You are on page 1of 14

Susi TUGAS BIOKIMIA

RESUME

Dosen Pengampu:

Ibu Ayuningtyas, S.ST, M.Kes

DISUSUN OLEH

Nama : Susi Wijayanti

NIM : P1337424522346

Kelas : Progsus Temanggung

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG DAN PROFESI BIDAN

TAHUN 2022/2023
PEMERIKSAAN LABORATORIUM(KLINIK)

A. TUJUAN
1. Melengkapi ciri-ciri penyakit untuk menetapkan diagnosis
2. Untuk mem-”follow up” atau memonitor penyakit yang sedang dalam proses
pengobatan.
3. Mencari / membuktikan penyebab penyakit
B. KENDALA
1. Memerlukan biaya
2. Ada sensitifitas dan spesifisitas yang mempengaruhi pertimbangan pemeriksaan
3. Kelainan lab dapat sama untuk beberapa keadaan / penyakit yang berbeda
4. Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit biasanya diperlukan beberapa jenis
pemeriksaan lab
5. Diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan pada pemeriksaan lab
C. MEMILIH PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Harus sesuai dengan diagnosis yang dipikirkan / diagnosis banding berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
Harus “Cost Effective”
D. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Darah Tepi
a. Hematologi / CBC (Complete Blood Count)
b. Penyebab anemia
c. Hemostasis
d. Fungsi hati
e. Kondisi jantung
f. Fungsi ginjal
g. Lemak darah
h. Gula darah
i. Fungsi Pankreas
j. Elektrolit darah
k. Hormon – hormone
l. Bakteriologi – virologi – parasitology
m. Serologi
n. Antibodi – imunologi
o. Penanda tumor
2. Urin
a. Faal ginjal
b. Infeksi saluran kemih
3. Feses
a. Pencernaan
b. Darah
c. Telur cacing, parasit
4. Pemeriksaan khusus
a. Ada indikasi dan kontra indikasi
b. Ada persyaratan / pra kondisi
c. Lebih spesifik
d. Harus dilakukan oleh ahli (expert)
e. Biaya cukup tinggi
f. Harus dengan informed consent tertulis
g. Rontgen
h. USG
i. EKG
j. Echo kardiografi
k. Endoskopi
l. Biopsi, fungsi aspirasi, sitology
m. CT Scan
n. MRI
o. Katerisasi jantung
E. PENGELOLAAN / PENATALAKSANAAN PENYAKIT
1. Edukasi
2. Posisi dan aktifitas selama pengelolaan / penatalaksanaan
3. Diet
4. Pemberian obat
• Suportif
• Kausal
5. Mobilisaasi – rehabilitasi
6. Fisioterapi
7. Follow up
F. PROGNOSIS
Ramalan atau perkiraan arah perjalanan penyakit
Tergantung pada:
 Jenis penyakit
 Organ / sistem yang sakit
 Penyebab penyakit
 Beratnya penyakit
 Kondisi tubuh dan mental
 Kondisi sosial ekonomI
 Fasilitas pengobatan dan obat yang tersedia
 Dokter
KONSEP PEMERIKSAAN URIN
A. TES KEHAMILAN/ TEST PACK
1. Tujuan          
Mendeteksi HCG (human chorionic gonadotropin) di dalam urin.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) merupakan hormon yang dihasilkan oleh
plasenta pada awal kehamilan, hormon ini akan dikeluarkan melalui urin dan juga
dihasilkan bila terdapat poliferasi yang abnormal pada jaringan epitel korion seperti
molahidatidosa (hamil anggur) atau choriocarsinoma
2. Teori
Kadar Hormon HCG dapat diperkirakan didalam darah bukan hanya di dalam urin saja,
kadar hormon di dalam darah ibu selama kehamilan normal diperkirakan 5 mg/mL pada
trimester pertama. HCG dapat diukur dan dideteksi dalam darah paling cepat 6 hari
setelah konsepsi.
Keberadaan HCG dalam urin pada awal kehamilan adalah dasar bagi berbagai uji
laboratorium untuk kehamilan, dan hormon ini kadang-kadang dapat terdeteksi didalam
urin 14 hari setelah konsepsi
3. Metode tes urin
Tes urin dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu
 Tes carik celup (metode imunokromatografi)
 Tes slide (metode aglutinasi).

4. Metode imunokromatografi
 Testpack HCG Cassette
 Test Hamil Carik Celup / Tes Hamil Stik
Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan reaksi antara urin wanita hamil
yang mengandung α dan β HCG (monoklonal HCG lengkap) dengan anti α dan anti β
HCG pada tes line (T) dan kontrol line (C).
Apabila stik tes dimasukan dalam urin, maka urin akan meresap secara kapiler,
sehingga terjadi ikatan antara urin yang mengandung α dan anti β HCG pada tes line
(T) dan kontrol line (C) akibatnya akan timbul garis warna merah pada tes line (T)
dan kontrol line (C), garis warna merah 12 ini menunjukan hasil yang positif.
Dan apabila garis warna merah tidak tampak pada tes line (T) atau hanya terdapat
pada kontrol line (C) menunjukkan hasil tes yang negatif, karena tidak terjadi reaksi
monoklonal HCG lengkap antar anti α dan anti β HCG
Interpretasi hasi dalam metode imunokromatofrafi
Hasil dinyatakan negatif apabila hanya terdapat satu tanda merah pada bagian control
line (C) dan tidak tampak garis merah pada bagian tes line (T) (sensitifitas 0 IU/mL),
dan apabila terdapat 2 tanda merah, satu pada bagian tes line (T) dan satu pada bagian
control line (C) maka dinyatakan positif (sensitifitas 25 mIU/mL)
Pada pemeriksaan HCG menggunakan sampel urin karena pengambilan sampel
mudah, praktis, tidak menyakiti pasien dan hanya memerlukan tempat penampung
urin saja.
Keuntungan pemeriksaan HCG secara imunokromatografi : cepat, waktu yang
dibutuhkan sangat singkat, mudah didapat karena diperdagangkan secara komersil.
kekurangan yaitu tidak diketahui kadar HCG secara pasti dan segi sensitifitasnya
belum pasti.
5. Metode Aglutinasi
Aglutinasi adalah Teknik yang dapat menentukan antigen atau antibodi secara
semikuantitatif, aglutinasi dapat dilihat dengan mata atau dengan mikroskop.
Cara aglutinasi lateks banyak dipakai untuk menetapkan adanya rheumatoid faktor
(RF) atau CRP dalam serum dan Human chorionic gonadotropin (HCG) dalam urin.
Prinsip tes ini adalah terjadinya reaksi imunologis kimiawi antara hormon HCG dalam
urine dengan antibodi (anti HCG). Suspensi lateks mengandung antibody monoclonal
anti HCG dengan natrium azida sebagai pengawet sebagai anti HCG dan hormon
HCG yang terkandung dalam urin sebagai antigen.
Ketika anti HCG (antibodi) bertemu dengan antigen (hormon HCG) maka
terbentuklah kompleks imun.
PROTEIN URINE DALAM KEHAMILAN

Tujuan : Untuk mengetahui protein urine secara semi kuantitatif.


Prinsip : Berdasarkan sifat protein jika dipanaskan pada titik iso elektrik akan terjadi
denaturasi yang diikuti koagulasi.
Alat dan Bahan : Sampel Urine, Tabung reaksi , Penjepit tabung, Pembakar spiritus / lampu
spiritus , Beaker glass, Asam asetat 6%
Prosedur
1. Masukkan sampel urine ke dalam beaker glass.
2. Masukkan urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 2/3 tabung.
3. Peganglah tabung reaksi pada bagian bawah menggunakan penjepit tabung.
4. Panaskan urine pada lapisan atas sampai mendidih selama 30 detik.
5. Baca kekeruhan lapisan atas dan bandingkan dengan lapisan bawah yang tidak
dipanasi.
6. Baca kekeruhannya, jika terjadi kekeruhan tambahkan 3-5 tetes asam asetat 6%, baca
hasilnya lagi :
jika tetap keruh berarti protein positif
jika kekeruhan hilang disertai gelembung gas berarti unsur karbonat
jika kekeruhan hilang tanpa disertai gelembung gas berarti unsur fosfat
7. Interprestasi hasil pemeriksaan protein urine secara semi kuantitatif :
(-) tidak terjadi kekeruhan
(+1) kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar protein 0,01% – 0,05%)
(+2) kekeruhan berbutir-butir (kadar protein 0,05% – 0,2%)
(+3) kekeruhan berkeping-keping (kadar protein 0,2% – 0,5%)
(+4) kekeruhan berkeping besar dan bergumpal (kadar protein > 0,5%) Nilai Normal :
(-) tidak terjadi kekeruhan

PEMERIKSAAN REDUKSI URINE METODE FEHLING


Tujuan :
Untuk mengetahui zat reduksi dalam urine.  
Prinsip :
Pemanasan urine dalam suasana alkali / basa dimana zat pereduktor akan mereduksi
cupri sulfat menjadi cupro sulfat dan cupro oksida, pengendapan Cu(OH)2 akan dicegah oleh
KNa Tartat, cupro oksida yang terbentuk akan menimbulkan warna dari hijau sampai merah
bata.
Alat dan Bahan :
1. Sampel urine
2. Beaker glass
3. Tabung reaksi
4. Gelas ukur
5. Reagen Fehling A dan Fehling B
6. Penjepit tabung
7. Pipet tetes
8. Pembakar spiritus / lampu spiritus
Prosedur Pemeriksaan Reduksi Urine Metode Fehling :
1. Masukkan sampel urine kedalam beaker glass.
2. Masukkan reagen fehling A sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi.
3. Tambahkan reagen fehling B sebanyak 2 ml dan urine sebanyak 1 ml, campur sampai
homogen.
4. Panaskan sampai mendidih selama 2 menit.
5. Baca hasil pemeriksaan reduksi urine secara semi kuantitatif :
Hasil :
(-) tidak terjadi perubahan warna / tetap biru jernih (kadar glukosa <0,5%)
(+1) terjadi warna hijau kekuningan (kadar glukosa 0,5% – 1%)
(+2) terjadi warna kuning keruh (kadar glukosa 1% – 1,5%) (+3) terjadi warna jingga /
lumpur keruh (kadar glukosa 2% – 3,5%)
(+4) terjadi warna merah bata (kadar glukosa >3,5%) Nilai Normal : tidak terjadi perubahan
warna / tetap biru jernih.

DERAJAD KEASAMAN URINE (PH)

- Dalam keadaan normal, PH urine berkisar antara : 4,6-8,0 dengan rata-rata : 6,5.
- Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan NORMAL.
- Untuk pemeriksaan derajad keasaman urine ini harus dipakai urne yang segar (baru).
- Karena urine yang telah lama derajad keasamannya akan berubah menjadi alkalis.
- Pada urine yang telah dikeluarkan dari tubuh, maka ammonium yang
terkandung didalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urine menjadi amoniak yang
bersifat alkalis.
- Pemeriksaan derajad keasaman urine ini dapat dilakukan dengan menggunakan :
1.      Kertas lakmus.
2.      PH meter.
- Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi asam adalah :
Ø  Acidosis.
Ø  Kelaparan.
Ø  Diarrhea.
Ø  Diabetes Mullitus.
- Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah :
Ø  Alkalosis.
Ø  Muntah-muntah yang hebat.
Ø  Infeksi saluran kencing (UTK).

.BILIRUBIN

- Nilai normal: negatif, maksimal 0.34 μmol/L.


- Bilirubinuria dapat disebabkan oleh:
- Penyakit hepar (sirosis, hepatitis alkoholik), termasuk efek hepatotoksisitas.
- Infeksi atau sepsis.
- Keganasan (terutama hepatoma dan karsinoma saluran empedu)
WARNA URIN
Nilai normal: kekuningan jernih
Dalam keadaan normal, warna urin pagi (yang diambil sesaat setelah bangun pagi) sedikit
lebih gelap dibanding urin di waktu lainnya. Perubahan warna urin dapat terjadi karena
beberapa hal.
Hitam: baru mengkonsumsi tablet besi (ferri sulfat), sedang minum obat parkinson
(levodopa), methemoglobunuria.
Biru: mengkonsumsi obat antidepresi (amitriptilin), antibiotik saluran kemih
(nitrofurantoin), atau karena infeksi Pseudomonas pada saluran kemih.
Coklat: gangguan fungsi ginjal, mengkonsumsi antibiotik (sulfonamid atau metronidazol),
dan konsumsi obat parkinson (levodopa).
Kuning gelap (seperti teh): hepatitis fase akut, ikterus obstruktif, kelebihan vitamin B2 /
riboflavin, antibiotika (nitrofurantoin dan kuinakrin).
Oranye-merah: dehidrasi sedang, demam, konsumsi antikoagulan oral, trauma ginjal,
konsumsi deferoksamin mesilat, rifampisin, sulfasalazin, laksatif (fenolftalein).
Hijau: infeksi bakteri, kelebihan biliverdin, konsumsi vitamin tertentu.
Bening (tidak berwarna sama sekali): terlalu banyak minum, sedang minum obat
diuretik, minum alkohol, atau diabetes insipidus.
Seperti susu (disebut juga chyluria): filariasis atau tumor jaringan limfatik.
Pemeriksaan
Metode Carik Celup= Strip Reagen = Dipstick
Metode : Carik Celup
Cara penggunaanya mudah, strip dicelupkan ke dalam urine, warna strip untuk setiap
kategori akan berubah sesuai kandungan zat yang ada dalam urin dan menunjukkan
keberadaan zat yang diperiksa (gula, protein dsb) atau tinggi rendahnya zat dalam urine
tersebut (keasamannya, berat jenisnya dsb).
Cara Kerja
1. Basahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan
segera, Kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin
2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik
tersebut pada kertas agar menyerap urin dibagian tersebut
3. Peganglah carik secara horizontal dan banding kan dengan standar warna yang
terdapat pada label wadah carik dan catat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera
pada standar carik atau dibaca dengan alat Clinitex Status

Metode Carik Celup= Strip Reagen = Dipstick


Pengamatan dan Interpretasi Hasil Pemeriksaan Carik Celup
Parameter Nilai Normal.

Leukosit : Negatif

Nitrit : Negatif
Urobilinogen : Negatif atau 0.2 IU/DL
Protein : Negative
PH : 5,0 – 8.5
Darah : Negative
Berat Jenis : 1.000 – 1.030
Keton : Negative
Bilirubin : Negative
Glukosa : Negative
Perlu di perhatikan :
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati.
harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang tertera dalam
leaflet.
Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali
dengan rapat, agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia.
Setiap strip harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada
perubahan warna.

KONSEP PEMERIKSAAN SEKRET VAGINA


A. PAP SMEAR
sebuah pemeriksaan mengenai keadaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina
Pemeriksaan dilakukan secara berkala, bagi wanita yang sudah pernah berhubungan
seksual
selain untuk menilai kesehatan organ kewanitaan pada tingkat seluler, juga sebagai upaya
untuk mendeteksi kaker servik sejak dini.
- PAP SMEAR KONVENSIONAL
Prosedur Pemeriksaan Kanker Serviks
Untuk pengambilan sampel dalam pemeriksaan pap smear, menggunakan alat bernama
spekulum yang dimasukkan melalui mulut vagina. Alat ini digunakan untuk
memperluas lapang pandang dengan membuka mulut vagina sehingga area
serviks dan vagina bisa terlihat lebih jelas.
Setelah itu, sampel sel-sel pada serviks akan diambil memakai spatula plastik (seperti
sendok kecil bertangkai panjang) dan sikat kecil. Sampel tersebut kemudian dikirim ke
laboratorium untuk diuji.
Prosedur pengambilan sampel ini biasanya memakan waktu singkat, sekitar lima menit.
Selama prosedur, diharapkan untuk tetap dalam keadaan rileks, agar nyaman saat pap
smear dilakukan.
Saat melakukan pap smear, bisa juga mengombinasikan dengan pemeriksaan human
papilloma virus (HPV). HPV adalah virus penyebab infeksi menular seksual, yang juga
merupakan salah satu penyebab utama kanker serviks.
- PAP SMEAR DENGAN METODE SITOLOGI SERVIKS BERBASIS CAIRAN
( SSBC )
Metode baru untuk memeriksa sampel sel serviks sebagai deteksi dini kanker mulut
rahim (serviks).
Metode SSBC lebih spesifik dan sensitif dalam memberikan hasil yang lebih akurat.
Metode ini memungkinkan sel serviks terpisah dari faktor pengganggu lainnya,
misalnya kotoran, lendir, darah dan zat lain, karena dimasukkan ke dalam cairan
khusus.
Dengan demikian, semua sel serviks dapat dipertahankan dan sel lebih mudah dilihat
di bawah mikroskop.
SSBC digunakan sebagai sarana deteksi dini Ca Servik . Kanker servis menjadi
penyebab utama kematian selain kanker payudara bagi wanita usia produktif.
Pemeriksaan ini di rekomendasikan bagi wanita mulai usia 21 tahun atau yang sudah
aktif secara seksual.Wanita yang aktif secara seksual direkomendasikan untuk
menjalani tes ini tiap 3 tahun sekali atau tiap 5 tahun sekali jika dikombinasikan
dengan pemeriksaan DNA HPV.

KONSEP PEMERIKSAAN CAIRAN CEREBRO SPINAL

 Nama Lain Pemeriksaan Cairan Cerebro Spinal yaitu Lumbar puncture , pungsi
lumbal.
 Pengertiannya adalah Prosedur medis untuk mengambil cairan serebrospinal dengan
jarum yang dimasukkan pada celah di antara dua tulang belakang ( dari bagian
lumbal, yaitu punggung bawah)
 Pungsi lumbal dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit infeksi, seperti
meningitis, sindrom Guillain-Barre, multiple sclerosis, kanker otak, serta gangguan
saraf tulang belakang.
 Dokter menggunakan pungsi lumbal untuk memasukkan obat-obat anestesi atau
kemoterapi ke dalam cairan serebrospinal.
Pungsi lumbal dapat dilakukan untuk beberapa kondisi di bawah ini:
 Menyingkirkan kemungkinan infeksi
Pada pengidap epilepsi,lumbar puncture bisa dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan infeksi pada pengidap epilepsi. Misalnya, mendeteksi meningitis atau
ensefalitis yang dapat menyebabkan kejang.
 Mendiagnosis penyakit
Lumbar puncture juga bisa membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit
neuropati dan masalah sistem saraf pusat yang melibatkan otak, saraf tulang belakang,
dan selaput pelindungnya (meninges). Contohnya, multiple sclerosis, sindrom
Guillain-Barre, meningitis, atau sakit kepala yang belum diketahui penyebabnya.

 Mengecek kandungan dalam cairan serebrospinal


Cairan serebrospinal mengandung gula, protein, dan substansi lain yang ditemukan
dalam darah. Pemeriksaan cairan ini bisa menunjukkan adanya jumlah dan tipe sel
darah putih, kadar gula, tipe dan kadar protein, serta keberadaan kuman, jamur, atau
sel yang abnormal.
Fungsi lainnya
 Mengukur tekanan di sekitar otak dan saraf tulang belakang
 Mengurangi tekanan di dalam tengkorak
 Memasukkan obat anestesi spinal
 Memasukkan zat warna untuk pemeriksaan diagnosis dengan X-ray
 Memasukkan obat-obatan

KONSEP PEMERIKSAAN LIMFE/ CAIRAN KELENJAR GETAH BENING


Penyakit Kelenjar Getah Bening
Penyakit ini merupakan suatu kondisi saat sistem imun diserang baik oleh infeksi
maupun adanya serangan dari sel kanker. Banyaknya sistem imun yang dihasilkan untuk
melawan menyebabkan munculnya  pembengkakan dan juga pembesaran pada bagian
kelenjar getah bening
Beberapa gejala awal penyakit yang dapat diketahui antara lain.
 Munculnya keringat dingin di malam hari
 Turunnya nafsu makan
 Berat badan berkurang 
 Demam dan juga sakit tenggorokan
 Selain itu kelenjar getah bening dapat dirasakan dengan munculnya benjolan pada
area-area umum seperti ketiak, leher, bagian bawah rahang, dan bagian belakang
telinga.
Apa saja faktor pemicu penyakit kelenjar getah bening?
Berikut diantaranya:
1. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun menjadikan penderitanya memiliki sistem pertahanan tubuh yang
lemah. Lemahnya sistem kekebalan tubuh ini dapat memicu hadirnya penyakit-
penyakit lain.
2. Adanya Infeksi
Infeksi pada bagian-bagian tubuh seperti telinga, kulit, TBC, campak, dan HIV dapat
memicu terjadinya serangan penyakit ini.
3. Kanker 
Berkembangnya sel kanker di dalam tubuh seperti kanker nasofaring dan limfoma
juga dapat memicu munculnya penyakit lain seperti pembengkakan di kelenjar getah
bening.
Berbagai jenis pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendiagnosa penyakit
kelenjar getah bening antara lain
1. MRI atau CT Scan
CT scan merupakan suatu alat canggih di dunia kedokteran yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya tumor maupun sumber infeksi lain di dalam tubuh.
2. Biopsi
Biopsi merupakan salah satu tes pemeriksaan diagnosa yang tergolong spesifik. Cara
kerjanya yaitu dengan mengambil sampel kelenjar getah bening yang diduga
mengalami pembengkakan untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
menggunakan mikroskop.
3. Tes Darah
Tes darah juga digunakan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya infeksi pada tubuh
pasien.

You might also like