You are on page 1of 17

MAKALAH

BEING AN EFFECTIVE LEADER


(MENJADI SEORANG PEMIMPIN YANG EFEKTIF)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
 Jevania Oktorin Barus (222101031)
 Nazwa Elfira (222101035)
 Siti Fathonah Azzharah (222101055)
 Stefani Alicia Simamora (222101056)

PROGRAM STUDI D-III KEUANGAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul “MENJADI SEORANG PEMIMPIN YANG BAIK”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.

Medan, 22 Maret 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahsan
A. Pemimpin dan Kepemimpinan
B. Kriteria Seorang Pemimpin
C. Perilaku Pemimpin
D. Teori-Teori Awal Kepemimpinan
E. Tiga Teori Kontigensi Kepemimpinan
F. Pandangan Kontemporer tentang Kepemimpinan
G. Isu-Isu Kepemimpinan Abad Ke-21
BAB III Penutup
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Banyak
orang mengatakan bahwa pada zaman sekarang cenderung mementingkan diri sendiri dan
tidak atau kurang perduli pada kepentingan orang lain, dan kepentingan lingkungannya.
Krisisi kepemimpinan ini disebabkan karena makin langkanya keperdulian pada
kepentingan orang banyak, dan kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya ada tiga
masalah mendasar yang menandai kekurangan ini. Pertama adanya krisi komitmen.
Kebanyakan rang merasa tidak mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan
dan mencari pemecahan masalah kemaslahatan bersama, masalah harmoni dalam
kehidupan dan masalah kemajuan dalam kebersamaan. Kedua, adanya krisis kredibilitas
tanggung jawab. Kredibilitas itu dapat diukur misalnya dengan kemampuan untuk
menegakkan etika memikul amanah, setia pada kesepakatan dan janji, bersikap teguh
pada pendirian, jujur dalam memikul tugas dan tanggung jawabyang dibebankan padanya,
kuat iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang. Ketiga, masalah
kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin
kompleks dan rumit. Kepemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada
bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus
mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai yang
menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu harus memiliki
kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinanya. Kalau
tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau
bahan tertaawaan dalam kurun sejarah di kemudian hari.

B. Rumusan Masalah
1. Definsisi pemimpin dan kepemimpinan
2. Apa saja kriteria pemimpin?
3. Bagaimana perilaku pemimpin?
4. Apa saja tiga teori kontigensi utama tentang kepemimpinan?
5. Pandangan kontemporer tentang kepemimpinan

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Melatih mahasiswa menyusun makalah dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan
dan kreativitas mahasiswa.
2. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang
pemimpin dan kepemimpinan.
3. Agar kita bisa lebih memahami apa itu pemimpin dan apa yang harus dimiliki seorang
pemimpin juga apa yang harus dilakukan seorang pemimpin karena setiap dari kita
mempunyai potensi untuk menjadi seorang pemimpin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemimpin dan Kepemimpinan


Secara umum, kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas tugas dari orang-orang dalam kelompok.
Kepemimpinan berarti melibatkan orang lain, yaitu bawahan atau karyawan yang akan
dipimpin. Kepemimpinan juga melibatkan pembagian kekuasaan (power). Pemimpin
mempunyai power yang lebih besar dibandingkan dengan yang dipimpin. Power tersebut
datang dari beberapa sumber, diantaranya adalah : Referent Power, Coercive Power,
Legitimate Power, Reward Power dan Expert Power.
Manajer secara umum, mempunyai kahlian yang lebih tinggi dibandingkan
bawahannya, manajer dapat juga mempunyai kekuasaan refrensi yang mendorong
bawahan ingin meniru perilaku manajer, meskipun kekuasaan yang terakhir ini barangkali
tidak sebesar kekuasaan yang sebelumnya. Pemimpin tidak sama dengan manajer.
Pemimpin biasanya dikaitkan dengan orang yang mempunyai semangat yang tinggi,
kharisma yang tinggi, dan kemampuan memotifasi orang lain yang sangat tinggi.
Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan orang lain supaya bekerja sama di
bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan.
Seorang pemimpin itu adalah berfungsi untuk memastikan seluruh tugas dan kewajiban
dilaksanakan di dalam suatu organisasi. Seorang yang resmi diangkat menjadi kepala
suatu group 1 kelompok bisa saja ia berfungsi atau mungkin tidak berfungsi sebagai
pemimpin. Seorang pemimpin adalah seorang yang unik dan tidak diwariskan secara
otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah memiliki karakteristik tertentu yang timbul
pada situasi-situasi yang berbeda.
Kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ricky W Griffin membangi pengertian kepemimpinan
menjadi dua konsep, yakni penerapannya sebagai proses dan sebagai atribut.
Sebagai proses, kepemimpinan di fokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para
pemimpin, yaitu proses yang mengharuskan seorang pemimpin di dalam menggunakan
pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, atau siapa saja yang
dipimpinnya, kemudian memotivasi mereka agar dapat mencapai tujuan bersama dan
membantu penciptaan budaya produktif di dalam organisasi.
Sebagai atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki
oleh seorang pemimoin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpin itu menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin.

B. Kriteria Seorang Pemimpin


Seorang pemimpin itu haruslah paling sedikit mampu untuk memimpin para bawahan
untuk mencapai tujuan organisasi dan juga mampu untuk menangani hubungan antar
karyawan. Mempunyai interaksi antar personal yang baik dan mempunyai kemampuan
untuk bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Sebagai sifat yang berguna bagi pemimpin
yang dapat dipertimbangkan adalah:
1. Keinginan Untuk Menerima Tangung Jawab
Apabila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti
ia bersedia untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya atas apapun yang dilakukan
bawahananya. Disini pemimoin harus mampu mengatasi bawahannya, mengatasi
tekanan kelompok informal, bahkan kalau perlu juga harus serikat buruh. Hampir
semua pemimpin merasa bahwa pekerjaan lebih banyak menghabiskan energi
daripada jabatan bukan pimpinan
2. Kemampuan Untuk Bisa “Perceptive”
Perceptive menunjukan kemampuan untuk mengamati atau menemukan kenyataan
dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengenai tujuan organisasi sehingga
mereka bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia memerlukan
kemampuan untuk memahami bawahan, sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan
kelemahan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin
harus juga mempunyai persepsi intropektif (menilai diri sendiri) sehingga ia bisa
mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang disebut
kemampuan “Perceptive”
3. Kemampuan Untuk Bersikap Objektif
Objektivitas adalah kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau merupakan
perluasan dari kemampuan perceptive. Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan
terhadap fakta, kejadian dan kenyataan-kenyataan yang lain. Objektivitas membantu
pemimpin untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin
mengaburkan realitas.
4. Kemampuan Untuk Menentukan Prioritas
Seorang pemimpin yang pandai adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memiliki dan menentukan mana yangh penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini
sangat diperlukan karena pada kenyataannya sering masalah-masalah yang harus
dipecahkan bukan datang satu per satu tetapi sering kali masalah datang bersamaan
dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
5. Kemampuan Untuk Berkomunikasi
Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi
seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan
mengguanakn bantuan orang lain, karena itu pemberian perintah, penyampaian
informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

C. Perilaku Pemimpin
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan
mereka yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management tidak lagi meneliti
tentang apa persyaratan (kriteria) seorang pemimpin yang efektif melainkan para ahli ini
meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif. Bagaimana mereka
mendelegan tugas, bagaimana mereka mengambil keputusan, bagaimana mereka
berkomunikasi dan memotivasi para bawahan. Seorang pemimpin memang harus
memiliki kwalitas tertentu (kriteria tertentu) namun disamping itu ada suatu cara terbaik
untuk memimpin tidak seperti kwalitas pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan
sesuatu yang dapat dipelajari, jadi seorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat
akan bisa menjadi pemimpin yang efektif. Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya
Kepemimpinan (Style Of Leadership). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan
ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti suatu gaya kepemimpinan yang satu
lebih baik atau lebih buruk daripada gaya kepemimpinan yang lainnya. Para ahli mencoba
mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan suatu dasar tertentu. Dasar
yang sering dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus dilakukan pemimpin,
kewajiban yang pimpinan harapkan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh
pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan harapan para bawahan. Adapun gaya
kepemimpinan antara lain:
1. The Anthocrtatic Leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban untuk
mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk mengarahkan
tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahannya
terpusat di tangannya. Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan
punya perasaan bawha nawahannya tidak mampu untuk beranggapan mempunyai
posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan
maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2. The Perticipative Leader
Apabila seorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan
kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya untuk
membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada
bawahannya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari pada
bawahannya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara jenius mendengar
dan menilai pikiran-pikiran para bawahaannya dan menerima sumbangan pikiran
mereka sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktekan. Pemimpin dengan gaya
partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari pada
bawahannya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan makin
matang. Para bawahannya juga didorong agar meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan
lebih “supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap
diktator. Meskipun tentu saja, wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan
terletak pada pimpinan.
3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “Free Rein:” prmimpin mendelegasikan wewenang untuk
mengambil keputusan kepada para bawahannya dengan agak lengkap. Pada
prsinsipnya pimpinan akan mengatakan “inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan.
Saya tidak perduli bagaimana kamu mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut
dapat terselesaikan dengan baik”. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahannya. Dalam artian pimpinan
menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri sendiri di dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Piminan tidak akan mmebuat peraturan-peraturan
tentang pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk
memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi
D. Teori-Teori Awal Kepemimpinan
1. Teori Orang Hebat (Great-Man Theory)
Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa pemimpin yang hebat memiliki sifat
kepemimpinan yang terbawa dari lahir, bukan karena dibentuk. Teori yang sudah
dikenal di abad ke-19, menunjukkan adanya kualitas seorang pemimpin sebenarnya
telah melekat secara natural atau bawaan dari lahir. Pemimpin tipe ini sering kali
membawa sifat-sifat alami, seperti kecerdasan, keberanian, membangun kepercayaan
diri, intuisi dan pesona.
2. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori kepemimpinan ini menyatakan, sifat alamii tertentu yang dimiliki seseorang
cenderung dapat menjadikannya pemimpin yang baik. Perlu digarus bawahi, memiliki
kualitas diri tertentu tidak serta menjadikan anda pemimpin hebat. Berbeda dengan
teori sebelumnya yang mengedepankan genetik atau garis keturunan, teori sifat lebih
pada karakter kepemimpinan yang dapat dibentuk. Sifat yang dimiliki, antara lain
daya tarik, kecerdasan dan kharisma.
3. Teori Perilaku (Behavior Theory)
Teori perilaku berfokus pada perilaku, sikap, serta lingkungann yang membentuk anda
menjadi pemimpin hebat. Salah satu konsep yang diterapkan dalam teori ini,
pengondisian dimana anda cenderung bertindak dan memimpin dengan gaya tertentu
karena anda meniru dari pemimpin sebelumnya atau dari lingkugan sekitar.
4. Teori Transaksional atau Teori Manajemen (Transactional Theory of Management
Theory)
Teori transaksional dikenal dengan teori manajemen. Prinsip yang digunakan dalam
teori transaksional adalah kesepakatan antara pemimpin bawahan tentang apa yang
seharusnya dilakukan untuk mendapatkan penghargaan, dan apa yang tidak
seharusnya dilakukan untuk menghindari hukuman.
Teori ini juga mempunyai nilai-nilai yang hanya berlaku dengan proses pertukaran
dan keuntungan timbal balik, sehingga pemimpin transaksional akan memberikan
kebutuhan atau keinginan karyawan dengan ketentuan hasil pekerjaan yang diberikan
dapat memuaskan semua pihak.
5. Teori Transformasional (Transfornational Theory)
Teori kepemimpinan ini didasari adanya hubungan yang positif antara atasan dan
bawahan sehingga terbentuklah kepemimpinan yang efektif. Pemimpin
transformasional akan memotivasi dan menginspirasi bawahan untuk mencapai hasil
yang lebih besar dari yang direncanakan. Tentunya hal ini, demi kesuksesan
perusahaan yang dipimpin.
6. Teori Situasional (Situational Theory)
Teori kepemimpinan situasional tidak berhubungan dengan karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak pula, mengklaim bahwa gaya tertentu adalah
yang terbaik.
Sebaliknya, teori ini meyakini bahwa pemimpin yang hebat adalah yang mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang sedang dihadapi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memerintah, memberi intruksi, mendelegasi, atau
tindakan lainnya yang dianggap perlu. Teori kepemimpinan situasional sangat
mengedepankan fleksibilitas.
E. Tiga Teori Kontigensi Kepemimpinan
1. Teori Fiedler
Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena
teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau
teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan
antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi
menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan
terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba
melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-
situasi yang spesifik.
Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh
karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau
pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita
pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke
situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas
pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai
Contingency Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang
pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua
hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi.
Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus
dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek situasi dari kepemimpinan (organization
context). Fiedler mengatakan bahwa ada 2 tipe variabel kepemimpinan: Leader
Orientation dan Situation Favorability.
 Leader Orinetation adalah : apakah pemimipin pada suatu organisasi
berorinetasi pada relationship atau beorintasi pada task. Leader Orientation
diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak
disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi
jika pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah
menunjukkan pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama.
Skor LPC yang tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada
relationship, sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin
beroeintasi pada tugas. Fiedler memprediksi bahwa para pemimpin dengan
Low LPC yakni mereka yang mengutamakan orientasi pada tugas, akan lebih
efektif dibanding para pemimpin yang High LPC, yakni mereka yang
mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan orang
apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi. Sebaliknya
para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
 Situation favorability adalah : sejauh mana pemimpin tersebut dapat
mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
1. Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan
para anggotanya.
2. Task Structure: tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk
dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power: tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi
karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO baik, TS tinggi dan PP besar,
sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO tidak baik, TS rendah dan
PP sedikit.

2. Teori Path-Goal
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan
kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana
pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para
pengikutnya. Bawahan sering berharap pemimpin membantu mengarahkan mereka
dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain bawahan berharap para pemimpin mereka
membantu mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan bernilai mereka.
Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang
menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan
mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi
para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik dan
kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada cara-cara pemimpin memfasilitasi kinerja kerja
dengan menunjukkan pada bawahan bagamana kinerja diperoleh melalaui pencapaian
rewards yang diinginkan. Path Goal theory juga mengatakan bahwa kepuasan kerja
dan kinerja kerja tergantung pada expectancies bawahan. Harapan-harapan bawahan
bergantung pada ciri-ciri bawahan dan lingkungan yang dihadapi oleh bawahan.
Kepuasan dan kinerja kerja bawahan bergantung pada leadership behavior dan
leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive Leadership: Gaya kepemimpinan ini menunjukkan perhatian pada
kebutuhan pribadi karyawannya. Pemimpin jenis ini berusaha mengembangkan
kepuasan hubungan interpersonal diantara para karyawan dan berusaha
menciptakan iklim kerja yang bersahabat di dalam organisasi.
2. Directive Leadership: Pemimpin yang memberikan bimbingan khusus pada
Karyawannya dengan menetapkan standar kinerja, mengkoordinasi kinerja kerja
dan meminta karyawan untuk mengikuti aturan aturan organisasi.
3. Achievement Oriented Leadership: Pemimpin yang menetapkan tujuan yang
menantang pada bawahannya dan meminta bawahan untuk mencapai level
performens yang tinggi.
4. Participative Leadership: Pemimpin yang menerima saran-saran dan nasihat-
nasihat bawahan dan menggunakan informasi dari bawahan dalam pengambilan
keputusan organisasi.
Hal yang menentukan keberhasilan dari setiap jenis kepemimpinan tersebut adalah
subordinate characteristics (contohnya: Karyawan yang internal l locus of control atau
external locus of control, karyawan yang mempunyai need achievement yang tinggi
atau need affiliation yang tinggi, dll.) dan environmental factors (system kewenangan
dalam organisasi).
3. Teori Vroom dan Yetton
Leader-Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton (1973). Model ini melihat
teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan
bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai keadaan. Teori
Yetton dan Vroom mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh
perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik
bawahan dan faktor lingkungan. Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan. Karena keputusan yang dilakukan para pemimpin sering kali
sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama
dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat
menentukan keberhasilan yang bersangkutan melaksanakan tugas-tugas pentingnya.
Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam
jangka panjang dibanding dengan mereka yang tidak mampu membuat keputusan
dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan
bawahannya. Dengan kata lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi
bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja,
mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
Teori kepeminmpinan vroom & yetton adalah jenis teori kontingensi yang
menitikberatkan pada hal pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin.
Dalam hal ini ada 5 jenis cirri pengambilan keputusan dalam teori ini :
1. A-I : pemimpin mengambil sendiri keputusan berasarkan informasi yang ada
padanya saat itu.
2. A-II : pemimpin memperoleh informasi dari bawahannya dan mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang didapat. jadi peran bahawan hanya
memberikan informasi, bukan memberikan alternatif.
3. C-I : pemimpin memberitahukan masalah yang sedang terjadi kepada bawahan
secara pribadi, lalu kemudian memperoleh informasi tanpa mengumpulkan semua
bawahannya secara kelompok, setelah itu mengambil keputusan dengan
mempertimbangkan/ tidak gagasan dari bawahannya.
4. C-II : pemimpin mengumpulkan semua bawahannya secara kelompok, lalu
menanyakan gagasan mereka terhadap masalah yang sedang ada, dan mengambil
keputusan dengan mempertimbangkan/tidak gagasan bawahannya
5. G-II : pemimpin memberitahukan masalah kepada bawahanya secara
berkelompok, lalu bersama – sama merundingkan jalan keluarnya, dan mengambil
keputusan yang disetujui oleh semua pihak.

Contoh kasusnya, dalam sebuah took kue, pemimpin took akan membicarakan
masalah yang terjadi, misalnya cara menarik minat pembeli agar menjadi pelanggan
tetap tokonya. Pemilik took akan mengumpulkan semua karyawannya dan
menanyakan pendapat mereka. pemilik akan menampung semua gagasan mereka, lalu
memilih gagasan yang dianggap paling menarik dan disetujui oleh semua
karyawannya.
Contoh kasus diatas, itu sesuai dengan cirri pengambilan keputusan G-II yang
dikemukakan oleh vroom & yetton. Dan menurut saya, ciri G-II adalah yang paling
layak digunakan.

F. Pandangan Kontemporer tentang Kepemimpinan


 Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota (LMX)
Teori pertukaran pemimpin-anggota (LMX) mengatakan bahwa para pemimpin
menciptakan in-group dan outgroup, dan mereka yang ada didalam kelompok akan
memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi, pergantian yang lebih sedikit, dan
kepuasan kinerja yang lebih besar.
Teori LMX menunjukkan bahwa pada awal hubungan antara seorang pemimpin dan
pengikut. Hubungan itu cenderung tetap cukup stabil dari waktu ke waktu. Pemimpin
juga mendorong LMX dengan memberi penghargaan karyawan dengan siapa mereka
ingin berhubungan lebih dekat dan menghukum mereka yang tidak. Namun, agar
hubungan LMX tetap utuh, baik pemimpin maupun pengikut harus "berinvestasi"
dalam hubungan.
Pemimpin melakukan pemilihan, tetapi karakteristik pengikut mendorong keputusan.
Tampak bahwa para pemimpin memang membedakan para pengikut; bahwa
perbedaan ini tidak acak; dan pengikut dengan status dalam kelompok akan memiliki
peringkat kinerja yang lebih tinggi, terlibat dalam lebih banyak di tempat kerja, dan
melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan bos mereka. Tidak mengejutkan karena
para pemimpin menginvestasikan waktu mereka dan sumber daya lainnya pada orang-
orang yang mereka harapkan untuk melakukan yang terbaik.
 Transformasional-Transaksional Kepemimpinan
Pemimpin transaksional yaitu, pemimpin yang memimpin dengan menggunakan
pertukaran sosial (atau transaksi). Transaksional pemimpin membimbing atau
memotivasi pengikut untuk bekerja menuju tujuan yang ditetapkan dengan bertukar
penghargaan untuk produktivitas mereka. Tetapi tipe pemimpin lain merangsang dan
menginspirasi (mengubah) pengikut untuk mencapai hasil yang luar biasa.
Kepemimpinan transaksional dan transformasional tidak boleh dipandang sebagai
lawan pendekatan untuk menyelesaikan sesuatu. Kepemimpinan transformasional
berkembang dari kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transformasional
menghasilkan tingkat usaha dan kinerja karyawan yang melampaui apa yang akan
terjadi dengan pendekatan transaksional saja. Lebih-lebih lagi, kepemimpinan
transformasional lebih dari karisma, karena pemimpin transformasional mencoba
untuk menanamkan pada pengikut kemampuan untuk mempertanyakan tidak hanya
pandangan yang sudah mapan tetapi juga pandangan-pandangan itu pandangan yang
dipegang oleh pemimpin.
Keunggulan kepemimpinan transformasional atas transaksional kepemimpinan yaitu
kepemimpinan transformasional sangat berkorelasi dengan tingkat turnover yang
lebih rendah dan tingkat yang lebih tinggi dari produktivitas, kepuasan karyawan,
kreativitas, pencapaian tujuan, kesejahteraan pengikut, dan kewirausahaan
perusahaan, terutama di perusahaan baru.
 Kepemimpinan Karismatik-Visioner
Analisis paling komprehensif mengidentifikasi lima karakteristik: mereka memiliki
visi, kemampuan untuk mengartikulasikan visi itu, kemauan untuk mengambil risiko
untuk mencapai visi itu, kepekaan terhadap kendala lingkungan dan kebutuhan
pengikut, dan perilaku yang keluar biasa saja.
Banyak bukti menunjukkan korelasi yang mengesankan antara karismatik
kepemimpinan dan kinerja tinggi dan kepuasan di antara pengikut. Meskipun satu
studi menemukan bahwa CEO karismatik tidak berdampak pada kinerja organisasi
berikutnya, karisma masih diyakini sebagai kualitas kepemimpinan yang diinginkan.
Untuk "menjadi" karismatik dapat mempelajari untuk mengartikulasikan tujuan yang
jauh jangkauannya, mengkomunikasikan harapan kinerja yang tinggi, menunjukkan
kepercayaan pada kemampuan bawahan untuk memenuhi harapan tersebut, dan
berempati dengan kebutuhan bawahan mereka; mereka belajar memproyeksikan
kehadiran yang kuat, percaya diri, dan dinamis; dan mereka berlatih menggunakan
nada suara yang menawan dan memikat. Para peneliti juga melatih menggunakan
perilaku nonverbal karismatik, termasuk condong ke arah pengikut saat
berkomunikasi, mempertahankan kontak mata langsung, dan memiliki postur santai
dan ekspresi wajah yang bersemangat.
Dalam kelompok dengan pemimpin karismatik "terlatih" ini, anggota memiliki tugas
yang lebih tinggi kinerja, penyesuaian tugas yang lebih tinggi, dan penyesuaian yang
lebih baik terhadap pemimpin dan kelompok daripada anggota kelompok yang
bekerja dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin

G. Isu-Isu Kepemimpinan Pada Abad ke-21


 Mengelola Kekuatan
1) Kekuasaan sah : kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin akibat posisinya di
dalam organisasi. Walaupun orang dalam posisi otoritas memiliki kekuatan
imbalan dan paksaan juga, kekuasaan yang sah lebih luas dari kekuasaan imbalan
dan paksaan.
2) Kekuasaan paksaan : kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin untuk
menghukum atau mengendalikan. Manajer biasanya memiliki kekuasaan paksaan,
seperti menunda atau menurunkan pangkat karyawan atau menugaskan pekerjaan
yang tidak menyenangkan atau yang tidak diinginkan.
3) Kekuasaan imbalan : kekuasaan untuk memberikan upah positif. Ini dapat berupa
apa saja yang dihargai orang, seperti uang, penilaian pekerjaan, kenaikan pangkat,
tugas yang menarik, rekan yang ramah, dan tugas giliran yang lebih baik atau
wilayah penjualan.
4) Kekuasaan ahli : kekuasaan yang berdasarkan keahlian, keterampilan istimewa,
atau pengetahuan. Jika seorang pegawai memiliki keterampilan, pengetahuan atau
keahlian yang penting terhadap kelompok kerja, kekuasaan keahlian orang itu
bertambah.
5) Kekuasaan rujukan : kekuasaan yang muncul karena sumber atau sifat pribadi
seseorang yang diinginkan. Jika saya mengagumi anda dan saya berhubungan
dengan anda, anda dapat menggunakan kekuasaan terhadap saya karena saya ingin
menyenangkan anda. Kekuasaan rujukan ada karena kekaguman terhadap orang
lain dan keinginan menjadi seperti orang tersebut.
 Mengembangkan Rasa Kepercayaan
Rasa percaya di definisikan sebagai keyakinan di dalam integritas, karakter, dan
kemampuan seorang pemimpin. Bawahan yang mempercayai pemimpinnya bersedia
menerima perbuatan pemimpin karena mereka yakin bahwa hak dan kepentingan
mereka tidak akan disalahgunakan. Penelitian telah mengidentifikasi lima dimensi
yang mendasari konsep rasa percaya :
1) Integritas – kejujuran dan kebenaran
2) Kompetensi – pengetahuan dan keahlian teknis serta keahlian interpersonal
3) Konsistensi – dapat diandalkan, dapat diprediksi, dan penilaian yang baik dalam
menangani situasi.
4) Loyalitas – kemauan untuk melindungi seseorang, baik secara fisik mauun emosi.
5) Keterbukaan – kemauan untuk berbagi ide dan informasi
 Memberdayakan Karyawan
Memberdayakan karyawan bermanfaat jika karyawan memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan pengalaman untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.
 Memimpin Di Berbagai Budaya
Pemimpin yang efektif tidak hanya memakai satu gaya. Mereka mengatur gaya sesuai
dengan situasi. Berikut beberapa kepemimpinan lintas budaya.
1) Pemimpin Korea diharap berpihak paternalistik terhadap karyawan.
2) Pemimpin Arab yang bersikap rendah hati dan baik hati tanpa diminta akan
dianggap lemah oleh orang lain.
3) Pemimpin Jepang harus bersikap rendah hati dan sering berkomunikasi.
4) Pemimpin Skandinavia dan Belanda memilih individu yang dicintai publik
cenderung untuk mempermalukan, bukan mendukung, individu tersebut.
5) Pemimpin yang efektif di Malaysia harus menunjukkan simpati sambil
menggunakan cara autokrasi alih – alih partisipatif.
6) Pemimpin yang efektif di Jerman memiliki karakteristik yang berorientasi pada
performa tinggi, rasa simpati rendah, proteksi diri yang rendah, orientasi terhadap
kelompok rendah, otonomi yang tinggi, dan tingkat partisipasi yang tinggi.
 Memahami Perbedaan Gender Dan Kepemimpinan
1) Wanita akan lebih mendorong partisipasi, berbagi kekuasaan dan informasi, dan
berusaha untuk meningkatkan harga diri bawahannya. Wanita meingkat mimpin
dengan penyertaan dan mengandalkan kharisma, keahlian, hubungan, dan
keterampilan interpersonal untuk mempengaruhi orang lain. Wanita cenderung
memakai kepemimpinan transformasi, memotivasi orang lain dengan
mentransformasi minat diri mereka menjadi tujuan organisasi.
2) Pria cederung memakai gaya yang langsung, serta perintah dan kendali. pria
mengandalkan otoritas posisi resmi untuk berpengaruh. Pria memakai
kepemimpinan transaksi, memberikan penghargaan untuk kerja yang baik dan
menghukum yang tidak baik.
 Menjadi Pemimpin Yang Efektif
Dua isu yang berkaitan untuk menjadi pemimpin yang efektif adalah pelatihan
pemimpin dan pengakuan bahwa kaang – kadang menjadi pemimpin yang efektif
berarti tidak memimpin.
1) Pelatihan Pemimpin.
Sebagai contoh, Pelatihan pemimpin akan lebih sukses dengan individu yang
memiliki tingkat monitor diri yang tinggi dibandingkan yang rendah. Individu
seperti ini fleksibel dalam menyesuaikan perilakunya pada situasi yang berbeda.
Organisasi akan menemukan bahwa individu dengan tingkatan sifat yang disebut
motivasi untuk memimpin yang tinggi akan lebih mudah menerima kesempatan
mengembangkan kepemimpinan.

2) Substitusi Pemimpin.
Sebagai contoh, karakteristik bawahan seperti pengalaman, pelatihan, orientasi
profesional, dan kebutuhan untuk mandiri dapat menetralkan efek kepemimpinan.
Karakteristik ini dapat mengganti kebutuhan karyawan akan dukungan dari
pemimpin atau kemampuan untuk membuat struktur dan mengurangi
ketidakpastian tugas.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran:

Kesimpulan:
Pemimpin adalah satu atau beberapa orang yang memiliki kemampuan untuk mengatur
kelompoknya agar bisa bekerja sama mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan
ialah seni untuk membimbing atau menuntun orang lain dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Beberapa kriteria seorang pemimpin diantaranya adalah:
1) Keinginan untuk menerima tanggung jawab
2) Kemampuan untuk bisa "perceptive"
3) Kemampuan untuk bersikap objektif
4) Kemampuan untuk menentukan prioritas
5) Kemampuan untuk berkomunikasi

Saran:
Apabila ingin menjadi pemimpin yang efektif maka lakukanlah berbagai aspek yang nantinya
akan membentuk anda jauh lebih baik dalam hal kepemimpinan. Bacalah referensi yang lain
untuk mendapatkan ilmu dan teori maupun pendapat yang lebihn kompleks lagi.
Daftar Pustaka

https://www.qubisa.com/article/teori-kepemimpinan
https://arindhaayuningtyas.wordpress.com/2012/05/03/teori-kontingensi-kepemimpinan/
https://www.academia.edu/36832937/Isu_Isu_kepemimpinan_Pada_Abad_Ke_21
https://www.studocu.com/id/document/universitas-jenderal-soedirman/akuntansi-akreditasi-a-
kelas-reguler-dan-kelas-internasional/pandangan-kontemporer-tentang-kepemimpinan/
43929223

You might also like