You are on page 1of 28

MAKALAH HEALTHPTRENEUR

STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALAS FARMASI DENGAN METODE ANALISA


SWOT DI RSUD SIDOARJO BARAT

D isu su n O le h :
Kelompok 3

PROG RAM STUDI S1 FARMASI S TIK ES RUMAH SAK IT ANWAR


MEDIKA 2022

i
MAKALAH HEALTHPTRENEUR

STRATEGI PENGEMBANGAN INSTALAS FARMASI DENGAN METODE ANALISA


SWOT DI RSUD SIDOARJO BARAT

Anggota Kelompok:

1. Marselina Umami 20020200009

2. Zumrotin Nafilah 20020200049

3. Wulan Ramadani 20020200051

4. Devi Anggraini 20020200062

Tanggal Pengumpulan: 27 Juni 2022 Nilai:

Ketua Kelompok Dosen Penilai

Marselina Umami Dr. Farida Anwari

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas pada mata kuliah Healthpreneur dengan judul penjelasan tentang Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi Dengan Metode Analisa SWOT di RSUD SIDOARJO BARAT.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberinya doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Sidoarjo, 27 Juni 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................................. 1

BAB II DASAR TEORI ....................................................................................... 2

2.1 Pengertian Analisis SWOT ............................................................................... 2

2.2 Tujuan Analisis SWOT .................................................................................... 3

2.3 Faktor- Faktor Analisis SWOT ......................................................................... 4

2.4 Unsur Analisis SWOT ...................................................................................... 4

BAB III TINJAUAN LAPANGAN...................................................................... 7

3.1 Profil RSUD Sidoarjo Barat ............................................................................. 7

3.2 Visi Misi ......................................................................................................... 7

3.3 Tata Laksana RSUD Sidoarjo Barat .................................................................. 8

3.4 Hasil Wawancara ............................................................................................. 19

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 20

4.1 Analisis SWOT Dan Strategi Pengembangan ................................................... 20

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 22

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan dalam mengidentifikasi isu-isu strategis yang dihadapi oleh suatu organisasi
akan menentukan keberhasilan organisasi dalam meningkatkan kinerja. Karena strategi dan
program yang dikembangkan akan terfokus pada isu-isu pengembangan yang teridentifikasi
(Satibi 2000). Analisis SWOT adalah langkah awal dari suatu perencanaan strategi
pengembangan. Dimulai dengan identifikasi masalah, tujuan organisasi sampai pada
menimbang kekuatan dan kelemahan sendiri serta peluang dan ancaman dari luar dan juga
melakukan beberapa langkah penting yang menunjang pemasaran atau pengembangan.
Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) dengan faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) (Pearce and
Robinson 1996 ; Wahyudi 1996).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo Barat atau lebih tepatnya RSUD Krian ini
beralamatkan di Jl. Bibis Bunder, Kamera’an, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa
timur, 61262. Rumah sakit ini didirikan oleh pemerintah kota Sidoarjo pada tahun 2021 lalu,
tepatnya pada tanggal 2 Juli 2021 dan rencananya mulai beroperasi pada akhir Maret 2022
serta rawat inap dibuka pada Juni 2022 sekaligus launching oleh menteri kesehatan. RSUD
Krian dibangun dengan anggaran Rp 124 Milyar diatas tanah dengan luas 1,3 hektar yang
memiliki empat lantai, yang mana terdapat Instalasi Farmasi tersebut dikepalai oleh Ibu
Restya Febri Rahmadani,S Farm.Apt. sebagai penanggung jawabnya.

1.2 Tujuan

Untuk memenuhi tugas healpreneur observasi di RSUD Sidoarjo Barat.

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Analisis SWOT

Menurut Boseman dalam Wisnubrot (2013:162), analisis SWOT (SWOT analysis) adalah

proses penarikan kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman dalam organisasi dan dunia

bisnis dikenal sebagai penaksiran atau analisis SWOT. Sedangkan Jogiyanto dalam Widharta

(2013:6) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah semua organisasi memiliki kekuatan dan

kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau

lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan atau kelemahan internal, digabungkan dengan

peluang dan ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk

penetapan dengan maksud strategi. Tujuan dan strategi diterapkan dengan maksud

memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan. Menurut salah satu pakar SWOT,

Fredy Rangkuti, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara

unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsurunsur eksternal yaitu peluang

dan ancaman. Analisis SWOT merupakan bentuk analisis situasi dan kondisi yang bersifat

deskriptif (memberi gambaran). Analisis ini menempatkan situasi dan kondisi sebagai faktor

masukan, kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisis SWOT

adalah alat analisis yang ditujukan untuk menggambarkan situasi yang sedang dihadapi atau

mungkin akan dihadapi oleh organisasi. Analisis ini didasarkan agar dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), yang secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT terdiri atas

empat komponen dasar, yaitu: (a) Strengths (S) adalah situasi atau kondisi kekuatan organisasi

2
atau program pada saat ini; (b) weaknesses (W) adalah situasi atau kondisi kelemahan dari

organisasi atau program pada saat ini; (c) opportunities (O) adalah situasi atau kondisi peluang

yang berasal dari luar organisasi, dan threats (T) adalah situasi ancaman bagi organisasi yang

datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi pada masa depan.

Metode analisis SWOT dianggap sebagai metode analisis yang paling dasar, yang berguna

untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Hasil analisis

adalah menambah keuntungan dari peluang yang ada, dengan mengurangi kekurangan dan

menghindari ancaman.

2.2 Tujuan Analisis SWOT

Menurut Bilung (2016:119) dengan analisis SWOT memungkinkan perusahaan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi baik positif maupun negatif dari dalam

dan dari luar perusahaan. Peran kunci dari SWOT adalah untuk membantu mengembangkan

kesadaran penuh dari semua faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan strategi dan

pengambilan keputusan, tujuan yang dapat diterapkan pada hampir semua aspek industri.

Menurut Jogiyanto dalam Lukmandono (2015:44) tujuan dari analisis SWOT adalah sebagai

berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi internal dan eksternal yang terlibat sebagai input untuk

merancang proses, sehingga proses yang dirancang dapat berjalan optimal, efektif, dan

efisien.

2. Menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu.

3. Mengetahui keuntungan yang dimiliki perusahaan.

4. Menganalisis prospek perusahaan untuk penjualan, keuntungan, dan pengembangan produk

yang dihasilkan.

3
5. Menyiapkan perusahaan untuk siap dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.

6. Menyiapkan untuk menghadapi adanya kemungkinan dalam perencanaan pengembangan

di dalam perusahaan.

2.3 Faktor – Faktor Analis SWOT

Faktor-faktor yang mempengaruhi SWOT faktor internal dan eksternal , meliputi: Strategi

Pengembangan SDM, Strategi Bisnis, dan Strategi MSDM

 Strategi Pengembangan SDM Strategi pengembangan SDM merupakan suatu perencanaan

mengenai cara bagaimana kualitas SDM mampu berkembang ke arah yang lebih baik dan

meningkat kemampuan kerjanya.

 Strategi Bisnis Strategi bisnis adalah kemampuan pengusaha/perusahaan dalam analisis

lingkungan eksternal dan internal perusahaan, perumusan (formulasi) strategi, pelaksanaan

(implementasi) rencanarencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran

perusahaan, serta melakukan evaluasi untuk mendapatkan umpan balik dalam merumuskan

strategi yang akan datang.

 Strategi MSDM Menurut Barry Cushway, MSDM didefinisikan sebagai rangkaian strategi,

proses, dan aktifitas yang didesain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara

mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individu (Barry, 2012: 5).

2.4 Unsur- Unsur Analisis SWOT

Menurut Dj. Rusmawati (2017:918) unsur-unsur SWOT meliputi:

1. Kekuatan (Strengths) Unsur pertama dari SWOT adalah kekuatan (Strengths), yang

dimaksud dengan kekuatan (Strengths) adalah semua potensi yang dimiliki perusahaan

dalam mendukung proses pengembangan perusahaan, seperti kualitas sumber daya

4
manusia, fasilitas-fasilitas perusahaan baik bagi SDM maupun bagi konsumen dan lain-lain.

Yang dimaksud faktor-faktor kekuatan adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat

dalam organisasi yang berakibat pada kepemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha

dipasaran. Contoh: kekuatan pada sumber daya keuangan, citra positif, keunggulan

kedudukan di pasar, dan kepercayaan bagi berbagai pihak yang berkepentingan atau yang

berkaitan.

2. Kelemahan (Weaknesses) Adalah analisis kelemahan, dimana situasi dan kondisi yang

merupakan kelemahan dari suatu perusahaan pada saat ini. Tepatnya terdapat kekurangan

pada kondisi internal perusahaan, akibatnya kegiatan-kegiatan perusahaan belum bisa

terlaksana secara maksimal. Misalnya: kekurangan dana, karyawan kurang kreatif dan

malas, tidak adanya teknologi yang memadai dan sebagainya.

3. Peluang (Opportunities) Adalah faktor-faktor lingkungan luar atau eksternal yang positif,

secara sederhana dapat diartikan sebagai setiap situasi lingkungan yang yang

menguntungkan bagi suatu perusahaan atau satuan bisnis.

4. Ancaman (Threats) Ancaman yang dimaksud dalam analisis SWOT yang bisa terjadi di

lapangan adalah:

a. Harga bahan baku yang fluktuatif

b. Masuknya pesaing baru di pasar.

c. Pertumbuhan pasar yang lambat.

d. Pelanggan yang memiliki kepekaan terhadap harga dapat pindah ke pesaing yang

menawarkan harga murah.

e. Pesaing yang memiliki kapasitas yang lebih besar dan daya jangkau luas.

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi SWOT Menurut Purwanto dalam Dj. Rusmawati

(2017:919) untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor

faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Faktor Eksternal Faktor eksternal ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang

menjadi peluang dan ancaman organisasi ini.

2. Faktor Internal Faktor internal ini bertujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang

menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi ini.

6
BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

3.1 Profil IFRS RSUD Sidoarjo Barat

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat merupakan bagian dari
rumah sakit yang berfungsi untuk memberi pelayanan kefarmasian dan pengelolaan
perbekalan farmasi yang mengutamakan mutu pelayanan dan keselamatan dari pasien, serta
perkembangan ilmu dan monitoring terapi.

Sebagai bagian dari Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat, maka instalasi harus
memiliki pedoman pengorganisasian yang dapat menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan
organisasi farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat.

Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat atau lebih tepatnya di RSUD Krian ini
terdapat di Jl. Bibia Bunder, Kamera’an, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
61262. Rumah Sakit ini didirikan oleh pemerintah kota Sidoarjo pada tahun 2021 tepatnya
pada tanggal 2 juli 2021 dan rencananya mulai beroperasi pada akhir Maret 2022 serta rawat
inap yang dibuka pada juni 2022 sekaligus dengan launching oleh Menteri Kesehatan. RSUD
Krian dibangun dengan anggaran Rp. 124 Milyar diatas tanah dengan luas 1,3 hektar yang
memiliki 4 lantai, yang mana terdapat Instalasi Farmasi terdapat di Lantai 1 dengan Kepala
Penanggung Jawab Ibu Apt. Restya Febri Rahmawati S. Farm.

RSUD Sidoarjo Barat termasuk dalam rumah sakit type C

3.2 Visi, Misi RSUD Sidoarjo Barat

Visi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat yaitu : Menjadi
instalasi Farmasi yang terakreditasi dalam pelayanan dan pendidikan.

Misi dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo Barat yaitu :

1. Menyelenggarakan pelayanan Instalasi Farmasi yang ramah, cepat, dan terpercaya di


Wilayah Sidoarjo Barat.

7
2. Memfasilitasi Pendidikan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia Di Instalasi
Farmasi RSUD Sidoarjo Barat.

3.3 Tata Laksana Pelayanan IFRS RSUD Sidoarjo Barat.

A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.


Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan
bagi kegiatan pelayanan.
Tujuan :
1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektik dan efisien.
2. Menerapkan farmako ekonomi dalam pelayanan.
3. Meningkatkan kompetensi atau kemapuan tenaga farmasi.
4. Mewujudkan sistem informasi managemen berdaya guna dn tepat guna.
5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.

B. Pengadaan.
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan
farmasi dengan harga efektif, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan
tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Pengadaan perbakalan farmasi dilakukan secara mandiri oleh Instalasi Farmasi
berdasarkan usulan unit terkait. Jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di
luar Instalasi Farmasi melibatkan Tenaga Kefarmasian.
Rumah sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat
yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi.
Pengadaan dilakukan melalui pembelian :
a. Secara tender (oleh Panitia/Unit Layanan Pengadaan).
b. Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah :
1. Kriteria perbekalan farmasi yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat.

8
2. Persyaratan pemasok.
3. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi yang dipesan.
4. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah, dan waktu.
Dalam proses pelayanan, seringkali diperlukan obat-obat yang tidak tersedia di stok namun
sangat dibutuhkan bagi terapi pasien. Tahap-tahap proses yang dilalui antara lain :
a) Apoteker atau Asisten Apoteker menghubungi kepala instalasi farmasi untuk
memberitahukan adanya obat diluar stok yang dibutuhkan untuk pelayanan pasien.
b) Kepala Instalasi Farmasi menelaah dan memutuhkan obat dapat diorder cito atau
perlu konfirmasi ke dokter mengenai alternative adanya obat pengganti di rumah
sakit.
c) Bila diputuskan diorder, kepala instalasi meminta pengadaan untuk melakukan
proses order cito dengan jumlah obat sesuai resep dokter.
d) Bila dokter tetap memutuskan tidak bisa diganti, apoteker atau AA yang berdinas
melakukan proses order cito ke pengadaan dengan jumlah obat sesuai resep dokter
atau meminta resep kepada dokter untuk diberikan kepada pasien agar pasien dapat
membeli obat tersebut di apotek luar.
e) Pada hari berikutnya dijam dinas, kepala instalasi meminta dokter mengisi
“Formulir Permintaan Khusus Obat Formularium”.
f) Form diserahkan pada sekertariat KFT untuk dibahas dalam rapat usulan daftar
obat sisipan formularium.

C. Penerimaan.
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan
farmasi yang diterima sesuai kesepakatan baik spesifikasi mutu, jumlah maupun.
Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh petugas farmasi yang
bertanggung jawab. Petugas farmasi yang dilibatkan dalam penerimaan harus terlatih baik
dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti sifat penting dari perbekalan
farmasi.

9
Semua perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan
spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan perbekalan farmasi.
1. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa.
2. Bahan berbahaya harus menyertakan material safety data sheet (MSDS).
3. Sediaan farmasi, alat medis, dan bahan medis habis pakai harus
mempunyai izin edar.
4. Expired date minimal 2 tahun kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu.

D. Penyimpanan.
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian serta gangguan fisik dapat merusak mutu obat. Tujuan dari penyimpanan yaitu :
1. Memelihara mutu sediaan farmasi.
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab.
3. Menjaga ketersediaan.
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi
sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan, ventilasi, dan jenis penggolongan
jenis perbekalan farmasi. Penyimpanan obat dengan bentuk sediaan tablet, kaplet, kapsul,
yang telah dikeluarkan dari wadah asli di beri label identitas berupa nama obat, kekuatan
obat, dan tanggal mulai membuka kemasan.
Perbekalan farmasi merupakan produk yang perlu pengelolaan khusus oleh karena
itu dibuat kriteria penyimpanan obat, sebagai berikut :
1. Disesuaikan dengan bentuk sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan, dan
stabilitasnya serta sifat bahan dan ketahanan terhadap cahaya.
2. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang
secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa dan peringatan khusus.

10
3. Obat disusun berdasarkan alphabet.
4. Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
5. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
6. Elektrolit konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat
serta dilengkapi dengan SPO khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang
hari-hati.
7. Obat high alert diberi stiker “HIGH ALERT” dan obat lasa diberi stiker “LASA”.
8. Perbekalan farmasi yang dibawa oleh pasien harus dicatat dalam formulir
rekonsiliasi dan disimpan secara khusus.
9. Perbekalan farmasi dalam kemasan kemasan besar disusun diatas pallet secara rapi
dan teratur.
10. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu
ganda yang masing-masing memiliki kunci yang berbeda.
11. Apabila persediaan perbekalan farmasi cukup banyak, maka perbekalan farmasi
tetap dibiarkan dalam box masing-masing obat.
12. Bahan berbahaya dan beracun, disimpan terpisah dari bahan atau perbekalan
farmasi lainnya dan diberi label sesuai karakteristik B3, mulai saat barang dating
sampai wadah barang yang berukuran kecil, misalnya botol berukuran 100 mL.
13. Bahan pemeriksaan radiologi yang dibutuhkan untuk pasien rawat jalan dan rawat
inap tersedia di unit radiologi yang diperoleh dari logistic farmasi.
14. Ada proses inspeksi penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dilakukan oleh
kepala Instalasi Farmasi setiap 1 bulan sekali dan dicatat dalam form inspeksi
penyimpanan perbekalan farmasi dan hasilnya dilaporkan kepada direktur rumah
sakit.

E. Pengelolaan perbekalan farmasi khusus


1) Penanganan obat yang dibawa oleh pasien
Penggunaan obat milik penderita yang dibawa dari tempat asal ke dalam
rumah sakit harus sedapat mungkin dihindari. Obat tersebut dapat digunakan jika:

11
a) Disetujui dokter yang merawat setelah melakukan proses rekonsiliasi obat
sebelum pasien masuk rumah sakit.
b) Tidak memperngaruhi keamanan dan efektivitas obat yang diberikan dokter di
rumah sakit.
c) Obat dapat diidentifikasi oleh apoteker, meliputi: merk dagang, kandungan,
instalasi farmasi atau apotik tempat obat tersebut diperoleh.
d) Obat tidak dapat diperoleh instalasi farmasi.

2) Persediaan obat emergency.


Persediaan obat emergency adalah persediaan obat yang digunakan untuk
menangani kasus darurat di masing-masing ruangan. Mekanisme pengelolaan obat
emergency adalah sebagai berikut:
a) Obat emergency tersedia di semua unit pelayanan pasien, disimpan dalam
troli/kit emergency yang terpasang segel untuk menghindari obat hilang atau
tidak tersedia saat dibutuhkan.
b) Obat emergency segera dicatat dan dibuatkan resep serta meminta farmasi untuk
penggantian dalam jangka waktu 1 x 24 jam, cek ulang isi dan masa kadaluarsa
obat emergency dalam troli / kit kemudian disegel.
c) Obat emergency diperiksa setiap 2 minggu sekali oleh petugas farmasi yang
ditunjuk, untuk diperiksa kembali isi dan masa kadaluarsa obat emergency dalam
troli / kit dan juga keutuhan segel, agar obat emergency selalu tersedia saat
dibutuhkan.
d) Persediaan untuk masing-masing item perbekalan farmasi ditetapkan bersama
oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

3) Persediaan obat High Alert.


Obat High Alert merupakan obat-obatan yang memiliki resiko lebih tinggi
dalam menyebabkan komplikasi, efek samping, atau bahaya. Hal ini dapat
dikarenakan adanya rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit atau karena
insiden yang tinggi akan terjadinya kesalahan. Metode untuk meminimalisasi
kesalahan tersebut meliputi beberapa strategi antara lain:

12
a) Menyediakan akses informasi mengenai Obat High Alert
b) Membatasi akses terhadap Obat High Alert
c) Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk Obat High Alert
d) Menstandarisasi prosedur peresepan, penyimpanan, persiapan, dan pemberian
Obat High Alert
e) Melakukan prosedur pengecekan ganda untuk obat-obat tertentu
f) Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip (LASA)
g) Pisahkan obat dengan konsentrasi tinggi dari Obat High Alert lainnya dan beri
label ‘HIGH CONCENTRATE’

4) Persediaan obat khusus wabah.

Sediaan farmasi khusus wabah dan/atau bencana merupakan sediaan


farmasi yang disediakan untuk pasien dan/atau keluarga pasien dan masyarakat
yang terkena wabah dan/atau bencana. Mekanisme pengelolaan sediaan farmasi
khusus wabah dan/atau bencana, meliputi :
a) Pemilihan sediaan farmasi sesuai dengan wabah dan/atau bencana yang terjadi
berdasarkan rekomendasi Komite Medis dan/atau DPJP
b) Pengadaan dilakukan berdasarkan kegawatdaruratan wabah dan/atau bencana
c) Penerimaan sediaan farmasi dilakukan sesuai Standar Prosedur Operasional
d) Penyimpanan sediaan farmasi khusus wabah dan/atau bencana ditempatkan
terpisah dengan sediaan farmasi yang lain untuk mempercepat layanan
e) Monitoring persediaan dilakukan secara rutin untuk menghindari kekurangan
dan/atau kekosongan stok
F. Persiapan dan Penyiapan.

Persiapan dan Penyerahan merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka


menyalurkan / menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan

13
pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit
pelayanan.
Metode yang digunakan oleh Instalasi Farmasi dalam mendistribusikan perbekalan
farmasi di lingkungan rumah sakit antara lain:
1. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di
rumah sakit dengan sistem persediaan life saving diruangan dan sistem Unit Dose
Dispensing (UDD) untuk obat oral dan One Daily Dose (ODD) untuk obat injeksi dan
alkes.
2. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan merupakan kegiatan
pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di
rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dengan sistem resep individual.
Pemberian obat pada pasien geriatri disertai dengan pemberian kartu jadwal minum
obat sebagai informasi tertulis untuk meningkatkan kepatuhan pasien
3. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Unit Penunjang / Instalasi lain merupakan
kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan ruang rawat
pasien dengan sistem floor stock.
G. Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi.

Pemusnahan dan penarikan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pemusnahan perbekalan farmasi merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, ataupun mutunya sudah
tidak memenuhi standar. Tujuan dilakukan pemusnahan adalah sebagai berikut:
1. Untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat
atau perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan
kemanfaatan.
2. Untuk meghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan
atas obat atau perbekalan kesehatan lainnya yang sudah tidak tidak layak untuk
dipelihara.

14
3. Untuk menjaga keselamatan kerja dan meghindarkan diri dari pengotoran lingkungan
dan penyalahgunaan. Pembuangan yang tidak layak dapat menjadi berbahaya jika
kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Selain itu, obat-
obatan kadaluarsa dapat disalahgunakan dan digunakan kembali jika tempat
pembuangan tidak dipilih secara tepat dan aman.
Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
1. Membuat daftar perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan;
2. Menyiapkan administrasi, meliputi laporan dan berita acara pemusnahan;
3. Mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait;
4. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
5. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan
yang berlaku.
6. Pembuatan laporan pemusnahan perbekalan farmasi, yang memuat:
a) Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
b) Nama dan jumlah perbekalan farmasi
c) Nama apoteker pelaksana pemusnahan perbekalan farmasi
d) Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan perbekalan farmasi
7. Laporan pemusnahan perbekalan farmasi ditandatangani oleh apoteker dan saksi
dalam pelaksanaan pemusnahan. (berita acara terlampir).
Penarikan obat merupakan suatu proses penilaian kembali (reevaluasi) terhadap obat
jadi yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat, terutama terhadap obat-obat yang
mempunyai resiko tinggi, komposisi dianggap tidak rasional, indikasi tidak tepat dan
pemborosan karena efek terapi yang tidak bermakna.
Sistem penarikan obat di rumah sakit ada dua jenis yaitu:
1. Penarikan obat dari ruang perawatan pasien (Internal)
a) Buat daftar nama obat yang akan ditarik sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan beserta nomor batch barang.
b) Telusuri histori mutasi stok keluar.
c) Hubungi petugas farmasi yang bertugas melakukan inspeksi berkala ke ruang
perawatan pasien
d) Beritahukan apabila ada obat yang harus ditarik dari ruangan perawatan pasien.

15
e) Datangi ruangan perawatan pasien.
f) Kumpulkan obat yang ditarik.
g) Serahkan ke petugas logistik lalu dilakukan pendataan oleh petugas logistik.
2. Penarikan obat yang dilakukan oleh BPOM atau distributor (eksternal)
a) Buat daftar nama obat yang akan ditarik sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan beserta nomor batch barang.
b) Telusuri histori mutasi stok keluar
c) Beritahukan kepada petugas di ruangan perawatan pasien dan depo farmasi.
d) Ambil produk dari lokasi penyimpanan (depo farmasi dan ruang perawatan
pasien)
e) Setelah barang terkumpul di logistik farmasi, cocokkan daftar obat dengan
jumlah fisik barangnya.
f) Lakukan proses “karantina” produk dengan memberi label “JANGAN
DIGUNAKAN” sampai produk diambil oleh distributor / pabrik
g) Dokumentasikan nama, nomor batch dan jumlah obat yang ditarik.
h) Hubungi distributor.
i) Retur seluruh obat yang telah didata ke distributor yang terkait.
j) Dokumentasikan form penarikan dari distributor serta dokumen serah terima
pengembalian barang dengan distributor / pabrik.
i. Tembuskan kepada Kabag Keuangan.
Kritera obat yang ditarik dari ruang perawatan pasien adalah :
 Obat menjelang masa kadaluarsa dengan tenggang waktu 6 (enam) bulan
sebelum expired.
Kriteria obat yang ditarik dan dikembalikan kepada distributor adalah:
 Obat yang tidak akan digunakan lagi atau selama 6 (enam) bulan tidak ada
transaksi/obat slow moving.
 Obat yang telah memasuki masa death stock atau 1 (satu) tahun tidak ada
transaksi.
 Obat/kemasan obat yang rusak karena faktor dari distributor (pada saat proses
pengiriman).

16
 Obat yang ditarik didasarkan pada ketentuan persyaratan pengembalian obat dari
masing-masing distributor.
Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.

H. Pengendalian.

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya


sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan / kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Kegiatan
pengendalian mencakup:
1. Memperkirakan / menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu.
2. Menentukan stok optimum obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan/kekosongan.
3. Menentukan waktu tunggu (lead time) adalah waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
Cara untuk mengendalikan persediaan perbekalan farmasi adalah:
1. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
2. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-
turut (death stock);
3. membuat catatan pemberian obat yang digunakan untuk menyiapkan dan memeriksa
obat sebelum diberikan pada pasien sehingga apoteker dan / atau perawat dapat
langsung merekam/mencatat waktu pemberian dan aturan yang sebenarnya sesuai
petunjuk.
4. hanya perbekalan farmasi dalam kemasan tersegel yang dapat dikembalikan ke
Instalasi Farmasi.
5. apoteker harus memastikan bahwa semua obat yang digunakan dalam kamar operasi
tepat order, disimpan, disiapkan, dan dipertanggung jawabkan sehingga pencatatan
dilakukan seperti di Instalasi Farmasi.
6. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

17
I. Pencatatan dan Pelaporan.

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan
penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan
dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu
(bulanan, triwulanan, atau pertahun).
Pencatatan dilakukan untuk:
1. persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
2. dasar akreditasi Rumah Sakit;
3. dasar audit Rumah Sakit; dan
4. dokumentasi farmasi.
Pelaporan dilakukan sebagai:
1. komunikasi antara level manajemen;
2. penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi
Farmasi; dan
3. laporan tahunan.
J. Logistic.
Pengadaan perbekalan farmasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat Persediaan
Tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan. Yaitu jumlah persediaan
minimum ditambah dengan jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah
jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian dalam periode 2-3
bulan sekali yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 2-3 bulan yang akan
datang. Penyimpanan perbekalan farmasi harus sesuai dengan stabilitas masing-masing
perbekalan farmasi.

18
Perkiraan jumlah kebutuhan dan jenis sediaan farmasi saat terjadi wabah dan/atau bencana
disesuaikan dengan jumlah pasien dan peraturan penanganan wabah dan/atau bencana yang
terjadi dengan persetujuan Direktur Rumah Sakit.
Peraturan yang terkait dengan perbekalan farmasi Rumah Sakit Umum Anwar Medika
diatur dalam:
1. Proses peralatan
2. Proses dokumentasi dan catatan perbekalan farmasi
3. Proses pengendalian perbekalan farmasi

3.4 Hasil Wawancara


RSUD Sibar yang beralamat di Jl. Bibia Bunder, Kamera’an, Kecamatan Krian,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, 61262. Rumah Sakit tipe C ini baru dibuka pada 1 April
2022. Wawancara dilakukan pada 27 Juni 2022 pukul 11.30 WIB. Narasumber yang kami
wawancarai Ibu Apt. Restya Febri Rahmadani, S.Farm sekaligus menjabat sebagai kepala
Instalasi Farmasi di RSUD Sibar.
Rumah Sakit yang baru beroperasi ini memiliki beberapa kendalan atau kekurangan
mulai dari SDM, sarana prasarana dan pekarya (pembantu pelaksana). Alasan oemilihan
lokasi berdirinya RSUD Sibar tersebut karena pada daerah tersebut belum terdapat rumah
sakit daerah yang termasuk program dari Pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Dengan
berdirinya RSUD pertama ini memiliki prospek yang baik dimana masyarakat dari semua
kalangan dengan dominan masyarakat golongan menengah kebawah dengan adanya program
pemerintah tersebut lebih terjangkau dari segi biaya perawatan dan lebih unggul dari Rumah
Sakit Swasta dalam menungkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya Sidoarjo Barat.
Struktur organisasi pada Inatalasi Farmasi Rumah Sakit Sibar terdiri dari direktur,
kepala bidang, kepala seksi dan kepala instalasi yang diawasi oleh tim, unit dan komite.
Karena RSUD Sibar baru peroperasi, obat dengan golongan fast moving selama 2
bulan terakhir adalah pasien dengan penyakit dalam rawat jalan dengan conroh ambroxol,
codein dan diclofenac potassium. Untuk penyimpanan obat pada Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Sibar, obat ditata sesuai dengan bentuk sediaan, kelas terapi, dan alphabet (abjad).
Sedangkan, pada gudang farmasi penataan sesuai dengan alfabed (abjad)

19
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis SWOT Dan Strategi Pengembangan

KEKUATAN( S) KELEMAHAN (W) PELUANG (O)


1. Adanya visi dan misi 1. Sumber daya manusia
yang tepat sebagai kurang memadai 1. Hubungan yang baik dan
penunjang berdirinya 2. Fasilitas untuk pasien jumlahpemasok obat/PBF
instalasi farmasi kurang lengkap dengan IFRS
2. Harga obat relatif 3. Sarana dan prasarana 2. patient oriented
lebih terjangkau 4. Tenaga penunjang 3. Kepuasan pasien terhadap
3. Hubungan kerja yang pelayanan kefarmasian
baik antar karyawan 4. Harapan pasien terhadap
4. Kecepatan pelayanan kunjungan tenaga farmasi ke
bangsal-bangsal
5. Akreditasi RS
6. Pengembangan jenis
spesialisasi pelayanan

6. Studi banding ke RS lain


STRATEGI S – O STRATEGI W – O
7. Kesiapan petugas menerima resep,
1. Mengoptimalkan 1. Peningkatan kualitas dan perhatian pada waktu tunggu dan
kerjasama dengan kuantitas SDM menuju pelayanan 24 jam.
supplier untuk pelayanan farmasi klinik
memenuhi kebutuhan 2. Melakukan koordinasi
obat antara farmasi , dengan PFT
2. Pengelolaan obat secara dan tenaga kesehatan lain
efektif dan efisien dengan 3. Membuka kotak saran dan
pengetahuan penanganan keluhan pelanggan
farmakoekonimi 4. Mencari sponsor bagi
3. Memberlakukan reward pengembangan SDM
dan punishment 5. Membuka layanan
4. Menekan harga obat konsultasi obat secara
dengan discount dari terbatas
farmasi dan kunjungan

20
farmasi

ANCAMAN (T) STRATEGI S – T STRATEGI W – T

1. Penguasaan sumber 1. Peningkatan s sarana dan 1. Peningkatan kualitas SDM


informasi dan kualitas prasarana melalui pembelajaran mandiri dan
SDM untuk 2. Penambahan jumlah tenaga kererja pemberian motivasi
menghadapi farmasi 2. Peningkatan pengetahuan tentang
persaingan jasa. 3. Melakukan studi banding farmakoekonomi
2. Persaingan dengan dengan IFRS lain yang lebih 3. Melakukan penelitian terhadap
IFRS lainnya unggul kepuasan pelanggan.
3. Ketidakpuasan 4. SK pemberlakuan Membuat leaflet/brosur-brosur
terhadap informasi Formularium promosi dan informasi
obat
4. Belum adanya personil
dan hasil reset bagi
pengembangan IFRS
5. Belum tersedianya
petugas pada jam- jam
sibuk

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Rumah Sakit tipe C merupakan Rumah Sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialir terbatas, yaitu pelayan penyakit dalam, pelayanan bedah,
pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan
2. Fasilitas pada RSUD Sibar belum sepenuhnya terpenuhi, tetapi RSUD Sibar tetap
beroprasi dengan baik dan maksimal.
3. RSUD Sibar termasuk program dari pemerintah Kabupaten/Kota yang baru beroperasi
pada bulan April lalu.

22
LAMPIRAN

Gambar 1. Dokumentasi saat wawancara.

23
24

You might also like