You are on page 1of 4

LAPORAN TUGAS BESAR

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


NABILA SASTRA DEWI M1D120003
WAHYU ALWI JORGI PASARIBU M1D120007
REFMAYOLA M1D120010
PUTRI AYU RAMADHANI M1D120019
SITI LAILA SHAKIRA M1D120031
DALTON HUTASOIT M1D120033

DOSEN PENGAMPU :
SHALLY YANOVA, S.Si., M.Si.
ZULI RODHIYAH, S.Si., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN SIPIL, KIMIA DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di industri 4.0 sedang mengalami persaingan yang cukup ketat, oleh
sebab itu penting bagi manajemen dalam melakukan peniliaian terhadap
performa perusahaan serta perencanaan tujuan di masa yang akan datang,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan syarat untuk memenangkan
persaingan. K3 merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk
dapat meningkatkan hasil ataupun produktivitas pekerja. Kecelakaan serta
penyakit akibat kerja mampu menyebabkan kerugian materil berupa
pemborosan tak terduga yang dapat mengurangi produktivitas pekerja
Setiap pekerjaan memiliki risiko masing-masing, baik risiko keselamatan
maupun kesehatan. Oleh karena itu setiap perusahaan wajib menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk memberikan perlindungan kepada
tenaga kerja agar siklus produksinya berjalan dengan lancar. Ada beberapa
faktor yang mendorong pentingnya K3 yaitu faktor kemanusiaan (berdampak
pada tenaga kerja dan keluarga), faktor kebijakan (mematuhi peraturan
perundang-undangan) dan faktor ekonomi (kerugian yang timbul akibat
kecelakaan kerja).
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai salah satu penyedia,
pengembang atau pengelola listrik juga wajib menerapkan K3. Penerapan K3
PLTA wajib dilakukan karena pekerjaan tersebut memiliki potensi risiko
kecelakaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pemeliharaan.
Apabila terjadi kondisi berbahaya di lingkungan PLTA, maka dampak yang
ditimbulkan bisa bermacam-macam mulai dari cidera ringan sampai dengan
risiko kematian. Identifikasi bahaya dibutuhkan untuk memastikan keamanan
proses produksi, baik bagi pekerja, peralatan, maupun lingkungan dari
timbulnya kecelakaan kerja. Pengelolaan manajemen risiko mempunyai peranan
yang besar agar risiko dan bahaya yang terjadi tidak berdampak besar pada
proses operasi perusahaan. Manajemen risiko yang baik dapat mengurangi
tingkat risiko menjadi lebih rendah sehingga dapat meminimalisir potensi
kecelakaan kerja serta insiden lain yang memakan biaya dan waktu, serta
menimbulkan stres dan ketidaknyamanan pada pekerja.
Secara umum, PLTA memiliki area yang cukup luas karena umumnya
memiliki saluran air cukup panjang atau berada di sekitar bendungan.
Sebagian PLTA memiliki terowongan untuk jalan air serta fasilitas peralatan di
area pembangkit yang memiliki risiko seperti longsoran maupun gangguan
7
suplai oksigen. Berdasarkan beberapa kondisi tersebut, pengembang, pengelola
maupun kontraktor pelaksana pembangunan harus memiliki pengetahuan,
pemahaman dan kesadaran tentang K3 untuk menjamin keselamatan pekerja,
sistem PLTA maupun lingkungan di sekitarnya. Dengan harapan mengetahui
nilai risiko yang timbul, maka dapat menurunkan tingginya angka kecelakaan
yang terjadi dan mampu meningkatkan keamanan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Pengendalian risiko yang tepat juga bisa meningkatkan kinerja serta
meningkatkan rasa aman dan nyaman dari tingkat kecelakaan yang tinggi.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan laporan tugas besar sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah :
1. Bagaimana identifikasi bahaya yang dilakukan pada perusahaan?
2. Bagaimana penilaian risiko yang dilakukan pada perusahaan?
3. Bagaimana pengendalian risiko yang dilakukan pada perusahaan?
4. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi risiko yang dilakukan pada
perusahaan?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan laporan tugas besar sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah untuk :
1. Bagaimana identifikasi bahaya yang dilakukan pada perusahaan?
2. Bagaimana penilaian risiko yang dilakukan pada perusahaan?
3. Bagaimana pengendalian risiko yang dilakukan pada perusahaan?
4. Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi risiko yang dilakukan pada
perusahaan?

8
BAB VII
PENUTUP

You might also like