Pada suatu hari di masa depan, hiduplah seorang siswa SMP Bernama Aino Bagas Putra atau dikenal Aino. Ia merupakan anak introvert, kurus, lesu, tetapi naif. Segala hal tentang kehidupannya sungguh membosankan. Aino tidak memiliki banyak teman, karena ia menganggap itu hal yang merepotkan. “ Srek, srek huwaaaaaaa….!!!!” Seru laki-laki sekelas. Seruan tersebut membangungkan Aino yang sedang tidur di kelas dan membuatnya jengkel. Dia berusaha mencari tahu apa yang terjadi, ternyata seruan tersebut berasal dari kelompok Fans dari Arin, sang primadona sekolah yang terkenal akan kecantikan dan kebaikannya. Kecuali Aino, tidak ada laki-laki yang tidak menyukainya di sekokah ini. Aino pun langsung balik ke tempat duduk dan melanjutkan tidur siangnya. Aino dan Arin, dua insan yang kepribadiannya sangat berlawanan, Aino yang introvert dan naif, sedangkan Arin dengan kepribadian baik hati dan lucu. Mungkin disekolah mereka belum berinteraksi, tapi benang takdir telah mengikat mereka berdua ke dalam sesuatu yang akan mengubah dunia. Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Aino segera menjunjung tasnya untuk langsung pulang ke rumahnya. Derak-deruk kaki menghentak sepanjang Lorong kelas yang menganggu telinga Aino yang sensitif. Karena tidak tahan, Aino pun langsung balik arah dan melewati jalan pintas menuju gerbang sekolah. Rute tersebut melewati ruangan Gudang sekolah yang terkenal angker. Aino yang bodo amat tentang urban tersebut pun tetap melewatinya. Dan urban tersebut menunjukkan kebenarannya. Tepat saat Aino lewat di depan pintu Gudang, terdapat suara yang menusuk telinga Aino. Suara tersebut mirip seperti suara kedebuk di dalam kotak. Aino yang bodo amat melanjutkan perjalannnya ke gerbang sekolah, tetapi setelah dua langkah, suara tersebut Kembali muncul. Aino yang penasaran pun akhirnya masuk ke Gudang dan melihat sumber suara tersebut. Ternyata suara tersebut berasal dari sebuah kotak tua yang terkunci. Aino yang heran berusaha mencari kunci kotak tersebut tetapi tidak bisa menemukannya. Akhirnya Aino pulang dengan membawa kotak tersebut karena hari sudah petang. Keesokan harinya, Aino membawa kotak tersebut ke kelas dan mencoba berbagai cara untuk membukannya, tetapi hasilnya nihil. Aino pun menyerah dan tidur di tengah pelajaran sekolah. Aino ini walaupun terlihat malas, tetapi selalu masuk peringkat 10 besar dikelasnya entah karena beruntung atau IQ-nya tinggi. Beberapa jam menimba ilmu yang masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri, Bel pulang sekolah pun berbunyi. Tapi kali ini Aino tidak langsung pulang sebab ia kebagian jadwal piket. “ Hmm, udah banyak pr, bersihin kelas juga, capeklah,” keluh Aino. Selesai menyapu, Aino pun menyiapkan tas ranselnya dan melihat kotak tua tersebut. Tampaknya kotak tersebut masih membuat Aino penasaran. Dan, dalam usahanya kali ini, Aino menarik kedua sisi kotak tersebut sekuat tenaga samb1l berteriak. Alhasil, suara teriakannya terdengar oleh Arin yang sedang jalan di lorong. Arin pun langsung menghampiri asal suara tersebut dan melihat Aino yang sedang berusaha membuka kotak. “ Permisi, apa yang sedang kamu lakukan sore – sore ini?” tanya Arin. “ Oh, maaf-maaf, hanya sedang berusaha membuka kotak kecil ini.” Jawab Aino dengan gugup. “ Kotak? Bolehkan aku melihatnya sebentar?” sahut Arin. “ Bo-boleh,” jawab Aino sambil memberikan kotaknya kepada Arin. Setelah melihat-lihat kotak tua tersebut beberapa saat, Arin mengeluarkan kalung dari dadanya yang berbentuk seperti kunci. Tampaknya Arin sang primadona sekolah juga penasaran dengan kotak tersebut. Arin langsung memasukkan kunci tersebut kedalam lubang kunci kotak tua itu, dan berhasil, akan tetapi sulit diputar karena berkarat. Aino yang melihat Arin kesusahan pun langsung bimbang dan akhirnya ikut membantu memutar kunci tersebut. Walau jantungnya hampir meledak sebab ia jarang berinteraksi dengan orang lain. ` Usaha mereka kedua membuahkan hasil, kunci tersebut bergerak dan membuka kotak tua tersebut. Tetapi, sepersekian detik setelah kotak tersebut terbuka, muncullah cahaya terang berwarna biru yang menyilaukan mata Aino dan Arin. Bersamaan dengan munculnya cahaya tersebut, tubuh Aino dan Arin tiba-tiba terhisap ke dalam kotak tersebut seperti sebuah sihir. Kemudian kotak tersebut tertutup dan kelas Kembali lenggang dan sunyi. Kilauan gradasi warna aurora menerangi ruang tempat Aino dan Arin berada, tubuh mereka berdua terambing-ambing di ruangan tersebut seolah tidak ada gravitasi. Aino yang sedang kebingungan pun melihat Arin yang tidak sadarkan diri di sebelahnya. Saat ia hendak mendekatinya, tiba-tiba terdengar suara. “ Wahai pemuda dan pemudi yang terpilih, wahai pemuda-pemudi yang terpilih,” Aino pun terkejut, tetapi suara tersebut Kembali terdengar. “ Wahai pemuda-pemudi yang terpilih, selamat datang di dimensi realita, sebuah dimensi buatan dewa dimana kalian akan menemukan realita sejati dari dunia ini, yang akan mengubah dunia menjadi lebih baik. Perkenalkan, namaku kosong, yap berarti aku ini tidak ada. Aku hanyalah sebuah propotipe suara buatan dewa yang tidak memiliki tubuh, aku akan membimbing kalian selama di dimensi realita ini,” jelas suara itu. “Apa? Dimensi Realita? Dewa? Jangan bercanda!” ketus Aino marah. “ Mengapa kami harus masuk ke dalam dimensi yang tidak jelas ini!?” tambahan ocehan. “ Ho…Ho…Ho…, tenang pemudaku. Kami tidak sembarang memilih, kami memilih 2 pemuda-pemuda terbaik yang akan mengubah dunia dan betul, itu kalian berdua. Aku telah mengawasi kalian selama ini dan menunggu waktu yang tepat untuk ini. Dan apa itu dimensi realita dan bagaimana sistematikanya? Sederhana saja, seperti sebuah labirin, Dimensi realita adalah sebuah tempat untuk menemukan kebenaran dari dunia ini yang sudah mulai rusak. Realita ini bisa dalam bentuk apa saja seperti benda ataupun hal lain. Kalian berdua akan mencari realita ini melalui sebuah petualangan di dunia, berapa lama waktu yang diperlukan tergantung keteguhan hati kalian, bisa seminggu, sebulan, atau bahkan setahun. Jadi pada intinya, kalian berdua akan berpetualang menuju pelosok dunia demi mencari sang realita dunia.” “ Baiklah aku sudah paham, tetapi bagaimana jika aku menemukan realita tersebut? Akankah aku langsung Kembali?” tanya Aino. “Ya, betul.” “ Oke, kuterima kenyataan ini, Bersama dengan Arin, aku akan menemukan sang realita dunia itu!” “ Bagus! Dan kuberitahu satu hal, nanti kalian akan ditempatkan di sebuah pelosok desa. Kalian akan kuberikan satu skill spesial untuk menemukan sang realita dunia tersebut. Jadi berusahalah dengan sebaik mungkin !” Suara tersebut hilang dan Arin pun sadar, setelah itu, Aino pun menjelaskan tentang tempat ini dan misi mereka kepada Arin. Arin pun terkejut dengan penjelasan Aino, tetapi sang primadona tersebut berusaha tabah dan menerima kenyataan. “ Baiklah Aino, ayo kita pergi,” Sahut Arin. Setelah mereka berdua setuju, tiba-tiba ruang tempat mereka mengambang hilang. Tiba-tiba mereka berada di atas suatu desa dan jatuh ke bawah. Untung saja, merek berdua jatuh diatas rerumputan. Tidak terlalu sakit, mereka segera bangun dan melihat sekeliling mereka. Sebuah desa di tengah pegunungan yang begitu asri. Aino dan Arin pun berjalan menuju desa tersebut. Semakin dekat desa tersebut, Arin pun mengetahui bahwa mereka sedang berada di daerah pelosok Eropa, rumah-rumah dari kayu dengan bentuk sederhana dan warga-warga yang berambut pirang, desa ini sangatlah tentram. Aino dan Arin melangkah memasuki desa, tetapi baru saja mereka masuk dan mereka sudah dihadang oleh penjaga desa. Penjaga tersebut membentak dan menanyakan asal dan tujuan mereka berdua. Arin yang cekatan menjawab bahwa mereka adalah pengenalana dan mereka berasal dari negeri yang jauh. Penjaga desa pun tampaknya percaya dan mempersilahkan Aino dan Arin untuk masuk ke desa. “ Tak kusangka ternyata kau begitu pintar, Arin,” seru Aino. “ Tidak ada apanya ini, kita hanya harus berpikiran logis,” Jawab Arin “ Okelah, I SEE,” Mereka berdua berbicang-bincang sembari melihat-lihat keadaan desa. Desa ini tampaknya indah di luar, tetapi tidak di dalamya. Desa ini sungguh sunyi dan banyak bangunan kosong tak terawat, hanya sedikit warga yang beraktivitas diluar. Sebagian dari mereka juga berpakaian lusuh. Tampaknya desa ini merupakan desa yang miskin dan sedikit penduduk. Aino dan Arin pun memutuskan untuk pergi ke balai desa dan mencari informasi terkait negeri ini. Sesampainya di depan Balai Desa, mereka berdua kagum sebab bangunan ini termasuk yang paling bagus daripada bangunan lainnya. Mereka berdua masuk dan menuju meja resepsionis. Mereka berdua kaget sebab resepsionisnya merupakan seorang elf, yaitu makhluk hidup bertelinga panjang. Aino atas suruhan Arin pun bertanya tentang desa ini dan negeri ini. Tentunya Aino beralasan bahwa mereka pengelana dari negeri yang jauh sehingga tidak tahu tentang negeri ini Resepsionis pun bersedia dan memperkenalkan dirinya, Namanya adalah Ruri, ia merupakan manusia setengah elf. Ia menjelaskan bahwa nama desa ini adalah Desa Origatari, desa ini terletak di pelosok negara Swedia, Eropa. Desa Origatari merupakan desa miskin yang menjadi tempat main-mainnya para pejabat di Swedia. Kurangnya bahan pangan dan sandang yang memadai, sistem pemerintahan desa yang tidak benar, dan miskinnya keuangan desa ini menjadi masalah utama yang dihadapi desa Origatari. Ruri juga menjelaskan tentang kepala desa origatari yang sekarang, yaitu Pak Taruma yang merupakan orang terpandai di desa. Tetapi, Aino dan Arin masih bingung dengan keberadaan manusia setengah elf di desa ini. “Ruri, kalau aku boleh bertanya, mengapa di sini ada manusis setengah elf di sini? Padahal tidak ada sejarah ditemukannya makhluk sepertimu?” tanya Arin. “Pertanyaan bagus Nona Arin, Sejarah itu benar, tetapi kenyataan bahwa adanya ras makhluk hidup selain manusia itu adalah fakta. Memang sulit dipercaya, tetapu dipelosok- pelosok dunia yang luas ini, terdapat berbagai ras makhluk hidup lain, hanya saja mereka bersembunyi dari pandangan publik untuk menjaga keamanan mereka,” Jawab Ruri. “Oh, aku sudah paham garis besarnya. Dan Ruri, aku ingin bertanya lagi, apakah kau tahu sesuatu tentang sang realita dunia?” “Sang realita dunia ? Maaf, aku tidak tahu tentang hal tersebut. Tapi mungkin Pak Kades mengetahuinya, soalnya dia memiliki banyak buku dirumahnya,” “ Benarkah? Terima kasih Ruri atas informasinya,” Setelah percakapan tersebut, Aino dan Arin pergi menuju penginapan atas rekomendasi dari Ruri untuk beristirahat sebab hari sudah malam. Penginapan tersebut terletak tidak jauh dari balai desa. Mereka berdua memesan satu kamar dengan dua kasur karena keadaan uang yang tipis. Aino dan Arin melangkahkan kaki menuju kamar mereka berdua dan sebelum tidur, mereka membahas tentang satu skill special yang katanya diberikan oleh kosong, apa dan kapan skill tersebut muncul? Dan mereka membahas tentang sang realita dunia, bagaimana mencarinya? Apakah itu benda atau hal lain? Pagi hari datang, mereka berdua pun Bersiap menuju rumah Pak Kades dengan alamat yang diberikan oleh Ruri. Pakaian mereka masih sama seperti kemarin, yaitu seragam sekolah. Beranjak dari penginapan, Aino dan Arin berjalan kaki menuju rumah Pak Kades, jaraknya sekitar 500 meter dari penginapan. Hirak-hiruk burung mengisi kesunyian desa Origatari. Akhirnya mereka sampai di rumah Pak Kades. Tetapi, mereka langsung disambut bogem mentah dari seorang pemuda seumuran mereka di depan rumah. Untung saja, mereka beruda berhasil mengelak tepat waktu. Pemuda tersebut bertubuh kurus dan tinggi serta rambutnya berwarna kuning. Setelah kejadian tersebut, muncul seorang lelaki paruh baya dari dalam ruamh tersebut dan menarahi pemuda tersebut. “ Maafkan anak saya, Namanya adalah Kino. Dan perkenalkan saya adalah kepala desa Origatari, Taruma. Tampaknya kalian berdua adalah pengelana yang diceritakan oleh Ruri. Tak usah sungkan-sungkan, ayo masuk ke dalam,” sambut ramah dari Pak Kades. Setelah dipersilakan masuk, Aino dan Arin masuk kedalam rumah Pak Kades, walaupun tampaknya Kino tidak menyukainya. Rumah Pak Kades ini cukup besar tetapi sederhana. Dengan corak kepala rusa yang dipasang di ruang tamunya. Setelah duduk dan disuguhi minum, Aino dan Arin memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan mereka serta menanyakan tentang sang realita dunia. ” Sang realita dunia? Rasanya aku pernah membaca tulisan tentang hal tersebut, sebentar,” jawab Pak Kades dan langsung ke kamarnya. Pak Kades Kembali dengan membawa sebuah buku tua dan menjelaskan isinya. “ Walaupun tidak banyak informasinya, tetapi buku ini mengatakan bahwa ada suatu kalanya, dunia akan menuju kesunyian dan hanya sebuah hati suci yang dapat menyelamatkannya,” jelas Pak Kades. Hati suci? Apakah ini petunjuk? Aino dan Arin pun saling memandang satu sama lain, mungkin ini ada hubungannya dengan desa ini. Tak lama setelah itu, Aino bertanya kepada Pak Kades mengapa desa ini begitu sunyi dan suram. Pak Kades menjawabnya denga nada rendah. “ Dulunya, desa ini adalah desa yang indah dan sejahtera, dengan ladang yang Makmur dan toko buah yang laris, warga-warganya Bahagia dan rukun. Tetapi, sejak pergantian raja pada tiga tahun lalu, itu mengubah semua hal. Raja yang baru ternyata seorang diktator, beliau mengambil paksa seluruh kekayan desa yang dianggapnya lemah dan membunuh setiap orang yang menentangnya. Semenjak itu, desa kami menjadi kekurangan pemasukan dan warga desa mulai takut untuk keluar rumah. Semuanya hanya mengandalkan hasil dari upah tenaga kerja mereka untuk raja. Saya pun sebagai kepala desa tidak bisa berbuat banyak. Betapa hinanya aku ini!” Curahan Pak Kades sambil menahan sedih. “ Maaf Pak Kades, kami sudah menyingung hal ini, Karena kami penasaran apakah keadaan desa ini ada hubungannya dengan sang realita dunia atau tidak,” sahut Aino. Setelah itu, Aino yang telah mendengarkan cerita dari Pak Kades pun merasa sedih dan berniat untuk membantu desa ini, Arin menolaknya dengan alasan bahwa Aino harus lebih mementingkan keadaan dirinya dibanding mengurus masalah orang lain. Aino tidak setuju, dengan alasan bahwa mungkin saja ada petujuk lain di desa ini dan juga karena dia ingin berubah dari kepribadiannya yang lesu dan membosankan dulu. Arin yang luluh dengan tekad Aino pun akhirnya setuju dan mengatakan bahwa mereka masih punya banyak waktu untuk menari sang realita dunia. “Pak Kades, bolehkah kami membantu Desa Origatari, walaupun tidak banyak, tetapi setidaknya kami akan berusaha untuk membangkitkan kesejahteraan desa ini Kembali,” seru Aino “Benar Pak Kades, kami tidak bisa meinggalkan desa ini begitu saja sesudah mendengar cerita itu,” tambah Aini. “ Benarkah? Apa kalian tidak keberatan?” “ Tidak Pak Kades, kami malah senang.” “ Baiklah, mulai besok kalian akan bekerja di balai desa untuk melihat kondisi desa ini secara detail.” Keesokan harinya, mereka berdua pergi ke bala desa. Disana Ruri sudah menunggu kehadiran Aino dan Arin. Berkas-berkas penting desa diserahkan kepada Aino dan Arin untuk ditinjau ulang, mulai dari berkas keuangan hingga berkas penduduk. Aino dan Arin membagi tugas, Aino akan mengurus masalah desa dalam hal bahan pangan dan sandang, karena Aino telah mengetahu skill spesialnya, yaitu tangan serbaguna yang dapat memaksimalkan alat yang dipegangnya, dan Arin, akan mengurus masalah desa dalam hal administrasi dan finansial, karena skill special Arin, yaitu Mata Ketiga yang dapat menganalisis suatu hal dengan tepat. Pada tahap awal, Aino meneliti tentang keadaan fisik desa, dan menemuka bahwa tanah subur di desa ini sangat berlimpah, Sehingga Aino pun berinisiatif untuk mulai menggalakkan penanaman padi. Dan terbukti. Ia pun berdiskusi dengan Arin dan Bersama mereka berpidato di depan warga tentang rencana ini, dan baiknya mendapatkan respon positif. Setelah mendapatkan dukungan dari warga desa, lahan luas yang di tumbuhi kentang dan beras akhirnya tumbuh dalam beberapa bulan., kualitasnya bagus dan enak, sehingga warga desa Bahagia dengan keberhasilan ini. Hasil panen tersebut, kemudian Sebagian dijual kepada pedangan keliling untuk dimasukkan ke pendapatan desa. Arin menggunakan hasil pendapatan tersebut untuk membangun ulang fasilitas desa dan membeli pakaian layak pakai untuk warga desa yang tidak mampu. Bisa dibilang, kinerja mereka berdua sangat baik dan membuahkan hasil. Walaupun begitu, mereka tidak lupa terhapa tujuan asli mereka, yaitu mencari sang realita dunia. Mereka berdua terus mencari infromasi tentang keberadaan itu dan sedikit demi sedikit mulai terungkap bahwa hati suci yang pak kades sebutkan ternyata tertanam di sebuah benda, bukan hal lain. Hari demi hari berlalu, Desa Origatari menjadi semakin sukses dan kaya. Dengan komoditas kentang dan beras, desa berhasil meraup banyak keuntungan. Warga-warganya sudah tidak takut keluar rumah dan kebutuhan pangan-sandang sudah memadai. Kepala desa memberi Aino dan Arin penghargaan berupa sebuah rumah pribadi di sudut desa. Mereka berdua menerimanya dengan senang hati. Nasib baik tidak selalu datang kepada Aino dan Arin. Keberhasilan desa mereka tentunya sudah terdengar sampai ke luar, terutama Raja. Raja yang baru itu tentunya tidak tinggal diam mendengar berita ini. Tentunya sang raja yang berhati jahat dan tidak kenal belas kasih tidak senang dan akan memungut harta dan pajak dari desa tersebut.Beliau pun segera menyuruh pasukannya untuk datang ke desa tersebut untuk mengambil Sebagian kekayaan desa Origatari yang dipimpin oleh Jenderal Hasa, salah satu orang terkuat di Swedia. Berita rencana penyerangan Raja swedia ke Desa Origatari pun terdengar Oleh Aino dan Arin. Mereka segera menyiapkan rencana untuk mengatasi penyerangan tersebut. Bersama dengan Pak Kades, Ruri, dan warga lainnya, mereka berdiskusi tentang hal tersebut. Arin berpendapat bahwa mereka harus mengambil jalur damai untuk keluar dari masalah ini, yaitu dengan negoisasi. Warga yang lain tampaknya setuju terhadap rencana Arin. Tapi, apakah ini akan sesuai dengan kehendak Arin? Dua hari kemudian, saat sore hari, terlihat pasukan Raja swedia berjumlah 500 orang mendekati Desa Origatari. Yang dipimpin oleh Jenderal Hasa. Sebelum memasuki desu, pasukan tersebut dihadang oleh Aino dan beberapa warga. “ Hei, siapakah engaku berani menghalangi kami,” bentak Jenderal Hasa. “ Saya adalah Aino, pengurus des aini, tolong dengarkanlah perkataan saya dulu sebentar,” jawab Aino. “ Ha? Untuk apa? Tidak berguna,” “ Tolonglah, sebelum kalian menyerang, kita lakukan negosiasi terlebih dahulu agar kedua pihak merasa untung,” “ Negosiasi? Sepertinya menarik, aku sebagai penggemar politik akan menyetujuinya. Dengan syarat bahwa hasil negosiasi ini akan menguntungkan bagi pihak raja,” pinta Jenderal Hasa. “ Baik, kami setuju!” Setelah percakapan tersebut, Jenderal Hasa yang dikawal oleh 3 prajurit memasuki desa untuk pergi ke Balai Desa. Disana, sudah menunggu Arin, Pak Kades, dan Kino sebagai negosiator dari Desa Origatari. Mengapa Kino di pilih? Karena ia memiliki kemampuan fisik yang kuat di desa. Jenderal Hasa tiba di Balai Desa dan disambut baik oleh mereka. Setelah acara penyambutan, negosiasi pun dimulai dengan Arin sebagai pembicara. Tetapi, negosiasi ini bisa dikatakan tidak berjalan baik, sebab dari pihak Raja Swedia terus memberikan penawaran yang merugikan, salah satunya bahwa 80% hasil panen desa harus diserahkan kepada kerajaan. Arin yang sudah memberikan banyak solusi lain, tetapi ditolak mentah- mentah oleh Jenderal Hasa. Gejolak api dalam hati Kino yang duduk di sebelah Arin membara, Ia marah dan tiba- tiba memukul muka Jenderal Hasa atas perilakunya yang nyeleneh. Jenderal Hasa yang tidak terima perlakuan Kino pun membalasnya lebih kencang, dan musibah terburuk yang tidak diharapkan pun terjadi. Jenderal Hasa menyuruh pasukannya untuk mengambil semua kekayaan Desa Origatari dengan paksa, walaupun harus membunuh. Seperti perintah Jenderal Hasa, para prajurit mulai masuk ke rumah warga satu-satu dan merampas harta mereka, tak sedikit yang melawan kemudian dibunuh dengan keji. Aino dan Arin yang tidak tinggal diam, berusaha melawan pasukan Jenderal Hasa. Tetapi, ini adalah takdir kejam, Arin tertusuk tombak saat melawan prajurit dan tidak sadarkan diri, darahnya mengucur banyak sekali. Aino yang melihat Arin pun mengamuk tidak terkendali dan membantai pasukan Jenderal Hasa menggunakan tombak dari prajurit yang sudah mati. Saat hendak menyerang lagi, tiba-tiba anak panah menancap kencang ke tubuh Aino dan membuatnya sekarat, ternyata itu adalah panah dari Jenderal Hasa. Pasukan Jenderal Hasa sudah mengambil alih seluruh desa, banyak warga terbunuh. Sungguh suram suasana di desa itu. Misi Aino dan Arin dalam mencari sang realita dunia juga sudah pupus, sebab mereka berdua sudah sekarat. Tidak ada lagi cahaya kegembiraaan. Aino yang masih sekarat pun menyalahkan dirinya karena tidak bisa mengantisipasi hal ini, terutama terhadap kehadiran Kino. “Sial,sial,sial,(sambil menahan sakit). Apakah harus berakhir seperti ini? Padahal kami sudah sukses membangun desa dan sedikit lagi menemukan hati suci, sial,sial,sial…” Belum tepat selesai berbicara, Aino telah wafat terlebih dahulu dan Arin sudah tidak sadarkan diri sejak tadi. Ini adalah Akhir kisah mereka berdua, tetapi lembaran baru akan datang kepada Aino dan Arin. Setelah mereka berdua wafat, ternyata mereka kembali ke dimensi realita dunia dengan keadaan yang sehat. Aino dan Arin pun bingung terhadap situasi ini. Ditengah kebingungan mereka, muncullah suara yang familiar, yaitu kosong. “ Ho,ho,ho, tampaknya kalian menemui takdir buruk dalam petualangan kalian. Apakah kalian menyesal?” “ Tidak, tidak, ini bukan takdir, ini murni kesalahan kami karena tidak bisa mengurus desa dengan baik,” jawab Aino “Ho, seperti itu. Nah, bagaimana jika kalian bisa mengulang petualangan kalian di desa tersebut. Apakah kalian bersedia?” “ Ha? Apakah bisa?” “ Tentu saja, dimensi realita dunia selalu memberikan kesempatan kedua bahkan ketiga bagi yang belum berhasil mencapai sang realita dunia . Tetapi, jika kalian gagal pada fase ke-3, kalian akan dihapuskan dari dunia ini karena begitulah peraturan dari Dewa. Dan kalian bisa memilih opsi lain yaitu meninggalkan Dimensi Realita Dunia ini dan Kembali ke kehidupan lama kalian,” jelas kosong. Aino dan Arin saling memandang dan berdiskusi. Diskusi ini tidak memerlukan banyak waktu. Aino dan Arin dengan mantap mengatakan: “ BAIK KOSONG, BERIKAN KAMI SATU KESEMPATAN LAGI UNTUK MENGUBAH DUNIA,” “ Tampaknya kalian telah memutuskan, semoga hasil kali ini akan sesuai dengan tujuan. Sebelum itu, aku berikan kalian satu buku yang akan menuntun kalian agar tidak terjerumus ke kesalahan yang sama. Akhir kata, semoga beruntung,” “ Yap, terimakasih kosong,” Setelah percakapan tersebut, Aino dan Arin diteleportasi menuju desa tersebut, keadaan desa masih seperti semula, sunyi dan sepi Dengan langkah pasti, Aino dan Arin Kembali berjalan menuju desa sunyi itu, Desa Origatari, dengan takdir yang berbeda. . Ini akan menjadi kisah baru bagi Aino dan Arin. Apakah mereka bisa menemukan sang realita dunia? Mereka berdua tidak tahu, tetapi dengan tekad mereka yang sekarang itu bukanlah hal yang mustahil. Kilauan takdir terang menunggu Aino dan Arin di akhir petualangan mereka mencari sang realita dunia.