You are on page 1of 19

PENYEBARAN DAN PENGARUH PERADABAN CINA DI KAWASAN

ASIA TENGGARA
(Diajukan sebagai tugas mata kuliah Sejarah Asia Tenggara)

Dosen Pengampu:
Drs. Sumarjono, M.Si
Robit Nurul Jamil, S.Pd.,M.Pd
KELAS A

Oleh:

Mamik Wahyu Tri Astutik 200210302011


Nita Setiawati 200210302027
Novarda Tegar Dwi Susandria 200210302077

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami sebagai
penulisan makalah yang berudul “Penyebaran Dan Pengaruh Peradaban China di
Kawasan Asia Tenggara” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu dan lancar.
Semoga shalawat serta salam juga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang
telah memberikan syafaatnya dan telah membawa kami semua pada kehidupan
yang lebih baik.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia
Tenggara, dan untuk menambah pengetahuan kita tentang materi yang kita bahas,
yaitu “Penyebaran Dan Pengaruh Peradaban China di Kawasan Asia Tenggara”.
Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Asia Tenggara, yaitu bapak Drs. Sumarjono, M.Si., dan bapak Robit
Nurul Jamil, S.Pd., M.Pd, yang telah memberikan dukungan penuh sekaligus
bimbingan kepada kami untuk menyusun makalah ini, serta memberikan motivasi
kepada kami untuk terus meningkatkan kualitas dalam berkarya.
Penyusunan makalah yang berjudul “Penyebaran Dan Pengaruh Peradaban
China di Kawasan Asia Tenggara” masih terdapat banyak kesalahan. Sehingga,
banyak pula kekurangan yang harus diperbaik untuk mendapatkan hasil yang
maksimal. Oleh karena itu, dengan kelapangan hati dan tangan terbuka kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini dan makalah makalah selanjutnya.

Jember, 20 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5

BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 6

2.1 Kedatangan Cina di Kawasan Asia Tenggara ............................................... 6

2.3 Pengaruh Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara................................ 12

BAB 3. PENUTUP ............................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 19

3
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan sejarah Asia Tenggara pada zaman kuno dipengaruhi oleh
dua hal yaitu faktor angin dan sungai-sungai besar. Angin musim yang bertiup
secara teratur setiap tahun memungkinkan wilayah Asia Tenggara dilalui oleh
pelayaran. Sedangkan sungai besar memungkinkan bangsa-bangsa Asia
Tenggara membangun konsentrasi pemukiman untuk kemudian
mengembangkan peradaban yang lebih maju dan berkembang di kemudian hari.
Hal inilah yang membuat kuatnya pengaruh peradaban India dan Cina di Asia
Tenggara yang berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara
Orang Cina pertama yang memasuki Asia Tenggara adalah biksu Buddha,
pedagang maritim dan perwakilan pemerintah Imperial Cina di masa lalu. Pada
zaman kuno dan abad pertengahan, pedagang Cina menggunakan pelabuhan
Asia Tenggara melalui jalur Sutra maritim meski pada masa awal sebagian
besar perdagangan ini dilakukan oleh pelaut dan pedagang asal Timur
Tengah. Penjelajah Cina Zheng He (1371-1433) membangun komunitas Cina
di beberapa kota di Jawa dan Semenanjung Melayu, sebagian sejarawan
percaya, untuk menerapkan kontrol kekaisaran China pada masa itu (Fox,
1979:31).
Menyadari akan kurangnya pemahaman tentang sejarah Asia Tenggara
seperti yang telah disebutkan di atas, kami tertarik untuk mengkaji materi
Penyebaran dan Pengaruh Cina di Asia Tenggara agar menambah wawasan
pengetahuan kita tentang materi tersebut. Sejarah Asia Tenggara tidak akan
lepas dari sejarah Indonesia, sehingga untuk memahami materi tersebut
merupakan hal pokok yang harus dipahami dan dimengerti kita sebagai warga
Indonesia.

4
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dapat dituliskan
adalah
a. Bagaimana Proses Kedatangan Cina di Kawasan Asia Tenggara?
b. Bagaimana Penyebaran Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara?
c. Apa saja Pengaruh Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
a. Untuk mengetahui Proses Kedatangan Cina di Kawasan Asia Tenggara,
b. Untuk mengetahui Penyebaran Peradaban Peradaban Cina di Kawasan Asia
Tenggara
c. Untuk mengetahui Pengaruh Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara

5
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Kedatangan Cina di Kawasan Asia Tenggara


Cina adalah sumber peradaban bagi banyak negara Asia Timur seperti
Korea Selatan, Jepang dan Vietnam, yang termasuk dalam budaya Cina. Namun,
ketika cahaya peradaban ini mencapai Tibet, Mongolia, Asia Tengah dan Asia
Tenggara, pengaruh China tidak berhenti di situ.
Etnis Tionghoa merupakan suku bangsa yang memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan dengan berbagai suku bangsa lainnya. Etnis Tionghoa memiliki
kemampuan beradaptasi dengan penyebaran (diaspora) yang mereka lakukan agar
dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Dari orang-orang Cina yang telah tiba kekawasan Asia Tenggara jauh
sebelumnya dari negara Barat yang telah tiba ke nusantara. Para pedagang Cina
menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara melintasi Jalur Sutra
Maritim, tetapi pada masa-masa awal sebagian besar perdagangan ini dilakukan
oleh para pelaut dan pedagang TimurTengah. Perdagangan reguler antara Cina dan
Asia Tenggara dimulai pada abad ke-13.
China terpesona oleh peluang perdagangan di Malaka,
Manila dan Batavia (Jakarta). Beberapa deskripsi paling rinci tentang Angkor Wat
dan peradaban Asia Tenggara lainnya dibuat oleh para pelaut dan biarawan Cina.
Etnis Cina berdagang di Asia Tenggara, menukar barang-barang Cina seperti sutra
dan porselen dengan rempah-rempah, obat-obatan dan barang-barang aneh dan
tidak biasa lainnya di wilayah Asia Tenggara.

6
Ketika orang Barat tiba di Asia Tenggara pada abad ke-16 dan awal abad
ke-17, mereka memperhatikan bahwa pedagang Cina kecil tetapi tersebar luas di
wilayah tersebut. Pada abad-abad berikutnya, mereka bertindak sebagai perantara,
pekerja, dan produsen kecil. Dengan bertambahnya jumlah mereka, mereka
mendominasi ekonomi pasar di kawasan pasar Asia Tenggara.
Dari paruh kedua abad ke-17, banyak orang Cina mulai bermigrasi ke Asia
Tenggara, terutama ke pulau-pulau Cina selatan di Guangdong, Fujian dan Hainan.
Para penjelajah-penjelajah dari kawasan Tiongkok seperti Zheng'He (1371-
1433) yang sudah mendiri kan komunitas-komonitas atau kelompok orang-orang
dari etnis Tionghoa di beberapa kota di Jawa dan Semenanjung Malaya, dan
beberapa sejarawan percaya bahwa ia menjalankan kekuasaan kekaisaran atas
Tiongkok pada saat itu. Dari paruh kedua abad ke-17, orang Cina mulai berimigrasi
ke Asia Tenggara, terutama dari Guangdong, Fujian dan Pulau Hainan di Cina
selatan.

7
Kebanyakan orang Tionghoa yang menetap di Asia Tenggara meninggalkan
Tiongkok pada pertengahan abad ke-19. Setelah penandatanganan Perjanjian
Nanjing, beberapa pelabuhan perjanjian dibuka di Cina. Setelah kelaparan dan
banjir tahun 1910, banyak orang Cina yang melarikan diri dari daerah pesisir Fujian
dan Zhejiang. Kemudian selama Perang Dunia II, awal pemerintahan komunis.
Banyak imigran legal dan ilegal dari China kembali.

2.2 Penyebaran Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara


Asia Tenggara yang terdiri dari kawasan yang luas, dari zaman dahulu sudah
didatangi oleh pengaruh India dan Cina yang beragama Hindu dan Buddha. Cina
yang dikenal sebagai negara ekspansi, tidak hanya sampai di daerah tersebut,
peradabannya bahkan sampai di Tibet, Mongolia, Asia Tengah dan Asia Tenggara.
Negara Cina terkenal dengan ekonominya yang kuat. Kemajuan pasar dagang Cina
dapat dilihat dari berbagai macam barang dagang Cina membanjiri pasararan Asia,
Eropa, dan Amerika. Peradaban Cina adalah peradaban tertua yang hingga sekarang
masih bisa dirasakan. Cina memiliki peran penting dalam perkembangan peradaban
dunia. Hal tersebut dapat dilihat dari artefak-artefak dan falsafah yang ditinggalkan.

8
Cina memiliki berbagai macam etnis. Etnis Cina yang terbesar adalah etnis
Han. Selain etnis Han, ada juga etnis lainnya, seperti Zang, Hui, Namchuria,
Mongol, dan lain sebagainya merupakan keturunan suku Barbar yang hidup di
perbatasan Cina semenjak ribuan tahun yang lalu. Mereka merupakan sisa-sisa
perjalanan panjang sejarah yang terjadi dengang perluasan budaya dan bangsa
Tionghoa. Maka, perjumpaan antara etnis Han dan non-Han mengalami
persinggungan antar dua kebudayaan. Hal tersebut dapat memperkaya khazanah
budaya Cina.6 Bangsa Cina merupakan masyarakat yang dikenal suka merantau
atau melakukan ekspansi. Kebiasaan merantau tersebut disebabkan oleh latar
belakang kehidupan ekonomi yang sulit di negeri leluhurnya. Sesuai dengan
kepribadian Bangsa Cina itu sendiri, yaitu sebagai bangsa yang suka melakukan
ekspansi besar-besaran ke seluruh penjuru dunia. Maka, tidak heran jika bangsa
Cina tidak hanya berdiam diri di tempat asalnya saja, melainkan juga di negara-
negara selain Cina, seperti Vietnam, Myanmar, Kamboja, Singapura, Malaysia,
Filipina, Indonesia. Bahkan, mereka juga menyebar ke Australia, Eropa, dan
Amerika. Oleh karena itu, orang Cina yang berada di luar negara aslinya sering
disebut Cina Perantauan.

Kebudayaan Austronesia tidak mungkin berkembang sendiri di wilayah


Asia Tenggara, karena kawasan tersebut menjadi arena pertemuan dua kebudayaan
besar Asia yang telah lama berkembang, kedua kebudayaan itu adalah India dan
Cina. Di awal tarikh masehi, dalam periode protosejarah dapat dipastikan banyak
pelaut dan niagawan dari Cina dan India saling berkunjung. Para pelaut tersebut
sudah pasti melalui laut, selat, dan pantai-pantai Asia Tenggara. Pada masa itulah
terjadi interaksi antara para pelaut Cina dan India dengan penduduk Asia Tenggara
yang merupakan bangsa besar Austronesia yang telah mengalami diasporanya.
Kebudayaan bangsa-bangsa di Asia Tenggara akhirnya diperkaya dengan
diterimanya pengaruh dua kebudayaan besar Asia pada masa itu. Maka tidak
mengherankan apabila banyak aspek kebudayaan yang datang dari Cina kemudian
diterima oleh sub bangsa-bangsa Austronesia di Asia Tenggara. Apabila
diperhatikan secara seksama, maka banyak bangsa Asia Tenggara yang pada awal

9
tarikh Masehi justru menerima kebudayaan India. Penduduk di wilaayh Jawa,
Sumatera, Bali, Semenanjung Malaysia, Tumasik (Singapura), Thailand, Khmer,
Champa, Myanmar yang menerima aspek-aspek budaya India. Adapun Laos dan
Vietnam banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, walaupun pengaruh kebudayan
India meninggalkan pula jejaknya di Laos dan Vietnam.

Mengenai pengaruh kebudayaan Cina di Nusantara sejatinya tidak


berlangsung secara khusus dalam suatu cakupan yang luas dan kurun waktu yang
lama. Kedatangan niagawan Cina sudah berlangsung sejak awal zaman sejarah
Indonesia (Sekitar abad ke 5 M) dan terus berlangsung hingga zaman kejayaan
Majapahit (abad 14-15 M). Kedatangan imigran Cina semakin banyak ketika zaman
kolonial Belanda. Sebenarnya penduduk nusantara di ambang masa seajrah telah
melakukan kontak baik dengan para musafir India dan juga Cina, namun pengaruh
kebudayaan yang diterima oleh nenek moyang bangsa Indonesia justru dari India
bukan dari Cina. Hal itu mungkin dapat diterangkan karena beberapa sebab yaitu :
a. Orang-orang Cina sejak dulu hanya bertujuan untuk berdagang, tidak
berupaya menyebarkan agama
b. Kedudukan kebudayaan Cina dan Nusantara sama, keduanya sedang belajar
dari kebudayaan India, terutama dalam hal agama buddha
c. Adanya pola budaya yang mirip antara kebudayaan nusantara dan India,

10
daripada antara kebudayaan nusantara dan Cina
d. Masyarakat Cina apabila hidup di perantauan cenderung untuk hidup
bersama dalam suatu pemukiman
e. Nenek moyang orang Indonesia sendiri lebih menyukai kebudayaan India
daripada Cina

Beberapa orang Tionghoa mengambil istri setempat dan selama berabad-


abad, beberapa keturunan mereka menjadi tidak dapat dibedakan dari penduduk
setempat. Orang Cina di Semenanjung Malaya atau di pulau-pulau Sumatra dan
Jawa kadang-kadang menjadi Muslim, sementara beberapa di Siam (sekarang
Thailand) mengadopsi Buddhisme Theravada (Heidhues, 1992:8).
Pada abad 17 dan 18 di Vietnam, para pengungsi politik dari Tiongkok yang telah
mendukung dinasti Ming membantu memulihkan atau menyegarkan kembali
praktik-praktik Konfusianisme dalam birokrasi dan dalam kehidupan intelektual.
Selain perdagangan, orang Cina memasuki pertanian di bagian yang kurang
berkembang di Asia Tenggara. Sebagai contoh, mereka menanam dan mengolah
lada dan gambir pada abad ke-17, menanam gula untuk ekspor atau beras untuk
distilasi menjadi minuman beralkohol di Jawa Barat.
Pada awal abad ke-19 mereka memperkenalkan gula ke Siam, menanam
tanaman ekspor ini di perkebunan yang dijalankan dengan kuli Cina yang diimpor
(buruh kontrak). Mereka juga tukang kebun di pinggiran kota Batavia (sekarang
Jakarta), atau Singapore dan Bangkok. Bahkan hari ini, mereka masih membantu
memasok banyak kota modern di Asia Tenggara dengan produk segar. Meskipun
pertanian adalah yang kedua setelah perdagangan, itu adalah bidang inovasi besar:
Cina memperkenalkan pertanian dan industri di Jawa dan, di Asia Selatan secara
keseluruhan. Di Kalimantan yang berpenduduk sedikit, di pulau Bangka di lepas
pantai Sumatra, dan di Semenanjung Melayu, orang-orang Cina menambang emas
dan timah, sementara komunitas petani muncul di sekitar pemukiman
pertambangan.
Pada awal abad ke-19, orang Cina dapat berimigrasi secara bebas ke negara-
negara Asia Tenggara dan komunitas mereka memiliki otonomi budaya yang luas.

11
Kekuatan kolonial, Spanyol, Belanda, Portugis dan Inggris, sekarang sepenuhnya
didirikan di daerah itu, dan mereka mengenakan pajak yang sangat tinggi dari Cina
serta membatasi perjalanan dan pola pemukiman mereka. Keterbatasan imigrasi
menjelang akhir abad ke-19, yang paling drastis diperkenalkan pada tahun 1902 di
Filipina, ketika kebijakan “pengecualian” Amerika diperluas ke pulau-pulau
tersebut, hampir mencegah impor pekerja kuli Cina.
Sedangkan di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) atau di Indocina
Prancis, para imigran membayar biaya masuk yang besar, tetapi kontrak kuli
dikecualikan. Imigrasi di Singapura dan Malaya, tetap tinggi sampai pengangguran
dan Depresi tahun 1930 mendorong Inggris untuk membatasi penerimaan laki-laki
dewasa. Karena kegiatan ekonomi Cina cocok dengan kebutuhan kolonialis awal,
ini melihat Cina sebagai roda penggerak yang diperlukan dalam perekonomian,
tetapi masyarakat setempat menganggap mereka berada di garis depan
pemerintahan kolonial. Karena itu, selama abad ke-19, orang-orang Cina
mengonsolidasikan posisi khusus mereka dalam ekonomi dan masyarakat Asia
Tenggara (Heidhues, 1992:9-10).

2.3 Pengaruh Peradaban Cina di Kawasan Asia Tenggara


a. Bidang Ekonomi
Hubungan perdagangan Cina dan negara-negara di Asia Tenggara telah
terjalin sejak abad ketiga sebelum Masehi, yakni dengan adanya “jalur sutra” yang
menghubungkan Asia Tenggara dan garis pantai tenggara China. Perdagangan ini
kemudian berlanjut sampai pada masa modern atau sekarang ini. (Abdullah, 2000 :
07)
Etnis Cina mendominasi laju ekonomi Asia Tenggara sejak awal abad ke-
20. Yaitu terlaksana di beberapa kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia,
terkecuali di Myanmar dikuasai oleh orang India. Tahun 1970 perkembangan
perekonomian Asia Tenggara tidak terlepas dengan politik perekonomian Asia
Timur. Keterkaitan dalam hal perekonomian kelompok Cina sudah telaksana dan
sangat berperan dalam ekonomi daerah Asia Tenggara. Sesuai dengan teori “angsa
terbang” Jepang, negara maju memberikan bantuan dan bimbingan kepada negara-

12
negara tertinggal di Asia Tenggara, yang pada akhirnya negara-negara tertinggal
akan menyamai negara maju (Ghazali ed.al., 2000:320).
Negara-negara di Asia Tenggara di mana terdapat kalangan etnis Cina-nya
yang mendominasi ialah kawasan negara-negara yang laju pengembangan
ekonominya telah sedikit baik. Sebagaimana telah disebutkan pada bagian
terdahulu bahwa jumlah etnis Cina pada tahun 1960 di Singapura mencapai 75%
dari total penduduk, Malaysia : 37% dan Thailand : 10%, ketiga negara ini
mengalami kemajuan ekonomi yang pesat. Etnis Cina di Indonesia pada tahun 1960
hanya sebesar 2,9% dan di Philipina lebih kecil lagi, yaitu 0,67%, suatu kenyataan
ekonomi di kedua negara ini berada di belakang ketiga negara tersebut. Lagi pula
di Indonesia, etnis Cina dalam masa Orde Baru mendapat tekanan dari pemerintah
sehingga dinamika etnis Cina terbatas dan peran mereka tidak begitu besar dalam
perkembangan ekonomi. Hanya sedikit sekali orang Cina yang berhasil
mengembangkan bisnisnya dengan keuntungan yang luar biasa. (Danar, 2010 : 91-
93). Menurut J.A.C. Mackie, keuntungan itu diperoleh dari koneksi-koneksi politik
dengan pejabat-pejabat pusat ataupun daerah, seperti Liem Sioe Liong (Mackie,
1993:127).
Sejak tahun 1974 perekonomian nasional Indonesia didominasi oleh etnis
Cina, artinya di berbagai sektor swasta yang berhubungan dengan perputaran rupiah
dipegang dan dikendalikan oleh etnis Cina. Mereka bergerak di bank-bank swasta,
perusahaan eksport-import, perusahaan-perusahaan manufaktur, dan industri yang
lain.
b. Bidang Sosial Budaya
Pengaruh India yang tidak bertalian dengan politik, berbeda dengan
pengaruh China, dalam proses penyerapannya oleh masyarakat asli di Asia
Tenggara ditransformasikan tidak berbeda misalnya dengan pengaruh Yunani kuno
terhadap Eropa Barat. Karena rakyat yang merasakan rangsangan kebudayaan
India, seperti yang dikatakan oleh George Coedes. Bukan “orang- orang/ buas liar
melainkan masyarakat dengan peradabannya yang relatif tinggi”. Bahkan orang-
orang Vietnam, yang di bawah Pemerintahan Cina sejak tahun 111 SM sampai
tahun 939 sesudah masehi dan di bawah Han secara intensif dilakukan Cinanisasi,

13
telah mengembangkan kebudayaan yang bagaimanapun juga mempertahankan
identitasnya sendiri, yang akar-akarnya berada jauh sebelum pra-Cina, meskipun
perkembangan kebudayaan itu banyak pengaruh Cinanya (Hall, 1988).
Sulit sekali melacak mundur ciri-ciri budaya masalalu dari ciri budaya masa
kini. Namun, fenomena tersebut setidaknya bisa memberi sedikit gambaran tentang
kebudayaan asal yang sudah ada sebelum kedatangan sitem kepercayaan dari India,
China dan tempat lainnya. Pada dasarnya, Asia Tenggara masa lalu adalah dunia
lelembut (makhluk halus) dan pandangan ini masih bertahan hingga sekarang. Pada
suatu masa, kepercaan terhadap roh dekenal dengan animisme, animisme ini tetap
menjadi kekuatan yang dominan di Asia Tenggara. Sedikit sekali orang Asia
Tenggara terpengarruh dengan dunia materialisme (Ricklefs dkk, 2013:5).
Kini Asia Tenggara merupakan surga bagi para ahli ilmu bangsa-bangsa. Dalam
hutan-hutan dan gunung-gunungnya hidup sisa rakyat yang beraneka ragam yang
mencerminkan tingkat permulaan sejarah ethnologisnya, orang-orang kate Negrito
yang hidup sebagai primitif dan pengembara, orang-orang yang dekat dengan
orang-orang asli (Aborigin) penduduk Australia dan lain-lain sebagai orang
Indonesia yang tingkat perkembangannya lebih ke belakang. Jelas ada percampuran
besar-besaranantara penduduk yang mula-mula dengan pendtang berikutnya.
Seluruh wilayah itu sungguh telah menggambarkan kekacauan suku- suku bangsa
dan bahasa.
Bukti-bukti yang ektrim type manusia kuno telah ditemukan di jawa. Homo
Mojokertensis dan Homo erectus telah terbukti dekat hubungannya dengan
Sinanthropus Pikinensis atau manusia Peking artefak artefaknya dengan artefak
kebudayaan Soa di india barat laut dan kebudayaan Anyath di Burma. Atas dasar-
dasar bukti-bukti yang telah diselidiki sampai sekarang dua hypotese yang sangat
kuat menarik perhatian, maka telah dirumuskan :
- Orang-orang mongoloid berasal dari induk bangsa ini dan
- Bahwa suatu garis yang jelas dapat ditarik yang menghubungkan Homo
Erectus melalui homo soloensis (misalnya tengorak Ngandong) dengan Australicus.
Bukti-bukti kebudayaan meso lithium telah tersebar luas disebut bacson Hoabhinh
dari daerah-daerah yang banyak sekali diketemukan artefak artefak di provinsi

14
Bacson dan Hoabinh di Tongging gambaran yang membedakan alat-alat batunya
adalah bahwa alat-alat batunya dikerjakan sebelah saja. Bersama dengan alat-alat
batu itu diketemukan alat-alat dari tulang dan periuk tanah liat. Sisa-sisa
manusianya diinterpretasikan menunjukkan induk bangsa yang berkulit hitam
berbada.n kecil dan termasuk tipe veddoid australoid. Bukti-bukti suatu tipe
melanesoid diketemukan di indocina. Artefak rakyat ini diketemukan di utara luang
prahang Syam Malaya dan di pantai timur Sumatera.ahli-ahli antropologi
mengklasifikasikan orang ini sebagai fedoid setelah suku suku vedda di Ceylon,
Dan termasuk kelompok ini suku-suku yang hidup di bukit-bukit Malaya yaitu
Senori dan Sakai dan rakyat terkebelakang lain di Sulawesi Selatan di pulau pulau
Enggano dan Mentawai dilepas pantai Sumatera (Hall, 1988).

C. Agama
Etnis Tionghoa ialah salah satu etnis yang berada di seluruh dunia. Ini
artinya etnis Tionghoa terdapat di setiap negara. Banyak kalangan etnis Tionghoa
menyebar mulai dari kawasan Asia Tenggara:
- Filipina
- Vietnam
- Thailand
- Myanmar
- Kamboja
- Malaysia
- Singapura
- Indonesia
- hingga Mauritius, Afrika Selatan, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan,
Kepulauan Pasifik.
Etnis Tionghoa merupakan 3% dari sekitar 200 juta populasi total Indonesia (The
Jakarta Post, 2012). Di masa lalu, kelompok etnis Cina sudah mendapatkan
prasangka dan diskriminasi. Misalnya, pada waktu Orde Baru (1966-1998), orang
Tionghoa digolongkan sebagai nonpribumi (nonpribumi) daripada sebagai anggota
dari kelompok etnis. Oleh karena itu, apa yang bisa yang dapat dinikmati oleh

15
kelompok etnis yang dianggap pribumi tidak dapat dinikmati oleh orang Tionghoa.
Setelah memasuki tahun 2006, ketika sistem hukum Indonesia menghapus istilah
pribumi dan nonpribumi, orang Tionghoa digolongkan sebagai bagian dari suku
bangsa Indonesia. (Trisnanto, 2007:24).
Ketika waktu kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Orde
Reformasi), kebijakan tiga pilar yang digunakan di waktu Presiden Suharto (Orde
Baru) tidak digunakan lagi. Ia juga menghapus Keppres No. 14 Tahun 1967, yang
melarang orang Tionghoa menjalankan adat istiadat secara terang-terangan atau di
muka umum sepanjang 32 tahun. Pada saat kepemimpinan Presiden Megawati
Sukarno Putri, Tahun Baru Imlek memungkinkan masyarakat Chines Indonesia
untuk merayakan Tahun Baru Imlek secara terbuka. Sejak itu, banyak organisasi
mulai berkembang pesat baik di monastik, sekolah, maupun media massa. Hal ini
terlihat dari banyaknya organisasi dan klub Tionghoa yang tersebar hampir di
seluruh Indonesia. Misalnya, organisasi sosial, partai politik, asosiasi suku dan klan,
kursus bahasa Mandarin, kursus seni Cina (alat musik).

d. Kerajaan

Funan adalah kerajaan kekaisaran pertama di Asia Tenggara. Funan adalah


kata Cina modern yang berasal dari pengucapan kata b'iunam, yang merupakan
transliterasi dari kata Carmer kuno bnam, dan memiliki arti yang sama dengan
Carmer Phnom modern, yang berarti gunung. Nama kerajaan yang sebenarnya
tidak diketahui, tetapi raja-raja menggunakan gelar Krung Bnam, yang berarti Traja
di pegunungan, identik dengan Syailendra dalam bahasa Sansekerta.
Kerajaan lain di Asia Tenggara yang menggunakan nama Cina adalah
LinYi. Kerajaan Lin Yi merupakan inti pertama Kerajaan Champa dan tercatat
dalam sejarah pada akhir abad kedua (192 M). Manuskrip Cina menunjukkan
bahwa itu didirikan sekitar tahun 192 Masehi. Seorang pejabat pribumi bernama
K'iu Len memanfaatkan penurunan kekuasaan mendiang dinasti Han untuk
membebaskan wilayahnya dari bagian wilayah militer Genan China (antara Song
Juan Hill dan Coles Nuage). Atau lulus mega). Kemudian dia menyatakan dirinya

16
Sianglin. Dengan kata lain, ini adalah wilayah paling selatan dan mungkin hampir
setara dengan bagian Skatan di Provinsi Vietnam saat ini: Thuathein

17
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keberadaan Etnis Cina dalam melakukan aktivitas perdagangan di Asia
Tenggara sudah terjadi jauh sebelum kedatangan bangsa Barat. Ketika orang Eropa
datang di kawasan Asia Tenggara pada abad ke-16 dan awal abad ke-17, orang Cina
sudah bermukim di kota-kota pelabuhan utama. Saudagar-saudagar Cina meskipun
belum begitu banyak namun tersebar luas di seluruh kawasan ini. Dalam beberapa
abad kemudian, orang Cina bertindak sebagai pedagang perantara atau bekerja
sebagai buruh serta produsen berskala kecil. Ketika jumlah mereka semakin
banyak, mereka kemudian mendominasi perekonomian pasar di kawasan Asia
Tenggara.
SeIain peradaban China yang dibawa di Asia Tenggara, China juga memiIiki
pengaruh yang sangat besar di Asia Tenggara sendiri ini dapat dibuktikan dengan
perekonomian etnis China di kawasan Asia Tenggara. Lihat saja negara Singapura
disana mayoritas nya adaIah orang China yang sangat Iihai mengeIoIa
perekonomian maka tak heran jika Singapura menjadi negara dengan ekonomi yang
sangat maju. Dikarenakan etnis China sendiri memiIiki sifat yang uIey, tingkat etos
kerja yang sangat tinggi yang menjadikan mereka dapat dengan cepat menguasai
perekonomina di Asia Tenggara. Contohnya di Indonesia banyak sekaIi
perusahaan-perusahaan besar yang

dimiIiki orang China. Sedangkan daIam aspek budaya iaIah dapat diIihat antara
adat istiadat yang dimiIiki oIeh orang Jawa dan
orang China iaIah Dalam perayaan atas hari besar keagamaan misalnya dalam
masyarakat Jawa membuat sesajen, slametan dengan makanan jajan pasar seperti
apem, wajik dll. Begitu pula masyarakat Tionghoa yang mengadakan slametan di
Klenteng juga membuat makanan seperti nasi tumpeng lengkap dengan lauk
pauknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fox, Martin Stuart. 1979. A Short History 0ƒ China and Southeast Asia : Tribute, Trade,
and Inƒluence. Singapore: Victoria Printed by South Wind Production.
Groslier, B.P. Terj Hoesen I.S. 2002. IndoCina Persilaangan Kebudayaan.
Jakarta-Paris: KPG-ecole francaise d'extreme-Orient.
Ghazali, Abdullah Zakaria ed.al. 2000. Sejarah Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur
l800-l963. Selangor: Fajar Bhakti.
Hall, D.G.E., 1988. Sejarah Asia Tenggara. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh
I.P.Soewarsha. Surabaya: Usaha Nasional.
Heidhues, Mary S. 1992. The Chinese 0ƒ South-East Asia. London: Minority Rights Group
International.
Mackie, J.A.C. dalam Richard Tanter & Kenneth Young. 1993. Politik Kelas Menengah
Indonesia. Jakarta: LP3ES
Ricklefs, M.C., dkk, 2013. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai
Kontemporer. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Tim Komunitas
Bambu. Depok: Komunitas Bambu.
Trisnanto, A. A. (2007, February 18). Etnis Tionghoa juga bangsa Indonesia.
Diambil kembali dari Suara Merdeka

Widia, D. 2015. Keberadaan Etnis Cina dan Pengaruhnya Dalam Perekonomian Di Asia
Tenggara. Mozaik Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. 5(1) : 50-62
Widiyanta, D. 2010. Etnis Cina dan Perekonomian Asia Tenggara. Mozaik. 5(1) : 84-95.
Indahsari, L. 2021. Sejarah Kedatangan Cina di Asia Tenggara. 15 Maret 2022.
Anddict, K. 2017. Awal Mula Kedatangan Etnis China Di Asia Tenggara. 15 Maret 2022

19

You might also like