You are on page 1of 9

LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN

PENYULUHAN KESEHATAN MENGENAI PENYAKIT FRAMBUSIA


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANGKASBITUNG

1.1 LATAR BELAKANG


Frambusia merupakan penyakit tropis yang termasuk ke dalam kelompok penyakit tropis
terabaikan (Neglected Tropical Diseases). Frambusia atau dalam beberapa bahasa daerah disebut
patek, puru, buba, pian, parangi, ambalo adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pertenue yang hidup di daerah tropis. Bakteri Frambusia berbentuk spiral dan hanya
dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan metode fluoresensi. Penularannya
melalui lalat atau melalui kontak langsung dari cairan luka penderita ke orang yang mempunyai kulit
yang luka atau tidak utuh.
Penyakit Frambusia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan
laporan WHO tahun 2012, Indonesia menjadi satu-satunya negara di regional Asia Tenggara yang
melaporkan adanya kasus frambusia, selain Timor Leste. Kasus frambusia di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin mengalami penurunan, dari 673 kasus Frambusia di 35 Kabupaten pada tahun 2019
menjadi 130 kasus di 14 Kabupaten pada tahun 2020. Namun mengalami kenaikan jumlah kasus
pada tahun 2021 menjadi 149 kasus tetapi hanya di 6 Kabupaten/Kota. Dengan demikian wilayah
endemisitas frambusia menyempit. Sebanyak 74 kabupaten/kota ditetapkan sebagai kabupaten/kota
endemis frambusia dengan kriteria kabupaten/kota yang pernah memiliki riwayat kasus frambusia
pada tahun 2010-2017. Sebagian besar kabupaten/kota tersebut berada di wilayah timur Indonesia
terutama regional NTT, Maluku dan Papua.
Kabupaten Lebak merupakan salah satu Kabupaten endemis penyakit Frambusia. Pada tahun
2015 ditemukan kasus Frambusia sebanyak 19 kasus. Daerah kantong frambusia terutama ditemukan
pada daerah dengan sanitasi lingkungan dan akses terhadap air bersih yang b uruk, serta kesadaran
masyarakat akan kebersihan diri yang rendah.
Berdasarkan data di atas, kami tertarik untuk melakukan promosi kesehatan mengenai
penyakit Frambusia di kp. Curug Lebak ds. Narimbang Mulia yang merupakan wilayah binaan
Puskesmas Rangkasbitung.
1.2 TEMPAT/WAKTU KEGIATAN/PESERTA
a. Tempat : Kp. Curug Lebak Ds. Narimbang Mulia
b. Waktu Kegiatan : Senin, 15 Agustus 2022
c. Peserta : Warga Kp. Curug Lebak Ds. Narimbang Mulia
d. Pelaksana : Pengelola program Frambusia

1.3 METODE PENYULUHAN


Penyuluhan dilakukan dengan menjelaskan dan membagikan leaflet yang berisi tentang
informasi singkat mengenai Frambusia.
Kegiatan Penyuluhan :

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Media


1. Pembukaan  Memberi salam  Warga menjawab
(3 menit)  Memperkenalkan diri salam
 Menyampaikan tujuan  Warga memahami
penyuluhan maksud dan
tujuan
2. Pelaksanaan  Menyampaikan materi  Mendengarkan  Leaflet
(10 menit)  Sesi tanya jawab materi
penyuluhan yang
di sampaikan
 Warga
memperhatikan
jalannya
penyuluhan.
 Warga bertanya.
3. Penutup  Menyimpulkan dan  Warga mampu
rencana tindak lanjut ke menjawab
depan pertanyaan yang
 Menutup dengan salam diajukan.
 Menjawab salam.
1.4 MATERI PENYULUHAN HIPERTENSI

Pengertian
Frambusia merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pertenue
yang hidup di daerah tropis. Penularannya melalui lalat atau melalui kontak langsung dari cairan luka
penderita ke orang yang mempunyai kulit yang luka atau tidak utuh.

Faktor Resiko
 Lingkungan kumuh, hangat dan lembab
 Pola hidup yang tidak bersih dan sehat
 Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain atau jarang berganti pakaian
 Luka terbuka atau adanya penyakit kulit seperti kudis atau bisul
 Kontak langsung dengan penderita

Tanda gejala
Awal mula timbulnya lesi/benjolan di kulit pada tempat masuknya bakteri yang
berkembang menjadi koreng bukan cidera. Kadang – kadang bisa terjadi demam atau sendi –
sendi ngilu disertai pembesaran kelanjar getah bening. Gejala lanjut dapat mengenai telapak
tangan, telapak kaki, sendi dan tulang sehingga dapat menyebabkan kecacatan.

Cara Pencegahan
1. Jagalah kebersihan diri dengan mandi pakai sabun setiap hari
2. Cuci pakaian setiap habis pakai dan tidak bergantian dengan pakaian bekas luka penderita
3. Hindari kontak langsung dengan luka penderita
4. Segera diobati jika ditemukan penderita
5. Semua orang yang pernah kontak dengan penderita tidak boleh terlewatkan untuk pengobatan
TANYA JAWAB
1. Apakah obat untuk penyakit Frambusia ada di Puskesmas?
Jawab:
- Ada.

2. Bedanya apa penyakit Frambusia dengan koreng/borok?


Jawab:
- Penyakit Frambusia dapat dibedakan dengan penyakit kulit lainnya dilihat dari cairan
eksudat yang berwarna kuning yang sangat disukai lalat, dan tidak terasa sakit atau
gatal.

3. Frambusia bisa sembuh tidak?


Jawab:
- Bisa,bila diobati secara benar. Dengan pengobatan azitromicin dosis tunggal.
PENUTUP

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan tinjauan tugas penyuluhan ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, amin.

Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Frambusia di lakukan di wilayah kerja


Puskesmas Rangkasbitung pada tanggal 15 Agustus 2022, peserta merupakan warga Kp. Curug
Lebak Ds. Narimbang Mulia yang merupakan desa binaan Puskesmas Rangkasbitung.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam tinjauan kepustakaan ini banyak terdapat
kejanggalan dan kekurangan. Oleh karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca guna perbaikan tinjauan kepustakaan ini.

Rangkasbitung, 15 Agustus 2022

Disetujui Kepala Puskesmas

Yangyang Citra Gumelar, SKM, M. Kes


NIP.19800928 201001 1 007
LEAFLET

Tampak Depan
Tampak Belakang
DOKUMENTASI

ISI FOTO KEGIATAN

You might also like