You are on page 1of 19

Case Report

VARISELA

Oleh :

Christina Kusuma Reni


(22360052)

Preseptor :

dr. Arief Effendi Sp.KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2023
BAB I

STATUS PENDERITA

I. Identifikasi Pasien

Nama lengkap : Ny. T

Umur : 39 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Bandar lampung

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Suku bangsa : Warga Negara Indonesia (WNI)

Status : Menikah

II. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.

 Keluhan utama

Muncul gelembung berisi air

 Keluhan tambahan

Muncul gelembung berisi air dan muncul kemerahan, kadang gatal

 Riwayat Penyakit

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSPBA dengan

keluhan muncul gelembung berisi air sejak 2 hari yang lalu. Awal mula

gejala muncul pada daerah wajah, sebagian leher, kemudian menyebar ke

dada, perut, punggung, dan sebagian kedua lengan. Keluhan disertai

dengan timbul kemerahan di sekitar gelembung tersebut dan terasa gatal.

Os juga mengatakan sehari sebelum muncul gelembung tersebut

merasakan demam. Os juga mengaku pernah kontak dengan penderita

cacar air yaitu anak Os yang sakit cacar air 5 hari yang lalu.
 Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

 Riwayat penyakit keluarga

Anak OS menderita penyakit yang sama 5 hari yang lalu

 Riwayatan Pengobatan

Pasien belum pernah berobat

 Penyakit lain yang diderita

(-)

III. Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

Kesadaran : compos mentis

Tanda – tanda vital

a. TD :120 /80 mmHg f. Berat badan : 59 kg

b. Nadi : 89 x/menit g. Tinggi badan : 155 cm

c. RR : 21 x/menit h. bentuk badan : -

d. Suhu : 37 C

Thoraks : DBN

Abdomen : DBN

KGB : (-)

IV. Status Dermatologis

Distribusi : Generalisata

Lokasi : facial, sebagian cervical, thorax, abdomen, regio vertebrae,

dan sebagian ekstremitas atas.


Inspeksi : Terdapat vesikel berukuran lenticular, berbentuk bulat dan

oval yang multiple. Disekitarnya eritematosa.

UKURAN LESI KONFIGURASI E.F PRIMER E.F SEKUNDER


Pungtata Solite/ Multipel Linier Makula Krusta
Milier Disktrit/ Konfulen Anuler Papula Erosi
Guttata Gryata Vesikel Ekskonasi
Lentikuler Krimbformis Pustul Ulkus
Numuralis E.F KHUSUS Asiner Bula Skuama
Plakat Komedo Nodulus Likenifikase
Terowongan Nodus Vegetasi
Purpura Plak Sikatriks
Eksanterna Uritika Abses
Milia Kista
Tumor
Tes manipulasi : (-)

V. Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

VI. Resume

Pasien datang ke poli RSPBA dengan keluhan utama muncul gelembung


berisi air di seluruh tubuh sejak 2 hari yang lalu. Mula-mula gelembung
tersebut ada di wajah kemudian menyebar ke sebagian leher, dada,
punggung dan sebagian kedua lengan. Keluhan disertai dengan timbul
kemerahan di sekitar gelembung tersebut dan terasa gatal. Os juga
mengatakan sehari sebelum muncul gelembung tersebut Os demam. Os
juga mengaku pernah kontak dengan penderita cacar air yaitu anak Os
yang sakit cacar air sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik di
dapatkan tanda vital dalam batas normal. Terdapat vesikel berukuran
lenticular, berbentuk bulat dan oval yang multiple. Disekitarnya
eritematosa.

VII. Diagnosa Banding

 Varisela (Chicken Pox)

 Herpes Zooster

 Variola

 Hand, foot and mouth disease

VIII. Diagnosa Kerja

 Varisela

IX. Penatalakasanaan

 Non-medikamentosa

- Jangan di garuk

- Jaga kebersihan tubuh

- Jaga jarak dengan orang lain agar tidak menular

- Anggota keluarga yang kontak dengan pasien segera cuci

tangan dengan menggunakan sabun

 Medikamentosa

 Topikal
- Bedak salicyl 2%, taburkan 2x/hari untuk menghindari
pecahnya vesikel
- Acyclovir Cream 5%, oleskan 5x/hari pada daerah kulit
yang terdapat vesikel
 Sistemik
- Paracetamol : 3x500 mg selama 7 hari
- Acyclovir : 5x800 mg selama 7 hari
- Cetirizine : 1x10 mg selama 7 hari
X. Pemeriksaan Anjuran

Pemeriksaan Tzanck

XI. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

Quo ad cosmetica : ad bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Infeksi akut primer disebabkan oleh virus varisela-zoster. Menyerang kulit

dan mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama

berlokasi di bagian sentral tubuh, dengan karakteristiknya cutaneous vesicular

rash1.

B. Epidemiologi

Varisela merupakan penyakit yang berdistribusi luas di seluruh dunia. Di

Eropa dan Amerika Utara kasus terjadi 90% pada anak dengan usia < 10 tahun

dan sebesar 5% pada individu >15 tahun dan untuk daerah tropis lebih sering

menyerang remaja. Varisela sangat menular dan memiliki attact rate 87% pada

orang yang serumah dengan penderita. Transmisi penyakit ini secara aerogen (

kontak langsung dengan lesi dan dengan rute pernafasan atau cairan vesicular)

dengan replikasi virus terjadi di nasofaring dan konjungtiva.

Masa penularannya ±7hari dihitung dari timbulnya gejala kulit (biasanya

1- 2 hari sebelum muncul rash sampai 6 hari berikutnya), dapat memanjang pada

keadaan imunodefisiensi1.

C. Etiologi

 Varicella disebabkan oleh virus, yakni Varicella-Zoster-Virus (VZV)


 Virus ini mampu mengkode thymidine kinase, yang rentan terhadap obat
antiviral
 VZV ini dapat menginfeksi sel epidermal, sel neuron, sel T, dan fibroblas1.
Gambar Varicella Zoster Virus
D. Patogenesis

VZV , masuk via inhalasi atau kontak langsung



terjadi infeksi awal di mukosa saluran napas

virus bereplikasi di paru-paru

lalu virus akan ke nodus limfatikus

virus ke sirkulasi pembuluh darah (Primary Viremia)

Selanjutnya akan bereplikasi pada sel-sel di RES (reticulo endothelial system)
seperti liver dan spleen

Virus akan ke aliran darah (Secondary Viremia)

Virus menyebar ke seluruh tubuh

Demam Kulit Membran Mukosa Neuron


E. Gejala klinis

Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:

Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala

panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia,

rasa berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema

pada kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya

menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya

komplikasi atau gangguan imunitas.

Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam

beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan

lalu menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak

umbilicated dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk

krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air

mata”.

Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-

anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam

sedang dan rasa tidak enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada

anak-anak yang lebih musa. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit

demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk

infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit

kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit

yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau

punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. 1

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan

dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal

sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera

mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan

meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-

kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan

meninggalkan bekas lagi.

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera

terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini

memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah

mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih

lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih

sulit menghilang.

Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang

sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak

mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.

Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan

gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening

dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan

parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air

bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus.


Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang

dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau

bahkan berakibat fatal.

Pada anak sehat yang sebelumnya normal, penyakit ini secara umum dan

biasanya jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder

bakteri dari lesi kult. Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering.

Komplikasi neurologis meliputi encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela

encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak mengalami nyeri kepala,

kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka mortalitas

sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi)

dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan

ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan

resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.

Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan

asiklovir intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini

dikarakteristikan dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis,

hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super

infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau Streptococcus pyogenes

dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis, gangrene, atau

sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan gizi

dapat berkomplikasi menjadi diare berat.


Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan

dengan anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella

onset dewasa lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis,

dengan secara klinis pneumonitis lebih dari 15 % kasus.

F. Diagnosis Banding

Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat

menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-

foot- mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan

vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah

sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan

vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck

dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem

lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes

zoster.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Tzank Test

1. Tzanck smear

Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau

hepers skin test. Tzacnk smear ini adalah suatu test dengan cara men

scraping dasar dari ulcer untuk melihat tzanck cell (multinucleated cell)

atau pemeriksaaan
sitologi pada bula yang intact untuk melihat acantholytic cells. Tzanck cell

ini biasanya pada:

 Herpes Zoster

 Herpes simplex

 Varicella

 Pemhigus vulgaris

 Cytomegalovirus

Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan

didapatkan sel datia berinti banyak. Tzanck smear ini mahal,

membutuhkan waktu yang lama, dan merupakan suatu prosedur yang

invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear ini adalah untuk mendeteksi

proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi hepes.

Prosedur Apusan Tzanck

Dibutuhkan 2 atau lebih objek glass yang bersih fixative (95% ethyl

alcohol), skin scraping, spatula, lembaran formulir cytology.

a. Slide/glass object yang telah disediakan diberi label nama, tanggal

lahir, asal specimen dengan menggunakan pensil, letakan ke dalam

container yang berisi larutan ethanol 95%

b. Ambil specimen, scraping di daerah dasar bula, jika lesi kulit itu

vesikel, hancurkan dan scrap semua dasar vesikel.

c. Pindahkan salah satu slide dari larutan fixative, dan fiksasi.lakukan

secara cepat dan smear dilakukan pada satu glass object.


d. Celupkan kembali slide pada larutan fixative, ulangi proses ini

pada slides yang kedua.Jika ingin memperoleh hasil diagnostic

yang baik.

e. Setelah pengkoleksian specimen, tinggalkan slides pada larutan

alcohol 95% selama 10 menit dan tunggu hingga kering.

f. Menyerahkan specimen dan mengisi lembaran formulir ke

laboratorium cytopathology.

2. Direct Fluorescent Assay (DFA)

- Preparat diambl dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk

krusta pemeriksaan menjadi kurang sensitif

- Hasil pemeriksaan cepat

- Membutuhkan mikroskop fluorescence

- Test ini dapat menemukan antigen virus zoster

- Pemeriksaan ini dapat membedakan VZV dengan herpes simpleks virus

3. Polumerase Chain Reaction (PCR)

- Sangat cepat dan sensitif

- Dapat digunakan berbagai spesiemen baik dsar vesikel, krusta mapupun

CSF

- Sensitivitas 97-100%

- Dapat menemukan nucleic acid virus varicella zoster

4. Biopsi Kulit

- Tampak vesikel intraepidermal dengan gedenerasi sel epidermal dan

acantholisis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic

infiltrat
H. Diagnosis

Anamnesis:

- Gejala prodormal: demam, mialgia, atralgia, malaise, gatal.

- Eksantem mulai pada kulit kepala berambut atau badan berupa makula eritem

yang berkembang cepat menjadi vesikel.

- Lesi menyebar secara sentrifugal dari sentral ke seluruh bagian tubuh.

Pada kasus ini, diagnosa varicella ditegakan karena dari anamnesa yang

dilakukan, sesuai dengan teori yang ada, yaitu pasien mengeluhkan adanya

bruntus berisi cairan dengan dasar kemerahan yang terasa gatal. Sesuai dengan

karakteristik pasien dengn varicella, bruntus ini muncul diawali dari daerah dada

yang lama kelamaan menyebar hingga ke wajah, perut, punggung dan kedua

ekstremitas. Sebelum keluhan ini muncul, pasien pun mengalami beberapa gejala

prodromal sesuai dengan teori yang ada, yaitu adanya demam, myalgia,arthalgia,

dan malaise

Pemeriksaan fisik:

Pada seluruh tubuh tampak vesikel dikelilingi halo macula eritem, pustul,

umbilikasi dan menjadi krusta.

Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh bagian tubuh

pasien, lokasi ditemukan terutama pada badan serta sedikit pada wajah dan

ekstremitas. Mungkin juga timbul pada mulut, palatum mole dan faring. Pada

efloresensi ditemukan vesikel berukuran miliar sampai lenticular dan

disekitarnya terdapat eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium

perkembangan vesikel dari eritema, vesikula, pustule, skuama, hingga sikatrik

(polimorf)2.
terdapat eritematosa. Dapat ditemukan beberapa stadium perkembangan vesikel

dari eritema, vesikula, pustule, skuama, hingga sikatrik (polimorf).

I. Penatalaksanaan

Umum: - Menerangkan tentang penyakit dan pengobatannya.

- Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular lewat droplet dan kontak

dengan bruntus nya langsung sehingga pasien sebaiknya dijauhkan

dari orang-orang sekitarnya hingga sembuh.

- Menganjurkan penderita untuk menjaga beruntus – beruntus yang

masih utuh agar tidak pecah dan menghindari penggarukkan.

- Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memperkuat

imunitas tubuh.

Khusus:

Topikal: lotion antipruritus, salep antibiotik (gentamycin), bedak

salisil (asam salisilat 2%).

Sistemik: antihistamin, antipiretik bila ada demam, antivirus yang dapat

digunakan:

Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari (dewasa)

Asiklovir 4 – 5 x 200 mg (max 800 mg/hari) untuk anak-anak

Valasiklovir 3 x 1 g/hari (dewasa) selama 7 hari

Famsiklovir 3 x 200 mg / hari selama 7 hari (dewasa)2.


Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari

96 jam setelah terpapar, yaitu pada :

Wanita dengan kehamilan

Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuh

Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum

melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan

Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa

riwayat cacar air sebelumnya.

Asiklovir

Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis

analog nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus

herpes.

J. Pencegahan

Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang

belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi

mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa

diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin

varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.

Vaksin varisela berasal dari galur yang telah dilemahkan. Angka

serokonversi mencapai 97%-99%. Diberikan pada yang berumur 12 bulan atau

lebih. Lama proteksi belum diketahui pasti. Meskipun demikian, vaksinasi

ulangan
dapat diberikan setelah 4-6 tahun. Pemberian secara subkutan sebesar 0,5 ml pada

anak berusia 12 bulan sampai 12 tahun. Pada usia di atas 12 tahun, juga diberikan

0,5 ml, setelah 4-8 minggu diulangi dengan dosis yang sama. Bila terpajan kurang

dari 3 hari, pelindungan vaksin yang diberikan masih terjadi, sedangkan antibodi

yang cukup sudah timbul antara 3-6 hari setelah vaksinasi1.

K. Prognosis

 Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan


prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
 Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus
varicella.
 Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi,
sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
 Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan
immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus
antar 7 – 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat
komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi, et all. 2017. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 7. Jakarta :
FKUI.

Siregar, R. S. 2013. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta :


EGC.

You might also like