You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia


mengusahakan sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan
manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas
dan Fuad Cholik, 1992 : 152 dalam Dewayanti, 2003). Pembangunan sub sektor
perikanan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan petani ikan
menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Di Indonesia, menurut UU RI
no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam perikanan
dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan
dapat dianggap merupakan usaha agribisnis.
Pemasaran adalah suatau proses yang dinamis karena merupakan suatu
proses integral total dan bukanlah suatu pemilihan badan-badan yang terpecah
antara fungsi-fungsi dan produk. Dengan demikian, pemasaran bukanlah suatu
aktifitas atau sejumlah beberapa aktifitas saja, melainkan merupakan hasil dari
hubungan timbal balik dari beberapa aktifitas (Anwar, 1994 dalam Pusat Studi
Terumbu Karang Universitas Hasanuddin, 2002). Pemasaran merupakan hal yang
paling penting dalam menjalankan sebuah usaha perikanan karena pemasaran
merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
pendapatan nelayan. Produksi yang baik akan sia-sia karena harga pasar yang
rendah, sehingga tingginya produksi tidak mutlak memberikan keuntungan yang
tinggi tanpa pemasaran yang baik dan efisien.
Secara umum, pemasaran dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang
dilakukan oleh berbagai perantara dengan berbagai macam cara untuk
menyampaikan hasil produksi, yaitu ikan laut segar, dari produsen ke konsumen
akhir. Pemasaran (marketing) pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen
ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga
pemasaran. Kelembagaan pemasaran memiliki peranan penting dalam mendukung

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 1


keberhasilan usaha nelayan dan mengoptimalkan kegiatan pemasaran ikan.
Pengembangan kelembagaan pemasaran hasil perikanan memerlukan adanya
strategi/ analisis yang dapat memberikan masukan prioritas pengembangan yang
harus dilakukan untuk mendapatkan hasil pengembangan yang lebih maksimal.
Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku
dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan lembaga pemasaran?


2. Kelembagaan apa saja yang terlibat dalam pemasaran komoditi perikanan?
3. Bagaimana peran dan perkembangan kelembagaan pemasaran komoditi
perikanan di Indonesia ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari kelembagaan.


2. Mengetahui kelembagaan apa saja yang terlibat dalam pemasaran
komoditi perikanan.
3. Mengetahui peran dan perkembangan kelembagaan pemasaran komoditi
perikanan di Indonesia.

BAB II
PERMASALAHAN
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 2
Analisis permasalahan yang dapat diuraikan dari beberapa penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Kinerja proses kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama dipengaruhi oleh
faktor internal (kualitas sumberdaya ikan, ketersediaan sumberdaya ikan,
kualitas SDM pelaku usaha pemasaran ikan, ketersediaan SDM pelaku usaha
pemasaran ikan, kelembagaan pelaku usaha pemasaran ikan, akses permodalan
pelaku usaha pemasaran, dukungan fasilitas infranstruktur) dan faktor eksternal
(pertumbuhan ekonomi, daya kondisi politik, daya beli konsumen lokal,
potensi konsumen, dukungan dan kebijakan pemerintah Pati, daya saing
pensuplai ikan);
2. Kinerja Marjin yang diterima oleh pedagang pengumpul kecil dan produsen
lebih kecil daripada marjin yang diterima pedagang pengumpul besar ; dan
3. Strategi pengembangan yang menjadi prioritas utama dalam upaya
pengembangan kelembagaan pemasaran adalah memperluas pemasaran dan
distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan dan mengoptimalkan
usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang
berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Salah satu pemasalahan dalam pemasaran ikan laut segar adalah marjin
pemasaran. Marjin pemasaran merupakan selisih harga ditingkat konsumen
akhir dengan harga di tingkat nelayan. Permasalahan yang terkait dengan
sistem pemasaran ikan laut segar adalah belum efisiennya rantai distribusi yang
ditandai dengan adanya disparitas keuntungan usaha diantara lembaga
pemasaran, yang pada akhirnya masih belum mampu memberikan keuntungan
optimal bagi nelayan. Kondisi demikian terjadi hampir di semua pusat-pusat
pemasaran ikan laut segar di Indonesia.
Adanya perbedaan kegiatan pada setiap lembaga pemasaran akan
menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga yang satu dengan lembaga
yang lain. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran
suatu komoditi dari produsen ke konsumen, akan mengakibatkan semakin
besar perbedaan harga komoditi tersebut di tingkat produsen dibandingkan

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 3


dengan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen (Limbong dan Sitorus,
1987 : 183 dalam Dewayanti, 2003).

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 4


3.1 Pengertian Kelembagaan

Definisi paling umum mengenai kelembagaan adalah suatu gugus


aturan (rule of conduct) formal (seperti hukum, sist€m politik, organisasi,
pasar dan lain sebagainya) serta informal (seperti norrna, tradisi, sistem nilai,
agama, tren sosial dan lain sebagainya) yang menfasilitasi koordinasi dan
hubungan antara individu ataupun kelompok (Fauzi, A. 2005 dalam Raharjo,
2009). Williamson (2000) dalam Raharjo (2009), melihat bahwa
kelembagaan beroperasi baik pada level makro maupun mikro. Pada tingkat
makro kelembagaan merupakan rules of the gome yang mempenganrhi
perilaku dari keragaan dan pelaku ekonomi, sebagai suatu gugus fundamental
dan aturan mendasar mengenai aspek politik, sosial, dan legal yang mendasari
proses produksi, pertukaran dan distribusi. Pada tingkat mikro, aspek
kelembagaan lebih dikenal sebagai suatu institusionol arangement yang lebih
mengedepankan aspek institusions of governance.
Lembaga tataniaga/pemasaran adalah badan-badan yang
menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang
bergerak dari pihak produsen ke pihak konsumen (Pusat Studi Terumbu
Karang Universitas Hasanuddin, 2002). Kita harus bisa membedakan antara
kelembagaan dan organisasi. Organisasi adalah structure of roles (struktur
dan peran). Ada beberapa tipe kelembagaan dapat berbentuk organisasi,
misalnya koperasi, unit usaha dan lain sebagainya, Di sisi lain, ada pula
kelembagaan yang bukan organisasi, misalnya produk hukum dan perundang-
undangan. Sebaliknya, ada pula organisasi yang bukan merupakan lembaga,
seperti organisasi grass-root.
Menurut Hanafiah (1983) dalam Raharjo (2009), lembaga pemasaran
adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan fungsi pemasaran,
yaitu merupakan serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan
barang-barang atau jasa-jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi.
Sedangkan lembaga pemasaran meliputi produsen, pedagang perantaran dan
lembaga pemberi jasa.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 5


Menurut Fauzi, A. (2005) dalam Raharjo (2009), kelembagaan tidak
bisa terlepas dari konsep biaya transaksi (transaction cost) yang dicetuskan
pertama kali oleb Ronald Coase tahun 1937. Dengan demikian, kelembagaan
tidak lain adalah kesepakatan yang meminimalisasi biaya transaksi.
Kelembagaan yang bisa menurunkan biaya transaksi adalah kunci
keberhasilan indikator ekonomi. Pengembangan kelembagaan sangat bersifat
path dependent (keterkaitan antar periode) sehingga tidak semua
kelembagaan bersifat efisien dan kelembagaan yang tidak effisien inilah
kelembagaan yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

3.2 Kelembagaan yang terlibat dalam Pemasaran Komoditi Perikanan

Produk usaha perikanan terdiri dari beberapa tipe, antara lain ikan
hidup, ikan segar, dan beraneka ragam ikan olahan, baik yang tampak bentuk
aslinya maupun yang sudah berubah sama sekali. Sehingga untuk
memasarkannya banyak sekali melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yang
ada dan untuk sasaran konsumen yang dituju akan menentukan panjang
pendeknya saluran pemasaran. Pemasaran ikan hidup membutuhkan media air
sebagai habitat hidupnya sehingga bersifat voluminous (makan tempat) dan
berisiko kematian sehingga bisa menurunkan nilai ikan tersebut. Ikan segar
membutuhkan lingkungan dingin selama perjalanan dari produsen ke
konsumen sehingga untuk pemasaran harus mengunakan system rantai dingin
(cold chain system), untuk itu perlu ada fasilitas angkut dingin dan cold
storage. Penanganan pemasaran hasil perikanan yang telah diolah, seperti
ikan kering, ikan asin, kerupuk ikan, dan tepung ikan relative lebih mudah
dan murah, karena produk tersebut dapat diangkut, disimpan, disajikan
(display), dan digudangkan dalam suhu kamar. Tipe produk tersebut
menyebabkan proses dan mekanisme pemasaran menjadi sangat beragam,
kompleks dan rumit. (Efendi dan Oktanza, 2006 dalam Raharjo, 2009).
Lembaga tataniaga/pemasaran adalah badan-badan yang
menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang
bergerak dari pihak produsen ke pihak konsumen. Golongan produsen adalah
mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang. Mereka adalah
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 6
nelayan, petani ikan, dan pengolah hasil perikanan. Sedangkan, pengertian
pedagang perantara (midlemen atau intermediary) adalah mereka, baik
perorangan maupun perseroan, yang berusaha dalam bidang tata
niaga/pemasaran. Lembaga ini membeli dan mengumpulkan barang-barang
yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen. Adapun
lembaga pemberi jasa (faciliating agencies) adalah mereka yang memberi
jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga pemasaran yang
dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara, contohnya adalah bank,
usaha pengangkutan, biro iklan dan sebagainya.
Lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan
kegiatan atau fungsi pemasaran dengan tujuan untuk menggerakkan barang
dari produsen ke konsumen. Yang termasuk dalam lembaga pemasaran
adalah golongan produsen sebagai penghasil produk, pedagang perantara dan
lembaga pemberi jasa. Pedagang perantara sebagai lembaga pemasaran yang
membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan
menyalurkannya kepada konsumen, memegang peranan yang penting dalam
kelancaran pemasaran barang-barang tersebut (A.M Hanafiah dan A.M.
Saefuddin, 1983 : 26 dalam Dewayanti, 2003).
Ada beberapa golongan pedagang perantara yang terlibat dalam
pemasaran hasil perikanan di Indonesia, yaitu :
1. Tengkulak desa, yaitu pedagang perantara yang membeli hasil perikanan
secara langsung dari produsen.
2. Pedagang pengumpul di pasar lokal, yaitu pedagang perantara yang
membeli hasil peikanan dai tengkulak desa dan kadang-kadang dari
produsen di pasar lokal.
3. Pedagang besar (grosir), yaitu pedagang perantara yang aktif di pasar-pasar
pusat di kota besar dan menerima kiriman barang terutama dari pedagang
pengumpul di pasar lokal.
4. Agen, yaitu mereka yang aktif membeli ikan di unit-unit usaha perikanan
atau di pasar lokal atas perintah pedagang besar (eksportir, pengusaha cold
storage) tertentu. Agen hanya dijumpai pada pemasaran hasil perikanan
komoditi ekspor seperti udang dan tuna.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 7


5. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang membeli hasil perikanan dari grosir
atau nelayan secara langsung dan menjualnya ke konsumen di pasar
pengecer.
6. Eksportir, pedagang ini hanya ditemukan dalam perdagangan hasil
perikanan bernilai ekspor (A.M Hanafiah dan A.M Saefuddin, 1983 : 173
dalam Dewayanti, 2003).
Berdasarkan tingkatan pembelinya, seorang pengusaha perikanan,
seperti nelayan atau pembudidaya ikan dapat menjual hasil panennya ke
berbagai tingkat pedagang, sehingga akan melibatkan lembaga pemasaran
yang ada sesuai dengan kebutuhannya. Pertama, pedagang pengecer,
umumnya memasarkan barang-barang yan dibelinya di pasar local yang
masih dalam satu wilayah (kabupaten/kota). Kedua, pedagang pengumpul,
baik pengumpul local maupun pengumpul antar kabupaten. Ketiga, pedagang
pengumpul besar. Penjualan ke pedagang pengumpul besar dapat dilakukan
oleh pembudidaya bila volume hasil panennya cukup besar. Keempat,
institutional market (rumah sakit, penjara). Kelima, pasar swalayan, yang
berfungsi sebagai pedagang eceran (retailer), Secara umum saluran
pemasaran dari nelayan atau pembudidaya ikan melalui beberapa jalur.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 8


Pola pemasaran hasil ikan olahan tradisionil memiliki bentuk yang
lebih sederhana dibandingkan dengan pemasaran pengolahan modern
maupun ikan segar. Produk-produk olahan tradisionil dipasarkan dipasar
lokal, pasar regional, dan pasar nasional.

Sedangkan, pemasaran produk olahan yang dihasilkan oleh perusahaan


pengolahan modern memiliki bentuk saluran yang sedikit lebih rumit
dibandingkan pengolahan tradisionil.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 9


Skema saluran pemasaran yang umum terjadi di Jawa untuk komoditi
ikan laut (segar dan olahan) adalah sebagai berikut (A.M Hanafiah dan A.M
Saefuddin, 1983 : 30 dalam Dewayanti, 2003) :

Besar-kecilnya biaya pemasaran antar lembaga pemasaran berbeda-


beda. Hal ini disebabkan oleh :
1. Macam komoditi
Sifat dari komoditi pertanian, khususnya hasil perikanan adalah mudah
rusak (perishable), sehingga biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
fungsi pemasaran lebih besar.
2. Lokasi pengusahaan
Lokasi pengusahaan komoditi pertanian yang terpencar akan
mengundang tambahan biaya pengangkutan. Hal ini akan berakibat pada
bertambah besarnya biaya pemasaran.
3. Macam dan peranan lembaga pemasaran
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 10
Biaya pemasaran akan bertambah besar apabila terlalu banyak lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran.
4. Efektifitas pemasaran
Efektifitas pemasaran menyangkut efisiensi pemasaran, yaitu
perbandingan antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dijual dan
dinyatakan dalam persen. Biaya pemasaran yang besar akan mengakibatkan
tidak efisiennya sistem pemasaran (Soekartawi, 1993 : 2 dalam Dewayanti,
2003).
Kelembagaan pemasaran memiliki peranan penting dalam mendukung
keberhasilan usaha nelayan dan mengoptimalkan kegiatan pemasaran ikan.
Lembaga pemasaran dapat digolongkan berdasarkan pemilikan dan
penguasaan atas barangnya, yaitu :
1. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki barang, tetapi menguasai barang
tersebut, seperti : agen perantara (broker), selling broker, dan buying
broker,
2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang, seperti :
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang eksport, import dan
sebagainya.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang,
seperti : lembaga pemasaran fasilitas.
Setiap lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Besar-kecilnya keuntungan yang
diambil oleh tiap lembaga pemasaran akan berpengaruh pada harga di tingkat
eceran.
Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan
pembiayaan yang dimilikinya, akan melakukan fungsi pemasaran secara
berbeda-beda. Karena perbedaan kegiatan dan biaya yang dikeluarkan, maka
tidak semua kegiatan dalam fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga
pemasaran; dengan demikian biaya dan keuntungan pemasaran menjadi
berbeda di tiap tingkat lembaga pemasaran (Soekartawi, 2002).
Tahapan distribusi produk hasil tangkapan nelayan melalui beberapa
lembaga yang mana setiap lembaga mempunyai fungsi dan peran masing-

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 11


masing. Pengaliran barang yang dimulai dari produsen ke konsumen terdapat
kegiatan-kegiatan pengumpulan, penyimpanan dan penimbangan. Proses
pengumpulan merupakan tahap dalam pengaliran barang yang mana pada
tahapan ini dilakukan oleh agen pemasaran. Proses penimbangan merupakan
tindakan penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu
dan kualitas. Sedang proses penyebaran merupakan tahap akhir dalam
pengaliran barang, dimana barang terkumpul tersebar ke konsumen yang
membutuhkannya (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
POKLAHSAR merupakan kelompok usaha kelautan dan perikanan
bidang pengolahan dan pemasaran sebagai pelaksana PUMP-P2HP dalam
penyaluran bantuan pengembangan usaha. Pengembangan Usaha Mina
Pedesaan Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP-P2HP)
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan wirausaha
bidang pengolahan dan pemasaran di pedesaan (Budi, 2013).

3.3 Peran dan Perkembangan Kelembagaan Komoditi Perikanan

Menurut Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin (2002),


fungsi lembaga pemasaran, adalah untuk :
1. Mengurangi tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencari
konsumen
2. Membantu menyediakan peralatan dan jasa-jasa yang dibutuhkan
3. Membantu dibidang pengangkutan
4. Membantu dibidang keuangan dan menyediakan sejumlah dana untuk
melakukan penjualan secara kredit terhadap produsen.
Lembaga pemasaran selain berperan dalam menentukan bentuk saluran
pemasaran, juga melakukan kegiatan fungsi pemasaran yang melipuri :
pembelian. Sortasi, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan.
Ada dua katalis yang berperan penting dalam pengembangan
kelembagaan, yakni perubaban dalam harga relative (relative price) dan
inovasi teknologi. Dalam merespon kedua perubahan itu, salah satu atau
kedua belah pihak mungkin akan melihat lebih menguntungkan untuk
mengubah aturan (rule of agreement) yang kemudian berujung Pada
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 12
perubahan kelembagaan. yang akan menguntungkan salah satu atau kedua
belah pihak. Demikian halnya dengan inovasi teknologi. Inovasi yang dapat
menurunkan biaya transaksi dan perubahan dalam biaya informasi merupakan
sumber utama dalam pen gembangan kel emb agaan.
Di negara berkembang seperti lndonesia, yang tengah menghadapi tren
market-oriented reform seiring dengan terjadinya Multilateral Trade
Liberalizations dan Structural Adjustment Prograrn (SAP). Akibatnya pasar
produk-produk perikanan makin terintegrasi dan nelayan di negara
berkembang sudah mulai masuk ke dalam jaringan konsumen dan korporasi
global. Secara global kini sudah terbentuk kelembagaan dalam bentuk
organisasi perdagangan yang sarat kepentingan negara-negara maju seperti
WTO dan sebagainya.
Para produsen yang berkecimpung di sektor perikanan dan kelautan,
khususnya di Indonesia, harus bisa dan mampu menghadapi perubahan pola
konsumsi masyarakat secara global. Konsumen sekarang ini bukan hanya
sekedar membeli produk perikanan namun lebih dari itu, mereka
membrrtuhkan kualitas, konsistensi, dan nilai. Dengan demikian harus ada
perubahan paradikma di tingkat nelayan kita dari filosofi : "tidak hanya
berproduksi tapi juga harus bisa melayani keinginan konsumen". Dengan
berkembangnya teknologi baru, mestinya kita bisa melayam karakteristik
permintaan tersebut. Namun demikian, perkembangan teknologi akan
menjadi pedoman terhadap perubahan kelembagaan perikanan, sehingga
perubahan teknologi yang mengarah ke minimalisasi biaya transaksi terhadap
kelembagaan, itu yang harus digunakan.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 13


BAB IV
PROBLEM SOLVING

Saran/pemecahan masalah yang dapat disampaikan adalah sebagai


berikut :
1. Memberikan akses modal dengan bunga kecil kepada pelaku usaha
pemasaran ikan (nelayan dan pedagang pengumpul kecil) agar keuntungan
yang diterima pelaku usaha pemasaran lebih meningkat;
2. Memperpendek saluran pemasaran agar marjin yang diterima nelayan lebih
besar dari pedagang pengumpul besar; dan
3. Adanya perbaikan sarana infranstruktur yang berkaitan dengan pemasaran
ikan agar hasil yang diterima lebih tinggi.
Dalam menyampaikan barang (ikan laut segar) dari produsen (nelayan) ke
konsumen akhir, akan di butuhkan biaya pemasaran. Biaya pemasaran
mencakup sejumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk keperluan
pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan penjualan ikan laut segar.
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 14
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai tujuan
untuk memperoleh keuntungan. Besar-kecilnya keuntungan pemasaran yang
diambil biasanya sesuai dengan besarnya biaya pemasaran yang telah
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Besarnya biaya dan keuntungan akan
berpengaruh pada harga di tingkat eceran. Hal ini akan mengakibatkan
perbedaan besarnya harga yang harus di bayar konsumen dengan harga yang
diterima oleh produsen (nelayan). Perbedaan harga tersebut disebut sebagai
marjin pemasaran. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi marjin pemasaran adalah retribusi, jarak pasar, jumlah
pedagang perantara dan hasil tangkapan nelayan.
Sedangkan untuk mengetahui efisien atau tidaknya suatu sistem
pemasaran tidak hanya ditentukan oleh besar kecilnya biaya pemasaran dan
marjin pemasaran serta panjang pendeknya saluran pemasaran. Efisiensi
pemasaran dapat diketahui dengan membandingkan bagian yang diterima
nelayan (farmer’s share) yaitu perbandingan antara harga yang diterima
nelayan dengan harga yang di bayar oleh konsumen akhir dan dinyatakan
dalam persentase.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai tahun 2009 telah melaksanakan
program Pengembangan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM-
KP). Dibawah koordinasi PNPM-Mandiri Kelautan dan Perikanan,
selanjutnya upaya pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan terus
dikembangkan dan salah satu Direktorat Jenderal lingkup KKP yaitu
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen
P2HP) turut serta dalam program pemberdayaan masyarakat melalui
kegiataan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Bidang Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP-P2HP) dalam kerangka Program
Peningkatan Kehidupan Nelayan.
PUMP-P2HP merupakan kegiatan pemberdayaan dimana salah satunya
melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar
hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar
(POKLAHSAR). Dengan adanya program PUMP-P2HP, diharapkan dapat
menumbuhkembangkan unit-unit usaha baru bidang pengolahan dan

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 15


pemasaran serta memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat kelautan dan
perikanan di pedesaan.
Pola dasar PUMP-P2HP dirancang untuk meningkatkan kemampuan
POKLAHSAR yang terdiri dari kelompok pengolah dan pemasar hasil
perikanan untuk mengembangkan usaha produktif dalam rangka mendukung
peningkatan kemampuan dan pengembangan wirausaha bidang pengolahan
dan pemasaran.
Bantuan Langsung Masyarakat yang selanjutnya disebut BLM adalah
dana bantuan yang disalurkan melalui rekening POKLAHSAR dalam bentuk
bantuan pengembangan usaha. Bantuan pengembangan usaha adalah dana
BLM yang digunakan oleh POKLAHSAR penerima PUMP-P2HP untuk
mengembangkan usaha bidang pengolahan dan pemasaran.
Untuk pencapaian tujuan tersebut di atas, komponen utama kegiatan
PUMP-P2HP adalah:
a. Keberadaan POKLAHSAR
b. Keberadaan tenaga pendamping, Tim Koordinasi, Pokja PUMP P2HP, Tim
Pembina dan Tim Teknis
c. Sosialisasi dan pelatihan
d. Penyaluran dana BLM
e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 16


Strategi dasar PUMP-P2HP adalah:
a. Peningkatan kemampuan kelembagaan POKLAHSAR dalam mengelola
BLM;
b. Optimalisasi potensi usaha pengolahan dan pemasaran;
c. Fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi POKLAHSAR;
d. Pendampingan POKLAHSAR dalam manajemen usaha dan pemanfaatan
teknologi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Permasalahan yang didapat dari beberapa penelitian adalah sebagai


berikut :
faktor internal (kualitas sumberdaya ikan, ketersediaan sumberdaya ikan,
kualitas SDM pelaku usaha pemasaran ikan, ketersediaan SDM pelaku
usaha pemasaran ikan, kelembagaan pelaku usaha pemasaran ikan, akses
permodalan pelaku usaha pemasaran, dukungan fasilitas infranstruktur)
faktor eksternal (pertumbuhan ekonomi, daya kondisi politik, daya beli
konsumen lokal, potensi konsumen, dukungan dan kebijakan pemerintah
Pati, daya saing pensuplai ikan)
Kinerja Marjin yang diterima oleh pedagang pengumpul kecil dan produsen
lebih kecil daripada marjin yang diterima pedagang pengumpul besar.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 17


Lembaga tataniaga/pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan
kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang bergerak dari
pihak produsen ke pihak konsumen
Lembaga pemasaran berdasarkan pemilikan dan penguasaan atas barangnya,
yaitu :
1. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki barang, tetapi menguasai barang
tersebut, seperti : agen perantara (broker), selling broker, dan buying
broker,
2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai barang, seperti :
pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang eksport, import dan
sebagainya.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang,
seperti : lembaga pemasaran fasilitas.

5.2 Saran

Dikearenakan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,


sebaiknya pembaca tidak hanya puas dengan makalah yang kami sajikan.
Silahkan bagi pembaca untuk mencari tambahan referensi lain yang dapat
menambah wawasan kita kedepannya.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 18


DAFTAR PUSTAKA

Budi, Restiana. 2013. Pemberdayaan Poklahsar Melalui Usaha Pembuatan


"Miela". Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dewayanti, N. C. 2003. Analisis Pemasaran Ikan Laut Segar di Kabupatten
Cilacap. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hanafiah, A.M dan A.M. Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan.
Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia Jakarta.
Pamungkas, S. B. 2013. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan Tangkap
Perikanan Laut di Kota Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Pusat Studi Terumbu Karang Universitas Hasanuddin. 2002. Studi Jaringan
Pemasaran Produk Perikanan dari Taman Nasional Laut Taka
Bonerate Kabupaten Selayar. Laporan Akhir. Universitas Hasanuddin.
Raharjo, B. 2009. Peran Kelembagaan disektor Pemasaran hasil-Hasil
Perikanan. PENA Akuatika. 1 (1).
Soekartawi. 1992. Pembangunan Pertanian. PT. Grafindo Persada. Jakarta.

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 19


Semoga Bermanfaat ...

Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 20

You might also like