Professional Documents
Culture Documents
Makalah Being An Effective Leader (Kelompok 2)
Makalah Being An Effective Leader (Kelompok 2)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Jevania Oktorin Barus (222101031)
Nazwa Elfira (222101035)
Siti Fathonah Azzharah (222101055)
Stefani Alicia Simamora (222101056)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “MENJADI SEORANG PEMIMPIN YANG BAIK”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahsan
A. Pemimpin dan Kepemimpinan
B. Kriteria Seorang Pemimpin
C. Perilaku Pemimpin
D. Teori-Teori Awal Kepemimpinan
E. Tiga Teori Kontigensi Kepemimpinan
F. Pandangan Kontemporer tentang Kepemimpinan
G. Isu-Isu Kepemimpinan Abad Ke-21
BAB III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Banyak
orang mengatakan bahwa pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan
tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, dan kepentingan lingkungannya.
Krisisi kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada
kepentingan orang banyak, dan kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya ada tiga
masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisi komitmen.
Kebanyakan rang merasa tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan
dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam
kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis kredibilitas
tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk
menegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh
pada pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawabyang dibebankan padanya,
kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah
kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin
kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada
bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus
mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai yang
menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki
kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinanya. Kalau
tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau
bahan tertaawaan dalam kurun sejarah di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Definsisi pemimpin dan kepemimpinan
2. Apa saja kriteria pemimpin?
3. Bagaimana perilaku pemimpin?
4. Apa saja tiga teori kontigensi utama tentang kepemimpinan?
5. Pandangan kontemporer tentang kepemimpinan
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan
dan kreativitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
pemimpin dan kepemimpinan.
3. Agar kita bisa lebih memahami apa itu pemimpin dan apa yang harus dimiliki seorang
pemimpin juga apa yang harus dilakukan seorang pemimpin karena setiap dari kita
mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Perilaku Pemimpin
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan
mereka yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management tidak lagi meneliti
tentang apa persyaratan (kriteria) seorang pemimpin yang efektif melainkan para ahli ini
meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif. Bagaimana mereka
mendelegan tugas, bagaimana mereka mengambil keputusan, bagaimana mereka
berkomunikasi dan memotivasi para bawahan. Seorang pemimpin memang harus
memiliki kwalitas tertentu (kriteria tertentu) namun disamping itu ada suatu cara terbaik
untuk memimpin tidak seperti kwalitas pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan
sesuatu yang dapat dipelajari, jadi seorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat
akan bisa menjadi pemimpin yang efektif. Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya
Kepemimpinan (Style Of Leadership). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan
ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu
lebih baik atau lebih buruk daripada gaya kepemimpinan yang lainnya. Para ahli mencoba
mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar tertentu. Dasar
yang sering dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus dilakukan pemimpin,
kewajiban yang pimpinan harapkan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh
pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Adapun gaya
kepemimpinan antara lain:
1. The Anthocrtatic Leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan
tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya
terpusat di tangannya. Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan
punya perasaan bawha nawahannya tidak mampu untuk beranggapan mempunyai
posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan
maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2. The Perticipative Leader
Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan
kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk
membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada
bawahannya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari pada
bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara jenius mendengar
dan menilai pikiran-pikiran para bawahaannya dan menerima sumbangan pikiran
mereka sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktekan. Pemimpin dengan gaya
partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari pada
bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin
matang. Para bawahannya juga didorong agar meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan
lebih “supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap
diktator. Meskipun tentu saja, wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan
terletak pada pimpinan.
3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “Free Rein:” prmimpin mendelegasikan wewenang untuk
mengambil keputusan kepada para bawahannya dengan agak lengkap. Pada
prsinsipnya pimpinan akan mengatakan “inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan.
Saya tidak perduli bagaimana kamu mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut
dapat terselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahannya. Dalam artian pimpinan
menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri sendiri di dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Piminan tidak akan mmebuat peraturan-peraturan
tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk
memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi
D. Teori-Teori Awal Kepemimpinan
1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory)
Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa pemimpin yang hebat memiliki sifat
kepemimpinan yang terbawa dari lahir, bukan karena dibentuk. Teori yang sudah
dikenal di abad ke-19, menunjukkan adanya kualitas seorang pemimpin sebenarnya
telah melekat secara natural atau bawaan dari lahir. Pemimpin tipe ini sering kali
membawa sifat-sifat alami, seperti kecerdasan, keberanian, membangun kepercayaan
diri, intuisi dan pesona.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori kepemimpinan ini menyatakan, sifat alamii tertentu yang dimiliki seseorang
cenderung dapat menjadikannya pemimpin yang baik. Perlu digarus bawahi, memiliki
kualitas diri tertentu tidak serta menjadikan anda pemimpin hebat. Berbeda dengan
teori sebelumnya yang mengedepankan genetik atau garis keturunan, teori sifat lebih
pada karakter kepemimpinan yang dapat dibentuk. Sifat yang dimiliki, antara lain
daya tarik, kecerdasan dan kharisma.
3. Teori Perilaku (Behavior Theory)
Teori perilaku berfokus pada perilaku, sikap, serta lingkungann yang membentuk anda
menjadi pemimpin hebat. Salah satu konsep yang diterapkan dalam teori ini,
pengondisian dimana anda cenderung bertindak dan memimpin dengan gaya tertentu
karena anda meniru dari pemimpin sebelumnya atau dari lingkugan sekitar.
4. Teori Transaksional atau Teori Manajemen (Transactional Theory of Management
Theory)
Teori transaksional dikenal dengan teori manajemen. Prinsip yang digunakan dalam
teori transaksional adalah kesepakatan antara pemimpin bawahan tentang apa yang
seharusnya dilakukan untuk mendapatkan penghargaan, dan apa yang tidak
seharusnya dilakukan untuk menghindari hukuman.
Teori ini juga mempunyai nilai-nilai yang hanya berlaku dengan proses pertukaran
dan keuntungan timbal balik, sehingga pemimpin transaksional akan memberikan
kebutuhan atau keinginan karyawan dengan ketentuan hasil pekerjaan yang diberikan
dapat memuaskan semua pihak.
5. Teori Transformasional (Transfornational Theory)
Teori kepemimpinan ini didasari adanya hubungan yang positif antara atasan dan
bawahan sehingga terbentuklah kepemimpinan yang efektif. Pemimpin
transformasional akan memotivasi dan menginspirasi bawahan untuk mencapai hasil
yang lebih besar dari yang direncanakan. Tentunya hal ini, demi kesuksesan
perusahaan yang dipimpin.
6. Teori Situasional (Situational Theory)
Teori kepemimpinan situasional tidak berhubungan dengan karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak pula, mengklaim bahwa gaya tertentu adalah
yang terbaik.
Sebaliknya, teori ini meyakini bahwa pemimpin yang hebat adalah yang mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang sedang dihadapi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memerintah, memberi intruksi, mendelegasi, atau
tindakan lainnya yang dianggap perlu. Teori kepemimpinan situasional sangat
mengedepankan fleksibilitas.
E. Tiga Teori Kontigensi Kepemimpinan
1. Teori Fiedler
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena
teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau
teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan
antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan
terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba
melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-
situasi yang spesifik.
Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh
karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau
pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita
pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas
pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai
Contingency Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang
pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua
hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus
dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
Leader Orinetation adalah : apakah pemimipin pada suatu organisasi
berorinetasi pada relationship atau beorintasi pada task. Leader Orientation
diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak
disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi
jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah
menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama.
Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada
relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin
beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan
Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih
efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang
mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang
apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya
para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut dapat
mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
1. Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan
para anggotanya.
2. Task Structure: tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk
dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power: tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi
karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP besar,
sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah dan
PP sedikit.
2. Teori Path-Goal
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan
kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana
pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para
pengikutnya. Bawahan sering berharap pemimpin membantu mengarahkan mereka
dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan berharap para pemimpin mereka
membantu mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan bernilai mereka.
Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang
menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan
mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi
para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik dan
kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada cara-cara pemimpin memfasilitasi kinerja kerja
dengan menunjukkan pada bawahan bagamana kinerja diperoleh melalaui pencapaian
rewards yang diinginkan. Path Goal theory juga mengatakan bahwa kepuasan kerja
dan kinerja kerja tergantung pada expectancies bawahan. Harapan-harapan bawahan
bergantung pada ciri-ciri bawahan dan lingkungan yang dihadapi oleh bawahan.
Kepuasan dan kinerja kerja bawahan bergantung pada leadership behavior dan
leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive Leadership: Gaya kepemimpinan ini menunjukkan perhatian pada
kebutuhan pribadi karyawannya. Pemimpin jenis ini berusaha mengembangkan
kepuasan hubungan interpersonal diantara para karyawan dan berusaha
menciptakan iklim kerja yang bersahabat di dalam organisasi.
2. Directive Leadership: Pemimpin yang memberikan bimbingan khusus pada
Karyawannya dengan menetapkan standar kinerja, mengkoordinasi kinerja kerja
dan meminta karyawan untuk mengikuti aturan aturan organisasi.
3. Achievement Oriented Leadership: Pemimpin yang menetapkan tujuan yang
menantang pada bawahannya dan meminta bawahan untuk mencapai level
performens yang tinggi.
4. Participative Leadership: Pemimpin yang menerima saran-saran dan nasihat-
nasihat bawahan dan menggunakan informasi dari bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi.
Hal yang menentukan keberhasilan dari setiap jenis kepemimpinan tersebut adalah
subordinate characteristics (contohnya: Karyawan yang internal l locus of control atau
external locus of control, karyawan yang mempunyai need achievement yang tinggi
atau need affiliation yang tinggi, dll.) dan environmental factors (system kewenangan
dalam organisasi).
3. Teori Vroom dan Yetton
Leader-Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973). Model ini melihat
teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan
bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai keadaan. Teori
Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh
perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik
bawahan dan faktor lingkungan. Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan. Karena keputusan yang dilakukan para pemimpin sering kali
sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama
dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan yang bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam
jangka panjang dibanding dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan
dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan
bawahannya. Dengan kata lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja,
mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
Teori kepeminmpinan vroom & yetton adalah jenis teori kontingensi yang
menitikberatkan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin.
Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1. A-I : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada
padanya saat itu.
2. A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya
memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
3. C-I : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan
secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua
bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
4. C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu
menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
5. G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara
berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil
keputusan yang disetujui oleh semua pihak.
Contoh kasusnya, dalam sebuah took kue, pemimpin took akan membicarakan
masalah yang terjadi, misalnya cara menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan
tetap tokonya. Pemilik took akan mengumpulkan semua karyawannya dan
menanyakan pendapat mereka. pemilik akan menampung semua gagasan mereka, lalu
memilih gagasan yang dianggap paling menarik dan disetujui oleh semua
karyawannya.
Contoh kasus diatas, itu sesuai dengan cirri pengambilan keputusan G-II yang
dikemukakan oleh vroom & yetton. Dan menurut saya, ciri G-II adalah yang paling
layak digunakan.
2) Substitusi Pemimpin.
Sebagai contoh, karakteristik bawahan seperti pengalaman, pelatihan, orientasi
profesional, dan kebutuhan untuk mandiri dapat menetralkan efek kepemimpinan.
Karakteristik ini dapat mengganti kebutuhan karyawan akan dukungan dari
pemimpin atau kemampuan untuk membuat struktur dan mengurangi
ketidakpastian tugas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Pemimpin adalah satu atau beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk mengatur
kelompoknya agar bisa bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan
ialah seni untuk membimbing atau menuntun orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Beberapa kriteria seorang pemimpin diantaranya adalah:
1) Keinginan untuk menerima tanggung jawab
2) Kemampuan untuk bisa "perceptive"
3) Kemampuan untuk bersikap objektif
4) Kemampuan untuk menentukan prioritas
5) Kemampuan untuk berkomunikasi
Saran:
Apabila ingin menjadi pemimpin yang efektif maka lakukanlah berbagai aspek yang nantinya
akan membentuk anda jauh lebih baik dalam hal kepemimpinan. Bacalah referensi yang lain
untuk mendapatkan ilmu dan teori maupun pendapat yang lebihn kompleks lagi.
Daftar Pustaka
https://www.qubisa.com/article/teori-kepemimpinan
https://arindhaayuningtyas.wordpress.com/2012/05/03/teori-kontingensi-kepemimpinan/
https://www.academia.edu/36832937/Isu_Isu_kepemimpinan_Pada_Abad_Ke_21
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/akuntansi-akreditasi-a-
kelas-reguler-dan-kelas-internasional/pandangan-kontemporer-tentang-kepemimpinan/
43929223