You are on page 1of 5

Cendekiawan: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman

Vol 1 No 2 2022, hal 82-86


Avaliable online at: https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

CENDEKIAWAN:
JURNAL PENDIDIKAN DAN STUDI KEISLAMAN
Volume 1 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 82-86
https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar


Rajeti Busni
Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta Sepakat Segenep (STAISES) Kutacane Aceh Tenggara, Indonesia
Email : rajeti.busni@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manajemen kelembagaan jenjang pendidikan dasar. Adapun
latar penelitian ini bertempat di SD IT Al-Munadi Medan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi deskriptif analitis, menggunakan analisis SWOT. Pengumpulan data
penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumen. Selanjutnya, data dianalisis
menggunakan teknik reduksi data, penyajian data hingga verifikasi dan penarikan kesimpulan, serta
dinyatakan absah setelah uji triangulasi data. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) aspek strength
berupa akreditasi sekolah A dan penerapan pendidikan karakter Islami meliputi karakter salimul aqidah,
sholihul ibadah, matinul khuluq, qodirun ‘alal Kasbi, mutsaqqoful fikri, qowiyul jismi, dan mujahidun li nafsihi; (2)
aspek weakness meliputi biaya pendidikan yang terbilang mahal, jadwal belajar padat, dan terkadang libur
nasional digunakan untuk mengisi kegiatan produktif bagi siswa; (3) aspek opportunities meliputi wilayah di
sekitar SD penduduknya 99% beragama Islam, selain SD negeri belum banyak lembaga pendidikan
setingkat di sekitar SDIT Al-Munadi, dan pertambahan penduduk cukup pesat; (4) aspek threats meliputi
diprediksi akan banyak didirikan sekolah-sekolah bermutu / SDIT dan teknologi yang berkembang pesat.
Kata kunci: Manajemen Kelembagaan, Pendidikan Dasar, SWOT.

Analysis of Basic Education Level Institutional Management


Abstract
This study aims to analyze the institutional management of basic education levels. The background of this research is at SD
IT Al-Munadi Medan. This study uses a qualitative approach with a descriptive analytical study method, using a SWOT
analysis. This research data collection using observation, interview and document study techniques. Furthermore, the data were
analyzed using data reduction techniques, data presentation to verification and conclusion drawing, and declared valid after
the data triangulation test. The results of this study conclude that (1) aspects of strength in the form of school A accreditation
and the application of Islamic character education include the characters of salimul aqidah, sholihul worship, matinul khuluq,
qodirun 'alal Kasbi, mutsaqqoful fikri, qowiyul jismi, and mujahidun li nafsihi; (2) aspects of weakness include expensive
education costs, busy study schedules, and sometimes national holidays are used to fill productive activities for students; (3) the
aspects of opportunities include the area around SDIT Al-Munadi with 99% Muslim population, apart from public
elementary schools there are not many educational institutions at the same level as SDIT Al-Munadi, and population growth
is quite rapid; (4) the threat aspect includes the prediction that many quality schools / SDIT and technology will develop
rapidly.
Keywords: Institutional Management, Basic Education, SWOT.

PENDAHULUAN
Kelembagaan sistem pendidikan nasional di Indonesia mempunyai standar dalam pengelolaannya
(Rahman, 2018: 1-14). Ini dibuat untuk menyeragamkan kualitas manajemen kelembagaan sekolah, baik
untuk pendidikan dasar, menegah, atas dan tinggi. Dengan kata lain, pendidikan harus dikelola secara baik,
agar menghasilkan sumber daya manusia yang unggul, cerdas, dan terampil.

82 || Rajeti Busni || Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar


Cendekiawan: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Vol 1 No 2 2022, hal 82-86
Avaliable online at: https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

Manajemen merupakan serangkaian proses kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi melalui
pemanfaatan orang lain dalam mengelola sumber daya yang ada dalam organisasi. Manajemen merupakan
inti dari pelaksanaan dari segala kegiatan operasional dalam suatu organisasi (Mubarok, 2021: 10-20).
Dengan adanya manajemen yang baik, tentu saja akan mencapai tujuan organisasi secara maksimal dan
sebaliknya tanpa manajemen yang baik, tujuan organisasi akan sangat sulit untuk dicapai.
Hakikat dari manajemen kelembagaan pendidikan tidak terlepas dari mutu pendidikan (Assingkily
& Mesiono, 2019: 147-168). Hakikat manajemen kelembagaan pendidikan ini menyangkut bagaimana
kepala sekolah selaku manager di sekolah dalam mengelola seluruh kegiatan pendidikan di sekolah untuk
mengembangkan keseluruhan sistem yang terikat secara integral dalam pendidikan yang akhirnya akan
bermuara pada peningkatan mutu pendidikan (Syafaruddin, et.al., 2020: 32-45). Mutu pendidikan ini yang
menjadi kunci utama untuk mempertahankan keberadaan dan peningkatan prestasi peserta didik di satuan
pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah (Syafaruddin, et.al., 2020). Jadi, manajemen kelembagaan
pendidikan adalah kegiatan pengembangan pendidikan secara sistematis untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui pelaksanaan fungsi manajemen.
Pada lembaga pendidikan dasar, SD IT Al Munadi adalah salah satu contoh lembaga pendidikan
yang menerapkan manajemen kelembagaan pendidikan dengan baik sehingga menghasilkan mutu
pendidikan yang baik pula. SD IT Al Munadi dalam pembelajarannya merujuk kepada Kurikulum Dinas
Pendidikan dan Kurikulum Plus Sekolah Islam Terpadu. Dipimpin oleh Muhammad Sairin, S.Ag sebagai
kepala sekolah, SD IT Al Munadi sering membuat seminar-seminar seperti Seminar Al-Qur'an. Kegiatan
ini bertujuan untuk menambahkan kemampuan para ustadz/ustadzah para pengajar Al-Qur'an di SD IT
Al-Munadi agar menemukan metode terbaik dalam mengajarkan Al-Qur'an kepada seluruh siswa.
Saat ini SD IT Al Munadi yang beralamat di Jalan Marelan IX Pasar I Gang Tri Bakti, Kecamatan
Medan Marelan tercatat memiliki 913 jumlah siswa dan 110 tenaga pendidik dan pendidikan yang bekerja
didalamnya, dengan status Akreditasi A. SD IT Al Munadi berada di bawah tata kelola Yayasan Wakaf Al-
Munadi Medan. Atas dasar ini, menjadi perhatian penting untuk meninjau dan meneliti lebih lanjut tentang
manajemen kelembagaan yang dipraktikkan oleh pihak penyelenggara SD IT Al-Munadi Medan. Lebih
lanjut, penelitian ini dirangkum dalam judul, “Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar”.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana penelitian sangat tergantung
pada kualitas dan kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan yang selalu diperhatikan dalam
pengumpulan data adalah apa, siapa, di mana, kapan, dan bagaimana. Penelitian kualitatif bertumpu pada
triangulation data yang dihasilkan dari tiga metode: interview, participan to be servation, dan telaah catatan
organisasi (document records). Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data lazimnya menggunakan metode
observasi, dokumentasi dan wawancara, juga tidak diabaikan kemungkinan menggunakan sumber-sumber
non-manusia (non-human source of information), seperti dokumen, dan rekaman (record) yang tersedia
(Assingkily, 2021). Menurut Sugiyono (2010: 309) bahwa teknik pengumpulan data terdiri dari observasi,
wawancara, dokumentasi dan triangulasi atau gabungan. Adapun analisa data penelitian menggunakan
teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Fokus penelitian ialah analisis manajemen
kelembagaan jenjang pendidikan dasar, dengan latar penelitian bertempat di SD IT Al-Munadi Medan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Di dalam al-Qur‟an semangat pendidikan jelas tertuang di ayat yang pertama turun kepada
Rasulullah saw, yaitu perintah Iqra’. Suatu perintah yang menegaskan arti penting membaca. Baki (2014)
dalam menjelaskan kata iqra’ sebagai sinyalemen, bahwa Islam dibangkitkan dengan cara mengajak kepada
manusia untuk berpikir. Tujuan pendidikan untuk mencapai insan paripurna tiada lain adalah motivasi
yang mendorong manusia untuk senantiasa mengembangkan potensi fitrah pada dirinya secara maksimal
melalui pendidikan tiada henti, yang sering disebut dengan pendidikan sepanjang hayat (life long education).
Pendidikan pada manusia bertujuan untuk melatih dan membiasakan manusia sehingga potensi,
bakat dan kemampuannya menjadi lebih sempurna. Ini menggambarkan bahwa manusia membutuhkan
pendidikan untuk menjadikan manusia lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna. Melalui pendidikan,
manusia membuktikan diri sebagai makhluk yang paling sempurna, dari sebelumnya hanya memiliki
potensi (yang belum memiliki arti apa-apa), tetapi melalui pendidikan, mereka berkembang menjadi lebih
sempurna dan terus menyempurnakan diri.

83 || Rajeti Busni || Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar


Cendekiawan: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Vol 1 No 2 2022, hal 82-86
Avaliable online at: https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan asasi dalam rangka


mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka mampu menunjukkan kemandirian
yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Dalam konteks ini,
pendidikan melatih manusia untuk memiliki tingkat penyesuaian diri yang baik dalam berinteraksi dengan
lingkungan (baik dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan alam).

Faktor Determinan dalam Pendidikan


Ada banyak faktor yang berperan di dalam proses dan pelaksanaan pendidikan. Namun, faktor
determinan merupakan faktor dasar yang urgen, penting dan menjadi penentu proses pendidikan. Jika
faktor tersebut mengalami disfungsi, maka kegiatan pendidikan tidak akan berjalan dengan semestinya.
Diagram berikut dapat menunjukkan visualisasi faktor-faktor determinan dalam pendidikan:

Gambar 1. Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan

Adapun faktor-faktor determinan dalam pendidikan, yaitu pertama, faktor tujuan pendidikan.
Dalam konteks ini, merumuskan tujuan pendidikan berarti merencanakan suatu target atau sasaran yang
akan dicapai setelah kegiatan pendidikan itu berlangsung. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan
visi pendidikan yang ditetapkan sebelumnya. Rumusan tujuan pendidikan biasanya dipengaruhi oleh latar
belakang tertentu, baik dalam kaitannya dengan negara, ideologi, agama, maupun latar belakang kehidupan
sosial masyarakat.
Kedua, faktor pendidik. Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam pendidikan, karena
ia akan mengantarkan anak didik kepada tujuan yang telah ditentukan (Rosyadi, 2004: 172). Untuk menjadi
seorang pendidik dibutuhkan sikap tanggung jawab, dedikasi dan semangat yang tinggi, ditambah dengan
keterampilan untuk mendidik dalam mengawal peserta didik mencapai kemandirian. Ketiga, faktor peserta
didik. Peserta didik dalam pengertian umum adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit ialah anak
(pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik (Simatupang, et.al., 2021:
300-305).
Keempat, faktor lingkungan pendidik. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri
individu (Sunaryo, 2004: 11). Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan adalah
tempat berlangsungnya proses atau kegiatan pendidikan. Secara garis besar lingkungan pendidikan dapat
dikelompokkan pada tiga, oleh Ki Hajar Dewantara disebutnya dengan istilah tri pusat pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan organisasi pemuda (jika diperluas menjadi lingkungan sosial masyarakat). Kelima, faktor alat
pendidik. Setiap kegiatan pendidikan selalu menggunakan alat-alat pendidikan. Alat pendidikan merupakan
faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan untuk tercapainya tujuan pendidikan.

Tantangan Pendidikan
Rendahnya mutu pendidikan tidak hanya disebabkan oleh kelemahan pendidikan dalam
membekali akademis kepada peserta didik, tetapi juga kurangnya penyadaran nilai secara bermakna (Yuliati
& Rusdiana, 2014: 94). Terdapat tiga tantangan berat pendidikan yang sedang dihadapi saat ini: (a)
Bagaimana mempertahankan dari serangan krisis dan apa yang kita capai jangan sampai hilang; (b) Berada

84 || Rajeti Busni || Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar


Cendekiawan: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Vol 1 No 2 2022, hal 82-86
Avaliable online at: https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

dalam lingkungan globalisasi di bidang pendidikan; dan (c) Terjadinya perubahan dan penyesuaian pada
sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan
keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi
masyarakat.
Masa depan pendidikan Islam di Indonesia ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal.
Secara internal, dunia pendidikan Islam pada dasarnya masih menghadapi problem pokok berupa rendahnya
kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan. Hal ini terkait dengan program pendidikan dan
pembinaan tenaga kependidikan yang masih lemah, dan pola rekrutmen tenaga pegawai yang kurang
selektif. Namun demikian, keadaan ini dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa penyelesaian atas masalah
sumber daya manusia mengalami penanganan yang semakin baik. Secara eksternal, masa depan pendidikan
Islam dipengaruhi oleh tiga isu besar, yaitu globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi Islam (Rahim, 2005:
63-64).
Pergeseran nilai-nilai yang dibawa oleh globalisasi dapat dilihat pengaruhnya di masyarakat
sebagaimana yang diuraikan oleh Harahap (1998: 128-129), yaitu; pertama, terjadinya pergeseran dari
konflik ideologi dan politik ke arah persaingan perdagangan, investasi, dan informasi dari keseimbangan
kekuatan (balance of power) ke arah keseimbangan kepentingan (blance of interest). Kedua, hubungan antara
negara/bangsa secara struktural berubah dari sikap ketergantungan (defedency) ke arah saling tergantung
(interdepedency), hubungan yang bersifat primordial berubah menjadi sifat tergantung kepada posisi tawar
(bargaining position).
Ketiga, batas-batas geografi hampir kehilangan arti operasionalnya. Kekuatan suatu negara dan
komunitas dalam interaksinya dalam negara (komunitas lain) ditentukan oleh kemampuannya
memanfaatkan keunggulan komparatif (comparative adventage) dan keunggulan kompetitif (competitive
adventage). Keempat, persaingan antara negara sangat diwarnai oleh peran penguasaan teknologi tinggi. Setiap
negara terpaksa menyediakan dana yang besar bagi penelitian dan pengembangan. Kelima, terciptanya
budaya dunia yang cenderung mekanistik, efisien tidak menghargai nilai dan norma yang secara ekonomi
dianggap tidak efisien
Dalam menghadapi tantangan arus globalisasi dan modernisasi, dapat dipahami bermuara pada
kebebasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Bentuk implikasinya seperti peserta didik
tidak boleh dilarang dan dikekang apalagi dipaksa. Dengan diberikannya pilihan-pilihan tersebut kehidupan
anak didik semakin dinamis dan terbuka. Hal tersebut disebabkan karena indera dan perasaannya
membuka peluang dan ruang untuk berfikir, selalu dihargai dan ditinggikan derajatnya sehingga anak itu
semakin percaya diri, mandiri, berani, dan terbuka.

Analisis SWOT SD IT Al-Munadi Medan


Strengths (Kekuatan)
Adapun aspek kekuatan yang dimiliki oleh pihak SD IT Al-Munadi terbagi tiga, yaitu pertama,
akreditas sekolah “A”. Kedua, menerapkan pendidikan karakter islami yang dikonstruksikan pada siswa
mencakup, (a) Religius; (b) Jujur; (c) Disiplin; (d) Peduli Sosial; (e) Cinta Damai; (f) Menghargai Prestasi;
(g) Kerja keras; (h) Mandiri; dan (i) Tanggung jawab. Ketiga, SD IT Al-Munadi Medan menanamkan 7
karakter Islami, yaitu (a) Aqidah yang bersih (Salimul Aqidah); (b) Ibadah yang benar (Shohilul Ibadah); (c)
Pribadi yang matang (Matinul Khuluq); (d) Mandiri (Qodirun Alal Kasbi); (e) Cerdas dan berpengetahuan
(Mutsaqqoful Fikri); (f) Sehat dan kuat (Qowiyul Jismi); dan (g) Bersungguh-sungguh dan disiplin (Mujahidun
Linafsihi).

Weaknesses (Kelemahan)
Adapun kelemahan pihak SD IT Al-Munadi terbagi menjadi tiga, yaitu pertama, biaya yang mahal
ditambah dengan biaya tambahan lainnya terkait kegiatan siswa diluar biaya pokok pendidikan. Kedua,
jadwal belajar yang padat juga bisa dianggap merupakan kekurangan karena tidak semua siswa mampu
belajar penuh dari pagi hingga sore. Ketiga, pada hari libur nasional yang notabene adalah siswa libur dari
kegiatan belajar, terkadang digunakan juga untuk melaksanakan kegiatan sekolah.

Opportunities (Peluang)
Adapun peluang atau opportunities pihak SD IT Al-Munadi terbagi menjadi tiga, yaitu pertama, SDIT
Al-Munadi Medan berada di wilayah yang penduduknya 99% beragama Islam. Kedua, selain SD Negeri,

85 || Rajeti Busni || Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar


Cendekiawan: Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman
Vol 1 No 2 2022, hal 82-86
Avaliable online at: https://zia-research.com/index.php/cendekiawan

belum banyak sekolah dasar di wilayah tersebut. Kemudian, ketiga pertambahan penduduk yang cukup
pesat. Tentu, peluang ini menjadi aspek penting untuk diambil segera dalam membangun dan menjaga
mutu unggul lembaga.

Threats (Ancaman)
Adapun ancaman pihak SD IT Al-Munadi terbagi menjadi dua, yaitu pertama diperkirakan akan
banyak berdiri sekolah-sekolah bermutu seperti SD IT dengan akreditasi A dan kedua, teknologi yang
semakin berkembang. Mengacu pada kedua aspek ancaman tersebut, maka penting diantisipasi sekolah
siap menghadapi ancaman tersebut, terutama mengunggulkan mutu lembaga secara konsisten, komitmen,
dan berkelanjutan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan temuan data, dapat disimpulkan bahwa (1) aspek strength berupa
akreditasi sekolah „A‟ (unggul) dan penerapan pendidikan karakter Islami meliputi karakter salimul aqidah,
sholihul ibadah, matinul khuluq, qodirun ‘alal Kasbi, mutsaqqoful fikri, qowiyul jismi, dan mujahidun li nafsihi; (2)
aspek weakness meliputi biaya pendidikan yang terbilang mahal, jadwal belajar padat, dan terkadang libur
nasional digunakan untuk mengisi kegiatan produktif bagi siswa; (3) aspek opportunities meliputi wilayah di
sekitar SD penduduknya 99% beragama Islam, selain SD negeri belum banyak lembaga pendidikan
setingkat di sekitar SDIT Al-Munadi, dan pertambahan penduduk cukup pesat; (4) aspek threats meliputi
diprediksi akan banyak didirikan sekolah-sekolah bermutu / SDIT dan teknologi yang berkembang pesat.

DAFTAR PUSTAKA
Assingkily, M. S., & Mesiono, M. (2019). Karakteristik Kepemimpinan Transformasional di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) serta Relevansinya dengan Visi Pendidikan Abad 21. MANAGERIA: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 4(1), 147-168. http://ejournal.uin-
suka.ac.id/tarbiyah/manageria/article/view/2475.
Assingkily, M. S. (2021). Metode Penelitian Pendidikan: Panduan Menulis Artikel Ilmiah dan Tugas Akhir.
Yogyakarta: K-Media.
Baki, N. A. (2014). Arah Studi Keislaman di Indonesia. Makalah disampaikan pada Pembukaan Kuliah Umum
Pascasarjana STAIN Panangkaraya Kalimantan Tengah, tanggal 23 Oktober 2014.
Harahap, S. (1998). Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mubarok, R. (2021). Dinamika Lembaga Pendidikan Dasar dalam Pengelolaan Pembelajaran Daring.
Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1), 10-20.
http://pedagogi.ppj.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/1033.
Rahim, H. (2015). Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Rahman, K. (2018). Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jurnal Tarbiyatuna: Kajian
Pendidikan Islam, 2(1), 1-14.
http://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/tarbiyatuna/article/view/130.
Rosyadi, K. (2004). Pendidikan Profetik. Cet. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simatupang, F. M., Harahap, M., Fahmi, D., Silvia, K., & Wiranda, A. (2021). Strategi Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam di Pesantren Al Kautsar Al Akbar Medan. Edu Society: Jurnal
Pendidikan, Ilmu Sosial dan Pengabdian kepada Masyarakat, 1(3), 300-305. http://jurnal.permapendis-
sumut.org/index.php/edusociety/article/view/136.
Sugiyono, S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunaryo, S. (2004). Psikologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran RGC.
Syafaruddin, S., Amiruddin, A., Mukmin, A., Pasaribu, A. R., Arba‟atun, A. A., Aziz, M.... & Tarigan, A. A.
(2020). Pengembangan Lembaga Pendidikan Al-Ittihadiyah di Sumatera Utara. Medan: Perdana
Publishing.
Syafaruddin, S., Mesiono, M., Butar-Butar, A., & Assingkily, M. S. (2020). Manajemen Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SDIT Bunayya Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah. AULADUNA:
Jurnal Pendidikan Dasar Islam, 7(1), 32-45. http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/8966.
Yuliati, Q., & Rusdiana, R. (2014). Pendidikan Nilai Kajian dan Praktik di Sekolah. Cet. I. Bandung: Pustaka
Setia.

86 || Rajeti Busni || Analisis Manajemen Kelembagaan Jenjang Pendidikan Dasar

You might also like