instansi Kepolisian setempat;
d. belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan e. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
e. sehat jasmani dan rohani e. sehat jasmani dan rohani
f. lulusan program pendidikan spesialis notariat atau program pendidikan f. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan atau
khusus PPAT yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi lulusan program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/ pertanahan;
g. lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Agraria/Badan g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kementerian yang menyelenggarakan
Pertanahan Nasional. urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan; dan
h. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
pada kantor PPAT paling sedikit 1 (satu) tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan
ALUR PENGANGKATAN PPAT
Lulus Magister Ujian PPAT Magang di Kantor Lulus Ujian
Kenotariatan Ps. 4 s/d(14 Permen PPAT & BPN PPAT
ATR/Ka.BPN No.20 Th. 2018 (u/ yg belum menjabat sbg Notaris)
Ps. 16 s/d 20 Permen ATR/Ka.BPN
No. 20 Th. 2018

Pengambilan SK Pengangkatan Permohonan Peningkatan Kualitas


Sumpah PPAT PPAT Pengangkatan PPAT Ps. 15 Permen ATR/Ka.BPN
max 3 bulan setelah No.20 Th. 2018
menerima SK Ps. 21 Permen ATR/Ka.BPN
Ps. 22 Permen ATR/Ka.BPN No. 20 Th. 2018
Ps. 17 ayat (4) Perkaban No. 20 Th. 2018
No. 1 Th. 2006

Melaksanakan Jabatan Secara Nyata Sebagai


PPAT
max 60 hari setelah menerima SK

Ps. 19 PP No. 24 Th. 2016


RANGKAP JABATAN PPAT
Rangkap Jabatan PPAT

BOLEH TIDAK BOLEH


Merangkap jabatan sebagai Notaris di tempat a. advokat, konsultan atau penasehat hukum;
kedudukan Notaris b. pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara, pegawai badan usaha
milik daerah, pegawai swasta;
c. pejabat negara atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
d. pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau perguruan tinggi
swasta;
Jika dirangkap? e. surveyor berlisensi;
Termasuk kategori PELANGGARAN RINGAN f. penilai tanah;
(Penjelasan Pasal 10 ayat (4) huruf c PP No. 24 Th. 2016 g. mediator; dan/atau
h. jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.

Bagaimana jika tempat kedudukan Notaris berbeda dengan tempat kedudukan PPAT?
1. PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di kota / kabupaten selain pada tempat kedudukan sebagai PPAT wajib mengajukan pindah tempat kedudukan
PPAT pada tempat kedudukan Notaris
2. Berhenti sebagai Notaris (jika tidak bersedia menyesuaikan dengan tempat kedudukan Notaris)
PEMBERHENTIAN PPAT

PPAT Berhenti Menjabat

BERHENTI DEMI HUKUM DIBERHENTIKAN


Meninggal dunia Ps. 8 ayat (1) Dengan hormat Ps. 10 ayat (1)
huruf b & c PP No. Dengan tidak hormat PP No. 24 Th.
Telah mencapai usia 65 thn 24 Th. 2016 Sementara 2016

Usia 65 thn dapat diperpanjang s/d 67 thn


dengan mempertimbangkan kesehatan PPAT ybs
(Ps. 8 ayat (2) PP No. 24 Th. 2016)

HISTORIS :
Pada PP No. 37 Th. 1998 tidak terdapat ketentuan mengenai perpanjangan masa jabatan
Pemberhentian Dengan Hormat

a. permintaan sendiri;
b. tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan kesehatan badan atau
kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan yang
berwenang atas permintaan Menteri/Kepala atau pejabat yang ditunjuk; Ps. 10 ayat (2)
c. merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2); PP No. 24 Th. 2016
d. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan/atau
e. berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dan 3 (tiga) tahun.
Pemberhentian Dengan Tidak Hormat

a. melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT; dan/atau
Ps. 10 ayat (3)
b. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap PP No. 24 Th. 2016
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

JENIS PELANGGARAN BERAT


1. membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
2. melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
3. melakukan pembuatan akta di luar wilayah kerjanya kecuali karena pemekaran kabupaten/kota, pemekaran provinsi, atau membuat akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam
perusahaan, atau akta pembagian bersama mengenai beberapa hak atas tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak dalam wilayah kerjanya;
4. memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
5. membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lainnya di dalam dan/atau di luar wilayah kerjanya;
6. melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT;
7. membuat akta PPAT tanpa dihadiri oleh para pihak;
8. membuat akta mengenai hak atas tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang obyeknya masih sengketa;
9. PPAT tidak membacakan akta yang dibuatnya di hadapan para para pihak,
10. PPAT membuat akta di hadapan para pihak yang berwenang melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya; dan/atau
11. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi pemberhentian dengan hormat, pemberhentian sementara, atau dalam keadaan cuti.
Penjelasan Ps. 10 ayat 3 huruf a PP No. 24 Th. 2016
Pemberhentian Sementara
a. sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan pidana yang diancam
dengan hukuman kurungan atau penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat;
b. tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata untuk jangka waktu 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah;
c. melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT; Ps. 10 ayat (4)
d. diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan PP No. 24 Th. 2016
tempat kedudukan di kabupaten/kota yang lain daripada tempat kedudukan sebagai PPAT;
e. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
f. berada di bawah pengampuan; dan/atau
g. melakukan perbuatan tercela.

JENIS PELANGGARAN RINGAN


1. memungut uang jasa melebihi ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. dalam waktu 2 (dua) bulan setelah berakhirnya cuti tidak melaksanakan tugasnya kembali;
3. tidak menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya; dan/atau
4. merangkap jabatan.
Penjelasan Pasal 10 ayat (4) huruf c PP No. 24 Th. 2016
Daerah Kerja PPAT
Pasal 12 PP 24/2016 :
(1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provinsi.
(2) Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus meliputi wilayah kerjanya sebagai Pejabat Pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah kerja PPAT diatur dengan Peraturan Menteri.

Belum Bisa Dilaksanakan meskipun dalam Pasal II angka 6 PP No. 24 Th. 2016 disebutkan “Peraturan
Pemerintah Ini Mulai Berlaku Pada Tanggal Diundangkan”,, dengan alasan Peraturan Menteri sebagaimana
disebut dalam Pasal 12 Ayat (3) PP No. 24 Th. 2016 BELUM DIUNDANGKAN”
Tempat Kedudukan PPAT

Pasal 12A No. 24 Th. 2016 :


PPAT mempunyai tempat kedudukan di kabupaten/ kota di provinsi yang menjadi bagian dari daerah kerja.

Pasal 12B No. 24 Th. 2016:


(1) PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerah kerja.
(2) Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor yang masih dalam kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT, wajib melaporkan kepada
Kepala Kantor Pertanahan kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT.
(3) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke kabupaten/kota pada daerah kerja yang sama atau berpindah daerah kerja, wajib
mengajukan permohonan perpindahan tempat kedudukan atau daerah kerja kepada Menteri.”
Pemekaran Wilayah

KABUPATEN/KOTA
menyebabkan perubahan tempat kedudukan PPAT, maka PPAT: Pasal 13 ayat (1)
1. Kedudukannya tetap sesuai SK PP No. 24 Th. 2016
2. Mengajukan permohonan pindah

PEMEKARAN
PROVINSI
menyebabkan perubahan daerah kerja PPAT, maka PPAT: Pasal 13 ayat (2)
1. Daerah kerjanya tetap sesuai SK PP No. 24 Th. 2016
2. Mengajukan permohonan pindah

Permohonan perubahan tempat kedudukan PPAT atau daerah kerja PPAT karena pemekaran wilayah diajukan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal Undang-Undang mengenai pemekaran wilayah diundangkan (Ps. 13 ayat (3) PP No. 24 Th. 2016 )

Pada kurun waktu 90 hari tersebut PPAT dapat membuat akta di tempat kedudukan yang baru atau yang lama (Ps. 13 ayat (4) PP No. 24 Th. 2016 )
Formasi Jabatan PPAT

PP No. 24 Th. 2016 menghapus ketentuan mengenai formasi jabatan PPAT

Dihapuskannya ketentuan mengenai formasi jabatan PPAT mempermudah calon


PPAT yang sudah menjabat Notaris untuk menyesuaikan tempat kedudukannya
Calon PPAT bebas memilih dimana tempat kedudukannya dengan mempertimbangkan
dimana tempat kedudukan Notarisnya berada

HISTORIS :
Sebelum dihapus dengan PP No. 24 Th. 2016 6, Ps. 14 angka PP No. 37 Th. 1998 menentukan bahwa formasi jabatan PPAT ditetapkan oleh Menteri dan apabila
formasi pada suatu daerah sudah terpenuhi maka oleh Menteri wilayah tersebut dinyatakan tertutup untuk pengangkatan PPAT.
Sumpah Jabatan PPAT

PPAT dan PPAT Sementara sebelum menjalankan jabatannya wajib mengangkat sumpah jabatan PPAT di hadapan Menteri atau
pejabat yang ditunjuk (Ps. 15 ayat (1) PP No. 24 Th. 2016)
PPAT Khusus dan PPAT yang pindah karena terjadi pemekaran wilayah belum menjalankan jabatannya wajib mengangkat sumpah
jabatan PPAT di hadapan tidak perlu mengangkat sumpah (Ps. 15 ayat (2) & (3) PP No. 24 Th. 2016)
“Demi Allah Saya Bersumpah”
“Bahwa Saya, untuk diangkat menjadi PPAT, akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945 dan Pemerintah Republik Indonesia”.
“Bahwa Saya, akan mentaati peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan dan yang berkaitan dengan ke-PPAT-an serta peraturan perundang-undangan lainnya”.
“Bahwa Saya, akan menjalankan jabatan Saya dengan jujur, tertib, cermat dan penuh kesadaran, bertanggung jawab serta tidak berpihak”.
“Bahwa Saya, akan selalu senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah dan martabat PPAT”.
“Bahwa Saya, akan merahasiakan isi akta-akta yang dibuat dihadapan Saya dan protokol yang menjadi tanggung jawab Saya, yang menurut sifatnya atau berdasarkan peraturan
perundang-undangan harus dirahasiakan”.
“Bahwa Saya, untuk diangkat dalam jabatan Saya sebagai PPAT secara langsung atau tidak langsung dengan dalih atau alasan apapun juga, tidak pernah memberikan atau berjanji
untuk memberikan sesuatu kepada siapapun juga, demikian juga tidak akan memberikan atau berjanji memberikan sesuatu kepada si apapun juga’.
Ps. 34 ayat (1) Perkaban No. 1 Th. 2006

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP No. 24 Th. 2016, Ps. 15 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998 menentukan bahwa sebelum melaksanakan jabatannya PPAT wajib mengangkat
sumpah jabatan PPAT dihadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
Pelaksanaan Jabatan PPAT
Dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah pengambilan sumpah jabatan PPAT wajib:
a. Menyampaikan :
1. Alamat kantornya
2. Contoh tanda tangan
3. Contoh paraf
4. Teraan cap/stempel jabatannya Ps. 19 ayat (1)
Kepada : PP No. 24 Th. 2016
1. Kakanwil BPN
Yang meliputi daerah
2. Bupati/Walikota kerja PPAT
3. Ketua PN
4. Kepala Kantor BPN
b. Melaksanakan jabatan secara nyata

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP No. 24 Th. 2016, pada Ps. 19 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998 menentukan bahwa kewajiban laporan kepada beberapa instansi diatas &
kewajiban menjalankan jabatan secara nyata adalah 1 (satu) bulan setelah pengambilan sumpah
Kantor PPAT
PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat kedudukannya dan harus berkantor yang sama dengan tempat
kedudukan Notaris (apabila merangkap sebagai Notaris)
(Ps. 20 ayat (1) dan (1a) PP No. 24 Th. 2016)

PPAT tidak dibenarkan membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lainnya yang terletak di luar dan atau di dalam
daerah kerjanya dengan maksud menawarkan jasa kepada masyarakat.
(Ps. 46 ayat (3) Perkaban No. 1 Th. 2006)

PPAT wajib memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Menteri
(Ps. 20 ayat (2) PP No. 24 Th. 2016)

Kantor PPAT wajib dibuka setiap hari kerja kecuali pada hari libur resmi dengan jam kerja paling
kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan setempat.

Apabila dianggap perlu PPAT dapat membuka kantornya di luar jam kerja dalam rangka
memberikan pelayanan pembuatan akta pada masyarakat. Ps. 47 Perkaban No. 1 Th. 2006
PPAT yang sedang melaksanakan cuti dan tidak menunjuk PPAT Pengganti, kantor PPAT yang
bersangkutan wajib dibuka setiap hari kerja untuk melayani masyarakat dalam pemberian
keterangan, salinan akta yang tersimpan sebagai protokol PPAT.
Stempel Jabatan PPAT
a.Bentuk Stempel : Stempel jabatan PPAT diterakan pada :
Bulat, terdapat 2 (dua) lingkaran, di tengah lingkaran dalam untuk nama PPAT atau PPAT Pengganti 1. Setiap tanda tangan PPAT
atau tulisan Camat atau Kepala Desa. 2. Akta
b. Tulisan dalam stempel : 3. Salinan akta
1. untuk PPAT atau PPAT Pengganti, lingkaran luar bagian atas ditulis “PEJABAT PEMBUAT AKTA 4. Surat
TANAH” atau “PPAT PENGGANTI” dan lingkaran luar bagian bawah ditulis daerah kerja nama
5. Dokumen lain yang merupakan produk dari PPAT yang
Kabupaten/Kota yang dibatasi dengan gambar bintang;
2. untuk PPAT Sementara, lingkaran luar bagian atas ditulis “PPAT SEMENTARA” dan lingkaran
bersangkutan.
Ps. 48 Perkaban No. 1 Th. 2006
luar bagian bawah ditulis daerahkerja PPAT Sementara “Kecamatan atau Desa” yang dibatasi
dengan gambar bintang;
3. warna tinta stempel : Merah.
c. Ukuran :
1. bulatan luar dengan garis tengah 31/2 cm, dibuat dalam garis lingkar rangkap yang sebelah luar agak menebal sedangkan yang di dalam dengan garis lebih tipis dan
bergaris tengah lebih kecil. Jarak antara kedua bulatan adalah 1 mm.
2. bulatan dalam dengan garis tengah 2 cm, dibuat dengan garis lingkar tunggal.
3. di antara bulatan luar dan dalam, di bagian tengah bawah terdapat 2 (dua) lukisan bintang bersudut 5 (lima) dengan ukuran gar is tengah 3 mm.
4. Dalam ruang bulatan terdapat ruang yang dibatasi oleh 2 (dua) garis lurus mendatar sejajar dengan jarak satu sama lain 1 1/2 cm yang ditulis dengan huruf kapital :
a) Nama PPAT atau PPAT Pengganti; atau
b) tulisan Camat; atau
c) tulisan Kepala Desa.
5. Sebelah atas maupun bawah dari ruang angka 4 di atas terlukis garis-garis tegak lurus dengan jarak antara garis satu dengan yang lainnya sebesar 1 mm.
Papan Nama PPAT

Bentuk dan Ukuran Papan Nama Jabatan PPAT dan PPAT Sementara yang dijabat oleh Camat dan/atau Kepala Desa :
a. Ukuran : 100 x 40 cm atau 150 x 60 cm atau 200 x 80 cm
b. Warna : Dasar dicat putih, tulisan hitam
c. Bentuk huruf : Cetak kapital (huruf besar), untuk nama dipergunakan huruf yang lebih besar.

Apabila pemasangan papan nama tidak bisa dilakukan karena kesulitan tempat, maka pemasangan papan jabatan dilakukan pada tempat
yang memungkinkan dan dapat dibaca oleh umum sepanjang masih dalam lingkungan gedung tempat kantor PPAT dimaksud.
Ps. 49 Perkaban No. 1 Th. 2006
Kop Surat PPAT

Kop surat jabatan PPAT dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :


a. kop surat jabatan PPAT dicantumkan di bagian atas sebelah kiri dari
kertas surat dan sampul dinas PPAT Ps. 50 Perkaban No. 1 Th. 2006
b. tidak dibenarkan menulis jabatan lain kecuali jabatan PPAT
c. kop surat jabatan PPAT dibuat dengan warna hitam.
Kewajiban PPAT
a. menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT;
c. menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
d. menyerahkan protokol PPAT dalam hal :
1. PPAT yang berhenti menjabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) kepada PPAT di daerah kerjanya atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan;
2. PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT Sementara kepada PPAT Sementara yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan;
3. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus kepada PPAT Khusus yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan.
e. membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu, yang dibuktikan secara sah;
f. membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja Kantor
Pertanahan setempat;
g. berkantor hanya di 1 (satu) kantor dalam daerah kerja sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pengangkatan PPAT;
h. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan teraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah, Bupati/ Walikota,
Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah
pengambilan sumpah jabatan;
i. melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan;
j. memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan;
k. lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Ps. 45 Perkaban No. 1 Th. 2006
Hak PPAT

a.cuti;
b.memperoleh uang jasa (honorarium) dari pembuatan akta
c.memperoleh informasi serta perkembangan peraturan perundang-undangan pertanahan;
d.memperoleh kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri sebelum ditetapkannya keputusan pemberhentian sebagai PPAT.
Ps. 36 Perkaban No. 1 Th. 2006
Cuti PPAT
PPAT dapat melaksanakan cuti :
a. cuti tahunan paling lama 2 (dua) minggu setiap tahun takwim;
b. cuti sakit termasuk cuti melahirkan, untuk jangka waktu menurut keterangan dari dokter yang berwenang;
c. cuti karena alasan penting dapat diambil setiap kali diperlukan dengan jangka waktu paling lama 9 (sembilan) bulan dalam
setiap 3 (tiga) tahun takwim.
Untuk dapat melaksanakan cuti PPAT yang baru diangkat dan diangkat kembali harus sudah membuka kantor PPATnya minimal
3 (tiga) tahun.
CUTI

Kurang dari 3 bulan 3 bulan s/d 6 bulan Lebih dari 6 bulan

Persetujuan Persetujuan Persetujuan


Kepala Kantor Kepala Kantor Menteri / Kepala BPN
Pertanahan Wilayah
Akta PPAT

Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri diatur dalam Perkaban No. 8 Th. 2012 (lihat lampiran Perkaban)
Ps. 20 ayat (1) PP No. 37 Th. 1998

Sampul Akta Formulir Akta


 Jenis kertas sampul adalah kertas karton (contoh :  Jenis kertas HVS 80 s/d 100 gram
BW/BC/TIK) 150 s.d. 250 gram;  Ukuran kertas 29.7 cm x 42 cm (A3)
 Ukuran kertas sampul 29.7 cm x 42 cm (A3)  Warna kertas putih
 Warna sampul putih  Setiap halaman formulir akta dicetak diketik dengan huruf
Bookman Old Style, ukuran 12 dan warna hitam
 Sampul depan diberikan kop PPAT dan ditulis judul akta misal
 Setiap lembar formulir akta diketik bolak-balik tiap halaman
”AKTA JUAL BELI”
 Tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak mudah luntur.
 Penulisan judul akta dengan huruf Bookman Old Style,
ukuran 28 dan warna hitam
 Tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak mudah Pada setiap halaman akta PPAT diberi paraf oleh PPAT, para pihak dan
para saksi di bagian pojok kanan bawah halaman akta PPAT
luntur
Renvooi Akta PPAT
Untuk menjaga keakuratan data, dalam akta PPAT sebaiknya dihindari adanya perbaikan/pencoretan/penggantian/ penambahan (renvooi)

Apabila terjadi :
1. Perbaikan/penggantian, maka kata/frasa/kalimat yang salah dicoret dan diberi paraf oleh para penandatangan akta
2. Penambahan kata/frasa/kalimat, dilakukan di :
a. ruang kosong lembaran akta dengan diberi paraf penandatangan akta, atau
b. Lembar kertas yang ditambahkan pada akta, mencantumkan nomor akta disetiap halaman yang ditambahkan dan diberi paraf oleh penandatangan akta
Penomoran dan Pembuatan Akta PPAT
Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut yang berulang pada permulaan tahun takwim (Ps. 21 ayat (2) PP No. 37 Th. 1998)

Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua) lembar yaitu:
1. lembar pertama sebanyak 1 (satu) rangkap disimpan oleh PPAT yang bersangkutan, dan
2. lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih menurut banyaknya hak atas tanah
Ps. 21 ayat (3) PP No. 37 Th. 1998
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi obyek perbuatan hukum dalam
akta, yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran
peralihan hak dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat diberikan salinannya.
Khusus untuk SKMHT lembar kedua disampaikan kepada pemegang kuasa untuk dasar pembuatan APHT

PPAT dilarang membuat akta untuk :


1. PPAT sendiri
2. Suami atau isterinya,
3. Keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam garis ke samping sampai derajat kedua
4. Menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik dengan cara bertindak sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa
dari pihak lain.
Ps. 23 PP No. 37 Th. 1998
PPAT melaksanakan tugas pembuat akta PPAT di kantornya dengan dihadiri oleh para pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan atau
kuasanya sesuai peraturan perundang-undangan.
PPAT dapat membuat akta di luar kantornya hanya apabila salah satu pihak dalam perbuatan hukum atau kuasanya tidak dapat datang di
kantor PPAT karena alasan yang sah, dengan ketentuan pada saat pembuatan aktanya para pihak harus hadir dihadapan PPAT di tempat
pembuatan akta yang disepakati
Ps. 52 Perkaban No. 1 Th. 2006
Pembacaan Akta PPAT

Akta PPAT wajib :


1. Dibacakan/dijelaskan isinya kepada para pihak
2. Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi
3. Ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT.
Ps. 22 PP No. 37 Th. 1998

Perhatikan!!!
Untuk pemenuhan sifat otentik dari akta, pembacaan akta dilakukan sendiri oleh PPAT, Penandatanganan para pihak, saksi dan oleh PPAT,
dilakukan segera setelah pembacaan akta
(Lihat Penjelasan Pasal 22 PP No. 37 Th. 1998)
Penolakan Pembuatan Akta Oleh PPAT
PPAT menolak untuk membuat akta, jika:
a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertifikat asli hak yang bersangkutan
atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan
b. mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan:
1) surat bukti hak lama atau surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut selama
20 tahun
2)surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum besertifikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang
terletak di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan
c. salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi tidak berhak atau tidak memenuhi syarat
untuk bertindak demikian
d. salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak
e. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan atau data yuridisnya
g. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

Penolakan untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang bersangkutan disertai alasannya.
Ps. 39 PP No. 24 Th. 1997
Proses Pembuatan Akta PPAT

Sebelum pembuatan akta PPAT wajib melakukan pemeriksaan kesesuaian/ keabsahan sertipikat
dan catatan lain pada Kantor Pertanahan setempat dengan menjelaskan maksud dan tujuannya
Dalam pembuatan akta PPAT tidak diperbolehkan memuat kata-kata “sesuai atau menurut
keterangan para pihak” kecuali didukung oleh data formil
PPAT berwenang menolak pembuatan akta, yang tidak didasari data formil
PPAT tidak diperbolehkan membuat atas sebagian bidang tanah yang sudah terdaftar atau tanah milik adat, sebelum diukur oleh Kantor
Pertanahan dan diberikan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB)
Dalam pembuatan akta, PPAT wajib mencantumkan :
1.NIB dan atau nomor hak atas tanah,
2.Nomor Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB
3.Penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai dengan keadaan lapangan.
Ps. 54 Perkaban No. 1 Th. 2006
Buku Daftar Akta PPAT

PPAT wajib membuat daftar akta dengan menggunakan 1 (satu) buku daftar akta untuk semua
jenis akta yang dibuatnya, yang di dalamnya dicantumkan secara berurut nomor semua akta
yang dibuat berikut data lain yang berkaitan dengan pembuatan akta

Buku daftar PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan ditutup setiap akhir hari kerja yang sama Ps. 26 PP No. 37
dengan garis tinta hitam dan diparaf oleh PPAT pada kolom terakhir dibawah garis penutup. Th. 1998 jo.
Ps. 56 Perkaban
Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak terdapat akta yang dibuat, maka dicantumkan
No. 1 Th. 2006
kata “Nihil”, disamping tanggal pencatatan dimaksud.
Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta PPAT ditutup dengan garis merah dan
tanda tangan serta nama jelas PPAT
Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta

Akta otentik, surat dibawah tangan, atau dokumen lainnya yang dipakai sebagai dasar bagi
Ps. 58 Perkaban
penghadap sebagai pihak dalam perbuatan hukum yang dibuatkan aktanya dinyatakan dalam No. 1 Th. 2006
akta yang bersangkutan dan dilekatkan atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh PPAT
Ps. 25 PP No. 37 Th. 1998 jo.
Dijilid satu bulan sekali dalam 1 (satu) sampul yang berisi 50 (lima puluh) akta Ps. 59 Perkaban No. 1 Th. 2006

Warkah yang merupakan dokuman yang dijadikan dasar pembuatan akta, selain akta otentik, surat
Ps. 60 Perkaban
dibawah tangan, atau dokumen lainnya dijilid tersendiri satu bulan sekali dalam bundel warkah No. 1 Th. 2006
pendukung yang masing-masing berisi warkah pendukung untuk 25 (dua puluh lima) akta
Kewajiban PPAT Setelah Pembuatan Akta

PPAT wajib menyampaikan akta PPAT dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan pendaftaran akta perbuatan hukum
yang dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatangani akta yang bersangkutan

PELANGGARAN ATAS KETENTUAN TERSEBUT MERUPAKAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF


(Ps 61 Perkaban No. 1 Th. 2006)
Laporan Bulanan PPAT

PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya, yang diambil dari buku daftar akta PPAT selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya kepada :
1. Kepala Kantor Pertanahan
2. Kepala Kantor Wilayah
3. Kepala Kantor Pelayanan PBB
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Ps. 26 ayat (3) PP No. 37 Th. 1998 jo. Ps. 58 Perkaban No. 1 Th. 2006

Pengiriman laporan bulanan dapat diantarkan langsung atau dapat juga melalui jasa pengiriman tercatat
Protokol PPAT
Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen yang harus disimpan dan dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari :
1. Daftar akta
2. Akta asli
3. Warkah pendukung akta
4. Arsip laporan
5. Agenda
6. Surat-surat lainnya
(Ps. 1 angka 6 PP No. 37 Th 1998)

Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta PPAT (Ps. 1 angka 6 PP No. 37 Th 1998)
Ps. 27 PP 24/2016

PPAT yang berhenti menjabat karena diberhentikan dengan hormat dan diberhentikan dengan tidak hormat diwajibkan menyerahkan protokol PPAT kepada
PPAT di daerah kerjanya
PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT Sementara menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT Sementara yang menggantinya
PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT Khusus yang menggantinya
Untuk protokol PPAT Sementara dan PPAT Khusus, apabila tidak ada PPAT penerima protokol maka protokol PPAT diserahkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat

Apabila PPAT meninggal dunia, salah seorang ahli waris/keluarganya atau pegawainya wajib melaporkannya kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak PPAT meninggal dunia
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya melaporkan meninggalnya PPAT berdasarkan laporan atau karena pengetahuan yang
diperoleh dari sumber lain kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi disertai usul penunjukan PPAT yang
akan diserahi protokol PPAT yang meninggal dunia.
Ahli waris, keluarga terdekat atau pihak yang menguasai protokol PPAT yang meninggal dunia wajib menyerahterimakan protokol
PPAT yang bersangkutan kepada PPAT yang ditunjuk Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
Ps. 28 PP 37/1998
Honorarium PPAT
Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, termasuk uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh melebihi 1% (satu persen) dan harga transaksi yang tercantum
di dalam akta.
PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya kepada seseorang yang tidak mampu (dibuktikan Surat Keterangan Tidak Mampu yang diterbitkan
oleh instansi yang berwenang )
Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT Sementara dilarang melakukan pungutan lebih dari 1%
PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa memungut biaya.
Ps. 32 PP No. 24 Th. 2016

Uang Jasa didasarkan pada nilai ekonomis, yang ditentukan dari harga transaksi setiap akta dengan rincian sebagai berikut:
a. kurang dari atau sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), paling banyak sebesar 1% (satu persen);
b. lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), paling banyak sebesar 0,75% (nol koma tujuh lima
persen);
c. lebih dari Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), paling banyak sebesar 0,5% (nol koma lima
persen); atau
d. lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah), paling banyak sebesar 0,25% (nol koma dua lima persen).
Ps. 1 Permen ATR/KBPN No. 33 Th. 2021

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP No. 24 Th. 2016, pada Ps. 32 PP No. 37 Th. 1998 tidak ada sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan honorarium
PPAT Pengganti
Selama PPAT diberhentikan untuk sementara atau menjalani cuti maka tugas dan kewenangan PPAT dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti
atas permohonan PPAT yang bersangkutan

PPAT pengganti diusulkan oleh PPAT yang bersangkutan dan diangkat oleh pejabat yang berwenang menetapkan pemberhentian sementara atau
persetujuan cuti di dalam keputusan mengenai pemberhentian sementara atau keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan serta diambil
sumpahnya oleh Kepala Kantor Pertanahan Setempat
Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti :
a. telah lulus program pendidikan kenotariatan dan telah menjadi pegawai kantor PPAT paling sedikit selama 1 (satu) tahun, atau;
b. telah lulus program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh kementerian
Ps. 31 PP No. 24 Th. 2016

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP No. 24 Th. 2016, syarat untuk dapat menjadi PPAT Pengganti sebagaimana ditentukan dalam Ps. 31 ayat (3) PP No. 37 Th. 1998 adalah
lulusan Sarjana Hukum dan telah menjadi pegawai kantor PPAT selama 2 (dua) tahun
Pembinaan Dan Pengawasan PPAT

Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PPAT (Ps. 33 PP No. 24 Th. 2016)

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2018
Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta

Lahirnya Permen ATR/Ka. BPN No. 2 Th. 2018 dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan pembinaan dan pengawasan serta
penegakan aturan hukum melalui pemberian sanksi terhadap PPAT yang dilakukan oleh Kementerian

Tujuan Mewujudkan PPAT yang profesional, berintegritas dan melaksanakan jabatan


Perman ATR/KBPN 2/2018 PPAT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kode etik

Secara keseluruhan untuk pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT dilakukan oleh Menteri, namun dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan di daerah dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN dan Kepala Kantor Pertanahan
Dalam melaksanakan pembinaan, Kepala Kantor Wilayah BPN dan/atau Kepala Kantor Pertanahan dapat dibantu oleh Majelis
Pembina dan Pengawas PPAT sesuai dengan tugas dan kewenangannya
Permen ATR/Ka.BPN Pembinaan &
No. 2 Th. 2018 Pengawasan PPAT

Ruang lingkup pengawasan terhadap PPAT, meliputi:


1. Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT;
2. Penegakan aturan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang PPAT.
Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT dilakukan untuk memastikan PPAT melaksanakan kewajiban dan jabatan
PPAT-nya
PEMBINAAN PPAT

MENTERI Ka. Kanwil & Ka. Kantah

1. Penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas 1. Penyampaian dan penjelasan kebijakan yang telah
jabatan PPAT; ditetapkan oleh Menteri terkait pelaksanaan tugas
2. Pemberian arahan pada semua pihak yang PPAT sesuai dengan ketentuan peraturan
berkepentingan terkait dengan kebijakan di bidang perundang-undangan;
ke-PPAT-an; 2. Sosialisasi, diseminasi kebijakan dan peraturan
3. Menjalankan tindakan yang dianggap perlu untuk perundang-undangan pertanahan;
memastikan pelayanan PPAT tetap berjalan sesuai 3. pemeriksaan ke kantor PPAT dalam rangka
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pengawasan secara periodik; dan/atau
dan/atau 4. pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi
4. Memastikan PPAT menjalankan tugas dan fungsi PPAT sesuai Kode Etik.
sesuai dengan Kode Etik.
Obyek pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT tersebut berupa pengawasan terhadap:
a. Tempat kedudukan kantor PPAT;
b. Stempel jabatan PPAT;
c. Papan nama, dan kop surat PPAT;
d. Penggunaan formulir akta, pembuatan akta dan penyampaian akta;
e. Penyampaian laporan bulanan akta;
f. Pembuatan daftar Akta PPAT;
g. Penjilidan akta, warkah pendukung akta, protokol atau penyimpanan bundel asli akta; dan
h. Pelaksanaan jabatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.

Pengawasan atas pelaksanaan jabatan dilakukan dengan pemeriksaan ke kantor PPAT atau cara pengawasan lainnya, yang dilakukan oleh :
1. Kepala Kantor Wilayah BPN, dilaksanakan secara berkala
2. Kepala Kantor Pertanahan, dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Majelis Pembina Dan Pengawas PPAT
Untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan Menteri dapat membentuk Majelis Pembina dan Pengawas PPAT yang bertugas untuk membantu Menteri
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan PPAT.
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT adalah majelis yang diberi kewenangan oleh Menteri untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT

Majelis Pembina dan Pengawas PPAT tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Majelis Pembina dan Pengawas PPAT, terdiri
atas:
•Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Pusat (MPPP)
•Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Wilayah (MPPW)
•Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Daerah (MPPD)

Keanggotaan Majelis Pembina dan Pengawas PPAT terdiri atas unsur Kementerian dan IPPAT
Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis Pembina dan Pengawas PPAT dibantu oleh sekretaris.
Sekretaris bukan merupakan anggota majelis dan bertugas menangani bidang administrasi.
Sekretaris dapat dibantu paling sedikit 2 (dua) orang yang berbentuk Sekretariat yang berasal dari unsur Kementerian
Sekretaris dan jumlah anggotanya ditetapkan oleh:
•Direktur Jenderal, untuk MPPP
•Kepala Kantor Wilayah BPN, untuk MPPW
•Kepala Kantor Pertanahan, untuk MPPD
Majelis Pembina dan Berjumlah 11 (sebelas) orang
Pengawas Pusat a. 1 orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat
oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk;
b. 1 orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT; Persyaratan pengangkatan sebagai
c. 9 orang anggota, dengan komposisi 5 orang dari Majelis Pembina dan Pengawas PPAT,
unsur Kementerian dan 4 orang dari unsur IPPAT. yaitu:
a. berkewarganegaraan Indonesia;
Majelis Pembina dan Majelis Pembina dan Berjumlah 9 orang b. berpendidikan paling rendah sarjana
Pengawas PPAT Pengawas Wilayah a. 1 orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat hukum atau pejabat di Kementerian yang
oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk; mempunyai pengalaman di bidang hak
b. 1 orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT; tanah dan pendaftaran tanah;
c. 7 orang anggota, dengan komposisi 4 orang dari c. tidak sedang ditetapkan sebagai
unsur Kementerian 3 orang dari unsur IPPAT. tersangka dengan ancaman hukuman
pidana paling sedikit 5 (lima) tahun; dan
Majelis Pembina dan Berjumlah 7 orang d. tidak pernah dihukum karena melakukan
Pengawas Daerah a. 1 orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat tindak pidana kejahatan yang telah
oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk; mempunyai kekuatan hukum tetap.
b. 1 orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT;
c. 5 orang anggota, dengan komposisi 3 orang dari
unsur Kementerian 2 orang dari unsur IPPAT.
TUGAS KETUA MAJELIS PEMBINA DAN PENGAWAS PPAT

Menindaklanjuti:
a. Usulan Kepala Kantor Wilayah BPN atas rekomendasi pemberian sanksi pemberhentian dengan hormat atau
MPPP
pemberhentian tidak dengan hormat dari Kepala Kantor Wilayah BPN
b. Permohonan keberatan PPAT terlapor atas penjatuhan sanksi administratif berupa pemberhentian sementara

Menindaklanjuti:
a. Usulan Kepala Kantor Pertanahan atas rekomendasi pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat
MPPW atau pemberhentian dengan tidak hormat serta laporan mengenai rekomendasi pemberhentian sementara bagi
PPAT karena tetap melakukan pelanggaran setelah mendapatkan 2 (dua) kali teguran
b. Keberatan PPAT terlapor atas penjatuhan sanksi administratif berupa teguran tertulis.

Menindaklanjuti temuan Kantor Wilayah BPN atau Kantor Pertanahan terhadap pelanggaran pelaksanaan jabatan PPAT
MPPD
dengan membentuk dan menugaskan Tim Pemeriksa MPPD untuk melakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PPAT
Pemanggilan terhadap PPAT terlapor dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali
Pemanggilan pertama dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sebelum pemeriksaan
Apabila pemanggilan pertama kali sampai dengan hari ke 7 (tujuh) hari kalender terlapor tidak datang sejak tanggal pemanggilan, maka
dilakukan panggilan kedua
Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah panggilan kedua terlapor tidak datang, dilakukan pemanggilan ketiga
Selanjutnya apabila 7 (tujuh) hari kalender setelah panggilan ketiga terlapor tidak datang, proses pemeriksaan dapat dilanjutkan tanpa
kehadiran terlapor

Ketua, wakil ketua dan anggota Majelis Pembina dan Pengawas PPAT dapat menjadi tim pemeriksa dengan syarat :
a. Tidak mempunyai hubungan perkawinan dengan PPAT yang diduga melakukan pelanggaran
b. Tidak mempunyai hubungan hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan/atau ke atas tanpa pembatasan derajat, serta dalam
garis ke samping sampai dengan derajat ketiga
c. Tidak mempunyai hubungan yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan terhadap PPAT dibuat dalam bentuk Laporan Hasil Pemeriksaan dan memuat alasan serta pertimbangan yang dijadikan dasar
untuk memberikan rekomendasi dalam pemberian putusan dan jenis sanksi terhadap PPAT terlapor.
Hasil Pemeriksaan MPPD
Rekomendasi dalam pemberian putusan dan jenis sanksi terhadap PPAT terlapor berupa :
a. Pemberian sanksi teguran tertulis;
Atas hasil pemeriksaan berupa rekomendasi pemberian sanksi teguran tertulis, Kepala Kantor Pertanahan menindaklanjuti dengan menerbitkan
surat teguran tertulis kepada PPAT.
b. Pemberian sanksi pemberhentian berupa pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat;
Atas hasil pemeriksaan berupa rekomendasi pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat,
Kepala Kantor Pertanahan menyampaikan usulan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN selaku ketua MPPW.
c. Tidak terjadi indikasi pelanggaran.
Jika hasil pemeriksaan berupa tidak adanya indikasi pelanggaran, maka Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan kepada PPAT yang
bersangkutan dengan ditembuskan kepada Kepala Kantor Wilayah
Hasil Pemeriksaan MPPW
Rekomendasi dalam pemberian putusan dan jenis sanksi terhadap PPAT terlapor berupa :
a. Pemberian sanksi pemberhentian sementara
Apabila hasil pemeriksaan berupa pemberhentian sementara Kepala Kantor Wilayah BPN menindaklanjuti dengan menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian
Sementara.
b. Menyetujui atau menolak keberatan terlapor
Apabila hasil pemeriksaan berupa persetujuan atas keberatan oleh PPAT terlapor, Kepala Kantor Wilayah BPN menerbitkan surat keputusan untuk
membatalkan surat teguran yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya rekomendasi dari tim
pemeriksa MPPW. Jika hasil pemeriksaan berupa menolak keberatan oleh PPAT terlapor, Kepala Kantor Wilayah BPN memberitahukan kepada PPAT yang
bersangkutan dengan ditembuskan kepada Kepala Kantor Pertanahan.
c. Rekomendasi pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan hormat.
Jika hasil pemeriksaan berupa rekomendasi pemberian sanksi pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan hormat, Kepala Kantor
Wilayah BPN menyampaikan usulan kepada Direktur Jenderal selaku ketua MPPP.
Hasil Pemeriksaan MPPP
Rekomendasi dalam pemberian putusan dan jenis sanksi terhadap PPAT terlapor berupa :
a. Pemberian sanksi pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat;
Apabila pemeriksaan berupa pemberian sanksi pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat, Menteri
menindaklanjuti dengan menetapkan Surat Keputusan Pemberhentian Dengan Hormat atau Surat Keputusan Pemberhentian Dengan Tidak
Hormat.
b. Menyetujui atau menolak keberatan terlapor.
Apabila hasil pemeriksaan berupa persetujuan atas keberatan oleh PPAT terlapor, Menteri menerbitkan surat keputusan untuk membatalkan
keputusan pemberhentian sementara yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN. Namun jika pemeriksaan berupa menolak keberatan
oleh PPAT terlapor, Menteri memberitahukan kepada PPAT yang bersangkutan dengan ditembuskan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN dan
Kantor Pertanahan. Keputusan yang telah ditetapkan oleh Menteri kepada PPAT terlapor bersifat final.
Bantuan Hukum Terhadap PPAT

Kementerian, Majelis Pembina dan Pengawas PPAT dan/atau IPPAT dapat memberikan bantuan hukum terhadap PPAT yang dipanggil sebagai
saksi maupun tersangka oleh penyidik. PPAT yang yang dipanggil sebagai saksi maupun tersangka oleh penyidik dapat mengajukan permohonan
bantuan hukum.

Bantuan hukum dapat berupa :


•Saran atau masukan
•Pendampingan dalam penyidikan
•Keterangan ahli di pengadilan.
Sanksi Administratif Terhadap PPAT
Sanksi merupakan alat pemaksa sebagai hukuman untuk mentaati ketetapan yang ditentukan dalam peraturan atau perjanjian
Pemberian sanksi yang dikenakan terhadap PPAT yang melakukan pelanggaran, dapat berupa:
1. Sanksi teguran tertulis
2. Sanksi pemberhentian sementara, dengan jangka waktu :
a. Sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
b. Sampai dipenuhinya kewajiban
c. 3 bulan
d. 6 bulan
e. 1 tahun
f. 2 tahun
g. 3 tahun
3. Sanksi pemberhentian dengan hormat
4. Sanksi pemberhentian dengan tidak hormat
Sanksi Teguran Tertulis dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta yang telah dibuat kepada para pihak
b. PPAT tidak menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatangani akta yang
bersangkutan
c. PPAT memungut biaya (uang jasa) kepada seseorang yang tidak mampu
d. PPAT membuat akta pemindahan hak atas tanah tanpa dilengkapi surat pernyataan dari calon penerima hak yang menyatakan bahwa dengan pemindahan hak tersebut tidak
melanggar ketentuan batas maksimum penguasaan tanah dan ketentuan tanah absentee (guntai)
e. PPAT menyampaikan akta pemberian hak tanggungan berikut dokumen lain kepada Kantor Pertanahan dalam waktu yang melebihi 7 (tujuh) hari kerja
f. PPAT tidak memasang papan nama dan tidak menggunakan stempel dengan bentuk dan ukuran sesuai ketentuan
g. PPAT tidak membuat daftar akta yang dibuat dalam 1 (satu) buku daftar akta untuk semua jenis akta yang dibuatnya
h. PPAT tidak mengisi buku daftar akta dan tidak menutupnya setiap akhir hari kerja sesuai ketentuan
i. PPAT tidak menutup pengisian Buku Daftar Akta PPAT yang dibuatnya pada akhir kerja terakhir di setiap bulan
j. PPAT tidak menutup pengisian Buku Daftar Akta dan tidak melaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat sebelum melaksanakan cuti
k. PPAT tidak menutup pengisian Buku Daftar Akta PPAT yang dibuatnya pada akhir hari kerja sebelum menjalankan cuti, diberhentikan sementara, atau berhenti dari jabatannya
l. PPAT meninggalkan kantornya lebih dari 6 (enam) hari kerja berturut-turut tidak dalam rangka menjalankan cuti.
m.PPAT tidak melaporkan berpindah alamat kantor yang masih dalam kabupaten/kota kepada Kepala Kantor Pertanahan tempat kedudukan PPAT
n. PPAT tidak mengajukan permohonan mengenai perubahan tempat kedudukan atau daerah kerja PPAT secara tertulis kepada Menteri karena alasan pemekaran kabupaten/kota
atau provinsi dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal undang-undang mengenai pemekaran wilayah diundangkan
o. PPAT tidak membuka kantor pada hari kerja
p. PPAT tidak menerakan stempel jabatan PPAT pada akta, salinan akta, surat dan dokumen lain yang merupakan produknya
q. PPAT tidak menggunakan kop surat jabatan PPAT dengan bentuk dan ukuran sesuai ketentuan
r. PPAT tidak melakukan penjilidan akta yang telah dibuatnya sesuai ketentuan
s. Perbuatan lain yang menurut Menteri, Kepala Kantor Wilayah BPN, Kepala Kantor Pertanahan, MPPP, MPPW, MPPD yang dapat dikualifikasikan sebagai pelanggaran aturan dan
kode etik
Sanksi Pemberhentian Sementara sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman kurungan atau penjara selama-
lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat
b. PPAT dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang

Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu sampai terpenuhinya kewajiban yang dilanggar oleh PPAT dapat dijatuhkan kepada
PPAT dalam hal :
a. PPAT diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat kedudukan di kabupaten/kota yang lain
daripada tempat kedudukan sebagai PPAT
b. PPAT tidak mengajukan pindah tempat kedudukan PPAT pada tempat kedudukan Notaris atau berhenti sebagai Notaris pada tempat kedudukan
yang berbeda
c. PPAT tidak menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf, dan teraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Bupati/Walikota, Ketua Pengadilan Negeri (dalam hal diperlukan), dan Kepala Kantor Pertanahan yang
wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d. PPAT tidak berkantor dalam daerah kerjanya
e. PPAT yang berhenti menjabat sebagai PPAT karena pindah daerah kerja dan tidak menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT lain di daerah kerjanya
Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu paling lama 3 bulan dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal PPAT tidak
menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan dan kantor-kantor lain sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya

Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu paling lama 6 bulan dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT tidak melaksanakan jabatannya secara nyata dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah
b. PPAT melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT
c. PPAT memungut uang jasa (honorarium) PPAT termasuk uang jasa (honorarium) saksi melebihi 1% (satu persen) dari harga transaksi yang
tercantum di dalam akta
d. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah berakhirnya cuti tidak melaksanakan tugasnya kembali
e. PPAT melakukan perbuatan tercela
f. PPAT membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang materinya juga memuat kuasa lain seperti kuasa substitusi
g. PPAT yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional untuk menerima protokol yang berhenti menjabat sebagai PPAT
tidak bersedia menerima protokol PPAT tersebut
h. PPAT tidak melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan sebelum pembuatan akta
Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu paling lama 1 tahun dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT membuat akta yang saksinya tidak memenuhi syarat.
b. PPAT menjalankan jabatannya sebagai PPAT sebelum mengucapkan sumpah jabatan PPAT
c. PPAT membuat akta terhadap tanah terdaftar tetapi kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak atas tanah atau sertipikat yang
diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan
d. PPAT membuat akta terhadap tanah belum terdaftar tetapi kepadanya tidak disampaikan surat bukti hak
e. Pembuatan akta dilakukan atas dasar surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak
f. Pembuatan akta dilakukan tanpa izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
g. PPAT membuat akta untuk PPAT sendiri, suami atau istrinya, keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis ke samping sampai derajat kedua, menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik dengan cara
bertindak sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari pihak lain
h. Pengisian blanko akta dalam rangka pembuatan Akta PPAT tidak dilakukan sesuai dengan kejadian, status dan data yang benar serta tidak
didukung dengan dokumen sesuai peraturan perundang-undangan
i. PPAT melakukan pungutan di luar uang jasa (honorarium) PPAT

Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu paling lama 2 tahun dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal PPAT melanggar kode etik profesi

Sanksi Pemberhentian Sementara dengan jangka waktu paling lama 3 tahun dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal PPAT Berada di bawah pengampuan
Sanksi Pemberhentian Dengan Tidak Hormat dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
b. PPAT melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
c. PPAT melakukan pembuatan akta di luar wilayah kerjanya kecuali karena pemekaran kabupaten/kota, pemekaran provinsi, atau membuat akta tukar
menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan, atau akta pembagian bersama mengenai beberapa hak atas tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
yang tidak semuanya terletak dalam wilayah kerjanya;
d. PPATmemberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
e. PPAT membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lainnya di dalam dan/atau di luar wilayah kerjanya;
f. PPAT melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT;
g. PPAT membuat Akta PPAT tanpa dihadiri oleh para pihak;
h. PPAT membuat akta mengenai hak atas tanah/Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang obyeknya masih sengketa;
i. PPAT tidak membacakan akta yang dibuatnya di hadapan para para pihak,
j. PPAT membuat akta di hadapan para pihak yang berwenang melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya;
k. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi pemberhentian dengan hormat, pemberhentian sementara, atau dalam keadaan cuti.
l. PPAT dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih
Sanksi Pemberhentian Dengan Hormat dapat dijatuhkan kepada PPAT dalam hal :
a. PPAT menjalankan tugasnya dalam kondisi yang tidak memenuhi syarat kesehata
b. PPAT merangkap jabatan yang dilarang
c. PPAT melaksanakan tugas jabatan dalam keadaan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
d. PPAT melaksanakan tugas jabatan dalam keadaan di bawah pengampuan secara terus menerus selama 3 (tiga) tahun

Pemberian sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh PPAT dilakukan oleh :
a. Kepala Kantor Pertanahan untuk penjatuhan sanksi berupa berupa teguran tertulis
b. Kepala Kantor Wilayah BPN untuk penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sementara
c. Menteri untuk penjatuhan sanksi berupa pemberhentian dengan hormat atau tidak hormat
Organisasi Profesi PPAT Dan Kode Etik PPAT
Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi PPAT dan/atau PPAT Sementara wajib dibentuk
organisasi profesi PPAT dan/atau PPAT Sementara.
Organisasi profesi PPAT dan/atau PPAT Sementara wajib menyusun 1 (satu) Kode Etik Profesi Ps. 69 Perkaban
PPAT yang berlaku secara nasional untuk ditaati semua anggota PPAT dan PPAT Sementara. No. 1 Th. 2006
Penyusunan Kode Etik Profesi PPAT dilakukan oleh organisasi profesi PPAT secara bersama-sama
dan Kode etik profesi PPAT yang telah disusun disahkan oleh Kepala Badan sebagai pedoman
bersama untuk pengembangan profesi PPAT.

Organisasi Profesi PPAT = Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT)


Kode Etik PPAT disahkan melalui Kepmen ATR/BPN No 112/KEP-4.1/IV/2017
Apabila rekan-rekan merasa tulisan ini dapat memberikan manfaat,
maka bagikanlah tulisan ini kepada rekan-rekan yang lain

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) :
1. sedekah jariyah,
2. ilmu yang dimanfaatkan
3. do’a anak yang sholeh
(HR Muslim)
TERIMA KASIH
&
SEMOGA SUKSES

You might also like