You are on page 1of 14

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM ANALISA INTI BATUAN


PENGUJIAN SIEVE ANALYSIS

DISUSUN OLEH :
NAMA : DZAKY ALIF HIDAYAT
NIM : 113180111
PLUG :F

LABORATORIUM ANALISA INTI BATUAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN MINGGUAN
PRAKTIKUM ANALISA INTI BATUAN
PENGUJIAN SIEVE ANALYSIS

Disusun Oleh :
NAMA : DZAKY ALIF HIDAYAT
NIM : 113180111
PLUG :F

DISETUJUI UNTUK PRAKTIKUM ANALISA INTI BATUAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERMINYAKAN
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
YOGYAKARTA

Asisten Praktikum

MOCHAMAD RIFA’I
NIM. 113 160 041
BAB V
SIEVEANALYSIS

5.1. TUJUAN PERCOBAAN


Tujuan dari percobaan sieve analysis adalah untuk menentukan besarnya
sorting coefficient dan menentukan baik buruknya sortasi batuan pasir direservoir,
sehingga dapat digunakan untuk menentukan ukuran screen/saringan.

5.2. DASAR TEORI


Tahap penyelesaian suatu sumur yang menembus formasi lepas
(unconsolidated) tidak sesederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi
kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut
terproduksi bersama fluida produksi sebab hal tersebut dapat menyebabkan
penyumbatan pada dasar sumur dan volume pipa akan berkurang. Produksi pasir
lepas ini pada umumnya sensitif terhadap laju produksi. Apabila laju aliran rendah,
maka kuantitas pasir yang ikut terproduksi rendah, demikian juga sebaliknya.
Metode yang umum digunakan untuk menanggulangi masalah kepasiran
meliputi penggunaan slotted atau screen liner dan gravel pack. Metode
penanggulan ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir, agar
dapat ditentukan pemilihan ukuran screen liner dan gravel pack yang tepat.
Untuk menghitung distribusi ukuran pasir, digunakanlah koefisien
keseragaman butir pasir (sorting coefficient). Berdasarkan hasil percobaan
Schwartz diperoleh:
Opening diameter berat kumulatif 40 %
Sorting Coefficient =
Opening diameter berat kumulatif 90 %
d40
= ..............................................................(5-1)
d90

Schwartz mengklasifikasikan sorting coefficient menjadi :


1. SC < 3 : distribusi pasir seragam
2. 3 < SC < 5 : distribusi pasir tidak seragam
3. 5 > SC : distribusi pasir sangat tidak seragam
Produksi pasir sangat erat kaitannya dengan kestabilan formasi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor kecepatan aliran, sementasi batuan, kandungan
lempung formasi dan migrasi butir-butir halus formasi.
Pasir dari formasi yang tidak berkonsolidasi harus segera diatasi untuk
menghindari kerusakan-kerusakan yang lebih mahal, seperti penurunan hasil
produksi akibat terendamnya pasir di dalam sumur. Kerusakan peralatan akibat sifat
abrasi dari pasir, kerusakan pada casing serta erosi. Untuk membersihkan endapan
pasir dapat menggunakan macarony tubing atau cara washover.
5.3. ALAT DAN BAHAN
5.3.1. Alat
a. Torsion Balance
b.Timbangan Digital
c. Mortar
d.Tyler sieve ASTM (16,20, 30, 40,50,140)
e. Pastle
5.3.2. Bahan
a. Sampel core (pasir)
5.3.3. Gambar Alat

Keterangan:
1. Tyler Sieve ASTM
2. Electric Sieve Shaker

Gambar 5.1. Rangkaian Alat Sieve Analysis


(Sumber :Laboratorium Analisa Inti Batuan)
Keterangan :
1.Timbangan digital

Gambar 5.2. Timbangan Digital


(Sumber : Laboratorium Analisa Inti Batuan
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
Mengambil batuan reservoir yang sudah kering dan bebas minyak dan menimbang
dengan teliti 200 gram.
1. Memecah batuan menjadi fragmen kecil-kecil dan kemudian
memasukkannya ke dalam mertal kemudian menggerus menjadi butiran-
butiran pasir.
2. Menyediakan sieve analysis yang telah dibersihkan dengan di bagian
bawahnya (hati-hati waktu membersihkannya).
3. Menyusun sieve analysis yang telah dibersihkan di atas alat penggoncang
dengan mangkuk pada dasarnya sedangkan sieve diatur dari yang paling
halus di atas mangkuk dan yang paling keras dipuncak.
4. Menuangkan dengan hati-hati pasir batuan reservoir ke dalam sieve yang
paling atas, kemudian dipasang tutup, dan mengeraskan penguatnya.
5. Menggoncangkannya selama 30 menit.
6. Menuangkan isi dari sieve ke dalam mangkuk masing-masing kemudain
menimbang berat komulatif.
7. Membuat table dengan kolom no. sieve, opening diameter dengan
komulatif percent retained.
8. Membuat grafik semi log antara opening diameter dengan kumulatif
percent retained.
9. Dari grafik yang didapat dihitung :
a. Sorting coefisient = diameter pada 40 %
diameter pada 90 %
5.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
5.5.1. Hasil Percobaan
Berat sampel pasir = 200 gram
Tabel V-1
Data Hasil Sieve Analysis
US.Sieve Berat % Berat
Opening Diameter Berat
Series Kumulatif Kumulatif
(mm/inch) (gr)
Number (gr) (%)
16 1,19 5,3 5,3 2,65%
20 0,59 11,8 17,1 8,55%
50 0,297 43,4 60,5 30,25%
140 0,105 64,9 125,4 62,70%
200 0,0525 74,6 200 100,00%

5.5.2 Perhitungan
1. Menghitung % berat kumulatif.
Wtotal = 200 (gr)
 % berat kumulatif sieve no.16 = ( 5,3 / Wtotal ) x 100 %
= 2,65 %
 % berat kumulatif sieve no.20 = ( 17,1 / Wtotal ) x 100 %
= 8.55 %
 % berat kumulatif sieve no.40 = ( 60,5 / Wtotal ) x 100 %
= 30,25 %
 % berat kumulatif sieve no.50 = ( 125,4 / Wtotal ) x 100 %
= 62,70 %
 % berat kumulatif sieve no.140 = ( 200 / Wtotal ) x 100 %
= 100 %

2. Dari hasil pembacaan Grafik Hubungan antara Opening Diameter vs %


Berat Kumulatif didapatkan data sebagai berikut.
 Opening diameter pada berat kumulatif 40% (d40) = 0,22 mm
 Opening diameter pada berat kumulatif 90% (d90) = 0,05 mm
3. Koefisien keseragaman butiran pasir ( C ) adalah :
𝐷40
C =𝐷90
0,22
=0,05 = 4,4

Maka, C = 4,4
3 < SC < 5 , menurut Schwartz, batuan tersebut memiliki pemilahan
yang sedang.
5.6.
Opening Diameter vs % Berat Kumulatif

GRAFIK PERCOBAAN
100,00%

90,00%

80,00%

70,00%

60,00%
presentase

50,00%

40,00%

30,00%

20,00%

10,00%

0,00%
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 0,65 0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 1,05 1,1 1,15 1,2 1,25
Opening Diameter

Grafik 5.1. % Berat Kumulatif vs Opening Diameter


5.7. PEMBAHASAN
Praktikum minggu kedua materi pertama berjudul “Sieve Analysis”. Dimana
praktikum ini bertujuan untuk menentukan dan mengetahui besarnya ukuran butir
batu pasir sehingga dapat diketahui sorting coefficient suatu sampel dan digunakan
untuk menentukan ukuran screen liner dan gravel pack yang digunakan untuk
menanggulangi problem kepasiran. Sorting coefficient adalah koefisien yang dapat
mengklasifikasikan keseragaman butir dari seragam hingga tidak seragam.
Pada percobaan ini, alat dan bahan yang digunakan adalah serbuk core,
timbangan digital dan shieve shaker. Pada perobaan kali ini digunakan metode
pengayakan bertingkat dengan perbedaan grade ukuran diameter saringan pada
setiap tingkatnya. Metode ini akan memisahkan butiran-butiran sampel sesuai
dengan keseragaman butirnya. Langkah percobaannya, pertama dengan
menimbang serbuk core pada timbangan digital yang sudah dikalibrasi, sebanyak
200 gram. Kemudian menyusun rangkaian mesh atau screen pada shieve shaker,
dimana ukuran mesh yang memiliki ukuran lubang paling besar berada di susunan
paling atas dan yang berukuran kecil berada pada bagian bawah. Lalu menuang
serbuk core pada susunan mesh yang paling atas dan mengencangkan holder pada
rangkaian alat shieve shaker, setelah itu menyalakan alat shieve shaker. Menunggu
alat shieve shaker bekerja selama 30 menit, setelah itu mengambil mesh pada bagian
atas, dan menaruh serbuk core yang terdapat pada mesh di wadah, untuk dilakukan
penimbangan. Melakukan pengulangan langkah yang sama pada serbuk bor untuk
setiap ukuran mesh. Terakhir, mencatat hasil penimbangan untuk dilakukan
perhitungan.
Dari percobaan didapatkan berat kumulatif pada setiap mesh yaitu pada
mesh 16 sebesar 5,3 gr, mesh 20 sebesar 17,1 gr, mesh 50 sebesar 60,5 gr, mesh 140
sebesar 125,4 gr, mesh 200 sebesar 200 gr, dan data tersebut ditabulasikan
kemudian di plot dalam grafik semilog antara Opening Diameter vs % Berat
Kumulatif. Semakin banyak angka pada mesh, maka akan semakin banyak lubang
salam setiap 1 inch2, dan butiran pasir yang lolos juga semakin halus.
Dari Grafik 5.1. % Berat Kumulatif vs Opening Diameter didapatkan nilai
opening diameter pada berat kumulatif 40% (d40) sebesar 0,22 mm dan nilai
opening diameter pada berat kumulatif 90% (d90) sebesar 0,05 mm. Dari nilai
tersebut didapatkan nilai sorting coefficient (C) sebesar 4,4. Mengacu pada
Schwartz apabila C<3 pemilahan butiran bernilai seragam, apabila 3<C<5
pemilahan butir bernilai sedan dan apabila C>5 pemilahan bernilai buruk. Dari nilai
C yang didapatkan, maka batuan yang diteliti memiliki nilai pemilahan yang
seragam dan tergolong sedang.
Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah dengan diketahuinya ukuran
butiran pasir kita dapat memperkirakan besarnya porositas secara kualitatif karena
salah satu faktor yang mempengaruhi porositas adalah keseragaman butir,
kemudian dapat menentukan ukuran screen liner dan gravel pack yang tepat untuk
menanggulangi problem kepasiran, dapat mengetahui kompaksi batuan pada
formasi, dan dapat menentukan laju alir produksi optimal tanpa menimbulkan
problem kepasiran.
5.8. KESIMPULAN
1. Hasil percobaan yang didapatkan oleh plug D:
 d40 = 0,22 mm
 d90 = 0,05 mm
 Sorting coefficient = 4,4
2. Metode yang dipakai adalah metode pengayakan bertingkat dengan
menggunakan alat Shieve Shaker, dimana butiran pasir yang lebih besar
akan tersaring pada mesh dengan opening diameter yang lebih besar.
3. Nilai Sorting Coefficient (C) yang didapat bernilai 4,4 dan mengacu pada
Schwartz dimana jika 3<C<5 maka sortasi dinilai tidak seragam.
4. Dengan mengetahui ukuran pasir yang mendominasi, memudahkan untuk
menanggulangi masalah kepasiran.
5. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah dapat memperkirakan
besarnya porositas secara kualitatif, dapat menentukan ukuran screen liner
dan gravel pack yang sesuai, serta dapat menentukan laju alir produksi
optimal tanpa problem kepasiran.

You might also like