You are on page 1of 16

Menguak Tindak Kejahatan Cyber Bullying

Sebagai Cyber Crime

KELOMPOK V
Dosen Pengampu :
Yanti Kirana

Disusun Oleh
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :
Nama :

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PAINAN
2023

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan akan teknologi jaringan komputer semakin meningkat.

Selain sebagai media penyedia informasi, melalui internet pula kegiatan

komunitas komersial menjadi bagian terbesar dan pesat pertumbuhannya

serta menembus berbagai batas Negara. Bahkan melalui jaringan ini

kegiatan pasar di dunia dapat diketahui selama 24 jam. Melalui dunia

internet atau disebut juga cyber space, apapun dapat dilakukan. Adapun

dewasa ini, kerap terjadi penggunaan istilah “maya” sebagai pengganti

istilah “cyber”, karena definisi menurut KBBI kata “maya” hanya

tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada. Sedangkan “cyber” adalah

terminologi yang menggambarkan aktivitas yang nyata, riil, meskipun

dalam bentuk virtual.

Segi positif dari dunia cyber ini tentu saja menambah trend

perkembangan teknologi dunia dengan segala bentuk kreatifitas manusia.

Tentunya untuk yang bersifat positif kita semua harus mensyukurinya

karena banyak manfaat dan kemudahan yang didapat dari teknologi ini

misalnya kita dapat melakukan transaksi perbankan kapan saja dengan e-

banking, e-commerce juga membuat kita mudah melakukan pembelian

maupun penjualan suatu barang tanpa mengenal tempat. Mencari referensi

atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga bukanlah hal yang sulit

dengan adanya e-library dan banyak lagi kemudahan yang didapatkan

1
dengan perkembangan internet. Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa

teknologi internet juga membawa dampat negatif yang tidak kalah banyak

dengan manfaat yang ada.

Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional

seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan

menggunakan media komputer secara online dengan resiko tertangkap yang

sangat minim oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang

lebih besar baik untuk masyarakat maupun Negara. Selain menimbulkan

kejahatan-kejahatan baru seiring dengan perkembangan teknolosi internet,

menyebabkan munculnya kejahatan yang disebut dengan cybercrime atau

kejahatan melalui jaringan internet.

Oleh karena itu, dalam kejahatan komputer dimungkinkan adanya

delik formil dan delik materiil. Delik formil yang dimaksudkan dalam kasus

ini adalah perbuatan seseorang yang memasuki komputer orang lain tanpa

izin, sedangkan delik materiilnya adalah perbuatan yang menimbulkan

akibat kerugian bagi orang lain.

Perkembangan Cyber Crime di Indonesia, dimulai dari sebuah

fenomena cyber bullying, yaitu salah satu bentuk intimidasi yang dilakukan

seseorang atau lebih untuk memojokkan, menyudutkan, mendiskreditkan

orang lain melalui dunia cyber. Intimidasi ini tidak sembarangan akibatnya,

tak jarang kematian menjadi akhir dari cyber bullying. Karakteristik

aktivitas di dunia cyber yang bersifat lintas batas yang tidak lagi tunduk

pada batasan-batasan teritorial dan hukum tradisional memerlukan hukum

2
responsif sebab pasal-pasal tertentu dalam KUHP dianggap tidak cukup

memadai untuk menjawab persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat

aktivitas di dunia cyber. Pasal dalam KUHP yang relevan terhadap cyber

bullying adalah Pasal 310 dan Pasal 311 KUHP. Sedangkan Putusan MK

Nomor 50/PUU-VI/2008 menyebutkan bahwa penghinaan secara offline

tidak dapat menjangkau penghinaan secara online karena ada unsur “di

muka umum” dalam Pasal 310 ayat (1) dan ayat (2) KUHP.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Cyber Bullying sebagai cyber crime ?

2. Apa ketentuan yang mengatur tentang fenomena Cyber Bullying di

Indonesia ?

C. Tujuan Makalah

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan makalah ini, adalah :

3. Untuk dapat mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan cyber

bullying sebagai cyber crime.

4. Untuk dapat mengetahui lebih dalam mengenai ketentuan yang

mengatur tentang fenomena cyber bullying di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Tentang Cyber Bullying

Cyber bullying dapat menjadi masalah yang kompleks, terutama

korban cyber bullying sebagaian besar yang terjadi kepada anak-anak.

Permasalahan yang dapat timbul dari anak_anak yang menjadi korban cyber

bullying adalah orang tua yang tidak terbiasa dan kurang memahami

internet, instant messenger, atau chat room seperti yang dilakukan anak-

anak mereka. Kurang perdulinya orang tua terhadap aktifitas berinternet

anak-anak mereka dapat membuat anak-anak terjerat dari dampak cyber

bullying yang berkelanjutan atau bahkan menjadi pelaku itu sendiri. Pelaku

cyber bullying mampu menutupi identitas asli mereka di dunia cyber dengan

menggunakan nama samaran dan membuat banyak korbannya tidak

berdaya. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya cyber bullying

untuk dilakukan secara rahasia dan tersembunyi dan lebih mudah untuk

dibagikan atau disiarkan.

Adapun kata cyber dalam cyberspace, cybercrime, dan cyberlaw,

serta istilah lain yang menggunakan kata cyber berkembang dari

penggunaan terminologi cybernetics oleh Norbert Wiener pada tahun 1948

dalam bukunya yang berjudul Cybernetics or Control and Communication

in the Animal and the Machine. Menurut Lawrence Lessig, Cybernetics

adalah: ”cybernetic”, the study of control at a distance through devices.”

4
“Yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang mengatur atau

mengarahkan sistem mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling

kompleks dengan cara memahami sistem dan perilaku terlebih dahulu dan

mengaturnya dari luar sistem melalui berbagai alat, cara, dan metode”.

Sementara kriminalitas berasal dari kata “crime” yang berarti

kejahatan. Secara yuridis, kejahatan berarti segala tingkah laku manusia

yang dapat dipidana yang diatur dalam hukum pidana. Dari segi apa pun

dibicarakan suatu kejahatan perlu diketahui bahwa kejahatan bersifat relatif.

Kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan atau

patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan,

menjengkelkan sehinggah tidak boleh dibiarkan (negara bertindak). Istilah

cyber bullying dikenalkan oleh Bill Belsey dari Kanada, dan istilah ini

berkembang begitu cepat.

 Cyber bullying is the use of technology to intimidate, victimize, or

bully an individual or group. Yang artinya, cyber bullying adalah

penggunaan teknologi untuk mengintimidasi, menjadikan korban, atau

mengganggu individu atau sekelompok orang.

Dengan kata lain, Cyber Bullying adalah apabila seseorang

menggunakan alat komunikasi elektronik untuk mem-bully seseorang,

khususnya mengirimkan pesan yang berisi intimidasi atau ancaman. Cyber

Bullying adalah bentuk bullying yang menggunakan alat-alat bantu seperti:

1) Media Sosial

2) Handphone

5
3) Gambar/ video

4) E-mail

5) Website

6) Game Online

Dari defenisi-defenisi diatas tentang Cyber Bullying, dapat

disimpulakan bahwa Cyber Bullying merupakan suatu perbuatan yang

dilakukan oleh satu orang atau lebih dan bertujuan untuk menyakiti dan/

atau menghina orang lain baik yang tidak dapat membela diri secara verbal

maupun non-verbal dan dilakukan secara terus-menerus dengan

menggunakan media elektronik/ teknologi digital. Cyber Bullying dapat

dikategorikan sebagai Cyber crime berdasarkan defenisi dari bullying itu

sendiri. Perbedaan antara Bullying biasa dengan Cyber Bullying adalah

sebagai berikut :

1) Dalam Cyber Bullying korban tidak punya peluang untuk

bersembunyi, dan dapat menerima “serangan” kapan pun dan saat

berada dimanapun.

2) Cyber Bullying itu dapat menjangkau area yang sangat luas, seluas

jaringan internet.

3) Pelaku Cyber Bullying relatif lebih aman karena terlindung berkat

anonimitas dari bentuk kontak yang dipergunakannya, sehingga

mereka akan lebih sulit untuk “ditangkap”

6
B. Unsur-Unsur Yang Menjadikan Cyber Bullying Sebagai Sebuah

Kejahatan

Cyber bullying merupakan sebuah kejahatan jenis baru jika dilihat

dari media yang digunakan, yaitu media elektronik. Fenomena ini

membutuhkan perhatian khusus dari para penegak hukum karena semakin

masifnya interaksi dalam dunia cyber. Fenomena cyber bullying dalam

hukum Indonesia dimasukkan ke dalam definisi pencemaran nama baik atau

penghinaan dimana definisi tersebut kurang memadai jika dilihat bentuk-

bentuk cyber bullying yang lebih dari sekedar pencemaran nama baik.

Ditambah lagi ketidaklengkapan definisi atas cyber bullying dapat

menyebabkan aktivitas jurnalistik yang sejatinya merupakan penjaminan

akan hak kebebasan untuk menyebarluaskan opini kepada publik pun dapat

dinilai sebagai pencemaran nama baik bagi mereka yang merasa dicemarkan

nama baiknya. Berdasarkan pengertian kejahatan yang telah dijelaskan

sebelumnya, dapat diartikan bahwa kejahatan adalah suatu perbuatan yang

melanggar norma-norma yang ada di masyarakat yang bersifat merugikan

dan menimbulkan akibat-akibat tertentu yang nyata. Pelanggaran atas norma

tersebut dapat menyebabkan timbulnya suatu reaksi, baik berupa hukuman,

cemohan atau pengucilan. Norma itu merupakan suatu garis untuk

membedakan perbuatan terpuji atau perbuatan yang wajar pada suatu pihak,

sedang pada pihak lain adalah suatu perbuatan tercelang.

Menurut para ahli, kejahatan memiliki pengertian secara umum

yaitu perbuatan yang disengaja dan menimbulkan akibat-akibat yang

7
merugikan, selain itu kejahatan memiliki unsur-unsur yaitu kerugian yang

dimaksud harus dilarang oleh undang-undang, harus ada maksud jahat,

harus ada hubungan sebab akibat diantara kerugian yang dilarang undang-

undang dengan perbuatan yang disengaja atas keinginan sendiri, harus ada

hukuman yang telah ditetapkan oleh undang-undang.

Dari definisi Cyber Bullying, unsur-unsur dari kata Cyber sendiri

adalah sebuah media elektronik yang terhubung ke dalam suatu jaringan

komputer di seluruh dunia dan berfungsi untuk berkomunikasi satu arah

maupun timbal-balik secara online. Dengan kata lain, Cyber adalah sebuah

dimensi baru yang terkomputerisasi dimana kita dapat dengan bebas

memindahkan informasi dan mengakses data yang berupa audio dan visual.

Sedangkan unsur-unsur Bullying adalah kecenderungan seseorang

atau kelompok dalam melakukan tindakan menyakiti orang lain dengan

berulang-ulang secara sengaja untuk melukai, membuat korbannya merasa

tidak nyaman dan takut, secara fisik, verbal, dan mental dan dilakukan

dengan perasaan senang. Berdasarkan kedua unsur diatas, maka Cyber

Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan oleh kelompok maupun

individu dalam melakukan tindakan menyakiti orang lain dengan berulang-

ulang dengan sengaja untuk melukai dan membuat korbannya merasa tidak

nyaman dan takut secara verbal ataupun non-verbal yang dilakukan dengan

menggunakan media elektronik/ teknologi digital.

Menurut pengertian umum, Cyber Bullying merupakan sebuah

kejahatan karena suatu perbuatan yang merusak nama baik atau kehormatan

8
seseorang adalah perbuatan yang bertentangan dengan asas-asas hukum

yang hidup dalam keyakinan manusia dan terlepas dari undang-undang jika

dikaitkan dengan pengertian kejahatan. Selain itu, menurut pengertian

moral, tindakan pencemaran nama baik adalah suatu perbuatan yang

merugikan orang lain dan bertentangan dengan norma-norma yang berlaku

di masyarakat, dimana setiap orang berhak bebas dari penyiksaan atau

perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dengan bunyi Pasal

28G ayat (2) UUD 1945.

Menurut hukum internasional, Cyber Bullying dikategorikan

sebagai Cyber Crime dan hukum internasional yang mengatur hal itu adalah

dari Convention on Cyber Crime dimana konvensi tersebut merupakan

instrumen hukum internasional yang paling banyak dijadikan acuan utama

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana

Cyber Crime oleh negara-negara di dunia. Menurut Undang-Undang ITE,

konten yang memiliki muatan penghinaan dan/ atau pencemaran nama baik

seperti yang tercantum pada Pasal 27 ayat konten yeng memiliki muatan

yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama,

ras, dan antargolongan (SARA) seperti yang tercantum pada Pasal 28 ayat

(2), konten yang berisi ancaman kekerasan atau menakut-nakuti yang

ditujukan secara pribadi seperti yang tercantum dalam Pasal 29 merupakan

unsur-unsur dari Cyber Bullying yang secara eksplisit menyatakan bahwa

tindakan tersebut merupakan tindak kejahatan yang dapat dipidana.

9
Berdasarkan penjelasan beberapa unsur diatas, maka Cyber

Bullying termasuk dalam kategori tindak pidana di dalam dunia Cyber dan

pelakunya dapat dijerat oleh Undang-Undang yang berlaku, walaupun pada

kenyataannya beberapa jenis dari Cyber Bullying belum diatur secara rinci

dalam UU ITE, namun pada intinya unsur pencemaran nama baik dan

penghinaan di dunia cyber telah dipayungi oleh Undang-Undang ITE yang

tidak dapat dipisahkan dari norma hukum pokok dalam KUHP.

Namun demikian, sangat besar kemungkinan subyek hukum yang

melakukan interaksi yang dilakukan dalam dunia maya sulit untuk

diketahui. Dengan kata lain, setiap orang dapat menyalahgunakan kebebasan

yang diperolehnya secara sistematis sebagai konsekuensi pola komunikasi

di internet yang tidak dapat mewajibkan setiap orang mencantumkan

identitas dirinya secara benar. Untuk menelusuri, mengungkapkan, atau

mencari siapa pelakunya hanya merupakan kewenangan dan tanggung

jawab aparat penyidik. Dalam hal ini proses penelusuran untuk menemukan

siapa pelaku tersebut juga memerlukan keahlian dan kemampuan tertentu,

khususnya keahlian dan kemampuan dalam hal perolehan dan penanganan

bukti digital (digital evidence).

C. Ketentuan Yang Mengatur Tentang Fenomena Cyber Bullying Di

Indonesia Saat Ini

Pengaturan kejahatan berdimensi baru yang beraspek gobal

maupun bersifat transnasional, apabila ditempatkan pada keseluruhan

10
peraturan hukum pidana nasional mencakup peraturan hukum pidana umum

dalam KUHP. Dengan berkembangnya jaman, untuk menanggulangi

kejahatan berdimensi baru seperti kejahatan komputer dan kejahatan internet

(cyber crime) diperlukan suatu peraturan yang baru pula. Oleh sebab itu,

UU No. 8 Tahun 2011 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

diciptakan untuk melakukan hukuman bagi para pelanggar atau pelaku

kejahatan Cyber Crime. Salah satu bentuk spesifik dari Cyber Crime adalah

Cyber Bullying, yang seperti telah dijelaskan pada Bab sebelumnya

merupakan suatu bentuk tindak kejahatan, Cyber Bullying dapat

dikategorikan sebuah kejahatan jenis baru jika dilihat dari media yang

digunakan, yaitu mediaelektronik.

Tindakan Cyber Bullying memiliki dampak-dampak negatif bagi

para korbannya, khususnya dampak psikologis yang dapat membuat

korbannya kehilangan kepercayaan dirinya dan dampak psikologis terburuk

adalah hasrat korban untuk mengakhiri hidupnya. Seperti pada kasus Cyber

Bullying yang terjadi di Amerika, korbannya bernama Amanda Todd yang

di-bully melalui internet yang pada akhirnya mengakhiri hidupnya dengan

cara bunuh diri karena beratnya tekanan yang ia terima. Cyber Bullying

sudah di nilai sebagai suatu permasalahan yang harus mendapatkan

perhatian yang lebih dari para penegak hukum, karena kasusnya yang

semakin marak terjadi baik di dunia internasional maupun di Indonesia.

Telah adanya suatu definisi yang komprehensif mengenai Cyber

Bullying di dalam Massachussetts Law memberikan suatu batasan-batasan

11
dan kategorisasi untuk mengidentifikasi suatu tindakan Cyber Bullying.

Ketidaklengkapan definisi tersebut dapat menjadikan siapapun menjadi

pelaku Cyber Bullying, bahkan aktivitas jurnalistik yang sejatinya

merupakan penjaminan akan hak kebebasan untuk menyebarluaskan opini

kepada publik pun dapat dinilai sebagai pencemaran nama baik bagi mereka

yang merasa dicemarkan nama baiknya. Bahkan di beberapa negara, kasus

penghinaan atau pencemaran nama baik telah dimasukkan ke dalam ranah

perdata karena hal tersebut merupakan konflik antar individu.

Indonesia yang masih memasukkan perbuatan pencemaran nama

baik dan penghinaan di dalam hukum pidana memiliki hukuman yang

dinilai cukup berat. Pasal yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku

Cyber Bullying adalah Pasal 310 dan 311 KUHP dan Pasal 27 ayat (3) UU

ITE tentang pencemaran nama baik. Tindak pidana pencemaran nama baik

dalam KUHP diatur sebagai delik aduan dimana harus adanya suatu aduan

dari korban yang merasa telah dicemarkan nama baiknya agar si pelaku

dapat dijerat oleh pasal tersebut.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari makalah ini, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Cyber Bullying adalah tindakan agresif yang dilakukan oleh kelompok

maupun individu dalam melakukan tindakan menyakiti orang lain

dengan berulang-ulang dengan sengaja untuk melukai dan membuat

korbannya merasa tidak nyaman dan takut secara verbal ataupun non-

verbal yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik/

teknologi digital.

2. Adapun ketentuan yang mengatur tentang fenomena Cyber Bullying di

Indonesia, melalui Pasal yang dapat digunakan untuk menjerat pelaku

Cyber Bullying adalah Pasal 310 dan 311 KUHP dan pada Pasal 27

ayat (3) UU ITE tentang pencemaran nama baik. Tindak pidana

pencemaran nama baik dalam KUHP diatur sebagai delik aduan

dimana harus adanya suatu aduan dari korban yang merasa telah

dicemarkan nama baiknya agar si pelaku dapat dijerat oleh pasal

tersebut. Dengan kata lain, Negara telah memberikan sebuah Kepastian

13
Hukum terhadap fenomena tindak kejahatan Cyber Bullying yang

marak terjadi saat ini di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime).,

Jakarta, PT. Refika Aditama, 2005.

Andri Priyatna, Let’s End Bullying: Memahami, Mencegah, dan Mengatasi

Bullying. Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2010,

Cybercrime”, Jurnal Dampak Etika Komputer Terhadap Kejahatan Dunia Maya

(Cyber Crime), Lampung, Mei 2010.

Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi K.P.A. Jakarta,

PT. Grasindo, 2008.

Walden, Ian, Computer Crimes and Digital Investigations. Oxford University

Press, New York, 2007.

Peraturan Perundang-Undagan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi

Dan Transaksi Elektronik

Undang-Undang KUHP Pasal 310, dan 311

14
15

You might also like