You are on page 1of 19

EKOLOGI TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM

Di Susun Oleh :

NAMA:NURHAYATI

NPM : 2002030003

MK :EKOLOGI TUMBUHAN

SEMESTER :V

PRODI :PENDIDIKAN BIOLOGI

DOSEN :Dr, M. DANIL,S.Pd. M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ALMUSLIM

BIREUEN

2022
PENGARUH ALLELOPATI JENIS TANAMAN TERHADAP PERKECAMBAHAN

A. Tujuan
Mempelajari pengaruh allelopati beberapa jenis tumbuhan terhadap perkecambahan
beberapa biji tanaman budidaya
B. Dasar Teori
Alelopati merupakan suatu istilah yang telah lama dikenal, dan pertama kali digunakan
oleh Hans Molisch tahun 1937 dalam Junaedi et al. (2006) berasal dari kata allelon (saling)
dan pathos (menderita). Menurut Molisch, alelopati meliputi interaksi biokimia secara
timbal balik, merupakan senyawa yang bersifat menghambat maupun memacu antara
semua jenis tumbuhan termasuk mikroorganisme. Pada tahun 1974, Rice dalam Junaedi et
al. (2006) memberikan batasan alelopati sebagai keadaan yang merugikan yang dialami
tumbuhan akibat tumbuhan lain, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke
lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi melalui berbagai penelitian, dan
pada tahun 1984, Rice melaporkan bahwa senyawa organik yang bersifat menghambat
pada suatu tingkat konsentrasi, ternyata dapat memberikan rangsangan pada tingkat
konsentrasi yang lain. Dalam perkembangan selanjutnya alelopati didefinisikan sebagai
pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya
termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif (perangsangan), maupun negatif
(penghambatan) terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa kimia ke
lingkungannya (Inderjit & Keating 1999; Singh et al. 2003 dalam Junaedi dkk. 2006).
Istilah alelopati diartikan pula sebagai suatu peristiwa dimana suatu individu tumbuhan
menghasilkan zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lain yang
ada atau bersaing dengan tumbuhan tersebut (Odum 1971 dalam Samingan dkk. 1981).
Pengaruh alelopati terhadap tanaman berlainan dengan kompetisi atau persaingan antara
tanaman, baik jenis yang sama maupun jenis yang berbeda. Kompetisi memperebutkan
kebutuhan hidup yang sama baik komponen yang yang terdapat di atas tanah (atmosfer)
maupun yang terdapat di dalam tanah. Alelopati merupakan pelepasan senyawa kimia oleh
suatu jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan yang lainnya. Dalam hidup bersama pada
suatu populasi selain terjadi kompetisi, suatu jenis tumbuhan dapat pula melepaskan
alelopati untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat mengalahkan jenis tumbuhan
saingannya. Dalam sistem alam bahan-bahan penutup tanah berupa seresah (litter) dapat
melepaskan senyawa kimia yang berpotensi sebagai alelopati dan dapat menghambat
perkecambahan biji tumbuhan lain di dalam tanah. Keracunan kecambah dapat pula terjadi
sebagai akibat adanya eksudat akar yang berpotensi menghambat atau bahkan mematikan
kecambah. Kecambah merupakan tumbuhan yang masih muda dan sangat peka terhadap
gangguan yang tidak menguntungkan, seperti kondisi iklim yang kurang baik, ketersediaan
air yang berlebih atau kurang, dan sifat-sifat tanah termasuk adanya senyawa penghambat
perkecambahan (Samingan dkk. 1981). Alelopati dapat dihasilkan dari berbagai jenis
tumbuhan dan dapat pula dihasilkan oleh mikroorganisme. Junaedi dkk. (2006)
mengemukakan bahwa alelopati dapat dihasilkan dari gulma, tanaman semusim, tumbuhan
berkayu, residu tanaman/gulma, mikroorganisme, dan tepung sari. Alang-alang merupakan
salah satu jenis gulma penting di daerah tropik basah yang dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis gulma lain yang umum ditemukan pada lahan
pertanian di Maluku antara lain adalah krinyu (Chromolaena odorata). Secara tradisional
para peternak di Jawa telah lama memanfaatkan daun krinyu untuk mematikan kutu ternak
sapi dan kerbau. Informasi tentang pemanfaatan daun krinyu sebagai insektisida telah
banyak diketahui, misalnya studi yang dilakukan oleh Sonyanarti (2006 dalam Anonim,
2007) yang menggunakan ekstrak daun krinyu dalam menekan perkembangan hama
gudang Sitophylus, tetapi informasi pemanfaatan daun krinyu sebagai bioherbisida masih
sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mendapatkan informasi yang akurat perlu dilakukan
kajian untuk mengetahui pengaruh alelopati dari berbagai ekstrak tumbuhan terhadap jenis-
jenis komoditas pertanian, antara lain seperti jagung.

C. Alat dan Bahan


Bahan :
Biji jagung dan Biji kacang hijau
Alat:
Cawan petri,kertas saringcorong penyaring,mangkuk penggerus,kertas
merang,blender,pisau/gunting
D. Prosedur Kerja
1. Dipilih biji jagung,biji kacang hijau yang baik sebagai benih
2. DiSediakan cawab petri dengan kertas merang secukupnya
3. Dibuat ekstrak akar alang-alang,dan daun Eupathorium.dengan cara sebagai berikut:
a. :Potong dan haluskan bagian tumbuhan dengan penggerus.
b. :Rendam bagian tumbuhan yang telah dihaluskan dalam air aquadest selama 24 jam.
Perbandingan antara berat (gram) bagian tumbuhan dengan air masing-masing 1/4,1/8,dan
1/10 militer.
c. :Selama 24 jam rendaman bagian tumbuhan yang telah dihaluskan tersebut di saring
menggunakan kertas saring
4. Diletakkan masing-masing 10 biji jagung dan biji kacang hijau pada cawan petri yang telah
diberi alas kertas merang/kertas saring.
5. Disiram setiap petri yang berisi tersebut dengan 5 ml cairan ekstrak yang dikendasi.Setiap
perlakuan tiga kali ulangan.
6. Diamati perkecambahan biji tersebut setiap hari.Pengamatan dilakukan selama 7 s.d.10 hari
7. Ditentukan persen perkecambahan dan ukur panjang kecambahnya.
8. Dibandingkan hasil pengamatan dengan perkecambahan pada petri yang disiram dengan air
aquadest.
9. Dianalisis hasil pengamatan dengan uji secara statistik(ANOVA model RAL).
10. Dibuat laporan seperti pada Latihan 1

PENGARAHAN

Menurut Odum (1971). Allelopati merupakan suatu peristiwa yang suatu tumbuhan
menghasilkan zat kimia pengamatan pertumbuhan jenis lain yang berdekatan.Pengujian
secara statistik diperlukan untuk mengetahui pengaruh allelopati suatu jenis tumbuhan
terhadap perkecambahan jenis tanaman budidaya,Rancangan percobaan yang digunakan
adalah RAL dengan model umum persamaanya sbb:

E. Tabel PengamatanPanjang kecambah+Akar Alang-Alang

HARI P0 P1 P2 P3
KE
1 2 3 rt 1 2 3 rt 1 2 3 rt 1 2 3 rt
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 3 2 2 2,33 2 2 2 2 0 0 1 0,33 1 2 4 2,33
7 4 2 2 2,66 4 2 2 2,66 1 2 3 2 2 3 3 2,66
8 4 2 4 3,33 4 4 5 4,33 1 3 3 2,33 5 4 4 4,33
9 6 3 5 4,66 4 4 5 4,66 1 3 3 2,33 5 4 4 4,33
10 7 3 6 5,33 4 5 5 4,66 1 4 4 3 5 4 4 4,33

F. Tabel Persentase perkecambahan+Akar Alang-Alang

HARI P0 P1 P2 P3
KE 1 2 3 rt Prsn 1 2 3 rt Prsn 1 2 3 rt Prsn 1 2 3 rt Prsnt
t t t kcm
kcm kcm kcm bh
bh bh bh
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 3 2 2 2,33 23,3 2 2 2 2 2 0 0 1
0,3 0,33 1 2 4 2,3 2,33
3 3
7 4 2 2 2,66 26,6 4 2 2 2,66 26,6 1 2 3 2 20 2 3 3 2,6 26,6
6
8 4 2 4 3,33 33,3 4 4 5 4,33 43,3 1 3 3 2,3 23,3 5 4 4 4,3 43,3
3 3
9 6 3 5 4,66 46,6 4 4 5 4,66 46,6 1 3 3 2,3 23,3 5 4 4 4,3 43,3
3 3
10 7 3 6 5,33 53,3 4 5 5 4,66 46,6 1 4 4 3 30 5 4 4 4,3 43,3
3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk mengetahui pengaruh alelopati Perkecambahan biji jagung+ ekstrak akar alang-
alang+ekstrak daun eupathorium dan Perkembangan biji kacang hijau+ekstrak akar alang-
alang dan daun eupathorium.
Hasil analisis data rata-rata persentase perkecambah biji jagung terhadap ekstrak akar
alang-alang dalam berbagai perlakuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

1. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI


JAGUNG+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

Perkecambahan biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis
varian dapat dilihat pada tabel 1dan 2 Dibawah ini:

Tabel Anova RAL


d Ftab
SK b JK KT Fhitung 0,05 0,01 Ket
Tidak berbeda
Perlakuan 3 266,67 88,89 0,71 4,07   nyata
Galat 8 1000,00 125        
1
Total 1 1266,67          

2. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


AKAR ALANG-ALANG

Tabel Anova RAL


d Fhitun Ftab
SK b JK KT g 0,05 0,01 Ket
Tidak berbeda
Perlakuan 3 2,69 0,90 0,75 4,07   nyata
1,19100
Galat 8 9,53 8        
1
Total 1 12,21          

3.TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI KACANG


HIJAU+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

Perkecambahan biji kacang hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil
analisis varian dapat dilihat pada tabel 3 dan 4 Dibawah ini:

Tabel Anova RAL

Fhitun Ftab
SK db JK KT g 0,05 0,01 Ket
Perlakua Tidak berbeda
n 3 27,00 9,00 2,35 4,07   nyata
3,83333
Galat 8 30,67 3        
Total 11 57,67          
4. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI KACANG
HIJAU+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

5. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


DAUN EUPATHORIUM

Perkecambahan biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis
varian dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 Dibawah ini:

Tabel Anova RAL

Ftabel
SK db Jk KT Fhitung Ket
0.05 0.01
Perlakuan 3 8.92 2.97 1.78 4.07 7.59 Tidakberbedanyata
Galat 8 13.33 1.67
Total 11 22.25

6. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


DAUN EUPATHORIUM

Tabel Anova RAL


Fhitun Ftab
SK db JK KT g 0.05 0.01 Ket
Perlakuan 3 0.06 0.02 1.29 4.07   Tidakberbedanyata
Galat 8 0.12 0.01        
Total 11 0.18          

7. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI KACANG


HIJAU+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM

Perkecambahan biji kacang hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil
analisis varian dapat dilihat pada tabel 7 dan 8 Dibawah ini:

TABEL ANOVA RAL

fhitun Ftabel
Sk db Jk kt keterangan
g 0.05 0.01
Perlakua
n 3 26.00 8.67 1.63 4.07   Tidakberbedanyata
Galat 8 42.67 5.33        
Total 11 68.67          
8. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI KACANG
HIJAU+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM

TABEL ANOVA RAL


fhitun ftabel keterangan
sk db jk kt
g 0.05 0.01
100.8 33.6 Tidakberbedanyat
Perlakuan 3 3 1 8.61 4.07   a
Galat 8 31.24 3.90        
132.0
Total 11 6          

Rumus presentase perkecambahan

Jumlah biji yang berkecambah/total biji*100%

PEMBAHASAN I

BIJI JAGUNG+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

60
Rata-rata Persentase Perkecambahan

50
50
40 40
40
30
30

20

10

0
P0 P1 P2 P3
Perbandingan Ekstrak Akar Alang-Alang

Gambar 1. Rata-rata Persentase Perkecambahan Biji Jagung

Perbandingan ekstrak akar alang-alang, P3(Perbandingan ekstrak akar alang-alang 1/10


memiliki rata-rata persentase perkecambah biji jagung lebih tinggi dibandingkan P0,P1 dan
P2.
4 3.68
3.5

Rata-rata Panjang Perkecambahan


3 2.75
2.5
2.13
2 1.83

1.5
1
0.5
0
P0 P1 P2 P3
Perbandingan Ekstrak Akar Alang-Alang

Gambar 2. Rata-rata Panjang Perkecambahan Biji Jagung

Perbandingan ekstrak akar alang-alang, P3(Perbandingan ekstrak akar alang-alang 1/10


memiliki rata-rata panjang perkecambah biji jagung lebih tinggi dibandingkan P0,P1 dan P2.
Berikut ini adalah tabel anova persentase dan tabel anova panjang perkecambah biji
jagung+akar alang-alang.

1. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


AKAR ALANG-ALANG

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati akar alang-alang terhadap persentase perkecambahan


biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel Anova RAL


Ftab
SK db JK KT Fhitung 0,05 0,01 Ket
Tidak berbeda
Perlakuan 3 266,67 88,89 0,71 4,07   nyata
Galat 8 1000,00 125        
Total 11 1266,67          

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
akar alang-alang tidak terpengaruh terhadap perkecambah.

2. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


AKAR ALANG-ALANG

Pembahasan
Untuk mengetahui pengaruh allelopati akar alang-alang terhadap panjang perkecambahan
biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel Anova RAL


Fhitun Ftab
SK db JK KT gKet 0,05 0,01
Tidak berbeda
Perlakuan 3 2,69 0,90 0,75 4,07   nyata
Galat 8 9,53 1,191008        
Total 11 12,21          
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
akar alang-alang tidak terpengaruh terhadap panjang perkecambah.

PEMBAHASAN II

BIJI KACANG HIJAU+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

14
12.5 12.5
Rata-rata Presentase Perkecambahan

12 11
10

8 7
6

0
P0 P1 P2 P3
Perbandingan Ekstrak Akar Alang-Alang

Gambar 3. Rata-rata Persentase Perkecambahan Biji Kacang Hijau

Perbandingan ekstrak akar alang-alang, P3(Perbandingan ekstrak akar alang-alang 1/10


memiliki rata-rata persentase perkecambah biji kacang hijau lebih tinggi dibandingkan P0,P1
dan P2.
70
60

Rata-rata Presentase Perkecambahan


60

50
40 40 40
40

30

20

10

0
P0 P1 P2 P3
Perbandingan Ekstrak Akar Alang-Alang

Gambar 4. Rata-rata Panjang Perkecambahan Biji Kacang Hijau

Perbandingan ekstrak akar alang-alang, P3(Perbandingan ekstrak akar alang-alang 1/10


memiliki rata-rata panjang perkecambah biji kacang hijau lebih tinggi dibandingkan P0,P1
dan P2. Berikut ini adalah tabel anova persentase dan tabel anova panjang perkecambah biji
kacang hijau+akar alang-alang.

3.TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI KACANG


HIJAU+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati akar alang-alang terhadap panjang perkecambahan


biji kacang Hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian dapat dilihat
pada tabel 3.

Tabel Anova RAL

Fhitun Ftab
SK db JK KT g 0,05 0,01 Ket
Perlakua Tidak berbeda
n 9,00 2,35 3 27,00
4,07   nyata
3,83333
Galat 8 30,67 3        
Total 11 57,67          
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
akar alang-alang tidak terpengaruh terhadap panjang perkecambah.

4. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI KACANG


HIJAU+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG
Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati akar alang-alang terhadap panjang perkecambahan


biji kacang Hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian dapat dilihat
pada tabel 4.

Tabel Anova RAL

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
akar alang-alang tidak terpengaruh terhadap panjang perkecambah.

PEMBAHASAN III

BIJI JAGUNG+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM


60
50
50
40
Rata-rata Persentase

40
Perkecambahan

30
30

20
15

10

0
P0 P1 P2 P3

Perbandingan Ekstrak

Gambar 5. Rata-rata Persentase Perkecambahan Biji jagung

Perbandingan ekstrak daun eupathorium, P0(Perbandingan ekstrak daun eupathorium 1/10


memiliki rata-rata persentase perkecambah biji jagung lebih tinggi dibandingkan P1,P2 dan
P3.
4
3.68

Rata-rata panjang perkecam-


3.5

3 2.73
2.5
2.13
bahan
2 1.83

1.5

0.5

0
P0 P1 P2 P3

Perbandingan Ekstrak

Gambar 6. Rata-rata Panjang Perkecambahan Biji jagung

Perbandingan ekstrak daun eupathorium, P3(Perbandingan ekstrak daun eupathorium 1/10


memiliki rata-rata panjang perkecambah biji jagung lebih tinggi dibandingkan P0,P1 dan P2.
Berikut ini adalah tabel anova persentase dan tabel anova panjang perkecambah biji jagung+
daun eupathorium.

5. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


DAUN EUPATHORIUM

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati daun eupathorium terhadap persentase


perkecambahan biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian
dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel Anova RAL

Ftabel
SK db Jk KT Fhitung Ket
0.05 0.01
Perlakuan 3 8.92 2.97 1.78 4.07 7.59
Tidak berbeda nyata
Galat 8 13.33 1.67
Total 11 22.25
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
daun eupathorium tidak terpengaruh terhadap perkecambah

6. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG+EKSTRAK


DAUN EUPATHORIUM

Pembahasan
Untuk mengetahui pengaruh allelopati daun eupathorium terhadap panjang perkecambahan
biji jagung maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis varian dapat dilihat pada
tabel 6.

Tabel Anova RAL


Ftab
SK db JK KT Fhitung 0.05 0.01 Ket
Perlakuan 3 0.06 0.02 1.29 4.07   Tidak berbeda nyata
Galat 8 0.12 0.01        
Total 11 0.18          
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
daun eupathorium tidak terpengaruh terhadap perkecambah.

PEMBAHASAN IV

BIJI KACANG HIJAU+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM

10.00
9.00
9.00
rata-rata persentase perkecambahan

8.00
8.00 7.33
7.00
6.00
5.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
p0 p1 p2 p3
perbandingan ekstrak

Gambar 7. Rata-rata Persentase Perkecambahan Biji Kacang Hijau

Perbandingan ekstrak daun eupathorium, P3(Perbandingan ekstrak daun eupathorium 1/10


memiliki rata-rata persentase perkecambah biji kacang hijau lebih tinggi dibandingkan
P0,P1dan P2.
9 8.44
8

rata-rata panjang perkecambahan


7
6
5 4.79

4
3 2.48
2
1 0.68

0
perbandingan ekstrak

Gambar 8. Rata-rata Panjang Perkecambahan Biji Kacang Hijau

Perbandingan ekstrak daun eupathorium, P3(Perbandingan ekstrak daun eupathorium 1/10


memiliki rata-rata panjang perkecambah biji kacang hijau lebih tinggi dibandingkan P0,P1
dan P2. Berikut ini adalah tabel anova ersentase dan tabel anova panjang perkecambah biji
kacang hijau+ daun eupathorium.

7. TABEL ANOVA PERSENTASE PERKECAMBAHAN BIJI KACANG


HIJAU+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati daun eupathorium terhadap persentase


perkecambahan biji kacang hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis
varian dapat dilihat pada tabel 7.

TABEL ANOVA RAL

fhitun Ftabel
Sk db Jk kt keterangan
g 0.05 0.01
Perlakua
n 3 26.00 8.67 1.63 4.07   Tidakberbedanyata
Galat 8 42.67 5.33        
Total 11 68.67          

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
daun eupathorium tidak terpengaruh terhadap perkecambah
8. TABEL ANOVA PANJANG PERKECAMBAHAN BIJI KACANG
HIJAU+EKSTRAK DAUN EUPATHORIUM

Pembahasan

Untuk mengetahui pengaruh allelopati daun eupathorium terhadap persentase


perkecambahan biji kacang hijau maka dilakukan analisis varian (anova). Hasil analisis
varian dapat dilihat pada tabel 8.

TABEL ANOVA RAL


ftabel keterangan
sk db jk kt fhitung
0.05 0.01
Perlakuan 3 100.83 33.61 8.61 4.07   Tidakberbedanyata
Galat 8 31.24 3.90        
Total 11 132.06          
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat Fhitt<Ftab sehingga Ho diterima yang artinya allelopati
daun eupathorium tidak terpengaruh terhadap perkecambah

PEMBAHASAN

BIJI JAGUNG+EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG

Tanaman jagung (Zea mays L) merupakan tanaman pangan penghasil karbohidrat potensial
kedua di Indonesia setelah beras, Dalam kegiatan budidaya tanaman jagung dan biasanya
tumbuh bersama-sama dengan berbagai jenis gulma yang dapat melepaskan senyawa
endogen alelopati untuk menekan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Senyawa alelopati berpotensi pula dalam merangsang pertumbuhan dan
perkembangan suatu tanaman (Sastroutomo, 1990). Oleh karena itu dianggap perlu untuk
dilakukan suatu kajian melalui penelitian untuk mengetahui pengaruh alelopati yang berasal
dari ekstrak krinyu terhadap tanaman jagung pada stadia benih dan pertumbuhan vegetatif.

Menurut Abidin dalam peristiwa perkecambahan akan terjadi beberapa proses yang
berpengaruh terhadap keberhasilan perkecambahan yaitu: penyerapan air (imbibisi), aktivitas
enzim, pertumbuhan embrio pecahnya kulit biji dan membentuk tanaman kecil, selanjutnya
memperkuat tubuh tanaman kecil tersebut. Menurut Wardani Pemberian ekstrak alang-alang,
mempunyai senyawa alelopati dan fenol merupakan salah satu pereduksi hipokotil dan
mendukung pertumbuhan akar, sehingga apabila ekstrak alangalang diaplikasikan pada
tanaman budidaya maka hipokotil akan pendek dan busuk tetapi mempunyai akar yang
panjang karena alang-alang mempunyai sifat mereduksi hipokotil dan mendukung
pertumbuhan akar primer dan akar lateral sedangkan Menurut Putnam faktor fisiologi sangat
menentukan cepat lambatnya proses pertumbuhan perkecambahan biji. Keadaan seperti ini
bisa terjadi dikarenakan senyawa alami yang seharusnya bisa menekan tumbuhan justru
berperan sebagai zat pengatur tumbuh. Disisi lainnya, senyawa alami yang mampu menekan
pertumbuhan tumbuhan tertentu seringkali tidak berdampak jika diaplikasikan dengan
tanaman lain (Lailatul Izah, 2009).

Ekstrak akar alang-alang berpengaruh dalam proses perkecambahan karena diduga di


membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran membran, atau
hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap penyerapan dan
konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata dan proses
fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein, pigmen dan
senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau seluruh hambatan
tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan pembesaran sel yang
akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan biji.

FOTO PRAKTIKUM BIJI JAGUNG+EKSTRA AKAR ALANG-ALANG

LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM

1. PEMBUATAN EKSTRA AKAR ALANG-ALANG DAN DAUN EUPATHORIUM

2. PESARINGAN EKSTRAK AKAR ALANG-ALANG DAM DAUN EUPATHORIUM


FOTO PERKECAMBAHAN BIJI JAGUNG
DAFTAR PUSTAKA

Izah L. 2009. Pengaruh ekstrak beberapa jenis alang-alang terhadap perkecambahan biji
jagung (Zea mays L.). Malang: UIN

Junaedi, A, M.A. Chozin dan K. Ho Kim, 2006., Ulasan perkembangan terkini kajian
alelopati (Current research status of allelopathy). Jurnal Hayati Vol. 13. hal : 79-84.

Samingan, TH, D. Setiadi, I. Muhadiono dan P.D. Tjondronegoro., 1981. Kemungkinan


pengaruh allelopathy jenis pohon penghijauan (Acasia aurantifolia dan Pinus merkusii)
terhadap pertumbuhan tanaman budidaya pertanian (Zea mays, Phaseolus radiatus dan
Lycopersicum esculentum). Bagian Ekologi Dep. Botani IPB Bogor.

You might also like