You are on page 1of 2

MASALAH EKONOMI DIPAPUA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadiran ‫ ﷲ‬dimana kita masih diberikan Kesehatan baik Kesehatan fisik dan
Kesehatan mental untuk terus bisa menjalankan kehidupan sehari-hari dengan baik. Pada tugas ini saya akan
menyampaikan beberapa materi yang saya Analisa dari beberapa artikel tentang masalah ekonomi yang ada
di Papua.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal I
2021 Papua yang mencapai 14,28% tidak lantas membuat jumlah penduduk miskin di daerah tersebut
menurun.“Kalau dilihat struktur ekonomi Papua didominasi oleh sektor pertambangan. Ini yang
mendominasi pertumbuhan ekonomi Papua. Jadi geliat pertambangan itu belum tentu berdampak terhadap
lapisan bawah,” kata Margo dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
Menurutnya, sektor pertambangan merupakan sektor eksklusif yang membutuhkan orang-orang
dengan keahlian khusus. Aktivitas sektor tersebut pun bisa saja bergerak tanpa menyentuh penduduk miskin
yang cenderung tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan.
BPS mencatat pada kuartal I 2021, perekonomian di Papua bertumbuh sebesar 14,28% secara year
on year. Nilai ini pun menjadikan Papua sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2021
tertinggi di antara 33 provinsi lainnya. (sumber : economy.okezone.com)

BAGAIMANAKAH KITA MENGATASI MASALAH PEREKONOMIAN YANG SEDANG MENGALAMI PENURUNAN


DI PAPUA?

Wabah penyakit campak dan gizi buruk yang menyebabkan 67 anak meninggal dunia di Kabupaten
Asmat kembali membuka mata publik bahwa masih ada persoalan serius di Papua. Dana besar yang
dikucurkan pemerintah selama bertahun-tahun ternyata belum digunakan dengan sebaik-baiknya untuk
mengatasi berbagai persoalan sosial dan kesehatan di Papua.

Wabah yang menimbulkan korban jiwa itu memunculkan pertanyaan terkait upaya yang telah
dilakukan pemerintah, khusus pemerintah daerah, dalam meningkatkan kesejahteraan warga Papua. Kasus
ini menunjukkan bahwa masalah kemiskinan di Papua belum selesai dan butuh kerja cepat dan tepat untuk
mengatasinya. Pengentasan orang miskin di Papua tidak hanya soal besarnya anggaran yang dikucurkan,
namun yang utama tentang komitmen para pejabat di sana dalam menggunakan anggaran dengan benar dan
tepat.

Wabah campak dan gizi buruk yang melanda sejumlah daerah di Papua dikabarkan telah
menewaskan 61 anak. Sampai saat ini masih ada ratusan anak yang dirawat. Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menegaskan bahwa pemerintah pusat tidak berdiam diri terhadap apa yang terjadi di Papua itu. Pemerintah
telah mengirim tim untuk segera ke lokasi yang dilanda kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk,
khususnya di Kabupaten Asmat. Namun, medan yang sulit untuk dijangkau menjadi kendala utama tim untuk
mengatasi persoalan di sana.

Wabah penyakit dan gizi buruk di Papua bukan berita baru. Persoalan itu sudah lama terjadi di
wilayah yang terletak di ujung timur Indonesia tersebut. Meski kerap terjadi, wabah penyakit dan gizi buruk
itu seolah tidak menjadi perhatian serius pemerintah.

Penanganan masalah gizi buruk dan berbagai jenis penyakit di Papua semestinya beriringan dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat di sana. Persoalan kesehatan di Papua tidak terlepas dari masalah
kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka kemiskinan di Papua memang masih cukup
tinggi.

Pada 2014, jumlah penduduk miskin di Papua sebanyak 864.110 orang atau 27,80 persen dari
jumlah penduduk. Lalu, pada 2015 menjadi 859.150 jiwa (28,17 persen), pada 2016 sebesar 911.330 jiwa
(28,54 persen), dan pada Maret 2017 menjadi 885.773 jiwa (27,62 persen). Kemiskinan itu tentu berbanding
lurus dengan pembangunan manusia di Papua. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Papua masih yang
terendah di Tanah Air. Pada 2014, IPM Papua sebesar 56,25, kemudian menjadi 57,25 (2015) dan 58,05
(2016).

Pemerintah pusat sebenarnya bukan tidak peduli dengan situasi yang terjadi di Papua. Sejumlah
anggaran terus dikucurkan pusat untuk Papua. Sejak 2002 hingga 2017, total dana otonomi khusus (otsus)
untuk Papua yang dikucurkan pemerintah pusat sebesar Rp 53,518 triliun. Itu belum ditambah dengan dana
tambahan infrastruktur, yang hingga saat ini total sebesar Rp 13,815 triliun.

Dengan dana besar yang dikucurkan setiap tahun, tetapi persoalan kemiskinan di Papua belum juga
teratasi, tentu kita bertanya-tanya, untuk apa saja anggaran itu digunakan. Dirjen Otonomi Daerah
Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) Sumarsono mengatakan dana otsus Papua yang seharusnya
digunakan untuk pendidikan dan kesehatan, justru digunakan untuk kegiatan lain yang tidak diperlukan.
Anggaran itu digunakan hanya untuk mewujudkan realisasi 100 persen anggaran.

Dengan kenyataan seperti itu, wajar bila muncul kecurigaan publik bahwa anggaran puluhan triliun
rupiah yang telah dikucurkan untuk Papua habis dikorupsi. Uang dari pusat tidak digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun masuk ke kantung pribadi para pejabat di sana.

Untuk itu, kita mendorong agar aparat penegak hukum, mulai dari Polri, Kejaksaan, hingga Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut penggunaan anggaran di Papua. Apalagi, belakangan ini tidak
terdengar ada upaya aparat penegak hukum, terutama KPK, untuk mengungkap praktik korupsi di Papua.

Kita yakin, faktor utama sulitnya mengatasi kemiskinan di Papua karena praktik korupsi yang
merajelela dan seolah tidak bisa dijangkau. Pengungkapan kasus korupsi di Papua dengan memberi hukuman
yang berat bagi para pelakunya, tentu akan memberikan efek jera bagi pejabat lain di sana.

Pemerintah pusat juga perlu melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan anggaran di
Papua. Mekanisme penyaluran perlu diperbaiki agar penggunaannya benar-benar tepat sasaran dan menutup
rapat celah korupsi.

Dengan pemberantasan korupsi yang masif di Papua, anggaran yang ada akan digunakan
sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Kemiskinan dan masalah-masalah lain yang muncul secara perlahan
akan teratasi. Kita tidak ingin mendengar lagi ada anak yang meninggal dunia karena wabah penyakit atau
balita yang kekurangan gizi di daerah yang kaya sumber daya alam itu. (sumber : berita.com)

You might also like