You are on page 1of 16

MAKALAH

PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM DALAM


PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Untuk memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. Salminawati M.A

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3


Desnita (0306202136)
Widiya Anggraeny hrp (0306202084)
Wildan Azmi (0306203012)

PGMI 3 / SEM VI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
TA.2022 / 2023
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “Pembentukan Kepribadian Muslim Dalam Perspektif Filsafat
Pendidikan Islam”. Shalawat dan salam tercurahkan penuh kepada Rasulullah Saw. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Salminawati M.A. yang telah memberi tugas dan
bimbingan kepada kami.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan berbagai sumber referensi
dasar yang relevan dari buku maupun sumber lainnya memang sengaja dipilih dan digunakan
untuk memperkuat pembahasan ini, agar mudah dipahami. Penulis sangat berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan mengenai “Pembentukan Kepribadian Muslim Dalam
Perspektif Filsafat Pendidikan Islam”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
mempunyai kekurangan, baik dari segi teknis maupun isi, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari dosen maupun dari
mahasiswa sekalian.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Medan, Mei 2023

Penulis

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. Makna Kepribadian.................................................................................................... 3
B. Unsur-unsur Dasar Kepribadian................................................................................. 4
C. Karakteristik Kepribadian Muslim............................................................................. 8
D. Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam.................................................................. 10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 12


A. Kesimpulan................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang sehat (al-Tarbiyah al-Salimah), menurut Hasan bin Ali bin
Hasan al-Hajjaji, adalah pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhan (ihtiyajat)
tiga substansidiri manusia; ruh, akal dan badan. Tiga substansi tersebut tidak mungkin
terpisahkan antara satu dari yang lainnya (la yumkin fashl ba’dhuha‘an ba’dh) sehingga di
saat ruhmemenuhi kebutuhannyaterhadap pembinaan (ri’ayah) pendidikan (tarbiyah) dan
penyuluhan (taujih), di saat itu puladipenuhi kebutuhan akal. Hal itu tentu dengan tetap
memerhatikan kebutuhan-kebutuhan terkait pendidikan badan karena justru
pendidikan inilah yang menjadi motor penggerak (wi’a’) bagi kegiatan-kegiatan ruh dan akal
tersebut.
Definisi sebagaimana tersebut di atas, tentu tidak lepas dari pandangan Ibnu
Qoyyim, sosok yang pemikirannya menjadi objek penelitian Hasan dalam disertasi
doktoral berjudul al-Fikr al-Tarbawi ‘inda Ibnu Qoyyim di Universitas al-Imam
Muhammad bin Saud al-Islamiyah, Riyadh. Katanya,al-ghayahal-tarbiyah (tujuan
pendidikan) adalah menjaga (al-muhafadzah) fitrah manusia dan mencegahnya dari
kekeliruan (himayatuha minal inhiraf) sekaligus memastikan (tahqiq) kegiatan-kegiatan
ibadah yang dilakukan manusia hanya untuk Allah swt.
Dalam kacamata lain, Al Rasyidin mengatakanpendidikan adalah instrumen untuk
mengenalkan dan meneguhkan kembali syahadah yang telah diikrarkan manusia kepada
Allah ketika berada di alam ruh3 karena setelah lahir dan ada di dunia, manusia
menemukan godaan dan tarikan-tarikan alam materi yang menyebabkan pengabaian,
pelupaan, dan pengkhianatan terhadap syahadah primordial tersebut. Pendidikan seperti
inilah, yang terbukti dalam praktik pendidikan Rasulullah, menghasilkan generasi
Muslim yang memiliki kepribadian kokoh (qaim bil qisth)

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kepribadian?
2. Apa saja unsur-unsur dasar kepribadian?
3. Apa saja karakteristik kepribadian muslim?
4. Apa implikasinya terhadap pendidikan islam?

1
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa makna kepribadian
Untuk mengetahui unsur-unsur dasar kepribadian
Untuk mengetahui karakteristik kepribadian muslim
Untuk mengetahui implikasinya terhadap pendidikan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Kepribadian

Kepribadian dalam beberapa bahasa disebut dengan personality (Inggris),


persoonlijkheid (Belanda), personnalita (Prancis), personalita (Itali), personlichkeit (Jerman)
dan personalidad (Spayol). Abdul Mujib menjelaskan bahwa term-term kepribadian dari
berbagai bahasa pada dasarnya masing-masing sebutan itu berasal dari kata latin yaitu
persona yang berarti topeng. Topeng adalah tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-
pemain panggung yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi
seseorang

Kepribadian dalam bahasa Arab disebut as-syakhshiyyah, berasal dari kata


syakhshun, artinya orang atau seseorang atau pribadi. Kepribadian bisa juga diartikan
identitas seseorang (haqiiqatus syakhsh). Secara termiologi, syakhshiyah atau kepribadian
adalah shifatun tumayyizu al-syakhsha min ghairih, yaitu sifat atau karakter yang
membedakan seseorang dengan lainnya.

Manurut Taqiyuddin An Nabhani. menyatakan bahwa kepribadian atau syakhshiyyah


seseorang dibentuk oleh cara berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginannya (nafsiyah) Sedangkan menurut Marimba,
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak
dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat,
sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya

Muslim berarti orang Islam yaitu orang menyerah, tunduk, patuh, dalam melakukan
perilaku yang baik, agar hidupnya bersih lahir dan batin yang pada gilirannya akan
mendapatkan keselamatan dan kedamaian hidup di dunia dan akhirat. Islam telah
menggambarkan cara yang benar untuk membentuk kepribadian, hati, akal, pikiran, dan
perilaku seseorang supaya ia bisa menjadi manusia yang sehat tubuh, akal dan jiwanya,
menjadi sebuah kekuaan dan unsure positif yang patut bagi masyarakatnya yang Juas."

3
Kepribadian yang harus dimiliki oleh orang Islam disebut dengan kepribadian
muslim. Kepribadian muslim dapat dilihat dari kepribadian orang per orang (individu) dan
kepribadian dalam kelompok masyarakat. Kepribadian individu meliputi ciri khas seseorang
dalam sikap dan tingkahlaku, serta kemampuan intelaktual yang dimilikinya. Karena adanya
unsur kepribadian yang dimiliki masing-masing, maka sebagai individu seorang Muslim akan
menampilkan ciri khasnya masing-masing. Dengan demikian akan ada perbedaan kepribadian
antara seseorang muslim dengan muslim lainnya. Secara fitrah perbedaan ini memang diakui
adanya. Islam memandang setiap manusia memiliki potensi yang berbeda.

Dengan demikian kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-


aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan
kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadan- Nya.
Konsepsi Islam tentang bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-
aspek kepribadian manusia seutuhnya.

B. Unsur-unsur Dasar Kepribadian

Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya perilaku seseorang, yaitu:


a. Persepsi atau pemahaman (Mathum) seseorang sebagai hasil proses berpikirnya
terhadap suatu fakta.
b. Kecenderungan (Muyul) jiwa seseorang terhadap suatu fakta.

Manusia merupakan makhluk dua dimensi, yakni dimensi materi (al-jism) dan dimensi
non materi (al-ruh), inilah yang mempengaruhi kepribadian seorang manusia dalam
proses kehidupan, sebagai berikut:
a. Dimensi Materi (al-jism)
1) Daya-daya fisik atau jasmani, seperti mendengar, melihat, merasa, meraba dan
mencium.
2) Daya gerak, yaitu kemampuan menggerakkan tangan, kepala, kaki, mata dan
unsur jism lainnya."
b. Dimensi Non Materi (al-ruh)
1) Aql
Aql (daya berpikir), berpusat di kepala. Menurut Al-Ghazali, akal adalah
suatu jembatan untuk mencapai suatu ilmu, sedangkan ilmu adalah satu dan tidak

4
terbagi ataupun menempati suatu ruang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 219, sebagai berikut:

َ ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬ َ ِ‫َك ٰ َذل‬


ِ َ‫ك يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ لَ ُك ُم ٱلْ َءا ٰي‬

Artinya:...Demikianlah Allah menjelaskan ayat- ayat- Nya kepadamu supaya


kamu berpikir."

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT memuliakan akal dan menyuruh
manusia untuk berfikir. Namun, dalam hal melakukan aktifitas berfikir tidak
boleh berlebih-lebihan dalam memposisikannya karena akal manusia memiliki
kebatasan. Jika hal tersebut terjadi, maka akal tidak dapat lagi menalarnya atau di
luar kemampuan.

2) Qalb
Qalb (daya merasa dan memahami), pemahaman di dada. dan ketiga daya
jiwa yang disebut nafs yang tertanam di perut. Sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW, sebagai berikut.

‫ َح َّدثَنَا َأبِي َح َّدثَنَا‬:‫ ع َِن َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ب ُْن َع ْب ِد هللا بن نُ َميْر ْالهَ ْمدَانِ ُّي‬،‫ َع ِن ال َّش ْعبِي‬،‫زَ َك ِريَّا ُء‬
ُ‫ َس ِم ْعتُه‬:‫ قَا َل‬.‫ير‬ ٍ ‫ان بن بَ ِش‬ ِ ‫ وأقوى النعمان النُّ ْع َم‬- :‫ سمعت رسول هللا يقول‬:‫بإصبعيه إلى يقول‬
‫ إن الخالل ب ْيَن َوِإن َّ ْال َح َرا َم بَيْن‬- ‫ فمن أننيه‬،‫وبينهما مشتبهات ال يعلمهن كثير من الناس‬
‫وقع في ْال َح َر ِام َكالرَّا ِعي يَرْ عَى الشبهات استبرا لدينه وعرضه ومن وقع في ال شبهات اتقى‬
‫ك َأ ْن‬
ُ ‫مخارفة أال وإن في يرتع فيه أال وإن لكل ملك حتى َأاَل َوِإن حمى هللا َحوْ َل ْال ِح َمى يُو ِش‬
‫ أال وهي القلب الجسد مضغة إذا صلحت صلح‬،‫ وإذا فسدت فسد الجسد كله‬،‫الج سد كله‬

Artinya: Muhammad bin 'Abdullah bin Numair Al-Hamdani telah menceritakan kepada
kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Zakariyya menceritakan kepada kami, dari Asy-
Sya'bi, dari An-Nu'man bin Basyir Asy-Sya'bin mengatakan: Aku mendengar beliau
mengatakan: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melewatkan- dan An-
Nu'man memberi isyarat dengan dua jari ke kedua telinga beliau. "Sesungguhnya yang halal

5
itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya ada perkara- perkara yang syubhat
yang tidak diketahui kebanyakan manusia. Sehingga siapa saja yang menjauhi yang syubhat,
berarti dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Dan siapa saja yang jatuh dalam
syubhat .dia akan jatuh ke dalam yang haram.Seperti penggembala yang menggembala di
sekitar daerah terlarang,hampir- hampir dia akan masuk ke
dalamnya.Ketahuilah,sesungguhnya setiap raja itu memiliki daerah
larangan.Ketahuilah,daerah larangan Allah adalah masalah- perkara yang
diharamkanNya.Ketahuilah di dalam jasad ini ada segumpal darah. Apabila ia baik, akan baik
pula seluruh jasadnya. Apabila ia rusak, akan rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah,
segumpal darah itu adalah Qalbu". (HR.Muslim No.1599)

Dari penjelasan hadis di atas bahwa qalbu (hati) merupakan raja bagi seluruh diri manusia
dan tubuh. Perilaku dan perangai seseorang merupakan cerminan hatinya. Dari hati ini lah
pintu dan jalan yang dapat menghubungkan manusia dengan Allah SWT.

3) Nafs
Nafs lebih cenderung ke sifat- sifat tercela, yang menyaring dan menjauhi Allah
SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Quran Surat Shaad ayat 26,
sebagai berikut:

ٌ‫ون َعن َسبِي ِل ٱهَّلل ِ لَهُ ْم َع َذاب‬


َ ُّ‫ضل‬ َ ‫ك َعن َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ۚ ِإ َّن ٱلَّ ِذ‬
ِ َ‫ين ي‬ َ َّ‫ضل‬ِ ُ‫َواَل تَتَّبِ ِع ْٱلهَ َو ٰى فَي‬
۟ ‫َش ِدي ۢ ٌد بما نَس‬
ِ ‫ُوا يَ ْو َم ْٱل ِح َسا‬
‫ب‬ َِ

Artinya:.... janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang- orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan."

Adapun Nafs (nafsu), terbagi tiga macam sebagai berikut:


a) Nafs Al-Amarah, yaitu nafsu yang mendorong kea rah kejahatan
b) Nafs Al- Lawwamah, yaitu nafsu yang condong kepada dunia dan tak acuh dengan
akhirat
c) Nafs Al-Muthmainnah, yaitu nafsu yang mengarah ke jalan Allah untuk mencari
ketenangan dan kesenangan sehingga hidup berbahagia bersama Allah SWT.

6
Ruh menjadi faktor penting bagi aktifitas nafsu manusia ketika hidup di muka bumi
ini, sebab tanpa ruh manusia sebagai totalitas tidak lagi dapat berpikir dan merasa." Ruh
adalah daya yang ditiupkan Allah SWT kepada janin dalam kandungan, Ruh sebagai jasad
atau tubuh. Ia ibarat sebuah lampu yang menerangi ruangan. Dimana ruh adalah lampunya
dan tubuh adalah ruangan. Jika lampu menyala ruangan menjadi terang, begitu juga dengan
tubuh kita tanpa ada ruh kita mati.

Kepribadian manusia itu dipengaruhi oleh unsur jism, yaitu mata. telinga, lidah, kulit
dan unsur jism lainnya. Kemudian di respon oleh aq! (akal) dan setelah dihayati oleh qalb
(hati), barulah berbentuk sikap maupun tindakan. Perbuatan yang terus dilakukan akan
menjadi kebiasaan dan akan membentuk kepribadian. Maka dari itu, semua unsur jism dan
aql dan qalb akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas apa yang dilakukan
manusia selama hidup di dunia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat al-
Isra ayat 36:

ٓ
‫ان َع ْنهُ َم ْسـُٔواًل‬ َ ‫ص َر َو ْٱلفَُؤ ا َد ُكلُّ ُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ ‫ك َك‬ َ َ‫ك بِ ِهۦ ِع ْل ٌم ۚ ِإ َّن ٱل َّس ْم َع َو ْٱلب‬
َ َ‫ْس ل‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya. "

Dalam ayat di atas, Ibnu Katsir memaknainya bahwa manusia tidak boleh mengatakan
sesuatu hanya berdasarkan prasangka, perkiraan, ilusi aatau hayalan, yang dapat
menyebabkan kesalahan dan kebohongan Dengan demikian, unsur-unsur dasar kepribadian
adalah Aqi. Qalb dan Nafs. Ruh memiliki peran sangat dalam menentukan dalam membentuk
kepribadian, al-Ruh lah yang mengarahkan manusia untuk memilih dan melakukan sesuatu
perilaku atau tindakan. Melalui aql, ruh member daya dan mendorong manusia untuk
melakukan penalaran dan pemahaman al-Nafs, untuk mengatur dan mengendalikan diri dan
al-Qalb untuk melakukan pensucian dan meraih pencerahan diri.

7
C. Karakteristik Kepribadian Muslim

Karakteristik berasal dari kata "characteristic" yang berarti sifat yang khas.
Karakteristik adalah suatu sifat khas yang membedakan dengan yang lain. Karakter muslim
terlihat pada seluruh dimensi kemanusiaannya, baik lahir maupun batin. Ada beberapa
karakteristik yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut berkepribadian
muslim, yaitu:

a. Salimul Aqidah (Aqidah yang lurus)


Dengan aqidah yang lurus, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat
kepada Allah SWT, dan tidak akan menyimpang dari jalan serta ketentuan-ketentuan-
Nya. Dengan kelurusan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan
segala perbuatannya kepada Allah SWT.

b. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)


Dalam satu haditsnya, beliau mengalami: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat
aku shalat". Maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap ibadah wajib
merujuk kepada Al- Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, yang berarti tidak boleh
ditambah- tambahi atau dikurang- kurangi.

c. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)


Dengan akhlak yang kokoh manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia
apalagi di akhirat. Akhlak yang kokoh begitu penting bagi umat manusia, maka salah
satu tugas diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia,
dimana beliau sendiri langsung mencontohkan kepada kita bagaimana keagungan
akhlaknya.

d. Musaqqoful Fikri (wawasan yg luas)


Karakter ini harus dimiliki oleh setiap muslim karena ini merupakan salah satu
sifat Nabi Muhammad SAW yaitu fathonah (cerdas). Di dalam Islam, tidak ada satupun
perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir.
Seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas. Dalam
mencapai wawasan yg luas maka manusia dituntut untuk mencari/menuntut ilmu, seperti

8
apa yg disabdakan Nabi Muhammad SAW: "Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap
muslim Allah SWT dlm firman-Nya Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu.

e. Qowiyyul Jismi (jasmani yg kuat)


Seorang muslim haruslah memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat
melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa,
zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan
kondisi fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk
perjuangan lainnya.

f. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)


Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat
menuntut adanya kesungguhan yaitu kesungguhan itu seseorang berjuang dalam
melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan
tunduk pada ajaran Islam.

g. Harishun Ala Waqtihi (disiplin menggunakan waktu)


Setiap muslim amat dituntut untuk disiplin mengelola waktunya dengan baik
sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka
diantara yang disinggung oleh Nabi Muhammad SAW adalah memanfaatkan momentum
lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat
sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum
miskin.

h. Munazhzhamun fi Syunihi (teratur dalam suatu urusan)


Segala suatu urusan harus dikerjakan secara profesional. Apapun yang
dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan berdasarkan Al Qur'an maupun Hadits. i.
Qodirun Alal Kashi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri) Pribadi muslim
tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar
dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan
masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al
Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Dalam kaitan

9
menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa
saja yang baik..

i. Nafi un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)


Setiap muslim itu harus selalu mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal
untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya.

Menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik
seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
a. Menyerahkan diri kepada Allah
Yaitu membentuk pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan
diri kepada Allah.

b. Kebebasan dan kemuliaan manusia


Yaitu pribadi seorang muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada
selain Allah. Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan
perasaan apa saja yang dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan insane.

c. Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan


Yaitu mengatasi rasa takut dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). la
ditanamkan akidah atau keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap
kekuasaan hanyalah Allah semata,"

D. Impikasi Kepribadian Muslim Terhadap Pendidikan Islam

Kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek- aspeknya baik tingkah laku
luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan
pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya. Konsepsi Islam tentang
bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian
manusia seutuhnya. Dalam pendidikan Islam, di dalam nya ada pendidik dan peserta didik.
Jadi impikasi kepribadian muslim terhadap pendidikan Islam dimana pendidik dan peserta
didik harus memiliki ciri atau karakteristik tersebut, yaitu:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrab ila Allah.

10
Memiliki ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
b. Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi dan
sebaliknya.
c. Bersifat tawadhu' (rendah hati).
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju
pelajaran yang lebih sulit.
g. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

Seorang pendidik dituntut memiliki beberapa sifat keutamaan yang menjadi kepribadiannya,
yaitu:
a. Sabar dalam menghadapi pertanyaan peserta didik.
b. Senantiasa bersifat kasih sayang, tanpa pilih kasih.
c. Duduk dengan sopan, tidak riya, atau pamer.
d. Tidak takabur.
e. Bersikap tawadhu'
f. Memiliki sifat bersahabat terhadap semua perseta didik.
g. Menyantuni dan tidak membentak peserta didik yang bodoh.
h. Membimbing dan mendidik peserta yang bodoh dengan cara sebaik-baiknya.
i. Menampilkan hujjah yang benar.
j. Memiliki rasa kasih sayang dan simpatik.
k. Tulus dan ikhlas.
l. Jujur dan terpercaya.
m. Lemah lembut dalam memberi nasehat
n. Berlapang dada.
o. Menghargai perbedaan potensi yang dimiliki oleh murid.

11
BAB III
PENUTUP

Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku
luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada
tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan
ciri khas sebagai seorang muslim. Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses
sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui
proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk kepribadian
muslim tersebut. Pada dasarnya pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga,
masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama.
Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara
komunitas untuk menjadi pengabdi Allah yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.
Kepribadian Manusia memiliki dua dimensi, yakni dimensi materi (al-jism) dan dimensi non
materi (al-ruh), inilah yang mempengaruhi kepribadian seorang manusia dalam proses
kehidupan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis. Cet.l. Jakarta:
Darul Falah, 1999

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Bandung: PT Alma'arif, 1962

Al-rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami Membangun Kerangka Ontologi

Epistimologi dan Aksiologi Praktik Pendidikan Bandung: Cipta Pustaka Media Perinitis,
2002

Departemen Agama Islam RI, Al-Qur'an Al-Karim dan Terjemahnya, Surabaya: Halim, 2002
Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta; Dar Al-

I'tisham 2004 Taqiyuddin al- Nabhani, al- Syakhshiyah al- Islamiyaj, juz I, cet.I Bairut: Darr
al-Ummat, 1994

Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur'an Jakarta: Paramadina, 2000. Ibnu katsir, Shahih
Tafsir Ibnu Katsir Bogor: Pustaka Ibnu katsir, 2006.

Zuhairini. Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

13

You might also like