You are on page 1of 10

JURNAL BUANA

JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL – UNP


E-ISSN : 2615 – 2630 VOL-2 NO-4 2018

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA NELAYAN


TANGKAP SEBELUM DAN PASCA LANGKANYA FAUNA ENDEMIK
RINUAK (ROSTERANG RYROANIA) DI KENAGARIAN KOTO
MALINTANG KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

Rido Fernando1, Yurni suasti2, Yudi antomi2


Program Studi Pendidikan Geografi,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang
Email: Fernandorido95@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan mata pencaharian dan tingkat
pendapatan kepala rumah tangga nelayan tangkap sebelum dan pasca langkanya fauna endemik
rinuak (rosterang ryroania) (Sebelum dan pasca November 2016). Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah kepala rumah tangga nelayan tangkap dan sampel
responden yaitu total sampling dengan sampel wilayah dibatasi menjadi 3 jorong sehingga
berjumlah 70 orang.. Penelitian menemukan : (1) Profil kepala rumah tangga nelayan tangkap
terbanyak berdasarkan umur yaitu 45-49 tahun. Tingkat pendidikan yaitu SD sampai akademi dan
yang tebanyak adalah SD. (2) Sebahagian besar mata pencaharian nelayan tangkap setelah
langkanya fauna endemik rinuak (rosterang ryroania) mengalami perubahan pada umumnya yaitu
sebagai petani , buruh keramba Jaring Apung (KJA) dan yang bertahan sekitar 20%. (3)
Pendapatan pokok nelayan tangkap pasca langkanya fauna endemik rinuak (rosterang ryroania)
mengalami penurunan dari rata-rata sebelumnya Rp.2.560.000 menjadi Rp.1.700.000.

Kata kunci : analisis, pendapatan dan nelayan tangkap

Abstrack

This study aims to look at changes in livelihoods and income levels of capturing
fishermen's household heads before and after the scarcity of endemic rinuak fauna (rosterang
ryroania) (before and after november 2016). This type of research is quantitative descriptive. The
study population was the head of the capture fishermen's household and the sample of
respondents, namely the total sampling with a sample area restricted to 3 jorong so that there
were 70 people. The study found: (1) Profile of the most capture fishermen household heads based
on age, namely 45-49 years. The level of education is elementary school to academy and the most
elementary school. (2) Most of the livelihoods of fishermen caught after the rare fauna endemic
rinuak (rosterang ryroania) experienced changes in general, namely as farmers, the floating cage
labored (KJA) and who survived around 20%. (3) The main income of fishermen catches after the
scarcity of endemic fauna (rosterang ryroania) has decreased from the previous average of Rp.
2,560,000 to Rp. 1,700,000.

Key words :analysis, revenue and fishermen catch

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi untuk wisuda september 2018
2
Dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, pembimbing I Dra.Yurni Suasti,
M.Si, pembimbing II Dr.Yudi Antomi, M.Si
260

PENDAHULUAN Mereka biasanya menangkap biota


Salah satu danau di Indonesia danau menggunakan peralatan
yang banyak dimanfaatkan potensi tradisional seperti sampan, pukat, rago
kekayaan alamnya adalah Danau (sejenis bubu), bagan (perangkap ikan
Maninjau yang terletak di Kecamatan bada berukuran besar), pasok (sejenis
Tanjung Raya Kabupaten Agam. perangkap ikan bada tradisional),
Antomi (2016) Danau Maninjau tangguak dan peralatan tradisional
merupakan kaldera dengan luas 9.738 lainnya.
Ha. Secara tradisional, danau Kusnadi (2004) nelayan
dimanfaatkan oleh masyarakat lokal tradisional adalah yang memanfaatkan
sebagai sumber penghidupan untuk sumber daya perikanan dengan
kebutuhan sehari-hari dan sebagai peralatan tangkap tradisional, modal
sumber penghidupan subsisten di sektor usaha kecil dan organisasi penangkapan
perikanan darat. yang relatif sederhana. Dalam
Danau Maninjau merupakan danau kehidupan sehari-hari, nelayan
yang mempunyai banyak potensi. tradisional berorientasi pada pemenuhan
Diantara potensinya antara lain kebutuhan sehari-hari. Dalam arti hasil
dimanfaatkan untuk PLTA, sumber alokasi hasil tangkap yang dijual lebih
mata pencaharian masyarakat di sektor banyak dipergunakan untuk memenuhi
ekonomi dan juga sebagai kawasan kebutuhan pokok sehari-hari.
wisata. Sumber mata pencaharian Nelayan tangkap merupakan
masyarakat dari Danau Maninjau adalah salah satu pekerjaan yang ditekuni oleh
dari biota danau itu sendiri yaitu dengan sebagian masyarakat di sekitar Danau
menjadi nelayan tangkap dan sebagai Maninjau. Penangkapan biota danau
petani keramba jaring apung (KJA). yang dilakukan nelayan tangkap
Danau Maninjau mempunyai didasari dari alat tangkap yang mereka
banyak biota yang terdapat di dalamnya, gunakan. Berdasarkan hal tersebut dapat
mulai dari biota endemik seperti ikan dilihat alat tangkap yang digunakan
rinuak (rosterang ryroania), ikan bada berpengaruh terhadap jenis biota yang
(rasbora argyrotaenia), ikan asang didapat, curahan waktu yang digunakan
(ostheocilus hasselty), ikan barau dan modal yang dikeluarkan.
(hampala macrolipedota), ikan nila Berdasarkan observasi di sekitar
(oreochromis niloticus), pensi Danau Maninjau didapatkan info bahwa
(corbicula moltkiana) dan lain-lain. ikan endemik Danau Maninjau sudah
Biota pendatang di Danau Maninjau sulit ditemui. Ikan rinuak (rosterang
diantaranya yaitu lobster air tawar (c ryroania) yang merupakan salah satu
quadricaribatus), ikan lohan, ikan patin ikan yang mempunyai nilai ekonomis,
dan ikan sapu-sapu (Pusat penelitian sulit ditemui keberadaaannya sejak
Limnologi 2010). akhir tahun tepatnya pada November
Biota yang beragam memberi 2016. Penyebab utamanya adalah tubo
peluang bagi nelayan tangkap untuk belerang dahsyat terjadi pada waktu
mendapatkan penghasilan disana. yang bersangkutan, keberadaan ikan

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


261

pendatang seperti lohan yang bersifat keramba jaring apung (KJA), buruh
predator, pencemaran air Danau panen ikan, petani, wiraswasta,
Maninjau dan faktor-faktor lainnya. peternak, pekebun dan lain-lain.
Kelangkaan ikan rinuak (rosterang Perubahan yaitu keadaan berubah,
ryroania) pada saat itu, diiringi dengan peralihan, pertukaran. Sedangkan mata
langkanya beberapa jenis biota danau pencaharian merupakan pekerjaan yang
lainnya di Danau Maninjau. Ikan yang menjadi pokok penghidupan, pekerjaan
masih banyak ditemui saat ini di Danau utama yang dikerjaan untuk biaya
Maninjau adalah ikan nila. Kelangkaan sehari-hari (Fuzah, 2009). perubahan
ikan rinuak (rosterang ryroania) dan mata pencaharian terjadi karena adanya
biota danau lainnya di Danau Maninjau peningkatan kebutuhan, peningkatan
membuat nelayan tangkap di sekitar pengetahuan, tersedianya waktu dan
Danau Maninjau kesulitan mencari ikan kesempatan untuk meningkatkan
yang biasanya mudah mereka temui, produktivitas. Kegiatan yang dimaksud
termasuk nelayan tangkap yang tersebar meliputi sektor agraris yaitu; bercocok
di kenagarian Koto Malintang. tanam, ternak, berdagang, dan non
Kenagarian Koto Malintang agraris seperti produksi rumah tangga,
memiliki 5 jorong diantaranya: Jorong jasa dan lainnya, mata pencarian dari
Rambai, Jorong Ambacang, Jorong nelayan ke sektor mata pencarian
Pauah taruko, Jorong Tanjuang alai dan sampingan berternak, berdagang
Jorong Muko-muko. Keadaan nelayan ataupun mendirikan industri kecil.
tangkap di kenagarian Koto Malintang Mata pencaharian dibagi atas
saat ini hanya bisa bergantung kepada dua, yaitu mata pencaharian pokok dan
beberapa jenis ikan saja, diantaranya mata pencaharian sampingan. Mata
adalah ikan-ikan yang populasinya pencaharian pokok adalah keseluruhan
berada di sekitar keramba jaring apung kegiatan untuk memanfaatkan sumber
(KJA) seperti ikan nila dan ikan lainnya daya yang ada yang dilakukan sehari-
yang masih ada. hari, dan merupakan mata pencaharian
Kelangkaan ikan rinuak utama untuk memenuhi kebutuhan
(rosterang ryroania) dan berkurangnya hidup, sedangkan mata pencarian
populasi biota lainnya lainnya di Danau sampingan adalah mata pencarian diluar
Maninjau, membuat pendapatan para mata pencarian pokok. (Susanto dalam
nelayan tangkap turun. Hal ini membuat Neni, 2011). Mata pencaharian
jumlah nelayan tangkap di kenagarian sampingan merupakan keseluruhan
Koto Malintang terus berkurang, kegiatan untuk mengeksplorasi dan
mereka terpaksa mencari pekerjaan lain memanfaatkan sumber-sumber daya
mengingat jika hanya mengandalkan yang ada pada lingkungan fisik, sosial,
menjadi nelayan tangkap tidak bisa dan budaya yang terwujud sebagai
memenuhi kebutuhan rumah tangga kegiatan produksi, distribusi dan
mereka. Peralihan pekerjaan yang konsumsi (Mulyadi, 2005).
mereka lakukan beragam diantaranya Pendapatan merupakan salah satu
ada yang bekerja sebagai buruh yang bersifat relatif tergantung kepada

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


262

besarnya kepuasan yang diperoleh dari untuk menambah penghasilan dari


konsumsi, sedangkan konsumsi pada sektor nelayan, karena penghasilan
hakikatnya bukan hanya yang sebagai nelayan dirasa belum cukup
mengeluakan biaya karena dalam untuk kehidupannya. Setiap orang
beberapa hal dapat dilakukan tanpa mempunyai pendapatan rendah sangat
menentukan biaya bagi konsumsi. perlu menambah pendapatan dengan
Pendapatan rumah tangga adalah membuka sebuah usaha sampingan,
seluruh penghasilan atau penerimaan karena dengan usaha sampingan
semua anggota keluarga baik berupa kebutuhan-kebutuhan sebelumnya tidak
upah/gaji, pendapatan dari rumah tercukupi bisa dipenuhi.
tangga, pendapatan luar maupun Berdasarkan uraian tersebut, maka
pendapatan berupa transfer dari pihak peneliti tertarik untuk meneliti hal
luar (BPS dalam Pratama : 2011). tentang “Analisis Tingkat Pendapatan
Pendapatan masyarakat adalah Rumah Tangga Nelayan Tangkap
balas jasa sebagai pengambilan / Sebelum dan Pasca langkanya Fauna
penggunaan faktor produksi yang Endemik Rinuak (rosterang ryroania)
dimiliki. Selanjutnya dikatakan bahwa di Kenagarian Koto Malintang
pendapatan masyarakat adalah nilai Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten
seluruh barang-barang dan jasa-jasa Agam”.
yang oleh suatu masyarakat dalam
waktu satu tahun. METODE PENELITIAN
Kepala rumah tangga merupakan Penelitian ini merupakan
seorang laki-laki yang menjadi penelitian deskriptif kuantitatif.
pemimpin dalam sebuah rumah tangga Populasi dari penelitian ini adalah
yang didalamnya terdiri dari suami, istri semua kepala rumah tangga nelayan
anak, dan orang yang ada satu dapur di tangkap di Kenagarian Koto Malintang
rumah tersebut. Penghasilan dalam Kecamatan Tanjung Raya pada 5
rumah tangga biasanya bersumber dari jorong, yaitu Jorong Rambai, Jorong
kepala keluarga, yang bertanggung Ambacang, Jorong Pauah taruko,
jawab terhadap tingkat kesejahteraan Jorong Tanjung alai dan Jorong Muko-
keluarga. muko. Sampel wilayah dibatasi menjadi
Penghasilan kepala rumah tangga 3 Jorong berdasarkan letak yaitu Jorong
adalah semua penghasilan yang diterima Pauah Taruko, Jorong Rambai dan
oleh rumah tangga dari berbagai jenis Jorong Muko-Muko. sampel responden
kegiatan pertanian dan non pertanian dilakukan secara total sampling
jenis kegiatan pertanian secara luas sehingga sampel berjumlah 70 KK.
seperti bertani, beternak, nelayan. Non
pertanian seperti pegawai, pensiunan.
Penghasilan sampingan seorang nelayan
merupakan profesi yang dilakukan
diluar kegiatan sebagai nelayan. Para
nelayan mencari pekerjaan sampingan .

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


263

Peta lokasi penelitian dan tabel jumlah sampel nelayan tangkap dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 1. Peta Nagari Koto Malintang

Tabel.1 Jumlah Sampel Nelayan f : Frekuensi


Tangkap di Nagari Koto Malintang n : Jumlah responden
Jumlah Jumlah
No Nama Jorong HASIL DAN PEMBAHASAN
KK Sampel
1 Rambai 27 27 Hasil penelitian
2 Ambacang 28 Umur Responden
3 Pauah Taruko 24 24 Tabel 2. Karakteristik Responden
4 Tanjuang Alai 26 Menurut Umur
5 Muko-muko 19 19 No Umur F (%)
Jumlah 124 70 1 ≤29 1 1,43
Sumber: Nagari Koto Malintang 2 30-34 6 8,57
dalam angka 2015 3 35-39 8 11,43
Untuk menganalisis penelitian ini 4 40-44 13 18,57
secara deskriptif, maka digunakan 5 45-49 19 27,14
analisis statistik deskriptif berupa 6 50-54 8 11,43
formula persentase yang dikemukakan 7 55-59 10 14,28
oleh Arikunto (2006) yang bertujuan 8 ≥60 5 7,14
untuk melihat kecendrungan indikator Jumlah 70 100

masing-masing variabel dengan rumus Sumber: Pengolahan Data Primer 2018


sebagai berikut : Dari tabel 3 dapat ditemukan umur
responden berkisar antara umur 29- 63
tahun. frekuensi terbesar dari 70
responden berdasarkan umur adalah 45-
%
Keterangan : 49 tahun sebanyak 19 orang responden
P : Persentase (25,71)%. Selanjutnya responden yang

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


264

berumur 40-44 tahun dengan 13 orang Berdasarkan tabel 5 dapat


responden (18,57)%. diketahui bahwa peralihan mata
Tingkat Pendidikan Responden pencaharian pokok nelayan tangkap
Tabel 3. Karakteristik Tingkat pasca langkanya fauna endemik rinuak
Pendidikan Responden (rosterang ryroania) terbanyak sebagai
Tingkat
No
Pendidikan
F (%) petani dengan jumlah 15 orang
1 SD 39 55,71 responden (21,43)%, buruh keramba
2 SMP 22 31,42 jaring apung (KJA) dengan 12 orang
3 SMA 8 11,43 responden (17,14)%. selanjutnya yang
4 AKADEMI 1 1,43 masih bertahan sebagai nelayan tangkap
Jumlah 100
berjumlah 14 orang responden
Sumber: Pengolahan Data Primer 2018 (20,00)%.
Berdasarkan tabel 4 dapat
diketahui bahwa pendidikan nelayan Mata Pencaharian Sampingan
tangkap berkisar dari SD sampai responden
akademi dengan frekuensi terbesar yaitu Tabel 5. Mata pencaharian sampingan
SD dengan 39 orang responden responden
(55,71)%, selanjutnya, SMP dengan 22 Mata Sebelum Sesudah
No pencaharian
orang responden (31,42)%, SMA sampingan F % F %
dengan 8 orang responden (11,28)%, 1 Nelayan - - 18 25,7
dan akademi dengan 1 responden tangkap 1
(1,43)%. 2 Petani 21 30,0 13 18,5
0 7
Mata pencaharian pokok responden 3 Pekebun 9 12,8 7 10,0
Tabel 4. Mata Pencaharian pokok 6 0
responden pasca langkanya fauna 4 Peternak 3 4,28 3 4,28
ayam
endemik rinuak (rosterang ryroania)
Sesudah
Mata pencaharian 5 Peternak 6 8,57 2 2,85
No
pokok responden F % ikan bibit

1 Nelayan tangkap 14 20,00 6 Peternak itik 2 2,85 - -


2 Wiraswasta 10 14,28 7 Wiraswasta 11 15,7 10 14,2
1 8
3 Pedagang 3 4,28
8 Buruh KJA 2 2,85 5 7,17
4 Petani 15 21,43
9 Buruh Panen 5 7,15 2 2,85
5 Pekebun 4 5,71 ikan
6 Peternak ikan bibit 6 8,57 10 Buruh - - 1 1,43
7 Buruh KJA 12 17,14 bangunan
8 Buruh panen ikan 4 5,71 11 Pedagang 3 4,28 3 4,28
9 Buruh Bangunan 1 1,43 12 Supir 2 2,85 2 2,85
10 Montir 1 1,43 13 Tukang ojek - - 1 1,43
Sesudah 14 pangkas - - 1 1,43
Mata pencaharian 15 Montir - - 1 1,43
No
pokok responden F %
Jumlah 70 100
Sumber: Pengolahan Data Primer 2018

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


265

Mata Sebelum Sesudah pasca menjadi 17 orang responden


No pencaharian (24,28)%
sampingan F % F %

16 Tidak ada 6 8,57 1 1,43 Pembahasan


Jumlah 70 100 70 100 Berdasarkan hasil penelitian
Sumber: Pengolahan Data Primer 2018 terdapat beberapa pernyataan mengenai
Dilihat dari tabel 6 dapat kepala rumah tangga nelayan tangkap di
diketahui bahwa pekerjaan sampingan
kenagarian Koto Malintang sebelum
nelayan tangkap di Kenagarian Koto
Malintang sebelum langkanya ikan dan pasca langkanya fauna endemik
rinuak (rosterang ryroania) paling rinuak (rosterang ryroania) (sebelum
banyak sebagai petani dengan 21 dan sesudah bulan November 2016).
responden (30,00)%, sedangkan yang Hasil dari penelitian diperoleh
tidak mempunyai mata pencaharian gambaran bahwa :
sampingan hanya 1 responden (1,43)%. Pertama: Profil kepala rumah
Perubahan mata pencaharian sampingan
pasca langkanya fauna endemik rinuak tangga nelayan tangkap di kenagarian
(rosterang ryroania) paling banyak Koto Malintang ditemukan bahwa
berprofesi sebagai nelayan tangkap rentang umur berkisar antara umur 29-
dengan jumlah 18 responden (25,71)% 63 tahun Frekuensi terbesar berada pada
dan petani 14 responden (20,00)%, dan interval umur 45-49 tahun dengan
yang tidak mempunyai pekerjaan jumlah 19 orang responden (27,14)%,
sampingan 6 responden (8,57)%.
selanjutnya umur 40-44 dengan 13
Pendapatan pokok responden
Tabel 6. Pendapatan pokok responden orang responden (18,57)%. Berikutnya
Pendapatan Sebelum Sesudah untuk tingkat pendidikan ditemukan
No pokok
F % F %
dari SD sampai akademi dan yang
responden frekuensi terbesar berada pada tingkatan
1 <Rp.2.000.000 10 14,2 48 68,57
8
SD dengan 39 orang responden
2 ≥Rp.2.000.000 42 60,0 17 24,28 (55,71)%.
– 0 Kedua: Mata pencaharian pokok
<Rp.3.000.000
3 ≥Rp.3.000.000 16 22,8 4 5,71 adalah seluruh kegiatan untuk
– 6 memanfaatkan sumber daya yang ada
<Rp.4.000.000 yang dilakukan sehari-hari, dan
4 ≥ 2 2,86 1 1,43
Rp.4.000.000 merupakan mata pencaharian utama
5 Jumlah 70 100 70 100 untuk memenuhi kebutuhan hidup
Berdasarkan tabel 7 dapat (Susanto dalam Neni, 2011).
dilihat jumlah pendapatan pokok Mata pencaharian pokok kepala
nelayan tangkap sebelum langkanya rumah tangga nelayan tangkap pasca
fauna endemik rinuak lebih besar langkanya fauna endemik rinuak
dibandingkan keadaan sesudahnya. Hal (rosterang ryroania), satu persatu dari
ini terlihat saat pendapatan nelayan tangkap mengalihkan
≥Rp2.000.000 – < Rp 3.000.000
profesinya ke pekerjaan lain.
berjumlah 42 orang responden (60,00)%
Kelangkaan ikan rinuak (rosterang
mengalami penurunan saat kondisi
ryroania) pada waktu itu, bukan hanya

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


266

ikan rinuak (rosterang ryroania) semata berjumlah 18 orang responden dan


yang langka tapi juga ikan bada, pensi, petani menjadi 14 orang responden.
ikan nila, dan biota danau lainnya Ketiga: Samuelson (1993)
Berdasarkan pekerjaan pokok menyatakan bahwa pendapatan
kepala rumah tangga nelayan tangkap merupakan jumlah seluruh uang yang
pasca langkanya fauna endemik rinuak diterima oleh seseorang atau rumah
(rosterang ryroania) dapat dilihat tangga selama jangka waktu tertentu.
bahwa peralihan terbanyak banyak ke Pendapatan terdiri dari upah,
petani dengan 15 responden, buruh penerimaan tenaga kerja, pendapatan
keramba jaring apung (KJA) 12 dari kekayaan seperti sewa, bunga,
responden, sedangkan yang tetap deviden serta pembayaran transfer atau
bertahan menjadi nelayan hanya 14 penerimaan dari pemerintah seperti
orang responden. tunjangan sosial atau asuransi
Selanjutnya mata pencaharian pengangguran.
sampingan adalah mata pencaharian Pendapatan pokok nelayan
diluar mata pencaharian pokok. tangkap di Kenagarian Koto Malintang
(Susanto dalam Neni, 2011). Mata sebelum langkanya fauna endemik
pencaharian sampingan merupakan rinuak (rosterang ryroania) lebih besar
keseluruhan kegiatan untuk dibandingkan kondisi pasca. Hal ini
mengeksploitasi dan memanfaatkan terlihat dari pendapatan ≥ Rp 2.000.000-
sumber-sumber daya yang ada pada Rp.3.000.000 yang berjumlah 42 orang
lingkungan fisik, sosial, budaya yang responden (60,00)% sedangkan saat
terwujud sebagai kegiatan pasca menjadi 17 orang responden
produksi,distribusi, dan konsumsi. (24,28)%, hal ini juga diperkuat dengan
Mata pencaharian sampingan bertambah jumlah pendapatan
nelayan tangkap sebelum langkanya <Rp.2.000.000 menjadi 48 orang
fauna endemik rinuak (rosterang responden (68,57)% dari sebelumnya 10
ryroania) frekuensi terbesar yaitu petani orang responden (14,28)%.
dengan 21 orang responden, selanjutnya Berdasarkan pendapatan pokok
wiraswasta dan peternak (ikan bibit, kepala rumah tangga nelayan tangkap
ayam dan itik) dengan 11 orang diatas dapat dilihat bahwa pendapatan
responden. Selanjutnya mata pokok kepala rumah tangga nelayan
pencaharian sampingan nelayan tangkap tangkap mengalami penurunan pasca
pasca langkanya fauna endemik rinuak langkanya fauna endemik rinuak
(rosterang ryroania) frekuensi terbesar (rosterang ryroania).
sebagai nelayan tangkap dan petani. Hal
ini dikarenakan profesi nelayan tangkap
saat ini menjadi pekerjaan sampingan
nelayan tangkap ketika biota danau
Maninjau sudah sulit ditemui. Adapun
yang menjadi nelayan tangkap

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


267

PENUTUP (rosterang ryroania) lebih besar


Kesimpulan dibandingkan dengan kondisi pasca,
Sesuai dengan pembahasan dan Hal ini terlihat dari pendapatan
deskripsi hasil penelitan yang ≥Rp.2.000.000-Rp.3.000.000 yang
dikemukakan pada bab sebelumnya berjumlah 42 orang responden
maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai (60,00)% sedangkan saat pasca
berikut ini: menjadi 17 orang responden
1. Umur kepala rumah tangga nelayan (24,28)%.
tangkap memiliki rentang dari umur Saran
29-63 tahun dengan frekuensi Sesuai dengan kesimpulan yang
terbesarnya berada pada interval 45- telah dikemukakan diatas, maka peneliti
49 tahun dengan 19 orang responden mencoba memberikan saran-saran
(27,14)%, selanjutnya interval umur sebagai berikut :
40-44 tahun dengan 13 orang 1. Pemerintah harus bisa bertindak dan
responden (18,57)%. Mengenai mencari cara seperti membuka
tingkat pendidikan ditemukan dari lapangan pekerjaan baru bagi
SD sampai akademi dan frekuensi kehidupan nelayan tangkap saat ini
terbesar yaitu tingkatan SD dengan agar kemakmuran ekonomi
39 orang responden (55,71)%. masyarakat khususnya Kenagarian
2. Mata pencaharian pokok kepala Koto Malintang bisa makmur seperti
rumah tangga nelayan tangkap pasca dulu.
langkanya fauna endemik rinuak 2. Masyarakat Kenagarian Koto
(rosterang ryroania) dapat dilihat Malintang harus bisa menjaga Danau
bahwa nelayan tangkap yang masih Maninjau seperti, pembersihan
bertahan hanya 14 orang responden danau, mengurangi jumlah keramba
(20,00)%. Peralihan paling banyak jaring apung (KJA) dan menjaga
adalah menjadi petani dengan 15 ekosistem biota Danau Maninjau
orang responden (21,43)%. Mata terhindar dari kepunahan.
pencaharian sampingan juga 3. Pemerintah harus lebih jeli dalam
mengalami perubahan. Sebelum upaya menjaga ekosistem biota
langkanya fauna endemik rinuak Danau Maninjau. Ketimpangan
(rosterang ryroania), frekuensi terdapat seperti memasukkan ikan
terbesar yaitu petani dengan 21 orang pendatang ke Danau Maninjau, hal
responden (30,00)%, sedangkan saat ini dikarenakan ikan yang
kondisi pasca yaitu nelayan tangkap dimasukkan pemerintah kebanyakan
dengan 18 orang responden ikan predator yang merugikan biota
(25,71)%. yang ada di Danau Maninjau.
3. Pendapatan pokok kepala rumah
tangga nelayan tangkap dapat dilihat
bahwa pendapatan pokok sebelum DAFTAR PUSTAKA
langkanya fauna endemik rinuak Antomi, Y dkk. 2016. Water Quality
Index in Lake Maninjau as a

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630


268

Parameter to Determine the Samuelson, Paul A. dan Wiliam D.


Optimum Economic Growth Nordhaus.1993. Mikroekonomi.
of Floating Net Cages and Jakarta: Bumi Aksara.
Land-based Livelihood. OIDA
International Journal of
Sustainable Development. Hal. 1
Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur
penelitian. Rineka Cipta.
Fuzah. 2009. Sistem Mata Pencaharian.
Blog
Kusnaidi. 2004. Upaya meningkatkan
kesejahteraan nelayan. Jakarta:
Pondik edukasi.
Mubyarto, (dkk). 1984. Nelayan dan
kemiskinan. Studi ekonomi
antropologi di desa pantai.
Jakarta: Rajawali.
Mulyadi, S.2005. Ekonomi kelautan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Neni, Saturahmi. 2011. Perubahan
Mata Pencaharian Keluarga
Tani Setelah Alih Fungsi Lahan
Pertanian ke Lahan Perumahan
di Kenagarian Gadut
Kecamatan Tilatang Kamang
Kabupaten Agam. Skripsi FIS
UNP. Padang.
Zuraya, Nidia. 2017. Spesies Ikan
Danau Maninjau Punah. http:
//trendtek.republika.co.id/berita/t
rendtek/sainstrendtek/17/05/26/o
qjcks383-lipi-20spesies-ikan-
danau maninjau-punah. Diakses
tanggal 5 Oktober 2017.
Pratama, windi. 2011. Tingkat
Pendapatan Kelurga Nelayan Di
Kenagarian Surantiah
Kecamatan Sutera Kabupaten
Pesisir Selatan. Fakultas Ilmu
sosial. UNP.Skripsi.

Jurnal Buana – Volume-2 No-4 2018 E-ISSN : 2615-2630

You might also like