Professional Documents
Culture Documents
Kel. 3 Makalah Healthptreneur RS Sibar
Kel. 3 Makalah Healthptreneur RS Sibar
D isu su n O le h :
Kelompok 3
i
MAKALAH HEALTHPTRENEUR
Anggota Kelompok:
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Healthpreneur dengan judul penjelasan tentang Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi Dengan Metode Analisa SWOT di RSUD SIDOARJO BARAT.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberinya doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi oleh suatu organisasi
akan menentukan keberhasilan organisasi dalam meningkatkan kinerja. Karena strategi dan
program yang dikembangkan akan terfokus pada isu-isu pengembangan yang teridentifikasi
(Satibi 2000). Analisis SWOT adalah langkah awal dari suatu perencanaan strategi
pengembangan. Dimulai dengan identifikasi masalah, tujuan organisasi sampai pada
menimbang kekuatan dan kelemahan sendiri serta peluang dan ancaman dari luar dan juga
melakukan beberapa langkah penting yang menunjang pemasaran atau pengembangan.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) (Pearce and
Robinson 1996 ; Wahyudi 1996).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo Barat atau lebih tepatnya RSUD Krian ini
beralamatkan di Jl. Bibis Bunder, Kamera’an, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
timur, 61262. Rumah sakit ini didirikan oleh pemerintah kota Sidoarjo pada tahun 2021 lalu,
tepatnya pada tanggal 2 Juli 2021 dan rencananya mulai beroperasi pada akhir Maret 2022
serta rawat inap dibuka pada Juni 2022 sekaligus launching oleh menteri kesehatan. RSUD
Krian dibangun dengan anggaran Rp 124 Milyar diatas tanah dengan luas 1,3 hektar yang
memiliki empat lantai, yang mana terdapat Instalasi Farmasi tersebut dikepalai oleh Ibu
Restya Febri Rahmadani,S Farm.Apt. sebagai penanggung jawabnya.
1.2 Tujuan
1
BAB II
DASAR TEORI
Menurut Boseman dalam Wisnubrot (2013:162), analisis SWOT (SWOT analysis) adalah
proses penarikan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dalam organisasi dan dunia
bisnis dikenal sebagai penaksiran atau analisis SWOT. Sedangkan Jogiyanto dalam Widharta
(2013:6) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau
lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan atau kelemahan internal, digabungkan dengan
peluang dan ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk
penetapan dengan maksud strategi. Tujuan dan strategi diterapkan dengan maksud
memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan. Menurut salah satu pakar SWOT,
Fredy Rangkuti, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsurunsur eksternal yaitu peluang
dan ancaman. Analisis SWOT merupakan bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor
adalah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau
mungkin akan dihadapi oleh organisasi. Analisis ini didasarkan agar dapat memaksimalkan
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT terdiri atas
empat komponen dasar, yaitu: (a) Strengths (S) adalah situasi atau kondisi kekuatan organisasi
2
atau program pada saat ini; (b) weaknesses (W) adalah situasi atau kondisi kelemahan dari
organisasi atau program pada saat ini; (c) opportunities (O) adalah situasi atau kondisi peluang
yang berasal dari luar organisasi, dan threats (T) adalah situasi ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi pada masa depan.
Metode analisis SWOT dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar, yang berguna
untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Hasil analisis
adalah menambah keuntungan dari peluang yang ada, dengan mengurangi kekurangan dan
menghindari ancaman.
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi baik positif maupun negatif dari dalam
dan dari luar perusahaan. Peran kunci dari SWOT adalah untuk membantu mengembangkan
kesadaran penuh dari semua faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan strategi dan
pengambilan keputusan, tujuan yang dapat diterapkan pada hampir semua aspek industri.
Menurut Jogiyanto dalam Lukmandono (2015:44) tujuan dari analisis SWOT adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk
merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif, dan
efisien.
2. Menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu.
yang dihasilkan.
3
5. Menyiapkan perusahaan untuk siap dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
di dalam perusahaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi SWOT faktor internal dan eksternal , meliputi: Strategi
mengenai cara bagaimana kualitas SDM mampu berkembang ke arah yang lebih baik dan
perusahaan, serta melakukan evaluasi untuk mendapatkan umpan balik dalam merumuskan
Strategi MSDM Menurut Barry Cushway, MSDM didefinisikan sebagai rangkaian strategi,
proses, dan aktifitas yang didesain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara
1. Kekuatan (Strengths) Unsur pertama dari SWOT adalah kekuatan (Strengths), yang
dimaksud dengan kekuatan (Strengths) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan
4
manusia, fasilitas-fasilitas perusahaan baik bagi SDM maupun bagi konsumen dan lain-lain.
Yang dimaksud faktor-faktor kekuatan adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat
dalam organisasi yang berakibat pada kepemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha
dipasaran. Contoh: kekuatan pada sumber daya keuangan, citra positif, keunggulan
kedudukan di pasar, dan kepercayaan bagi berbagai pihak yang berkepentingan atau yang
berkaitan.
2. Kelemahan (Weaknesses) Adalah analisis kelemahan, dimana situasi dan kondisi yang
merupakan kelemahan dari suatu perusahaan pada saat ini. Tepatnya terdapat kekurangan
terlaksana secara maksimal. Misalnya: kekurangan dana, karyawan kurang kreatif dan
3. Peluang (Opportunities) Adalah faktor-faktor lingkungan luar atau eksternal yang positif,
secara sederhana dapat diartikan sebagai setiap situasi lingkungan yang yang
4. Ancaman (Threats) Ancaman yang dimaksud dalam analisis SWOT yang bisa terjadi di
lapangan adalah:
d. Pelanggan yang memiliki kepekaan terhadap harga dapat pindah ke pesaing yang
e. Pesaing yang memiliki kapasitas yang lebih besar dan daya jangkau luas.
5
Faktor-faktor yang mempengaruhi SWOT Menurut Purwanto dalam Dj. Rusmawati
(2017:919) untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor
faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Faktor Eksternal Faktor eksternal ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang
2. Faktor Internal Faktor internal ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang
6
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat merupakan bagian dari
rumah sakit yang berfungsi untuk memberi pelayanan kefarmasian dan pengelolaan
perbekalan farmasi yang mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan dari pasien, serta
perkembangan ilmu dan monitoring terapi.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat, maka instalasi harus
memiliki pedoman pengorganisasian yang dapat menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
organisasi farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat.
Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat atau lebih tepatnya di RSUD Krian ini
terdapat di Jl. Bibia Bunder, Kamera’an, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
61262. Rumah Sakit ini didirikan oleh pemerintah kota Sidoarjo pada tahun 2021 tepatnya
pada tanggal 2 juli 2021 dan rencananya mulai beroperasi pada akhir Maret 2022 serta rawat
inap yang dibuka pada juni 2022 sekaligus dengan launching oleh Menteri Kesehatan. RSUD
Krian dibangun dengan anggaran Rp. 124 Milyar diatas tanah dengan luas 1,3 hektar yang
memiliki 4 lantai, yang mana terdapat Instalasi Farmasi terdapat di Lantai 1 dengan Kepala
Penanggung Jawab Ibu Apt. Restya Febri Rahmawati S. Farm.
Visi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat yaitu : Menjadi
instalasi Farmasi yang terakreditasi dalam pelayanan dan pendidikan.
Misi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat yaitu :
7
2. Memfasilitasi Pendidikan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Instalasi
Farmasi RSUD Sidoarjo Barat.
B. Pengadaan.
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Pengadaan perbakalan farmasi dilakukan secara mandiri oleh Instalasi Farmasi
berdasarkan usulan unit terkait. Jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di
luar Instalasi Farmasi melibatkan Tenaga Kefarmasian.
Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat
yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi.
Pengadaan dilakukan melalui pembelian :
a. Secara tender (oleh Panitia/Unit Layanan Pengadaan).
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :
1. Kriteria perbekalan farmasi yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.
8
2. Persyaratan pemasok.
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi yang dipesan.
4. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah, dan waktu.
Dalam proses pelayanan, seringkali diperlukan obat-obat yang tidak tersedia di stok namun
sangat dibutuhkan bagi terapi pasien. Tahap-tahap proses yang dilalui antara lain :
a) Apoteker atau Asisten Apoteker menghubungi kepala instalasi farmasi untuk
memberitahukan adanya obat diluar stok yang dibutuhkan untuk pelayanan pasien.
b) Kepala Instalasi Farmasi menelaah dan memutuhkan obat dapat diorder cito atau
perlu konfirmasi ke dokter mengenai alternative adanya obat pengganti di rumah
sakit.
c) Bila diputuskan diorder, kepala instalasi meminta pengadaan untuk melakukan
proses order cito dengan jumlah obat sesuai resep dokter.
d) Bila dokter tetap memutuskan tidak bisa diganti, apoteker atau AA yang berdinas
melakukan proses order cito ke pengadaan dengan jumlah obat sesuai resep dokter
atau meminta resep kepada dokter untuk diberikan kepada pasien agar pasien dapat
membeli obat tersebut di apotek luar.
e) Pada hari berikutnya dijam dinas, kepala instalasi meminta dokter mengisi
“Formulir Permintaan Khusus Obat Formularium”.
f) Form diserahkan pada sekertariat KFT untuk dibahas dalam rapat usulan daftar
obat sisipan formularium.
C. Penerimaan.
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan
farmasi yang diterima sesuai kesepakatan baik spesifikasi mutu, jumlah maupun.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas farmasi yang
bertanggung jawab. Petugas farmasi yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik
dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan
farmasi.
9
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan perbekalan farmasi.
1. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
2. Bahan berbahaya harus menyertakan material safety data sheet (MSDS).
3. Sediaan farmasi, alat medis, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai izin edar.
4. Expired date minimal 2 tahun kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu.
D. Penyimpanan.
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik dapat merusak mutu obat. Tujuan dari penyimpanan yaitu :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi.
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
3. Menjaga ketersediaan.
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan, ventilasi, dan jenis penggolongan
jenis perbekalan farmasi. Penyimpanan obat dengan bentuk sediaan tablet, kaplet, kapsul,
yang telah dikeluarkan dari wadah asli di beri label identitas berupa nama obat, kekuatan
obat, dan tanggal mulai membuka kemasan.
Perbekalan farmasi merupakan produk yang perlu pengelolaan khusus oleh karena
itu dibuat kriteria penyimpanan obat, sebagai berikut :
1. Disesuaikan dengan bentuk sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan, dan
stabilitasnya serta sifat bahan dan ketahanan terhadap cahaya.
2. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus.
10
3. Obat disusun berdasarkan alphabet.
4. Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
5. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
6. Elektrolit konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
serta dilengkapi dengan SPO khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang
hari-hati.
7. Obat high alert diberi stiker “HIGH ALERT” dan obat lasa diberi stiker “LASA”.
8. Perbekalan farmasi yang dibawa oleh pasien harus dicatat dalam formulir
rekonsiliasi dan disimpan secara khusus.
9. Perbekalan farmasi dalam kemasan kemasan besar disusun diatas pallet secara rapi
dan teratur.
10. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu
ganda yang masing-masing memiliki kunci yang berbeda.
11. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka perbekalan farmasi
tetap dibiarkan dalam box masing-masing obat.
12. Bahan berbahaya dan beracun, disimpan terpisah dari bahan atau perbekalan
farmasi lainnya dan diberi label sesuai karakteristik B3, mulai saat barang dating
sampai wadah barang yang berukuran kecil, misalnya botol berukuran 100 mL.
13. Bahan pemeriksaan radiologi yang dibutuhkan untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap tersedia di unit radiologi yang diperoleh dari logistic farmasi.
14. Ada proses inspeksi penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dilakukan oleh
kepala Instalasi Farmasi setiap 1 bulan sekali dan dicatat dalam form inspeksi
penyimpanan perbekalan farmasi dan hasilnya dilaporkan kepada direktur rumah
sakit.
11
a) Disetujui dokter yang merawat setelah melakukan proses rekonsiliasi obat
sebelum pasien masuk rumah sakit.
b) Tidak memperngaruhi keamanan dan efektivitas obat yang diberikan dokter di
rumah sakit.
c) Obat dapat diidentifikasi oleh apoteker, meliputi: merk dagang, kandungan,
instalasi farmasi atau apotik tempat obat tersebut diperoleh.
d) Obat tidak dapat diperoleh instalasi farmasi.
12
a) Menyediakan akses informasi mengenai Obat High Alert
b) Membatasi akses terhadap Obat High Alert
c) Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk Obat High Alert
d) Menstandarisasi prosedur peresepan, penyimpanan, persiapan, dan pemberian
Obat High Alert
e) Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu
f) Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip (LASA)
g) Pisahkan obat dengan konsentrasi tinggi dari Obat High Alert lainnya dan beri
label ‘HIGH CONCENTRATE’
13
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Metode yang digunakan oleh Instalasi Farmasi dalam mendistribusikan perbekalan
farmasi di lingkungan rumah sakit antara lain:
1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di
rumah sakit dengan sistem persediaan life saving diruangan dan sistem Unit Dose
Dispensing (UDD) untuk obat oral dan One Daily Dose (ODD) untuk obat injeksi dan
alkes.
2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di
rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep individual.
Pemberian obat pada pasien geriatri disertai dengan pemberian kartu jadwal minum
obat sebagai informasi tertulis untuk meningkatkan kepatuhan pasien
3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Unit Penunjang / Instalasi lain merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan ruang rawat
pasien dengan sistem floor stock.
G. Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi.
Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pemusnahan perbekalan farmasi merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah
tidak memenuhi standar. Tujuan dilakukan pemusnahan adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat
atau perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan
kemanfaatan.
2. Untuk meghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan
atas obat atau perbekalan kesehatan lainnya yang sudah tidak tidak layak untuk
dipelihara.
14
3. Untuk menjaga keselamatan kerja dan meghindarkan diri dari pengotoran lingkungan
dan penyalahgunaan. Pembuangan yang tidak layak dapat menjadi berbahaya jika
kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Selain itu, obat-
obatan kadaluarsa dapat disalahgunakan dan digunakan kembali jika tempat
pembuangan tidak dipilih secara tepat dan aman.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
1. Membuat daftar perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan;
2. Menyiapkan administrasi, meliputi laporan dan berita acara pemusnahan;
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
6. Pembuatan laporan pemusnahan perbekalan farmasi, yang memuat:
a) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
b) Nama dan jumlah perbekalan farmasi
c) Nama apoteker pelaksana pemusnahan perbekalan farmasi
d) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
7. Laporan pemusnahan perbekalan farmasi ditandatangani oleh apoteker dan saksi
dalam pelaksanaan pemusnahan. (berita acara terlampir).
Penarikan obat merupakan suatu proses penilaian kembali (reevaluasi) terhadap obat
jadi yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat, terutama terhadap obat-obat yang
mempunyai resiko tinggi, komposisi dianggap tidak rasional, indikasi tidak tepat dan
pemborosan karena efek terapi yang tidak bermakna.
Sistem penarikan obat di rumah sakit ada dua jenis yaitu:
1. Penarikan obat dari ruang perawatan pasien (Internal)
a) Buat daftar nama obat yang akan ditarik sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan beserta nomor batch barang.
b) Telusuri histori mutasi stok keluar.
c) Hubungi petugas farmasi yang bertugas melakukan inspeksi berkala ke ruang
perawatan pasien
d) Beritahukan apabila ada obat yang harus ditarik dari ruangan perawatan pasien.
15
e) Datangi ruangan perawatan pasien.
f) Kumpulkan obat yang ditarik.
g) Serahkan ke petugas logistik lalu dilakukan pendataan oleh petugas logistik.
2. Penarikan obat yang dilakukan oleh BPOM atau distributor (eksternal)
a) Buat daftar nama obat yang akan ditarik sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan beserta nomor batch barang.
b) Telusuri histori mutasi stok keluar
c) Beritahukan kepada petugas di ruangan perawatan pasien dan depo farmasi.
d) Ambil produk dari lokasi penyimpanan (depo farmasi dan ruang perawatan
pasien)
e) Setelah barang terkumpul di logistik farmasi, cocokkan daftar obat dengan
jumlah fisik barangnya.
f) Lakukan proses “karantina” produk dengan memberi label “JANGAN
DIGUNAKAN” sampai produk diambil oleh distributor / pabrik
g) Dokumentasikan nama, nomor batch dan jumlah obat yang ditarik.
h) Hubungi distributor.
i) Retur seluruh obat yang telah didata ke distributor yang terkait.
j) Dokumentasikan form penarikan dari distributor serta dokumen serah terima
pengembalian barang dengan distributor / pabrik.
i. Tembuskan kepada Kabag Keuangan.
Kritera obat yang ditarik dari ruang perawatan pasien adalah :
Obat menjelang masa kadaluarsa dengan tenggang waktu 6 (enam) bulan
sebelum expired.
Kriteria obat yang ditarik dan dikembalikan kepada distributor adalah:
Obat yang tidak akan digunakan lagi atau selama 6 (enam) bulan tidak ada
transaksi/obat slow moving.
Obat yang telah memasuki masa death stock atau 1 (satu) tahun tidak ada
transaksi.
Obat/kemasan obat yang rusak karena faktor dari distributor (pada saat proses
pengiriman).
16
Obat yang ditarik didasarkan pada ketentuan persyaratan pengembalian obat dari
masing-masing distributor.
Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
H. Pengendalian.
17
I. Pencatatan dan Pelaporan.
Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan
dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu
(bulanan, triwulanan, atau pertahun).
Pencatatan dilakukan untuk:
1. persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2. dasar akreditasi Rumah Sakit;
3. dasar audit Rumah Sakit; dan
4. dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai:
1. komunikasi antara level manajemen;
2. penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3. laporan tahunan.
J. Logistic.
Pengadaan perbekalan farmasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat Persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan. Yaitu jumlah persediaan
minimum ditambah dengan jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah
jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian dalam periode 2-3
bulan sekali yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 2-3 bulan yang akan
datang. Penyimpanan perbekalan farmasi harus sesuai dengan stabilitas masing-masing
perbekalan farmasi.
18
Perkiraan jumlah kebutuhan dan jenis sediaan farmasi saat terjadi wabah dan/atau bencana
disesuaikan dengan jumlah pasien dan peraturan penanganan wabah dan/atau bencana yang
terjadi dengan persetujuan Direktur Rumah Sakit.
Peraturan yang terkait dengan perbekalan farmasi Rumah Sakit Umum Anwar Medika
diatur dalam:
1. Proses peralatan
2. Proses dokumentasi dan catatan perbekalan farmasi
3. Proses pengendalian perbekalan farmasi
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
farmasi
21
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Rumah Sakit tipe C merupakan Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialir terbatas, yaitu pelayan penyakit dalam, pelayanan bedah,
pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan
2. Fasilitas pada RSUD Sibar belum sepenuhnya terpenuhi, tetapi RSUD Sibar tetap
beroprasi dengan baik dan maksimal.
3. RSUD Sibar termasuk program dari pemerintah Kabupaten/Kota yang baru beroperasi
pada bulan April lalu.
22
LAMPIRAN
23
24