You are on page 1of 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang terletak dalam pembelajaran harus

terdapat ranah pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, dan sikap. Psikologis dalam ranah-

ranah tersebut berbeda-beda. Sikap terlihat saat menerima, melakukan, menduga, dan

mempraktikkan, sedangkan wawasan didapat dengan memikirkan, mempelajari, menggunakan,

menjabarkan, mencoba dan menciptakan, dan dengan mempelajari, bertanya, mencoba, menalar,

menunjukkan dan menciptakan keterampilan yang diperoleh. Peningkatan kualitas Pendidikan di

suatu negara sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dari zaman ke zaman dibarengi dengan

perkembangan teknologi agar dapat menghadapi tantangan globalisasi (Mulyasa, 2013).

Terdapat beberapa usaha sebagai peningkatan mutu pendidikan sains di Indonesia

berdasarkan penelitian ilmiah, agar dapat mendapatkan solusi yang terbaik (Firman, 2014).

Keterampilan abad 21 harus dikuasai pada setiap orang untuk bisa berhasil menemui suatu

permasalahan dalam kehidupan. Keterampilan di abad 21 memang menjadi topik hangat yang

belakangan ini diperbincangkan. Tantangan guru untuk menemukan cara agar peserta didik

berhasil dalam pekerjaan dan kehidupan melalui keterampilan di abad ke-21. Penguatan

Pendidikan kepribadian di sekolah harus mampu mengembangkan pribadi peserta didik,

menjadikannya bijaksana, berfikir kreatif, mampu berinteraksi dan berkerjasama serta mampu

bertanding di abad 21. Hal ini sesuai dengan Collaboratively Skills. Keterampilan berpikir adalah

salah satu ilmu kehidupan (life skill) yang dapat mengembangkan melalui proses belajar

(Mendiknas, 2003). Berpikir kritis juga proses meracang, menyelidiki, menilai, dan membuat

informasi untuk menyelesaikan persoalan, memastikan tindakan, dan membuat kesimpulan.

1
Glaser mengartikan berpikir kritis adalah sikap untuk berpikir secara mendalam persoalan

pengalaman pribadi (Fisher, 2008). Glaser juga menerangkan berpikir kritis sebagai keterampilan

untuk berpikir logis. Facione (2015) berpikir kritis adalah berpikir yang bertujuan sebagai

pembuktian terhadap kasus, mengartikan apa yang terjadi, dan menangani persoalan. Manfaat

keterampilan berpikir kritis pada saat ini adalah meningkatkan penghargaan akdemik bagi

peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat (Conklin, 2011).

Keterampilan berpikir kritis peserta didik di Indonesia rendah. Maasawet (2010)

menyatakan 47% guru di SMP Samarinda belum mengembangkan keterampilan berpikir peserta

didik. Hasil wawancara dan observasi disusun guru masih tidak sesuai dengan tuntutan

kompetensi pembelajaran abad ke-21 dan kurikulum 2013 karena masih kesulitan dalam

mengembangkan e-modul. Hal ini sejalan dengan penelitian (Makhrus et al., 2018) hasil

penilaian e-modul yang dibuat guru berkisar antara 33% sampai 66% sehingga masih perlu

adanya perbaikan.

Materi ajar yang digunakan sudah memuat keterampilan berpikir kritis dalam penyajian

materinya, namun belum mencakup keseluruhan dimensi keterampilan berpikir kritis. Selain itu,

hasil penelitian (Sari et al., 2019) menunjukkan beberapa penyebab kesulitan peserta didik pada

mata pelajaran IPA SMP adalah: 1) kesulitan memahami buku pegangan sekolah sebesar

35,76%; 2) kurangnya media pembelajaran sebesar 10,22%; 3) kurangnya sumber buku lain

sebesar 5,84%. Salah satu solusi alternatif yang diberikan adalah adanya e-modul IPA yang dapat

dijadikan sebagai media pembelajaran bagi guru unrtuk melaksanakan perannya dalam proses

pembelajaran (Asrizal et al., 2017).

Hasil observasi pada SMPN 1 Tanjung mengarah pada proses belajar dan buku yang

dipakai belum terlihat mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik karena buku bersifat

2
umum yang dibuat hanya untuk memperoleh hasil belajar peserta didik. Padahal peserta didik

SMP sudah mampu untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan (Shalihah, 2021).

Hasil analisis terhadap nilai Ujian Sekolah tahun 2019 pada materi IPA menunjukkan persentase

peserta didik yang menjawab benar masih tergolong rendah, yakni: (1) pengukuran, zat, dan

sifatnya sebesar 34,13%; (2) mekanika dan tata surya sebesar 42,90%; (3) gelombang, listrik dan

magnet sebesar 36,42%; (4) makhluk hidup dan lingkungannya sebesar 51,74%; dan (5) struktur

dan fungsi makhluk hidup sebesar 54,12%. Hasil Ujian Sekolah SMP/MTs pada mata pelajaran

IPA di kota Tanjung tergolong rendah dengan nilai rata-rata 43,86 pada tahun 2019.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah dengan

menggunakan e-modul dalam pembelajaran. Modul adalah seperangkat e-modul yang disajikan

secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar berdasarkan kompetensi dasar atau indikator

pencapaian kompetensi, dengan dilengkapi petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional)

sehingga peserta didik dapat mengontrol dan mengevaluasi belajar baik dengan atau tanpa

fasilitator atau guru. Hasil penelitian (Florentina Turnip & Karyono, 2021) penggunaan e-modul

dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Hasil penelitian lainnya seperti

(Hariyani, 2019) penggunaan e-modul dalam pembelajaran dapat memperdayakan dan

meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan

mengembangkan e-modul yang mampu meningkatkan peserta didik untuk berpikir kritis. E-

modul mentransfer peserta didik dari pengalaman sehari-hari ke materi fisik merupakan bagian

integral dari pembelajaran fisika. Fokus pembelajaran authentic learning pada situasi dunia

nyata, masalah kompleks dan solusinya, aktivitas berbasis masalah, studi kasus, dan partisipasi

dalam praktik individu dakelompok menurut Ridho (2020) hal tersebut sejalan dengan Lombardi

3
bahwa pengembangan bahan ajar dengan menggunakan pendekatan authentic learning dapat

digunakan dengan baik dan mampu meningkatkan sehingga authentic learning dapat

diaplikasikan didalam pembelajaran dikelas.

Salah satu fokus authentik learning adalah kegiatan berbasis masalah yang tentunya jika

diterapkan akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Berpikir kritis juga

melatihkan peserta didik berpikir logis dan tidak menerima sesuatu dengan mudah. Kemampuan

berpikir kritis berbeda-beda pada setiap peserta didik, Secara teori, antusiasme peserta didik

dalam menanggapi persoalan yang diajukan oleh guru masih terbatas, namun belum

memperlihatkan perkembangan berdasarkan kemampuannya. Selain itu, beberapa peserta didik

masih mengalami kesulitan dalam bekerja dalam kelompok, berkomunikasi, memecahkan

masalah saat menyelesaikan contoh soal secara praktis, dan belum memberi jalan keluar yang

tepat pada persoalan.

Penelitian ini juga menerapkan topik kalor dan perpindahannya yang erat kaitannya

dengan kehidupan nyata sehari-hari. Topik kalor dan perpindahnnya yang berkaitan dengan

peristiwa kalor dan perpindahnnya dapat dengan mudah dijumpai pada lingkungan. Berdasarkan

pengamatan pada tahun sebelumnya terutama bidang studi pendidikan fisika di SMP Negeri 1

Tanjung,yang mana dapat dilihat bahwa banyak aktivitas peserta didik yang kurang perhatian

terhadap pembelajaran pada saat pelajaran berlangsung diantaranya yaitu ada yang berbicara

dengan teman dan tertidur pada saat pembelajaran. Oleh sebab itu untuk lebih mengoptimalkan

dan melibatkan keaktifan peserta didik bisa digunakan model pembelajaran kooperatif, dalam hal

ini yaitu pembelajaran menggunakan e-modul interaktif. Dengan model pembelajaran tersebut

diharapkan peserta didik dapat dikondisikan untuk aktif secara fisik dan mental serta diharapkan

terciptanya kesempatan bagi peserta didik untuk meningkatkan berpikir kritis peserta didik

4
terhadap proses pembelajaran melalui bahan ajar e-modul interaktif. Berdasarkan latar belakang

di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam “Upaya Meningkatkan Berpikir Kritis

Peserta didik pada materi Kalor dan Perpindahannya dengan menggunakan e-Modul kelas VII

SMP Negeri 1 Tanjung tahun pelajaran 2021 / 2022”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan e-Modul pada

materi kalor dan perpindahannya kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Tahun Pelajaran

2021/2022 ?

2. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah menggunakan e-Modul pada materi Kalor

dan Perpindahnnya kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung?

3. Bagaimana aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan e-Modul

pada materi Kalor dan Perpindahnnya kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung tahun Pelajaran

2021 / 2022?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan keefektifan e-Modul

dalam upaya meningkatkan berpikir kritis peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung

pada materi kalor dan perpindahnnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan e-

Modul pada materi kalor dan perpindahnnya.

2. Mendeskripsikan hasil belajar berpikir kritis peserta didik sesudah menggunakan e-

Modul pada materi kalor dan perpindahannya.

5
3. Mendeskripsikan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan e-

Modul pada materi kalor dan perpindahnnya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

(1) Peserta didik

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berpikir kritis peserta didik pada SMP Negeri

1 Tanjung sehingga dapat diterapakan pada peserta didik-siswi di kelas lainnya.

(2) Guru

Menambah motivasi guru untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola

pembelajaran, sehingga lebih menyenangkan dan mencerdaskan peserta didik serta bisa

dipakai oleh guru lainnya dalam mempraktekan pembelajaran.

(3) Sekolah

Untuk perbaikan pembelajaran dan peningkatan kualitas berpikir kritis peserta didik di

sekolah.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. E-Modul

E-modul adalah salah satu media pembelajaran yang menggunakan computer dalam

menyampaikan tulisan, foto, grafik, animasi, audio, dan video selama pembelajaran

berlangsung (Nugraha et al., 2015). E-modul selain menggunakan media bersifat dua dimensi,

seperti modul cetak. E-modul atau dikenal sekarang dengan istilah multimedia interaktif

dikarenakan terdapat berbagai macam jenis media yang disajikan pada saat pembelajaran.

E-modul adalah berisi materi, metode, masalah, dan evaluasi dirancang sedemikian

rupa seperti menarik dan sistematis berharapkan agar tercapainya kompetensi pada tingkat

kerumitannya dengan cara elektronik (Imansari & Sunaryantiningsih, 2017). E-modul adalah

sajian info dengan berbagai bentuk kemudian ditampilkan menggunakan computer atau

smarthphone berbantuan elektronik. Berdasarkan konsep, tidak terdapat perbedaan pada

modul cetak dan modul elektronik (e-modul). Modul berbasis cetak juga terdapat di dalam e-

modul, terdiri dari tujuan, petunjuk penggunaan, materi, lembar kerja, evaluasi dan lain-lain.

Perbedaan dapat terlihat secara fisik dalam penyajiannya. Pada modul, terdapat

kertas berguna bahan cetak, adapun pada e-modul maka dibutuhkannya perangkat computer

berfungsi untuk menjalankannya. (Susilana & Riyana, 2018) dalam proses belajar sehingga

membuthkan komputer untuk bahan pembelajaran dam berfungsi pada alat bantu atau biasa

disebut sebagai Computer Based Instruction (CBI). CBI adalah komputer sebagai alat bantu d

alam proses belajar, berisi materi pembelajaran sudah dibuat dan diprogram guna

mempermudah peserta didik belajar mandiri. Jika dilihat dari manfaat e-modul bisa membuat

7
pembelajaran menjadi lebih menarik, interaktif, serta bisa dilakukan dimana saja dan kapan

saja akibatnya kualitas pembelajaran meningkat.

Penjelasan-penjelasan sebelumnya menunjukkan bahwa e-modul disimpulkan

bahwa suatu perangkat pembelajaran kemudian disusun secara sistematis, interaktif, dengan

bantuan program komputer sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar sebagai pencapaian

tujuan pembelajaran/kompetensi pembelajaran.

B. Karakteristik E-Modul

Dalam penyusunan sebuah e-modul tertentu harus memperhatikan karakteristik e-m

odul. Karakteristik dalam persiapan e-modul perlu diperhatikan dengan baik. Bahwa e-modul

dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan agar mampu menghasilkan e-mo

dul yang dapat meningkatkan motivasi penggunanya. Menurut Daryanto, (2014) sebelum

mengembangkan e-modul maka harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu stand alone,

user frinedly, self contained, self instruction dan adaptip.

a. Self Instruction (instruksional), mampu mengarahkan peserta didik belajar mandiri. self inst

ructional pada e-modul mencantumkan:

(1) Dibuat pada kegiatan spesifik akibatnya mempermudah peserta didik belajar dengan

tuntas.

(2) Memberikan contoh dan ilustrasi berfungsi untuk mendukung penjelasan suatu materi

pembelajaran.

(3) Memberikan tugas berupa soal latihan dan sejenisnya guna memudahkan peserta

didik untuk merespon serta menambah pengusaannya.

(4) Kontekstual maksudnya materi yang disampaikan berhubungan langsung dengan

lingkungan peserta didik.

8
(5) Menyajikan instrumen berguna untuk mengukur penguasaan tingkatan materi.

(6) Tersedia informasi serta referensi untuk mendukung pembelajaran contohnya berupa

materi.

b. Self Contained (serba lengkap), maksudnya pada materi pembelajaran terdapat satu kompet

ensi akan dipelajari dan tertera pada e-modul seutuhnya. Tujuannya adalah menambah

kesempatan pada peserta didik untuk memperdalam serta belajar secara tuntas pada materi

tersebut, didukung oleh materi yang sudah dimasukkan menjadi satu kesatuan.

c. Stand Alone (berdiri sendiri), e-modul yang akan dikembangkan tentu tidak memiliki

ketergantungan oleh media lain. E-modul ini akan memudahkan peserta didik tidak harus

menggunakan media tambahan dalam melaksanak pembelajaran serta mengerjakan tugas

dalam e-modul tersebut.

d. Adaptive (adaptif), berdaya adatif yang tinggi bercermin pada perkembangan teknologi dan

ilmu. E-modul akan disebut adatif jika telah mengikuti dan menyesuaikan dengan perkemba

ngan teknolgi dan ilmu pengetahuan, dan fleksibel untuk digunakan.

e. User Friendly (bersahabat), diharapkan dapat bersahabat dalam pembacanya. Setiap informa

si telah sajikan hendaknya membantu atau bersahabat dengan peserta didik, termasuk kemud

ahan peserta didik dalam menngakses dan merespon. Pemakaian bahasa cukup sederhana,

akan mempermudah untuk dimengerti mudah dimengerti dengan berbagai istilah umum

yang digunakan hal ini merupakan salah satu usaha untuk bentuk bersahabat.

C. Karakteristik Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti peserta didik di kelas VII SMP Negeri

1 Tanjung mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari 33 orang yaitu 17 orang

prempuan dan 16 orang laki-laki. Rata-rata setiap peserta didik berumur kurang lebih 12

9
sampai 13 tahun, dan pada masa seperti ini merupakan masa awal remaja, dimana peserta

didik cenderung lebih banyak memerlukan bimbingan dalam pembelajaran sehingga

diperlukan adanya strategi pembelajaran yang efesien dan efektif untuk meningkatkan hasil

belajar berpikir kritis peserta didik.

Peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung cenderung pasif dalam mengeluarkan

pertanyaan atau ide dalam pembelajaran hanya sebagian peserta didik yang tergolong

mempunyai prestasi akademik yang lebih bagus, tetapi peserta didik kurang bisa

menyampaikan atau menuangkan gagasan mereka dengan kata-kata sendiri. Dalam

pengertian berpikir kritis peserta didik masih rendah.

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Pikiran diartikan sebagai kondisi admissibility control diantara berbagai ilmu. Akal

adalah suatu kekuatan bisa mengendalikan pikiran. Pada saat yang sama, berpikir artinya

menyatukan potongan-potongan pengetahuan diperoleh manusia. Berpikir adalah proses

untuk menentukan suatu hubungan memiliki makna dengan berbagai aspek pengetahuan.

Adapun aktivitas berpikir berbentuk pada tingkah laku simbolis, karena aktivitas

berhubungan pergantian hal-hal konkrit. Berpikir kritis ialah berpikir dengan menekankan

pada pengambilan keputusan serta memiliki alasan (King et al., 2002).

Berpikir merupakan suatu proses dinamis ditempuh dengan tiga langkah berpikir,

yakni: (1) pembentukan pengertian dilalui oleh proses mendeskripsikan ciri-ciri objek

sejenis, mengkalisfikasi ciri-ciri yang sama, mengabstraksi serta menyeleksi, mengganggap

ciri-ciri yang hakiki, dan membuang; (2) pembentukan pendapat, maksudnya menggunakan

hubungan dengan dua buah pengertian serta lebih kemudian dirumuskan secara verbal

berupa pendapat menerima, menolak, dan asumatif yakni kemungkinan untuk memberi

10
ungakapan pada ciri-ciri sesuatu hal; dan (3) pembentukan keputusan, yakni suatu

kesimpulan diambil dalam bentuk pengambilan keputusan baru berasal dari beberapa

pendapat yang telah ada (Sagala, 2007). Peter Reason menyebutkan bahwa berpikir

merupakan suatu proses mental pada seseorang agar lebih sekedar memori serta

pemahaman. Memahami dan mengingat bersifat pasif bersifat dari pada berfikir (Sanjaya,

2008). Berpikir menyebabkan seseorang wajib bergerak sampai di luar informasi yang

dipahaminya dan diingat.

Konsep pembelajaran sepanjang hayat berarti penting, hal ini dikarenakan individu

bisa memperbarui pengetahuan sebelumnya dalam proses pembelajaran sebagai pusatnya.

Ada delapan keterampilan bersifat umum pada pendidikan modern, yakni: berfikir kreatif,

berfikir kritis, penelitian tanya jawab, komunikasi ilmiah, pemecahkan masalah,

kewiraswastaan, penggunaan teklnologi informasi, dan penggunaan bahasa tepat dan efektif

(Arkün & Akkoyunlu, 2008). Kurlik dan Rudnick adaptasi (Saefudin, 2012) mengemukakan

bahwa berpikir merupakan bagian dari penalaran di luar ingatan. Tingkatan keterampilan

berpikir ini dilihat pada Gambar 2.2

11
Gambar 2.2 Tingkatan keterampilan berpikir

Berpikir kritis maksudnya adalah proses memfasilitasi pembelajar agar dapat

memperoleh pengetahuan melewati masalah dan kerjasama / kolaborasi. Berpikir kritis

berpusat pada pembelajaran, tidak pada mencai informasi sendiri-sendiri. Keterampilan

melibatkan penemuan tentang bagaimana cara untuk meneliti, membuat keputusan,

menyatukan, menciptakan dan menerapkan pengetahuan pada situasi dunia nyata.

Orlich, et al. (1998) mengemukakan kemampuan yang berhubungan pada berpikir

kritis efektif termasuk: (1) observasi; (2) identifikasi pola, hubungan, asumsi penyebab,

hubungan pengaruh-pengaruh, kesalahan logika dan bias; (3) merumuskan standar dan

klasifikasi; (4) perbandingan serta perbedaan, (5) interprestasi; (6) ringkasan; (7)

menganalisis serta meringkas; untuk hipotesis; (8) membedakan data relevan dan tidak.

Dalam hal ini, adapun tanda-tanda oranng berfikir kritis yaitu: (a) memiliki seperangkat

pikiran gagasan khusus sebagai pemulai gagasan, dan memiliki motivasi begitu kuat untuk

menyelesaikan masalah, (b) bersikap skeptis yakni tidak mudah menerima ide serta gagasan

kecuali sudah terbukti kebenarannya.

Facione (2012) menyebutkan berfikir kritis adalah proses dalam berfikir secara

terarah, beralasan, tepat, dan reflektif saat mengambil suatu keputusan agar dapat dipercaya.

Dari beberapa uraian sebelumnya, menunjukkan bahwa keterampilan berfikir kritis

merupakan kemampuan mengajukan pertanyaan, menganalisis dan memberikan ide,

observasi, mengajukan hipotesis, membuat induksi dan deduksi, membuat keputusan,

terakhir melakukan tindakan. Jadi keterampilan berfikir kritis adalah salah satu bentuk

tindak lanjut dari keterampilan.

12
Schfersman (1991) menjelaskan pemikiran lain dari keterampilan berpikir kritis

ditinjau dari pengetahuan, kemampuan, sikap, dan perilaku yaitu: (1) menunjukkan bukti

secara seimbang dan terampil; (2) secara ringkas serta koheren cara mengorganisasi pikiran

dan mengungkapkannya; (3) Kebenaran dinyatakan dengan logika, perbedaan antara valid

dan tidak valid; (4) belum cukup bukti sebagai pendukung keputusan untuk mengambil

keputusan; (5) memaknai pemahaman antara rasionalisasi dan penalaran; (6) mencoba

mengantisipasi asumsi dan tindakan alternatif; (7) memperlajari mendalam tentang maslaah

dan analogi; (8) kemampuan untuk belajar mandiri; (9) menerapkan teknik manajemen

masalah pada bidang yang belum dipelajari; (10) representasi pertanyaan dapat dibangun

dari informasi serupa melalui teknik formal; (11) perbedaan antara keyakinan dan validitas;

(12) menyadari fakta karena pemahaman memiliki keterbatasan; (13) mengakui

kemungkianan kekeliruan pendapat.

E. Komponen dan Indikator Keterampilan Berpikir kritis

Komponen dan indikator berpikir kritis menurut Ennis (1985) terlihat rincian data

yang diajukan. Komponen dan Indikator dari Keterampilan berpikir kritis menunjukkan

berfikir kritis dijelaskan bahwa suatu aktivitas yang dapat merumuskan masalah,

melaksanakan dedukasi, melaksanakan induksi, penentuan keputusan untuk melaksanakan

dan evaluasi. Adapun deskripsi dan proses indikator berfikir kritis menurut Perkins &

Murphy (2006) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Proses dan tahap serta Iidikator dalam berpikir kritis

Proses Deskripsi Indikator


Pengenalan Pengalaman, identifikasi atau
memusatkan pada isu, dilema, masalah,
kebingungan atau kegelisahan yang
menurut penyelidikan dan klasifikasi

13
lebih lanjut
Pemahaman Menyelidiki dan mengidentifikasi apa
yang berkaitan dengan isu, dilema,
masalah dan lain-lain
Analisis Pencarian klasifikasi secara
mendalam, mengorganisasi
pengetahuan yang dikenal,
mengidentifikasi
pengetahuan yang tidak
dikenal dan menganalisis
komponen dasar pada isu,
dilema, atau pun masalah
yang dihadapi
Evaluasi Menkritisi dan memutuskan
informasi, pengetahuan atau
pespektif
Penciptaan/ Memproduksi pengetahuan
sintesis baru, pespektif atau stategi
dalam menerapkannya.

F. Topik Kalor dan Perpindahannya

Topik kalor dan perpindahannya dalam kurikulum 2013 merupakan salah satu

materi dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dipelajari di SMP kelas VII

pada semester ganjil. Materi Kalor dan perpindahnnya terbagi menjadi beberapa pokok

bahasan yaitu, pengertian kalor dan perpindahan kalor. Untuk Kompetensi Dasar (KD) dari

topik kalor dan perpindahannya dalam kurikulum 2013.

Kalor dan perpindahannya meliputi fakta, konsep dan pengetahuan procedural yang

dapat diujicobakan (praktek), sehingga peserta didik dapat berperan aktif dalam pembelajaran,

bukan hanya berpusat pada guru. Dalam prakteknya materi tidak hanya memahami konsep

dan rumus, tetapi juga berkaitan dengan bagaimana mengumpulkan fakta terkait dan membuat

kesimpulan. Sehingga dibutuhkan model pembelajaran berfungsi untuk menguji konsep-

konsep yang terdapat pada topik tersebut melalui eksperimen. berbasis Authentic Learning

14
merupakan model pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis peserta didik.

G. Landasan Teoritik Pembelajaran Kooperatif

1. Teori piaget

Menurut piaget setiap individu pada saat tumbuh mulai bayi yang baru dilahirkan

sampai menginjak usia dewasa akan mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.

Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sensori motor (usia 0-2 tahun),

b. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)

c. Operasional konkrit (usia 7-12 tahun),

d. Operasional formal (usia 11-dewasa) (Sudibyo, 2003:9)

Menurut piaget, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa

besar anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini

implikasi penting dalam pembelajaran fisika dari piaget tersebut adalah sebagai berikut :

1) Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar

pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban peserta didik, guru harus

memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai jawaban tersebut.

2) Memperhatikan peranan dan inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan intelektual (Sudibyo, 2003:10).

2. Teori Vygotsky

15
Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran.

Vigotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani

tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan

kemampuannya. Ada dua implikasi utama teori Vigotsky dalam pembelajaran fisika.

Pertama adalah dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar

peserta didik, sehingga peserta didik dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit

dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif. Kedua,

pendekatan vigotsky dalam pengajaran menekankan kepada kegiatan guru dalam

membimbing kegiatan belajar peserta didik, dengan peserta didik semakin lama semakin

bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri (Sudijono, 2003:12).

H. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk pembelajaran yang didirikan oleh

struktur tugas, tujuan dan penghargaan (reward). Peserta didik yang bekerja dalam situasi

pembelajaran kooperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerjasama pada suatu tugas

bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Dalam penerapan pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling tergantung satu

sama lain untuk mencapai suatu penghargaan bersama (Ibrahim dkk, 2000:3).

Menurut Slavin (1994) dalam Nur (2005:24) pembelajaran kooperatif merupakan

teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu peserta

didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai

pemecahan masalah yang kompleks. Dalam model pembelajaran kooperatif, peserta didik

bekerja dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Menurut Nur dan

Kardi (2003:24) model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajar materi

16
yang agak komplek yang dapat membantu guru untuk meencapai tujuan pembelajaran

berdimensikan sosial dan hubungan antar manusia, yang mana belajar kognitif-

konstruktivitas dan teori belajar sosial.

Model pembelajaran kooperatif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin

berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim dkk, 2000:6).

Beberapa variabel pokok yang mempengaruhi hasil kerja kelompok adalah :

1. Kecerdasan individual yang terutama terbentuk kesanggupan mengerti, kemampuan

melihat kedepan, dan membuat rencana.

2. Hubungan emosional antara individu dengan individu.

3. Familiaritas dalam masalah yang menjadi perhatian kelompok.

4. Familiaritas akan metode-metode kerja kelompok.

5. Struktur kerja kelompok mengadakan pembagian kerja secara efisien, memotivasi

kelompok, menentukan besar kecilnya kelompok, keseimbagan antara tugas di luar

kelompok dan didalam kelompok (sunarti, 2003:28)

Menurut Slavin dalam kardi (2003:30) dalam model pembelajaran kooperatif

diberikan beberapa jenis pendekatan yaitu: STAD, JIGSAW, kelompok penyelidik dan

17
pendekatan struktur. Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000) ada empat pendekatan

dalam pembelajaran kooperatif yakni Student Teams Achievemenst Divisions (STAD)

yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dkk JIGSAW yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson dkk, Investigasi kelompok yang dikembangkan oleh Thelan, dan pendekatan

struktural yang dikembangkan oleh Specer kegan dkk.

Sintaks model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Fase 1. Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

2. Fase 2. Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demontrasi atau

lewat bahan bacaan.

3. Fase 3. Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4. Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan

tugas mereka.

5. Fase 5. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil bekerjanya.

6. Fase 6. Memberikan penghargaan

18
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar

individu dan kelompok (Muhammad, 2005:13).

I. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran fisika khususnya materi kalor dan perpindahnnya yang

merupakan salah satu dari konsep fisika, dimana guru lebih banyak menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Suasana belajar yang tidak menggairahkan

dan menyenangkan bagi anak didik biasannya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar

mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk belama-lama dikursi mereka

masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan

pengajaran.

Landasan dari teori pembelajaran kooperatif antara lain teori belajar konstruktivis dan

teori belajar sosial oleh Piaget, Vygotsky, Dewey dan Slavin. Salah satu opsi untuk

meningkatkan berpikir kritis adalah e-Modul, hal ini sejalan dengan penelitian dan pendapat

beberapa ahli (Budiarti et al., 2016; Maslyni, Zaini, & Syahmani, 2018; Yunita et al., 2021).

J. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teoritik dengan kerangka berpikir tersebut diatas maka

hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan e-model maka berpikir kritis peserta

didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung dapat ditingkatkan.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan (action

research), yang merupakan suatu proses dimana melalui proses ini diinginkan terjadinya

perbaikan, peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan kualitatif yang bersifat alami dan ditampilakan sebagaimana adanya

tanpa ada manipulasi perlakuan khusus terhadap objek penelitian.

Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa

sebagaimana terjadi secara alami melalui pengumpulan data latar belakang alami sebagai

sumber langsung dengan instrument kunci peneliti sendiri, sehingga dengan penelitian ini

adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisa dengan

pendekatan deskriptif.

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas.

20
Berikut beberapa pengertian penelitian tindakan kelas menurut para ahli (Rochiati

Wiriaatmadja, 2008:11) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang

dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memenuhi apa yang sedang

terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan jelas, merupakan tindakan

berulang, guru memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru misalnya

metode, media, teknik dan strategi pembelajaran. Pelaksanaan penelitian ini direncanakan

dalam dua siklus tindakan. Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan, sedangkan

siklus kedua merupakan pengulangan pertemuan siklus pertama yang belum tuntas.

Suharsimi Arikunto, dkk (2010:16) mengemukakan bahwa di dalam model penelitian

tindakan kelas terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan

sesuatu. dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk

mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak dengan lebih

efektif.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan

implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Hal yang

perlu diingat adalah guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan

dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat. Dalam refleksi,

keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara seksama

21
agar sinkron dengan maksud semula.

c. Pengamatan Tindakan (observing)

Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendukomentasikan pengaruh-

pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan merupakan

dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat

menceritakan keadaan yang sesungguhnya. dalam pengamatannya, hal-hal yang perlu

dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan

hambatan-hambatan yang muncul.

d. Refleksi terhadap tindakan (reflecting)

Refleksi di sini terdiri dari 4 aspek, meliputi kegiatan analisis, sentesis, penafsiran

(penginterpretasi), dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi

terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan unuk

memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian, penelitian

tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan, karena hasil refleksi

membutuhkan waktu untuk melakukannya dan sebagai planning untuk siklus

selanjutnya.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan


cermataan

Pengamatan
22

?
Gambar 1. Alur Kegiatan dalam Siklus PTK Suharsimi Arikunto, dkk (2010:16)

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Masnur (2009 : 12 ) merumuskan karakteristik PTK sebagai berikut :

a. Masalah PTK berawal dari guru

b. Tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran.

c. PTK adalah penelitian yang kolaboratif.

d. PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk

memperbaiki proses belajar di kelas.

e. PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan.

Mc Niff (Suharsimi Arikunto, 2010 : 106) menyatakan bahwa dasar utama bagi

dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah untuk perbaikan. Hal yang perlu

diingat bahwa penelitian tindakan kelas mengangkat masalah-masalah aktual yang

dihadapi guru di lapangan. Dengan demikian perbaikan yang dilakukan akan lebih efektif

untuk proses pembelajaran selanjutnya di kelas.

3. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah

pembelajaran di sekolah (Masnur, 2009:10). Jadi pada intinya PTK bertujuan untuk

memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran

23
di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan peserta didik yang

sedang belajar.

Secara lebih rinci, tujuan PTK sebagai berikut Suhardjono (Asrori, 2007:13):

a. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di

sekolah.

b. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan

pendidikan di dalam kelas.

c. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

d. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta

sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan (sustainable).

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar dan peserta didik kelas VII

SMP Negeri 1 Tanjung tahun pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 33 orang.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan Nopember

sampai Desember 2021, bertempat di SMP Negeri 1 Tanjung.

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus

dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, sehingga untuk 2 siklus terdapat 4 kali pertemuan.

Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan

refleksi. Semua kegiatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan

24
Siklus 1

a. Pertemuan 1 (03 Nopember 2021):

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi gerak lurus untuk

indikator ke 1, yaitu menyelesaikan soal permasalahan tentang kecepatan sesaat.

2. Menyusun Lembar Kerja Peserta didik (LKS) berupa petunjuk praktikum

3. Membuat instrumen tes individu

4. Menyiapkan lembar observasi

5. Menyiapkan alat dan bahan praktikum

b. Pertemuan 2 (10 Nopember 2021):

1. Membuat RPP materi gerak lurus untuk indikator ke 2, yaitu menunjukkan

hubungan antara kecepatan dan waktu gerak benda.

2. Menyusun LKS

3. Membuat instrumen tes individu

4. Menyiapkan lembar observasi

5. Menyiapkan alat bantu mengajar

Siklus 2

a. Pertemuan 1 (18 Nopember 2021)

1. Membuat RPP materi gerak lurus untuk indikator ke 3, yaitu hubungan antara

gerak partikel keatas dan partikel kebawah.

2. Menyusun LKS

3. Membuat instrumen tes individu

4. Menyiapkan lembar observasi

5. Menyiapkan alat bantu mengajar

25
b. Pertemuan 2 (25 Nopember 2021):

1. Membuat RPP materi gerak lurus dengan indikator: hubungan gerak jatuh bebas

dengan gaya gravitasi bumi.

2. Menyusun LKS

3. Membuat instrumen tes individu

4. Menyiapkan lembar observasi

5. Menyiapkan alat bantu mengajar

2. Pelaksanaan Tindakan

Siklus 1

a. Pertemuan 1:

Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP pada siklus 1 pertemuan 1, yang meliputi

kegiatan pra Proses Belajar Mengajar (PBM), kegiatan awal, inti dan akhir PBM

b. Pertemuan 2:

Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP pada siklus 1 pertemuan 2, yang meliputi

kegiatan pra PBM, kegiatan awal, inti dan akhir PBM

Siklus 2

1. Pertemuan 1:

Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP pada siklus 2 pertemuan 1, yang meliputi

kegiatan pra PBM, kegiatan awal, inti dan akhir PBM

2. Pertemuan 2:

Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP pada siklus 2 pertemuan 2, yang meliputi

kegiatan pra PBM, kegiatan awal, inti dan akhir PBM

26
3. Pengamatan dan Evaluasi

Pengamatan atau observasi dilakukan selama PBM berlangsung, baik pada siklus

1 maupun siklus 2 oleh 2 orang observer, sedangkan peneliti menerapkan pembelajaran

dengan e-Modul sesuai dengan RPP yang telah disusun. Selama PBM, observer akan

mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik dan guru baik positif

maupun negatif, menggunakan lembar observasi dari Borich serta diikuti dengan evaluasi

yang relevan. Catatan dari observer akan disampaikan pada peneliti, kemudian

didiskusikan agar bisa diperbaiki pada siklus berikutnya. Evaluasi dilakukan di akhir

setiap siklus. Hasil observasi dan evaluasi selanjutnya dianalisis untuk menentukan

keberhasilan tindakan.

4. Refleksi

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat dan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria

keberhasilan yang telah ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator

yang dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta

lembar observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti

dapat merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauh mana kegiatan

yang dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar berpikir kritis peserta

didik pada materi kalor dan perpindahnnya. Hasil analisis data akan dipergunakan

sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

E. Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber Data Data Instrumen Jenis Data


Peserta didik dan Aktivitas Lembar Observasi Kualitatif
Guru Peserta didik

27
dan Guru
Tes Hasil Belajar Hasil Belajar Tes Tertulis Kuantitatif

F. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Tingkat aktivitas peserta

didik dianalisis dengan teknik persentase, menggunakan rumus :

f
P= x 100%
N

(Sudijono, 2010)

Keterangan: f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya


N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P = angka persentase

Untuk tingkat aktifitas guru dihitung menggunakan rumus :

Tingkat Aktivitas = Skor perolehan x 100


Total skor

Tingkat aktifitas guru yang semula berupa skor atau nilai hanya merupakan

langkah awal, data kuantitatif tersebut harus diubah menjadi data kualitatif dengan

memberikan predikat yang menunjukkan pernyataan ukuran kualitas (Arikunto, 2000).

Oleh karena itu, data hasil penelitian yang berupa bilangan harus diubah menjadi

sebuah predikat yaitu amat baik, baik, cukup, dan kurang, dengan kriteria sebagai berikut:

Rentang Nilai Predikat


90 – 100 Amat Baik
75 – 89 Baik
60 – 74 Cukup
0 – 59 Kurang

28
Tingkat hasil belajar peserta didik secara individu dianalisis dengan melihat hasil

kuis peserta didik, yang dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada

materi gerak lurus yaitu sebesar 65. Sedangkan tingkat hasil belajar peserta didik secara

klasikal dianalisis dengan teknik persentase dari Sudijono (2010).

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil jika :

a. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik dari siklus 1 ke siklus berikutnya atau

sekurang-kurangnya 85% peserta didik telah melaksanakan aktivitas yang dihubungkan

dengan e-Modul.

b. Terjadi peningkatan aktivitas guru dari siklus 1 ke siklus berikutnya atau minimal

mendapatkan predikat baik

Ketuntasan belajar peserta didik secara individu mencapai nilai KKM atau dengan nilai ≥65 dan
ketuntasan secara klasikal mencapai ≥85%.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Siklus I

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan dilaksanakan peneliti dengan melakukan hal-hal

sebagai berikut:

a. Menyusun RPP dengan materi gerak pada KD menganalisis data percobaan kalor dan

perpindahnnya serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menyusun e-Modul dan LKS

c. Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta

didik selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan e-Modul.

d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan menggunakan e-Modul.

30
e. Membuat alat evaluasi pembelajaran berupa tes disetiap pertemuan dan tes pada akhir

siklus beserta kunci jawabannya. Soal tes akhir siklus berupa soal uraian.

f. Menyiapkan link e-Modul untuk pembelajaran pada pertemuan 1 siklus 1

g. Membagi kelas menjadi 8 kelompok yang heterogen

h. Menetapkan 2 orang observer yaitu Anikmah, M.Pd (mengamati aktivitas Guru) dan

Miranti, SP. (mengamati Aktivitas Peserta didik)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan 1 (03 Nopember 2021 / 120 menit)

Pertemuan 1 siklus 1 dilaksanakan di laboratorium Fisika, SMP Negeri 1

Tanjung. Peserta didik dibagi menjadi 8 kelompok yang heterogen berdasarkan

perbedaan nilai ulangan peserta didik sebelumnya dan jenis kelamin peserta didik.

Tahap I Kegiatan Awal (15 menit)

Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek

kehadiran peserta didik. Pada pertemuan ini, 33 orang pesreta didik kelas VII

yang dapat mengikuti pembelajaran adalah 29 orang, guru mengaitkan

materi/tema kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman

peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya serta mengajukan

pertanyaan untuk mengingat dan menghubungkan dengan materi selanjutnya.

Guru menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan dan

manfaat) dengan mempelajari materi: Konsep Kalor.

31
Tahap II Kegiatan Inti (90 menit)

Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati dan

membaca bahan yang ada di Flipbook e-Modul melalui media wa group. Mereka

diberi bahan bacaaan sebelum materi terkait Konsep kalor. Peserta didik disajikan

gambar motivasi yang berhubungan dengan proses pembekuan dan penguapan air.

(Kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari). Guru memberikan

kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin hal yang belum dipahami,

dimulai dari pertanyaan factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi konsep kalor. Disajikan dalam

bentuk percobaan untuk memancing peserta didik berpikir kritis dalam

menyelesaikan masalah. (Berpikir kritis) Peserta didik dibentuk dalam beberapa

kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan informasi, mempresentasikan

ulang, dan saling bertukar informasi (collaboration). Peserta didik

mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal,

mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi

kembali oleh atau individu yang mempresentasikan (Komunikasi). Guru dan

peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait

konsep kalor. Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan

Kembali hal-hal yang belum dipahami (Keaktifitas).

Tahap III Kegiatan Akhir (15 menit)

32
Guru membimbing peserta didik untuk membuat

rangkuman/menyimpulkan materi pelajaran, kemudian memberikan tes

tertulis/tugas 1.

Pertemuan 2 (10 Nopember 2021 /120 menit)

Pertemuan 2 siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Nopember

2021 di kelas VII, SMP Negeri 1 Tanjung.

Tahap I Kegiatan Awal (15 menit)

Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek

kehadiran peserta didik. Pada pertemuan ini, ada 1 orang peserta didik yang

tidak dapat mengikuti pembelajaran, karena mengikuti audisi paduan suara.

Selanjutnya guru mengaitkan materi/tema kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan

sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk mengingat dan

menghubungkan dengan materi selanjutnya. Guru menyampaikan motivasi

tentang apa yang dapat diperoleh (tujuan dan manfaat) dengan mempelajari

materi: Konsep Hubungan Kalor dan Perubahan Suhu Benda. Menjelaskan

hal-hal yang akan dipelajari, kompetensi yang akan dicapai, serta metode

belajar yang akan ditempuh.

Tahap II Kegiatan Inti (90 menit)

Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati dan

membaca bahan yang ada di Flipbook e-Modul melalui media wa group.

Mereka diberi bahan bacaaan sebelum materi terkait konsep hubungan kalor

33
dan perubahan suhu benda. Peserta didik disajikan gambar motivasi yang

berhubungan dengan proses air mendidih. (Kegiatan yang berkaitan dengan

kegiatan sehari-hari). Guru memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin hal yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan

factual sampai pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan ini harus tetap

berkaitan dengan materi konsep hubungan kalor dan perubahan suhu benda.

Disajikan dalam bentuk diskusi kelompok peserta didik diminta membaca

dan melakukan diskusi sesuai arahan yang ada di Flipbook e-Modul untuk

meningkatkan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. (Berpikir kritis)

Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan,

mengumpulkan informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar

informasi (collaboration). Peserta didik mempresentasikan hasil kerja

kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas

presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh atau individu

yang mempresentasikan (Komunikasi). Guru dan peserta didik membuat

kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait konsep hubungan

kalor dan perubahan suhu benda. Peserta didik kemudian diberi kesempatan

untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami (Keaktifitas).

1) Tahap III Kegiatan Akhir

Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran,

kemudian memberikan tes tertulis/Tugas 2.

3. Tahap Pengamatan dan Evaluasi

34
Pada tahap ini dilakukan observasi selama pembelajaran berlangsung. Observasi

dilakukan oleh 2 orang observer, yaitu Anikmah, M.Pd (mengamati aktivitas Guru) dan

Miranti SP (mengamati Aktivitas Peserta didik). Selama pembelajaran berlangsung,

observer mengamati aktivitas peserta didik dan guru dengan menggunakan lembar

observasi Catatan dari observer akan disampaikan kepada peneliti, kemudian

didiskusikan agar bisa diperbaiki di siklus berikutnya.

Evaluasi dilakukan di akhir setiap pertemuan semua peserta didik hadir untuk

melaksanakan evaluasi. Guru mengatur tempat duduk peserta didik agar tidak terlalu

berdekatan dengan bangku temannya. Guru meminta peserta didik untuk memasukkan

semua buku ataupun peralatan lainnya, yang ada di meja peserta didik hanyalah alat tulis

menulis saja. Guru membagikan soal-soal evaluasi pada setiap pertemuan dengan

mendatangi bangku peserta didik satu per satu. Kemudian guru memberikan aba-aba

bahwa peserta didik sudah bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan teliti dan berhati-

hati. Guru menginformasikan bahwa waktu untuk mengerjakan soal adalah 30 menit.

Bagi peserta didik yang ketahuan mencontek, nilai peserta didik akan dikurangi. Jawaban

ditulis langsung di lembar soal. Selama evaluasi berlangsung, guru selalu mengawasi

peserta didik dan beberapa kali berjalan mengelilingi semua peserta didik. Lembar soal

dikumpulkan secara estafet dari belakang setelah peserta didik mengerjakan soal-soal

evaluasi. Guru membahas soal-soal yang dianggap sulit untuk dikerjakan peserta didik.

1. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 1

Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 1:

Tabel 3. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 1


No Nama Peserta didik Pertemuan 1 Pertemuan 2

35
% Predikat % Predikat

1 Alfitania A.R 40% Cukup 50% Cukup

Ahmad Angga
2
Saputra 45% Cukup 45% Cukup

3 Andrean Firmansyah 35% Cukup 45% Cukup

4 Deviana Nur Aisya 30% Cukup 50% Cukup

5 Diah Puspita D. 50% Cukup 55% Cukup

6 Difa Erlangga 60% Aktif 65% Aktif

7 Erika Febriana 50% Cukup 50% Cukup

8 Fatya Hastari 45% Cukup 60% Aktif

9 Lien Farisha 45% Cukup 45% Cukup

10 Lisa Iriani 60% Aktif 65% Aktif

M. Ade Rizki
11
Alparizie 55% Aktif 60% Aktif

12 M.Ikhsan Efendi 45% Cukup 65% Cukup

13 M.Ilham Wahyudi 60% Aktif 80% Sangat Aktif

14 M.Kahfi Refendi 45% Cukup 60% Aktif

15 M.Rifai 40% Cukup 65% Aktif

16 M.rifqi Nur azmi 60% Aktif 80% Sangat Aktif

17 M.Rizal Rezki 40% Cukup 75% Aktif

18 M.Zihad Nurrahman 60% Aktif 80% Sangat Aktif

Maldini Haryadi
19
Saputra 45% Cukup 55% Aktif

20 Maulidatul Husna 35% Cukup 65% Aktif

21 M.Fiqri Ardyanto 55% Aktif 70% Aktif

22 Najmi Nur amalia 50% Cukup 60% Aktif

36
23 Natasya fitri 40% Cukup 60% Aktif

24 Noor jannah 50% Cukup 65% Aktif

25 Novi Dailila 55% Aktif 65% Aktif

26 Nurul Rahma 35% Cukup 55% Aktif

Riska Apriliani Aktif


27
Saputri 45% Cukup 55%

28 Rahmat Alfandi 65% Aktif 65% Aktif

29 Siti fauziah 60% Aktif 70% Aktif

30 Suci Rahayu Lestari 40% Cukup 70% Aktif

31 Syahrul Ramadhan 45% Cukup 65% Aktif

32 Khairina Nur 70% Aktif 70% Aktif

33 Riska Viona Maulida 55% Aktif 55% Aktif

  Rata-rata 49% Cukup 62% Aktif

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pada pertemuan 1 siklus 1, hampir

semua aktivitas peserta didik masih memperoleh predikat Cukup dan Aktif dan rata-rata

yang diperoleh 49% dimana masuk dalam perdikat Cukup. Ini di sebabkan peserta didik

masih canggung dengan model yang diterapkan oleh guru. Pada pertemuan 2 aktivitas

peserta didik sudah mengalami peningkatan, dilihat dari perolehan sudah ada 3 peserta

didik yang memperoleh predikat Sangat Aktif dan 8 peserta didik mendapat predikat

cukup dan sisanya mendapat predikat Aktif, dari pertemuan 1 dan 2 aktivitas peserta

didik sudah mengalami peningkatan dari 49% meningkat menjadi 62% dalam kreteria

Aktif.

37
2. Hasil observasi aktivitas Guru pada siklus 1 Pertemuan 1

Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1:


Tabel 4. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1
Skor Skor
No Aspek yang diamati
1 2 3 4 1 2 3 4

1 Kegiatan Awal                

1.    Memberikan apersepsi dan


    2         3  
motivasi

2.   Menyampaikan tujuan
    2         3  
pembelajaran

3.   Menginformasikan pembelajaran
      3       3  
menggunakan e-Modul

2 Kegiatan Inti                

  4.  Menyajikan materi gerak     3         4

5.   Mengorganisir peserta didik ke


  dalam 8 kelompok kecil yang   2       2    
heterogen

6.  Meminta peserta didik


    2       2    
mempelajari LKS1

7. Membimbing peserta didik


        4     3  
melaksanakan praktikum

8. Mengamati aktivitas peserta didik


      3     2    
selama praktikum berlangsung

9.  Membimbing peserta didik untuk


  mendiskusikan data hasil   2         3  
praktikum

10.  Melakukan penilaian terhadap


  1           4  
jawaban peserta didik

3 Kegiatan Akhir                

38
11.  Membimbing peserta didik
  1             4
menyimpulkan materi pelajaran

  12.Memberikan tes tertulis (kuis 1)   2         3  

  13.Memberikan PR     3       3  

    2 12 12 4 0 6 25 8

Jumlah Skor Perolehan (skor Mak 52) 30 39

Tingkat Aktivitas Guru 57% 75%

Predikat Baik Baik

Keterangan :
Sangat Aktif 76% 100%
Aktif 51% - 75%
Cukup 26% - 50%
Kutang 0% - 25%
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa pada siklus 1, tingkat aktivitas guru telah

memperoleh 57% dengan predikat Aktif, meningkat pada pertemuan 2 menjadi 75%

dengan predikat Baik, aktivitas pembelajaran guru dari pertemuan 1 dan 2 mengalami

peningkatan sebesar 18%

3. Hasil observasi aktivitas Guru pada siklus 1 Pertemuan 1

Berikut ini hasil belajar peserta didik pada siklus 1:

Tabel 5. Hasil belajar peserta didik pada siklus 1


Kelompo Pesert Nilai Kuis Nilai Kuis 1 Nilai Kuis 2 Nilai
k a Dasar Evaluasi
didik Siklus 1
1 1 100 83 100 100
2 64 67 67 70
3 64 50 50 78
4 53 50 67 54
5 31 67 50 20
2 6 86 - 100 95
7 66 83 83 80
8 27 33 17 26
9 30 67 33 72
39
3 10 84 83 100 97
11 28 83 - 41
12 51 67 67 87
13 41 - 83 55
4 14 80 - 100 83
15 66 67 100 66
16 62 67 0 73
17 54 83 100 80
5 18 78 100 100 96
19 59 67 50 80
20 55 83 50 76
21 42 0 50 47
6 22 76 83 100 88
23 68 67 83 80
24 67 50 67 74
25 47 67 67 77
7 26 69 67 100 84
27 71 83 67 84
28 72 67 100 89
29 45 50 83 55
8 30 68 83 50 73
31 61 - 83 92
32 48 50 33 35
33 46 50 83 71
Peserta didik 12 21 22 24
yang tuntas
Persentase 12 21x100%= 22x100%= 24x100%=
ketuntasan x100%=36% 72% 69% 73%
33 29 32 33

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa, persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik

pada akhir siklus 1 adalah sebesar 73%, yang artinya 73% dari total seluruh peserta didik

memperoleh nilai di atas 65. Dari hasil ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik belum berhasil, karena persentase ketuntasan yang

telah diperoleh berada di bawah nilai ketuntasan pada keberhasilan tindakan, sehingga harus

diperbaiki pada siklus 2. Berdasarkan skor perkembangan masing-masing peserta didik yang

telah dikonversi menjadi skor kelompok, terdapat beberapa kelompok dengan kualifikasi

sebagai berikut:

40
Tabel 6. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok pada pembelajaran
siklus 1

Rata-rata Skor Kualifikasi Jumlah Kelompok


Kelompok
Pertemuan Pertemuan 2 Akhir
1 Siklus 1

15 – 19 Kelompok Baik 2 2 3

20 – 24 Kelompok Hebat 4 3 1

25 – 30 Kelompok Super 1 2 0

Untuk lebih jelasnya, tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik

selama pembelajaran siklus 1 dapat dilihat pada grafik berikut:


Jumlah Kelompok

4.5
4
3.5
3
2.5 Tanpa
2 Penghar-
1.5 gaan
Baik
1 Hebat
0.5 Super
0

Gambar 6. Grafik tingkat penghargaan kelompok peserta didik selama pembelajaran


siklus 1

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penghargaan kelompok yang

diperoleh peserta didik selama pembelajaran siklus 1 belum maksimal, karena pada akhir

siklus masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun yang

mencapai kualifikasi kelompok super.

4. Tahap Refleksi

41
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria

keberhasilan yang ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator yang

dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta lembar

observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti dapat

merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauhmana kegiatan yang

dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi gerak.

Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa, aktivitas guru dalam mengelola

pembelajaran pada siklus 1 memperoleh predikat Cukup, sehingga pada siklus 2 harus

dipertahankan dan ditingkatkan agar lebih baik lagi. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui

bahwa, hasil belajar peserta didik masih belum mencapai indikator keberhasilan, karena

hanya 73% peserta didik yang mencapai KKM. Jika dikaitkan dengan data pada tabel 3, hal

ini mungkin disebabkan oleh masih adanya beberapa aktivitas peserta didik yang masih

rendah yaitu dalam kategori cukup. Berdasarkan gambar 6, dapat diketahui bahwa tingkat

penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik selama pembelajaran siklus 1 belum

maksimal, karena pada akhir siklus masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak

ada satu kelompokpun yang mencapai kualifikasi kelompok super.

Sehingga dengan demikian, pada siklus 2, ke-4 aktivitas peserta didik tersebut harus

diperbaiki dengan cara; (1) guru menekankan informasi tentang cara belajar kelompok dalam

menggunakan e-Modul, agar peserta didik dapat melaksanakan peran memimpin anggota

kelompoknya secara bergiliran, (2) guru menginformasikan penghargaan berupa bintang

kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk

42
kelompoknya atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara

acak, (3) untuk mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, serta memotivasi peserta

didik dalam memberi pendapat dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing peserta

didik dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda, jika ada teman dalam kelompoknya

yang kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu, agar soal

yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan,

maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya

mengenai soal yang telah diselesaikannya. Kerjasama ini sangat penting dilakukan oleh

setiap anggota kelompok, agar saat guru memberikan soal secara acak, setiap anggota

kelompoknya dapat menjawab dengan benar, sehingga dapat memperoleh bintang untuk

kelompoknya. Bagi kelompok yang memperoleh bintang paling banyak akan diberikan

hadiah.

B. Siklus 2

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan pada siklus ke-2 ini dirancang agar dapat

memperbaiki hasil pembelajaran siklus 1, dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyusun RPP materi Gerak Lurus, Pada RPP siklus 2 ini, terdapat beberapa tindakan

perbaikan oleh guru yang sengaja dirancang agar dapat meningkatkan motivasi peserta

didik dalam belajar kelompok.

b. Menyusun LKS

c. Menyusun lembar observasi aktivitas peserta didik untuk mengamati kegiatan peserta

didik selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan e-Modul

43
d. Menyusun lembar observasi aktivitas guru untuk mengamati keterlaksanaan kegiatan

pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran menggunakan e-Modul

e. Membuat alat evaluasi pembelajaran berupa tes disetiap pertemuan dan tes pada akhir

siklus beserta kunci jawabannya. Soal tes akhir siklus berupa 4 soal uraian

f. Membuat media pembelajaran berupa berupa link e-modul

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Pertemuan 1 (18 Nopember 2021 / 2x45 menit)

Pertemuan 1 siklus 2 dilaksanakan dikelas VII SMP Negeri 1 Tanjung.

1) Tahap I Kegiatan Awal

Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran

peserta didik. Pada pertemuan ini, semua peserta didik kelas VII yang berjumlah 33

orang dapat mengikuti pembelajaran. Selanjutnya guru menempelkan karton tabel

penghargaan di papan tulis untuk menempelkan bintang yang diperoleh peserta didik.

Guru kemudian menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada peserta didik

yang aktif dalam menjawab pertanyaan dari setiap kelompok, Guru menyajikan

gambar motivasi yang berhubungan dengan proses memasak “mengaitkan dengan

proses terjadinya hubungan kalor dengan perubahan wujud yang asalnya makanan

dalam keadaan mentah setelah dipanaskan makanan menjadi matang, Guru

kemudian meminta peserta didik untuk memperhatikan dengan sungguh-

sungguh materi yang akan disampaikan. Kemudian guru mengingatkan kembali

tentang menggunakan sumber belajar dengan e-Modul, namun lebih menekankan

pada cara belajar kelompok dalam kegiatan diskusi pada e-Modul agar peserta didik

mau bekerjasama dengan baik, dan menginformasikan penghargaan berupa bintang

44
kepada kelompok yang anggotanya paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk

kelompoknya, atau dapat menjawab dengan benar setiap soal yang diajukan oleh

guru secara acak. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, guru

mengumumkan dan memberikan hadiah kepada kelompok yang memperoleh

predikat terbaik pada pertemuan ke-2 dan evaluasi siklus 1 yang lalu,

2) Tahap II Kegiatan Inti

Guru menyajikan materi Gerak selama ±15 menit dengan menggunakan media

power point, kemudian mengorganisir peserta didik ke dalam 8 kelompok. Anggota

kelompok pada pembelajaran siklus 2, masih sama dengan anggota kelompok pada

pembelajaran siklus 1, begitu pula dengan tempat duduk peserta didik yang dibuat

saling berhadapan. Guru kemudian membagikan LKS sebagai panduan bagi peserta

didik dalam memahami pelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, guru senantiasa

membimbing peserta didik agar tidak mengalami kesulitan.

Untuk mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, serta memotivasi

peserta didik dalam memberi dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing

peserta didik dalam kelompoknya diberikan soal yang berbeda, jika ada teman dalam

kelompoknya yang kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus

membantu, agar soal yang diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua

soal berhasil diselesaikan, maka setiap anggota kelompok secara bergiliran harus

mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya mengenai soal yang telah

diselesaikannya. Kerjasama ini sangat penting dilakukan oleh setiap anggota

kelompok, agar saat guru memberikan soal secara acak, setiap anggota kelompoknya

45
dapat menjawab dengan benar, sehingga dapat memperoleh bintang untuk

kelompoknya.

Pada saat mengerjakan soal-soal di LKS, peserta didik sangat antusias bertanya

baik kepada teman maupun guru, sampai tidak terasa bahwa waktu pembelajaran

hampir berakhir. Akibatnya alokasi waktu yang semula disediakan untuk mengecek

jawaban peserta didik tidak sempat dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

setelah peserta didik selesai berdiskusi, guru langsung meminta peserta didik untuk

mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan, untuk diberikan penilaian oleh guru,

tanpa dipresentasikan terlebih dahulu.

3) Tahap III Kegiatan Akhir

Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi pelajaran,

kemudian memberikan tes tertulis dan memberikan PR kepada peserta didik.

b. Pertemuan 2 (25 Nopember 2021 / 2x45 menit)

Pertemuan 2 siklus 2 dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung.

1) Tahap I Kegiatan Awal

Tahap ini diawali dengan guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran

peserta didik. Pada pertemuan ini, semua peserta didik hadir dan mengikuti

pembelajaran, guru memulai pembelajaran dengan menggali pengetahuan

awal peserta didik. Guru menyajikan gambar motivasi yang berhubungan

dengan proses menyetrika “mengaitkan dengan proses terjadinya perpindahan

kalor dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi, bagi peserta didik yang

dapat menjawab. Peserta didik itupun diberikan bintang untuk kelompoknya.

46
Selanjutnya guru menyampaikan tentang konsep perpindahan kalor, sesuai

dengan tujuan pembelajaran pada pertemuan 4. Kemudian guru

mengingatkan kembali tentang pembelajaran menggunakan e-Modul, namun

lebih menekankan pada cara belajar kelompok agar peserta didik mau

bekerjasama dengan baik, dan menginformasikan penghargaan berupa

bintang kepada kelompok yang anggotanya paling cepat

membentuk/mengatur tempat duduk kelompoknya, atau dapat menjawab

dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak.

Untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, guru

mengumumkan dan memberikan hadiah kepada kelompok yang memperoleh

predikat terbaik dan kelompok dengan jumlah bintang paling banyak pada

pertemuan ke-3 yang lalu.

2) Tahap II Kegiatan Inti

Guru menyajikan materi tentang gerak jatuh bebas selama ±15 menit,

kemudian mengorganisir peserta didik ke dalam 8 kelompok. Anggota

kelompok peserta didik pada pertemuan ke-4 sama dengan anggota kelompok

pada pertemuan sebelumnya, begitu pula dengan tempat duduk peserta didik

yang dibuat saling berhadapan. Guru kemudian membagikan LKS sebagai

panduan bagi peserta didik dalam memahami pelajaran. Untuk mendorong

partisipasi peserta didik dalam diskusi, memotivasi peserta didik dalam

memberi dan menghargai pendapat orang lain, serta mengafektifkan waktu,

maka dilakukan pengaturan waktu dalam diskusi kelompok. Untuk

melakukan percobaan, masing-masing kelompok diberikan waktu berdiskusi

47
selama 10 menit. Sehingga untuk menganalisis perpindahan kalor secara

radiasi, diperlukan waktu diskusi selama 40 menit. Setiap peserta didik secara

bergiliran mendapat peran memimpin diskusi di dalam kelompoknya. Selama

pembelajaran berlangsung, guru senantiasa membimbing peserta didik agar

tidak mengalami kesulitan. Setelah peserta didik selesai melaksanakan

diskusi dalam kelompoknya, guru kemudian melaksanakan tanya jawab

kepada peserta didik terhadap masalah yang ada di LKS 4 secara acak dan

melakukan penilaian terhadap jawaban yang diberikan peserta didik.

3) Tahap III Kegiatan Akhir

Guru membimbing peserta didik untuk menyimpulkan materi

pelajaran, kemudian memberikan tes tertulis dan memberikan PR kepada

peserta didik.

3. Tahap Pengamatan dan Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan observasi selama pembelajaran berlangsung. Observasi

pada pertemuan 1 siklus 2 dilakukan oleh 2 orang observer, yaitu Nani Herawati, S.Pd dan

Widawati Ningsih, S.Pd. Selama pembelajaran berlangsung, observer mengamati aktivitas

peserta didik dan guru dengan menggunakan lembar observasi. Catatan dari observer akan

disampaikan kepada peneliti, kemudian didiskusikan agar bisa diperbaiki di siklus

berikutnya.

Pada evaluasi siklus 2 yang dilaksanakan pada tanggal 09 Desember 2021 di kelas

VII, semua peserta didik hadir untuk mengikuti evaluasi. Guru mengatur tempat duduk

48
peserta didik dan meminta peserta didik untuk memasukkan semua buku ataupun peralatan

lainnya, kecuali alat tulis menulis. Guru membagikan soal-soal evaluasi siklus 2 dengan

mendatangi bangku peserta didik satu per satu. Kemudian memberikan aba-aba bahwa

peserta didik sudah bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan teliti dan berhati-hati, serta

menginformasikan bahwa waktu untuk mengerjakan soal adalah 45 menit. Bagi peserta

didik yang ketahuan mencontek, nilai peserta didik akan dikurangi. Jawaban ditulis langsung

di lembar soal. Selama evaluasi berlangsung, guru selalu mengawasi peserta didik dan

beberapa kali berjalan mengelilingi semua peserta didik. Lembar soal dikumpulkan secara

estafet dari belakang setelah peserta didik mengerjakan soal-soal evaluasi. Guru membahas

soal-soal yang dianggap sulit oleh peserta didik.

a. Observasi Aktivitas Peserta didik Pada Siklus 2 Pertemuan 1dan 2

Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 2 yang

dibandingkan dengan siklus 1:

Tabel 7. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus 2 Pertemuan 1dan 2
Pertemuan 1 Pertemuan 2
No Nama Peserta didik
% Predikat % Predikat

1 Alfitania A.R 60% Aktif 60% Aktif

Ahmad Angga
2
Saputra 45% Cukup 55% Aktif

3 Andrean Firmansyah 55% Aktif 60% Aktif

4 Deviana Nur Aisya 60% Aktif 80% Sangat Aktif

5 Diah Puspita D. 65% Aktif 80% Sangat Aktif

6 Difa Erlangga 80% Sangat Aktif 85% Sangat Aktif

7 Erika Febriana 65% Aktif 80% Sangat Aktif

49
8 Fatya Hastari 75% Aktif 80% Sangat Aktif

9 Lien Farisha 60% Aktif 60% Aktif

10 Lisa Iriani 75% Aktif 75% Aktif

M. Ade Rizki
11
Alparizie 60% Aktif 65% Aktif

12 M.Ikhsan Efendi 70% Aktif 70% Aktif

13 M.Ilham Wahyudi 80% Sangat Aktif 85% Sangat Aktif

14 M.Kahfi Refendi 75% Aktif 85% Sangat Aktif

15 M.Rifai 75% Aktif 80% Sangat Aktif

16 M.rifqi Nur azmi 85% Aktif 85% Sangat Aktif

17 M.Rizal Rezki 80% Sangat Aktif 85% Sangat Aktif

18 M.Zihad Nurrahman 80% Sangat Aktif 90% Sangat Aktif

Maldini Haryadi
19
Saputra 75% Cukup 95% Sangat Aktif

20 Maulidatul Husna 75% Cukup 85% Sangat Aktif

21 M.Fiqri Ardyanto 75% Aktif 85% Sangat Aktif

22 Najmi Nur amalia 65% Aktif 80% Sangat Aktif

23 Natasya fitri 70% Aktif 80% Sangat Aktif

24 Noor jannah 75% Aktif 90% Sangat Aktif

25 Novi Dailila 65% Aktif 90% Sangat Aktif

26 Nurul Rahma 70% Aktif 90% Sangat Aktif

Riska Apriliani
27
Saputri 65% Aktif 90% Sangat Aktif

28 Rahmat Alfandi 75% Aktif 85% Sangat Aktif

29 Siti fauziah 80% Sangat Aktif 90% Sangat Aktif

50
30 Suci Rahayu Lestari 70% Aktif 85% Sangat Aktif

31 Syahrul Ramadhan 70% Aktif 85% Sangat Aktif

32 Khairina Nur 75% Aktif 85% Sangat Aktif

33 Riska Viona Maulida 70% Aktif 95% Sangat Aktif

  Rata-rata 70% Aktif 81% Sangat Aktif

Keterangan : P 1 = Pertemuan 1; P 2 = Pertemuan 2

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada pertemuan 1 siklus 2,

hampir semua aktivitas peserta didik masih memperoleh predikat Aktif dan dan ada

beberapa peserta didik yang mendapat predikat Sangat Aktif dan rata-rata yang

diperoleh 70% dimana masuk dalam perdikat Aktif. Pada pertemuan 2 aktivitas peserta

didik sudah mengalami peningkatan, dilihat dari perolehan sudah ada 7peserta didik yang

memperoleh predikar Aktif dan 27 peserta didik mendapat perikat Sangat Aktif, dari

pertemuan 1 dan 2 aktivitas peserta didik sudah mengalami peningkatan dari 70%

meningkat menjadi 81% dalam kreterian Sangat Aktif Ini di sebabkan peserta didik

sudah tidak canggung dan sudah paham dengan model yang diterapakan oleh guru

peserta didik telah melaksanakan aktivitas yang dihubungkan dengan pembelajaran

menggunakan e-Modul.

b. Observasi aktivitas guru pada siklus 2

Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas guru pada siklus 2:

Tabel 8. Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 2


No Aspek yang diamati Skor Skor

51
1 2 3 4 1 2 3 4

1 Kegiatan Awal                

        4       4
1. Memberikan apersepsi dan motivasi
        4       4
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
  3. Menginformasikan pembelajaran       4       4
menggunakan e-Modul
2 Kegiatan Inti                

        4       4
4. Menyajikan materi gerak
  5. Mengorganisir peserta didik ke dalam 8     3       3  
kelompok kecil yang heterogen
    2         3  
6. Meminta peserta didik mempelajari LKS1
  7. Membimbing peserta didik melaksanakan       4       4
praktikum
  8. Mengamati aktivitas peserta didik selama   2         3  
praktikum berlangsung
  9. Membimbing peserta didik untuk       4       4
mendiskusikan data hasil praktikum
  10. Melakukan penilaian terhadap jawaban       4       4
peserta didik
3 Kegiatan Akhir                

  11. Membimbing peserta didik menyimpulkan       4       4


materi pelajaran
      3         4
12. Memberikan tes tertulis (kuis 1)
      3       3  
13. Memberikan PR
1 3
    0 4 9 32 0 0
2 6

Jumlah Skor Perolehan (skor Mak 52) 45 48

Tingkat Aktivitas Guru 87% 92%

Predikat Sangat Baik Sangat Baik

Keterangan :
Sangat Aktif 76% 100% Aktif 51% - 75%
Cukup 26% - 50% Kutang 0% - 25%

52
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus 21, tingkat aktivitas guru telah

memperoleh 87% dengan predikat Sangat Aktif, meningkat pada pertemuan 2 menjadi

92% dengan predikat Sangat Aktif, aktivitas pembelajaran guru dari pertemuan 1 dan 2

mengalami peningkatan sebesar 5%.

c. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2

Berikut ini hasil belajar peserta didik pada siklus 2:

Tabel 9. Hasil belajar peserta didik pada siklus 2


Kelompok Pesert Nilai Nilai Kuis Nilai Kuis 4 Nilai
Evaluasi Evaluasi
a 3
Siklus 1 Siklus 2
didik
1 1 100 100 67 100
2 70 100 67 75
3 78 83 67 98
4 54 83 83 77
5 20 50 67 77
2 6 95 100 83 100
7 80 50 67 89
8 26 83 83 54
9 72 83 100 91
3 10 97 83 50 100
11 41 50 67 58
12 87 100 67 100
13 55 100 67 74
4 14 83 33 100 77
15 66 50 100 90
16 73 50 100 87
17 80 83 83 94
5 18 96 67 100 94
19 80 67 67 84
20 76 83 100 80
21 47 83 50 89
6 22 88 67 100 94

53
23 80 67 67 87
24 74 83 100 76
25 77 83 100 81
7 26 84 50 67 93
27 84 50 83 88
28 89 67 83 91
29 55 33 33 56
8 30 73 50 100 88
31 92 50 100 100
32 35 67 83 74
33 71 83 50 84
Peserta didik yang 24 22 29 30
tuntas
Persentase 24 x100% = 22x100%= 29x100%= 30x100%=
ketuntasan 73% 67% 88% 91%
33 33 33 33
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa, persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik

pada akhir siklus 2 adalah sebesar 91%, yang artinya 91% dari total seluruh peserta didik

memperoleh nilai di atas 65. Dari hasil ini menunjukkan bahwa tindakan siklus I untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik sudah berhasil, karena persentase ketuntasan yang telah

diperoleh berada di atas nilai ketuntasan pada keberhasilan tindakan.

Berdasarkan skor perkembangan masing-masing peserta didik yang telah

dikonversi menjadi skor kelompok, terdapat beberapa kelompok dengan kualifikasi

sebagai berikut :

Tabel 10. Rata-rata skor kelompok dan kualifikasi kelompok pada pembelajaran siklus 2

Rata-rata Skor Kualifikasi Jumlah Kelompok


Kelompok
Pertemuan Pertemuan Akhir
1 2 Siklus 2

15 – 19 Kelompok Baik 1 0 3

54
20 – 24 Kelompok Hebat 2 3 2

25 – 30 Kelompok Super 1 3 1

Untuk lebih jelasnya, tingkat penghargaan kelompok yang diperoleh peserta didik

selama pembelajaran siklus 2 dapat dilihat pada grafik berikut :


Jumlah Kelompok

4.5
4
3.5
3
2.5 Tanpa Peng-
2 hargaan
1.5 Baik
1 Hebat
0.5 Super
0
Pertemuan Pertemuan Akhir Siklus
1 2 2

Gambar 9. Grafik tingkat penghargaan kelompok pada pembelajaran siklus 2

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa penghargaan kelompok yang

diperoleh peserta didik selama siklus 2 mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke

pertemuan 2, dimana jumlah kelompok super meningkat dari 1 kelompok menjadi 3

kelompok. Pada akhir siklus 2, materi yang diujikan lebih banyak, sehingga terjadi

penyebaran tingkat penghargaan kelompok yaitu; 1 kelompok dengan penghargaan super,

2 kelompok dengan penghargaan hebat, 3 kelompok dengan penghargaan baik, dan 2

kelompok tanpa penghargaan

4. Tahap Refleksi

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh peneliti selanjutnya dievaluasi dan dianalisa sesuai dengan kriteria

keberhasilan yang ditetapkan. Aspek keberhasilan diukur dari berbagai indikator yang

dirancang dalam instrumen tes yang berhubungan dengan hasil belajar, serta lembar

55
observasi yang berhubungan dengan aktivitas peserta didik dan guru. Peneliti dapat

merefleksikan dengan melihat data pada lembar observasi, sejauhmana kegiatan yang

dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada materi gerak

lurus. Berdasarkan tabel 8, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus 2 telah

mencapai indikator keberhasilan yaitu minimal mendapatkan predikat Sangat Aktif.

Berdasarkan tabel 9, hasil belajar peserta didik telah mencapai indikator

keberhasilan, karena secara klasikal persentase ketuntasan peserta didik lebih dari 85%,

yaitu sebesar 91% yang dapat dilihat dari nilai evaluasi siklus 2. Hal ini berarti bahwa

perbaikan tindakan yang dilakukan oleh guru, terhadap aktivitas yang harus dilakukan oleh

peserta didik selama siklus 2, nampaknya berhasil dengan baik. Hal ini terkait dengan data

pada tabel 7, yang menunjukkan bahwa lebih dari 85% peserta didik telah melaksanakan

semua jenis aktivitas yang dihubungkan dengan e-Modul.

Selain itu, berdasarkan gambar 9 dapat pula diketahui bahwa penghargaan kelompok

yang diperoleh peserta didik selama siklus 2 mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan siklus 1. Pada akhir siklus 1 masih terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak

satupun kelompok memperoleh penghargaan super, sedangkan pada akhir siklus 2 hanya

terdapat 2 kelompok tanpa penghargaan dan 1 kelompok dengan penghargaan super.

C. Pembahasan

1. Hasil observasi aktivitas peserta didik

Berdasarkan tabel aktivitas peserta didik dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan aktivitas peserta didik, yang dilihat dari persentase keaktifannya. Seperti

terlihat Pada grafik berikut :

56
Rata-Rata
90%
81%
80%
70%
70%
62%
60%
49%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Grafik: 3 Rata-rata Aktivitas Peserta didik tiap peremuan

Berdasarkan grafik diatas dapat di lihat bahwa tiap pertemuan hasil observasi

peserta didik mengalami peningkatan dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4, di mana

nilai yang diperoleh dari rata-rata 49% meningkat terus ke pertemuan 4 menjadi 81%.

Peningkatan aktivitas peserta didik ini terjadi karena pada pembelajaran setiap siklus,

guru melakukan beberapa tindakan perbaikan, yaitu; (1) guru menekankan informasi

tentang cara belajar kelompok dalam penggunaan e-Modul agar peserta didik dapat

melaksanakan peran memimpin anggota kelompoknya secara bergiliran, (2) guru

menginformasikan penghargaan berupa bintang kepada kelompok yang anggotanya

paling cepat membentuk/mengatur tempat duduk kelompoknya atau dapat menjawab

dengan benar setiap soal yang diajukan oleh guru secara acak, (3) untuk mendorong

partisipasi peserta didik dalam diskusi, serta memotivasi peserta didik dalam memberi

pendapat dan menghargai pendapat orang lain, masing-masing peserta didik dalam

kelompoknya diberikan soal yang berbeda. Jika ada teman dalam kelompoknya yang

kesulitan menyelesaikan soal, maka temannya yang lain harus membantu, agar soal yang

57
diberikan dapat diselesaikan dengan benar. Setelah semua soal berhasil diselesaikan,

maka setiap anggota kelompok harus mengajarkan kepada teman dalam kelompoknya

mengenai soal yang telah diselesaikannya.

Selama diskusi kelompok, dilakukan pengaturan waktu, agar setiap peserta didik

secara bergiliran mendapat peran memimpin diskusi di dalam kelompoknya. Kerjasama

ini sangat penting dilakukan oleh setiap anggota kelompok, agar saat guru memberikan

soal secara acak, setiap anggota kelompoknya dapat menjawab dengan benar, sehingga

dapat memperoleh bintang untuk kelompoknya. Bagi kelompok yang memperoleh

bintang paling banyak akan diberikan hadiah.

Suatu produk dikatakan efektif jika produk tersebut menunjukkan hasil sesuai

dengan tujuan dari penelitian penggunaan e-modul dengan kegiatan berbasis masalah

yang tentunya jika diterapkan akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Nilai

lebih dari e-modul pembelajaran adalah peserta didik dapat menyelesaikan soal evaluasi

yang mengacu pada kemampuan kognitif C3-C4 untuk meningkatkan berpikir kritis

peserta didik dengan sajikan pengantar konsep dengan memberikan contoh nyata.

Inti dari penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berpikir kritis sehingga

fokusnya akan tertuju pada hasil uji kompetensi. Tujuan akhirnya adalah untuk melihat

bagaimana e-modul pembelajaran yang sudah didesain sedemikian rupa dapat

menunjukkan kecendrungan peningkatan pada tiap pertemuannya. Berdasarkan hasil

penelitian, e-modul pembelajaran berpikir kritis pada peserta didik dan mempunyai nilai

lebih dibandingkan buku pegangan peserta didik yang yang sudah ada.

58
Penelitian dilakukan pada kelas VIIA SMPN 1 Tanjung terlihat pembelajaran

menggunakan e-modul yang dikembangkan mampu memberikan hasil yang efektif.

Kecendrungan yang ditunjukkan dari uji kompetensi pada indikator keterampilan

berpikir kritis Facione (2013).

2. Observasi aktivitas guru

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh observer, aktivitas pembelajaran

dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Tingkat aktivitas
100% 92%
90% 87%
80% 75%
70%
58%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3 Pertemuan 4

Grafik : 4 Tingkat Aktivitas Guru

Dari tabel aktivitas guru dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru

yang dilihat dari nilai rata-rata keaktifan guru. Pada tiap pertemuanya, nilai rata-rata

keaktifan guru pada pertemuan 1 sebesar 58% dan terus mengalami peningkatan sampai

pada pertemuan 4 yakni sebesar 92%. dengan predikat Sangat baik.

3. Hasil Belajar Peserta didik

59
Dari tabel hasil belajar peserta didik juga dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan hasil belajar peserta didik. Pada akhir siklus 1, hasil belajar peserta didik

belum mencapai indikator keberhasilan, karena persentase ketuntasan belajar peserta

didik secara klasikal kurang dari 85%, yaitu sebesar 73%. Sedangkan pada akhir siklus

2, hasil belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan, karena persentase

ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal lebih dari 85%, yaitu sebesar 91%.

Peningkatan hasil belajar ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas peserta didik dan

guru, setelah adanya tindakan perbaikan selama pembelajaran siklus 2. Dalam hal

penghargaan kelompok peserta didik, terjadi peningkatan seperti pada grafik di bawah

ini:
Jumlah Kelompok

4.5
4
3.5
Gambar 3 5.
2.5 Tanpa Penghargaan
Grafik 2
Baik
1.5
tingkat 1 Hebat
0.5 Super
0
Akhir Siklus 1 Akhir Siklus 2

penghargaan kelompok pada akhir pembelajaran siklus 1 dan siklus 2

Pada akhir siklus 1 terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun

yang berada pada kualifikasi super, sedangkan pada akhir siklus 2, kelompok tanpa penghargaan

berkurang menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran materi kalor dan perpindahannya

menggunakan e-Modul dapat meningkatkan aktivitas peserta didik, kualitas aktivitas guru dan

hasil belajar peserta didik

60
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Terjadi peningkatan aktivitas peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung melalui

penerapan e-Modul pada materi kalor dan perpindahannya, hasil observasi Aktivitas

peserta didik mengalami peningkatan dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4, di mana nilai

yang diperoleh dari rata-rata 49% meningkat terus ke pertemuan 4 menjadi 81%..

2. Terjadi peningkatan aktivitas guru melalui penerapan e-Modul pada materi kalor dan

perpindahannya, dari nilai rata-rata keaktifan guru pada pertemuan 1 sebesar 58% dan

terus mengalami peningkatan sampai pada pertemuan 4 yakni sebesar 92%. dengan

predikat Sangat baik.

3. Terjadi pula peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung

melalui penerapan e-Modul pada materi kalor dan perpindahannya, dari persentase

ketuntasan belajar sebesar 73% pada siklus 1, meningkat menjadi 91% pada siklus 2.

61
Demikian pula dengan tingkat penghargaan kelompok peserta didik, pada siklus 1

terdapat 4 kelompok tanpa penghargaan dan tidak ada satu kelompokpun yang berada

pada kualifikasi super, sedangkan pada siklus 2, kelompok tanpa penghargaan berkurang

menjadi 2 kelompok saja dan terdapat 1 kelompok berada pada kualifikasi super.

B. Saran

1. Pada sekolah, hendaknya menggunakan e-Modul sebagai salah satu media pembelajaran

IPA untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

2. Pada guru, pelaksanaan pembelajaran menggunakan e-Modul sebagai media

pembelajaran IPA yang peneliti lakukan memperhatikan sinya yang cukup saat proses

pembelajaran menggunakan Hp.

62
DAFTAR PUSTAKA

Asrizal, A., Festiyed, F., & Sumarmin, R. (2017). Analisis kebutuhan pengembangan e-modul
ipa terpadu bermuatan literasi era digital untuk pembelajaran peserta didik SMP kelas
VIII. Jurnal Eksakta Pendidikan (JEP), 1(1), 1-8.

Asrori, Muhammad. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Wacana Prima.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Conklin, W. (2011). Higher order thinking skills to develop 21st century learners. Teacher
Created Materials.
Daryanto. (2014). Menyusun Modul. Yogyakarta: Gaya Media

Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pmbelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, S.B & Zain, A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.

Facione, P. (2013). Critical Thinking: What It is and Why It Counts. [online],


http://www.insightassessment.com. (diakses 24 April 2021).
Firman, H. 2014. Penelitian Pendidikan: Jenis, Teknis, dan Instrumentasi. Makalah
disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA, Jurusan
Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 11 September.
Fisher, A.2008. Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

63
Ibrahim dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Press, Surabaya.

Imansari, N., & Sunaryantiningsih, I. (2017). Pengaruh Penggunaan E-Modul Interaktif


Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada Materi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
VOLT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1), 11.
https://doi.org/10.30870/volt.v2i1.1478
Hariyani, M. 2019. Pengembangan Modul Biologi Berbasis SETS (Science, Environment,
Technology, Society) Pada Materi Pencemaran Lingkungan Untuk Memberdayakan
Berpikir Kritis peserta didik Kelas VII SMP/MTS (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).

Kardi, S & Nur, M. 2003. Pengantar Pada Pengajaran dan Pengelolaan Kelas. Universitas Press,
Surabaya.

Kanginan, M. 2004. Fisika untuk SMP Kelas VII Semester 1. Erlangga, Jakarta.

Maasawet, ET (2009). Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Snowballing dan Numbered


Heads Together (NHT) pada Sekolah Multietnis terhadap Kemampuan Berpikir Kritis,
Hasil Belajar Kognitif Sains Biologi dan Sikap Sosial peserta didik SMP
Samarinda. Program DISERTASI dan TESIS Pascasarjana UM.
Makhrus, M., Harjono, A., Syukur, A., Bahri, S., & Muntari, M. (2019). Identifikasi Kesiapan
LKPD Guru Terhadap Keterampilan Abad 21 Pada Pembelajaran IPA SMP. Jurnal
Ilmiah Profesi pendidikan, 3(2), 298728.
Mendiknas, 2003. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Muhamad. H, Ph. D. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam.Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaka Rosda karya,
Bandung.
Nugraha, A., Subarkah, C., & Sari. (2015). Penggunaan E-Module Pembelajaran Pada Konsep
Sifat Koligatif Larutan Untuk Mengembangkan Literasi Kimia Siswa. Prosiding
Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains, 201-204.

Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains dan Matematika sekolah Unesa, Surabaya.

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara.

64
-------- 2005. Strategi-strategi Belajar. Pusat Sains dan Matematika sekolah Unesa, Surabaya.

Ratumanan, TG. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Unesa University Press, Surabaya.

Sadiman, A. 2003. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saefudin, A. A., (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam


Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendiidkan Matematika Realistik.
Indonesia (PMRI). Al-Bidayah: jurnal pendidikan dasar Islam, 4(1).
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, KencanaPrenada Media, Jakarta.

Sari, N. F., Ritonga, N., & Gultom, H. S. B. (2019). Analisis Kesulitan Belajar peserta didik
SMP Negeri Se-Kecamatan Medan Kota Pada Materi Biologi Melalui Peta
Konsep Dan Angket. Jurnal Pembelajaran dan Biologi Nukleus, 5(2), 40-48.

Shalihah, A. (2021). Pengembangan Modul Pembelajaran Materi Pencemaran Lingkungan


Menggunakan Metode Brainstroming Berbasis Lahan Basah Untuk Melatihkan
Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik SMP. Tesis Magister Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam.

Sudibyo, E. 2003. Beberapa Teori yang Melandasi Pengembangan Model-model Pengajaran.


Depdiknas. Jakarta.

Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Suharsimi Arikunto, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunarti, T. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Depdiknas, Jakarta.

Suriasa. 2003. Penerapan Metode Analisis-Sintesis Berdasarkan Masalah Fisika di Sekolah


Lanjutan Tingkat Pertama. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri
Surabaya. Tidak Dipublikasika.

Susilana, R., & Riyana, C. (2018). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan
dan Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima.
Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Direktorat Tenaga Kependidikan, Jakarta.

65

You might also like