You are on page 1of 11

OPEN ACCESS

E-ISSN : 2549-6581
DOI: 10.21776/ub.JOIM.2020.004.03.4

Artikel Hasil Penelitian


Diterima : 6 Juli 2020
Direview : 16 September 2020
Dimuat : Desember 2020 – Maret 2021

Hubungan antara Frekuensi dan Durasi Diare dengan Kejadian


Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Desa Kedungrejo
Kecamatan Pakis
Zakiya Miladya Choiroh1*), Era Nurisa Windari2, Astri Proborini3
1*)
Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Email:
zakiyamiladya13@gmail.com, Tlp: +628123266670
2
Program Studi Profesi Bidan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Email:
ersawindari28@gmail.com
3
Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Email:
Ap_rini@yahoo.com

ABSTRACT
Stunting is a condition where there a disruption of growth in body length or height that not
by age. A history of infectious diseases are one of the direct factors that can cause this
condition. Diarrhea is an infectious disease which if occurs continuously can cause a
significant decrease in fluid levels in the body, causing interference in the absorption of
nutrients. This study aimed to analyze the relationship between the frequency and
duration of diarrhea with the incidence of stunting in children aged 24-36 months. The
study used a case control design with the subjects of the case group was stunting toddlers
with their mother while the control group was non-stunting toddlers with their mother in
Kedungrejo village, District of Pakis with a total of 24 for each group. Data was collected
by anthropometric measurements in toddlers and mothers were interviewed using a
diarrhea history questionnaire that had been tested for validity and reliability. The bivariate
analysis used Chi-Square test. The results showed that from of 48 subjects, the
percentage of toddlers aged 24-36 months who had a history of frequent diarrhea
frequency was 14,5% (7 children) and the percentage of toddlers who had a mean
duration of long diarrhea was 33,3% (16 children). Statistical test results showed that
frequency of diarrhea was not significantly related (p = 1,000) but increased the risk of
stunting by 1,4 times, while the duration of diarrhea was significantly related (p = 0,030)
and increased the risk of stunting by 5,0 times. It can be suggested that counseling is
needed to provide information to the public about the first aid of diarrhea in toddlers as to
minimize delays in treatment and reduce the risk of stunting.
Key words: stunting, frequency of diarrhea, duration of diarrhea, toddler

ABSTRAK
Stunting adalah keadaan dimana terjadi gangguan pertumbuhan panjang badan atau
tinggi badan yang tidak sesuai dengan pertambahan usia dan merupakan hasil jangka
panjang dari kekurangan nutrisi. Riwayat penyakit infeksi merupakan salah satu faktor

131
132 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

langsung yang dapat menyebabkan keadaan ini. Diare adalah salah satu penyakit infeksi
yang apabila terjadi terus menerus dapat menyebabkan penurunan kadar cairan dalam
tubuh secara bermakna sehingga menimbulkan gangguan dalam penyerapan zat gizi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara frekuensi dan durasi diare
dengan kejadian stunting pada balita usia 24-36 bulan. Penelitian menggunakan desain
case control dengan subjek kelompok kasus adalah balita stunting dengan ibunya
sedangkan kelompok kontrol adalah balita tidak stunting dengan ibunya di Desa
Kedungrejo Kecamatan Pakis dengan jumlah 24 untuk masing-masing kelompok.
Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran antropometri pada balita dan ibu
diwawancarai menggunakan kuesioner riwayat kejadian diare yang telah dilakukan uji
validitas dan reabilitas. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 48 subjek, persentase balita usia 24-36 bulan yang memiliki
riwayat frekuensi diare sering adalah 14,5% (7 anak) dan persentase balita yang memiliki
rerata durasi diare panjang adalah 33,3% (16 anak). Hasil uji statistik menunjukkan
frekuensi diare tidak berhubungan signifikan (p = 1,000) namun meningkatkan risiko
stunting sebesar 1,4 kali, sedangkan durasi diare berhubungan signifikan (p = 0,030) dan
meningkatkan risiko stunting sebesar 5,0 kali.
Kata kunci: stunting, frekuensi diare, durasi diare, balita
*Korespondensi: Nama Penulis. Surel: zakiyamiladya13@gmail.com
PENDAHULUAN dengan pertambahan usia dan
merupakan hasil jangka panjang dari
Derajat kesehatan merupakan kekurangn nutrisi. Stunting
salah satu indikator suatu negara didefinisikan sebagai tinggi badan
dikatakan memiliki Sumber Daya menurut umur (TB/U) dibawah -2SD
Manusia (SDM) yang berkualitas. dalam tabel Z-score yang menjadi
Derajat kesehatan merupakan suatu referensi internasional. Stunting
cerminan kesehatan dari seseorang, utamanya muncul pada 2-3 tahun
kelompok, maupun masyarakat yang pertama kehidupan anak dan
digambarkan dengan mortalitas, merupakan hasil jangka panjang
morbiditas, usia harapan hidup, dan yang bersifat kronis, dimana pada
status gizi masyarakat. Kesehatan usia tersebut merupakan puncak dari
anak di Indonesia masih menjadi laju pertumbuhan anak sehingga
perhatian utama karena sangat memerlukan zat gizi yang banyak.3
menentukan kualitas SDM di masa Keadaan stunting dapat disebabkan
mendatang(1). Bawah lima tahun oleh faktor langsung dan tidak
(balita) merupakan periode penting langsung. Faktor langsung mencakup
dalam tumbuh kembang anak dan asupan makanan dan penyakit infeksi
merupakan masa yang akan sedangkan faktor tidak langsung
menentukan pembentukan fisik, mencakup kondisi ketahanan pangan
psikis dan inteligensinya. Masa balita rumah tangga, pola asuh, serta
juga merupakan masa yang rentan kondisi ekonomi keluarga balita(4).
terhadap masalah gizi dan kesehatan Prevalensi balita stunting di Indonesia
karena mayoritas kegiatan balita diisi pada tahun 2018 termasuk kedalam
oleh bermain di tempat yang negara ke-3 tertinggi di regional Asia
memungkinkan untuk terkena infeksi Tenggara yaitu 37,2%. Untuk wilayah
berbagai penyakit(2). Stunting adalah Provinsi Jawa Timur mencapai
keadaan dimana terjadi gangguan mengalami penurunan dari 35,8%
pertumbuhan panjang badan atau pada tahun 2013 menjadi 32,81%
tinggi badan yang tidak sesuai pada tahun 2018 dimana angka ini
133 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

masih cukup jauh dari target 2019, Kecamatan Pakis menempati


penurunan stunting pemerintah urutan ke-3 dengan prevalensi
Indonesia melalui Sistem stunting tertinggi di Kabupaten
Perencanaan Pembangunan Malang yaitu 30,7% dan terdapat
Nasional yaitu 28% pada tahun daerah lokus stunting yakni Desa
2019(5). Kedungrejo. Berdasarkan hal ini
Diare merupakan salah satu peneliti ingin melakukan analisis
penyakit infeksi yang dapat hubungan antara frekuensi dan
menyebabkan gangguan penyerapan durasi diare dengan kejadian stunting
bahkan hilangnya zat gizi dan apabila pada balita usia 24-36 bulan di Desa
tidak segera ditangani dan diimbangi Kedungrejo Kecamatan Pakis.
dengan asupan yang sesuai maka
akan terjadi gagal tumbuh(6). Selain METODE PENELITIAN
itu, saat anak mengalami diare, anak
akan kehilangan nafsu makan Rancangan/Desain Penelitian
sehingga asupan nutrisi berkurang Penelitian ini menggunakan
dan nutrisi yang dikonsumsipun tidak desain observasional analitik dengan
diserap dengan baik oleh tubuh. Hal pendekatan case control, yang juga
tersebut mengakibatkan berat badan dikenal dengan sifat retrospektif yaitu
yang mulai turun perlahan dan diikuti melihat kebelakang dari suatu
dengan pertumbuhan tinggi badan kejadian yang berhubungan dengan
yang terhambat. Retardasi kejadian kesakitan yang diteliti(10).
pertumbuhan berkaitan dengan
turunnya hasil capaian pendidikan, Sasaran Penelitian
kemampuan bekerja, capaian Populasi penelitian adalah
ekonomi saat masa dewasa, dan balita di Desa Kedungrejo Kecamatan
meningkatkan risiko terjadinya Pakis Kabupaten Malang sebanyak
(7)
penyakit kronis . Penelitian yang 450 balita. Subjek penelitian dipilih
dilakukan oleh Desyanti dkk (2017) menggunakan teknik simple random
menunjukkan bahwa balita yang sampling dengan kriteria inklusi yaitu
termasuk dalam kategori sering balita berusia 24-36 bulan beserta
mengalami diare (> 2 kali dalam 3 ibunya yang bersedia mengikuti
bulan terakhir) berisiko 3,619 kali penelitian, dan kriteria eksklusi yaitu
lebih besar untuk mengalami balita yang mengalami gangguan
(6)
stunting . Penelitian kohort mental, cacat bawaan, dan sindrom
prospektif yang dilakukan dari lainnya. Besar subjek yang
Agustus 1989 hingga April 1998 di dibutuhkan berdasarkan rumus untuk
Brazilia juga menujukkan hasil bahwa desain penelitian case control dengan
terdapat hubungan yang signifikan kemaknaan 95% dan kekuatan 90%
pada balita yang sering mengalami adalah sebanyak 24 orang untuk
diare saat usia 0-2 tahun dengan kelompok kasus maupun kontrol.
masalah pertumbuhan tinggi badan Dalam menentukan subjek untuk
yang dapat menetap selama 1-5 kelompok kasus maupun kontrol
tahun(8). Angka kejadian diare pada dilakukan pengukuran antropometri di
balita di Kecamatan Pakis diketahui salah satu posyandu di Desa
meningkat dari tahun sebanyak 645 Kedungrejo, kemudian ibu dari balita
pada 2013 menjadi 1055 pada tahun yang memenuhi kriteria inklusi akan
2014(9). Berdasarkan studi diwawancarai dengan kuesioner
pendahuluan pada bulan Oktober riwayat penyakit diare balita yang
134 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

telah diuji validitas dan reabilitasnya. Teknik Analisis Data


Kelompok kasus adalah balita usia Analisis bivariat
24-36 bulan yang memenuhi kriteria menggunakan uji Chi-Square dengan
pada tabel z-score TB/U < -2SD dan α = 0,05 untuk mengetahui hubungan
usia median BB/U < TB/U < usia serta uji OR untuk mengetahui besar
kronologis (TB/U: tinggi badan risiko.
menurut umur, BB/U: berat badan
menurut umur)(11), sedangkan HASIL PENELITIAN
kelompok kontrol adalah balita usia Karakteristik Responden
24-36 yang tidak memenuhi kriteria Tabel 1 menunjukkan bahwa
tersebut. Kategori frekuensi diare dari 48 responden yang mengikuti
yang digunakan adalah sering penelitian, persentase tertinggi usia
apabila mengalami diare > 2 kali dan ibu dari kelompok balita stunting
jarang apabila balita mengalami diare maupun tidak adalah rentang usia 26-
≤ 2 kali dalam 3 bulan terakhir(6), 35 tahun yaitu 41,7% (10 orang) dan
sedangkan untuk kategori durasi 62,5% (15 orang). Pendidikan
diare yang digunakan adalah panjang terakhir ibu untuk kedua kelompok
apabila balita memiliki rerata durasi didominasi tamat SD yaitu sebanyak
diare selama > 3 hari dan pendek 13 orang (54,2%) dan 11 orang
apabila rerata durasi diare selama ≤ 3 (45,8%). Pada kelompok balita
hari. Balita dikatakan mengalami stunting maupun tidak, mayoritas
diare apabila dalam 1 hari balita BAB pekerjaan ibu adalah ibu rumah
lebih dari 3 kali dengan konsistensi tangga yaitu sebanyak 22 orang
lembek atau cair bahkan hanya (91,7%) dan 16 orang (66,7%).
berupa air saja(12). Kedua kelompok juga didominasi ibu
dengan tinggi badan > 145 cm
sebanyak 20 orang (83,3%) dan 21
orang (87,5%).
135 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu


Balita Stunting Balita Tidak Stunting
Karakteristik Ibu
Jumlah % Jumlah %
Usia
≤ 25 tahun 7 29,2% 5 20,8%
26 - 35 tahun 10 41,7% 15 62,5%
36 - 45 tahun 6 25,0% 4 16,7%
> 45 tahun 1 4,2% 0 0,0%
Total 24 24
Pendidikan
SD 13 54,2% 11 45,8%
SMP 7 29,2% 8 33,3%
SMA 3 12,5% 3 12,5%
S1 1 4,2% 2 8,3%
Total 24 24
Pekerjaan
PNS 0 0,0% 1 4,2%
Pegawai Swasta 1 4,2% 4 16,7%
Pedagang/wiraswasta 1 4,2% 2 8,3%
Buruh 0 0,0% 1 4,2%
Ibu Rumah Tangga 22 91,7% 16 66,7%
Total 24 24
Tinggi Badan
≤ 145 cm 4 16,7% 3 12,5%
> 145 cm 20 83,3% 21 87,5%
Total 24 24

Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok adalah urutan anak kedua


dari 48 balita yang mengikuti yaitu 54,2% (13 anak) dan 45,8% (11
penelitian, pada kelompok stunting anak). Pada kedua kelompok juga
lebih banyak balita perempuan didominasi oleh balita yang memiliki
sedangkan pada kelompok tidak riwayat berat lahir ≥ 2500 gram yaitu
stunting lebih banyak balita laki-laki sebanyak 22 anak (91,7%) dan 23
dengan persentase yang sama yaitu anak (95,8%).
54,2% (13 anak). Persentase tertinggi
untuk urutan anak pada kedua
136 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Balita


Stunting Tidak Stunting
Karakteristik Balita
Jumlah % Jumlah %
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 45,8% 13 54,2%
Perempuan 13 54,2% 11 45,8%
Total 24 24
Urutan Anak
Pertama 8 33,3% 9 37,5%
Kedua 13 54,2% 11 45,8%
Ketiga 3 12,5% 3 12,5%
Keempat 0 0,0% 1 4,2%
Total 24 24
Berat Lahir
< 2500 gram 2 8,3% 1 4,2%
≥ 2500 gram 22 91,7% 23 95,8%
Total 24 24
Analisis Univariat kelompok balita tidak stunting yaitu
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 20 anak (83,3%)
dari 48 responden yang mengikuti sedangkan pada kelompok balita
penelitian, persentase tertinggi stunting persentase durasi diare
frekuensi diare adalah dalam kategori pendek dan panjang adalah sama
jarang yaitu 83,3% (20 orang) dan yaitu 50%.
87,5% (21 orang). Persentase durasi
diare pendek lebih tinggi pada

Tabel 3. Frekuensi dan Durasi Diare pada Balita

Balita Stunting Balita Tidak Stunting


Jumlah % Jumlah %
Frekuensi Diare
Jarang 20 83,3% 21 87,5%
Sering 4 16,7% 3 12,5%
Total 24 24
Durasi Diare
Pendek 12 50,0% 20 83,3%
Panjang 12 50,0% 4 16,7%
Total 24 24

Analisis Bivariat
Tabel 4 menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara
frekuensi diare pada kelompok balita frekuensi diare dengan kejadian
stunting maupun tidak stunting tidak stunting pada balita usia 24-36 bulan
terdapat perbedaan yang begitu di Desa Kedungrejo Kecamatan
signifikan. Berdasarkan uji Chi Pakis, namun diperoleh nilai OR 1,4
Square dengan menggunakan yang artinya adalah balita yang
program SPSS versi 26.0 sering mengalami diare berisiko
menunjukkan hasil dari P value mengalami stunting 1,4 kali lebih
sebesar 1,000 (p > 0,05) maka dapat besar daripada balita yang jarang
disimpulkan bahwa tidak terdapat mengalami diare.
137 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

Pada tabel 4 juga ditunjukkan stunting pada balita usia 24-36 bulan
bahwa diare dengan durasi panjang di Desa Kedungrejo Kecamatan
lebih banyak dialami oleh kelompok Pakis, kemudian diperoleh nilai OR
balita stunting yaitu sebanyak 12 sebesar 5,0 yang artinya adalah
anak. Analisis antara durasi diare balita yang mengalami diare dengan
dengan kejadian stunting mendapat durasi panjang berisiko mengalami
hasil dari P value sebesar 0,030 (p < stunting 5 kali lebih besar daripada
0,05) maka dapat disimpulkan bahwa balita yang mengalami diare dengan
terdapat hubungan yang signifikan durasi pendek.
antara durasi diare dengan kejadian

Tabel 4. Analisis Hubungan antara Frekuensi dan Durasi Diare dengan


Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-36 Bulan di Desa Kedungrejo
Kecamatan Pakis
Kejadian Stunting Odds
P
Total Ratio 95% CI
Stunting Tidak value
(OR)
Frekuensi Sering 4 3 7
Diare Jarang 20 21 41 1,000 1,4 0,278-7,056
TOTAL 24 24
Durasi Panjang 12 4 16
Diare Pendek 12 20 32 0,030 5,0 1,311-19,074
TOTAL 24 24

PEMBAHASAN
Frekuensi Diare dengan Stunting kebersihan rumah tangga yang
Hasil penelitian ini baik(14).
menunjukkan balita yang mengalami Hasil analisis hubungan
diare sering dalam 3 bulan terakhir antara frekuensi diare dengan
adalah sebesar 14,5%. Tingkat kejadian stunting mendapatkan nilai
kejadian diare pada balita usia 24-59 P value sebesar 1,000 (p > 0,05)
bulan menurut WHO pada tahun dengan nilai OR 1,4. Hal ini
2010 di wilayah Asia Tenggara menunjukkan bahwa frekuensi diare
adalah sekitar 2 kali diare dalam satu selama 3 bulan terakhir dengan
tahun, namun tingkat kejadian diare kejadian stunting pada balita usia 24-
pada balita di suatu daerah sangat 36 bulan di Desa Kedungrejo
dipengaruhi oleh variasi musim di Kecamatan Pakis tidak memiliki
daerah itu sendiri. Penyakit diare hubungan secara statistik, namun
pada balita di daerah berpenghasilan bermakna karena didapatkan nilai OR
rendah dan menengah memiliki 1,4 yang artinya balita dengan
tingkat kejadian lebih tinggi karena riwayat diare sering lebih berisiko
persediaan air bersih dan sanitasi menjadi stunting 1,4 kali
yang tidak memadai serta asupan gizi dibandingkan dengan balita yang
yang tidak optimal seperti air susu, memiliki riwayat diare jarang. Hasil ini
zat besi, dan vitamin A(13). Meskipun tidak serupa dengan penelitian yang
persediaan air bersih tercukupi dan dilakukan oleh Musyayadah dkk pada
sanitasi perlu untuk pencegahan tahun 2019 di Surabaya dimana pada
penyakit diare pada balita, hal penelitian tersebut menunjukkan hasil
tersebut belum cukup kecuali disertai terdapat adanya hubungan yang
dengan perubahan perilaku signifikan antara riwayat penyakit
138 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

diare dengan kejadian stunting pada menengah kebawah memiliki tingkat


balita. Pada penelitian tersebut keparahan kasus yang lebih tinggi
dijelaskan bahwa infeksi yang masuk dibandingkan dengan anak-anak
ke dalam tubuh akan merespon yang tinggal di daerah
peningkatan sitokin Tumor Necrosis berpenghasilan menengah keatas
Factor- alpha (TNF- α) dan karena kurangnya akses ke
Interleukin-1 (IL-1) ketika akan terjadi perawatan kesehatan yang
peradangan yang merupakan salah berkualitas dan perawatan yang tepat
satu sistem pertahanan tubuh waktu dan efektif dengan
terhadap benda asing. Sitokin TNF- α penanganan utama rehidrasi oral(13).
dan IL-1 yang meningkat akan Akses pelayanan kesehatan yang
menurunkan hormon Insulin-like dapat diperoleh masyarakat Desa
Growth Factor-1 (IGF-1) yang Kedungrejo yaitu praktik bidan
merupakan hormon pertumbuhan. mandiri dan Puskesmas Kecamatan
IGF-1 yang menurun akan Pakis. Akses menuju Puskesmas
mempengaruhi pertumbuhan Pakis sendiri yaitu ±7 km dapat
lempeng epifisis tulang panjang ditempuh kendaraan bermotor
sehingga pertumbuhan linier anak selama ±15 menit.
tidak maksimal(15). Perbedaan hasil Hasil analisis hubungan antara
pada penelitian ini dapat disebabkan durasi diare dengan kejadian stunting
karena kategori diare sering dalam didapatkan nilai P value sebesar
penelitian ini berbeda dengan 0,030 (p < 0,05) dengan nilai OR 5,0.
kategori yang digunakan oleh Hal ini menunjukkan bahwa rerata
Musyayadah dkk di Surabaya. Hasil durasi diare berhubungan signifikan
pada penelitian ini serupa dengan dengan kejadian stunting pada balita
penelitian yang dilakukan di Kota usia 24-36 bulan di Desa Kedungrejo
Surakarta pada tahun 2011 oleh Kecamatan Pakis. Balita yang
Kholifasari dkk yang menunjukkan mengalami diare dengan rerata
hasil tidak terdapat perbedaan yang durasi lebih dari 3 hari berisiko 5 kali
signifikan frekuensi diare antara anak lebih besar untuk mengalami
stunted dengan anak tidak stunted(16). stunting. Hasil ini serupa dengan
Hal ini disebabkan karena stunting penelitian yang dilakukan oleh
tidak hanya dipengaruhi oleh Ponamon dkk di Desa Kepondakan
frekuensi penyakit infeksi, tetapi juga Kecamatan Kotamobagu pada tahun
dipengaruhi oleh durasi penyakit 2015 dimana menunjukkan terdapat
infeksi dan asupan nutrien selama hubungan bermakna antara durasi
episode penyakit infeksi tersebut(12). sakit balita dengan terjadinya stunting
pada anak. Bayi dan anak
Durasi Diare dengan Stunting merupakan masa pertumbuhan
Hasil penelitian ini juga badan yang cukup pesat, sehingga
menunjukkan lebih banyak balita memerlukan zat-zat gizi yang tinggi.
yang mengalami diare panjang pada Sayangnya, gangguan gizi dan
kelompok balita stunting daripada infeksi sering terjadi secara
pada kelompok balita tidak stunting, bersamaan. Padahal apabila
sedangkan untuk persentase keduanya terjadi bersamaan akan
keseluruhan balita yang memiliki memberikan dampak lebih buruk
rerata durasi diare panjang adalah dibandingkan bila terjadi sendiri-
sebesar 33,3%. Anak-anak yang sendiri. Infeksi dapat memperburuk
tinggal di daerah berpenghasilan taraf gizi, sebaliknya gangguan gizi
139 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

juga dapat memperburuk tersebut akan menyebabkan


kemampuan tubuh anak dalam terhambatnya pertumbuhan pada
mengatasi penyakit infeksi. Penyakit balita dan apabila berlangsung dalam
yang tidak menguras cadangan waktu lama akan menyebabkan
energi sekalipun jika berlangsung stunting pada anak(19). Hasil yang
lama dapat mengganggu berlawanan diperoleh pada penelitian
pertumbuhan karena menghilangkan oleh Tando (2012) di Kecamatan
nafsu makan anak(17). Pada kondisi Malalayang Kota Manado, yang
stunting ditemukan interaksi bolak- menunjukkan secara statistik tidak
balik antara status gizi buruk dengan terdapat hubungan antara durasi
penyakit infeksi. Malnutrisi dapat sakit dengan terjadinya stunting,
meningkatkan risiko terjadinya namun juga didapatkan nilai OR 2,08
penyakit infeksi sedangkan infeksi yang artinya balita yang memiliki
dapat menyebabkan malnutrisi. rerata durasi sakit > 3 hari lebih
Apabila hal ini tidak segera diatasi berisiko 2 kali lebih besar menjadi
dan terjadi dalam waktu yang lama, stunting dibandingkan dengan balita
maka dapat mengganggu yang memiliki rerata durasi sakit ≤ 3
pengolahan asupan makan sehingga hari(20).
dapat meningkatkan risiko terjadinya
stunting pada anak(18). Diare SIMPULAN
merupakan salah satu penyakit Tidak terdapat hubungan yang
infeksi metabolisme yang dampaknya signifikan antara frekuensi diare
dapat langsung dilihat dalam jangka dengan kejadian stunting pada balita
waktu singkat, sedangkan keadaan usia 24-36 bulan di Desa Kedungrejo
stunting merupakan malnutrisi yang Kecamatan Pakis, namun ditemukan
bersifat kronis dan merupakan hubungan yang signifikan antara
dampak dari keadaan yang terjadi durasi diare dengan kejadian
dalam waktu lama dan terus- stunting.
menerus. Anak yang menderita
penyakit infeksi dengan durasi waktu DAFTAR PUSTAKA
yang lebih lama, maka kemungkinan
akan lebih besar mengalami kejadian 1. Pratiwi, T.D., Masrul, M. and Yerizel,
stunting serta lebih cenderung E., 2016. Hubungan pola asuh ibu
mengalami gejala sisa (sekuel) akibat dengan status gizi balita di wilayah
infeksi yang mana dapat kerja Puskesmas Belimbing Kota
melemahkan kondisi fisik anak. Zat Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
besi merupakan mikronutrien 5(3).
esensial bagi tubuh dimana zat ini 2. Fadzillah. 2016. Gambaran Pola
diperlukan dalam pembentukan Asuh dalam Pemenuhan Nutrisi
molekul hemoglobin (Hb), sehingga Keluarga pada Balita Stunting Usia
apabila jumlah zat besi dalam bentuk 24-59 Bulan di Wilayah Puskesmas
simpanan cukup, maka kebutuhan Mulyorejo Kota Malang. Tugas Akhir.
untuk pembentukan sel darah merah Tidak diterbitkan, Fakultas
dalam sumsum tulang akan selalu Kedokteran Universitas Brawijaya,
terpenuhi. Akan tetapi jika tidak Malang.
terpenuhi, maka terjadilah 3. Sudiman H. Stunting atau Pendek:
ketidakseimbangan zat besi di dalam Awal Perubahan Patologis atau
tubuh dan balita akan mengalami Adaptasi Karena Perubahan Sosial
risiko kekurangan besi. Kondisi Ekonomi yang Berkepanjangan?.
140 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

Media Litbang Kesehatan, 2008, Metabolic Update (Nutrimet): All


18(1): 33-43. about Controversies in Nutrition and
4. UNICEF. 2013. Improving Child Metabolic. Indonesian Pediatric
Nutrition. UNICEF, New York, p. 8- Society: Central Java Branch. Solo,
11. 27-28 April.
5. Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama 12. Setiawan E., Machmud R., Masrul.
Riskesdas 2018 Provinsi Jawa Timur. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Badan Penelitian dan dengan Kejadian Stunting pada Anak
Pengembangan Kesehatan Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja
Puslitbang Humaniora dan Puskesmas Andalas Kecamatan
Manajemen Kesehatan. Padang Timur Kota Padang Tahun
6. Desyanti C., Nindya T.S. Hubungan 2018. Jurnal Kesehatan Andalas,
Riwayat Penyakit Diare dan Praktik 2018, 7(2): 275-284.
Higiene dengan Kejadian Stunting 13. Fischer Walker, C.L., Perin, J., Aryee,
pada Balita Usia 24-59 Bulan di M.J. et al. Diarrhea incidence in low-
Wilayah Kerja Puskesmas and middle-income countries in 1990
Simolawang, Surabaya. Amerta and 2010: a systematic review. BMC
Nutrition, 2017, 243-251. Public Health 12, 220 (2012).
7. Richard S.A., Black R.E., Gilman https://doi.org/10.1186/1471-2458-12-
R.H., Guerrant R.L., Kanonyonag G., 220.
Lanata C.F., Molbak K., Rasmussen 14. A. Strina, S. Cairncross, M. L.
Z.A., Sack R.B., Valentiner-Branth P., Barreto, C. Larrea, M. S. Prado,
Checkley W. Diarrhea in Early Childhood Diarrhea and Observed
Childhood: Short-term Association Hygiene Behavior in Salvador,
With Weight and Long-term Brazil, American Journal of
Association With Length. American Epidemiology, Volume 157, Issue 11,
Journal of Epidemiology, 2013, 1 June 2003, Pages 1032–
178(7): 1129-1138. 1038, https://doi.org/10.1093/aje/kwg
8. Moore S.R., Lima A.A.M., Conaway 075.
M.R., Schorling J.B., Soares A.M., 15. Musyayadah, M. dan Adiningsih, S.,
Guerrant R.L.. Early childhood 2019. Hubungan Ketahanan Pangan
diarrhoea and helminthiases Keluarga dan Frekuensi Diare
associate with long-term linear growth dengan Stunting pada Balita di
faltering. International Journal of Kampung Surabaya. Amerta
Epidemiology, 2001, 30: 1457-1464. Nutrition, 3(4), pp.257-262.
9. Ristiawan M. 2015. Hubungan 16. Kholifasari, L. 2011. Perbedaan
Kualitas Bakteriologis Air HIPPAM Frekuensi Morbiditas antara Anak
dengan Kejadian Diare pada Balita di Stunted dan Non Stunted di
Wilayah Kerja Puskesmas Pakis Lingkungan Kumuh Perkotaan di
Kabupaten Malang Tahun 2015. Wilayah Surakarta. Tugas Akhir.
STIKES Widyagama Husada, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Malang. Muhammadiyah Surakarta.
10. Hidayat, A.A.A. 2014. Metode 17. Ponamon, N.S., Joy, A.M.R. and
Penelitian Keperawatan dan Teknis Maureen, I.P., 2015. Hubungan
Analisis Data. Jakarta: EGC. Antara Durasi dan Frekuensi Sakit
11. IDAI. 2019. How to Prevent Stunting: Balita Dengan Terjadinya Stunting
Detection and Manage Growth Pada Anak SD di Desa Kopandakan
Deceleration Workshop. 3rd 1 Kecamatan Kotamobagu
Indonesian Pediatric Nutrition and Selatan. Manado: Fakultas
141 Journal of Issues in Midwifery, Vol. 4 No. 3 Bulan Desember 2020 – Maret 2021, Halaman 131 - 141

Kesehatan Masyarakat Universitas Berhubungan dengan Stunting di


Samratulangi. Indonesia: Literatur Review. In Jurnal
18. Pratama, B., Angraini, D.I. and Nisa, Seminar Nasional (Vol. 2, No. 01, pp.
K., 2019. Penyebab Langsung 45-53.
(Immediate Cause) yang 20. Ando, N.M., 2012. Durasi dan
Mempengaruhi Kejadian Stunting Frekuensi Sakit Balita Dengan
pada Anak. Jurnal Ilmiah Kesehatan Terjadinya Stunting Pada Anak SD Di
Sandi Husada, 10(2), pp.299-303. Kecamatan Malalayang Kota
19. Hidayani, W.R. and KM, S., 2020, Manado. Jurnal GIZIDO, 4(1),
April. Riwayat Penyakit Infeksi yang pp.338-348.

You might also like