You are on page 1of 63

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.

B DENGAN KASUS
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI WISMA BIMA
RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:

BRIGITTA SANTI PUJIANTARI (2204016)


DIANISA MARTATIA (2204018)
INRITOEFAJARIALAM TITION T (2204030)
MONICA SONYA NOVENDA (2204043)
NI PUTU PUSPA DEWI (2204046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. B DENGAN KASUS


RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI WISMA BIMA
RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Telah diperiksa dan disetujui oleh,

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ns. Anton Ambar Sriyono,S.Kep. Erik Adik Putra B.K,


S.Kep,Ns,MSN.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat karunia-
Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan Laporan Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. B dengan Kasus Risiko
Perilaku Kekerasan di Wisma Bima Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB, PhD., NS, selaku
Ketua STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Indah Prawesti. S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ka Prodi Sarjana Keperawatan
STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.
3. Erik Adik Putra B.K, S.Kep,Ns,MSN., selaku Pembimbing Akademik
4. Ns. Anton Ambar Sriyono,S.Kep., selaku Pembimbing Klinik
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun demi perbaikan selanjutnya. Semoga asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 15 November 2022


Kelompok

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................1
BAB I................................................................................................................................2
LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................................2
A. TEORI MEDIS SKIZOFRENIA........................................................................2
1. Definisi...............................................................................................................2
2. Etiologi...............................................................................................................2
3. Proses Terjadinya Skizofrenia............................................................................3
4. Tanda dan gejala.................................................................................................4
5. Klasifikasi..........................................................................................................5
6. Rentang Respon..................................................................................................8
7. Fase-fase Skizofrenia.........................................................................................9
8. Penatalaksanaan Skizofrenia............................................................................10
B. TEORI KEPERAWATAN : PERILAKU KEKERASAN..............................11
1. Definisi.............................................................................................................11
2. Etiologi.............................................................................................................11
3. Tanda dan Gejala..............................................................................................13
4. Rentang Respon Perilaku Kekerasan................................................................14
5. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan...........................................................15
6. Proses Terjadinya Marah..................................................................................16
7. Rentang Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan.......................................17
8. Penatalaksanaan...............................................................................................19
9. Konsep Keperawatan........................................................................................20
BAB II.............................................................................................................................25
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................25
A. PENGKAJIAN...................................................................................................25
1. IDENTITAS KLIEN......................................................................................25
2. ALASAN MASUK..........................................................................................25
3. FAKTOR PREDISPOSISI............................................................................25
4. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................26
5. PSIKOSOSIAL...............................................................................................27
6. STATUS MENTAL........................................................................................28
7. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG...............................................33
8. MEKANISME KOPING...............................................................................36
9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN....................................36
10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG................................................37
11. ASPEK MEDIS..........................................................................................38
ANALISA DATA, DAFTAR MASALAH, POHON MASALAH...........................41
RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................................43
CATATAN PERKEMBANGAN..................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................58

2
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. TEORI MEDIS SKIZOFRENIA


1. Definisi
Schizofrenia adalah kerusakan pola pikir (fragmented thinking) dan
ketidakmampuan melakukan hubungan dengan dunia lain (Stuart Sudden
dalam Achir Yani, 2011). Skizofrenia merupakan suatu sindrom atau suatu
proses penyakit yang menimbulkan distorsi pikiran sehingga pikiran itu
menjadi sangat aneh (bizar) juga distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku
(Baradero, 2015).
2. Etiologi
Menurut Baradero (2015), etiologi skizofrenia yaitu sebagai berikut:
a. Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian
tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak
kembar satu telur. Angka kejadian bagi saudara tiri adalah 0.9-1.8%,
bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan salah satu orang tua
yang menderita skizofrenia 7-16%, bagi kedua orang tua menderita
skizofrenia 40-68%, bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%, bagi
kembar satu telur (monozigot) 61-86%.
b. Neurokimia
Penelitian neurokimia secara konsisten menunjukkan adanya gangguan
pada sistem neurotransmitter dari individu skizofrenia. Teori neuro-
kimia sekarang yang menonjol berkaitan dengan neurotransmitter
dopamine. Salah satu teori mengatakan bahwa kelebihan dopamine
dapat menimbulkan skizofrenia. Teori ini didasarkan pada observasi
terhadap obat-obatan seperti amfetamin dan levodopa yang dapat

3
meningkatkan aktivitas dopamine. Hasil penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa obat-

4
obatan ini dapat menimbulkan reaksi paranoia yang juga nampak pada
skizofrenia.
c. Hipotesis perkembangan saraf (Neurodevelopmental Hypothesis)
Studio autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan abnormalitas
struktur dan morfologi otak penderita skizofrenia antara lain berupa
berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% daripada otak normal dan
ukuran anterior-posterior yang 4% lebih pendek. Studio
neuropsikologis menungkapkan defisit dibidang atensi, pemilahan
konseptual. Fungsi eksekutif dan memori pada penderita skizofrenia.
d. Imuno-virologik
Teori ini mengatakan bahwa kontak dengan virus atau respons imun
terhadap virus dapat mengubah fungsi otak. Sitokin adalah
neurotransmiter diantara sel-sel imun yang menangani peradangan
akibat respons imun. Sitokin mempunyai peranan dalam pengembangan
gangguan mental termasuk skizofrenia.

3. Proses Terjadinya Skizofrenia

3
Menurut Copel (2011), proses terjadinya Skizofrenia adalah sebagai
berikut:
a. Fase Prodromal
1) Kemunduran dalam waktu lama (6 sampai 12 bulan) dalam tingkat
fungsi perawatan diri, sosial, waktu luang, pekerjaan atau akademik.
2) Timbul gejala positif dan negatif.
3) Periode kebingungan pada klien dan keluargab.
b. Fase Aktif
1) Permulaan intervensi asuhan kesehatan, khususnya hospitalisasi.
2) Pengenalan pemberian obat dan modalitas terapeutik lainnya
3) Perawatan difokuskan pada rehabilitasi psikiatrik saat klien belajar
untuk hidup dengan penyakit yang mempengaruhi pikiran,perasaan
dan perilaku.
c. Fase Residual
1) Pengalaman sehari-hari dengan penanganan gejala
2) Pengurangan dan penguatan gejala
3) Adaptasi

4. Tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala skizofrenia (Baradero, 2015), yaitu sebagai
berikut:
a. Positif (hard symptoms)
1) Ambivalen: mempunyai dua keyakinan atau kepercayaan yang
berlawanan tentang seseorang yang sama, suatu kejadian atau suatu
situasi. Penderita mempunyai perasaan atau pikiran yang
bertentangan.
2) Associative loosen: pikiran atau ide yang berpisah-pisah dan tidak
ada hubungan satu dengan yang lain.
3) Delusi: keyakinan yang tidak benar, tidak berubah (fixed) dan tidak
berdasarkan pada kenyataan atau realitas.

4
4) Echopraxia: meniru gerakan atau gerak-gerik dari orang yang
sedang diamatinya.
5) Flight of idea: klien mengungkapkan kata-kata terus menerus atau
meloncat-loncat dari topik yang satu ke topik yang lain.
6) Halusinasi: persepsi sensoris yang tidak benar dan tidak berdasarkan
pada realitas.
7) Idea of reference: pikiran yang tidak benar bahwa kejadian eksternal
membawa arti yang khusus untuk dirinya.
8) Perseverasi: memegang teguh suatu ide atau suatu topik, mengulang-
ulang suatu kalimat atau suatu kata, menolak usaha untuk mengubah
topik.
b. Negatif (soft symptoms)
1) Alogia: cenderung bicara sangat sedikit, pembicaraan tidak berarti
atau tidak berisi.
2) Anhedonia: tidak merasakan kegembiraan atau kesenangan dalam
hidupnya, dengan relasinya maupun dengan kegiatannya.
3) Apatis: tidak peduli pada orang lain, kejadian atau kegiatannya.
4) Katatonia: imobilitas yang ditimbulkan secara psikologis ketika
klien tidak bergerak, kaku seperti dalam keadaan setengah sadar
(trance).
5) Afek datar: tidak ada ekspresi wajah yang dapat menunjukkan
emosi, perasaan atau mood nya.
6) Keengganan: tidak ada kemauan atau ambisi atau dorongan untuk
menyelesaikan atau melakukan sesuatu.

5. Klasifikasi
Menurut Kraepelin dalam Direja (2011) membagi skizofrenia dalam
beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain:
a. Skizofrenia simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

5
berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini
timbulnya perlahan-lahan. Penderita biasanya berkeinginan untuk
berbaring, malas-malasan, jorok, tidur-tiduran, jarang mandi, motorik
lamban, dan jarang berbicara. Sering berperilaku yang amoral.
b. Skizofrenia hebephren (hebefrenik)
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan seing timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berpikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau
double personality. Gangguan psikomotor seperti manerisme,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan
halusinasi banyak sekali. Tipe hebefrenik merupakan tipe paling parah
dan penderita mengalami kemunduran secara mental.
c. Skizofrenia katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik. Dibandingkan dengan tipe jenis
skizofrenia lainnya, tipe ini serangannya berlangsung jauh lebih cepat.
Aktivitasnya jauh berkurang dibanding waktu normal. Pada individu
terjadi stupor, dimana individu diam, tidak mau berkomunikasi, kalau
bicara suaranya menoton, ekspresi mukanya datar, makan dan
berpakaian harus dibantu dan sikap badannya aneh yaitu biasanya
tegang/kaku seperti serdadu dan biasanya dipertahankan untuk waktu
yang lama. Penderita skizofrenia katatonik yang parah biasanya
ditempat tidur, tidak mau berbicara, jorok, makan-minum dipaksa, dan
apabila mata terbuka biasanya akan terpukau pada satu titik, tidak
berkedip, dan ekspresi kosong. Penderita bersikap negatif, dimana
penderita tidak ada tertarik sama sekali terhadap sekelilingnya tanpa
kontak sosial, dan membisu dalam waktu yang lama.
d. Skizofrenia paranoid
Gejala yang menyolok adalah waham primer, disertai dengan waham
sekunder dan halusinasi. Pada pemeriksaan yang teliti ternyata adanya

6
gangguan proses berpikir, gangguan afek emosi dan kemauan. Hal
tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitive dan
egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya. Tipe
paranoid biasanya memiliki pikiran yang tidak rasional yang tidak
dibantah (waham) yang sangat dominan.
e. Skizofrenia akut
Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan klien seperti dalam
keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini
timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri
berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.
f. Skizofrenia residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya bleuler, tetapi tidak
jelasadanya gelaja-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah
beberapa kali serangan skizofrenia. Keadaan residual yang menahun
dari skizofrenia dengan gejala-gejala ulang tidak lengkap lagi (dibidang
halusinasi, waham, dan proses berpikir) dalam beberapa hal waham
tersebut terselubung atau terbatas sehingga tidak mengakibatkan
gangguan pada tingkah laku. Dalam keadaan itu, klien mungkin
mengadakan hubungan sosial dengan cukup wajar.
g. Skizofrenia tak tergolongkan (undifferentiated)
Penderita mengalami delusi, halusinasi, gangguan pikiran, dan
kekacauan berat, anmun tidak cocok dikategorikan ke dalam salah satu
dari tipe paranoid, katatonik dan hebefrenik.
h. Depresi pasca skizofrenia
Kriteria umum dari skizofrenia masih ditemukan dlaam 12 bulan
terakhir atau episode depresi masih tetap ada setelah klien dinyatakan
sembuh dari penyakitnya.

7
6. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Mal-adaptif

a. Pikiran logis a. Pikiran kadang a. Gangguan pikiran


menyimpang atau waham
b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosional c. Kesulitan untuk
dengan berlebihan/kurang memproses emosi
pengalaman
d. Perilaku sesuai d. Perilaku aneh d. Ketidakakuratan
perilaku
e. Hubungan sosial e. Menarik diri e. Isolasi sosial
Skema 1. Rentang Respon Skizofrenia
Sumber: Stuart (2013)
Menurut Stuart (2013), rentang respon skizofrenia dijelaskan sebagai
berikut:
a. Respon adaptif
1) Pikiran logis yaitu pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima
oleh akal.
2) Persepsi akurat yaitu pandangan dari seseorang tentang suatu
peristiwa secara cermat.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman
4) Kegiatan sesuai yaitu kegiatan individua tau sesuatu yang berkaittan
dengan individu tersebut berwujudkan dalam bentuk grafik atau
ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.

8
5) Hubungan sosial yaitu hubungan seseorang dengan orang lain dlaam
pergaulan di tengah-tengah masyarakat.
b. Respon transisi
1) Pikiran kadang menyimpang yaitu kegagalan dalam mengabstrakan
dan mengambil keputusan.
2) Ilusi yaitu persepsi atau respon yang salah terhadap stimulasi sensori.
3) Reaksi emosional berlebihan/kurang yaitu emosi yang diekspresikan
dengan sikap tidak sesuai.
4) Perilaku aneh yaitu perilaku aneh yang tidak enak dipandang,
membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain.
5) Menarik diri yaitu perilaku menghindar dari orang lain.
c. Respon mal-adaptif
1) Gangguan pikiran atau waham yaitu keyakinan yang salah yang secara
kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orangg lain dan
bertentangan dengan realita sosial.
2) Halusinasi yaitu persepsi yang salahh terhadap rangsangan.
3) Kesulitan untuk memproses emosi yaitu ketidakmampuan atau
menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagian,
keakraban, dan kedekatan.
4) Ketidakakuratan perilaku yaituu ketidakselarasan antara perilaku dan
gerakan yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.

7. Fase-fase Skizofrenia
Menurut Keliat (2016) ada dua fase skizofrenia, yaitu sebagai berikut:
a. Fase akut
Fase mulai munculnya gejala sampai dengan sebelum 6 bulan, ditandai
dengan gejala positif dan negatif.
b. Fase kronik

9
Diagnosa skizofrenia kronik ditandai dengan gejala akut sudah
berlangsung 6 bulan atau lebih, disertai tidak memperhatikan kebersihan
diri dan gangguan motorik dan pergerakan.

8. Penatalaksanaan Skizofrenia
Penatalaksanaan skizofrenia terbagi dalam beberapa (Keliat, 2016), yaitu
sebagai berikut:
a. Terapi farmakologis
Terapi awal dengan obat antipsikosis merupakan pengobatan utama
untuk mengurangi gejala psikotik (misalnya perubahan perilaku, agitasi,
agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses pikir kacau). Terapi lini
pertama memerlukan obat penyekat dopamin seperti haloperidol,
chlorpromazine, trihexyphenidyl.
1) Pengobatan pada fase akut
a) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif berikan
injeksi
(1) Haloperidol 3x5mg (tiap 8 jam) intramuskular
(2) Chlorpromazine 25-50mg diberikan intramuskular yang
dalam tiap 6-8 jam sampai keadaan akut teratasi
(3) Kombinasi haloperidol 5mg IM dan diazepam 10mg IM
dengan interval 1-2 menit. Dengan kombinasi ini jarang
dibutuhkan suntikan kedua.
b) Dalam keadaan tidak agitasi dan tidak hiperaktif berikan tablet
(1) Haloperidol 2x0,5-1 sehari
(2) Chlorpromazine 1x50mg sehari (malam)
(3) Trihexyphenidyl 2x2mg sehari
2) Pengobatan pada fase kronis
a) Berikan obat dalam bentuk tablet.

10
(1) Haloperidol 2x1,5-2,5mg sehari
(2) Chlorpromazine 2x100mg sehari (malam)
(3) Trihexyphenidyl 1-2x2mg sehari
b) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan untuk minum obat
dan lakukan tindakan keperawatan serta pendidikan kesehatan
c) Dosis maksimal yaitu obat haloperidol 40 mg sehari (tablet) dan
obat Chlorpromazine 600 mg sehari dalam bentuk tablet.
b. Terapi psikologis
Intervensi psikologis dipusatkan pada klien perorangan untuk
mengembangkan keterampilan sosial.
c. Dukungan sosial
Rawat jalan, baik berupa rehabilitasi aktif yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan bekerja atau dukungan sederhana
dengan aktivitas utama yang ringan, dapat memperbaiki fungsi personal
(misalnya hygiene, percakapan dan pertemanan) serta mendeteksi
terjadinya kekambuhan dini. Terdapat bukti-bukti yang menyatakan
bahwa dukungan komunitas tertentu dapat mengurangi kebutuhan
penghentian kegawatan atau perawatan mendadak.

B. TEORI KEPERAWATAN : PERILAKU KEKERASAN


1. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan
dapat dilakukan secara verbal yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau Riwayat perilaku
kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk dimana

11
seseorang marah berespon terhadap suatu stresor dengan gerakan motorik
yang tidak terkontrol (Yusuf, et al., 2015).

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan
(Yusuf, et al., 2015), yaitu sebagai berikut:
1) Faktor psikologi
a) Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
b) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan: perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau sakit penganiayaan.
c) Perilaku
d) Reinforcement/pujian yang diterima pada saat melakukan
kekerasan.
e) Sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah.
f) Individu mengadopsi perilaku kekerasan.
2) Faktor sosial budaya
a) Social-learning theory atau teori lingkungan sosial
Teori yang dikembangkan oleh Bandura ini mengemukakan bahwa
agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering
mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan
emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajari.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima, sehingga dapa membantu
individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.
b) Teori lingkungan sosial (social environment)

12
Lingkungan sosial akan mempengaruhi individu dalam
mengekspresikan marah, norma kebudayaan dapat mendukung
individu untuk berespon kasar.
3) Faktor biologis
Neorobilogical faktor yaitu dalam susunan persyarafan ada yang
berubah pada saat orang agresif. Sistem limbik berperan penting
dalam meningkatkan dan menurunkan agresifitas. Neurotransmiter
yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif yaitu serotonin,
dopamine, norepinephein, acetikolin, dan asam amino GABA
(Gamma Aminobutiric Acid). GABA dapat menurunkan agresifitas,
norepinephrine dapat meningkatkan agresifitas, serotonin dapat
menurunkan agresifitas dan orang yang epilespsi.
b. Faktor presipitasi
Faktor-faktor pencetus perilaku kekerasan (Azizah, 2016), yaitu sebagai
berikut:
1) Ekspresi diri yaitu ingin menunjukkan eksistensi diri atau siimbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalahh cenderung
melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

13
3. Tanda dan Gejala
Menurut Yusuf, et al., (2015), tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu
sebagai berikut:
a. Emosi yaitu tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah, jengkel.
b. Intelektual yaitu bawel, berdebat, meremehkan
c. Fisik yaitu muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, sakit fisik,
keringatan.
d. Spiritual yaitu kemahakuasaan, kebenaran diri, keraguan dan tidak
bermoral.
e. Sosial yaitu menarik diri, pengasingan, penolakkan, kekerasan, dan
ejekan.
Menurut Fitri (2014), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan sebagai
berikut:
a. Fisik yaitu pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah, dan postur tubuh kaku.
b. Verbal yaitu mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara
dengan nada keras dan kasar, dan sikap ketus.
c. Perilaku yaitu menyerang orang lain, meluakai diri sendiri/orang lain,
merusak lingkungan, sikap menentang, dan amuk/agresif.
d. Emosi yaitu jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan
terganggu, dan ingin berkelahi.
e. Intelektual yaitu mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka
berdebat, dan mengeluarkan kata-kata bernada bernada sarkasme.
f. Sosial yaitu penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan
kekerasan, suka mengejrk, dan mengkritik.
g. Spiritual yaitu merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas
terlambat, ingin orang lain memenuhi keinginannya, dan merasa diri
tidak berdosa.

4. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

14
Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang
adaptif dan maladaptive.

Rentang respon perilaku kekerasan (Yusuf, et.al., 2015), seperti berikut:


Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan/amuk

Skema 2. Rentang Respon Perilaku Kekerasan

Keterangan:
a. Asertif: kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
b. Frustasi: kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terlambat.
c. Pasif: respon lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialaminya, untuk menghindar suatu tuntutan nyata.
d. Agresif: perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
e. Amuk: perilaku destruktif tidak terkontrol.

5. Mekanisme Koping Perilaku Kekerasan


Mekanisme koping yang umum (Yusuf, et al., 2015), yaitu:
a. Sublimasi
Mekanisme suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal.
b. Proyeksi

15
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menunduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, dan
mencumbunya.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahaya masuk ke dalam alam
bawah sadar.

d. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan sebagai rintangan.
e. Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada objek
yang tidak begitu berbahaya.

6. Proses Terjadinya Marah

Ancaman atau kebutuhan

Stres

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak kuat

Menatang orang lain Menjaga keutuhan Melarikan diri

Masalah tidak selesai Lega Mengingkari

Marah Ketegangan menurun Marah tidak terungkap

Rasa marah teratasi


16

Muncul rasa bermusuhan


Rasa
bermusuhan

Marah pada Marah pada orang


diri sendiri lain/lingkungan

Agresif
Depresi psikomatik mengamuk

Skema 3. Proses Tenjadinya Perilaku Kekerasan


Sumber: Yusuf, et al. (2015)

7. Rentang Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan


Rentang tindakan keperawatan perilaku kekerasan (Yosep & Sutini, 2014),
antara lain sebagai berikut:

Strategi preventif Strategi antisipasif Strategi pengurungan

Kesadaran diri Komunikasi Managemen krisis


Pendidikan klien Perubahan lingkunga Seclusion
Latihan asertif Tindakan perilkau Restrains
Psikofarmakologi

Skema 4. Rentang Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan

Keterangan:
a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri

17
Perawat harus terus menerus meningkatkan kesadaran dirinya dan
melakukan supervisi dengan memisahkan antara masalah pribadi dan
masalah klien.
2) Pendidikan klien
Pendidikan yang diberikan mengenai cara berkomunikasi dan cara
mengekspresikan marah yang tepat.
3) Latihan asertif
Kemampuan dasar interpersonal yang harus dimiliki meliputi:
a) Berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang
b) Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan
c) Sanggup melakukan komplain
d) Mengekspresikan penghargaan dengan tepat
b. Strategi antisipasif
1) Komunikasi
Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku agresif yaitu bersikap
tenang, bicara lembut, bicara tidak dengan cara menghakimi, bicara
netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan rasa jormat, hindari
intensitas kontak mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol
situasi, fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan
terburu-buru menginterprestasikan dan jangan buat janji yang tidak
bisa ditepati.
2) Perubahan lingkungan
Unit perawat sebaiknya menyediakan berbagai aktivitas seperti
membaca, group program yang dapat mengurangi perilaku klien
yang tidak sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
3) Tindakan perilaku
Pada dasarnya membuat kontrak dengan klien mengenai perilaku
yang dapat diterima dan tidak dapat diterima serta konsekuensi yang
didapatkan bila kontrak dilanggar.
c. Strategi pengurungan

18
1) Menagemen krisis yaitu bila pada waktu intervensi tidak berhasil,
maka perlu intervensi yang lebih aktif.
2) Seclusion adalah merupakan tindakan keperawatan yang terakhir
dengan menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana klien
tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan dipisahkan dengan
pasien lain.
3) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan alat
manual untuk membatasi gerakan fisik pasien menggunakan
manset, sprei pengekang.
4) Psikofarmakologi: Antianxiety dan sedative-hipnotics. Obat-obatan
ini dapat mengendalikan agitasi yang kuat. Benzodiazepines seperti
lorazepam dan clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan
psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena
dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk symptom depresi.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan perilaku kekerasan menurut Eko Prabowo (2014) adalah :
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan
mempunyai dosis efektif contoh chlorpromazine untuk mengendalikan
psikomotornya.
b. Terapi okupasi
Terima ini disebut terapi kerja, terapi ini merupakan langkah awal yang
harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya
seleksi dan ditentukan program kegiatannya.
c. Peran keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit klien. Perawat
membantu keluarga dalam melakukan 5 fungsi keluarga dalam

19
kesehatan. Keluarga mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan
dapat mencegah perilaku mal adaptif, mananggulangi perilaku
maladaptif ke perilaku adakpif.
d. Terapi somatic
Terapi somatic diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaktif menjadi perilaku adaptif
dengan melakukan tindakan yang ditunjuk pada kondisi fisik klien,
terapi adalah perilaku klien.

e. Terapi kejang listrik


Electronic Convulsive Therapy (ECT) adalah terapi kejang listrik
adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan kejang grand
mall dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda membutuhkan
20-30x terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3x sehari
(seminggu 2x).

9. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan
atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian keperawatan jiwa
dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping
yang dimiliki klien. Adapun isi pengkajian meliputi: identitas klien,
keluhan utama/alasan masukk rumah sakit, faktor presdiposisi, aspek
fisik.biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan. Pengkajian pada klien dengan perililaku kekerasan
meliputi:
1) Penyebab perilaku kekerasan?

20
2) Tanda dan gejala perilaku kekerasan?
3) Perilaku kekerasan yang dilakukan?
4) Akibat dari perilaku kekerasan?

b. Analisa Data
Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
data subjektif dan data objektif. Setelah data subjektif dan objektif ada
berikutnya perawat dapat menyipulkan kebutuhan atau masalah klien,
yaitu:
1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
a) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan tetapi klien
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up
secara periodik karena tidak ada masalah serta klien telah
mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
b) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.
2) Ada masalah dengan kemungkinan
a) Resiko terjadinya masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
b) Aktual terjadi masalah disertai data pendukung.

c. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan (Azizah, 2016), yaitu
sebagai berikut:
1) Perilaku kekerasan
2) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
4) Isolasi sosial

d. Pohon Masalah

21
e. Diagnosis keperawatan
1) Risiko Perilaku kekerasan
2) Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3) Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
4) Isolasi sosial
5) Harga diri rendah

22
f. Perencanaan
Rencana Tindakan Keperawatan Klien Perilaku Kekerasan
Nama Klien : ……… Dx.Medis : ……..
No.RM : ……… Ruangan : …….
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1. Perilaku kekerasan L.09076 Manajemen Perilaku (I.12463)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi harapan untuk
ketidakmampuan keperawatan .. x .. jam menit mengendalikan perilaku
mengendalikan dorongan diharapkan kontrol diri 2. Bicara dengan nada rendah dan tenang.
marah ditandai dengan meningkat dengan kriteria hasil: 3. Beri penguatan positif terhadap
melukai diri sendiri/orang 1. Perilaku menyerang menurun. keberhasilan mengendalikan perilaku.
lain. 2. Perilaku melukai diri 4. Informasikan keluarga bahwa keluarga
sendiri/orang lain menurun. sebagai dasar pembentukan kognitif.
3. Perilaku merusak lingkungan
sekitar menurun.
4. Suara keras menurun.
5. Bicara ketus menurun.
2. Isolasi sosial berhubungan L.13116 Terapi Aktivitas (I.05186)
dengan ketidakadekuatan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respons emosional, fisik,
sumber daya personal keperawatan .. x .. jam menit sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
(pengendalian diri buruk) diharapkan keterlibatan sosial 2. Libatkan dalam permainan kelompok
ditandai dengan menarik meningkat dengan kriteria hasil: yang tidak kompetitif, terstruktur, dan
diri. 1. Perilaku menarik diri aktif.
menurun. 3. Berikan penguatan positif atas
2. Kontak mata membaik. partisipasi dalam aktivitas.

23
3. Perilaku bermusuhan 4. Anjurkan melakukan aktivitas fisik,
menurun. sosial, spiritual, dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan.
5. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas, jika perlu.
3. Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan Manajemen halusinasi (I.09288) :
berhubungan dengan keperawatan ..x.. jam menit 1. Monitor perilaku yang
gangguan pendengaran diharapkan persepsi sensori mengindikasikan halusinasi
membaik (L.09063) dengan 2. Monitor isi halusinasi.
kriteria hasil: 3. Diskusikan respon dan perilaku pada
1. Verbalisasi mendengar saat halusinasi
bisikan menurun 4. Ajarkan pada klien cara mengontrol
2. Perilaku halusinasi menurun halusinasi
3. Mondar mandir menurun 5. Observasi pemberian obat antipsikotik
4. Konsentrasi membaik dan antiansietas

24
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 15 November 2022 Jam : 13.00 WIB
Oleh : Kelompok 4
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : B (Laki-laki)
Umur : 35 tahun 10 bulan 3 hari
Pendidikan :SLTA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Parangtritis Bantul
Tg. Masuk RS : 14 November 2022 Jam 17.30 WIB
Ruang : Bima
Nomor RM : 0019xxx

2. ALASAN MASUK
Tiba-tiba memukuli ibunya sampai ibunya terluka kemudian turun ke jalan
hendak memukuli pengendara motor karena terganggu suara motor.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
√ Ya Tidak
b. Pengobatan sebelumnya :
Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil
c. Trauma :
Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik - - - -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan dalam - √ - -
keluarga
Tindakan Kriminal - - - -

25
Lain-lain - - - -
Jelaskan No a,b,c :
Pasien mengalami gangguan jiwa pertama kali pada tahun 2005,
kemudian terakhir kontrol tahun 2012. Pengobatan pasien kurang
berhasil karena pasien jarang kontrol dan tidak meminum obatnya
secara teratur.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

d. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


Ada √ Tidak
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

e. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan pernah rebutan warisan dengan keluarganya
sehingga klien menjadi emosi dan melampiaskan kekesalannya dengan
orangtuanya.
Masalah Keperawatan:
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
Respon pasca trauma
Sindroma trauma perkosaan
√ Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan
Berduka disfungsional

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital : TD : 143/94 mmHg
N : 116x/menit S : 36,6ºC P :20x/menit
b. Ukuran
Berat Badan (BB) : 65 Kg Tinggi Badan (TB) :170 cm
IMT: 22.4 (Normal)
c. Keluhan Fisik
√ Tidak ada Ada
Jelaskan:

26
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Keterangan:
                    : Laki laki
                       : Perempuan
              : Klien
               : Tinggal satu rumah

Klien merupakan anak tunggal dan dia tinggal bersama dengan kedua
orang tuanya. Klien tidak memiliki anggota keluarga yang menderita
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.
2) Identitas diri
Klien mampu menyebutkan namanya, tanggal lahir, dan alamat
rumahnya.
3) Peran diri
Klien mengatakan dia seorang anak tunggal dan belum menikah.
4) Ideal diri

27
Klien mengatakan ingin segera pulang.
5) Harga diri
Klien mengatakan selama di rumah sakit pasien tidak malu dengan
keadaannya saat ini karena semua orang mau menerima
keadaannya.
Masalah Keperawatan: tidak ada

c. Hubungan Sosial
1) Orang yang berarti bagi klien adalah ayahnya.
2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat :Klien sebelumnya
sempat aktif terlibat dalam kegiatan dimasyarakat namun semenjak
komunikasinya tidak nyambung dan munculnya perilaku kekerasan
klien tidak lagi mengikuti kegiatan dimasyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien menjawab pertanyaan ketika ditanya namun jawabannya
melantur dan tidak jelas.
Masalah Keperawatan:
√ Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Kerusakan interaksi sosial Lain-lain

d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sholat jika ingat.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

6. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan,
toilet training dan pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam

28
mendukung penampilan, apakah klien :
√ Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Lain-lain, …….
Jelaskan : penampilan pasien tidak rapi, menggunakan masker dijidat,
rambut acak-acakkan
Masalah Keperawatan :

√ Sindroma defisit perawatan diri


b. Pembicaraan
√ Cepat Keras Gagap
√ Inkoherensi Apatis Tidak mampu mulai pembicaraan
Lambat Membisu
Jelaskan : ketika diajak berbicara klien berbicara dengan cepat, tidak
jelas, dan tidak nyambung.
Masalah Keperawatan :
Kerusakan komunikasi
√ Kerusakan komunikasi verbal
c. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang √ Gelisah
√ TIK Grimasen Tremor
Agitasi √ Kompulsif
Jelaskan : klien terlihat mondar-mandir gelisah ketika diajak berbicara
dengan sering memegang-megang perutnya secara berulang-ulang
dengan gerakan tiba-tiba
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

d. Afek dan Emosi


1) Afek
√ Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Lain-lain,

29
Jelaskan : klien terlihat tidak ada ekspresi ketika diajak komunikasi.

Masalah Keperawatan :
Resiko tinggi cedera √ Kerusakan komunikasi verbal
Kerusakan komunikasi Kerusakan interaksi sosial
2) Alam perasaan (emosi)
Sedih Putus asa Gembira
Ketakutan √ Kuatir Lain-lain, …………………..
Jelaskan : klien mengatakan cemas saat berada ruang isolasi
Masalah Keperawatan :
Resiko tinggi cedera Resiko tinggi mencederai diri
Resiko tinggi membahayakan diri √ Ansietas
Ketakutan Isolasi sosial
Ketidakberdayaan Resiko tinggi mutilasi diri

e. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung
√ Kontak mata kurang Defensif Curiga
Jelaskan : kontak mata pasien kurang, tidak kooperatif saat dilakukan
wawancara, bicara tidak nyambung, dan tidak menjawab pertanyaan
wawancara sampai selesai karena pasien mengatakan malas.
Masalah Keperawatan :
√ Kerusakan komunikasi Isolasi sosial
Resiko tinggi penganiayaan diri Resiko tinggi kekerasan
Kerusakan interaksi sosial Resiko membahayakan diri
Resiko tinggi mutilasi diri
f. Persepsi Sensori
1) Apakah ada gangguan? √ Ada Tidak ada
2) Halusinasi Pendengaran Penglihatan √

Pengecapan Penghidu Perabaan


3) Ilusi

30
Ada Tidak ada
Lain-lain
Jelaskan : klien mengatakan di perutnya ada hand phone
Masalah Keperawatan :
√ Perubahan persepsi sensori (penglihatan)
g. Proses Pikir
1) Proses Pikir (Arus dan Bentuk Pikir)
√ Sirkumtansial Tangensial
√ Blocking Kehilangan asosiasi
Flight
√ of idea
Pengulangan pembicaraan/perseverasi
Jelaskan : bicara klien tidak sesuai dengan pertanyaan yang
diajukan dan berbelit-belit tidak sampai tujuan dan tidak ada
hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain
2) Isi Pikir
√ Obsesi Hipokondria
Depersonalisasi
Pikiran magis Ide terkait
Waham :
Agama Somatik √

Kebesaran Curiga
Nihilistik Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir
Jelaskan
Klien mengalami kecemasan saat berada di Rumah Sakit Jiwa
Grasia dengan menunjukan perlilaku yang agresif, tidak tenang,
serta berbicara sendiri dan klien dimasalalunya menunjukan sikap
curiga terkait masalah pribadinya yaitu pembagian warisan
Masalah Keperawatan :
Perubahan proses pikir,
h. Tingkat Kesadaran

31
Jelaskan : kesadaran klien compos mentis
Ada gangguan orientasi (disorientasi) :
Jelaskan : klien tidak ada gangguan orientasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

i. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka menengah

√ Gangguan daya ingat jangka pendek


Konfabulasi
Jelaskan: Klien dapat mengingat kejadian jangka pendek yaitu pasien
mengatakan kegiatannya pagi ini adalah tensi dan rontgen. Kejadian
jangka menengah klien tidak ingat siapa yang membawanya ke Rumah
Sakit, dan klien juga lupa dengan pendidikan terakhirnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

j. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


Jelaskan: klien mampu berhitung dari 1-10.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

k. Kemampuan Penilaian
√ Gangguan ringan Gangguan bermakna
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan : gangguan ringan karena klien terkadang tidak mampu
membuat keputusannya sendiri.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

l. Daya Tilik Diri


√ Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

32
Lain-lain
Jelaskan : klien mengatakan tidak tahu bahwa dia sakit jiwa, tahunya
masuk rumah sakit karena dapat hadiah.

Masalah Keperawatan :
√ Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
Perubahan proses pikir,
jelaskan : ................................................
Ketidakpatuhan

7. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


a. Kemampuan Klien Memenuhi Kebutuhan
Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak
Makanan √
Keamanan √
Perawatan kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √
Jelaskan : Klien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan
dibantu orang tuanya.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

b. Kegiatan Hidup Sehari-hari (ADL)


1) Perawatan Diri
Kegiatan hidup sehari-hari Bantuan total Bantuan Sederhana
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Buang Air Kecil (BAK) √
Buang Air Besar (BAB) √
Ganti Pakaian √
Jelaskan : klien mengatakan bisa melakukan perawatan diri secara
mandiri, namun tadi pagi klien tidak mandi.
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

33
2) Nutrisi
a) Apakah anda puas dengan pola makan anda?
√ Puas Tidak puas
b) Apakah saat makan anda memisahkan diri?
√ Ya Tidak
c) Frekuiensi makan sehari 3x
d) Nafsu makan
Meningkat Menurun
√ Berlebihan sedikit-sedikit
e) Berat badan
√ Meningkat Menurun
BB saat ini : 70 Kg BB terendah : 60 Kg BB tertinggi 75 Kg
Jelaskan : klien mengatakan nafsu makannya biasa saja dan
mengatakan makannya tidak dihabiskan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3) Tidur
a) Apakah ada masalah tidur?
√ Tidak ada
Ada, jelaskan :
b) Apakah merasa segar setelah bangun tidur?
√ Segar
Tidak segar, jelaskan :
c) Apakah ada yang menolong anda untuk mempermudah tidur?
√ Tidak ada
Ada, jelaskan :
d) Apakah ada gangguan tidur?
Klien mengatakan tidak ada masalah pada gangguan tidurnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

34
c. Kemampuan Klien dalam Hal-Hal Berikut
1) Menngantisipasi kehidupan sehari-hari : Ya √ Tidak
2) Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri :
√ Ya Tidak
3) Mengatur penggunaan obat :
√ Ya Tidak
4) Melakukan pemeriksaan kesehatan
√ Ya Tidak
Jelaskan : Klien tidak rutin melakukan pengobatan rawat jalan dan
tidak teratur minum obat
Masalah Keperawatan :
Konflik pengambilan keputusan
Ketidakpatuhan
√ Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
Lain-lain, jelaskan

d. Klien Memiliki Sistem Pendukung


1) Keluarga : Ya Tidak
2) Teman sejawat : Ya Tidak
3) Terapis : Ya Tidak
4) Kelompok sosial : Ya Tidak

Jelaskan :
Klien selalu mengulang-ulangi peristiwa bersama teman-temanya
dimasalalu yang dapat membuatnya tersenyum.
Masalah Keperawatan :
Perilaku mencari bantuan kesehatan
e. Apakah Klien Menikmati Saat Bekerja, Kegiatan Produktif atau
Hobi?
√ Ya/menikmati
Tidak menikmati
Jelaskan

35
Klien mengatakan sangat senang saat memancing didekat rumahnya
yaitu di Parangtritis
Masalah Keperawatan :
Defisit aktivitas deversional
√ Tidak ada masalah keperawatan
8. MEKANISME KOPING
Adaptif Mal Adaptif
Bicara dengan orang lain responsive Reaksi berlebihan
namun tidak inkoheren

Tidak mampu menyelesaikan


masalah
Lain-lain
Resiko mencederai orang lain
Lain-lain Lain-lain
Jelaskan : .
Masalah Keperawatan :
Kegiatan penyesuaian
√ Koping individu tidak efektif (defensif)
Koping individu tidak efektif (menyangkal)
Lain-lain, jelaskan
9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Tidak ada masalah dengan dukungan kelompok
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien memiliki riwayat masalah dengan lingkunganya dengan riwayat
sempat memukul pengendara motor dan agresif dengan orang lain
c. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Tidak ada masalah dengan pendidikan
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien tidak bisa bekerja karena perilaku yang tidak terkontrol dan
bicara tidak inkoheren
e. Masalah dengan perumahan, spesifiknya

36
Klien tinggal dengan kedua orangtuanya
f. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien memiliki masalah dengan keadaan ekonominya dengan sesekali
mengatakan masih banyak hutangnya dan berebut dengan masalah
warisannya
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan yang
diberikan
h. Masalah lainnya, spesifiknya
Masalah Keperawatan :
Perubahan pemeliharaan kesehatan
Enuresis maturasi
Perubahan pola eliminasi urin (retensi urin)
Ketidakberdayaan
Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia total)
Keputusasaan
Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia disfungsional)
Perubahan kinerja peran
Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia refek)
√ Sindroma stress relokasi
Perubahan pola eliminasi urin (inkontinensia stress)
Perilaku mencari bantuan
Gangguan konsep diri (gangguan citra tubuh)
Gangguan konsep diri (gangguan identitas diri)
Gangguan konsep diri (gangguan harga diri)
Gangguan konsep diri (gangguan harga diri rendah kronik)
Gangguan konsep diri (gangguan harga diri rendah situasional)

10. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

37
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang
suatu hal?
Penyakit/gangguan jiwa Sistem pendukung
√ Faktor √ presipitasi Koping
Penyakit fisik Obat-obatan
Lain-lain,Jelaskan :
Individu merasa was-was didalam ruangan bangsal RSJ dengan
menunjukan sikap aktif tidak diam dan sesekali berteriak-teriak
Masalah Keperawatan :

Perilaku mencari bantuan kesehatan


Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif
Ketidakpuasan
Kurang pengetahuan, spesifiknya
11. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis :
Terapi Medis :
a. Haloperidol (0,5mg) 1x1 tablet
b. Chloropromazine (100mg) 1 x ½ tablet
c. Lodorem (5mg) amp 1x1 1 tablet
d. Diazepam (0,5mg) 1x1 1 amp
e. Cafein (30mg) 1x1 1tablet

38
Analisis Obat
No Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Implikasi
Samping Keperawatan
Haloperidol Heloperidol Pasien dengan Pusing atau Memperhatikan
0,5 mg adalah obat riwayat sulit menjaga 12 benar,
untuk penyakit kardiovas keseimbangan memberi obat
mengobati kular (misalnya , Kantuk, sampai benar-
skizofrenia. riwayat iskemia Peningkatan benar diminum
Obat ini juga atau infark jumlah air oleh klien.
digunakan miokard, gagal liur, Mual atau Observasi efek
untuk jantung, kelainan muntah, samping obat
mengatasi konduksi), Pada Peningkatan seperti pusing,
gangguan penyakit berat badan, pergerakan otot
bipolar atau serebrovaskular, Kelelahan, yang tidak
gangguan Beberapa kondisi Gangguan terkendali.
tingkah laku yang dapat tidur, Mual
pada anak yang menimbulkan dan muntah,
menderita autis. hipotensi seperti Penurunan
hipovolemia dan nafsu makan
dehidrasi
Clopromazin Untuk Hipersensitif, Tremor, Memperhatikan
e 100mg menangani glaucoma, hilang nafsu 12 benar,
gangguan gejala penyakit makan, sulit memberi obat
psikosis seperti Parkinson, tidur, sakit sampai benar-
skizofrenia, psikosis akibat kepala, benar diminum
agresif, mual, demensia kejang, oleh klien.
muntah, jantung Observasi gejala
cegukan yang berdebar- gangguan
tidak kunjung debar psikosis,
berhenti. observasi efek
  samping obat
seperti tremor,
pusing, kejang,
nafsu makan.
Lodorem 5 odomer tablet Pasien depresi Sakit kepala, Memperhatikan
mg adalah obat yang tidak pusing, sakit 12 benar,
untuk diketahui perut, mulut memberi obat
mengatasi penyebabnya, kering, merasa sampai benar-
gangguan pasien dengan gemetar atau benar diminum
mental atau gangguan syaraf gelisah, oleh klien.
perubahan dengan gejala perubahan Observasi efek
mood seperti piramidal, pasien berat badan, samping obat
gangguan koma, pasien sulit tidur, seperti pusing,
kejiwaan yang alergi lodorem sembelit pergerakan otot
membuat yang tidak
penderitanya terkendali.

39
mengalami
delusi,
perubahan
sikap, dan
halusinasi
(skizofrenia)
Diazepam 0,5 Diazepam Hindari Kantuk, Memperhatikan
mg merupakan obat mengonsumsi grap Pusing,Lelah 12 benar,
yang efruit selama Penglihatan memberi obat
enimbulkan menggunakan buram sampai benar-
efek tenang, diazepam, kecuali Gangguan benar diminum
relaks, dan dokter keseimbangan oleh klien.
kantuk, memperbolehkan. Tubuh Observasi efek
sehingga bisa Mengonsumsi grap gemetar samping obat
digunakan efruit saat (tremor) seperti pusing,
sebagai menjalani pergerakan otot
anticemas pengobatan yang tidak
(antiansietas), dengan diazepam terkendali.
antikejang bisa menimbulkan
(antikonvulsan), efek samping.
dan pelemas Simpan diazepam
otot (muscle tablet atau sirop
relaxan). dalam wadah
tertutup di ruangan
dengan suhu yang
sejuk.

Cafein 30 mg Cafein Obat hanya boleh Muntah yang Memperhatikan


merupakan obat digunakan jika berat 12 benar,
yang besarnya manfaat Diare yang memberi obat
meredakan rasa yang diharapkan tidak kunjung sampai benar-
kantuk, melebihi besarnya mereda benar diminum
sehingga risiko terhadap Nyeri dada oleh klien.
seseorang dapat janin. Pusing yang Observasi efek
tetap terjaga. Kafein dapat berat samping obat
Selain itu, terserap ke dalam Tremor seperti pusing,
kafein juga ASI. Bila Anda Dehidrasi pergerakan otot
sering sedang menyusui, yang tidak
ditemukan di jangan terkendali.
dalam obat menggunakan obat
untuk ini tanpa
meredakan berkonsultasi dulu
migrain. dengan dokter.

40
ANALISA DATA, DAFTAR MASALAH, POHON MASALAH

1. Analisa data
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Resiko perilaku Riwayat atau
- Klien mengatakan pernah kekerasan ancaman kekerasan
memecahkan kaca sampai terhadap diri
melukai tangannya sendiri sendiri atau orang
- Klien mengatakan kesal lain atau destruksi
DO : properti orang lain
- Klien terlihat bicara sendiri
- Klien terlihat marah-marah sendiri
- Wajah klien terlihat tegang
- Pandangan mata klien terlihat
tajam
- Klien tidak kooperatif saat dikaji
- Klien sedang badmood

2. DS : Gangguan persepsi Gangguan


- Klien mengatakan perutnya adalah sensori penglihatan
sebuah Handphone Nokia
DO :
- Klien terlihat bicara sendiri
- Klien terlihat tidak focus saat
diajak bicara
- Klien terlihat ngelantur saat
menjawab pertanyaan
- Klien terlihat menunjuk-nunjuk
perutnya

3. DS : - Gangguan Hambatan
DO : komunikasi psikologis
- Kontak mata jarang verbal (gangguan emosi)
- Klien berbicara ngelantur saat
menjawab pertanyaan
- Klien berbicara tidak jelas
- Pembicaraan klien tidak nyambung
dengan pertanyaan

41
4. DS : Defisit Gangguan
- Klien mengatakan malas mandi, perawatan diri psikologis dan/atau
tadi pagi belum mandi psikotik
- Klien mengatakan gosok gigi
1x/hari
DO :
- Pakaian klien terlihat tidak rapi
- Klien memakai masker di dahi
- Rambut klien terlihat berantakan

2. Daftar Masalah Keperawatan


a. Resiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan riwayat atau ancaman kekerasan
terhadap diri sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain.

b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan.


c. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan psikologis.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis dan/atau
psikotik

3. Pohon Masalah

Efek Gangguan komunikasi verbal

Core problem Risiko perilaku kekerasan

Etiologi Gangguan persepsi sensori

42
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. B


Ruangan : Wisma Bima
Tanggal : 15 November 2022
Nama Mahasiswa : Dianisa Martatia

DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL


KEPERAWATAN & Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
DATA
PENUNJANG
Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022
Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB
(D.0146) (L.09076) (I.14544)
Risiko perilaku kekerasan Standar luaran: Kontrol Standar intervensi:
dibuktikan dengan: diri Pencegahan perilaku
DS : Setelah dilakukan tindakan kekerasan: 1) Memberikan lingkungan yang
- Klien mengatakan keperawatan selama 2x24 1) Monitor adanya aman bagi klien
pernah memecahkan jam diharapkan kontrol diri benda yang
kaca sampai melukai meningkat dengan berpotensi
tangannya sendiri kriteria hasil: membahayakan 2) Menghindari risiko menciderai
- Klien mengatakan - Verbalisasi ancaman 2) Pertahankan diri sendiri dan orang lain
kesal terhadap orang lain lingkungan bebas
3) Melatih cara mengungkapkan
DO : menurun dari bahaya secara

43
- Klien terlihat bicara - Verbalisasi umpatan rutin perasaan dengan mengalihkan
sendiri menurun 3) Latih cara pada hal lain
- Klien terlihat marah- - Perilaku merusak mengungkapkan
marah sendiri lingkungan menurun perasaan secara 4) Melatih cara mengontrol emosi
- Wajah klien terlihat - Perilaku menyerang asertif dengan mengungkapkan secara
tegang menurun 4) Latih cara baik
- Pandangan mata klien mengurangi 5)
terlihat tajam kemarahan secara
- Klien tidak kooperatif verbal dan non
saat dikaji verbal (mis.
- Klien sedang badmood relaksasi, bercerita)
Marta
Marta

Marta

Marta
Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022
Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB
(D.0085) (L.09083) (I.09288)
Gangguan persepsi sensori Standar luaran: Persepsi Standar intervensi:
berhubungan dengan sensori Manajemen halusinasi
gangguan penglihatan Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor isi halusinasi 1) Mengetahui penyebab halusinasi
dibuktikan dengan: keperawatan selama 2x24 jam 2) Pertahankan 2) Memberikan rasa nyaman pada
DS : diharapkan persepsi sensori lingkungan yang aman klien
- Klien mengatakan membaik dengan kriteria hasil 3) Lakukan tindakan 3) Mempertahankan keamanan klien
perutnya adalah sebuah : keselamatan ketika dan petugas
Handphone Nokia 1) Verbalitas melihat tidak dapat
DO : bayangan menurun mengontrol perilaku

44
- Klien terlihat bicara 2) Distorsi sensori menurun (mis. limit setting,
sendiri 3) Perilaku halusinasi pembatasan wilayah,
- Klien terlihat tidak menruun pengekangan fisik,
focus saat diajak bicara 4) Respon sesuai stimulus seklusi) 4) Mengetahui kemampuan klien
- Klien terlihat ngelantur membaik 4) Diskusikan perasaan dalam mengontrol halusinasi
saat menjawab dan respon terhadap
pertanyaan halusinasi 5) Mengalihkan perhatian klien agar
- Klien terlihat 5) Anjurkan melakukan klien tidak terlarut dalam
menunjuk-nunjuk distraksi (mis. halusinasinya
perutnya mendengarkan musik,
melakukan aktivitas
Marta 6) Obat antipsikotik adalah
dan teknik relaksasi)
golongan obat untuk
6) Kolaborasi pemberian
mengendalikan dan mengurangi
obat antipsikotik dan
Marta gejala psikosis, seperti halusinasi
antiansietas, jika perlu
dan delusi, sedangkan
antiasnietas adalah golongan obat
untuk mengurangi gejala
Marta kecemasan

Marta
Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022
Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB
(D.0119) (L.13118) (I.13492)
Gangguan komunikasi Standar luaran: Standar intervensi:
verbal berhubungan Komunikasi verbal Promosi Komunikasi:
dengan hambatan Setelah dilakukan tindakan Defisit bicara

45
psikologis (mis. gangguan kepeawatan selama 2×24 jam 1) Monitor frustasi,
psikotik, gangguan konsep diharapkan status nutrisi marah, depresi, atau
diri, gangguan emosi) membaik dengan kriteria hal lain yang 1) Mengetahui hambatan
dibuktikan dengan: hasil: mengganggu bicara komunikasi yang dialami klien
1) Kemampuan berbicara 2) Monitor proses
DS : - meningkat kognitif, anatomis dan
DO : 2) Respon perilaku membaik fisiologis yang 2) Mengetahui kemampuan
- Kontak mata jarang 3) Pemahaman komunikasi berkaitan dengan komunikasi klien
- Klien berbicara membaik bicara (mis. memori,
ngelantur saat pendengaran dan
menjawab pertanyaan bahasa)
- Klien berbicara tidak 3) Gunakan metode
jelas komunikasi alternatif 3) Membantu klien dalam
- Pembicaraan klien (mis. menulis, mata mengungkapkan perasaan
tidak nyambung berkedip, papan
dengan pertanyaan Marta komunikasi dengan
gambar dan huruf,
isyarat tangan dan
computer)
Marta 4) Berikan dukungan 4) Dukungan psikologis dapat
psikologis berupa penguatan tentang kondisi
klien, keaktifan klien dalam
melibatkan diri dalam perawatan
5) Anjurkan berbicara 5) Berbicara perlahan bertujuan
perlahan untuk mengungkapkan kata-kata
dengan jelas, perlahan, dan
konsisten

46
Marta
Marta
Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022 Tgl : 15 November 2022
Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB Jam : 13.15 WIB
(D.0109) (L.11103) (I.11348)
Defisit perawatan diri Standar luaran: Perawatan Standar
berhubungan dengan diri intervensi:Dukungan
gangguan psikologis Setelah dilakukan tindakan perawatan diri
dan/atau psikotik kepeawatan selama 2×24 jam 1) Monitor tingkat 1) Mengetahui tingkat kemandirian
dibuktikan dengan: diharapkan perawatan diri kemandirian klien dalam melakukan
DS : meningkat dengan kriteria 2) Identifikasi kebutuhan perawatan diri
- Klien mengatakan hasil: alat bantu kebersihan 2) Perawatan diri dapat
mandi 1x/hari 1) Kemampuan mandi diri, berpakaian, meningkatkan kualitas hidup
- Klien mengatakan meningkat berhias dan makan klien dan mencegah terjadinya
gosok gigi 1x/hari 2) Kemampuan mengenakan 3) Dampingi dalam komplikasi penyakit
- Klien mengatakan pakaian meningkat melakukan perawatan 3) Membantu klien dalam
keramas 1x dalam 3) Verbalisasi keinginan diri sampai mandiri melakukan perawatan diri sampai
seminggu melakukan perawatan diri mandiri
DO : meningkat 4) Anjurkan melakukan 4) Partisipasi dalam aktivitas
- Klien melakukan 4) Minat melakukan perawatan diri secara perawatan diri dan personal
perawatan diri kurang perawatan diri meningkat konsisten hygiene akan meningkatkan
- Pakaian klien terlihat harga diri dan mempertahankan
tidak rapih tonus kelompok-kelompok otot
- Klien terlihat lusuh dan
kotor
- Badan klien bau
keringat Marta
Marta Marta

47
Marta

48
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa
No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan
1. Resiko Perilaku Selasa, 15 Nov 22
Kekerasan I:
13.10 1) Memonitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
Tidak ada benda yang membahayakan
13.15 2) Melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis. relaksasi,
bercerita)
Klien masih mengalami kesulitan untuk memperagakan
13.30 E:
S:
- Pasien mengatakan pernah memecahkan kaca sampai melukai tangannya sendiri
- Pasien mengatakan ingin cepat pulang
- Pasien mengatakan kesal
- Pasien mengatakan tidak bahagia
O:
- Pasien terlihat bicara sendiri
- Pasien terlihat marah-marah sendiri
- Wajah pasien terlihat tegang
- Pandangan mata pasien terlihat tajam
- Pasien kooperatif saat dikaji
- Pasien sedang badmood
A:
Masalah keperawatan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 2

49
2. Gangguan Persepsi Selasa, 15 Nov 22
Sensori: Halusinasi I:
Penglihatan 13.20 1) Memonitor isi halusinasi
Pasien mengatakan ada hp nokia diperutnya
13.25 2) Menganjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan
teknik relaksasi)
Klien tidak mau melakukan distraksi
13.35 E:
S:
Pasien mengatakan perutnya adalah sebuah Handphone Nokia
O:
- Pasien terlihat bicara sendiri
- Pasien terlihat tidak fokus saat diajak bicara
- Pasien terlihat ngelantur saat menjawab pertaanyaan
A:
Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: penglihatan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 2
3. Gangguan Selasa, 15 Nov 22
Komunikasi Verbal I:
13.25 1) Memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara
- Klien berbicara ngelantur saat menjawab pertanyaan
13.30 2) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
- Klien belum mampu untuk diajak berkomunikasi
- Pasien berbicara tidak jelas
13.45 E:
S: -
O:
- Pasien terlihat gelisah

50
- Pasien berbicara ngelantur saat menjawab pertaanyaan
- Pasien berbicara tidak jelas
- Pasien kooperatif saat dikaji
- Pasien sedang badmood
A:
Masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 1,2
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-2
No. Diagnosa TTD
Hari/Tgl/Jam Evaluasi (SOAP)
Keperawatan
1. Resiko Perilaku Rabu, 16 Nov 22
Kekerasan 07.30 S:
Pasien mengatakan kesal
07.35 O:
- Pasien tampak badmood
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 136x/menit
- Suhu: 36,40C
07.40 A:
Masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan belum teratasi
07.45 P:
Lanjutkan intervensi melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
relaksasi, bercerita)
07.50 I:
Melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis. relaksasi, bercerita)
13.20 E:
S:
Pasien mengatakan ingin cepat pulang

51
O:
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 136x/menit
- Suhu: 36,40C
- SPO2: 99%
A:
Masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
relaksasi, bercerita)
2. Gangguan Persepsi Rabu, 16 Nov 22
Sensori: Halusinasi 07.30 S:
Penglihatan Pasien mengatakan perutnya adalah sebuah Handphone Nokia
07.35 O:
- Pasien terlihat bicara sendiri
- Pasien terlihat tidak fokus saat diajak bicara
07.40 A:
Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: penglihatan belum teratasi
07.45 P:
Lanjutkan intervensi nomor 2

07.50 I:
Menganjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan teknik
relaksasi)
13.30 E:
S:
Pasien mengatakan mengantuk
O:
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 116x/menit

52
- Suhu: 36,50C
- SPO2: 99%
- Pasien tampak tirah baring
A:
Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi menganjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
3. Gangguan Rabu, 16 Nov 22
Komunikasi Verbal 07.30 S: -
07.35 O:
- Pasien terlihat gelisah
- Pasien berbicara ngelantur saat menjawab pertaanyaan
07.40 A:
Masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal belum teratasi
07.45 P:
Lanjutkan intervensi:
1) Memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara dan
2) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
I:
08.00 1) Memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara dan
2) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, papan komunikasi
dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
13.30 E:
S: -
O:
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 136x/menit
- Suhu: 36,40C

53
- SPO2: 99%
- Pasien tampak tirah baring
- Pasien tampak berbicara sendiri
A:
Masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE-3
1. Resiko Perilaku Kamis, 17 Nov 22 S:
Kekerasan - Pasien mengatakan perasaan kesal yang dialami sudah berkurang
08.00 - Pasien mengatakan sudah ingin pulang
O:
- Pasien tampak masih tampak badmood
08.20 - TD: 120/80 mmHg
- Nadi: 116x/menit
Dianisa
- Suhu: 36,40C

A:
08.40
Masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan teratasi Sebagian.
P:
Lanjutkan intervensi melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
09.00
relaksasi, bercerita)
I:
Melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis. relaksasi, bercerita) Dianisa
11.10
E:
S:
Pasien mengatakan ingin cepat pulang
12.00
Pasien mengatakan masih merasa kesal sesekali
Pasien mengatakan sesekali muncul perasaan bahagia

54
O:
- TD: 120/87 mmHg
- Nadi: 116x/menit
- Suhu: 36,40C
- SPO2: 99%
A: (Inrito)
Masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi melatih cara mengurangi kemarahan secara verbal dan non verbal (mis.
relaksasi, bercerita)
(Inrito)

2. Gangguan Persepsi Kamis, 17 Nov 22 S:


Sensori: Halusinasi Pasien mengatakan perutnya adalah sebuah Handphone Nokia
Penglihatan 08.00 O:
- Pasien sudah jarang bicara sendiri Dianisa
- Pasien terlihat masih memegang megang perutnya dengan berkata ada sebuah handpone
08.20 - Pasien terlihat tidak fokus saat diajak bicara
A:
08.40 Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: penglihatan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi nomor 2
09.00
I:
Menganjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik, melakukan aktivitas dan teknik
11.10 Dianisa
relaksasi)
E:
S:
Pasien mengatakan mengantuk
12.00 O:

55
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 116x/menit
- Suhu: 36,40C
- SPO2: 99%
- Pasien tampak tirah baring
A:
Masalah keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan teratasi sebagian (Inrito)
P:
- Lanjutkan intervensi menganjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik,
melakukan aktivitas dan teknik relaksasi)

(Inrito)
3. Gangguan Kamis, 17 Nov 22 S: -
Komunikasi Verbal O:
08.00 - Pasien masih ngelantur saat menjawab pertanyaan
- Klien sudah dapat merespon pertanyaan orang lain dengan aktif
A:
08.20 Masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal belum teratasi
P: (Dianisa)
08.40 Lanjutkan intervensi:
1) Memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara dan
2) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, papan
09.00 komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
I: (Dianisa)
1) Memonitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara dan
11.10 2) Menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip, papan
komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)
E:
S: -

56
12.00 O:
- TD: 112/77 mmHg
- Nadi: 136x/menit
- Suhu: 36,40C
- SPO2: 99%
- Pasien tampak tirah baring
- Pasien sesekali masih berbicara sendiri
(Inrito)
A:
Masalah keperawatan gangguan komunikasi verbal teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi menggunakan metode komunikasi alternatif (mis. menulis, mata berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan huruf, isyarat tangan dan komputer)

57
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. (2015). Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta: EGC.

Direja, Ade Herman Surya. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Fitri, Nita. (2014). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna & Pawirowiyono, Akemat. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi
Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A., Akemat., Helena, N., & Nurhaeni, H. (2015). Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Couse). Jakarta: EGC.

Keliat, Budi. A (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN.


Jakarta: EGC.

Nurhalimah. (2015). Modul Keperawatan Jiwa I: Asuhan Keperawatan Pada


Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Bakti Husada

Stuart, Gail. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi Indonesia. Singapore:


Elsevier.

Sutejo. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.

58

You might also like