Professional Documents
Culture Documents
PTK - SMPN 1 Tanjung
PTK - SMPN 1 Tanjung
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang terletak dalam pembelajaran harus
terdapat ranah pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, dan sikap. Psikologis dalam ranah-
ranah tersebut berbeda-beda. Sikap terlihat saat menerima, melakukan, menduga, dan
menjabarkan, mencoba dan menciptakan, dan dengan mempelajari, bertanya, mencoba, menalar,
suatu negara sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dari zaman ke zaman dibarengi dengan
berdasarkan penelitian ilmiah, agar dapat mendapatkan solusi yang terbaik (Firman, 2014).
Keterampilan abad 21 harus dikuasai pada setiap orang untuk bisa berhasil menemui suatu
permasalahan dalam kehidupan. Keterampilan di abad 21 memang menjadi topik hangat yang
belakangan ini diperbincangkan. Tantangan guru untuk menemukan cara agar peserta didik
berhasil dalam pekerjaan dan kehidupan melalui keterampilan di abad ke-21. Penguatan
menjadikannya bijaksana, berfikir kreatif, mampu berinteraksi dan berkerjasama serta mampu
bertanding di abad 21. Hal ini sesuai dengan Collaboratively Skills. Keterampilan berpikir adalah
salah satu ilmu kehidupan (life skill) yang dapat mengembangkan melalui proses belajar
(Mendiknas, 2003). Berpikir kritis juga proses meracang, menyelidiki, menilai, dan membuat
1
Glaser mengartikan berpikir kritis adalah sikap untuk berpikir secara mendalam persoalan
pengalaman pribadi (Fisher, 2008). Glaser juga menerangkan berpikir kritis sebagai keterampilan
untuk berpikir logis. Facione (2015) berpikir kritis adalah berpikir yang bertujuan sebagai
pembuktian terhadap kasus, mengartikan apa yang terjadi, dan menangani persoalan. Manfaat
keterampilan berpikir kritis pada saat ini adalah meningkatkan penghargaan akdemik bagi
menyatakan 47% guru di SMP Samarinda belum mengembangkan keterampilan berpikir peserta
didik. Hasil wawancara dan observasi disusun guru masih tidak sesuai dengan tuntutan
kompetensi pembelajaran abad ke-21 dan kurikulum 2013 karena masih kesulitan dalam
mengembangkan e-modul. Hal ini sejalan dengan penelitian (Makhrus et al., 2018) hasil
penilaian e-modul yang dibuat guru berkisar antara 33% sampai 66% sehingga masih perlu
adanya perbaikan.
Materi ajar yang digunakan sudah memuat keterampilan berpikir kritis dalam penyajian
materinya, namun belum mencakup keseluruhan dimensi keterampilan berpikir kritis. Selain itu,
hasil penelitian (Sari et al., 2019) menunjukkan beberapa penyebab kesulitan peserta didik pada
mata pelajaran IPA SMP adalah: 1) kesulitan memahami buku pegangan sekolah sebesar
35,76%; 2) kurangnya media pembelajaran sebesar 10,22%; 3) kurangnya sumber buku lain
sebesar 5,84%. Salah satu solusi alternatif yang diberikan adalah adanya e-modul IPA yang dapat
dijadikan sebagai media pembelajaran bagi guru unrtuk melaksanakan perannya dalam proses
Hasil observasi pada SMPN 1 Tanjung mengarah pada proses belajar dan buku yang
dipakai belum terlihat mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik karena buku bersifat
2
umum yang dibuat hanya untuk memperoleh hasil belajar peserta didik. Padahal peserta didik
SMP sudah mampu untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan (Shalihah, 2021).
Hasil analisis terhadap nilai Ujian Sekolah tahun 2019 pada materi IPA menunjukkan persentase
peserta didik yang menjawab benar masih tergolong rendah, yakni: (1) pengukuran, zat, dan
sifatnya sebesar 34,13%; (2) mekanika dan tata surya sebesar 42,90%; (3) gelombang, listrik dan
magnet sebesar 36,42%; (4) makhluk hidup dan lingkungannya sebesar 51,74%; dan (5) struktur
dan fungsi makhluk hidup sebesar 54,12%. Hasil Ujian Sekolah SMP/MTs pada mata pelajaran
IPA di kota Tanjung tergolong rendah dengan nilai rata-rata 43,86 pada tahun 2019.
Salah satu cara yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah dengan
menggunakan e-modul dalam pembelajaran. Modul adalah seperangkat e-modul yang disajikan
secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar berdasarkan kompetensi dasar atau indikator
pencapaian kompetensi, dengan dilengkapi petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional)
sehingga peserta didik dapat mengontrol dan mengevaluasi belajar baik dengan atau tanpa
fasilitator atau guru. Hasil penelitian (Florentina Turnip & Karyono, 2021) penggunaan e-modul
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hasil penelitian lainnya seperti
mengembangkan e-modul yang mampu meningkatkan peserta didik untuk berpikir kritis. E-
modul mentransfer peserta didik dari pengalaman sehari-hari ke materi fisik merupakan bagian
integral dari pembelajaran fisika. Fokus pembelajaran authentic learning pada situasi dunia
nyata, masalah kompleks dan solusinya, aktivitas berbasis masalah, studi kasus, dan partisipasi
dalam praktik individu dakelompok menurut Ridho (2020) hal tersebut sejalan dengan Lombardi
3
bahwa pengembangan bahan ajar dengan menggunakan pendekatan authentic learning dapat
digunakan dengan baik dan mampu meningkatkan sehingga authentic learning dapat
Salah satu fokus authentik learning adalah kegiatan berbasis masalah yang tentunya jika
diterapkan akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Berpikir kritis juga
melatihkan peserta didik berpikir logis dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Kemampuan
berpikir kritis berbeda-beda pada setiap peserta didik, Secara teori, antusiasme peserta didik
dalam menanggapi persoalan yang diajukan oleh guru masih terbatas, namun belum
masalah saat menyelesaikan contoh soal secara praktis, dan belum memberi jalan keluar yang
Penelitian ini juga menerapkan topik kalor dan perpindahannya yang erat kaitannya
dengan kehidupan nyata sehari-hari. Topik kalor dan perpindahnnya yang berkaitan dengan
peristiwa kalor dan perpindahnnya dapat dengan mudah dijumpai pada lingkungan. Berdasarkan
pengamatan pada tahun sebelumnya terutama bidang studi pendidikan fisika di SMP Negeri 1
Tanjung,yang mana dapat dilihat bahwa banyak aktivitas peserta didik yang kurang perhatian
terhadap pembelajaran pada saat pelajaran berlangsung diantaranya yaitu ada yang berbicara
dengan teman dan tertidur pada saat pembelajaran. Oleh sebab itu untuk lebih mengoptimalkan
dan melibatkan keaktifan peserta didik bisa digunakan model pembelajaran kooperatif, dalam hal
ini yaitu pembelajaran menggunakan e-modul interaktif. Dengan model pembelajaran tersebut
diharapkan peserta didik dapat dikondisikan untuk aktif secara fisik dan mental serta diharapkan
terciptanya kesempatan bagi peserta didik untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik
4
terhadap proses pembelajaran melalui bahan ajar e-modul interaktif. Berdasarkan latar belakang
di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam “Upaya Meningkatkan Berpikir Kritis
Peserta didik pada materi Kalor dan Perpindahannya dengan menggunakan e-Modul kelas VII
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan e-Modul pada
materi kalor dan perpindahannya kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Tahun Pelajaran
2021/2022 ?
2. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah menggunakan e-Modul pada materi Kalor
3. Bagaimana aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan e-Modul
pada materi Kalor dan Perpindahnnya kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung tahun Pelajaran
2021 / 2022?
C. Tujuan Penelitian
dalam upaya meningkatkan berpikir kritis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung
pada materi kalor dan perpindahnnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
5
3. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan e-
D. Manfaat Penelitian
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berpikir kritis peserta didik pada SMP Negeri
(2) Guru
pembelajaran, sehingga lebih menyenangkan dan mencerdaskan peserta didik serta bisa
(3) Sekolah
Untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan kualitas berpikir kritis peserta didik di
sekolah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. E-Modul
E-modul adalah salah satu media pembelajaran yang menggunakan computer dalam
menyampaikan tulisan, foto, grafik, animasi, audio, dan video selama pembelajaran
berlangsung (Nugraha et al., 2015). E-modul selain menggunakan media bersifat dua dimensi,
seperti modul cetak. E-modul atau dikenal sekarang dengan istilah multimedia interaktif
dikarenakan terdapat berbagai macam jenis media yang disajikan pada saat pembelajaran.
E-modul adalah berisi materi, metode, masalah, dan evaluasi dirancang sedemikian
rupa seperti menarik dan sistematis berharapkan agar tercapainya kompetensi pada tingkat
kerumitannya dengan cara elektronik (Imansari & Sunaryantiningsih, 2017). E-modul adalah
sajian info dengan berbagai bentuk kemudian ditampilkan menggunakan computer atau
modul cetak dan modul elektronik (e-modul). Modul berbasis cetak juga terdapat di dalam e-
modul, terdiri dari tujuan, petunjuk penggunaan, materi, lembar kerja, evaluasi dan lain-lain.
Perbedaan dapat terlihat secara fisik dalam penyajiannya. Pada modul, terdapat
kertas berguna bahan cetak, adapun pada e-modul maka dibutuhkannya perangkat computer
berfungsi untuk menjalankannya. (Susilana & Riyana, 2018) dalam proses belajar sehingga
membuthkan komputer untuk bahan pembelajaran dam berfungsi pada alat bantu atau biasa
disebut sebagai Computer Based Instruction (CBI). CBI adalah komputer sebagai alat bantu d
alam proses belajar, berisi materi pembelajaran sudah dibuat dan diprogram guna
mempermudah peserta didik belajar mandiri. Jika dilihat dari manfaat e-modul bisa membuat
7
pembelajaran menjadi lebih menarik, interaktif, serta bisa dilakukan dimana saja dan kapan
bahwa suatu perangkat pembelajaran kemudian disusun secara sistematis, interaktif, dengan
bantuan program komputer sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar sebagai pencapaian
B. Karakteristik E-Modul
odul. Karakteristik dalam persiapan e-modul perlu diperhatikan dengan baik. Bahwa e-modul
dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan agar mampu menghasilkan e-mo
dul yang dapat meningkatkan motivasi penggunanya. Menurut Daryanto, (2014) sebelum
mengembangkan e-modul maka harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu stand alone,
a. Self Instruction (instruksional), mampu mengarahkan peserta didik belajar mandiri. self inst
(1) Dibuat pada kegiatan spesifik akibatnya mempermudah peserta didik belajar dengan
tuntas.
(2) Memberikan contoh dan ilustrasi berfungsi untuk mendukung penjelasan suatu materi
pembelajaran.
(3) Memberikan tugas berupa soal latihan dan sejenisnya guna memudahkan peserta
8
(5) Menyajikan instrumen berguna untuk mengukur penguasaan tingkatan materi.
(6) Tersedia informasi serta referensi untuk mendukung pembelajaran contohnya berupa
materi.
b. Self Contained (serba lengkap), maksudnya pada materi pembelajaran terdapat satu kompet
ensi akan dipelajari dan tertera pada e-modul seutuhnya. Tujuannya adalah menambah
kesempatan pada peserta didik untuk memperdalam serta belajar secara tuntas pada materi
tersebut, didukung oleh materi yang sudah dimasukkan menjadi satu kesatuan.
c. Stand Alone (berdiri sendiri), e-modul yang akan dikembangkan tentu tidak memiliki
ketergantungan oleh media lain. E-modul ini akan memudahkan peserta didik tidak harus
d. Adaptive (adaptif), berdaya adatif yang tinggi bercermin pada perkembangan teknologi dan
ilmu. E-modul akan disebut adatif jika telah mengikuti dan menyesuaikan dengan perkemba
e. User Friendly (bersahabat), diharapkan dapat bersahabat dalam pembacanya. Setiap informa
si telah sajikan hendaknya membantu atau bersahabat dengan peserta didik, termasuk kemud
ahan peserta didik dalam menngakses dan merespon. Pemakaian bahasa cukup sederhana,
akan mempermudah untuk dimengerti mudah dimengerti dengan berbagai istilah umum
yang digunakan hal ini merupakan salah satu usaha untuk bentuk bersahabat.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti peserta didik di kelas VII SMP Negeri
1 Tanjung mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari 33 orang yaitu 17 orang
prempuan dan 16 orang laki-laki. Rata-rata setiap peserta didik berumur kurang lebih 12
9
sampai 13 tahun, dan pada masa seperti ini merupakan masa awal remaja, dimana peserta
diperlukan adanya strategi pembelajaran yang efesien dan efektif untuk meningkatkan hasil
Peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung cenderung pasif dalam mengeluarkan
pertanyaan atau ide dalam pembelajaran hanya sebagian peserta didik yang tergolong
mempunyai prestasi akademik yang lebih bagus, tetapi peserta didik kurang bisa
Pikiran diartikan sebagai kondisi admissibility control diantara berbagai ilmu. Akal
adalah suatu kekuatan bisa mengendalikan pikiran. Pada saat yang sama, berpikir artinya
untuk menentukan suatu hubungan memiliki makna dengan berbagai aspek pengetahuan.
Adapun aktivitas berpikir berbentuk pada tingkah laku simbolis, karena aktivitas
berhubungan pergantian hal-hal konkrit. Berpikir kritis ialah berpikir dengan menekankan
Berpikir merupakan suatu proses dinamis ditempuh dengan tiga langkah berpikir,
yakni: (1) pembentukan pengertian dilalui oleh proses mendeskripsikan ciri-ciri objek
ciri-ciri yang hakiki, dan membuang; (2) pembentukan pendapat, maksudnya menggunakan
hubungan dengan dua buah pengertian serta lebih kemudian dirumuskan secara verbal
berupa pendapat menerima, menolak, dan asumatif yakni kemungkinan untuk memberi
10
ungakapan pada ciri-ciri sesuatu hal; dan (3) pembentukan keputusan, yakni suatu
kesimpulan diambil dalam bentuk pengambilan keputusan baru berasal dari beberapa
pendapat yang telah ada (Sagala, 2007). Peter Reason menyebutkan bahwa berpikir
merupakan suatu proses mental pada seseorang agar lebih sekedar memori serta
pemahaman. Memahami dan mengingat bersifat pasif bersifat dari pada berfikir (Sanjaya,
2008). Berpikir menyebabkan seseorang wajib bergerak sampai di luar informasi yang
Konsep pembelajaran sepanjang hayat berarti penting, hal ini dikarenakan individu
Ada delapan keterampilan bersifat umum pada pendidikan modern, yakni: berfikir kreatif,
kewiraswastaan, penggunaan teklnologi informasi, dan penggunaan bahasa tepat dan efektif
(Arkün & Akkoyunlu, 2008). Kurlik dan Rudnick adaptasi (Saefudin, 2012) mengemukakan
bahwa berpikir merupakan bagian dari penalaran di luar ingatan. Tingkatan keterampilan
11
Gambar 2.2 Tingkatan keterampilan berpikir
kritis efektif termasuk: (1) observasi; (2) identifikasi pola, hubungan, asumsi penyebab,
hubungan pengaruh-pengaruh, kesalahan logika dan bias; (3) merumuskan standar dan
klasifikasi; (4) perbandingan serta perbedaan, (5) interprestasi; (6) ringkasan; (7)
menganalisis serta meringkas; untuk hipotesis; (8) membedakan data relevan dan tidak.
Dalam hal ini, adapun tanda-tanda oranng berfikir kritis yaitu: (a) memiliki seperangkat
pikiran gagasan khusus sebagai pemulai gagasan, dan memiliki motivasi begitu kuat untuk
menyelesaikan masalah, (b) bersikap skeptis yakni tidak mudah menerima ide serta gagasan
Facione (2012) menyebutkan berfikir kritis adalah proses dalam berfikir secara
terarah, beralasan, tepat, dan reflektif saat mengambil suatu keputusan agar dapat dipercaya.
terakhir melakukan tindakan. Jadi keterampilan berfikir kritis adalah salah satu bentuk
12
Schfersman (1991) menjelaskan pemikiran lain dari keterampilan berpikir kritis
ditinjau dari pengetahuan, kemampuan, sikap, dan perilaku yaitu: (1) menunjukkan bukti
secara seimbang dan terampil; (2) secara ringkas serta koheren cara mengorganisasi pikiran
dan mengungkapkannya; (3) Kebenaran dinyatakan dengan logika, perbedaan antara valid
dan tidak valid; (4) belum cukup bukti sebagai pendukung keputusan untuk mengambil
keputusan; (5) memaknai pemahaman antara rasionalisasi dan penalaran; (6) mencoba
mengantisipasi asumsi dan tindakan alternatif; (7) memperlajari mendalam tentang maslaah
dan analogi; (8) kemampuan untuk belajar mandiri; (9) menerapkan teknik manajemen
masalah pada bidang yang belum dipelajari; (10) representasi pertanyaan dapat dibangun
dari informasi serupa melalui teknik formal; (11) perbedaan antara keyakinan dan validitas;
Komponen dan indikator berpikir kritis menurut Ennis (1985) terlihat rincian data
yang diajukan. Komponen dan Indikator dari Keterampilan berpikir kritis menunjukkan
berfikir kritis dijelaskan bahwa suatu aktivitas yang dapat merumuskan masalah,
dan evaluasi. Adapun deskripsi dan proses indikator berfikir kritis menurut Perkins &
Tabel 2.2 Proses dan tahap serta Iidikator dalam berpikir kritis
13
lebih lanjut
Pemahaman Menyelidiki dan mengidentifikasi apa
yang berkaitan dengan isu, dilema,
masalah dan lain-lain
Analisis Pencarian klasifikasi secara
mendalam, mengorganisasi
pengetahuan yang dikenal,
mengidentifikasi
pengetahuan yang tidak
dikenal dan menganalisis
komponen dasar pada isu,
dilema, atau pun masalah
yang dihadapi
Evaluasi Menkritisi dan memutuskan
informasi, pengetahuan atau
pespektif
Penciptaan/ Memproduksi pengetahuan
sintesis baru, pespektif atau stategi
dalam menerapkannya.
Topik kalor dan perpindahannya dalam kurikulum 2013 merupakan salah satu
materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipelajari di SMP kelas VII
pada semester ganjil. Materi Kalor dan perpindahnnya terbagi menjadi beberapa pokok
bahasan yaitu, pengertian kalor dan perpindahan kalor. Untuk Kompetensi Dasar (KD) dari
Kalor dan perpindahannya meliputi fakta, konsep dan pengetahuan procedural yang
dapat diujicobakan (praktek), sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran,
bukan hanya berpusat pada guru. Dalam prakteknya materi tidak hanya memahami konsep
dan rumus, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana mengumpulkan fakta terkait dan membuat
konsep yang terdapat pada topik tersebut melalui eksperimen. berbasis Authentic Learning
14
merupakan model pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
1. Teori piaget
Menurut piaget setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan
sampai menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.
besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini
implikasi penting dalam pembelajaran fisika dari piaget tersebut adalah sebagai berikut :
1) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar
2. Teori Vygotsky
15
Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran.
Vigotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan
kemampuannya. Ada dua implikasi utama teori Vigotsky dalam pembelajaran fisika.
peserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit
membimbing kegiatan belajar peserta didik, dengan peserta didik semakin lama semakin
struktur tugas, tujuan dan penghargaan (reward). Peserta didik yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama (Ibrahim dkk, 2000:3).
teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta
didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai
pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik
bekerja dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Menurut Nur dan
Kardi (2003:24) model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajar materi
16
yang agak komplek yang dapat membantu guru untuk meencapai tujuan pembelajaran
berdimensikan sosial dan hubungan antar manusia, yang mana belajar kognitif-
1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin
berbeda-beda.
diberikan beberapa jenis pendekatan yaitu: STAD, JIGSAW, kelompok penyelidik dan
17
pendekatan struktur. Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000) ada empat pendekatan
yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk JIGSAW yang dikembangkan oleh Elliot
Aronson dkk, Investigasi kelompok yang dikembangkan oleh Thelan, dan pendekatan
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
tugas mereka.
5. Fase 5. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
18
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
I. Kerangka Berpikir
merupakan salah satu dari konsep fisika, dimana guru lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Suasana belajar yang tidak menggairahkan
dan menyenangkan bagi anak didik biasannya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar
mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk belama-lama dikursi mereka
masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan
pengajaran.
Landasan dari teori pembelajaran kooperatif antara lain teori belajar konstruktivis dan
teori belajar sosial oleh Piaget, Vygotsky, Dewey dan Slavin. Salah satu opsi untuk
meningkatkan berpikir kritis adalah e-Modul, hal ini sejalan dengan penelitian dan pendapat
beberapa ahli (Budiarti et al., 2016; Maslyni, Zaini, & Syahmani, 2018; Yunita et al., 2021).
J. Hipotesis Tindakan
hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan e-model maka berpikir kritis peserta
19
BAB III
METODE PENELITIAN
research), yang merupakan suatu proses dimana melalui proses ini diinginkan terjadinya
perbaikan, peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif yang bersifat alami dan ditampilakan sebagaimana adanya
sebagaimana terjadi secara alami melalui pengumpulan data latar belakang alami sebagai
sumber langsung dengan instrument kunci peneliti sendiri, sehingga dengan penelitian ini
adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisa dengan
pendekatan deskriptif.
20
Berikut beberapa pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli (Rochiati
dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memenuhi apa yang sedang
metode, media, teknik dan strategi pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan
dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan, sedangkan
siklus kedua merupakan pengulangan pertemuan siklus pertama yang belum tuntas.
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
sesuatu. dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk
mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih
efektif.
b. Pelaksanaan Tindakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang
perlu diingat adalah guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan
dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi,
21
agar sinkron dengan maksud semula.
pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan merupakan
dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan
Refleksi di sini terdiri dari 4 aspek, meliputi kegiatan analisis, sentesis, penafsiran
tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan, karena hasil refleksi
selanjutnya.
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
22
?
Gambar 1. Alur Kegiatan dalam Siklus PTK Suharsimi Arikunto, dkk (2010:16)
d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk
Mc Niff (Suharsimi Arikunto, 2010 : 106) menyatakan bahwa dasar utama bagi
dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah untuk perbaikan. Hal yang perlu
dihadapi guru di lapangan. Dengan demikian perbaikan yang dilakukan akan lebih efektif
pembelajaran di sekolah (Masnur, 2009:10). Jadi pada intinya PTK bertujuan untuk
memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran
23
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang
sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK sebagai berikut Suhardjono (Asrori, 2007:13):
a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah.
b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan (sustainable).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar dan peserta didik kelas VII
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan Nopember
D. Rencana Tindakan
dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, sehingga untuk 2 siklus terdapat 4 kali pertemuan.
Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
1. Perencanaan
24
Siklus 1
2. Menyusun LKS
Siklus 2
1. Membuat RPP materi gerak lurus untuk indikator ke 3, yaitu hubungan antara
2. Menyusun LKS
25
b. Pertemuan 2 (25 Nopember 2021):
1. Membuat RPP materi gerak lurus dengan indikator: hubungan gerak jatuh bebas
2. Menyusun LKS
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus 1
a. Pertemuan 1:
kegiatan pra Proses Belajar Mengajar (PBM), kegiatan awal, inti dan akhir PBM
b. Pertemuan 2:
Siklus 2
1. Pertemuan 1:
2. Pertemuan 2:
26
3. Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan atau observasi dilakukan selama PBM berlangsung, baik pada siklus
dengan e-Modul sesuai dengan RPP yang telah disusun. Selama PBM, observer akan
mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dan guru baik positif
maupun negatif, menggunakan lembar observasi dari Borich serta diikuti dengan evaluasi
yang relevan. Catatan dari observer akan disampaikan pada peneliti, kemudian
didiskusikan agar bisa diperbaiki pada siklus berikutnya. Evaluasi dilakukan di akhir
setiap siklus. Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dianalisis untuk menentukan
keberhasilan tindakan.
4. Refleksi
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator
yang dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta
lembar observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti
dapat merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauh mana kegiatan
yang dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berpikir kritis peserta
didik pada materi kalor dan perpindahnnya. Hasil analisis data akan dipergunakan
27
dan Guru
Tes Hasil Belajar Hasil Belajar Tes Tertulis Kuantitatif
Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Tingkat aktivitas peserta
f
P= x 100%
N
(Sudijono, 2010)
Tingkat aktifitas guru yang semula berupa skor atau nilai hanya merupakan
langkah awal, data kuantitatif tersebut harus diubah menjadi data kualitatif dengan
Oleh karena itu, data hasil penelitian yang berupa bilangan harus diubah menjadi
sebuah predikat yaitu amat baik, baik, cukup, dan kurang, dengan kriteria sebagai berikut:
28
Tingkat hasil belajar peserta didik secara individu dianalisis dengan melihat hasil
kuis peserta didik, yang dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada
materi gerak lurus yaitu sebesar 65. Sedangkan tingkat hasil belajar peserta didik secara
G. Indikator Keberhasilan
a. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dari siklus 1 ke siklus berikutnya atau
dengan e-Modul.
b. Terjadi peningkatan aktivitas guru dari siklus 1 ke siklus berikutnya atau minimal
Ketuntasan belajar peserta didik secara individu mencapai nilai KKM atau dengan nilai ≥65 dan
ketuntasan secara klasikal mencapai ≥85%.
29
BAB IV
A. Siklus I
sebagai berikut:
a. Menyusun RPP dengan materi gerak pada KD menganalisis data percobaan kalor dan
c. Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta
30
e. Membuat alat evaluasi pembelajaran berupa tes disetiap pertemuan dan tes pada akhir
siklus beserta kunci jawabannya. Soal tes akhir siklus berupa soal uraian.
h. Menetapkan 2 orang observer yaitu Anikmah, M.Pd (mengamati aktivitas Guru) dan
perbedaan nilai ulangan peserta didik sebelumnya dan jenis kelamin peserta didik.
kehadiran peserta didik. Pada pertemuan ini, 33 orang pesreta didik kelas VII
Guru menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan dan
31
Tahap II Kegiatan Inti (90 menit)
Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati dan
membaca bahan yang ada di Flipbook e-Modul melalui media wa group. Mereka
diberi bahan bacaaan sebelum materi terkait Konsep kalor. Peserta didik disajikan
gambar motivasi yang berhubungan dengan proses pembekuan dan penguapan air.
Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi konsep kalor. Disajikan dalam
peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait
32
Guru membimbing peserta didik untuk membuat
tertulis/tugas 1.
kehadiran peserta didik. Pada pertemuan ini, ada 1 orang peserta didik yang
tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan dan manfaat) dengan mempelajari
hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode
Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati dan
Mereka diberi bahan bacaaan sebelum materi terkait konsep hubungan kalor
33
dan perubahan suhu benda. Peserta didik disajikan gambar motivasi yang
factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap
berkaitan dengan materi konsep hubungan kalor dan perubahan suhu benda.
dan melakukan diskusi sesuai arahan yang ada di Flipbook e-Modul untuk
kalor dan perubahan suhu benda. Peserta didik kemudian diberi kesempatan
34
Pada tahap ini dilakukan observasi selama pembelajaran berlangsung. Observasi
dilakukan oleh 2 orang observer, yaitu Anikmah, M.Pd (mengamati aktivitas Guru) dan
observer mengamati aktivitas peserta didik dan guru dengan menggunakan lembar
Evaluasi dilakukan di akhir setiap pertemuan semua peserta didik hadir untuk
melaksanakan evaluasi. Guru mengatur tempat duduk peserta didik agar tidak terlalu
berdekatan dengan bangku temannya. Guru meminta peserta didik untuk memasukkan
semua buku ataupun peralatan lainnya, yang ada di meja peserta didik hanyalah alat tulis
menulis saja. Guru membagikan soal-soal evaluasi pada setiap pertemuan dengan
mendatangi bangku peserta didik satu per satu. Kemudian guru memberikan aba-aba
bahwa peserta didik sudah bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan teliti dan berhati-
hati. Guru menginformasikan bahwa waktu untuk mengerjakan soal adalah 30 menit.
Bagi peserta didik yang ketahuan mencontek, nilai peserta didik akan dikurangi. Jawaban
ditulis langsung di lembar soal. Selama evaluasi berlangsung, guru selalu mengawasi
peserta didik dan beberapa kali berjalan mengelilingi semua peserta didik. Lembar soal
dikumpulkan secara estafet dari belakang setelah peserta didik mengerjakan soal-soal
evaluasi. Guru membahas soal-soal yang dianggap sulit untuk dikerjakan peserta didik.
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 1:
35
% Predikat % Predikat
Ahmad Angga
2
Saputra 45% Cukup 45% Cukup
M. Ade Rizki
11
Alparizie 55% Aktif 60% Aktif
Maldini Haryadi
19
Saputra 45% Cukup 55% Aktif
36
23 Natasya fitri 40% Cukup 60% Aktif
semua aktivitas peserta didik masih memperoleh predikat Cukup dan Aktif dan rata-rata
yang diperoleh 49% dimana masuk dalam perdikat Cukup. Ini di sebabkan peserta didik
masih canggung dengan model yang diterapkan oleh guru. Pada pertemuan 2 aktivitas
peserta didik sudah mengalami peningkatan, dilihat dari perolehan sudah ada 3 peserta
didik yang memperoleh predikat Sangat Aktif dan 8 peserta didik mendapat predikat
cukup dan sisanya mendapat predikat Aktif, dari pertemuan 1 dan 2 aktivitas peserta
didik sudah mengalami peningkatan dari 49% meningkat menjadi 62% dalam kreteria
Aktif.
37
2. Hasil observasi aktivitas Guru pada siklus 1 Pertemuan 1
1 Kegiatan Awal
2. Menyampaikan tujuan
2 3
pembelajaran
3. Menginformasikan pembelajaran
3 3
menggunakan e-Modul
2 Kegiatan Inti
3 Kegiatan Akhir
38
11. Membimbing peserta didik
1 4
menyimpulkan materi pelajaran
13.Memberikan PR 3 3
2 12 12 4 0 6 25 8
Keterangan :
Sangat Aktif 76% 100%
Aktif 51% - 75%
Cukup 26% - 50%
Kutang 0% - 25%
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa pada siklus 1, tingkat aktivitas guru telah
memperoleh 57% dengan predikat Aktif, meningkat pada pertemuan 2 menjadi 75%
dengan predikat Baik, aktivitas pembelajaran guru dari pertemuan 1 dan 2 mengalami
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa, persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
pada akhir siklus 1 adalah sebesar 73%, yang artinya 73% dari total seluruh peserta didik
memperoleh nilai di atas 65. Dari hasil ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik belum berhasil, karena persentase ketuntasan yang
telah diperoleh berada di bawah nilai ketuntasan pada keberhasilan tindakan, sehingga harus
diperbaiki pada siklus 2. Berdasarkan skor perkembangan masing-masing peserta didik yang
telah dikonversi menjadi skor kelompok, terdapat beberapa kelompok dengan kualifikasi
sebagai berikut:
40
Tabel 6. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok pada pembelajaran
siklus 1
15 – 19 Kelompok Baik 2 2 3
20 – 24 Kelompok Hebat 4 3 1
25 – 30 Kelompok Super 1 2 0
Untuk lebih jelasnya, tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik
4.5
4
3.5
3
2.5 Tanpa
2 Penghar-
1.5 gaan
Baik
1 Hebat
0.5 Super
0
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penghargaan kelompok yang
diperoleh peserta didik selama pembelajaran siklus 1 belum maksimal, karena pada akhir
siklus masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun yang
4. Tahap Refleksi
41
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator yang
dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta lembar
observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti dapat
merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauhmana kegiatan yang
dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi gerak.
Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
pembelajaran pada siklus 1 memperoleh predikat Cukup, sehingga pada siklus 2 harus
dipertahankan dan ditingkatkan agar lebih baik lagi. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
bahwa, hasil belajar peserta didik masih belum mencapai indikator keberhasilan, karena
hanya 73% peserta didik yang mencapai KKM. Jika dikaitkan dengan data pada tabel 3, hal
ini mungkin disebabkan oleh masih adanya beberapa aktivitas peserta didik yang masih
rendah yaitu dalam kategori cukup. Berdasarkan gambar 6, dapat diketahui bahwa tingkat
penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik selama pembelajaran siklus 1 belum
maksimal, karena pada akhir siklus masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak
Sehingga dengan demikian, pada siklus 2, ke-4 aktivitas peserta didik tersebut harus
diperbaiki dengan cara; (1) guru menekankan informasi tentang cara belajar kelompok dalam
menggunakan e-Modul, agar peserta didik dapat melaksanakan peran memimpin anggota
42
kelompoknya atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara
acak, (3) untuk mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, serta memotivasi peserta
didik dalam memberi pendapat dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing peserta
didik dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda, jika ada teman dalam kelompoknya
yang kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu, agar soal
yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan,
maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya
mengenai soal yang telah diselesaikannya. Kerjasama ini sangat penting dilakukan oleh
setiap anggota kelompok, agar saat guru memberikan soal secara acak, setiap anggota
kelompoknya dapat menjawab dengan benar, sehingga dapat memperoleh bintang untuk
kelompoknya. Bagi kelompok yang memperoleh bintang paling banyak akan diberikan
hadiah.
B. Siklus 2
Tahap perencanaan tindakan pada siklus ke-2 ini dirancang agar dapat
a. Menyusun RPP materi Gerak Lurus, Pada RPP siklus 2 ini, terdapat beberapa tindakan
perbaikan oleh guru yang sengaja dirancang agar dapat meningkatkan motivasi peserta
b. Menyusun LKS
c. Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta
43
d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan
e. Membuat alat evaluasi pembelajaran berupa tes disetiap pertemuan dan tes pada akhir
siklus beserta kunci jawabannya. Soal tes akhir siklus berupa 4 soal uraian
Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
peserta didik. Pada pertemuan ini, semua peserta didik kelas VII yang berjumlah 33
penghargaan di papan tulis untuk menempelkan bintang yang diperoleh peserta didik.
yang aktif dalam menjawab pertanyaan dari setiap kelompok, Guru menyajikan
proses terjadinya hubungan kalor dengan perubahan wujud yang asalnya makanan
pada cara belajar kelompok dalam kegiatan diskusi pada e-Modul agar peserta didik
44
kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk
kelompoknya, atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh
guru secara acak. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, guru
predikat terbaik pada pertemuan ke-2 dan evaluasi siklus 1 yang lalu,
Guru menyajikan materi Gerak selama ±15 menit dengan menggunakan media
kelompok pada pembelajaran siklus 2, masih sama dengan anggota kelompok pada
pembelajaran siklus 1, begitu pula dengan tempat duduk peserta didik yang dibuat
saling berhadapan. Guru kemudian membagikan LKS sebagai panduan bagi peserta
peserta didik dalam memberi dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing
peserta didik dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda, jika ada teman dalam
kelompoknya yang kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus
membantu, agar soal yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua
soal berhasil diselesaikan, maka setiap anggota kelompok secara bergiliran harus
kelompok, agar saat guru memberikan soal secara acak, setiap anggota kelompoknya
45
dapat menjawab dengan benar, sehingga dapat memperoleh bintang untuk
kelompoknya.
Pada saat mengerjakan soal-soal di LKS, peserta didik sangat antusias bertanya
baik kepada teman maupun guru, sampai tidak terasa bahwa waktu pembelajaran
hampir berakhir. Akibatnya alokasi waktu yang semula disediakan untuk mengecek
jawaban peserta didik tidak sempat dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka
setelah peserta didik selesai berdiskusi, guru langsung meminta peserta didik untuk
mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan, untuk diberikan penilaian oleh guru,
Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran
peserta didik. Pada pertemuan ini, semua peserta didik hadir dan mengikuti
kalor dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi, bagi peserta didik yang
46
Selanjutnya guru menyampaikan tentang konsep perpindahan kalor, sesuai
lebih menekankan pada cara belajar kelompok agar peserta didik mau
dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak.
predikat terbaik dan kelompok dengan jumlah bintang paling banyak pada
Guru menyajikan materi tentang gerak jatuh bebas selama ±15 menit,
kelompok peserta didik pada pertemuan ke-4 sama dengan anggota kelompok
pada pertemuan sebelumnya, begitu pula dengan tempat duduk peserta didik
47
selama 10 menit. Sehingga untuk menganalisis perpindahan kalor secara
radiasi, diperlukan waktu diskusi selama 40 menit. Setiap peserta didik secara
kepada peserta didik terhadap masalah yang ada di LKS 4 secara acak dan
peserta didik.
pada pertemuan 1 siklus 2 dilakukan oleh 2 orang observer, yaitu Nani Herawati, S.Pd dan
peserta didik dan guru dengan menggunakan lembar observasi. Catatan dari observer akan
berikutnya.
Pada evaluasi siklus 2 yang dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2021 di kelas
VII, semua peserta didik hadir untuk mengikuti evaluasi. Guru mengatur tempat duduk
48
peserta didik dan meminta peserta didik untuk memasukkan semua buku ataupun peralatan
lainnya, kecuali alat tulis menulis. Guru membagikan soal-soal evaluasi siklus 2 dengan
mendatangi bangku peserta didik satu per satu. Kemudian memberikan aba-aba bahwa
peserta didik sudah bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan teliti dan berhati-hati, serta
menginformasikan bahwa waktu untuk mengerjakan soal adalah 45 menit. Bagi peserta
didik yang ketahuan mencontek, nilai peserta didik akan dikurangi. Jawaban ditulis langsung
di lembar soal. Selama evaluasi berlangsung, guru selalu mengawasi peserta didik dan
beberapa kali berjalan mengelilingi semua peserta didik. Lembar soal dikumpulkan secara
estafet dari belakang setelah peserta didik mengerjakan soal-soal evaluasi. Guru membahas
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 2 yang
Tabel 7. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 2 Pertemuan 1dan 2
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No Nama Peserta didik
% Predikat % Predikat
Ahmad Angga
2
Saputra 45% Cukup 55% Aktif
49
8 Fatya Hastari 75% Aktif 80% Sangat Aktif
M. Ade Rizki
11
Alparizie 60% Aktif 65% Aktif
Maldini Haryadi
19
Saputra 75% Cukup 95% Sangat Aktif
Riska Apriliani
27
Saputri 65% Aktif 90% Sangat Aktif
50
30 Suci Rahayu Lestari 70% Aktif 85% Sangat Aktif
hampir semua aktivitas peserta didik masih memperoleh predikat Aktif dan dan ada
beberapa peserta didik yang mendapat predikat Sangat Aktif dan rata-rata yang
diperoleh 70% dimana masuk dalam perdikat Aktif. Pada pertemuan 2 aktivitas peserta
didik sudah mengalami peningkatan, dilihat dari perolehan sudah ada 7peserta didik yang
memperoleh predikar Aktif dan 27 peserta didik mendapat perikat Sangat Aktif, dari
pertemuan 1 dan 2 aktivitas peserta didik sudah mengalami peningkatan dari 70%
meningkat menjadi 81% dalam kreterian Sangat Aktif Ini di sebabkan peserta didik
sudah tidak canggung dan sudah paham dengan model yang diterapakan oleh guru
menggunakan e-Modul.
51
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kegiatan Awal
4 4
1. Memberikan apersepsi dan motivasi
4 4
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Menginformasikan pembelajaran 4 4
menggunakan e-Modul
2 Kegiatan Inti
4 4
4. Menyajikan materi gerak
5. Mengorganisir peserta didik ke dalam 8 3 3
kelompok kecil yang heterogen
2 3
6. Meminta peserta didik mempelajari LKS1
7. Membimbing peserta didik melaksanakan 4 4
praktikum
8. Mengamati aktivitas peserta didik selama 2 3
praktikum berlangsung
9. Membimbing peserta didik untuk 4 4
mendiskusikan data hasil praktikum
10. Melakukan penilaian terhadap jawaban 4 4
peserta didik
3 Kegiatan Akhir
Keterangan :
Sangat Aktif 76% 100% Aktif 51% - 75%
Cukup 26% - 50% Kutang 0% - 25%
52
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus 21, tingkat aktivitas guru telah
memperoleh 87% dengan predikat Sangat Aktif, meningkat pada pertemuan 2 menjadi
92% dengan predikat Sangat Aktif, aktivitas pembelajaran guru dari pertemuan 1 dan 2
53
23 80 67 67 87
24 74 83 100 76
25 77 83 100 81
7 26 84 50 67 93
27 84 50 83 88
28 89 67 83 91
29 55 33 33 56
8 30 73 50 100 88
31 92 50 100 100
32 35 67 83 74
33 71 83 50 84
Peserta didik yang 24 22 29 30
tuntas
Persentase 24 x100% = 22x100%= 29x100%= 30x100%=
ketuntasan 73% 67% 88% 91%
33 33 33 33
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa, persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik
pada akhir siklus 2 adalah sebesar 91%, yang artinya 91% dari total seluruh peserta didik
memperoleh nilai di atas 65. Dari hasil ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik sudah berhasil, karena persentase ketuntasan yang telah
sebagai berikut :
Tabel 10. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok pada pembelajaran siklus 2
15 – 19 Kelompok Baik 1 0 3
54
20 – 24 Kelompok Hebat 2 3 2
25 – 30 Kelompok Super 1 3 1
Untuk lebih jelasnya, tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik
4.5
4
3.5
3
2.5 Tanpa Peng-
2 hargaan
1.5 Baik
1 Hebat
0.5 Super
0
Pertemuan Pertemuan Akhir Siklus
1 2 2
kelompok. Pada akhir siklus 2, materi yang diujikan lebih banyak, sehingga terjadi
4. Tahap Refleksi
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator yang
dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta lembar
55
observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti dapat
merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauhmana kegiatan yang
dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi gerak
lurus. Berdasarkan tabel 8, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 2 telah
keberhasilan, karena secara klasikal persentase ketuntasan peserta didik lebih dari 85%,
yaitu sebesar 91% yang dapat dilihat dari nilai evaluasi siklus 2. Hal ini berarti bahwa
perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru, terhadap aktivitas yang harus dilakukan oleh
peserta didik selama siklus 2, nampaknya berhasil dengan baik. Hal ini terkait dengan data
pada tabel 7, yang menunjukkan bahwa lebih dari 85% peserta didik telah melaksanakan
Selain itu, berdasarkan gambar 9 dapat pula diketahui bahwa penghargaan kelompok
yang diperoleh peserta didik selama siklus 2 mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan siklus 1. Pada akhir siklus 1 masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak
satupun kelompok memperoleh penghargaan super, sedangkan pada akhir siklus 2 hanya
C. Pembahasan
peningkatan aktivitas peserta didik, yang dilihat dari persentase keaktifannya. Seperti
56
Rata-Rata
90%
81%
80%
70%
70%
62%
60%
49%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Berdasarkan grafik diatas dapat di lihat bahwa tiap pertemuan hasil observasi
nilai yang diperoleh dari rata-rata 49% meningkat terus ke pertemuan 4 menjadi 81%.
Peningkatan aktivitas peserta didik ini terjadi karena pada pembelajaran setiap siklus,
guru melakukan beberapa tindakan perbaikan, yaitu; (1) guru menekankan informasi
tentang cara belajar kelompok dalam penggunaan e-Modul agar peserta didik dapat
dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak, (3) untuk mendorong
partisipasi peserta didik dalam diskusi, serta memotivasi peserta didik dalam memberi
pendapat dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing peserta didik dalam
kelompoknya diberikan soal yang berbeda. Jika ada teman dalam kelompoknya yang
kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu, agar soal yang
57
diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan,
maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya
Selama diskusi kelompok, dilakukan pengaturan waktu, agar setiap peserta didik
ini sangat penting dilakukan oleh setiap anggota kelompok, agar saat guru memberikan
soal secara acak, setiap anggota kelompoknya dapat menjawab dengan benar, sehingga
Suatu produk dikatakan efektif jika produk tersebut menunjukkan hasil sesuai
dengan tujuan dari penelitian penggunaan e-modul dengan kegiatan berbasis masalah
yang tentunya jika diterapkan akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Nilai
lebih dari e-modul pembelajaran adalah peserta didik dapat menyelesaikan soal evaluasi
yang mengacu pada kemampuan kognitif C3-C4 untuk meningkatkan berpikir kritis
peserta didik dengan sajikan pengantar konsep dengan memberikan contoh nyata.
Inti dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berpikir kritis sehingga
fokusnya akan tertuju pada hasil uji kompetensi. Tujuan akhirnya adalah untuk melihat
penelitian, e-modul pembelajaran berpikir kritis pada peserta didik dan mempunyai nilai
lebih dibandingkan buku pegangan peserta didik yang yang sudah ada.
58
Penelitian dilakukan pada kelas VIIA SMPN 1 Tanjung terlihat pembelajaran
Tingkat aktivitas
100% 92%
90% 87%
80% 75%
70%
58%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4
Dari tabel aktivitas guru dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru
yang dilihat dari nilai rata-rata keaktifan guru. Pada tiap pertemuanya, nilai rata-rata
keaktifan guru pada pertemuan 1 sebesar 58% dan terus mengalami peningkatan sampai
59
Dari tabel hasil belajar peserta didik juga dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada akhir siklus 1, hasil belajar peserta didik
didik secara klasikal kurang dari 85%, yaitu sebesar 73%. Sedangkan pada akhir siklus
2, hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan, karena persentase
ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal lebih dari 85%, yaitu sebesar 91%.
Peningkatan hasil belajar ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas peserta didik dan
guru, setelah adanya tindakan perbaikan selama pembelajaran siklus 2. Dalam hal
penghargaan kelompok peserta didik, terjadi peningkatan seperti pada grafik di bawah
ini:
Jumlah Kelompok
4.5
4
3.5
Gambar 3 5.
2.5 Tanpa Penghargaan
Grafik 2
Baik
1.5
tingkat 1 Hebat
0.5 Super
0
Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2
Pada akhir siklus 1 terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun
yang berada pada kualifikasi super, sedangkan pada akhir siklus 2, kelompok tanpa penghargaan
berkurang menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi kalor dan perpindahannya
menggunakan e-Modul dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, kualitas aktivitas guru dan
60
BAB V
A. Kesimpulan
1. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung melalui
penerapan e-Modul pada materi kalor dan perpindahannya, hasil observasi Aktivitas
peserta didik mengalami peningkatan dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4, di mana nilai
yang diperoleh dari rata-rata 49% meningkat terus ke pertemuan 4 menjadi 81%..
2. Terjadi peningkatan aktivitas guru melalui penerapan e-Modul pada materi kalor dan
perpindahannya, dari nilai rata-rata keaktifan guru pada pertemuan 1 sebesar 58% dan
terus mengalami peningkatan sampai pada pertemuan 4 yakni sebesar 92%. dengan
3. Terjadi pula peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung
melalui penerapan e-Modul pada materi kalor dan perpindahannya, dari persentase
ketuntasan belajar sebesar 73% pada siklus 1, meningkat menjadi 91% pada siklus 2.
61
Demikian pula dengan tingkat penghargaan kelompok peserta didik, pada siklus 1
terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun yang berada
pada kualifikasi super, sedangkan pada siklus 2, kelompok tanpa penghargaan berkurang
menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.
B. Saran
1. Pada sekolah, hendaknya menggunakan e-Modul sebagai salah satu media pembelajaran
pembelajaran IPA yang peneliti lakukan memperhatikan sinya yang cukup saat proses
62
DAFTAR PUSTAKA
Asrizal, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2017). Analisis kebutuhan pengembangan e-modul
ipa terpadu bermuatan literasi era digital untuk pembelajaran peserta didik SMP kelas
VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 1(1), 1-8.
Conklin, W. (2011). Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Teacher
Created Materials.
Daryanto. (2014). Menyusun Modul. Yogyakarta: Gaya Media
Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pmbelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S.B & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
63
Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Press, Surabaya.
Kardi, S & Nur, M. 2003. Pengantar Pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. Universitas Press,
Surabaya.
Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMP Kelas VII Semester 1. Erlangga, Jakarta.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaka Rosda karya,
Bandung.
Nugraha, A., Subarkah, C., & Sari. (2015). Penggunaan E-Module Pembelajaran Pada Konsep
Sifat Koligatif Larutan Untuk Mengembangkan Literasi Kimia Siswa. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains, 201-204.
Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika sekolah Unesa, Surabaya.
Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.
64
-------- 2005. Strategi-strategi Belajar. Pusat Sains dan Matematika sekolah Unesa, Surabaya.
Ratumanan, TG. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Unesa University Press, Surabaya.
Sari, N. F., Ritonga, N., & Gultom, H. S. B. (2019). Analisis Kesulitan Belajar peserta didik
SMP Negeri Se-Kecamatan Medan Kota Pada Materi Biologi Melalui Peta
Konsep Dan Angket. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 5(2), 40-48.
Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung.
Suharsimi Arikunto, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Susilana, R., & Riyana, C. (2018). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan
dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.
65