You are on page 1of 17

MAKALAH

PENGEMBANGAN RISET DAN KOLABORASI GURU (STUDI KASUS)


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Fauzi Annur, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelas : 6C
Kelompok : 8 (Delapan)
1. Syafaatin Lailiyah (203111070)
2. Nabilla Paradita R (203111085)
3. Neli Rahmawati (203111103)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi
Kependidikan. Selain itu, juga untuk menambah wawasan tentang Pengembangan Riset dan
Kolaborasi Guru (Studi Kasus) untuk para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fauzi Annur, S.Pd., M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sukoharjo, 05 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengembangan Riset Guru ............................................................................ 3


B. Pengembangan Kolaborasi Guru .................................................................. 6
C. Studi Kasus ................................................................................................. 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di negera kita memang masih jauh dari yang diharapkan
maka perlu upaya kerja keras dan terus menerus dengan melibatkan seluruh
stakeholders, agar dunia pendidikan kita benar-benar bangkit dari keterpurukan untuk
mengejar ketertinggalannya sehingga mampu berkompetisi secara terhormat dalam
era globalisasi yang semakin menguat. Oleh sebab itu reformasi pendidikan, dimana
salah satu issu utamanya adalah peningkatan profesionalisme guru merupakan hal
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih
berkualitas. Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan
sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin
meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang
ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar-benar ahli di bidangnya, sesuai
dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal,
termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian
tersendiri (Angelia Sondakh,2007).
Guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari
kompetensi profesional oleh sebab itu guru harus mampu melaksanakan penelitian
tindakan kelas. Guru perlu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebab dengan
melaksanakan penelitian ini akan diperoleh manfaat ganda yaitu memperbaiki proses
pembelajaran dan meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan pengembangan
profesi. Dengan memilih masalah yang tepat guru sebagai peneliti selain dapat
melakukan perbaikan, peningkatan dan perubahan proses pembelajaran yang lebih
baik berdampak pula terhadap diri guru yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan
untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau
timbulnya budaya dinamis dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan
dirinya sebagai peneliti.
Kerjasama dan kebersamaan dalam kolaborasi guru merupakan faktor
penentu tidak hanya pengembangan profesional guru tetapi juga pengembangan
sekolah (Kelchtermans, 2006). Peneltian-penelitian yang membahas mengenai

1
kolaborasi guru lebih banyak dilakukan pada negara-negara maju dan lebih banyak
mengaitkan dengan prestasi siswa, sedang keterkaitannya dengan kompetensi guru
masih terbatas. Di sisi lain penelitian terkait kolaborasi guru dengan kompetensi
pada negara berkembang khususnya Indonesia masih terbatas. Mengingat hal
tersebut dan dampak positif kolaborasi terhadap guru, maka telaah ini perlu
dilakukan untuk mengkaji bagaimana kolaborasi guru yang efektif dilakukan agar
kualitas guru meningkat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengembangan riset dan kolaborasi bagi guru ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh
informasi mengenai pengembangan riset dan kolaborasi terhadap guru, dengan
demikian semoga mahasiswa akan dapat memahami lebih jauh dan tidak buta akan
Profesi Kependidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Riset Guru


1. Pengertian Riset bagi Guru
Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian
yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan
sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang
pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling,
dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian
adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala
sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat
lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.
Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang
berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau
pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian
Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah
kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan
dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas tersebut.
Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh
guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa.
Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama
juga.
2. Pentingnya Riset bagi Guru

3
Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengatasi suatu
permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Karena permasalahan yang akan
dipecahkan berada di kelas maka gurulah yang paling mengetahui mengapa
masalah itu muncul. Untuk mengetahui apa penyebab munculnya masalah,
guru perlu menjadi peneliti. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan
munculnya permasalahan itu, misalnya penyebabnya adalah guru atau siswa
dalam proses pembelajaran. Kualitas yang tinggi diharapkan dari guru sebagai
peneliti dalam sikapnya menganalisis kekurangan dalam kegiatan
pembelajaran. Peranan guru sebagai peneliti tindakan kelas mengandung
beban psikologis dan sosial karena untuk mengamati dan mengkritik diri
dalam kemampuan profesionalnya mengandung ancaman terhadap diri dan
karirnya. Bagaimana kalau pengamatan itu menunjukkan gambaran buruk dari
penampilan profesinya? Bagaimanakah penghargaan atasan dan kolega
tentang hal ini? Tidak banyak guru yang mengkritik dirinya jika ada
permasalahan dalam kegiatan pembelajaran, bahkan ada kecenderungan
menyalahkan siswa sekiranya proses pembelajaran tidak sesuai yang
diharapkan.
Tanpa mengadakan analisis dalam proses pembelajaran, tidak akan
diketahui secara pasti penyebab timbulnya masalah tersebut. Penelitian
tindakan kelas merupakan kebutuhan guru untuk meningkatkan
profesionalitasnya sebagai guru karena :
a. Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi
peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Guru
menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan
b. Penelitian tindakan kelas meningkatkan kinerja guru sehingga guru
menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi yang sudah merasa
puas terhadap apa yang dikerjakan tanpa ada upaya perbaikan inovasi
namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti di bidangnya.
c. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian
yang terdalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya
d. Penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru
karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya.
3. Tujuan dan Manfaat Riset bagi Guru

4
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan
layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran dapat dicapai
dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan. Merefleksi adalah
melakukan analisis sintesis-interpretasi-eksplanasi dan berkesimpulan.
Kemudian mencobakan alternatif tindakan dan dievaluasi efektivitasnya
Tujuan penelitian tindakan kelas ialah pengembangan kemampuan-
keterampilan guru untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran di
kelasnya dan atau di sekolahnya sendiri. Tujuan penyerta penelitian tindakan
kelas ialah dapat ditumbuhkannya budaya meneliti di kalangan guru dan
pendidik. Tujuan lain penelitian tindakan kelas sebagai berikut ini.
a. Memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi
tercapainya tujuan pembelajaran
b. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru
c. Mengidentifikasi, menemukan solusi dan mengatasi masalah pembelajaran
di kelas agar pembelajaran bermutu.
d. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan
masalahmasalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi
siswa dan kelas yang diajarnya
e. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran (misalnya pendekatan, strategi, metode, media
pembelajaran)
Manfaat Riset bagi Guru :
a. Menghasilkan laporan-laporan penelitian tindakan kelas yang dapat
dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Menumbuh kembangkan kebiasaan, budaya dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan guru.
c. Mampu mewujudkan kerja sama kolaborasi dan atau sinergi antarguru
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
d. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum
atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal,
sekolah, dan kelas.

5
e. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
B. Pengembangan Kolaborasi Guru
1. Pengertian Kolaborasi bagi Guru
Kolaborasi guru merupakan sarana bagi guru untuk meningkatkan
kompetensinya baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun
pengalaman. Kompetensi dibutuhkan guru untuk menunjang kinerjanya.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kompetensi guru
melalui pendekatan kolaborasi guru. Penelitian dilakukan dengan metode
tinjauan literatur dengan memanfaatakan publikasi hasil penelitian
sebelumnya. Kolaborasi merupakan suatu tindakan kooperatif anggota sekolah
untuk mencapai tujuan yang terkait dengan pekerjaan (Kelchtermans, 2006).
Kualitas dan kuantitas kolaborasi merupakan salah satu elemen kunci dalam
membuat profesi guru menjadi kuat, dimana profesionalisme yang kuat akan
menentukan sistem pendidikan berkinerja tinggi (Hargreaves, 2019).
2. Pentingnya Kolaborasi bagi Guru
Kolaborasi yang dilakukan berpotensi sebagai akar rumput
pendorong utama perubahan pendidikan (Barfield, 2016). Kegiatan
kolegialitas merupakan aspek kunci pengembangan profesional guru dan
sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan (Shah, 2012), karena
ketika kolaborasi efektif terjadi, pengetahuan dan pengalaman guru
dibagikan dan pengajaran ditingkatkan.
Pengalaman yang diperoleh dari kegiatan kolaborasi akan
mengubah pengetahuan, sikap dan kepercayaan guru dan menghasilkan
peningkatan instruksi dalam mengajar secara permanen maupun substansial
(Samaranayake et al., 2018). Selain itu kolaborasi yang dilakukan secara
profesional mampu membangun pengalaman, pedagogi dan pengetahuan
konten (Goddard et al., 2007). Lebih jauh lagi, Glazier et al., 2016, setuju
dengan kesimpulan National Commission on Teaching & America's Future
bahwa kolaborasi adalah kunci untuk karir guru yang bermanfaat dalam
mengajak dan mempertahankan profesionalisme guru, berdampak pada
pengajaran yang lebih baik dan pembelajaran siswa yang lebih dalam.
Untuk itu sudah waktunya bagi para guru untuk memanfaatkan kekuatan

6
kolaborasi di semua level dan profesi dalam rangka menuju kesuksesan abad
21.
3. Tujuan dan Manfaat Kolaborasi bagi Guru
Manfaat dan tujuan utama dari kolaborasi guru yaitu meningkatkan
kesempatan guru untuk tumbuh secara profesional melalui interaksi dengan
orang lain (Pukkila et al., 2007), mampu meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan guru (Egodawatte et al., 2011), sedang Johnson (2003)
menjelaskan bahwa keuntungan yang dirasakan dengan adanya kolaborasi
yaitu guru merasa mendapat dukungan moral dan kesempatan untuk belajar
satu sama lain sehingga membantu guru merasa lebih baik tentang diri
mereka sendiri dan tugas-tugasnya.
Namun Johnson (2003) juga menegaskan ada kerugian dibalik
kolaborasi seperti guru merasa beban kerja bertambah, guru kehilangan
kemandirian dan otonomi, konflik antar pribadi serta terjadi kompetisi yang
tidak sehat antar tim.
Lebih jauh lagi, kolaborasi guru tidak hanya bermanfaat bagi guru semata
tetapi juga bermanfaat bagi siswa, sekolah, komunitas profesional seperti
yang dikemukakan oleh Forte dan Flores (2014) yaitu :
a. Untuk guru, terjadi perubahan budaya profesional individualistis, kepuasan
kerja dan motivasi.
b. Untuk siswa , terciptanya pengalaman baru, pengawasan pekerjaan siswa
yang lebih baik, hasil siswa yang lebih baik.
c. Untuk sekolah, terjalin hubungan kerja dengan rekan kerja, reputasi/citra
sekolah yang lebih baik, pengalaman pertukaran dengan sekolah lain dan
kemitraan dengan entitas lokal.
d. Untuk masyarakat, berupa penyebaran informasi, hubungan yang lebih
baik dengan komunitas.
C. Studi Kasus
1. Pengembangan Riset Guru
Studi kasus di SMA Surakarta, Oleh Saifuddin Zuhri, Nurhadi, Yosafat
Hermawan Trinugraha, Abdul Rahman, Sigit Pranawa, Okta Hadi
Nurcahyono, Septina Galih Pudyastuti.

7
Kegiatan pendampingan pengembangan bahan ajar diisi dengan
penyampaian materi terkait dengan blended learning system dan pentingnya
riset dalam pengembangan bahan ajar.
Blended Learning System
Di Indonesia untuk penerapan atau aplikasi blended learning yaitu:
Edmodo, moodle, blackboard, successfactor, skillsoft. Ini adalah keseluruhan
aplikasi berbasis internet. Axiology web binar ini adalah bahwa blended
learning itu tepat, mudah, murah (masih kontroversial karena belum semua
orang bisa mengakses), luas jangkauannya dengan segala kemudahan.
Awalnya, pemanfaatan blended learning sangat diunggulkan dibanding dengan
pembelajaran konvensional secara tatap muka (face-to-face). Hal ini karena
dengan blended learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan
dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dengan siapa saja. Intinya
perkembangan ini mendorong perubahan paradigma pendidikan dari teacher
centered learning menjadi student centered learning. Tetapi untuk mengarah
kepada pelaksanaan 100% blended learning, seringkali kesiapan SDM menjadi
salah satu tantangannya. Masyarakat Indonesia seringkali mampu
menyediakan infrastruktur, tetapi optimalisasi perangkat dan efek
keberlanjutannya masih selalu dipertanyakan. Setelah mempelajari beberapa
literature, kita menemukan tiga bentuk transisi pembelajaran yaitu: 1. Full
Conventional Learning sebagian dari orang luar jawa atau daerah terpencil
belum bisa menerapkan bentuk transisi ini karena belum semua bisa
mengakses internet. 2. Gabungan dari electronical dan conventional learning,
bentuk transisi ini masih diperlukan pembuktian antara praktisi para guru yang
ada di MGMP dan peneliti-peneliti yang ada di perguruan tinggi terkait
dengan apakah pembelajaran blended learning dapat terlaksana dengan baik.
3. Full Electronical Learning, di Indonesia belum ada pembelajaran yang
menggunakan full electronic learning.

Pengembangan bahan ajar berbasis penelitian


Materi kedua dalam kegiatan ini menjelaskan tentang Pengembangan
bahan ajar berbasis penelitian. Realitas yang terjadi saat ini adalah adanya
suatu perubahan dalam sistem pendidikan, perubahan dari tatap muka ke arah
interaksi dunia maya. Perlu adanya suatu proses adaptasi terhadap sesuatu

8
yang baru dan selalu berpikir kritis. Diperlukan suatu strategi da;am kegiatan
belajar mengajar agar dapat membantu mengurangi resiko penularan covid 19.
Hasil penelitian bisa menjadi bahan kuliah yang menarik (bersifat kekinian),
karena berdasar pada data-data baru, maka hasil riset akan sangat relevan jika
digunakan sebagai contoh-contoh kasus yang berhubungan dengan mata
pelajaran (Sosiologi: pemberdayaan masyarakat, Perubahan sosial, perilaku
menyimpang, gegar budaya atau integrasi masyarakat), akan menambah
pengetahuan siswa, analisis siswa juga makin lebih tajam dan dalam, siswa
akan mampu memahami persoalan secara lebih komprehensif. Teknologi
informasi mempunyai dua sisi dampak positif dan negatif.
Dampak positif yaitu ;
1. Membantu kegiatan manusia, efisien dalam mengatasi jarak, ruang dan
waktu
2. Mempercepat arus informaasi dari berbagai sumber,
3. Memudahkan kita dalam mengakses data dan informasi sesuai dengan
kebutuhan Pengembangan bahan ajar,
4. Memanfaatkan hasil-hasli penelitian yang bisa diakses di dunia maya
5. Di tengah kondisi pandemic covid 19 ini, juga berdampak pada cara
belajar pada umumnya, dari offline menjadi online.
6. Memanfaatkan materi yang sama untuk kelas selanjutnya dengan
modifikasi agar lebih menarik (bagi pengajar)
7. Bisa memutar kembali bahan yang belum dipahami melalui rekaman (bagi
siswa)
8. Membuka peluang kerja dengan memanfaatkan teknologi untuk
memperoleh pendapatan, termasuk dalam bidang Pendidikan
Dampak negatif, yaitu:
1. Mendorong terjadinya penyimpangan
2. Merubah pola interaksi: melunturnya gotong royong dan sopan santun
3. Mengurangi minat baca dan pendalaman materi
4. Mengurangi disiplin dalam berpakaian dan belajar
5. Mendorong plagiarism
6. Mempersulit penilaian obyektif dalam pembelajaran online.
Beberapa faktor pendorong perubahan
1. Pemikiran (penemuan baru atau inovasi baru)

9
2. Materi (teknologi dan ekonomi)
3. Konflik
4. Interaksi
5. Demografis
6. Bencana (pandemic corona telah merubah dari sesuatu yang lama
(kebiasaan), menuju kebiasaan baru/pada sesuatu yang baru).
2. Pengembangan Kolaborasi Guru
Studi kasus di SMA Kota Banda Aceh, oleh Rio Delvino, Syaiful
Bahri, M. Husen. Aspek kolaborasi guru BK dengan personil sekolah dalam
pelaksanaan layanan BK yaitu pada memasyarakatkan layanan BK kepada
seluruh masyarakat sekolah menunjukkan hasil bahwa bentuk kolaborasi yang
telah dilakukan dalam bentuk formal maupun dalam bentuk informal, layanan
ini berbentuk sosialisasi mengenal BK yang dilakukan pada awal semester
pada siswa dengan melibatkan kepala sekolah, dan guru.
Keseluruhan guru BK tidak pernah mendapatkan penolakan baik dari
kepala sekolah, wali kelas maupun guru bidang studi ketika akan
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling disekolah sebagian besar
disebabkan oleh hampir keseluruhan personil sekolah telah mengetahui
manfaat dan tujuan dari pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
sehingga menganggap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
merupakan layanan yang harus diselenggarakan serta menjadi layanan yang
harus diprioritaskan disekolah.
Selain itu, pada faktor kebijakan atau peraturan untuk mempertegas
mengenai tugas, fungsi dan tanggungjawab guru BK di sekolah bahwa
mempermudah guru BK dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
guru BK memiliki SOP serta kebijakan yang mengatur tugas, tanggungjawab
dan kewenangan guru BK disekolah yang disusun oleh guru BK dan juga
melibatkan kepala sekolah, wakil, wali kelas serta guru bidang studi.
Kemudian pada aspek pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana, jam
operasional dan anggaran dalam pelaksanaan layanan BK diperoleh hasil
berdasarkan wawancara, adalah guru BK menyiapkan rancangan keuangan
atau RAB yang kemudian didiskusikan melalui kegiatan Raker (Rapat kerja)
dengan pengajuan anggaran untuk sarana dan prasarana.

10
Secara keseluruhan ruangan bimbingan dan konseling yang ada
disetiap sekolah belum memenuhi sesuai dengan standar yang diperuntukan
untuk pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling disekolah yang mana
saat ini ruangan BK tidak memiliki ruangan yang dikhususkan untuk
melaksanakan kegiatan konseling individual maupun kelompok. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Sukardi (2008) bahwa kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif, dan efisien
apabila dilaksanakan dalam organisasi yang baik dan teratur. Sehingga hal ini
menjadi perhatian bersama, antara guru BK dengan personil sekolah dalam
mengusahakan sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru yang profesional selalu mengembangkan diri untuk memenuhi
tuntutan dalam tugasnya sebagai pendidik. Penelitian tindakan kelas merupakan salah
satu alternatif untuk mengembangkan diri sebagai guru yang profesional. Penelitian
tindakan kelas dapat meningkatkan kompetensi guru dapat dtinjau dari masalah yang
dikaji, bidang kajian, pelaksanakan penelitian tindakan kelas yang meliputi
perencanaan penelitian tindakan kelas, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksinya.
Masalah yang dikaji adalah masalah yang ditemukan guru, guru peduli terhadap
permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dan guru berupaya untuk
memperbaikinya.
Bidang kajian meliputi : masalah pembelajaran, desain dan strategi
pembelajaran di kelas, alat bantu, media dan sumber belajar, sistem evaluasi, dan
implementasi kurikulum. Jika guru melaksanakan penelitian tindakan kelas maka
akan meningkat kompetensinya, karena guru menemukan masalah, berupaya mencari
penyebab munculnya masalah, mencari alternatif pemecahannya, melaksanakan
penelitian tindakan kelas, mengamati pelaksanaan tindakan dan mengadakan refleksi.
Kolaborasi guru diperlukan di era globalisasi yang menuntut perubahan
dan peningkatan berkelanjutan. Kolaborasi guru memberi kesempatan untuk
melibatkan banyak guru dalam menyelesaikan masalah kependidikan yang semakin
komplek. Interaksi yang terjadi saat kolaborasi memberi kesempatan guru tumbuh
secara profesional. Artinya kolaborasi merupakan aspek kunci pengembangan
profsional guru dan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan guru.
Karena kolaborasi yang efektif dapat menciptakan terjadinya aktivitas berbagi
pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman guru merupakan
kompetensi yang dimiliki guru untuk mencapai keefektifan kinerja. Hal tersebut
menunjukkan bahwa meletakkan dasar kolaborasi guru sangat penting bagi
sekolah. Peranan pimpinan dalam mendukung kolaborasi guru akan menciptakan
kolaborasi yang efektif. Untuk mendapatkan manfaat dalam jangka panjang,
kolaborasi guru perlu dipromosikan, ditingkatkan dan dibina.
B. Saran

12
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangankekurangan, baik dari segi bentuk maupun isinya. Maka dari itu,
penulis menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam pembuatan makalah
ini, yaitu dengan memberi saran dan kritik demi perbaikan makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sukanti, 2007. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia (Meningkatkan Kompetensi Guru


Melalui Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas). Vol. VI No. 1. Hal 1- 11

Yuni Kasmawati, 2020. Equilibrium: Jurnal Pendidikan (Peningkatan Kompetensi Melalui


Kolaborasi : Suatu Tinjauan Teoritis Terhadap Guru), Vol. VIII. Issu 2. Juni-
Desember

Mulyasa. E. (2005) Menjadi Guru Profesional . Bandung: Rosdakarya

Rochiati Wiriaatmadja. (2005) Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk Meningkatkan


Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

14

You might also like