You are on page 1of 20

MAKALAH

“ PERIODESASI UUD 1945”

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila pada Jurusan Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nommensen Medan

Dosen Pengampu : Harkim Simamora, M. Si

Disusun Oleh : Kelompok III

1. Andra Julpandi Purba ( 22400035 )


2. Febertin Gulo ( 22400040 )
3. Happy New Damai Tri Harefa ( 22400028 )
4. Leo Irianto Pasaribu ( 22400014 )

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yamg maha kuasa , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya sehingga makalah kami tentang materi PERIODESASI UUD 1945 ini dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas Mata Kuliah Pancasila.

Pada kesempatan ini, kami tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama untuk Dosen Harkim
Simamora, M. Si sebagai Pembimbing Mata Kuliah Pancasila,orang tua saya yang selalu
memberikan dukungan baik secara finansial secara moral serta teman-teman yang telah
membantu.

Dengan penuh kesadaran bahwa dalam makalah kami ini jauh dari kata sempurna ,
maka makalah ini pun tidak luput dari segala kekurangan. Segala kritik dan saran yang
sifatnnya membangun, memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan sehingga
penulisan makalah kedepannya bisa lebih baik lagi.

Dengan demikian, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita pada
umumnya dan terkhusus bagi mahasiswa supaya bisa menjadi pedoman dalam meyelesaikan
tugas nya.

                                                                                       Medan, 13 Oktober 2022

                                                                                                  Penyusun,

i
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar            …………………………………………………………………..    i
Daftar isi         …………………………………………………………………………..    ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ......................................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................................   1
C.     Tujuan ...................................................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN STOIKIOMETRI
A.     Sejarah singkat UUD 1945 Indonesia .…………………………………………......2
B.     Lahirnya UUD 1945 .....................……………………………………………..........2
C.      UUD 1945 dan Otoriterisme .............………………………………………………11
D.    Kedudukan dan Tujuan UUD 1945 ..………………………………………………..13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan...................................................................................................................16
B.     Saran............................................................................................................................16    
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

UUD 1945 adalah hukum dasar yang tertulis oleh konstitusi pemerintah Indonesia.
UUUD 1945 di sahkan sebagai UUD pada tanggal 18 Agustus tahun 1945. Dalam sejarah
UUD 1945 disahkan oleh PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ). UUD 1945 ini
juga telah diamandemenkan sebanyak 4 kali, Perubahan yang berturut-turut yang
dilaksanakan sejak tahun 1999-2002. Pada saat UUD 1945 diamandemen dengan
kesepakatan diantarannya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, akan tetapi
mempertahankan susunan kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
kesatuan repubik Indonesia (NKRI).Serta mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 16 BAB, 37 PASAL, 194 AYAT, 3
PASAL aturan peralihan dan 2 PASAL aturan tambahan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah nya yaitu :

1. Kapan lahirnya UUD 1945 ?

2. Periodesiasi apa saja yang dilalui oleh UUD 1945 ?

3. Apa saja kedudukan serta tujuan adanya UUD 1945 ?

C. TUJUAN

1. Menjelaskan sejarah dan kapan lahirnya UUD 1945 !

2. Menjelaskan cara periodesasi yang dilalui oleh UUD 1945!

3. Menjelaskan kedudukan serta tujuan adanya UUD 1945!

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT UUD 1945 INDONESIA

Undang-Undang Dasar (UUD) merupakan hukum dasar yang sangat menentukan


keberadaan suatu negara yang di dalamnya terkandung cita-cita dan dasar negara sebagai
kerangka acuan dasar bagi pelaksanaan kehidupan bernegara. Oleh karena itu, keberadaan
UUD sangat penting terutama bagi negara hukum modern yang menghendaki segala sesuatu
yang terkait dengan kehidupan bernegara yang diatur berdasarkan hukum. Indonesia adalah
negara hukum yang menggunakan UUD sebagai dasar keberadaannya. Sebelum negara
Indonesia berdiri, wilayah Indonesia yang saat itu dijajah oleh Belanda dengan nama Hindia
Belanda yang terlebih dahulu telah memiliki UUD. UUD yang berlaku pada masa penjajahan
Belanda adalah Indische Staatsregeling (IS). Layaknya sebuah UUD, IS mengatur keberadaan
lembaga-lembaga negara di bawah pemerintahan Hindia Belanda, yaitu Gouverneur Generaal
(Gubernur Jenderal), Volksraad (Parlemen), Hoogerechtsshof (Mahkamah Agung),
Algameene Rekenkamer (Pengawas Keuangan), dan Raad van Nedelandsch Indie (Dewan
Pertimbangan Agung).

Setelah berdiri sebagai negara merdeka, Indonesia memberlakukan UUD yang


disusun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sendiri. UUD negara Indonesia memiliki
sejarah yang dinamis sejalan dengan dinamika ketatanegaraan yang berlaku dan berkembang.
Sejak negara Indonesia berdiri hingga saat ini telah terjadi beberapa kali pergantian UUD.
Terdapat beberapa UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar
1945 (UUD 1945) berlaku dari 1945 hingga 1949, Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(Konstitusi RIS) berlaku pada 1949 hingga 1950, Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
berlaku pada 1950 hingga 1959, dan kembali lagi ke UUD 1945 mulai 1959 hingga sekarang.
Yang disebut terakhir telah mengalami perubahan empat tahap dalam satu rangkaian
perubahan sejak 1999 hingga 2002.

Setiap momentum pergantian dan perubahan UUD di Indonesia selalu didasari oleh
kenyataan bahwa UUD yang berlaku dipandang tidak sesuai lagi dengan tuntutan yang
berkembang. Meskipun UUD Indonesia telah berulangkali mengalami perubahan, terdapat

2
satu prinsip yang selalu dipegang teguh oleh para pembentuknya, yakni tidak menghilangkan
atau mengganti dasar negara Pancasila.

B. LAHIRNYA UUD 1945

Kelahiran UUD 1945 tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan kemerdekaan negara
Indonesia. Berabad-abad bangsa Indonesia mengalami kerugian dan penderitaan multi
dimensi di bawah penjajahan negara lain, yaitu Portugis, Belanda, dan Jepang. Kerugian dan
penderitaan itu, antara lain, disebabkan dominasi politik, eksploitasi sumber daya ekonomi,
ekspansi kebudayaan, dan diskriminasi sosial yang dilakukan pemerintahan penjajah.
Penderitaan yang berkepanjangan itu pada akhirnya melahirkan gerakan perlawanan terhadap
penjajah untuk mencapai sebuah negara yang merdeka, terutama setelah munculnya generasi
terdidik di kalangan bangsa Indonesia.

Perlawanan terhadap penjajah mula-mula dilakukan secara sporadis berdasarkan


wilayah kekuasaan pemimpin perlawanan sebagaimana tampak pada perang yang dipimpin
oleh Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan lain-lain. Perlawanan
dengan pola gerakan nasional yang teratur ini baru ditempuh pada awal abad ke-20 dengan
berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 dan Serikat Islam pada 1912. Pada 1928 tampil
golongan pemuda yang secara lebih tegas merumuskan perlunya persatuan bangsa Indonesia
melalui Sumpah Pemuda. Perjuangan kemerdekaan Indonesia terus berkembang hingga
kekalahan pemerintah Hindia Belanda oleh bala tentara Jepang pada 1942. Jepang menyerbu
Hindia Belanda setelah sebelumnya menyerang Amerika Serikat pada 1941 dalam Perang
Dunia II . Posisi pemerintah Hindia Belanda sebagai penguasa atas wilayah Indonesia
kemudian digantikan oleh pemerintah pendudukan Jepang. Begitu Jepang menduduki
wilayah Indonesia, berbagai gerakan yang mengarah pada perjuangan kemerdekaan Indonesia
dilumpuhkan. Pemerintah Jepang baru memberi peran kepada tokoh-tokoh pejuang
kemerdekaan Indonesia setelah banyak mengalami kekalahan di semua medan pertempuran
melawan Sekutu pada 1943 hingga 1944. Dalam keadaan demikian, Jepang memberikan janji
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia . Janji kemerdekaan itu disampaikan oleh Perdana
Menteri Jepang, Koiso, pada 7 September 1944 berdasarkan keputusan Teikoku Gikai
(Parlemen) Jepang.

Pada 1 Maret 1945, Saikoo Sikikan, Panglima Bala tentara Dai Nippon di Jawa,
mengeluarkan pengumuman yang berisi rencana pembentukan sebuah badan untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan. Rencana pemerintah Jepang itu kemudian

3
diwujudkan pada 29 April 1945 melalui Maklumat Gunseikan (Komandan Angkatan Darat
Jepang) Nomor 23 tentang pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang dinamai Dokuritu Zyunbi Tyosa Kai. Seiring
dengan itu, pemerintah Jepang mulai mengganti istilah To Indo (sebutan Jepang untuk Hindia
Belanda) menjadi Indonesia, sebagaimana para pejuang kemerdekaan menyebut identitas
kebangsaannya.

Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang
beranggotakan 62 orang, diketuai Dr. K. R. T. Radjiman Widyodiningrat. Tugas pokok badan
ini ialah menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik persidangan nya berjalan
berkepanjangan, khususnya pada saat membahas masalah dasar Negara.

Susunan Keanggotaan BPUPKI :

No Nama Kedudukan
1 Dr. K. R.T. Radjiman Wediodinigrat Ketua ( Kaico )
2 R. P. Soeroso Ketua Muda (Fuku Kaico)
3 Itjibangase Yosio Tekisan Ketua Muda (Fuku Kaico)
4 Ir. Soekarno Anggota (Iin)
5 Mr. Muh. Yamin Anggota (Iin)
6 Dr. R. Koesoemah Atmadja Anggota (Iin)
7 R. Abdoelrahim Pratlykrama Anggota (Iin)
8 R. Aris Anggota (Iin)
9 Ki Hadjar Dewantara Anggota (Iin)
10 Ki Bagoes Hadikoesoemo Anggota (Iin)
11 B.P.H. Bintoro Anggota (Iin)
12 A. Kahar Moezakkir Anggota (Iin)
13 B.P.H. Poeroebojo Anggota (Iin)
14 R.A.A. Wiranatakoesoema Anggota (Iin)
15 R.R. Asharsoetedjo Moenandar Anggota (Iin)
16 Oei Tjang Tjoei Anggota (Iin)
17 Drs. Moh. Hatta Anggota (Iin)
18 Oei Tjong Hauw Anggota (Iin)
19 H. Agoes Salim Anggota (Iin)
20 M. Soetardjo Kartohadikoesoemo Anggota (Iin)
21 R.M. Margono Djojohadikoesoemo Anggota (Iin)
22 K.H. Abdoel Halim Anggota (Iin)

4
23 K.H. Masjkoer Anggota (Iin)
24 R. Soedirman Anggota (Iin)
25 Prof. Dr. P.A.H. Djajadiningrat Anggota (Iin)
26 Prof. Dr. Soepomo Anggota (Iin)
27 Prof. Ir. R. Rooseno Anggota (Iin)
28 Mr. R. Pandji Singgih Anggota (Iin)
29 Mr. Ny. Maria Ulfah Santoso Anggota (Iin)
30 R.M.T.A. Soerjo Anggota (Iin)
31 R. Roeslan Wongsokoesoemo Anggota (Iin)
32 Mr. R. Sesanto Tirtoprojdo Anggota (Iin)
33 Ny. R.S.S. Soenarjo Mangoenpoespito Anggota (Iin)
34 Dr. R. Boentaran Martoatmodjo Anggota (Iin)
35 Liem Koen Hian Anggota (Iin)
36 Mr. J. Latuharhary Anggota (Iin)
37 Mr. R. Hindromartono Anggota (Iin)
38 R. Soekardjo Wirjopranoto Anggota (Iin)
39 Hadji A. Sanoesi Anggota (Iin)
40 A.M. Dasaad Anggota (Iin)
41 Mr. Tan Eng Hoa Anggota (Iin)
42 Ir. R.M.P. Soerachman Tjokroadisoerjo Anggota (Iin)
43 R.A. Soemitro Kolopaking Poerbonegoro Anggota (Iin)
44 K.R.M.T.H. Woerjaningrat Anggota (Iin)
45 Mr. A. Soebardjo Anggota (Iin)
46 Prof. Dr. R. Djanel Asikin Anggota (Iin)
Widjajakoesoema
47 Abikoesno Tjokrosoejoso Anggota (Iin)
48 Prada Harahap Anggota (Iin)
49 Mr. R.M. Sartono Anggota (Iin)
50 K.H.M. Mansoer Anggota (Iin)
51 K.R.M.A. Sosrodiningrat Anggota (Iin)
52 Mr. Soewandi Anggota (Iin)
53 K.H.A. Wachid Hasjim Anggota (Iin)
54 P.F. Dahler Anggota (Iin)
55 Dr. Soekiman Anggota (Iin)
56 Mr. K.R.M.T. Wongsonagoro Anggota (Iin)
57 R. Oto Iskandardinata Anggota (Iin)
58 A. Baswedan Anggota (Iin)
59 Abdul Kadir Anggota (Iin)
60 Dr. Samsi Anggota (Iin)

5
61 Mr. A. A. Maramis Anggota (Iin)
62 Mr. R. Samsoedin Anggota (Iin)

Para anggota BPUPKI dilantik pada 28 Mei 1945 oleh Letjet Yuichiro Nagano. Sehari
setelah itu, BPUPKI langsung menggelar sidang yang membahas rancangan UUD. Sidang
BPUPKI terbagi dalam dua babak, yakni sidang pertama yang berlangsung pada 29 Mei
hingga 1 Juni 1945 dan sidang kedua yang diselenggarakan pada 11 sampai 17 Juli 1945.
Pembicaraan diawali dengan pembahasan mengenai dasar-dasar negara. Sebagian besar
anggota BPUPKI memberikan pandangannya tentang dasar-dasar negara yang akan dibentuk.
Anggota yang berlatar belakang gerakan ke islaman menghendaki agar dasar negara digali
dari nilai-nilai ajaran agama Islam, sedangkan anggota yang berlatar belakang gerakan
kebangsaan menghendaki agar dasar-dasar negara digali dari nilai-nilai budaya bangsa dan
teori-teori ketatanegaraan yang sedang berkembang. Salah satu pandangan yang mendapat
sambutan paling hangat dari para peserta ialah pandangan Soekarno yang memperkenalkan
Pancasila sebagai dasar negara.

Menjelang akhir masa sidang pertama, Ketua BPUPKI membentuk sebuah Panitia
Kecil yang beranggotakan delapan orang. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Soekarno itu
bertugas meneliti serta mempelajari usul-usul yang telah disampaikan para anggota BPUPKI,
melakukan inventarisasi, dan kemudian menyusunnya sebagai sebuah naskah yang akan
dibahas pada masa sidang kedua yang direncanakan berlangsung bulan Juli 1945. Nama-
nama Panitia kecil sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno ( Ketua )

2 . Drs. Moh. Hatta ( Anggota )

3. Mr. Moh. Yamin ( Anggota )

4. Mr. A. A. Maramis (Anggota )

5. R. Oto Iskandardinata (Anggota )

6. M. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota )

7. Ki Bagoes Hadikoesoemo (Anggota )

8. K.H. Wachid Hasjim. (Anggota )

6
Sebagai ketua, Soekarno menganggap keanggotaan Panitia Kecil dari golongan Islam
yang hanya diwakili oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wachid Hasjim tidak
proporsional. Oleh karena itu, ketika hendak merumuskan naskah Mukaddimah UUD,
Soekarno mengubah jumlah anggota Panitia Kecil menjadi sembilan orang sehingga diberi
nama Panitia Sembilan dengan komposisi lima dari golongan Kebangsaan dan empat dari
golongan Islam. Nama – nama panitia Sembilan sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno Kebangsaan ( Ketua )

2. Drs. Moh. Hatta Kebangsaan (Anggota )

3. Mr. Moh. Yamin Kebangsaan (Anggota )

4. Mr. A. A. Maramis Kebangsaan (Anggota )

5. Mr. A. Soebardjo Kebangsaan (Anggota )

6 . K.H. Wachid Hasjim Islam (Anggota )

7. K.H. Kahar Moezakkir Islam (Anggota )

8. H. Agoes Salim Islam (Anggota )

9. R. Abikoesno Tjokrosoejoso Islam (Anggota )

Panitia Sembilan berhasil merumuskan naskah Mukaddimah UUD yang juga dikenal
dengan istilah Piagam Jakarta 17 pada masa reses. Adapun naskah Piagam Jakarta sebagai
berikut.

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada


saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan

7
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Hukum Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, menurut
dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan terumuskannya naskah rancangan UUD, tugas-tugas BPUPKI dinilai telah


selesai oleh pemerintah Jepang. Selanjutnya, pemerintah Jepang merencanakan pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ) yang dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritu Zyunbi Iinkai. Rencana itu disetujui oleh Jenderal Besar Terauchi, Panglima
Tertinggi Bala tentara Jepang di Asia Selatan pada 7 Agustus 1945. Marsekal Terauchi
menghendaki Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia untuk seluruh wilayah Indonesia
dibentuk pada pada pertengahan Agustus 1945. Untuk segera merealisasi pembentukan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) itu, pada 9 Agustus 1945, tiga orang wakil
pergerakan kemerdekaan yang terdiri atas Radjiman Wediodiningrat, Soekarno, dan Moh.
Hatta menghadap Jenderal Terauchi di Saigon, Vietnam. Dalam pertemuan tersebut Terauchi
secara resmi membentuk PPKI yang beranggotakan 21 orang dan menunjuk Soekarno
sebagai ketua serta Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Nama – nama keanggotaan PPKI
sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno ( Ketua )

2. Drs. Moh. Hatta ( Wakil Ketua )

3. Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat ( Anggota )

4. Ki Bagoes Hadikoesoemo (Anggota )

5. R. Oto Iskandardinata (Anggota )

6. Pangeran Soerjohamidjojo ( Anggota )

7. B.P.H. Poeroebojo ( Anggota )

8. M. Soetardjo Kartohadikoesoemo ( Anggota )

9. Prof. Mr. Dr. Soepomo ( Anggota )

10. Abdul Kadir ( Anggota )

11. Dr. Yap Tjwan Bing ( Anggota )

12. Dr. Mohammad Amir ( Anggota )


8
13. Mr. Abdul Abas ( Anggota )

14. Dr. Ratulangi. ( Anggota )

15. Andi Pangeran ( Anggota )

16. Mr. J. Latuharhary ( Anggota )

17. Mr. Pudja ( Anggota )

18. A.H. Hamidan ( Anggota )

19. R.P. Soeroso ( Anggota )

20. K.H. A. Wachid Hasjim ( Anggota )

21. Mr. Mohammad Hassan ( Anggota )

Setibanya di tanah air, pada 14 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta ditemui salah
seorang pemimpin gerakan kemerdekaan jalur bawah tanah, Sutan Sjahrir, yang memberikan
informasi bahwa Jepang telah kalah melawan Sekutu. Oleh karena itu, Sjahrir mendesak
Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya demi
menghindari kesan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Namun,
desakan Sjahrir itu ditolak oleh Soekarno dan Hatta dengan alasan perlunya kehati-hatian
sekaligus untuk menghindari adanya penumpasan dan pertumpahan darah oleh Jepang.
Sesudah itu, para pemuda dari gerakan kemerdekaan bawah tanah menemui Soekarno dan
Hatta untuk mendesak diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia tanpa menghiraukan
Jepang. Akan tetapi, permintaan para pemuda itu pun mendapat penolakan.

Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu karena pada
hari itu kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Kekalahan
Jepang itu tentu saja membuat janji kemerdekaan yang telah diberikan Jepang kepada bangsa
Indonesia menjadi sesuatu yang tidak pasti. Atas desakan para pemuda pejuang kemerdekaan,
pada 17 Agustus 1945 Soekarno dan Moh. Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
ke seluruh dunia.

Meskipun bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, pada saat itu


belum ada lembaga kekuasaan yang dapat mengatasnamakan negara. Satu-satunya lembaga
kekuasaan yang ada dan diakui adalah PPKI yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
Jepang. Untuk mengubah sifat yang melekat pada lembaga itu sebagai lembaga bentukan

9
Jepang menjadi badan nasional Indonesia, Soekarno selaku ketua menambah enam orang lagi
anggotanya sehingga anggota PPKI yang semula berjumlah 21 orang menjadi 27 orang.
Keenam orang yang ditambahkan oleh Soekarno itu ialah Wiranatakoesoemah, Ki Hadjar
Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Sajuti Melik, Mr. Iwa Koesoema Soemantri, dan Mr.
Achmad Soebardjo. Dengan demikian, PPKI menjadi badan resmi Indonesia dalam negara
Indonesia yang merdeka. Badan ini segera menjadwalkan sebuah pertemuan pada 18 Agustus
1945 untuk menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Namun, sehari sebelum
rapat dimulai, persisnya setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, tersiar kabar
bahwa rakyat Kristen di wilayah Indonesia bagian timur akan menolak bergabung kedalam
Republik Indonesia jika syariat Islam masuk di dalam UUD. Menanggapi hal tersebut, Moh.
Hatta mengumpulkan beberapa wakil golongan Islam yang duduk di PPKI, yakni K.H.
Wachid Hasjim, Ki Bagus Hadikoesoemo, Kasman Singodimedjo, dan Teuku Mohammad
Hasan, untuk membicarakan persoalan tersebut. Dalam pembicaraan informal itu wakil-wakil
golongan Islam dengan ikhlas merelakan dihapusnya tujuh kata dalam Mukaddimah, dua kata
dalam Pasal 6 ayat (1), dan tujuh kata dalam Pasal 29 ayat (1) demi terwujudnya persatuan
Indonesia.

Seiring dengan dihapusnya tujuh kata dalam Piagam Jakarta, istilah Mukaddimah
diubah menjadi Pembukaan. Adapun naskah lengkap Pembukaan sebagai berikut :

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada


saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia


yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada

10
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia
dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.

PPKI hanya memerlukan waktu satu hari untuk mengesahkan UUD 1945. Dimana tepatnya
pada tanggal 18 Agustus 1945.

C. UUD 1945 DAN OTORITERISME

Perkembangan UUD 1945 ini memiliki beberapa tahap dalam mencapai


kesempurnaannya. Konstitusi indonesia yang pertama kali ini merupakan hasil karya pemikir
yang berasal dari negara jepang yaitu Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai yamg merupakan salah
satu anggota Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada masa
penjajahan Belanda dan konstitusi pertama ini diberi nama Hukum Dasar.Setelah Indonesia
merdeka pada tahun 1945, segera saja negara yang masih baru ini mengalami berbagai hal :
pergolakan politik, kerusuhan-kerusuhan,kesulitan ekonomi, lemahnya pemerintahan, dan
agresi dari Belanda.Tekanan internal dan eksternal selama kurang lebih 4 (empat) tahun
membuat pemerintah Republik Indonesia dapat dikatakan tidak berdaya untuk membenahi
semua aspek kehidupan masyarakat. Sampai kemudian tercapai perundingan KMB di Den
Haag, Belanda.

UUD 1945 yang pertama di negara Indonesia ini adalah merupakan produk rancangan
dari panitia persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, dan
UUD 1945 ini hanya sempat berlaku empat tahun. Selanjutnya pemerintahan Indonesia
secara fundamental harus segera merubah bentuk sistem pemerintahan dan UUD ini karena
pemerintah tersadar bahwa UUD ini terkandung banyak perpolitikan Belanda yang ingin
menguasai kembali negara Indonesia setelah belantera Jepang menyerah kepada sekutu.
Negara Belanda memainkan politik untuk mencoba memecahkan wilayah Indonesia dengan
mendirikan lagi Negara-negara diwilayah tanah air Indonesia. Namun hal ini membuat
Perserikaatan Bangsa-Bangsa perihatin dan turun tangan lalu mendesak pemerintahan
Indonesia agar duduk runding dengan pemerintahan Belanda dan perundingan inilah yang
disebut dengan Konferensi Meja Bundar yang berlangsung dari tanggal 23 agustus Sampai
dengan tanggal 2 november 1949 yang diikuti oleh wakil-wakil dari Indonesia sendiri, BFO,
Nederland dan komisi PBB. Dan dalam konferensi ini menghasillkan tiga buah kesepakatan
pokok yaitu :

11
 Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat

 Penyerahan Kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat

 Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda

Selain dari itu terdapat juga tiga hasil persetujuan mengenai hasil pemulihan kedaulatan yang
merupakan hasil dari persetujuan pokok antara lain sebagaai berikut:

 Piagam Penyarahan Kedaulatan

 Status Uni

Pesetujuan Perpindahan Pada saat berlangsungnya perundingan tersebut terbentuklah


panitia untuk membahas masalah penggantian konstitusi negara indonesia yaitu menjadi
konstitusi Republik Indonesia Serikat yang terselesaikannya pada tanggal 20 Oktober 1949
dan langsung pada saat itu Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen
dinyatakan dalam penjelasan UUD 1945 adalah kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan,
bernama MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia, menetapkan UUD dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN),
mengangkat Presiden dan Wakilnya.

Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD. Hal ini berarti telah terjadi suatu reformasi
kekuasaan tertinggi dalam negara secara kelembagaan tinggi negara, walaupun esensinya
tetap rakyat yang memiliki kekuasaan. MPR menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002
hanya memiliki kekuasaan melakukan perubahan atas UUD, melantik Presiden dan wakilnya,
memberhentikan Presiden dan atau wakilnya sesuai masa jabatan atau jikalau melakukan
pelanggaran seperti yang telah ditentukan dalam UUD dan UU terkait. Selain itu terlihat pula
dalam ketentuan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi disamping MPR adalah
Presiden, karena Presiden dipilih oleh rakyat. Pada kenyataan bahwa UUD 1945 sebelum
diamandemen selalu menimbulkan otoriterisme kekuasaan. Ini dapat dilihat dari periodisasi
berlakunya UUD 1945 yang berlaku dalam tiga periode sejarah politik dan ketatanegaraan di
Indonesia, yaitu pertama, peridode 1945 -1949; kedua, periode 1959 -1966; ketiga, periode
1966 – 1998. Dalam sejarah politik dan ketata negaraan Indonesia perkembangan demokrasi
dan otoriterisme tercatat sebagai berikut.

12
1. Periode 1945 – 1959 demokrasi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dibawah
sistem parlementer. Pada periode ini sempat berlaku 3 konstitusi atau UUD, yakni UUD
1945(1945 – 1949), Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950. Dari ukuran-ukuran umum
tentang bekerja demokrasi (misalnya diukur dari peran parlemen, kebebasan pers, peran
parpol dan netralitas pemerintah pada periode ini) demokrasi tumbuh subur meski berlaku
tiga UUD yang berbeda.

2. Periode 1959 – 1966 demokrasi dapat dikatakan mati sebab dengan demokrasi terpimpin
pemerintah tampil secara sangat otoriter yang ditandai dengan pembuatan pempres dibidang
hukum, pembubaran lembaga perwakilan rakyat, pengadaan pers secara besar-besaran,
penangkapan tokoh-tokoh politik tanpa prosedur hukum, dan sebagainya. Pada periode ini
berlaku UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dituangkan didalam Kepres
No. 150 dan ditempatkan di dalam Lembaran Negara No. 75 Tahun 1959.

3. Periode 1966 – 1998 demokrasi juga tidak dapat hidup dengan wajar karena yang
dikembangkan adalah demokrasi prosedural semata-mata, yakni demokrasi yang dibatasi dan
diatur dengan UU, tetapi isi UU itu melanggar substansi demokrasi. Akibatnya tidak ada
control yang kuat terhadap pemerintah, pemeran utama politik nasional adalah militer dengan
sutradara utamanya Presiden Soeharto, dan KKN merajalela sampai menjerumuskan
Indonesia kedalam krisis multi dimensi yang sulit diatasi.

D. KEDUDUKAN DAN TUJUAN UUD 1945

Memiliki kedudukan yang tetap dan melekat bagi negara Republik Indonesia. Oleh
sebab itu, pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk DPR dan MPR
sesuai dengan sifat konstitutifnya pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945. Mengubah UUD 1945
berarti meniadakan negara Republik Indonesia. Hal ini disebabkan pembukaan UUD 1945
merupakan:

1. Sumber dari motivasi dan inspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia

2. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang ingin ditegakkan dalam lingkungan
Internasional dan Nasional.

Pada tahun 1999 – 2002 UUD mengalami perubahan yang keempat, perubahan
dalam bentuk amandemen, yaitu penambahan dan pengurangan dalam beberapa hal yang
selama ini belum dimuat dalam UUD 1945, perubahan difokuskan pada batang tubuh UUD

13
1945 dan bukan pada pembukaan UUD 1945. Maka dari itu UUD 1945 sudah tidak bisa lagi
dirubah, jikalau ada suatu permasalahan yang berkembang sesuai perkembangan zaman, jalan
satu-satunya ialah revisi UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945, yakni:

1. Pada masa Orde Baru kekuasan tertinggi ditangan MPR dan bukan terletak pada rakyat,

2. Kekuasan yang sangat besar pada Presiden,

3. Adanya pasal-pasal yang terlalu luas (dapat menimbulkan multitafsir ).

Tujuan perubahan UUD 1945 sebagai penyempurnaan aturan dasar seperti tatanan
negara, kedaulatan rakyat, Hak Asasi Manusia, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi
dan kebutuhan bangsa. Pada saat UUD 1945 diamandemen dengan kesepakatan diantaranya
tidak mengubah pembukaan UUD 1945, akan tetapi mempertahankan sususan kenegaraan
kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta mempertegas system pemerintahan Presidensil.

Berikut amandemen UUD 1945 yang diterapkan dalam Sidang Umum dan Sidang
Tahunan MPR:

1. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → amandemen pertama UUD
1945.

2. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → amandemen kedua UUD 1945.

3. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → amandemen ketiga UUD
1945.

4. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → amandemen keempat UUD
1945.

Selain itu ada beberapa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia merubah Amandemen
UUD 1945, yakni:

1. Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi dan menjiwai konstitusionalisme serta
negara berdasarkan atas hukum dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Menyempurnakan UUD 1945.

14
3. Menciptakan era baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
lebih baik dalam arti demoratis, lebih berkeadilan sosial dan lebih berkemanusiaan sesuai
dengan komitmen bangsa Indonesia.

15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dalam
Proses sejarah, telah melalui 4 tahapan perubahan yakni adalah: UndangUndang Dasar 1945
(Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949); UndangUndang Dasar RIS (Periode 27
Desember 1949 – 17 Agustus 1950); UndangUndang Dasar Sementara 1950 (Periode 17
Agustus 1950 – 5 Juli 1959); Kembali ke UUD 1945 (Periode 5 Juli 1959 - sekarang) .
Mengamandemen konstitusi (undang-undang dasar) jelas bukan urusan sederhana.
Sebab Undang-Undang Dasar merupakan desains untama negara untuk mengatur berbagai
hal fundamental dan strategis, dari soal struktur kekuasaan dan hubungan antar kekuasaan
organ negara sampai Hak Asasi Manusia. Sistem ketatanegaraan dalam UUD akan
menentukan nasib bangsa dan negara. Proses amandemen UUD 1945 terjadi secara bertahap
selama empat kali yaitu tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001 dan tahun 2002. Adanya
kekurangan dalam amandemen UUD 1945 adalah merupakan hal yang manusiawi karena
banyaknya materi yang diubah, dikurangi, atau ditambah dengan amandemen pertama sampai
keempat. Bertolak dari kekurangan inilah, memunculkan ide perlunya dibentuk Komisi
Konstitusi yang akan membantu melakukan koreksi dan mengatasi kekurangan-kekurangan
itu untuk amandemen mendatang.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu semoga dengan kita mempelajari tentang
materi Periodesasi UUD 1945 ini bisa menambah wawasan kita dalam mengetahui apa saja
yang terjadi dalam UUD 1945 selama di amandemenkan sebanyak 4 kali. Sehingga kita
sebagai generasi Z mari kita berbondong-bondong untuk mengetahui apa saja yang akan
terjadi dalam Negera kita tercinta ini jika UUD 1945 di ubah lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hamidi, Jazim.. Hukum perbandingan Konstitusi. Jakarta, Prestasi Pustaka Publiser,


2009. Huda, Ni‟matul. UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang. Jakarta, Raja Grafindo
Persada, 2008. M. Agus Santos. Perkembangan Konstitusi Di Indonesia. Samarinda, 2013.
Kus Eddy Sartono. Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi
Konstitusi Pasca Orde Baru. Jakarta, 2012. Effendi Bahtiar. Reformasi Konstitusi Sebagai
Prasyarat Demokratisasi Pengalaman Indonesia. Surabaya, 2000. Purwoko, P. Sistem Politik
dan Pemerintah Indonesia setelah Reformasi”,Jurnal Politica, 1:1 Universitas Dipenogoro,
2010. Siyasah Jurnal Hukum Tatanegara, Vol. 1, No. 1, 2021. [ 11 ] Soehino. Hukum Tata
Negara, Hubungan Fungsional antara Lembaga-Lembaga Negara. Yogyakarta, Liberty, 1984.
Alrasid, Harun. Naskah UUD 1945 Sesudah Empat Kali Diubah oleh MPR, Revisi Cetakan
pertama Jakarta:Universitas Indonesia, 2013. Kus Edy Sartono. “Kajian Konstitusi Indonesia
dari Awal Kemerdekaan Hingga Era Reformasi”. Jurnal Humanika. Volume , No. 1.
Yogyakarta, 2009. https://saepudinonline.wordpress.com/2010/12/10/nilai-nilai-konstitusi/
(diakses pada tanggal 29.mei

You might also like