Professional Documents
Culture Documents
Kelembagaan Pemasaran
Kelembagaan Pemasaran
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PERMASALAHAN
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 2
Analisis permasalahan yang dapat diuraikan dari beberapa penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Kinerja proses kelembagaan pemasaran ikan komoditas utama dipengaruhi oleh
faktor internal (kualitas sumberdaya ikan, ketersediaan sumberdaya ikan,
kualitas SDM pelaku usaha pemasaran ikan, ketersediaan SDM pelaku usaha
pemasaran ikan, kelembagaan pelaku usaha pemasaran ikan, akses permodalan
pelaku usaha pemasaran, dukungan fasilitas infranstruktur) dan faktor eksternal
(pertumbuhan ekonomi, daya kondisi politik, daya beli konsumen lokal,
potensi konsumen, dukungan dan kebijakan pemerintah Pati, daya saing
pensuplai ikan);
2. Kinerja Marjin yang diterima oleh pedagang pengumpul kecil dan produsen
lebih kecil daripada marjin yang diterima pedagang pengumpul besar ; dan
3. Strategi pengembangan yang menjadi prioritas utama dalam upaya
pengembangan kelembagaan pemasaran adalah memperluas pemasaran dan
distribusi ikan seiring dengan tingginya permintaan ikan dan mengoptimalkan
usaha pengolahan ikan sehingga menghasilkan produk perikanan yang
berkualitas dan mempunyai nilai tambah yang tinggi.
Salah satu pemasalahan dalam pemasaran ikan laut segar adalah marjin
pemasaran. Marjin pemasaran merupakan selisih harga ditingkat konsumen
akhir dengan harga di tingkat nelayan. Permasalahan yang terkait dengan
sistem pemasaran ikan laut segar adalah belum efisiennya rantai distribusi yang
ditandai dengan adanya disparitas keuntungan usaha diantara lembaga
pemasaran, yang pada akhirnya masih belum mampu memberikan keuntungan
optimal bagi nelayan. Kondisi demikian terjadi hampir di semua pusat-pusat
pemasaran ikan laut segar di Indonesia.
Adanya perbedaan kegiatan pada setiap lembaga pemasaran akan
menyebabkan perbedaan harga jual antara lembaga yang satu dengan lembaga
yang lain. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran
suatu komoditi dari produsen ke konsumen, akan mengakibatkan semakin
besar perbedaan harga komoditi tersebut di tingkat produsen dibandingkan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Produk usaha perikanan terdiri dari beberapa tipe, antara lain ikan
hidup, ikan segar, dan beraneka ragam ikan olahan, baik yang tampak bentuk
aslinya maupun yang sudah berubah sama sekali. Sehingga untuk
memasarkannya banyak sekali melibatkan lembaga-lembaga pemasaran yang
ada dan untuk sasaran konsumen yang dituju akan menentukan panjang
pendeknya saluran pemasaran. Pemasaran ikan hidup membutuhkan media air
sebagai habitat hidupnya sehingga bersifat voluminous (makan tempat) dan
berisiko kematian sehingga bisa menurunkan nilai ikan tersebut. Ikan segar
membutuhkan lingkungan dingin selama perjalanan dari produsen ke
konsumen sehingga untuk pemasaran harus mengunakan system rantai dingin
(cold chain system), untuk itu perlu ada fasilitas angkut dingin dan cold
storage. Penanganan pemasaran hasil perikanan yang telah diolah, seperti
ikan kering, ikan asin, kerupuk ikan, dan tepung ikan relative lebih mudah
dan murah, karena produk tersebut dapat diangkut, disimpan, disajikan
(display), dan digudangkan dalam suhu kamar. Tipe produk tersebut
menyebabkan proses dan mekanisme pemasaran menjadi sangat beragam,
kompleks dan rumit. (Efendi dan Oktanza, 2006 dalam Raharjo, 2009).
Lembaga tataniaga/pemasaran adalah badan-badan yang
menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dengan mana barang-barang
bergerak dari pihak produsen ke pihak konsumen. Golongan produsen adalah
mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang. Mereka adalah
Kelembagaan dalam Pemasaran Komoditi Perikanan 6
nelayan, petani ikan, dan pengolah hasil perikanan. Sedangkan, pengertian
pedagang perantara (midlemen atau intermediary) adalah mereka, baik
perorangan maupun perseroan, yang berusaha dalam bidang tata
niaga/pemasaran. Lembaga ini membeli dan mengumpulkan barang-barang
yang berasal dari produsen dan menyalurkannya kepada konsumen. Adapun
lembaga pemberi jasa (faciliating agencies) adalah mereka yang memberi
jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga pemasaran yang
dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara, contohnya adalah bank,
usaha pengangkutan, biro iklan dan sebagainya.
Lembaga pemasaran adalah badan-badan yang menyelenggarakan
kegiatan atau fungsi pemasaran dengan tujuan untuk menggerakkan barang
dari produsen ke konsumen. Yang termasuk dalam lembaga pemasaran
adalah golongan produsen sebagai penghasil produk, pedagang perantara dan
lembaga pemberi jasa. Pedagang perantara sebagai lembaga pemasaran yang
membeli dan mengumpulkan barang-barang yang berasal dari produsen dan
menyalurkannya kepada konsumen, memegang peranan yang penting dalam
kelancaran pemasaran barang-barang tersebut (A.M Hanafiah dan A.M.
Saefuddin, 1983 : 26 dalam Dewayanti, 2003).
Ada beberapa golongan pedagang perantara yang terlibat dalam
pemasaran hasil perikanan di Indonesia, yaitu :
1. Tengkulak desa, yaitu pedagang perantara yang membeli hasil perikanan
secara langsung dari produsen.
2. Pedagang pengumpul di pasar lokal, yaitu pedagang perantara yang
membeli hasil peikanan dai tengkulak desa dan kadang-kadang dari
produsen di pasar lokal.
3. Pedagang besar (grosir), yaitu pedagang perantara yang aktif di pasar-pasar
pusat di kota besar dan menerima kiriman barang terutama dari pedagang
pengumpul di pasar lokal.
4. Agen, yaitu mereka yang aktif membeli ikan di unit-unit usaha perikanan
atau di pasar lokal atas perintah pedagang besar (eksportir, pengusaha cold
storage) tertentu. Agen hanya dijumpai pada pemasaran hasil perikanan
komoditi ekspor seperti udang dan tuna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran