Professional Documents
Culture Documents
MODUL
AKIDAH AKHLAK
AKIDAH AKHLAK
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR 3:
2022
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
ii
KEGIATAN BELAJAR 3:
HARI AKHIR, QADHA DAN QADAR
KB 3: HARI AKHIR, QADHA DAN QADAR
CAPAIAN PEMBELAJARAN, SUB CAPAIAN
PEMBELAJARAN DAN POKOK MATERI
CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menganalisis konsep hari akhir sebagai rukun iman dalam ajaran Islam.
2. Menganalisis konsep qada dan qadar serta kebebasan manusia sebagai makhluk
Allah.
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menyimpulkan kiamat sugra dalam ajaran Islam
2. Mahasiswa mampu menyimpulkan kiamat kubra dalam ajaran Islam
3. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep kehidupan setelah hari akhir, surga
dan neraka
4. Mahasiswa mampu menyimpulkan takdir mubram dalam kajian ilmu kalam
5. Mahasiswa mampu menyimpulkan takdir mu'allaq dalam kajian ilmu kalam
6. Mahasiswa mampu menyimpulkan konsep kebebasan manusia dalam konteks
takdir Allah
POKOK-POKOK MATERI
1. Kiamat Sugra
2. Kiamat Kubra
3. Kehidupan Setelah Hari Akhir, Surga dan Neraka
4. Takdir Mubram dan Mu'allaq
5. Konsep Kebebasan Manusia dalam Konteks Takdir Allah
1
URAIAN MATERI
A. Kiamat Sugra
Etimologi kiamat terserap dari kosakata bahasa Arab, qāma – yaqūmu - qiyāman,
yang berarti berdiri, berhenti, atau berada di tengah. Kiamat (al-qiyāmah) diartikan
sebagai kebangkitan dari kematian, yaitu dihidupkannya manusia pascakematian.
Hari kiamat (yaumulqiyāmah) berarti hari atau saat terjadinya kebangkitan (manusia)
dari kubur. Para ulama mengklasifikasikan kiamat kepada dua macam: kiamat kecil
(qiyamah al-shugra) dan kiamat besar (qiyamah al-kubra). Quraish Shihab dalam
Perjalanan Menuju Keabadian menulis, “Para ulama menjelaskan bahwa ada dua
macam kiamat: kecil (sughro) dan besar (kubro). Kiamat kecil adalah saat kematian
orang per orang, sedang kiamat besar adalah yang bermula dari kehancuran alam
raya.”
2
(as-Sa’ah) dapat dipisahkan menjadi 3 (tiga) makna, yaitu: Pertama, Kiamat Kecil
(as-Sa’ah ash-Shughra) yaitu kematian manusia. Kedua, Kiamat Sedang (as-Sa’ah al-
Wushtha) yaitu meninggalnya generasi satu abad tertentu. Ketiga, Kiamat Besar
(as-Sa’ah al-Kubra) yaitu dibangkitkannya manusia dari kubur mereka untuk
dihisab (al-hisab) dan dibalas (al-jaza’) amalan-amalannya di dunia.
Klasifikasi Tanda-Tanda Kiamat terbagi menjadi dua bagian, yaitu: Pertama,
tanda-tanda kecil (asyrath shughra), yaitu (tanda-tanda) yang mendahului Kiamat
dengan (jarak) waktu yang lama dan menjadi hal yang berulang-ulang (biasa
terjadi). Seperti hilangnya ilmu, merebaknya kebodohan dan minuman khamer,
saling berlomba meninggikan bangunan, serta lain sebagainya. Terkadang
sebagian tanda-tandanya muncul berbarengan dengan tanda-tanda Kiamat besar
(asy-asyrath al-kubra) atau (ada juga yang) setelahnya. Kedua, tanda-tanda besar
(asyrath kubra), yaitu perkara-perkara besar yang muncul menjelang terjadinya
kiamat (qurba qiyam as-sa’ah), dan kejadiannya tidak berulang-ulang. Seperti
kemunculan ad-Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa a.s., keluarnya Ya’juj dan Ma’juj,
terbitnya Matahari dari arah barat.
Sebagian ulama membagi tanda-tanda kiamat dari perspektif
kemunculannya menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Pertama, klasifikasi yang telah
muncul dan telah berakhir. Kedua, klasifikasi yang telah muncul dan terus
berlangsung, bahkan semakin banyak. Ketiga, klasifikasi yang belum terjadi
hingga sekarang. Adapun dua klasifikasi pertama masuk dalam tanda-tanda
Kiamat kecil (asyrath as-sa’ah ash-shughra), sedangkan klasifikasi ketiga terhimpun
di dalamnya tanda-tanda besar (al-asyrath al-kubra) dan sebagian tanda-tanda kecil
(al-asyrath ash-shugra).
3
ْ َ َ َ َّ َ َ ًّ ْ ُ ْ
» " " َم ْ ِوتي: َوذك َر ِمن َها.... : الساع ِة « اعدد ِستا َب ْين َيدي
ِ
‘Hitunglah enam (tanda) menjelang datangnya hari Kiamat .........’ dan beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan diantaranya : ‘Kematianku’.” (HR.
Al-Bukhari).
1 Qu’ash adalah penyakit yang menyerang hewan-hewan ternak (ad-dawab). Ia mejangkitkan sesuatu
(wabah) melalui kedua lubang hidung, lalu (hewan-hewan yang terjangkit) mati mendadak.
4
dalam peristiwa ini mencapai 25.000 jiwa kaum muslimin. Di antara tokoh-
tokoh terkenal yang meninggal dunia adalah Abu ‘Ubaidah ‘Amir bin al-
Jarrah, yang dipercaya umat ini. Sejak akhir 2019, terjadi wabah Covid-19
yang terjadi di seluruh dunia.
5
“Sesungguhnya menjelang datangnya hari Kiamat (terjadi) banyak fitnah,
bagaikan bagian malam yang gelap gulita. Seseorang yang di pagi hari dalam
keadaan beriman, dan di sore harinya menjadi kafir. (Ada) yang di sore harinya
dalam keadaan beriman, dan di pagi harinya menjadi kafir. Orang yang duduk di
saat itu lebih baik daripada orang yang berdiri, orang yang berdiri di saat itu
lebih baik daripada orang yang berjalan, dan orang yang berjalan saat itu lebih
baik daripada orang yang berlari. Maka patahkanlah busur-busur kalian,
putuskanlah tali-tali busur kalian, dan pukulkanlah pedang-pedang kalian ke
batu. Jika (rumah) salah seorang dari kalian dimasuki (fitnah), maka jadilah
seperti yang terbaik dari kedua anak Adam (Habil).” HR. Imam Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak.
Di antara mereka yang tiga puluh itu telah muncul Musailamah al-
Kadzdzab (sang pendusta), ia mengaku sebagai nabi di akhir masa Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ada pula al-Aswad al-‘Ansi di negeri Yaman
yang dibunuh oleh sahabat Radhiyallahu ‘Anhu. Demikian dengan Sajah (binti
Harits, pent.), seorang wanita yang mengkalim dirinya sebagai nabi, dan
Musailamah menikahinya. Kemudian setelah Musailamah terbunuh, ia
kembali memeluk Islam. Begitu juga Thulaihah bin Khuwailid al-Asadi,
kemudian ia kembali memeluk Islam dan baik keislamannya. Kemudian
muncul al-Mukhtar bin Abi ‘Ubaid ats-Tsaqafi yang menampakkan kecintaan
kepada ahlul bait (keturunan nabi). Ada lagi al-Harits al-Kadzdzab (si pendusta)
yang muncul di era kekhalifahan ‘Abdul Malik bin Marwan, maka dibunuh.
6
Di masa sekarang, adalah Mirza Ahmad al-Qadiyani di India, dan masih
banyak lagi.
Sesungguhnya api ini telah muncul pada pertengahan abad ke-7 Hijriyah,
(tepatnya) di tahun 654 H. Saat itu (kobaran) apinya besar, para ulama yang
hidup di masa itu dan setelahnya telah menerangkan kemunculan api
tersebut dalam bentuknya. Dan api ini bukanlah api yang keluar di akhir
zaman menghimpun manusia ke padang mahsyar mereka. Sebagaimana yang
akan dibicarakan dalam pembahasan tanda-tanda Kiamat besar (al-‘Asyrath
al-Kubra).
j. Hilangnya Amanat
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َ َ ُ َ َ َ َّ َ َُ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َْ َ َُ َ ْ َ ُ َ
ِإذا أ ْس ِند الأ ْم ُر: اَّلل ؟ قال
ِ ك ْيف ِإضاعتها َيا َر ُسول: قال، الساعة « ِإذا ض ِيعت الأ َمانة فانت ِظ ْر
َ
َ َ َّ ْ َ ْ َ ْ ْ َ َ
» ِإلى غي ِر أه ِل ِه فانت ِظر الساعة
‘Jika amanat telah disia-siakan, maka tunggulah Kiamat.’ (Abu Hurairah ra)
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana amanat itu disia-siakan?’ Beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Jika urusan diserahkan kepada selain
ahlinya, maka tunggulah Kiamat!’.” H.R. Al-Bukhari.
7
ُ َْ َ ْ ْ ْ َ ْ َ َ َّ َ
ْ ْ
» الساع ِة أن ُي ْرف َع ال ِعل ُم َو َيث ُبت الج ْهل اط
ِ رَ ش أ « ِمن
‘Di antara tanda-tanda Kiamat adalah ilmu dihilangkan dan kebodohan
diteguhkan’.”
Yang dimaksud dengan diangkatnya ilmu adalah diwafatkannya para
ulama, sebagaimana riwayat dalam hadis ‘Abdullah bin Amr bin al-‘Ash
Radhiyallahu ‘Anhuma bertutur, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:
َ َّ َ َ َ ُْ َ َ ْ ْ ُ َْ ْ ََ ْ ُ ُ َْ ً َ ْ ْ ْ ُ ْ َ َّ « إَّن
حتى ِإذا، ول ِكن يق ِبض ال ِعلم ِبقب ِض العلم ِاء، اَّلل لا َيق ِبض ال ِعل َم ان ِتزاعا َينت ِزعه ِم َن ال ِع َب ِاد
ْ
ِ
ُّ َ َ َ ُّ َ َ ْ ْ َ َْ ََْ ُ ُ َ ُ ً ُ ُ ُ َّ َ َ َّ ً َ َ َ
» وأضلوا، فضلوا، فس ِئلوا فأفتوا ِبغي ِر ِعل ٍم، وسا جَّهالا ل ْم َي ْبق عا ِلما اتخذ الناس رء
“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu langsung dari para hamba, tetapi
mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi
seorang alim, maka manusia akan menjadi orang-orang bodoh sebagai pemimpin,
lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka
mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.” HR. Al-Bukhari dan Muslim.
m. Merebaknya Perzinaan
Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:
َ
َ َ َ ْ ََ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ْ ْ َّ
» "الزنا
ِ "ويظهر: وذكر ِمنها.... : اط الساع ِة
ِ « إن ِمن أشر
8
‘Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah .........’ dan beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan diantaranya: ‘Merebaknya
perzinaan’.”
n. Riba Merajalela
Dalam Shahih al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َ َ ْ
َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ َْ
َ بح َُ َ ٌ ََ َّ َ َ ََّ َ َ
» ام
ٍ ر ِ م أ ل
ٍ لا ح بِ ال م ال ذخأ ا م بِ ء ر م ال ى ال
ِ ب ي لا ان مز اس
ِ الن ىلع ن يتِ « لي
أ
“Sungguh akan datang suatu zaman pada manusia, seseorang tidak peduli (lagi)
dengan (status) kehalalan atau keharaman harta yang ia peroleh”
9
“Sungguh kamu akan menghiasinya (yaitu: masjid-masjidmu) sebagaimana
bangsa Yahudi dan Nashrani menghias (tempat-tempat ibadah mereka).” H.R.
Al-Bukhari secara mu’allaq.
Selain Hadis-hadis di atas, di antara tanda tanda Hari Kiamat Kecil ialah
muncul banyak fitnah, banyak terjadi pembunuhan, perbuatan hina merajalela,
perbuatan keji dan kemungkaran seperti zina, minum arak, perjudian, merasa
bangga dengan perbuatan buruk dilakukan secara terang-terangan. Sehingga,
orang yang berpegang teguh pada agamanya bagaikan orang yang
menggenggam bara api. Selain itu, di antara tanda tanda hari kiamat kecil lainnya
ialah dicabutnya ilmu, banyaknya kebodohan, kuantitas kaum perempuan
banyak sekali, kaum laki-laki hanya sedikit, sutra banyak dipakai, banyak orang
menjadi penyanyi, seseorang melewati kuburan orang lain, lalu dia berkata,
“Seandainya saja aku berada di posisi dia.”
Tanda tanda hari kiamat kecil lainnya adalah munculnya para dai yang
menyesatkan, para pemimpin yang menyimpang, amanat disia-siakan dengan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya. Minimnya kebaikan, jarang hujan,
sering terjadi gempa, banjir, harga-harga barang sangat tinggi, para perempuan
keluar dengan tidak berpakaian, berpakaian namun seperti telanjang. Di samping
itu, tanda tanda hari kiamat kecil lainnya adalah waktu berjalan terasa cepat,
sehingga setahun seakan-akan hanya sebulan, sebulan seakan-akan hanya satu
jam, dan satu jam bagaikan bara api yang membakar. Al-Qur’an pun menjadi
lenyap, yang tersisa hanyalah tulisannya, mushaf-mushaf dihias dengan emas,
kaum perempuan jadi pembicara, dan masjid-masjid juga dihias. Bagaimana
Saudara? Adakah tanda-tanda hari kiamat kecil itu hadir di sekeliling Saudara?
10
B. Kiamat Kubra dan Kehidupan Setelah Hari Akhir
Beriman (meyakini) adanya hari akhir adalah bagian dari rukun iman. Iman
kepada hari akhir ini adalah penting sekali. Sedemikian pentingnya maka dalam Al-
Qur’an dan hadis keimanan pada hari akhir ini kerap disandingkan dengan keimanan
kepada Allah. Dan memang ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang
banyak dijabarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, yaitu pembuktian tentang keesaan
Allah, yang berarti ini tentang iman kepada Allah, dan kedua, uraian atau
pembuktian tentang hari akhir.
Al-Qur’an telah memberitakan kepada manusia bahwa alam semesta ini telah
diciptakan dan akan sampai pada titik akhirnya (Q.S. al-Mukmin [40]: 59 dan Q.S. al-
Hajj [22]: 7). Segala yang berawal maka akan berakhir, baik manusia, tumbuhan,
hewan, alam semesta, maupun malaikat semuanya akan mati, hanya Allah saja yang
tidak berawal dan tidak berakhir. Waktu yang ditetapkan dimana alam semesta dan
segala makhluk di dalamnya mulai dari mikroorganisme sampai makhluk yang
paling indah bentuknya yaitu manusia, termasuk bintang-bintang dan galaksi-galaksi
semuanya akan hancur pada hari dan jam yang telah ditentukan oleh sang
penciptanya dan hanya Dia yang mengetahuinya. Waktu atau hari tersebut dikenal
dengan nama Hari Akhir atau Kiamat.
11
Sajdah [32]: 5); bahkan bisa berbanding dengan 50.000 tahun (Q.S. al-Ma‘ārij [70]:
4). Ini wajar saja, sebab ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (nirwaktu).
Penyebutan al-yaum al-ākhir, yang dirangkai dengan iman kepada Allah, pada
hakikatnya dimaksudkan sebagai hari perhitungan (al-hisāb) dan pembalasan (al-
jazā'), sehingga oleh Al-Qur'an ia dijadikan sebagai sarana yang efektif untuk
menumbuhkan kejujuran, ketakwaan, kedermawanan, berani berkorban demi
kebenaran dan keadilan, dan sebagainya.
Artinya, seandainya seseorang bersikap jujur, lalu tidak mendapatkan hasil
duniawi yang diinginkan, maka keimanan kepada hari akhir itulah yang
menjadikan dirinya tetap sabar dan konsisten, sebab ia yakin ganjaran yang sesuai
akan diperoleh di hari akhir kelak. Begitu juga, ia bisa dijadikan tameng dari
perilaku-perilaku buruk, misalnya kemunafikan, riya’, dan sebagainya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa firman Allah seperti: “Dan di
antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal
sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 8).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kiamat diartikan sebagai: a. hari
kebangkitan setelah mati (orang yang telah meninggal dihidupkan kembali untuk
diadili perbuatannya); b. hari akhir zaman (dunia seisinya rusak binasa dan
lenyap); c. celaka sekali, bencana besar, rusak binasa; d. berakhir dan tidak
muncul lagi. Sedang dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, kiamat diartikan
keadaan makhluk dan alam semesta ketika berakhirnya kehidupan mereka di
dunia.
Dari pengertian ini, ada dua hal pokok terkait makna kiamat, yaitu: Pertama,
kiamat merupakan kebangkitan manusia dari kematian atau dari kuburnya.
Maknanya, pada hari itu semua manusia dibangkitkan dari kubur, tempat
peristirahatan setelah kematiannya. Selanjutnya, mereka diadili dan diminta
pertanggungjawaban atas semua perbuatannya di dunia. Yang banyak
kebaikannya akan mendapat ganjaran kenikmatan, dan yang sebaliknya akan
mendapat hukuman. Allah Berfirman: “Maka adapun orang yang berat
timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
(senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, maka
tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. al-Qāri‘ah [101]: 6-9).
Kedua, kiamat adalah keadaan akhir zaman. Kiamat merupakan akhir dari
alam semesta dan kehidupan semua makhluk. Artinya saat kiamat tiba, seluruh
jagat raya beserta isinya, seperti planet, bintang, langit, bumi, manusia, dan
semua yang ada, hancur binasa. Kehidupan makhluk pun tidak ada lagi. Ini
merupakan bencana besar bagi alam raya dan yang ada di dalamnya. Seluruh
kehidupan yang ada menjadi musnah karena hancurnya dunia dan isinya. Allah
berfirman, Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, dan
12
apabila lautan dijadikan meluap, dan apabila kuburan-kuburan di bongkar. (Q.S. al-Infiţār
[82]: 1-4).
Sayyid Sābiq dalam al-Aqā’id al-Islāmiyyah menjelaskan, “Hari kiamat adalah
suatu keadaan yang didahului dengan musnahnya alam semesta. Saat itu, seluruh
makhluk yang masih hidup akan mati. Bumi pun akan berganti, bukannya bumi
dan langit yang ada sekarang”.
Sementara itu Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa kiamat diawali dengan
tiupan terompet sebagai tanda kehancuran alam. Dari beberapa penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: a. hari kiamat merupakan akhir
kehidupan dunia; b. kiamat diawali tiupan sangkakala sebagai tanda permulaan
hancurnya alam semesta; c. kiamat merupakan kehancuran jagat raya yang
diawali dengan berguncangnya bumi, hancurnya semua benda angkasa, dan
kematian seluruh makhluk hidup yang masih ada, sehingga semua yang ada di
dunia musnah; d. setelah semuanya hancur dan musnah, bumi, langit, dan
lainnya akan diganti dengan yang baru; dan e. kiamat merupakan awal
kehidupan akhirat yang menggantikan kehidupan dunia.
Hari Akhir atau Hari Kiamat merupakan tahapan yang harus dilewati
menuju Negeri Akhirat. Ungkapan al-dār al-ākhirah merupakan lawan dari al-dār
al-dunyā, sebagaimana termaktub di dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut:
َ َ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ ْٰ َّ َّ َ َ َّ َ ْ ُّ ُ َ ْ ٰ
َو َما ه ِذ ِه الح ٰيوة الدنيا ِالا ل ْه ٌو َّول ِع ٌب َواِ ن الد َار الا ِخ َرة ل ِه َي الح َي َوان ل ْو كان ْوا َيعل ُم ْون
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya
negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui”.
(Q.S. al-‘Ankabūt [29]: 64)
Hari akhir adalah hal yang harus diimani sebagaimana surah al-Baqarah [2]
ayat 8 berikut:
َْ ْ ُ ْ ُ ََ ٰ ْ ْ َ ْ َ ٰ َّ َ ٰ ُ ْ ُ َّ ْ َ َّ َ َ
ِ اس من يقول امنا ِب
اَّلل و ِباليو ِم الا ِخ ِر وما هم ِبمؤ ِم ِنين ِ و ِمن الن
13
“Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari
akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman”.
(Q.S. al-Baqarah [2]: 8)
Saat kiamat terjadi, hal yang terjadi pada alam ini adalah kehancuran
sebagaimana dalam surah al-Infiţār [82] ayat 1-4:
ُْ َ ْ َ
ْ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ ََْ
اك ُب انتث َرت َواِ ذا ال ِبح ُار ف ِج َرت َواِ ذا الق ُب ْو ُر ُبع ِث َرت َ َ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ
ِ ِاذا السما ُۤء انفط َرت واِ ذا الكو
1. Apabila langit terbelah, 2. dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan, 3. dan
apabila lautan dijadikan meluap, 4. dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. (Q.S.
al-Infiţār [82]: 1-4)
Orang setelah hari kiamat akan ada akhirat yang ujungnya adalah tempat
penempatan manusia berdasarkan amal ibadahnya, yang baik amalnya akan
masuk surga, dan yang banyak dosanya ditempatkan di neraka, sebagaimana
surah al-Qāri‘ah [101] ayat 6-9:
ٌ َ ُّ ُ َ ُ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ََّ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ََّ َ
َّ ينه َف ُه َو ف ْي ع ْي َشة
او َية
ِ ازينه فامه ه
ِ و م ت ف خ نم ا ما و ة
ٍ ياض
ِ ر ٍ ِ ِ از
ِ فاما من ثقلت مو
6. Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, 7. maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (senang). 8. Dan adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, 9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (Q.S. al-Qāri‘ah
[101] ayat 6-9)
14
Surah az-Zalzalah diikuti oleh maf’ul mutlaq, maka kata ini dimaknai sebagai
guncangan hebat yang terjadi di seluruh penjuru Bumi.
Dalam Al-Quran, kata ini dengan semua bentuk jadiannya disebut sebanyak
6 kali, dua kali di antaranya disebut dalam Surah az-Zalzalah ayat 1. Ayat ini
menerangkan bahwa peristiwa kiamat diawali dengan guncangan yang dahsyat
yang meliputi seluruh Bumi. Fenomena gempa ini berbeda dengan yang selama
ini terjadi, hanya bersifat lokal dan tidak menyeluruh ke seantero Bumi. Peristiwa
ini menjadi penanda yang mengingatkan manusia bahwa akhir kehidupan dunia
telah datang, yang diikuti kemudian oleh kehidupan akhirat.
Tanda-tanda Kiamat Kubra (Kiamat Besar) lainnya adalah sebagai berikut:
a. Terbitnya matahari dari arah barat. Rasulullah saw. bersabda, “Kiamat
tidak akan datang, sebelum matahari terbit dari arah Barat. Apabila
orang-orang melihat hal ini, maka semua orang yang ada di atasnya
beriman. Hal ini pada saat tidak berguna lagi iman seseorang yang
memang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat
kebajikan dengan imannya itu”.
b. Kabut. Kabut tebal memenuhi antara langit dan bumi yang muncul
sebelum kiamat datang, dimana akan mengambil nafas orang-orang kafir,
sehingga mereka hampir tercekik sedangkan bagi orang-orang mukmin
seperti mengalami pilek. Kabut ini berlangsung di bumi selama 40 hari.
c. Munculnya binatang yang dapat berbicara dengan manusia. Keluarnya
binatang dari dalam bumi yang dapat berbicara dengan manusia dengan
bahasa yang fasih, yang dimana bahasa itu dapat dipahami oleh semua
yang mendengarnya. Binatang atau Dabbah ini muncul di akhir zaman
saat manusia telah mengalami kebobrokan. Di mana para manusia
meninggalkan perintah-perintah Allah Swt., dan mengganti agama yang
benar. Dabbah keluar dengan membawa tongkat Nabi Musa ‘alaihissalam
dan cincin Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Dan wajah orang mukmin
menjadi terang berkat tongkat tersebut, sehingga dapat dikenali antara
orang mukmin dan orang kafir.
d. Munculnya al-Masih Dajjal. Dinamai al-A’war ad-Dajjal karena dia buta
sebelah matanya yang kanan. Fitnahnya merupakan fitnah terbesar yang
menimpa orang-orang di akhir zaman. Al-A’war ad-Dajjal tidak hanya
mengaku-aku sebagai nabi, bahkan dia juga mengaku-aku sebagai Tuhan.
Muncul beberapa hal-hal yang luar biasa melalui kedua tangannya
sebagai bentuk istidraj dari Allah Subhanahu wa ta’ala kepadanya dan
sebagai ujian bagi para manusia. Dia mengelilingi seluruh permukaan
bumi. Semua daerah yang dia masuki pasti dia berbuat kerusakan di
dalamnya, kecuali Makkah dan Madinah.
15
e. Keluarnya Ya’juj Ma’juj. Ya’juj Ma’juj merupakan kabilah dari keturunan
Yafits bin Nuh. Mereka keluar di akhir zaman setelah dinding
penghalang yang dibuat oleh Dzulqarnain jebol. Lantas mereka membuat
kerusakan di muka bumi dengan berbagai macam tindakan keji dan
kerusakan. Saking banyaknya, mereka memakan makanan dan tanaman
apa saja yang dijumpainya dan meminum danau Thabariyah sampai
seakan-akan tidak pernah ada airnya.
f. Keluarnya api yang menggiring manusia ke Padang Mahsyar. Api ini
keluar dari tanah ‘Adn, merupakan api besar yang menakutkan. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat memadamkannya. Api ini menggiring
manusia ke padang Mahsyar.
16
b. Munculnya Dajjal
c. Munculnya Dabbah
d. Terbitnya matahari dari barat.
e. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj
f. Munculnya Isa bin Maryam;
g. Adanya tiga gerhana, di timur;
h. Gerhana di barat;
i. Gerhana di jazirah Arab.
j. Adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring manusia
menuju tempat berkumpul.
17
sudah jelas, maka setiap orang akan meremehkan ibadahnya dan hanya
beribadah ketika mendekati kiamat.
18
menyebutkan istilah tambahan lainnya yang diserap dari Al-Qur’an, serta
tambahan istilah lainnya dari para ulama. Ia mengutip al-Qurthubi yang
membolehkan penggunaan penyebutan hari akhir dengan istilah lain yang
relevan. Ada beberapa istilah yang paling banyak disebutkan Al-Qur’an terkait
hari akhir ini, yaitu yaumul qiyamah (hari kebangkitan), terulang tujuh puluh kali;
as-sā‘ah (waktu), terulang empat puluh kali; al-ākhirah (akhir; penghabisan)
terulang seratus lima belas kali.
Adapun yaumul ākhir terulang 24 kali; Yaumud Din (hari pembalasan) terulang
enam kali; yaumul fashl (hari keputusan) terulang enam kali; yaumul fath (hari
pengadilan) terulang dua kali; yaumut talāq (hari pertemuan) terulang dua kali;
yaumul jam’i (hari pengumpulan) terulang dua kali; yaumul khulūd (hari
kekekalan) terulang dua kali; yaumul khurūj (hari keluar) terulang dua kali; yaumul
ba’ts (hari kebangkitan) terulang dua kali; yaumut tanād (hari panggilan) terulang
dua kali. Kemudian ada yaumul hasrah (hari penyesalan), yaumul azifah (hari
mendekat), dan yaumu taghabun (hari terbukanya aib yang masing-masing sekali.
Juga ada istilah al-qāriah (bencana yang menggetarkan); al-ghāsyiah (bencana yang
tak tertahan), as-shakhkhah (bencana yang memekakkan, al-hāqah (kebenaran
besar), dan al-wāqiah (peristiwa besar).
فيكون، كانوا على حذر منها،والسبب في إخفاء الساعة عن العباد؟ أنهم إذا لم يعلموا متى تكون
لا يجليها لوقتها: ثم إنه تعالى أكد هذا المعنى فقال، وأزجر عن المعصية/ ،ذلك أدعى إلى الطاعة
لا يظهرها في وقتها المعين إلا هو أي لا يقدر على: والمعنى،التجلية إظهار الشيء والتجلي ظهوره
19
6. Hikmah Mempelajari Kiamat Kubra
Ketika Saudara menganalisis materi Kiamat Kubra ini, apa yang Saudara
rasakan? Apakah Saudara merasa bahwa kiamat kubra ini masih lama? Apakah
Saudara membayangkan apa jadinya jika Allah tidak menyampaikan tanda-tanda
kiamat kubra ini? Di antara hikmah ini adalah kita akan tetap waspada dan
memberikan yang terbaik kepada Allah sebelum kiamat tiba. Sebagai pendidik
perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri maupun untuk
peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan memuliakan diri sendiri,
Allah, sesama manusia dan makhluk lain. Serta sebagai bahan mengajak orang
lain menyiapkan diri dengan beribadah secara baik. Selain hikmah ini, hikmah
apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi ini? Silahkan analisis lebih
dalam!
20
C. Surga dan Neraka
1. Pengertian Surga
Surga dalam kamus besar Bahasa Indonesia bermakna alam akhirat yang
membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam
keabadain). Kata ini dalam bahasa Arab adalah ( َجنّٰتjannah). Al-Ghazali
menjelaskan bahwa surga adalah tempat yang tidak ada kesedihan dan
kesengsaraan di dalamnya, hanya ada kenikmatan dan kebahagiaan saja.
Sehingga makna surga ini adalah tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang
yang bertakwa, taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Secara
umum, makna surga ini sudah dapat dipahami namun implementasi agar bisa
masuk surga adalah hal yang sangat berat.
2. Pengertian Neraka
Neraka dalam kamus besar Bahasa Indonesia bermakna alam akhirat tempat
orang kafir dan orang durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan. Kata ini
dalam bahasa Arab adalah ( نَارNār). Al-Ghazali menjelaskan bahwa neraka adalah
tempat yang penuh dengan kesengsaraan dan siksaan. Sehingga makna neraka
ini adalah tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang yang kafir dan tidak
mentaati perintah bahkan melakukan pelanggaran yang dilarang-Nya. Seperti
halnya surga, memahami makna neraka adalah hal mudah, namun memastikan
diri agar tidak terjerumus kedalamnya adalah hal yang sangat berat.
21
“1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang yang
khusyuk dalam salatnya, 3. dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tidak berguna, 4. dan orang yang menunaikan zakat, 5. dan
orang yang memelihara kemaluannya, 6. kecuali terhadap istri-istri mereka atau
hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. 7.
Tetapi barang siapa mencari di balik itu (zina, dan sebagainya), maka mereka
itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. Dan (sungguh beruntung) orang
yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, 9. serta orang yang memelihara
salatnya. 10. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan
mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya”. (Q.S. al-Mu’minun [23]:
1-11)
b. Surga And
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah Thaha ayat 76 sebagai berikut:
ٰ َ َ َ ٰ َْ ٰ َْْ َْ ْ َ ْ َ ُ ٰ َ
ࣖ جنت عد ٍن تج ِر ْي ِم ْن تح ِت َها الان ٰه ُر خ ِل ِدين ِف ْي َها َوذ ِلك ج َزا ُۤء َم ْن ت َزكى
“(yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri”. (Q.S. Thaha
[20]: 76)
Surga ini diperuntukkan bagi orang yang bertakwa kepada Allah, benar-
benar beriman dan beramal shaleh, banyak berbuat baik, sabar,
menginfaqkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan.
c. Surga Na’iim
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah Luqman ayat 8-9 sebagai berikut:
َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ ًّ َ ٰ َ ْ َ َ ْ َ ْ ٰ ْ َّ ُ ٰ َ ْ ُ َ ٰ ٰ ُ َ ْ ُ َ ٰ َ ْ َّ َّ
ز ُز الح ِك ْي ُم ِ ِان ال ِذين امنوا َوع ِملوا الص ِلح ِت لهم جنت الن ِعي ِم خ ِل ِدين ِفيها وعد
اَّلل حقا وهو الع ِ ي
“8. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan, 9. mereka kekal di
dalamnya, sebagai janji Allah yang benar. Dan Dia Mahaperkasa,
Mahabijaksana”. (Q.S. Luqman [31]: 8-9)
22
d. Surga Ma’wa
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah as-Sajdah [32] ayat 19 sebagai berikut:
ْ ْ ُ ٰ
َ ُ ْ ُ َ َ ً ُ َ ََ ٰ ٰ ُ َ ُ ٰ َ ْ َّ َ
اَّما ال ِذين ا َمن ْوا َوع ِملوا الص ِلح ِت فل ُه ْم جنت ال َمأ ٰوى ن ُزلا ۢ ِبما كان ْوا َيع َمل ْون
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, maka
mereka akan mendapat surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala
atas apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. as-Sajdah [32]: 19)
e. Surga Darussalam
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah Yunus [10] ayat 25 sebagai berikut:
َ ٰ ٰ َّ َ ٰ ْ ُ ْ َ ُ ٰ َ
اط ُّم ْست ِق ْي ٍم ُ َ َّ ْ َ ْ ْ َ َ
ٍ واَّلل يدعو ِالى د ِار السل ِمَۚويه ِدي من يشاۤء ِالى ِص َر
“Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus-salam (surga), dan memberikan
petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam)”. (Q.S.
Yunus [10]: 25)
Surga ini diperuntukkan bagi orang yang kuat imannya dan Islamnya,
memperhatikan ayat-ayat Allah serta beramal shaleh.
Surga ini diperuntukkan bagi orang yang bersyukur kepada Allah. Kata
Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-
orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu.
23
g. Surga Al-Maqamul Amin
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah ad-Dukhan [44] ayat 51 sebagai berikut:
َ َ َ َ ْ َّ ُ ْ َّ
ام ا ِم ْي ٍن
ٍ ق م يْ ف
ِ ِان المت ِقي
ن
“Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman”
(Q.S. ad-Dukhan [44]: 51)
h. Surga Khuldi
Nama surga ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Furqaan [25] ayat 15 sebagai berikut:
َ َ ْ َ َ َ ُ َّ ْ َ َّ ْ ُ ْ ُ َّ َ َ َ َ َٰ ْ ُ
قل اذ ِلك خ ْي ٌر ا ْم جنة الخل ِد ال ِت ْي ُو ِعد ال ُمتق ْون كانت ل ُه ْم ج َزا ًۤء َّو َم ِص ْي ًرا
“Katakanlah (Muhammad), “Apakah (azab) seperti itu yang baik, atau surga
yang kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan,
dan tempat kembali bagi mereka?”. (Q.S. al-Furqaan [25]: 15)
Surga ini juga diperuntukkan bagi orang yang bertakwa serta melakukan
amal ibadah kepada Allah Swt.
a. Neraka Hawiyah
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Qari’ah: 8-11 sebagai berikut:
ٌ َ َ ْ َ َْ ٌ َ ُّ ُ َ ُ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ََّ َ
ࣖ او َية َو َما اد ٰرىك َما ِه َيه ن ٌار ح ِام َية
ِ ازينه فامه ه
ِ واما من خفت مو
“8. Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, 9. maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiyah. 10. Dan tahukah kamu apakah neraka
Hawiyah itu? 11. (Yaitu) api yang sangat panas”. (Q.S. al-Qari’ah: 8-11)
Neraka ini diperuntukkan bagi orang yang munafik dan orang kafir.
Selain itu juga bagi orang-orang yang sedikit amal kebaikannya.
24
b. Neraka Jahim
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Maidah [5] ayat 86 sebagai berikut:
َْ ٰ ْ َ َ ٰۤ ُ َ ٰ ََّ َ َ َ ْ َّ
ࣖ َوال ِذين كف ُر ْوا َوكذ ُب ْوا ِبا ٰي ِتنا اول ِٕىك اصح ُب الج ِح ْي ِم
“Dan orang-orang yang kafir serta mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah
penghuni neraka”. (Q.S. al-Maidah [5]: 86)
c. Neraka Saqar
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Mudassir [74] ayat 42-47 sebagai berikut:
َ َْ ُ ُ َ َُّ َ ْ ُْ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ َ
َما َسلكك ْم ِف ْي َسق َر قال ْوا ل ْم نك ِم َن ال ُمص ِل ْين َول ْم نك نط ِع ُم ال ِم ْس ِك ْين َوكنا نخ ْوض َم َع الخاۤى ِِٕض ْين
ُ ْ َ َٰ ٰ َ ْ ُ
الدي ِن حتى اتىنا ال َي ِق ْين ْ َ ُ َ ُ َّ َ
ِ وكنا نك ِذب ِبيو ِم
42. ”Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” 43. Mereka
menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat,
44. dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin, 45. bahkan kami biasa
berbincang (untuk tujuan yang batil), bersama orang-orang yang
membicarakannya, 46. dan kami mendustakan hari pembalasan, 47. sampai
datang kepada kami kematian.” (Q.S. al-Mudassir [74]: 42-47)
d. Neraka Sa’ir
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah an-Nisa [4] ayat 10 sebagai berikut:
َ َ ْ َ ُ َ ُ ُ ْ َ َّ ً ْ ُ ْ
ٰ َ ْ َ َ َ ُ ُ َ ْ َّ َّ
ࣖ ِان ال ِذين َيأكل ْون ا ْم َوال اليت ٰمى ظلما ِانما َيأكل ْون ِف ْي ُبط ْو ِن ِه ْم ن ًارا َو َس َيصل ْون َس ِع ْي ًرا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke
dalam api yang menyala-nyala (neraka)”. (Q.S. an-Nisa [4]: 10)
Neraka ini diperuntukkan bagi orang yang kafir, memakan harta anak
yatim, yang kafir, yang tidak mau shalat, tidak mau puasa, dan yang tidak
mau berzakat.
25
e. Neraka Huthamah
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Humazah [104] ayat 1-8 sebagai berikut:
َ َْ َ ُْ َّ َ ْ ُ َ ََّ َ َ ْ َ َ ََّ ْ َ َ َّ َ ً َ َّ ُّ ُ ُ ٌ
َو ْيل ِلك ِل ه َم َز ٍة ل َم َز ٍة ال ِذ ْي ج َم َع َمالا َّوعدده يح َس ُب ان َماله اخلدهَۚكلا لين َۢبذن ِفى الحط َم ِة َو َما اد ٰرىك
ٌ َ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ َ ََّ َّ ُ َ َ ْ ٰ ُ َ ُ َ َ ُ ْ َ
اَّلل ال ُم ْوقدة ال ِت ْي تط ِل ُع على الاف ِٕـد ِة ِان َها عل ْي ِه ْم ُّمؤصدة
ِ ما الحطمة نار
“1. Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, 2. yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya, 3. dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya. 4. Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam
(neraka) Hutamah. 5. Dan tahukah kamu apakah (neraka) Hutamah itu? 6.
(Yaitu) api (azab) Allah yang dinyalakan, 7. yang (membakar) sampai ke hati. 8.
Sungguh, api itu ditutup rapat atas (diri) mereka”. (Q.S. al-Humazah [104]: 1-
8)
Neraka ini diperuntukkan bagi orang yang berpaling dari agama Allah,
mengumpulkan banyak harta benda dan dipergunakan untuk dirinya
sendiri.
g. Neraka Jahannam
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Mulk [67] ayat 6 sebagai berikut:
ْ ْ َّ َ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ َ َ ْ َّ َ
اب ج َهن َم َو ِبئ َس ال َم ِص ْي ُر و ِلل ِذين كفروا ِبر ِب ِهم عذ
“Dan orang-orang yang ingkar kepada Tuhannya akan mendapat azab Jahanam.
Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Q.S. al-Mulk [67]: 6)
26
Selain itu ada surah lain yang menyebutkannya, ada pada surah Fathir
[35] ayat 36:
َُّ ْ َ َ ٰ َ َ َ ْ َ ُ ََّ ُ َ ُ َ َ َ ٰ ْ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َّ
َوال ِذين كف ُر ْوا ل ُه ْم ن ُار ج َهن َمَۚلا ُيقضى عل ْي ِه ْم ف َي ُم ْوت ْوا َولا يخفف عن ُه ْم ِم ْن عذ ِاب َها كذ ِلك نج ِز ْي كل
ْ َُ
َۚكفو ٍر
Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka neraka Jahanam. Mereka tidak
dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka
azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.
(Q.S. Fathir [35]: 36)
Neraka ini diperuntukkan bagi orang yang kafir dan orang Islam yang
melakukan dosa besar namun tidak bertaubat sampai wafat.
h. Neraka Wail
Nama neraka ini tercatat dalam beberapa ayat, di antaranya ada dalam
surah al-Muthaffifin [83] ayat 1-3 sebagai berikut:
َ ْ ُ ُ َُ َ ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ ٌ
اس ي ْست ْوف ْون َواِ ذا كال ْوه ْم ا ْو َّوزن ْوه ْم يخ ِس ُر ْون
ِ الن َو ْيل ِلل ُمط ِف ِفين ال ِذين ِاذا اكتالوا على
“1. Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!
2. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dicukupkan, 3. dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang
lain), mereka mengurangi”. (Q.S. al-Muthaffifin [83]: 1-3)
27
memuliakan diri sendiri, Allah, sesama manusia dan makhluk lain. Serta sebagai
bahan mengajak orang lain taat pada aturan Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi ini?
Silahkan analisis lebih dalam!
28
D. Takdir Mubram dan Mu'allaq
Apabila Allah menghendaki sesuatu akan terjadi pada seorang hamba-Nya, maka
pasti sesuatu itu akan menimpanya, sekalipun orang tersebut bersedekah, berdoa,
bersilaturrahim, dan berbuat baik kepada sanak kerabatnya, kepada ibunya, dan
saudara-saudaranya, atau lainnya. Artinya, apa yang telah ditentukan oleh Allah
tidak dapat diubah oleh amalan-amalan kebaikan bentuk apapun.
Lalu bagaimana dengan hadis berikut:
ُّ
ُ الد َع ٌ اء َش
َ ضَ َ ُّ ُ َ َ
)اء (رواه الترمذي ىء إلا لا يرد الق
“Tidak ada sesuatu yang dapat menolak Qadla kecuali doa” (HR. at-Tirmidzi).
Qadla di dalam hadis ini adalah Qadlā Mu’allaq. Harus kita ketahui bahwa Qadla
terbagi kepada dua bagian: Qadlā Mubram dan Qadlā Mu’allaq.
29
bergantung kepada perbuatan-perbuatan atau doa-doa hamba-Nya.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu, tidak ada suatu apapun
yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah maha mengetahui perbuatan manakah
yang akan dipilih oleh si fulan dan apa yang akan terjadi padanya sesuai yang
telah tertulis di al-Lauh al-Mahfuzh. Namun demikian doa adalah sesuatu yang
diperintahkan oleh Allah atas para hamba-Nya. Dalam al-Qur’an Allah
berfirman:
ُ
َّ َ َ ُ ْ ْ ُ الد ِاع إ َذا َد َعان َف ْل َي ْس َتج
َّ َ َ ْ َ ُ َ ََ َ َ َ
ٌ ك ع َبادي َعني َفإني َقر
يبوا ِلي َول ُيؤ ِمنوا ِبي لعل ُه ْم ِ ِ ِ ة و عد يبجِ أ يب ِ ِِ ِ ِ ِ و ِإذا سأل
َ ُ ُ
َي ْرشدون
“Dan jika hamba-hamba-ku bertanya kepadamu (Wahai Muhammad) tentang Aku,
maka sesungguhnya Aku dekat (bukan dalam pengertian jarak), Aku kabulkan
permohonan orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka
memohon terkabulkan doa kepada-Ku dan beriman kepada-Ku, semoga mereka
mendapatkan petunjuk” (QS. al-Baqarah: 186).
Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang yang berdoa tidak akan sia-sia
belaka. Ia pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga kebaikan; dosa-dosanya
yang diampuni, permintaannya yang dikabulkan, atau mendapatkan kebaikan
yang disimpan baginya untuk di kemudian hari kelak. Semua dari tiga kebaikan
ini adalah merupakan kebaikan yang sangat berharga baginya. Dengan demikian
maka tidak mutlak bahwa setiap doa yang dipintakan oleh para hamba pasti
dikabulkan oleh Allah. Akan tetapi ada yang dikabulkan dan ada pula yang tidak
dikabulkan. Yang pasti, bahwa setiap doa yang dipintakan oleh seorang hamba
kepada Allah adalah sebagai kebaikan bagi dirinya sendiri, artinya bukan sebuah
kesia-siaan belaka. Dalam keadaan apapun, seorang yang berdoa paling tidak
akan mendapatkan salah satu dari kebaikan yang telah disebutkan di atas.
Situasi takdir muallaq berlainan dengan takdir mubram. Doa tidak dapat
mengubah kenyataan yang digariskan dalam takdir mubram. Meskipun demikian,
doa dipercaya dapat meminimalisir dampak bala yang timbul karena takdir
mubram.
Meskipun takdir terbagi dua, muallaq dan mubram, kita sebagai manusia tidak
mengetahui mana takdir muallaq dan takdir mubram. Oleh karena itu, ahlusunnah
wal jamaah memandang doa sebagai ikhtiar manusiawi yang tidak boleh
ditinggalkan sebagaimana pada umumnya aliran ahlusunnah wal jamaah
memandang perlunya ikhtiar dalam segala hal, bukan menyerah begitu saja. Dari
sini, kita dapat memahami tiga permintaan atau doa yang lazim diamalkan
masyarakat Indonesia di malam nisfu Syaban sebagai bentuk ikhtiar dalam
menolak bala dan ikhtiar dalam mendatangkan kemaslahatan.
Sementara aliran muktazilah tidak mempercayai peran dan manfaat doa
karena kata ‘doa’ dalam Al-Quran itu adalah ibadah secara umum. “Siapa saja
30
yang beribadah, niscaya Allah akan menerimanya,” menurut mereka. Mereka
tidak mengartikan ayat itu demikian, “Siapa saja yang berdoa, niscaya Allah akan
mengabulkannya.”
Meskipun demikian, kelompok ahlusunnah wal jamaah Asy’ariyah tidak
menempatkan aliran muktazilah ke dalam aliran kufur karena mereka masih
meyakini Al-Qur’an sebagai wahyu Allah. Semua pengertian yang diangkat oleh
pendukung kelompok ahlusunnah wal jamaah Asy’ariyah ini dimaksudkan agar
umat Islam tidak salah paham menempatkan signifikansi doa, peran ikhtiar
manusia, dan dapat meningkatkan keimanan terhadap takdir di tengah peran
atau ikhtiar manusiawi. Semua ini dijelaskan oleh pendukung kelompok
ahlusunnah wal jamaah asy’ariyah agar masyarakat sunni tidak bersikap su'ul adab
dan su'uzhan kepada Allah.
31
E. Konsep Kebebasan Manusia dalam Konteks Takdir Allah
Hampir setiap orang menginginkan kemauannya terwujud, baik itu kemauan
yang baik maupun kemauan buruk. Hanya saja ada kemauan yang dapat terwujud
dengan syarat-syarat tertentu. Di sini hukum kausalitas berlaku. Tetapi ada juga
kemauan orang-orang tertentu yang terwujud tanpa bergantung pada syarat apapun.
Meski demikian, kemauan yang terwujud itu tak mungkin berbenturan dengan takdir
Allah Swt., sebagaimana hikmah berikut ini:
“Jawabannya dapat diringkas bahwa sikap kita terhadap Allah harus sesuai
dengan perintah-Nya. Sedangkan sikap kita terhadap sunatullah harus sesuai
dengan hukum-hukum alam yang ditetapkan oleh-Nya sebagai asas
keteraturan alam. Allah memerintahkan kita untuk makan bila lapar, minum
bila haus, mencari obat bila sakit, dan menjaga kesehatan serta waspada
terhadap segala yang menyebabkan kita celaka dan sakit. Kemudian Allah
32
juga memerintahkan kita untuk mengetahui dengan ilmul yakin bahwa tidak
ada satu pun yang berbuat sesuatu selain Allah, tiada sesuatu berpengaruh
selain dengan sunatullah. Kita juga diperintahkan untuk meyakini bahwa
Allah menciptakan segala sesuatu dan memerintahkan segala sesuatu di alam
ini untuk menjalankan tugas sesuai amanah yang dititipkan padanya sebagai
firman Allah pada Surat Al-Araf ayat 54, ‘Ingatlah! Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya.”
33
Yang dimaksud ayat ini adalah pakaian yang memelihara kalian dari panas,
dan juga dari dingin. Artinya, tidak khusus memelihara dari panas saja. Demikian
pula dengan pemahaman firman Allah: “Bi-Yadika al-Khayr” (QS. Ali ‘Imran: 26)
di atas bukan berarti Allah khusus menciptakan kebaikan saja, tapi yang yang
dimaksud adalah menciptakan segala kebaikan dan juga segala keburukan.
Kemudian dari pada itu, dalam ayat lain dalam al-Qur’an Allah berfirman:
َ ُ ََ َ
َوخلق كل شىء
“Dan Dia Allah yang telah menciptakan segala sesuatu”. (Q.S. al-Furqan [25]: 2)
Kata “Syai’”, yang secara hafiyah bermakna “sesuatu” dalam ayat ini
mencakup segala suatu apapun selain Allah. Mencakup segala benda dan semua
sifat benda, termasuk segala perbuatan manusia, juga termasuk segala kebaikan
dan segala keburukan. Artinya, segala apapun selain Allah adalah ciptaan Allah.
Dalam ayat lain firman Allah:
َ ْ ُْ ُ ََ ُ ََ َ َ ْ ُْ
ُ ك َِِّمن تَ َش ُْ ْ ُْ َ َُّ َّ ُ
آء نزع المل
ِ ك ت ِؤتي الملك من تشآء وتِ ك المل
ِ ق ِل هَّللا ما ِل
“Katakanlah (Wahai Muhammad), Ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang
yang Engkau kehendaki”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 26).
Dari makna firman Allah di atas: “Engkau (Ya Allah) berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki”, kita dapat pahami bahwa Allah adalah Pencipta
kebaikan dan keburukan. Allah yang memberikan kerajaan kepada raja-raja kafir
seperti Fir’aun, dan Allah pula yang memberikan kerajaan kepada raja-raja
mukmin seperti Dzul Qarnain.
Dalam hukum kausalitas, ada sesuatu yang dinamakan “sebab” dan ada yang
dinamakan “akibat”. Misalnya, obat sebagai sebab bagi akibat sembuh, api
sebagai sebab bagi akibat kebakaran, makan sebagai sebab bagi akibat kenyang,
dan lain-lain. Akidah Ahlussunnah menetapkan bahwa sebab-sebab dan akibat-
akibat tersebut tidak berlaku dengan sendirinya. Artinya, setiap sebab sama sekali
tidak menciptakan akibatnya masing-masing. Tapi keduanya, baik sebab maupun
akibat, adalah ciptaan Allah dan dengan ketentuan Allah. Dengan demikian, obat
dapat menyembuhkan sakit karena kehendak Allah, api dapat membakar karena
kehendak Allah, dan demikian seterusnya. Segala akibat jika tidak dikehendaki
oleh Allah akan kejadiannya maka itu semua tidak akan pernah terjadi. Dalam
sebuah hadis Sahih, Rasulullah bersabda:
ْ َ ْ َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ َ َ
)أصي َب د َواء الداء َب ِرأ بإذ ِن اَّللِ (رواه ابن حبان
ِ ا إذف اء الد ق لخ و اء و الد ق إن اَّلل خل
34
“Sesungguhnya Allah yang menciptakan segala obat dan yang menciptakan
segala penyakit. Apabila obat mengenai penyakit maka sembuhlah ia dengan
izin Allah”. (H.R. Ibn Hibban).
Sabda Rasulullah dalam hadis di atas, “… maka sembuhlah ia dengan izin Allah”
adalah bukti bahwa obat tidak dapat memberikan kesembuhan dengan
sendirinya. Fenomena ini nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita
melihat banyak orang dengan berbagai macam penyakit, ketika berobat mereka
mempergunakan obat yang sama, padahal jelas penyakit mereka bermacam-
macam, dan ternyata sebagian orang tersebut ada yang sembuh, namun sebagian
lainnya tidak sembuh. Tentunya apabila obat bisa memberikan kesembuhan
dengan sendirinya maka pastilah setiap orang yang mempergunakan obat
tersebut akan sembuh, namun kenyataan tidak demikian. Inilah yang dimaksud
sabda Rasulullah: “… maka akan sembuh dengan izin Allah”.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa adanya obat adalah dengan
kehendak Allah, demikian pula adanya kesembuhan sebagai akibat dari obat
tersebut juga dengan kehendak dan ketentuan Allah, obat tidak dengan
sendirinya menciptakan kesembuhan. Demikian pula dengan sebab-sebab
lainnya, semua itu tidak menciptakan akibatnya masing-masing. Kesimpulannya,
kita wajib berkeyakinan bahwa sebab tidak menciptakan akibat, akan tetapi Allah
yang menciptakan segala sebab dan segala akibat.
35
membayangkan apa jadinya jika Allah tidak menetapkan takdir makhluk-Nya?
Di antara hikmah mempelajari materi ini adalah dapat memilih jalan hidup yang
tepat agar takdir yang dialami adalah takdir terbaik yang ditetapkan. Sebagai
pendidik perlu menjadikan materi ini sebagai modal, baik untuk diri sendiri
maupun untuk peserta didik. Pelajaran penting ini bisa sebagai bahan
memuliakan diri sendiri, Allah, sesama manusia dan makhluk lain. Serta sebagai
bahan mengajak orang lain memilih jalan terbaik sesuai arahan Allah (ikhtiar).
Selain hikmah ini, hikmah apa lagi yang bisa Saudara dapatkan dari materi ini?
Silahkan analisis lebih dalam!
36
REFLEKSI
Setelah mempelajari materi Hari Akhir, Qadha dan Qadar yang mencakup
Kiamat Sugra, Kiamat Kubra, Kehidupan Setelah Hari Akhir, Surga dan Neraka,
Takdir Mubram dan Mu'allaq, Konsep Kebebasan Manusia dalam Konteks Takdir
Allah, apakah hikmah atau spirit yang dapat saudara mahasiswa ambil dan terapkan
dalam pembelajaran PAI?
Melalui materi pada kegiatan belajar ini kita bisa mendalami nilai moderasi
beragama. Materi pada kegiatan belajar ini mengarahkan agar mahasiswa
memperhatikan bahwa tanda-tanda kiamat sangat dekat dengan kehidupan. Setelah
kematian, tempat terbaik yang akan menjadi tujuan haruslah surga. Pilihan atas takdir
yang kemudian berimplikasi terhadap surga dan neraka, dalam pembelajaran PAI,
sikap tengah (tawassuth) seorang guru dalam memilih untuk keberhasilan siswa atau
kegagalannya perlu dijalani dengan moderat. Mengarahkan dan memberikan
pendidikan kepada siswa agar berhasil jangan sampai dilakukan secara ekstrem
dengan waktu yang padat tanpa istirahat hingga menyita kesehatannya. Tetapi, tidak
pula membiarkannya terlalu santai agar tidak terjerembab ke dalam kegagalan. Aspek
fisik dan psikis siswa diperhatikan secara moderat.
Menurut saudara, nilai moderasi beragama apalagi yang dapat dikembangkan
dari materi ini?
37
CONTOH SOAL
Setelah menganalisis uraian materi, apakah Saudara sudah menguasai capaian
pembelajaran pada kegiatan belajar ini? Agar dapat mengukur penguasaan Saudara,
dapat mengisi soal yang berkaitan dengan kegiatan belajar ini. Berikut sajian contoh
soal pada modul ini sebagai bahan latihan Saudara dalam menganalisis pertanyaan
dan jawaban, serta sebagai contoh pembuatan soal tes formatif yang akan dibuat oleh
dosen pengampu.
Hal yang perlu dilakukan Pak Fulan dalam rangka memilih jalan hidup terbaik
dan mengambil takdir yang diharapkan adalah sebagai berikut ...
Jawaban: D
38
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul di bawah
standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan pembelajaran
remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS program PPG.
39
GLOSARIUM
Kiamat Sugra : Kiamat kecil/kematian
Kiamat Kubra : Kiamat besar/ pemusnahan seluruh kehidupan di alam ini
Yaumul Qiyamah : hari kiamat
Yaumur Rajifah : hari lindu besar
Yaumuz Zalzalah : hari keguncangan atau keruntuhan
Yaumul Haqqah : yaitu hari kepastian
Yaumul Qariah : hari keributan
Yaumul Akhir : hari akhir
Yaumut Tammah : hari bencana agung
Yaumul Asir : hari sulit
Yaumun la raiba fihi : hari yang tidak ada lagi keraguan padanya
Yaumul ba'ast : hari kebangkitan
Yaumut Tagabun : hari terbukanya segala keguncangan
Yaumun Nusyur : hari kebangkitan
Yaumut Tanad : hari panggilan
Yaumul Mizan : hari pertimbangan
Yaumul Jamak : hari pengumpulan
Yaumul Fashl : hari pemisahan
Yaumul Waqi'ah : hari kejatuhan
Yaumul Mahsyar : hari berkumpul
Yaumu Din : hari keputusan
Yaumut Talaq : hari pertemuan
Yaumul Jaza : hari pembalasan
Yaumul 'Ard : hari pertontonan
Yaumul Gasyiyah : hari pembalasan
Yaumul Khulud : hari yang kekal
Yaumul Barzah : hari penantian
Yaumul Hisab : hari perhitungan
Yaumul Waid : hari ancaman
Yaumul Haq : hari kebenaran
Surga : tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya
Neraka : tempat yang Allah sediakan bagi orang-orang yang kafir dan
tidak mentaati perintah bahkan melakukan pelanggaran yang
dilarang-Nya
Takdir Mubram : ketentuan Allah yang pasti terjadi dan tidak dapat berubah
Takdir Mu’allaq : ketentuan Allah yang berada pada lambaran-lembaran para
Malaikat, yang telah mereka kutip dari al-Lauh al-Mahfuzh
40
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Husnan, Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim (Surakarta: Al Husna, 2005).
Ahmad Mushthofa al-Marāghi, Tafsīr al-Marāghi, (Beirut: Dār al-Fikr, t.t) Jilid 1.
Al-Ghazali, Bidayah al-Hidayah, Bairut: Dar ash-Shadir, 1963
Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Kutub, 2011
Al-Ghazali, Ma’arij al-Quds Fi Madariji Ma’rifat al-nafsi, Bairut: Libanon, Dar al-Kutub,
1988
Al-Ghazali, Mizan al-Amal, Mesir: Dar al-Ma’arif, 1964
Aswadi. Konsep Syifā’ Dalam Al-Qur’an: Kajian Tafsir Mafātih al-Ghaib Karya Fakhruddīn
al-Rāzi, (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2013).
Atabik Ali dan A. Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Multi Karya:
Grafika, Yogyakarta, 2007).
al-Bukhāri, al-Jāmi al-Sahīh al-Bukhāri, tahqiq al-Mustafā Dīb, (Beirūt; Dār Ibnu Kathīr,
1987).
Dawam Raharjo Ensiklopedi Al-Qur’an Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci
(Jakarta: Paramdina, 1996).
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas,
2003).
Hamid Fahmy Zarkasyi. Kausalitas: Hukum Alam atau Hukum Tuhan Membaca Pemikiran
Religio-Saintifik al-Ghazali, (Ponorogo: UNIDA Gontor Press, 2018).
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Terj. M. Abdul Ghoffar, (Bogor: Pustaka Imam Asy-
Syafi‟i 2004).
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Tafsir Per Kata (Jakarta: PT. Suara Agung Jakarta,
2014).
M Said Ramadhan Al-Buthi, Al-Hikam Al-Athaiyyah, Syarhun wa Tahlilun, (Beirut,
Darul Fikr Al-Muashir, 2003 M/1424 H).
Sahiron Syamsuddin, Metode Intratekstualitas Muhammad Shahrur dalam Penafsiran al-
Qur’an, dalam Studi al-Qur’an Kontemporer, Wacana Baru Berbagai Metodologi
Tafsir, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI), 2002).
Said Aqil Husin Munawar. Al-Qur’an Membangun Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat
Press, 2002).
Salih ibn Fauzan ibn ‘Abd Allah al-Fawazin, ‘Akidah al-Tauhid (Mekkah: Al-Mamlakah
al-‘Arabiyah al-Su’udiyah, Muassasah al-Haramain al-Khaeriyah, 1418 H).
Toshihiko Izutsu, Relasi Tuhan dan Manusia, Pendekatan Semantik Terhadap al-Qur'an,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997).
Zarruq, Syarhul Hikam, (Surabaya: As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H).
41