You are on page 1of 96

KATA PENGANTAR

‫الَّس َالُم َع َلْي ُكْم َوَرْحَم ُة ِهللا َو َبَرَك اُتُه‬

‫ا ل َح ْم ُد ل ل ه َر ِّب ا ل َع ا َل ِم ْي ن‬
‫َأ‬
‫ِل ْي ـ َن‬ ‫َو ا ل َّص ـ اَل ُة َو ا ل َّس ـ اَل ُم َع ىل ْش ـ َر ِف ا َأل ْن ِب َي ـ ا ِء َو ا ل ُم ْر َس‬
‫ٱ ْل َح ِك ي ُم‬ ‫َا ل َّل ُه َّم اَل ِع ْل َم َل َن ٓا ِإ اَّل َم ا َع َّل ْم َت َن ٓا ۖ ِإ َّن َك َأ ن َت ٱ ْل َع ِل ي ُم‬

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran dengan


kemuliaannya, dan memberi balasan kebaikan bagi para pembacanya.
Shalawatdan salam semoga tetap terlimpah kepada Rasulullah Muhammad,
kelurga, dan para sahabat beliau.

Dengan itikad untuk memudahkan kaum muslimin dalam belajar


membaca Al-Quran, kami menyusun buku mengenai bacaan gharib yang
terdapat dalam Al-Quran menurut riwayat Imam Hafsh dari Imam ‘Ashim
dengan thariq
Asy- Syathibiyah.

Dalam buku ini, penulisanayat kami sesuaikan dengan standar penulisan


mushaf yg dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, dan
sebagian ada yang mennggunakan standar Mushaf Madinah. Materi di
dalamnya disusun dengan bentuk kaidah-kaidah yang mudah dihafalkan.
kaidah-kaidah yang memiliki kesamaan, kami kumpulkan dalam satu bab.

Jazakumu lah khairan kats irankami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan buku ini. Secara khusus, kami sampikan
terima kasih kepada Asy-Syaikh Al-Muqri Muhammad Yahya Jum’an Al-
Yamani. Di bawah bimbingan beliau, materi-materi dalam buku ini
disempurnakan.

Akhirnya, kami mengharap koreksi dan masukan dari semua pihak, agar
semakin banyak kebaikan dan kemudahan dalam upaya mendekatkan ummat
kepada Al- Quran. Semoga Allah mencatat usaha kita sebagai amal shalih.
Aamiin

Purwokerto, Syawwal 1439 / Juli 2018


1
2
3
4
5
6
7
8
BACAAN ALQUR’AN
(Riwayat Hafs Dari Imam ‘Ashim Menurut Thariq Asy Syatibiyah)

A. Jalur Riwayat
Hafs (90H-180H/ 708M-798M) merupakan salah satu perawi Imam ‘Asim. Nama lengkapnya
adalah Abu ‘Amr Hafs bin Sulaiman. Mata rantai Sanadnya dari ‘Asim (w.128H /745M) – ‘Asim dari
Abu ‘Abdur Rahman bin Hubaib – Abu dari Ibnu Mas’ud – Utsman bin ‘Affan – ‘Ali bin Abi Thalib
– Ubay bin Ka’bah – Zain bin Tsabit dan mereka dari Rasulullah SAW.
Tariq asy-Syatibiyyah adalah paket jalur periwayatan bacaan Al-Qur’an yang dipilih, dibakukan
dan dipopulerkan oleh Imam Syatibiy (538H-590H/ 1134M-1194M), dimana jalur periwayatan
ini terjadi pada masa sesudah dekade Hafs. Nama lengkap Imam Syatibiy adalah Abdul Qasim bin
Firruh bin Ahmad asy-Syatibiy ar-Ru’ainiy.

B. Pengertian Tajwid
Tajwid menurut bahasa adalah membaguskan sesuatu, sedangkan menurut istilah adalah
memberikan setiap huruf segala hak-hak dan hukum yang berhak dimilikinya.
Tujuan Mempelajarinya adalah agar terhindar dari kesalahan membaca Al Qur’an.
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardu Kifayah, sedangkan mempraktekkannya dalam
membaca Al-Qur’an menjadi Fardhu ‘ain.

C. Macam-Macam Sifat Huruf


Sifat huruf menurut bahasa adalah karakteristik dari sesuatu (watak) seperti warna putih, hitam,
merah dan sebagainya, sementara menurut istilah adalah tata cara atau perilaku bunyi huruf ketika
keluar dari makhrajnya, seperti jahr, hams, syiddah, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat yang
populer di kalangan ulama tajwid, huruf hijaiyah mempunyai 17/18 sifat, dengan 5 sifat yang
mempunyai sifat yang berlawanan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:

No Sifat Huruf-Hurufnya Keterangan

1
Sifat lemah
(>< Jahr)

2 Jahr ( ):
Sifat Kuat
Nafas ditahan

3 Siddah ( ): Sifat Kuat


Suara ditahan (><Rakhawah)

9
4 Rakhawah
( ) : Lunak
dan suara tidak Sifat Lemah

tertahan

5 Bainiyah (
/
Sifat antara
)
Syiddah dan
Suara tidak tercegah Rakhawah
atau terlepas dengan
sempurna
6 Isti’la ( ُ ):
Pangkal lidah naik ke Sifat Kuat
langit-langit (>< Istifal)

7 Istifal ( ):
Lidah dibawah Sifat Lemah

8 Ithbaq (
Sifat Kuat
)Lidah bertemu dengan (>< Infitah)
langit-langit
9 Infitah ( ُ
) : Terbuka antara lidah
Sifat Lemah
dan langit-langit

10 Idzlaq ( ُ ) Sifat Lemah (><


Keluarnya lancar/ringan Ishmat)
11
Sifat Kuat

12
Sifat Kuat

13

Sifat Kuat

10
14 Inhiraf ( ):
Lenturan ujung lidah
condong kepumggung ‫ل ر‬ Sifat Kuat
lidah.

15 Takrir( ):
Suatu kali getaran halus ‫ر‬ Sifat Kuat
ujung lidah

16 Istithalah
( ): Sifat Kuat

Makhrajnya memanjang ‫ض‬


mulai dari tepi/ pangkal
lidah setelah makraj, maju
sampai makraj

17 Tafasysyi
):
Bunyinya bersamaan
‫ش‬ Sifat Kuat
dengan tersebarnya
angin kuat yang keluar
dari dalam mulut

18 Ghunnah ( ُ ):
‫م ن‬ Sifat Kuat
Berdengung

11
D. Makhraj dan Sifat-Sifat Huruf Hijaiyah

No Makhraj Huruf Sifat-Sifatnya

1 Al Jaufu Tebal tipisnya mengikuti huruf sebelumnya


(Rongga Mulut)

2 Al Halqu (Tenggorokan) 1. Nafas ditahan (Jahr)


a. Tenggorokan Bawah/ 2. Suara tertahan (Syiddah)
Tenggorokan yang 3. Lidah dibawah (Istifal)
paling dalam 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
‫ء‬ (Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

1. Nafas berhembus (Hams)


‫ه‬ 2. Lunak dan suara tidak tertahan

12
3. Lidah dibawah (Istifal)
4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
b. Tenggorokan Tengah 1. Nafas ditahan (Jahr)
2. Suara tidak tercegah dengan sempurna dan
tidak terlepas dengan sempurna (Bainiyah)
‫ع‬ 3. Lidah dibawah (Istifal)
4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
1. Nafas berhembus (Hams)
2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ح‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

c. Tenggorokan Atas/ 1. Nafas ditahan (Jahr)


Ujung tenggorokan 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
yang paling dekat 3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
dengan lidah ‫غ‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

1. Nafas berhembus (Hams)


2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
‫خ‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

3 Al Lisan (Lidah)
1. Pangkal lidah dan 1. Nafas ditahan (Jahr)
langit-langit 2. Suara tertahan (Syiddah)
a. Pangkal lidah dan 3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
langit-langit
‫ق‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Memantul suara tambahan (Qolqolah)

13
b. Di muka makhroj 1. Nafas berhembus (Hams)
2. Suara tertahan (Syiddah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ك‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

2. Tengah lidah
Tengah-tengah lidah 1. Nafas ditahan (Jahr)
dengan langit-langit 2. Suara tertahan (Syiddah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ج‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Memantul suara tambahan (Qolqolah)

1. Berdesis lepas (Hams)


2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ش‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

1. Nafas ditahan (Jahr)


2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ي‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)

3. Sisi lidah
Permukaan ujung lidah 1. Nafas ditahan (Jahr)
dan dua pinggir lidah 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
beradu dengan 3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
geraham atas 4. Lidah bertemu dengan langit-langit
‫ض‬ (Ithbaq)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Makhrajnya memanjang mulai dari tepi
lidah/pangkal lidah setelah makhrajnya ,
maju sampai makhraj \Istithalah)

14
4. Ujung Lidah

a. Kepala lidah dan gusi 1. Nafas ditahan (Jahr)


muka yang atas 2. Suara tidak tercegah dengan sempurna
dan tidak terlepas dengan sempurna
(Bainiyah)
‫ل‬ 3. Lidah dibawah (Istifal)
4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Keluarnya lancar/ringan (idzlaq)
6. Lenturan ujung lidah condong
kepunggung lidah (inhirah)

b. Ujung lidah dibawah 1. Nafas ditahan (Jahr)


makhraj “ “‫ل‬ 2. Suara tidak tercegah dengan sempurna dan
tidak terlepas dengan sempurna (Bainiyah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ن‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Keluarnya lancar/ringan (idzlaq)
6. Dengung (Ghunnah)
c. Ujung lidah dekat 1. Nafas ditahan (Jahr)
‫ن‬
makhraj “ “ 2. Suara tidak tercegah dengan sempurna dan
tidak terlepas dengan sempurna (Bainiyah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
‫ر‬ (Infitah)
5. Keluarnya lancar/ringan (idzlaq)
6. Lenturan ujung lidah condong kepunggung
lidah (Inhiraf)
7. Satu kali getaran halus ujung lidah (Takrir)
d. Antara punggung 1. Berdesis/nafas berhembus (Hams)
ujung lidah dan 2. Suara tertahan (Syiddah)
pangkal dua gigi muka 3. Lidah dibawah (Istifal)
yang atas ‫ت‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
1. Nafas ditahan (Jahr)
5.
2. Tidak
Suara lancar dan
tertahan hati-hati (Ishmat)
(Syiddah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫د‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Memantul suara tambahan (Qolqolah)

15
1. Nafas ditahan (Jahr)
2. Suara tertahan (Syiddah)
3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
‫ط‬ 4. Lidah bertemu dengan langit-langit
(Ithbaq)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Memantul suara tambahan (Qolqolah)
e. Antara punggung 1. Berdesis lepas (Hams)
ujung lidah dan ujung 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
dua gigi yang atas 3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ث‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
1. Nafas ditahan (Jahr)
2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ذ‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
1. Nafas ditahan (Jahr)
2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)
‫ظ‬ 4. Lidah bertemu/nempel dengan langit-langit
(Ithbaq)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
f. Antara ujung lidah dan 1. Nafas ditahan (Jahr)
halaman dua gigi muka 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
atas 3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ز‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Suara berdesis (Shafir)
1. Berdesis lepas (Hams)
2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫س‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Suara berdesis (Shafir)
1. Berdesis lepas (hams)
‫ص‬ 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Pangkal lidah naik ke langit-langit (Isti’la)

16
4. Lidah bertemu/nempel dengan langit-langit
(Ithbaq)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
6. Suara berdesir (shafir)
D Asy-Syafataini (2 Bibir)
1. Dua perut bibir sebelah 1. Nafas ditahan (Jahr)
dalam 2. Suara tertahan (Syiddah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ب‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Keluarnya lancar/ringan (Idzlaq)
6. Memantul suara tambahan (Qolqolah)
2. Dua perut bibir 1. Nafas ditahan (Jahr)
sebelah luar 2. Suara tidak tercegah dengan sempurna dan
tidak terlepas dengan sempurna (Bainiyah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫م‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Keluarnya lancar/ringan (idzlaq)
6. Berdengung (Ghunnah)
3. Antara 2 perut bibir 1. Nafas ditahan (Jahr)
2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫و‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
4. Perut bibir bawah dan 1. Berdesis lepas (Hams)
ujung 2 gigi atas 2. Lunak dan suara tidak tertahan (Rakhawah)
3. Lidah dibawah (Istifal)
‫ف‬ 4. Terbuka antara lidah dan langit-langit atas
(Infitah)
5. Tidak lancar dan hati-hati (Ishmat)
E Al-Khaisyum Bersifat ghunnah/mendengung, diantaranya:
(Rongga Hidung) 1. Ghunnah
2. Ikhfa Haqiqi
3. Ikhfa Syafawi
4. Idghom bighunnah
5. Iqlab

17
18
Gambar Tempat Keluarnya Huruf Hijaiyah

Pangkal Lidah

Pangkal lidah dengan langit-langit Pangkal lidah dengan langit-langit


di depan makhroj ‫ ل‬sedikit

Tengah Lidah

Tengah-tengah lidah dengan langit-langit

Sisi Lidah

19
Punggung ujung lidah menyentuh Pinggir lidah beradu dengan salah satu
gusi gigi depan yang atas atau dua geraham atas yang kiri atau
kanan atau keduanya

Ujung Lidah

Ujung lidah mengarah sedikit ke Ujung lidah menyentuh gusi gigi atas
punggung lidah, bertemu gusi depan dengan menyertakan dengung
yang atas, dekat dengan makhroj ‫ن‬ di bawah makhroj ‫ ل‬sedikit

20
Antara punggung ujung lidah dan pangkal dua gigi seri depan atas

Antara ujung lidah dengan halaman antara dua gigi seri depan atas dan bawah

Punggung ujung lidah dan ujung dua gigi seri yang atas

21
Dua Bibir

Dua perut bibir sebelah dalam Ujung gigi seri atas menyentuh
perut bibir bagian bawah

Antara dua perut bibir dengan Antara dua bibir bagian tengah
memajukannya seraya menyertakan disertai keluarnya suara dengung
rongga diantaranya

Rongga Mulut

Yaitu Makhroj Mad ‫ا و ى‬

22
23
24
2
lshajiqollm

25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
E. Hukum Mim Mati
ُ ) jika bertemu huruf hijaiyah yang 28, mempunyai 3 hukum bacaan, yaitu:
‫م‬
Mim Mati ( ْ
ikhfa syafawi, idghom syaafawi, dan idzar syafawi.

1. Ikhfa Syafawi
ُ ) bertemu dengan huruf “ ‫“ ب‬.
‫م‬
ialah apabila ada mim mati ( ْ
Huruf
Ikhfa Syafawi
Mim Mati ( ُْ
ُ)
‫م‬ Keterangan

‫ب‬ ُْ
‫َاهم‬ ‫َم‬
‫و‬ Mim mati diikhfakan ke dalam ba’ ( ‫ب‬ ) sesudahnya
َ
‫ن‬ ‫ِن‬
ُْ‫ِي‬ ‫ْم‬
‫ِمؤ‬
‫ب‬ disertai tempo dengung 2 harakat.
Catatan:
Cara membaca iqlab dan ikhfa’ syafawi, hendaknya kedua bibir tidak dikatupkan secara kuat, tetapi
secara ringan saja.

2. Idgham Syafawi
ُ ) bertemu dengan mim “ ‫” م‬
‫م‬
ialah apabila ada mim mati ( ْ
Huruf
Mim Mati ( ) Keterangan
Idghom Syafawi
‫م‬ ُْ‫ْك‬
‫م‬ ‫ِن‬‫ُْم‬‫َاهم‬ ‫م‬ Mim mati diidghomkan ke dalam mim ( ‫م‬ )
ُْ‫من‬
َُْ‫ْهم‬‫ِن‬
‫َم‬‫و‬ sesudahnya, disertai tempo dengung 2 harakat.

َُ
َ
‫ر‬ ‫َف‬
‫ك‬

3. Izhar Syafawi
ialah apabila ada mim mati ( ُ
‫م‬
ْ ) bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain ba ( ‫) ب‬
dan mim ( ُ‫) م‬.
Huruf
Mim Mati ( ) Keterangan
Izhar Syafawi
….ُُُُُُ‫ء‬ ُْ‫ْتم‬ ‫ظَل‬
‫َم‬ Mim mati dibaca dengan jelas (tidak ada dengung),

ُُُُُُُُ ُْ‫نفسَك‬
‫م‬ َْ‫ا‬ terlebih ketika bertemu fa ( ‫و‬ ) atau waw ( ‫) ف‬.
ُْ‫نتم‬َْ
‫َا‬‫و‬
….ُُُُُُ‫ت‬
َ ‫ْلو‬
ُْ
‫ن‬ ‫تت‬َ
ُُُُُُ
dan seterusnya
…. ُُُُُُ‫ف‬ ‫ْزْقهم‬
ُْ ‫َار‬
‫و‬
‫ِيْه‬
‫َا‬ ‫ف‬
ُُُُُ ُْ
‫ْبهم‬‫َقلو‬‫و‬

38
‫وُُُُُُ‬
‫‪….‬‬ ‫ٌَ‬
‫ة‬
‫ُ‬ ‫َجِل‬
‫و‬
‫ُُُُُُ‬

‫‪39‬‬
F. Hukum Nun atau Mim Bertasyid
Apabila ada nun ditasyid ( ) atau mim ditasyid ( ) harus dibaca ghunnah (dengung) yang
sempurna.
Mim Tasyid Nun Tasyid
Keterangan
ُ)
‫م‬
( ( ُ)
‫ن‬
Huruf ghunnah ‫ما‬
ُ َ‫و‬
َّ‫َل‬ ‫نه‬
ُ َِّ
‫إ‬ Tempo dengung 2 harakaat, aik nun tasyid /
mim tasyid ( )
Di tengah kalimat seperti atau di
akhir kalimat seperti ketika diwaqofkan

G. Idghom Shaghir
Idghom shagir ialah huruf pertama yang mati dilebur ke dalam huruf kedua yang berharakat,
sehingga menjadi satu huruf yang bertasyid. Ighom shaghir dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
No Jenis Contoh Keterangan
1 Idghom mutamatsil: ُْ ‫ْغ‬
‫َام‬ ‫ِذ‬
‫ا‬ ُ‫َجِه‬
‫ْه‬ ‫ يو‬Kecuali bila huruf pertama
idgham ini berupa huruf mad,
ُُ‫ِل‬ ‫َم‬
‫َاث‬‫مت‬ ُْ ‫َب‬‫ْت‬‫يغ‬َ ‘misalnya
Apabila makhraj dan sifat huruf ُْ‫َك‬
‫م‬ ‫ْض‬‫بع‬َ ُِ‫ُفى‬/ُْ ‫َهم‬ ‫ْاو‬ ‫َقالو‬
pertama dan kedua sama.
ُْ
‫م‬
ٍ ‫يو‬ َ
2 Idghom mutajanis: ُْ ‫ْغ‬
‫َام‬ ‫ِذ‬
‫ا‬ ُْ ‫َّت‬
‫َد‬ُ
‫و‬ “‫ “ت‬idghom ke dalam “‫“ط‬

‫ِس‬ ‫َج‬
‫َان‬ ‫مت‬ ‫َة‬ ‫ِف‬‫ِل ( طَائ‬ ‫َام‬ ‫ُْك‬ ‫َام‬ ‫ْغ‬‫ِذ‬‫) ا‬
Apabila makhraj huruf pertama dan ُْ َّ‫َله‬
‫َمت‬
kedua sama, tapi berbeda sifat.
‫َة‬ ‫ِف‬‫طَائ‬
ُْ ‫ِن‬‫َلئ‬ “‫ “ط‬idghom kedalam “‫ “ت‬dengan

ُْ‫َسَط‬
َ
‫ت‬ ‫ب‬ tetap dengan sifat ithbaq, namun
sifat qolqolah ditiadakan.
‫َطْت‬
ُ ‫َح‬‫ا‬
ُْ‫ْبَت‬ ‫ُجِي‬‫ “ت“ ا‬idgham kedalam “‫“د‬
‫َا‬‫َتكم‬ ‫ْو‬‫َع‬‫) اذغامُكامل ( د‬
ُْ‫َت‬ ‫َل‬‫ْق‬‫َث‬‫ا‬
‫َا‬‫َو‬‫َع‬‫د‬
ْ
َُّ‫تبَي‬
‫ن‬ َُ‫ “د“ قد‬idhom kedalam “‫“ت‬
ُْ‫دُت‬
‫م‬ َْ‫َب‬‫) اذغامُكامل ( ع‬
ُْ ‫َث‬‫له‬ْ‫ي‬َ “‫ “ث‬idhom kedalam “‫“ذ‬

40
ُ‫َل‬
َ‫ِك‬ ‫ذ‬ ( ‫اذغامُكامل‬ )

‫ْا‬‫َمو‬ ‫ْظَل‬‫ِذ‬
‫ “ذ“ ا‬idhom ke dalam “‫“ظ‬
( ‫اذغامُكامل‬ )

‫َب‬
ُْ ‫ْك‬‫َر‬
‫ا‬ “‫ “ب‬idhom kedalam “‫“م‬

‫َا‬ ‫َن‬‫مع‬َ ( ‫اذغامُكامل‬ ),


disrtai dengung 2 harakaat.
3 Idhom mutaqarib: ‫ِى‬‫َب‬‫ُْر‬‫قل‬ ‫ل‬ ‫ر‬
“ “ idghom kedalam “ “
Apabila makraj maupun sifat huruf
pertama dan kedua berdekatan
ُْ‫ََلم‬
‫ا‬ ( ‫اذغامُكامل‬ )

ُ‫ْك‬
‫م‬
ْ ‫ْلق‬ َ
‫نخ‬ namun boleh juga dibaca idgham
‫ق‬
naqis yaitu sifat isti’la “ “ tetap
ada.

41
H. Macam-Macam Mad
Mad artinya ialah memanjangkan suara ketika mengucapkan huruf mad. Adapun huruf Mad
terbagi menjadi 3 yaitu:

A. Alif (baik tertulis atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf ang berharakat
fathah) ‫ُا‬/...... َ ). Ia mempunyai panjang asli 2 harakat. Contohnya alif pada
ُ‫ ’’ َقا‬dan “ ْ
lafadz “ َ
‫ل‬ ُ‫م‬
‫ن‬ ‫َّح‬
َْ ‫’’ الر‬.

42
B. Waw mati (baik yang tertulis atau tidak ) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat
dhammah. Ia mempunyai panjang asli 2 harakat. Contohnya waw pada lafadz “ ‫" َله‬
ُ dan

“ ‫ْل‬
ُ ‫َقو‬
‫“ي‬
C. Ya’ mati (baik tertulis atau tidak) dimana sebelumnya berupa huruf yang berharakat kasrah.
Ia mempunyai panjang asli 2 harakat. Contohnya ya’ pada lafadz “ َ
ُْ‫ِي‬
‫ل‬ ‫ق‬ “ dan “ ُ‫ِه‬
‫ب‬
ُ‫ل‬
‫م‬
ٌ ِْ
‫“ ع‬.

I. Hukum Mad
Secara garis besar hukum Mad dibagi menjadi 2, yaitu: Mad Thobi’i/Mad Asli dan Mad Far’i.
A. Mad Thabi’i
Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya “tidak” berupa hamzah/huruf mati/huruf
ditasydid. Mad Thabi’i panjangnya 2 harakat. Yang semisal dengan Mad Thabi’I diantaranya:

No. Mad Thabi’i Keterangan Contoh

1. Mad Badal Apabila ada huruf Mad yang sebelumnya ‫ْا‬


ُ‫َن‬
‫و‬ ‫َام‬‫ء‬
(ُ‫د‬ْ‫م‬
َ berupa hamzah “ ‫’’ ء‬ ‫أوتوا‬
َ‫ب‬
‫دل‬ َ)
2. Mad ‘Iwad Apabila ada huruf Mad alif menjadi pengganti ‫ِر‬
‫ًا‬ ‫َد‬
‫ْت‬‫مت‬
( ْ
‫َد‬
ُ ‫ِو‬ ْ‫م‬
‫دُع‬ َ “fathah tanwin” ketika waqaf, slama yang
‫ًا‬‫َاء‬‫م‬
ditanwin bukan ta’ marbuthah
)

3. Mad Shilah Apabila ada Ha’ Dhamir ( / ) yang ‫َا‬‫َلهُم‬


Qoshirah sebelumnya berupa huruf hidup selain
ُ‫ل‬
‫م‬
ٌ ِْ‫ُِع‬
‫ِه‬‫ب‬
ُِ‫َة‬
‫ِل‬ ْ‫م‬
‫دص‬
( َ hamzah qatha’, kecuali

ُ
‫ه‬
َْ ‫) َقص‬
‫ِر‬
4. ُ-ُُُ‫ح‬ Maksudnya huruf Mad Alif yang terdapat ‫حم‬
pada huruf hijaiyah ang menjadi “awal surah”
‫ُُي‬ ‫يس‬
(terkumpul dalam lafadz ُ‫ُُطَه‬
َ
‫ر‬ ‫َي‬‫)ح‬
ُ-ُُُ‫ط‬ ‫طه‬
ُ‫ُُه‬ ‫الر‬
ُُُُُُ
ُُُ‫ُر‬
5. Mad Tamkin Apabila berhimpun dua ya’, ya’ pertama ُْ‫حيِيْت‬
‫م‬
ْ‫م‬
( ُ‫د‬ َ bertasydid dan berbaris kasrah, sedang ya’
ُْ‫َّبِيِي‬
َ
‫ن‬ ‫الن‬
kedua mati/sukun.
ٌ
ُِ
‫ن‬ ‫مك‬
ْ‫ت‬َ)

43
B. Mad Far’i
Apabila ada huruf Mad yang sesudahnya berupa hamzah/huruf mati/huruf ditasydid.
No Mad Far’i .Keterangan Panjang
1. Mad Wajib Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya 4 harakat atau 5
Muttasil berupa hamzah dan terletak di dalah satu harakat tanda
ْ‫م‬
ُ‫د‬ َ kalimah. Contoh: ُ-َُ
‫َُ–ُجِيْء‬
‫َاء‬
‫ج‬ bacanya ( ‫)ء‬
ُْ
‫َاجِب‬ ‫و‬ ‫ء‬
ُ
َْ‫سو‬
ْ
ُِ
‫ل‬ ‫َّص‬
‫مت‬
2. Mad Ja’iz Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya 4 harakah
Munfasil berupa hamzah dan terletak di lain kalimah.
ْ‫م‬
ُ‫د‬ َ :ُ–ُ‫َا‬
Contoh ‫يه‬َُّ
‫يا‬َُُ
ُْ
‫ِز‬‫َائ‬‫ج‬ ُ‫ْفسَك‬
‫م‬
ْ ‫َنن‬
‫ْاا‬
‫قو‬
ُْ ‫َص‬
‫ِل‬ ‫ْف‬
‫من‬
Perhatian Apabila ada huruf Mad terdapat pada Ha’ Atau 5 harakat
Dhamir / ‫( ) ه‬yang sebelumnya berupa tanda bacanya
huruf hidup dan sesudahnya berupa hamzah َ
ُ
‫ا‬
(..... .....)
hidup di lain kalimah, juga disebut Mad Ja’iz
(.....ِ
ُ......)
‫ا‬
Munfasil, namun bisa juga disebut “Mad
Silah Thowilah”ُْ ‫َه‬‫يل‬ ِْ‫ُْطَو‬ ‫َه‬
‫ِل‬ ‫دُص‬ ْ‫م‬ َ (.....ُ
‫ا‬......)
ُ
Apabila terdapat Mad Wajib Muttashil atau
Mad Ja’iz Munfasil lebih dari satu tempat,
maka cara membacanya, bila tempat
pertama/ ketika washlalnya dibaca 4 harakat,
maka tempat kedua dan seterusnya
seyogyanya juga dibaca 4 harakat. Demikian
bila tempat pertama / ketika washlalnya
dibaca 5 harakat, maka tempat kedua dan
seterusnya seyogyanya juga dibaca 5 harakat.
ُ
‫ِه‬ َ‫ْرهُا‬
‫ِلىُالّلُِ–ُب‬
Contoh: ‫َم‬
‫َا‬‫و‬
َُ
‫َل‬ ‫ُْيو‬
‫ْص‬ ‫َن‬
‫ا‬
3. Mad Lazim Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya 6 Harakat tanda
Kilmy berupa huruf mati asli dan terletak dalam bacanya
Mukhaffaf satu kalimah. ْ
ُ
َ
(..... ......)

44
Contoh: ‫َْْلَن‬
َُُ ‫ا‬ َ
ُ
(..... .....)

4. Mad Lazim Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya


Kilmy berupa huruf bertasydid dan terletak dalam
Mutsaqqal satu kalimah.
Contoh: ُ ‫َْلكبْر‬
‫َُ–ُآلّل‬ َّ َّ‫الط‬
‫امةُا‬
5. Mad Lazim Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya
Harfy berupa huruf mati asli yang tidak
Mukhaffaf diidghamkan, yaitu terdapat pada huruf
hijaiyah yang menjadi fawatih al Suwar (awal
surat)
ُ‫يس‬
Contoh: Sin pada

Mim padaُ‫آلم‬
6. Mad Lazim Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya 6 Harakat
Harfy berupa huruf mati asli yang diidghamkan
Mutsaqqal yaitu terdapat pada huruf hijaiyah yang
menjadi fawatih Al-Suwar (awal surat).
Contoh:
Lam pada ُ‫آلم‬

Lam pada ‫آلمر‬

Sin pada ُُُ‫طسم‬

Perhatikan Huruf Hijaiyah yang menjadi awal surah ang


mempunyai hukum Mad Lazim Harfy
Mukhaffaf/Mutsaqqal terkumpul dalam lafadz
(ُ‫َصَُسَلك‬
‫م‬
ْ َ)
‫نق‬
Contoh :ُ‫ُص‬-ُ‫ُق‬-ُ‫ُُُُُن‬

‫ُم‬-ُُ‫ُك‬-ُ‫ُل‬-ُ‫ُس‬-

7. Mad Lein Ialah apabila ada huruf Lein (waw atau ya’ 2 harakat/
mati baik tertulis atau tidak, dimana 4 harakat/
sebelumnya berupa huruf yang berharakat 6 harakat/
fathah) dan sesudahnya berupa huruf mati

45
tidak asli.
Contoh: ‫َّي‬
‫ْف‬ ‫َالص‬ ‫َو‬
‫ْفٍُ–ُو‬ ‫ُْخ‬
‫ِن‬‫م‬
8. Mad ‘Aridh Ialah apabila ada huruf Mad yang sesudahnya 2 harakat/ 4
Lissukun berupa huruf mati tidak asli karena harakat/ 6
diwaqafkan. Dengan catatan bila Mad ‘Aridh harakat
Lissukun tempat pertama dibaca 2 harakat,
maka tempat kedua dan seterusnya juga
harus sama yaitu 2 harakat. Demikian pula
bila tempat pertama dibaca 4 harakat atau 6
harakat, maka tempat kedua dan seterusnya
seyogyanya juga harus dibaca sama yaitu 4
harakat atau 6 harakat.
ُ...ُ-َُ
Contoh: ‫َم‬
‫ِيْن‬ ‫َل‬ ْ ِ‫َب‬
‫ُالع‬ ‫ر‬
‫َّحِيْم‬
‫الر‬
Perhatian Apabila ada hamzah diakhir kalimah yang 4 harakat /5
sebelumnya berupa huruf Mad dan harakat / 6
diwaqafkan, ia disebut Mad Muttashil ‘Aridh. harakat
Dengan catatan bila Mad Wajib Muttashil
sebelumnya / ketika washal dibaca 4 harakat.
Namun bila Mad Wajib Muttashil ‘Aridh boleh
dibaca 4 harakat atau 6 harakat. Namun bila
Mad Wajib Muttashil sebelumnya/ ketika
washal dibaca 5 harakat, maka Mad Muttashil
‘Aridh boleh dibaca 5 harakat atau 6 harakat.
ُ–ُ‫ْء‬
Contoh: ‫َشَاء‬
‫ُْ–ُقرو‬ ‫ي‬
‫َّس‬
ُُ‫ِئ‬ ُ
‫الن‬

Apabila ada huruf tasydid diakhir kalimah 6 harakat


yang sebelumnya berupa huruf Mad dan
diwaqafkan, disebut Mad Lazim ‘Aridh.
ُ–ُ‫َاف‬
Contoh: ‫َارُ–ُص‬
‫َو‬ ‫َيْر‬
‫َمض‬ ‫غ‬
‫َالَج‬
ُ‫َان‬ ‫و‬

J. Saktah
Saktah adalah berhenti membaca selama 2 harakat tanpa bernafas, dengan niat untuk
meneruskan bacaan. Adapun di dalam al qur’an ada 4 tempat berikut;

46
No Lafadz Surah Ayat Tertulis
1 Dan ‫الكهف‬ 1-2 ‫َقيِم‬
‫ًا‬ " " ‫ًا‬
‫َج‬‫ِو‬
‫ع‬
ُ"ُ‫ًا‬ ‫ِو‬
‫َج‬ ‫ع‬ Oleh karena sebagai
‫ًا‬ َ ُُ
‫"ُقيِم‬ ahir ayat boleh juga di baca
waqaf.
2 “ “ dan “ ‫يس‬ 52 ‫َا‬
‫هذ‬ " " َِ
‫نا‬ َ‫مر‬
‫ْقد‬ َُْ
‫ِن‬‫م‬
“ َِ
ُ‫نا‬ ‫ْقد‬َ‫مر‬َُْ ‫ِن‬‫م‬
ُ‫َا‬‫"ُُُ"ُُهذ‬
ُ
3 “َ
ُ‫َا‬
‫ق‬ ‫ “ ر‬dan “ ْ
ُ‫م‬
‫ن‬ َ ‫القيامة‬ 27 “ َ
ُ‫َا‬
‫ق‬ ‫"ر‬ " ْ
ُ‫م‬
‫ن‬ َ “

4 “ َ ‫ “ ر‬dan “ ْ
ُ‫َا‬
‫ن‬ ُ‫ب‬
‫ل‬ َ ‫المطفيفين‬ 14 “ َ
ُ‫َا‬
‫ن‬ ‫“ر‬ “ ْ
ُ‫ب‬
‫ل‬ ََُّ‫َال‬
‫ك‬

K. Tafkhim dan Tarqiq


Tafkhim ialah sifat ketebalan pada suatu huruf, sedang sifat sebaliknya disebut Tarqiq (tipis).
Huruf Hijaiyah apabila dilihat dari sifat-sifat tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
A. Dibaca Tafkhim
Dibaca Tafkhim Keterangan
1 Huruf Isti’la Terkumpul dalam ٍ
ُِ
‫ظ‬ ‫ْط‬
‫ٍُق‬ ‫َغ‬
‫حصَُّض‬ yang tingkat
ketebalannya sebagai berikut:
1 Jika huruf Isti’la berharakat fathah dan sesudahnya
berupa alif, misal: ُ‫ُطَا‬-ُ‫ًا‬
َ
‫ب‬ ‫ِر‬‫َاب‬
‫ص‬
(ini paling tebal)
2 Jika huruf Isti’la berharakat fathah dan sesudahnya bukan
alif, misalnya َُ
‫َب‬‫َر‬ ‫طَبَع‬
‫َُ–ُض‬
Atau jika huruf Isti’la mati dan huruf sebelumnya
berharakat fathah, misalnya َ
ُِ
‫ب‬ ‫ْر‬
‫مغ‬َُ-ٍُ‫َطْلع‬
‫م‬
(tebalnya dibawah nomor 1)
3 Jika huruf Isti’la berharakat dhammah, misalnya
‫َى‬‫َُ–ُطو‬
‫ْب‬ ‫ِب‬‫ضر‬ Atau jika huruf Isti’la mati dan
huruf sebelumnya berharakat dhammah, misalnya
َُُُ
‫ْن‬ ‫َيطْع‬
‫ِمو‬ ‫َُ–ُو‬
‫ْن‬ ‫ْم‬
‫َحو‬‫مق‬
(tebalnya di bawah nomor 2)
4 Jika huruf Isti’la berharakat kasrah, misalnya ‫َت‬
ُ–ُْ ‫دخِل‬

47
ٌ‫ِسْم‬
ُ‫َة‬ ‫ق‬ Atau jika huruf Isti’la mati dan huruf

sebelumnya berharakat kasrah, misalnya ‫ْر‬


ُ–ُ‫َاج‬ ‫ِخ‬
‫ا‬
ُ ‫ِطْع‬
‫َام‬ ‫ا‬
(tebalnya dibawah nomor 3)
2 Ra’ yang berada di 1 Jika ra’ berharakat fathah, misalnya ُ–ُ‫َة‬
‫ْم‬
‫َح‬‫ر‬
awal atau tengah
kalimah
َ
ُ‫ي‬
‫ت‬ َْ
‫َا‬‫َر‬
‫ا‬
2 Jika ra’ berharakat dhammah, misalnya
‫َروا‬
‫َف‬‫ِقواُ–ُك‬
‫رز‬
3 Jika ada ra’ mati sesudah huruf yang berharakat fathah,
misalnya ُُ‫َا‬
‫لن‬َْ‫ْس‬
‫َر‬‫ا‬
4 Jika ada ra’ mati sesudah huruf yang berharakat
dhammah, misalnya َُُ
‫ْن‬‫َقو‬
‫ْز‬‫ير‬
5 Jika ra’ mati sesudah huruf kasrah ‘aridhi (tidak asli),
misalnya ‫َعو‬
ُُ‫ْا‬ ‫ْك‬‫ِر‬
‫ِىُ–ُا‬ ‫ِر‬
‫ْجِع‬ ‫ا‬
6 Jika ra’ mati, terletak sesudah huruf yang berharakat
kasrah yang berada diakhir kalimah sebelumnya,
misalnya ُُْ َْ
‫تبْتم‬ ‫ِنُِار‬
‫ا‬
7 Jika sebelum ra’ mati berupa huruf yang berharakat
kasrah asliyah dan sesudahnya berupa huruf Isti’la yang
tidak dibaca kasrah, misalnya ٌ‫ْق‬
‫ة‬
ُ َ‫ِر‬
‫ْطَاسٌُ–ُف‬
‫ِر‬‫ق‬
3 Ra’ berada diakhir Jika ra’ mati-baik asli/ ‘aridhi, terletak:
kalimah a.) Sesudah huruf yang berharakat fathah, misalnya
ُْ
‫مر‬ََ
‫َالق‬
‫و‬
Yang diwaqafkan dan َُ
‫ر‬
ْ ََ‫َال‬
‫تذ‬ ‫و‬ atau diantara keduannya

dipisah huruf shahih mati misalnya ُْ


‫ر‬
ْ ‫َص‬ ْ ‫ و‬yang
‫َالع‬
diwaqafkan:
b.) Sesudah alif, misalnya ُ‫َّا‬
‫ر‬
ْ ‫الن‬ yang diwaqafkan;
c.) Sesudah huruf yang berharakat dhammah misalnya
ُ‫ُّذ‬
‫ر‬
ِ ‫ِالن‬
‫ب‬ yang diwaqafkan, atau di antara keduannya

dipisah huruf shahih mati misalnya ُِ ْ ‫مع‬


‫َُالعسْر‬ َ
yang diwaqafkan;
d.) Sesudah waw mati misalnya ُْ
‫ر‬
ِ ‫ُّدو‬
‫ِىُالص‬
‫ف‬ yang
diwaqafkan.

48
4 Lam Lafdz 1 Jika “ ‫هللا‬ “ dibaca dari permulaan, misalnya ‫هللا‬
ُ
‫مد‬
َ ‫ص‬
َّ ‫ال‬

2 Jika “ ‫ “ هللا‬didahului huruf yang berharakat fathah,


misalnyaُ‫َُهللا‬ ‫هو‬
3 Jika “ ‫هللا‬ “ didahului huruf yang berharakat

dhammah misalnya ‫ْلُهللا‬ ‫َسو‬ ‫ر‬


5 Alif 1 ‫َقال‬
Jika alif terletak sesudah huruf Isti’la, misalnyaَُ
ُ
2 Jika alif terletak sesudah lam lafadz Jalalah yang tidak
didahului oleh huruf berharakat kasrah, misalnya
ُ‫ْدُهللا‬
‫ِي‬
‫ير‬
3 Jika alif terletak sesudah ra’ yang tidak dibaca imalah,
misalnya ُُ‫َى‬
‫تر‬َْ َ‫و‬
‫َلو‬

B. Dibaca Tarqiq
Dibaca Tarqiq Keterangan
1 Huruf Isti’la Yaitu huruf hijaiyah selain huruf Isti’la
2 Ra’ yang berada 1 Jika ra’ berharakat kashrah, misalnya ُ–ًُ‫َاال‬
‫ِج‬‫ر‬
diawal atau tengah
َِ
‫نا‬ َْ
‫مر‬ ‫ُْا‬
‫ِن‬‫م‬
kalimat
2 Jika sebelum ra’ mati berupa huruf yang berharakat
kashrah asliyah dan sesudahnya bukan huruf Isti’la,
misalnya َُُ
‫ْن‬‫َو‬
‫ْع‬‫ِر‬
‫ف‬
3 Ra’ yang berada 1 Jika ra’ mati (‘aridhi) sesudah huruf berharakat kasrah,
diakhir kalimah misalnya waqaf pada ‫ِر‬
ُْ َّ‫ُْ–ُم‬
‫دك‬ ‫ِر‬‫َقد‬ Atau
antara keduanya dipisah huruf shahih mati yang bukan
huruf Isti’la

misalnya ‫ِكْر‬
ُْ ‫َالَب‬
‫و‬ yang diwaqafkan
2 Jika ra’ mati (‘aridhi) sesudah ya’ mati,
misalny ‫َبِير‬
ُْ ‫ِيْر–ُخ‬
‫بص‬َ yang dibaca waqaf
4 Lam Lafadz Jalalah Jika sebelum lafadz ‫ هللا‬didahului huruf yang berharakat
‫هللا‬ kasrah, misalnya ‫َّق‬
ُ‫ُِهللا‬ ‫َت‬‫ُْي‬
‫من‬ََ
‫و‬
5 Alif Jika alif tidak terletak sesudah huruf Isti’la atau tidak terletak

49
sesudah lam lafadz ‫هللا‬ misalnya َُُ
‫يب‬ ‫الَر‬
َْ

C. Boleh Dibaca Tafkhim atau Tarqiq

Boleh Dibaca Tafkhim/Tarqiq Keterangan

1 Ra’ di tengah kalimah Jika sebelum ra’ mati berupa huruf yang berharakat
kasrah asliyah dan sesudahnya berupa huruf Isti’la
yang berharakat kasrah, misalnya ْ
ُْ
‫ق‬ ‫ُُّف‬
‫ِر‬ ‫كل‬
2 Ra’ di akhir kalimah Jika akhir kalimah berupa ra’ mati dan huruf
sebelumnya berharakat kasrah, dipisah oleh huruf
Isti’la yang mati. Ini hanya terdapat pada َُ
‫َيْن‬
‫ع‬
ْ‫ْط‬
ُ‫ِر‬ ْ
‫الق‬ dan ُْ
‫ر‬
ْ ‫ِص‬
‫ م‬Ketika dibaca
waqaf
3 ُ–ُِ‫ُِ–ُنذر‬ ‫َسْر‬‫َي‬
‫ِذ‬‫ا‬ Ketika waqaf pada kalimah-kalimah tersebut.

ُْ‫َس‬
‫ر‬
ِ ‫نا‬َْ ‫َا‬
‫َسْرُا‬ ‫ف‬

L. Lafadz-Lafadz Ghorib
No Lafadz Surat Keterangan
1 ‫الم‬ Al-Baqarah: 1 Mim mati pada “ ‫( “ ل‬lam) yang
bertemu dengan “ ‫ “ م‬hukumnya
tetap dibaca ghunnah (dengung 2
harakat).
2 ‫َبْصط‬
ُ ‫ي‬ Al-Baqarah: 245 “ ‫ص‬ “ dibaca “ ‫س‬ “( ‫َبْسط‬
ُ ‫ي‬
)
3 ‫)ُهللا‬1(ُ‫الم‬ Ketika “ ‫الم‬ “ diwashalalkan
:1-2
dengan “ “ huruf Mad pada “ ‫هللا‬ “
(mim) boleh dibaca 2 wajah, yaitu 2
harakat atau 6 harakat sedangkan
mimnya diberi harakat fathah.
4 ‫ْطَة‬
‫بص‬َ Ali Imran: 69 “ ‫ص‬ “ dibaca “ ‫س‬ “( ‫َسْطَة‬
‫ب‬
)
5 ُ)ُُ(ٌُ‫ِيْم‬
‫عل‬ Akhir surat Al- Boleh dibaca 3 wajah:
Anfal dan awal Washal antara akhir Al-Anfal dengan
‫َة‬
‫َاء‬
‫بر‬َ surat At-Taubah: awal At-Taubah
1-75 Waqaf diakhir surat Al-Anfal kemudian
melanjutkan pada awal surat At-

50
Taubah.

6 ‫َا‬‫ْرىه‬ ‫مج‬َ Hud: 41 Alif sesudah ra’ dibaca imalah

7 ُ‫َّا‬
‫َن‬‫َأم‬‫الَتـ‬ Yusuf: 11 Nun tasydid dibaca isman, yaitu ketika
dalam pertengahan membaca ghunnah
ُ‫َا‬
‫م‬
ْ ‫ِشْم‬
‫ا‬ yang 2 harakat kedua bibir dimajukan
sebagai isyarat harakat dhammah
8 ‫طسم‬ Asy-Syuara: 1 Nun mati pada “ ‫س‬ “ (sin) yang

bertemu “ ‫م‬ “ hukumnya tetap


dibaca idgham Bighunnah (tempo
dengung 2 harakat)
9 ُ‫َع‬
ٍ‫ْف‬ ‫ض‬ Ar-Rum: 54 Dhadh pada 3 tempat lafadz ُ‫َع‬
ٍ‫ْف‬ ‫ض‬
Pada ayat ini boleh dibaca 2 wajah,
yaitu ketiga-tiganya boleh dibaca
fathah semua dan boleh juga dibaca
dhammah semua.
10 ُ‫َم‬
‫ِي‬
ٌ ‫َع‬
‫ْج‬ ‫ءا‬
َ Fushilat: 44 Hamzah kedua dibaca tashil (ha) samar
)‫ِيل‬ َ(
‫تسْه‬
11 ‫حمُعسق‬ Asy-Syuura: 1 Nun mati pada “ ‫‘( “ ع‬ain) atau “ ‫س‬
“(sin) atau atau “ ‫( “ ق‬qaf) hukumnya
tetap di baca ikhfa’ (tempo dengung 2
harakat)
12 ُ ‫ْسَُاال‬
‫ِسْم‬ ‫ِئ‬‫ب‬ Al-Hujurat: 11 Dibaca ‫ْسَُل‬
‫ِسْم‬
ُ ‫ِئ‬‫ب‬ karena
terjadinya
ُ‫َي‬
ِ‫ْن‬ ‫ِن‬‫َاءُالسك‬ ‫ِق‬ ْ‫ا‬
‫ِلت‬
13 َ
ُْ
‫ن‬ ‫ْط‬
‫ِرو‬ ‫َي‬
‫المص‬ Ath-Thuur: 37 “ ‫ “ ص‬Boleh dibaca “ ‫ “ ص‬dan “ ‫“ س‬

yakniَُ
‫ْن‬‫ِرو‬ ‫َيْط‬‫ المص‬dan
َ
ُْ
‫ن‬ ‫ِرو‬ ‫المسَيْط‬ْ

51
52
M. Waqaf dan Ibtida
Waqof
1. Setiap akhir ayat boleh waqaf, dengan catatan arti waqaf adalah berhenti dan mengambil
nafas dengan niat meneruskan bacaan.
Kalau dia berhenti tanpa niat meneruskan bacaan, maka disebut ُْ‫َط‬
‫ع‬ ‫الق‬ (memutus
bacaan)
2. Waqaf yang merupakan ijtihad para ulama:
a. Waqaf Ikhtibari : adalah waqafnya seorang guru kepada murid. (dalam rangka
mengajari murid belajar membaca).
b. Waqaf Intizhari (menunggu) : adalah waqafnya orang membaca qur’an dengan
(menjama’ qiroat)
c. Waqaf idtirari ( ‫ر‬
ِ ‫ِر‬
ُ‫َا‬ ‫ْط‬
‫ِض‬‫ا‬ ): waqaf karena terpaksa.
d. Waqaf Ikhtiyari : waqaf memilih, dalam rangka untuk ibadah. Macam-macamnya adalah
sebagai berikut:
1. Waqaf Tamm (sempurna) : dari segi lafal dan makna sudah sempurna.
Tanda waqaf tamm: ‫قلىُ–ُم‬ boleh meneruskan sesudahnya.

2. Waqaf Kafi (cukup) : maknanya cukup tapi masih ada hubungan pembicaraan
‫صُ–ُصلىُ–ُز‬
dengan kalam sesudahnya. Lafaz sempurna.

Contoh ُُُُُ...َُ
‫ْن‬ ‫ْم‬
‫ِنو‬ ‫َُيؤ‬
‫ين‬ُِْ َّ َ
‫ُالذ‬ ‫ِيْن‬
‫ِلمتق‬ ً‫ه‬
‫دىُل‬
ُ
ُُُُُُُُُُُُ
:ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ
Boleh ibtida’ dari sesudahnya. Biasanya diakhir ayat tanpa tanda ( )

3. Waqaf Hasan : waqaf pada pembicaraan yang masih ada hubungan dengan kalam
sesudahnya baik dalam lafaz maupun makna.
Bisa ditengah ayat, bisa diakhir ayat. Bila diakhir ayat boleh ibtida’ dari sesudahnya.
Contoh َُ ‫َم‬
‫ِيْن‬ ْ ِ‫َب‬
‫ُالعل‬ ُُ‫ْدُهلل‬
‫ر‬ ‫َْلح‬
‫َم‬ ‫مدُهللُ(ُوقفُ)ُا‬
ُ
َْ‫َْلح‬
‫ا‬
ُُُُُُُُُُُُ...
:ُُُُُُُُُُُُُُُُ

ditengah ayat : => ibtidanya dari kalimah


sebelumnya.
Tanda waqof hasan : ( ‫ُُُُال‬:ُُُُِ ‫َُف‬
‫ِيه‬ ْ‫الَو‬
‫َقف‬ ), ibtida
dari sebelumnya

53
( ‫ُصل‬:ُ‫َولى‬
‫ُْا‬
‫َل‬‫َص‬
‫و‬ ) , wassal sesudah
nya bisa ibtida

4. Waqaf qabih
waqof qabih : jelek, harus mengulang dari sebelumnya tanpa tanda makna kurang
bagus, maka bila terpaksa waqaf harus ibtida’ dari sebelumnya atau sebelumnya lagi
dari dari lafadz ibtida’ (memulai bacaan lagi) agar supaya tidak cacat makna.
Maka bila terpaksa waqaf, haruslah Ibtida’ dari sebelumnya atau sebelumnya lagi dari
lafaz mana saja yang memenuhi syarat untuk Ibtida’ (memulai bacaan lagi) agar
supaya tidak cacat makna. Sebagai missal :
 Waqaf pada lafaz yang berbentuk Fi’il tidak dengan Fa’ilnya.
 Waqaf pada lafaz yang menunjukkan Mubtada’ tidak dengan Khabarnya.
 Waqaf pada lafaz yang menjadi Mudaf tidak dengan Mudaf Ilaihnya.
 Waqaf pada lafaz yang menunjukkan Fi’il Syarat, Amr, Nahi, Tamanniy, Istifham,
Qasam, tidak dengan Jawabnya.

5. Waqaf Aqbahul Waqfi


Waqaf yang paling jelek adalah jika mengakibatkan rusak makna dan dan maksud isi
kandungan Al-Qur’an. Apabila pembaca mengetahui maknanya dan sengaja Waqaf,
haram hukumnya, apabila disertai I’tiqad dalam hati tentunya bisa menjadikan kufur-
na’udzu billah.
Sebagai contoh Aqbahul Waqfi (Waqaf paling jelek) misalnya :
 Membaca firman Allah ِ ‫ُْا‬
ُ‫ِل‬
‫ه‬ ‫ِن‬‫َام‬
‫َم‬
‫و‬ (Waqaf), artinya “tidak ada
Tuhan”.
 Membaca firman Allah ‫ِي‬
‫هد‬ ََ‫َُّهللاُال‬
ْ‫ي‬ ‫ِن‬ ‫ا‬ (Waqaf), artinya “ Allah tidak
memberi petunjuk”.

N. Rumus-Rumus Waqaf

Adapun rumus-rumus Waqaf yang popular di dalam pencetakkan Mushaf/Al-Qur’an dari 5 (lima)
tingkatan Waqaf Ikhtiyary tersebut adalah sebagai berikut :

a. Waqaf Lazim ( ُ‫م‬ ) artinya harus waqaf pada lafaz yang belakangnya ada tanda ( ُ‫م‬ )
sebab jika diwasalkan dapat merubah makna.
Contohُُُُُُُ...ُ‫َُهللا‬
‫ْن‬ ‫َاد‬
‫ِعو‬ ‫َُ(م)ُيخ‬ ‫ِن‬
‫ِيْن‬ ُْ
‫م‬ ‫ِمؤ‬
‫ُْب‬
‫َاهم‬
‫َم‬
‫و‬
ُُُُُُُُُ
ُُ:ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ

54
b. Waqaf Mutlaq ( ‫ط‬ ) artinya diperbolehkan waqaf dan bagus ibdida’ lanjutannya.
Contoh:

‫ ) ج‬artinya diperbolehkan waqaf dan diperbolehkan wasal.


c. Waqaf Jaiz (

Contoh:ُ َ
‫ْن‬‫ِنو‬‫ْق‬
ُُ
‫و‬ ‫ُْي‬ ‫ُِهم‬ ‫َة‬ ِْ
‫االَخِر‬ َُ
‫ب‬ ‫ِكَُ(ج)ُو‬ ‫ُقبْل‬َ ْ ‫ِن‬‫َُم‬ ‫ِل‬ ْ‫َاُا‬
‫نز‬ ‫َم‬
‫و‬
ُُُُُُُُُ...
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ
d. Waqaf Mujawwaz ( ‫ ) ز‬artinya diperbolehkan waqof tapi lebih baik wasal.

Contoh:ُ‫َوة‬ َ ‫َي‬‫َواُالح‬ ‫َر‬‫َُاشْت‬ ‫ين‬ُْ‫ُُُاَلئكَُالذ‬


ِ
ُ‫ْه‬
‫م‬
86 : 2 ْ ‫َن‬
‫ُُع‬‫َّف‬
‫َف‬ ‫ََاليخ‬ ‫ُِ(ز)ُف‬ ‫َة‬ُِ‫االَخ‬
‫ر‬ ُ ِ ُ‫نيَا‬
‫ب‬ ْ‫د‬ ُّ‫ال‬
ُ

e. Murakhkhas Darurah ( ‫ص‬ ) artinya mengingat ayatnya panjang dan khawatir kehabisan
nafas diperbolehkan waqaf pada kalam / pembicaraan yang sudah sempurna/ mafhum dan
pembaca tidak usah ibtida’ dari sebelumnya tetapi pada lanjutannya.
Contoh َ َّ
ُ‫لوة‬ ‫ََقام‬
‫َُالص‬ ‫َا‬ ‫ْر‬
‫ِبُِ(ص)ُو‬ ‫مغ‬ ْ ‫ُِو‬
َ‫َال‬ ‫ِق‬‫َشْر‬
‫َْلم‬
‫َُا‬
‫ِبَل‬
‫ُق‬
: ُ2:177ُ)‫وةُ(ص‬ َ َ‫َّك‬
‫تىُالز‬َ‫َا‬‫َء‬‫و‬

f. Waqaf ( ‫ ) قلى‬artinya diperbolehkan wasal/waqof, namun lebih bagus waqaf.


Contoh: ُ2:13ُ...َُ‫َال‬ ‫َه‬
‫َاءُ(قلى)ُا‬‫َُالسُّف‬
‫من‬ ‫َم‬
َ‫َاُا‬‫ُك‬...
ُُُُُُُُُ
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ

g. Waqaf ( ‫ ) ال‬artinya jangan waqaf disini kecuali bila diakhir ayat.


Contoh:َُ
‫ْن‬‫َقلو‬ ‫َُ(ال)ُي‬ ‫ِكَةُطَيِبِيْن‬ ‫َئ‬ ‫مل‬ َ‫َّهمُال‬ ‫َو‬
‫َف‬ ََُ
‫تت‬ ‫ين‬ِْ َّ
‫الذ‬
...

h. Waqof ( ‫قف‬ ) artinya lebih baik waqof daripada wasal.

Contoh: )77:‫َّىُُ(الكهف‬
‫َت‬ ‫َاُ(قف)ُح‬
‫َق‬‫نطَل‬
ْ‫َا‬
‫ف‬

i. Waqaf ( ‫ ) ق‬artinya tidak mewaqofkan padanya.


Contoh: )2:29(ُ‫َى‬ َُ
‫و‬ ‫َُّاسْت‬‫ًاُ(ق)ُثم‬ ‫ِيْع‬
‫َم‬‫ُِج‬‫ِىُاالَر‬
‫ْض‬ ‫َاُف‬
‫م‬

55
j. Waqaf ( ‫ك‬ ) artinya berarti sama dengan huruf waqof sebelumnya.
Contoh:

k. Waqaf ( ‫س‬ ) artinya berhenti tanpa nafas selama 2 harakat.

Contoh : ‫(المطففين‬....‫ْ(س)ران‬
‫بل‬ََُ‫َال‬
‫ك‬
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُ
T
l. Waqaf ( ‫وقفة‬ ) artinya sama dengan saktah hanya saja lebih lama dikit.
Contoh ُُ :
)2:286(....‫َا‬
‫ْلن‬
‫مو‬ََُ
‫نت‬ ‫َا(وقفة)ا‬
َْ ‫من‬ ‫ْح‬
َْ ‫َاو‬
‫َر‬ َ‫ِر‬
‫ْلن‬ ‫ْف‬‫َاغ‬
‫و‬

m. Waqaf ( ) artinya diperbolehkan waqaf pada salah satu tanda titik tiga.
Contoh: ُ‫َب‬
‫ِت‬ ‫َل‬
‫ِكَُالك‬‫ُذ‬
ِ
ُْ‫ِي‬
‫ه‬ ‫َُُف‬
‫يب‬ ‫الَر‬
َْ

n. Waqaf ( ) artinya untuk lafaz selain al-kuffiyun ( Asim, Hamzah dan Al-Kisai) dianggap
sebagai akhir ayat.
Contoh: ‫ْضو‬
)‫ُ(الفتحة‬....ِ‫ْب‬ ‫مغ‬ ‫َيْر‬
َ‫ِال‬ ‫غ‬
)‫ُْ(ه‬
ُِ
‫م‬ ‫َي‬
‫ْه‬ ‫َُع‬
‫َل‬ ‫مت‬َْ
‫نع‬َْ
‫َُا‬
‫ين‬ ‫َاطَُالذ‬
ِْ ‫ِر‬‫ص‬

Catatan:
Waqaf dan ibtida’ sama penting.

56
57
BAB 1
HURUF YANG TIDAK DIBACA
DAN HURUF YANG TETAP DIBACA

1
Huruf yang Tidak Dibaca dan Huruf yang Tetap Dibaca

BACAAN GHARIB 01
Alif setelah kasroh tidak dibaca, dianggap tidak ada.
Terdapat pada lafal: , dan

က ֬

⴨⑃ 쑸ᘹᠼ
¢ ¡

ᘹ > =
 䂃  怀
O N
Az-Zumar: 69, Al-Fajr: 23, Al-Anfal: 65

2
Huruf yang Tidak Dibaca dan Huruf yang Tetap Dibaca

BACAAN GHARIB 02
Alif setelah dhommah tidak dibaca, dianggap tidak ada.

Terdapat pada lafal:

dan sejenisnya,

jika terpaksa waqof, maka dibaca

  ᾍ 

愌愐
톘ᘹ

愠愌愐 愤
톘ᘹᷧ

ᱛ�Գ Գ

3
alibr

愠愌 愐

愠愌 愐
ˆ ‡

rial
- , + * )
Asy-Syu’ara: 6, Asy-Syu’ara: 197, Ar-Rum: 23, Asy-Syura: 21, Asy-Syura: 40, Ghafir:
50, Thaha: 119, Yusuf: 85, An-Naml: 29, Ibrahim: 21

4
Huruf yang Tidak Dibaca dan Huruf yang Tetap Dibaca

BACAAN GHARIB 03
Waw tidak bertanda tidak dibaca, dianggap tidak ada.

Terdapat pada lafal

쑸ᘹ

愠愌愐

000000 0

愠愌愐愤 愤
An-Naml: 33, An-Nur: 44, Ath-Tholaq:4, Ali Imran:119, Az-Zumar: 18

5
Huruf yang Tidak Dibaca dan Huruf yang Tetap Dibaca

BACAAN GHARIB 04
Bacaan sangat asing. Terdapat pada:

(Al-Kahfi: 23)
Alif tidak dibaca, dianggap tidak ada

(Adz-Dzariyat: 47)
Ya’ kedua tak dibaca, dianggap tidak ada

di semua tempat
‫ﰠ‬ Waw dan Alif tidak dibaca, dianggap tidak ada

(Mushaf
Baghdadi)

(Mushaf
Madani)

(Mushaf
Baghdadi) 00 00
(Mushaf
Madani)

(Mushaf
Baghdadi)

(Mushaf
Madani)

6
Huruf yang Tidak Dibaca dan Huruf yang Tetap Dibaca

BACAAN GHARIB 05
Huruf kecil di tengah kata tetap dibaca.
Huruf kecil di akhir kata, jika washol tetap dibaca. Dan jika
waqof, tidak dibaca.

Terdapat pada lafal


dan
sejenisnya

阨₡ € �ᑐꃋ

ᱛ�Գx囌ᘰ 

ᱛ

쑸ᘹ

An-Naml: 36, Al-A’raf: 196, Al-Qiyamah: 40, Al-Furqan: 49, Al-Anbiya: 88

7
BAB 2
HAMZAH WASHOL

8
Hamzah Washol

BACAAN GHARIB 06
Hamzah washal di awal bacaan dibaca fathah.

Terdapat pada lafal

dan semua lafal berawalan 4

㩸‭ age/p


톘ᘹ

쑸ᘹ  

age/p p

ᭈ ᷧ

㭈‭�Գ
Al-Baqarah: 255, Al-Maidah: 114, Al-Quraisy: 4, Al-Ma’un: 5, Al-Fajr: 8, Al-Baqarah: 194

9
Hamzah Washol

BACAAN GHARIB 07
Hamzah washal di awal bacaan dibaca dhommah
Terdapat pada fiil amr tsulatsi.
Huruf ketiga berharokat dhommah.

쑸ᘹᠶ ᠶ

䁫 ꀀ香䁫愤

燨 쑸ᘹ
Yusuf: 9, Az-Zumar: 72, Al-Hijr: 46, Al-Qashash: 32, Shad: 42

10
Hamzah Washol

BACAAN GHARIB 08
Hamzah washal di awal bacaan dibaca kasroh
Terdapat pada fiil amr tsulatsi dan lainnya
Huruf ketiga berharokat kasroh atau fathah

က ࡏ က

�④�Գ
Al-Fajr: 28, Al-Fatihah: 6, An-Naazi’at: 17, Al-‘Alaq: 1, Al-Baqarah: 61, Al-Hadid: 20,
Ath-Thur: 16

Dibaca kasroh pula hamzah washol di awal bacaan pada lafal


䖀ᩀ� ಔ ౸ ౸ գ � ಔ ౸ գ � ƣ ౸ գ౸ գ � ƣ ౸ գ � Ɔᑤ౸ƀ � भƀ � भ౸ञ � �ᘹ�

11
Hamzah Washol

BACAAN GHARIB 09
Hamzah washal di tengah bacaan
tidak dibaca, dianggap tidak ada.

�ᘹ

⡰ ⡰

④�Գ Գ

愠愌愐愤
 

3 2 2
Al-Lahab: 4, An-Nashr: 3, Al-Lail: 20, Al-A’la: 3, Al-Bayyinah: 1, At-Tiin: 8

12
Hamzah Washol

BACAAN GHARIB 10

Lafal , , dan di semua tempat di awal bacaan,


hamzah washalnya dibaca kasroh, dan hamzah setelahnya
dibaca ya’ sukun.

삠 � �ᘹᣜ
촸ᘹᷧ

X W V U T

뵘₡� ‡ † … „

칠④� 0 / .

�④�Գx囌지᮲礨 x

 

Yuunus: 15, Asy-Syu’ara: 10, Fushilat: 11, Al-Ahqaf: 4, Yusuf: 54, Yusuf: 59

13
BAB 3
TANDA BULAT KECIL DAN
DAN TANDA LONJONG KECIL

14
Tanda Bulat Kecil dan Tanda Lonjong Kecil

BACAAN GHARIB 11
Huruf bertanda bulat kecil
di tengah kata tidak dibaca, dianggap tidak ada.

Seperti pada lafal , , dan yang lain.

ᱩ혌ᱩ
촸ᘹ

④�Գx囌৸᮳綈
@
(Mushaf
Baghdadi)

(Mushaf
Madani)

Al-A’raf: 103, Yuunus: 83, Al-An’am: 34

15
Tanda Bulat Kecil dan Tanda Lonjong Kecil

BACAAN GHARIB 12
Huruf bertanda bulat kecil di akhir kata
tidak dibaca, dianggap tidak ada,
baik ketika washol maupun waqof.

Seperti pada lafal

dan semua alif setelah wawu jama’


dan
Bila terpaksa waqof, maka dibaca

  ∓ က  

쨐 쳌䀬 䀀錳䂆 䂆

④�Գx囌ꖀ᮲嫀᳷阈᮲ ᮲

愠愌愐 愌

뱀④�Գx囌泈᮲臨 ᮲臨

16
alib i Wawu
jama’
촸ᘹ

@ ?

␀⑤�Գ 웸ᘹ᠇
€ 

Al-Furqan: 38, Ar-Ra’du: 30, Ar-Ruum: 39, A-Insan: 4, Al-Kahfi: 14, Al-Insan: 16, An-
Nisa: 167

17
Tanda Bulat Kecil dan Tanda Lonjong Kecil

BACAAN GHARIB 13
Alif bertanda lonjong kecil di akhir kata,
Jika washol tidak dibaca, dianggap tidak ada.
Jika waqof dibaca panjang dua harokat.

Terdapat pada lafal


Menurut
yang
wajah 愌 pertama
kedua

000041

愠 愐愤
> = < ;
G F E D

C B

풸 ]

愠愌愐 愌
Al-Kahfi: 38, Al-Ahzab: 10-11, Al-Ahzab: 66-67, Al-Ahzab: 67-68, Al-Kaafirun: 4, Al-
Insan: 15-16, Al-Insan: 4

18
Tanda Bulat Kecil dan Tanda Lonjong Kecil

Semua lafal →dibaca pendek.


Alif bertanda lonjong kecil di akhir kata,
Jika washol tidak dibaca, dianggap tidak ada.
Dan jika waqof dibaca panjang 2 harokat.

Adapun tidak bertanda lonjong kecil, seperti pada lafal

dan semacamnya maka tetap dibaca panjang 2 harokat,

C B

ᱛ

 웸ᘹទ

촸ᘹᷧ 愠愌愐 愐

i g f

愠愌愐愤 w v u
Al-Kaafirun: 4, Al-Furqan: 49, Luqman: 15, Az-Zumar: 17, Ali Imran: 119, Al-Mulk: 9

19
Tanda Bulat Kecil dan Tanda Lonjong Kecil

pertama, ikut bacaan gharib 13.


Alif bertanda lonjong kecil di akhir kata,
Jika washol tidak dibaca, dianggap tidak ada.
Dan jika waqof, dibaca panjang dua harokat.

kedua, ikut bacaan gharib 12.


Alif bertanda bulat kecil di akhir kata,
tidak dibaca, dianggap tidak ada.
Baik ketika washol maupun waqof.

]

Al-Insan: 15-16

20
BAB 4
AYAT DENGAN BACAAN KHUSUS

21
Ayat dengan Bacaan Khusus

BACAAN GHARIB 14
BACAAN NAQL

Terdapat pada lafal  (Al-Hujurat: 11)

Kasroh Hamzah lafal dipindah ke Lam sebelumnya.


Sehingga dibaca bukan

褐 „ ƒ ‚  €
웸ᘹ 웸ᘹᷧ
웸ᘹ œ 
웸ᘹᷧ

22
Ayat dengan Bacaan Khusus

BACAAN GHARIB 15
BACAAN ISYMAM

Terdapat pada lafal ྰ (Yusuf: 11)

Yaitu: bibir mecucu selama satu harokat di awal dengung Nun

t s ྰq p

Boleh juga dibaca mecucu selama satu harokat di tengah dengung Nun, di akhir
dengung Nun, atau selama dengung Nun.
Boleh juga dibaca roum ( ), yakni ikhtilas: membaca dengan bacaan
dhommah nun pertama dibaca singkat dan cepat (setengah harokat).

BACAAN GHARIB 16
BACAAN IMALAH

Terdapat pada lafal (Hud: 41)

Ra’ dibaca miring (Re) tengah-tengah


antara fathah dan kasroh, atau antara Alif dan Ya’.

ힸ 웸ᘹḭ

23
Ayat dengan Bacaan Khusus

BACAAN GHARIB 17
BACAAN TAS-HIL

Terdapat pada lafal (Fushilat: 44)

Hamzah kedua dibaca tas-hil,


Yaitu: bacaan tengah-tengah antara bacaan mad
dan bacaan tahqiq.

p o n m
웸ᘹ 릙䂆 䳌
‹ Š ‰ „ ƒ

Bacaan mad = bacaan panjang Bacaan tahqiq = keduanya hamzah

24
Ayat dengan Bacaan Khusus

BACAAN GHARIB 18
BACAAN SAKTAH

Berhenti sebentar
Tanpa bernafas selama dua harokat.
Terdapat pada lafal

Al-Muthaffifiin: 14 Al-Qiyamah: 27 Yaasiin: 52 Al-Kahfi: 1

얠④

뀐④ ƒ

쳌䀬 䀀㌳ ᘹ
Al-Kahfi: 1, Yaasiin: 52, Al-Qiyamah: 27, Al-Muthaffifiin: 14

Empat saktah di atas disebut saktah wajibah. Hukumnya wajib jika dibaca washol.

Ada juga saktah jaizah, seperti pada Al-Haqqah ayat 28 lanjut washol ayat 29, dan
akhir surat Al-Anfal lanjut washol awal surat At-Taubah.

25
BAB 5
IDGHAM MUTAMATSILAIN,
IDGHAM MUTAQORIBAIN,
IDGHAM MUTAJANISAIN

26
Idgham Mutamatsilain, Idgham Mutaqoribain, Idgham Mutajanisain

BACAAN GHARIB 19
IDGHAM MUTAMATSILAIN KAMIL

Dua huruf sama makhraj dan sama sifat,


Memasukkan huruf pertama ke huruf kedua
Dengan sempurna, ditahan satu harokat tanpa
dengung, kecuali huruf ghunnah dan huruf mad.

ᱛ�Գ

㌳䁰

rial i

J I H G ƣ ƣ

꜀ᦙ䁤

猀䁢

‫ﮘ‬ᮜ�Գ

ᠠ⑤�Գx囌魨⒀껀 գ գ
Al-Baqarah: 60, Al-Baqarah: 16, Al-Maidah: 61, Al-Anbiya: 87, Al-Kahfi: 78, Al-Isra’:
33, Ar-Ra’du: 31, An-Nuur: 33

27
Idgham Mutamatsilain, Idgham Mutaqoribain, Idgham Mutajanisain

BACAAN GHARIB 20
IDGHAM MUTAQORIBAIN KAMIL

Dua huruf berdekatan makhraj dan beda sifat,


Memasukkan huruf pertama ke huruf kedua
dengan sempurna, ditahan satu harokat tanpa dengung.

Terdapat pada
( )( )

‫ﰞﰟﰠﰡﰢﰣ ﰤ‬

砸ᚄ�Գ

rial iā

rial 䁥
Al-Mursalat: 20, Al-Mukminun: 93, Al-Isra: 24, Al-Kahfi: 22

28
Idgham Mutamatsilain, Idgham Mutaqoribain, Idgham Mutajanisain

BACAAN GHARIB 21
IDGHAM MUTAJANISAIN KAMIL

Dua huruf sama makhraj dan beda sifat,


Memasukkan huruf pertama ke huruf kedua dengan sempurna,
ditahan satu harokat tanpa dengung, kecuali huruf ghunnah.

Terdapat pada
( )( )( )( )( )( )

rial 䁰

rial iā

u t s r
㸀㌳

C B

쳌䁟
Hud: 41, Al-A’raf: 189, Ali Imran: 69, Al-A’raf: 176, Al-Kafirun: 4, An-Nisa: 64

29
Idgham Mutamatsilain, Idgham Mutaqoribain, Idgham Mutajanisain

BACAAN GHARIB 22
IDGHAM MUTAJANISAIN NAQISH

Dua huruf sama makhraj dan beda sifat,


Memasukkan huruf pertama ke huruf kedua dengan sempurna,
ditahan satu harokat tanpa dengung.
Dengan masih mempertahankan sifat isti’la dan sifat ithbaq
pada huruf tho’.

Terdapat pada ( )

湐ᮜ�Գx囌ᔨᴼ뛘

1 0 / . - ,
웸ᘹ

ᮐᮝ�Գx囌ᴻꔠ᳷៸

`ᱜ�Գx囌Ằᴼ련᳷≰
Az-Zumar: 56, Yusuf: 80, An-Naml: 22, Al-Maidah: 28

Isti’la : Terangkatnya tengah lidah ke langit-langit mulut


Ithbaq : Menempelkan tengah lidah ke langit-langit mulut

30
BAB 6
LAIN-LAIN

31
Nun Wiqoyah

BACAAN GHARIB 23
NUN WIQOYAH

Tanwin bertemu hamzah washol


berubah jadi nun kasroh. Dan hamzah washol
tidak dibaca, dianggap tidak ada.

Mushaf Mushaf
Baghdadi Madani

ᱪ儌ᱪ ᱪ儌ᱪ
웸ᘹ

alibri

Հᱜ�Գ 웸ᘹ࿿
웸ᘹ࿿
퐘ᘹ࿿

?> =

32
香䁛 ꀀ香 ꀀ香

JI H G JI

ꕸℰ�Գ

ᴰṖ�Գ Ṗ�

Al-Baqarah: 180, Al-Kahfi: 88, An-Nisa: 138-139, Ibrahim: 18, Al-Qiyamah: 30, Yusuf: 8,
At-Taubah: 30, Hud: 42

33
Lain-Lain

BACAAN GHARIB 24

Lafal dan sin kecil di atas shad, shad lebih


masyhur dibaca sin, sekalipun boleh juga dibaca shod.

Lafal sin kecil di bawah shad, shad lebih masyhur


dibaca shad, sekalipun boleh juga dibaca sin.

ℰ�Գ

⭰ᵄ� 웸ᘹ
Mushaf
Baghdadi aghdadi
Mushaf
Madani

Thariq
Syathibiyah
Thariq
Thoibah

Al-A’raf: 69, Al-Baqarah: 245, Ath-Thuur: 37, Al-Ghasyiyah: 22

Lafal menurut thariq syathibiyah tanpa tanda sin di bawah shad, maka harus
dibaca shad. Dan menurut thariq thoibah bertanda sin di bawah shad, maka shad
lebih masyhur dibaca shad, sekalipun boleh juga dibaca sin.

34
BACAAN GHARIB 25
Semua ha’ dlamir, hu, hi, (닠ℰ , 닠ℰ) setelah huruf hidup, dibaca
panjang 2 harokat.

Kecuali (Az-Zumar: 7), hu dibaca pendek.

ᱪ ᱪ 웸ᘹᷧ
ᱪ㉤ᱪ

BACAAN GHARIB 26
Semua ha’ dlamir, hu, hi, (닠ℰ , 닠ℰ) setelah huruf mati, dibaca
pendek.

Kecuali (Al-Furqan: 69), hii dibaca panjang 2 harokat.

35
BACAAN GHARIB 27

Semua ha’ dhamir hi setelah lafal x dibaca kasroh ‫ז‬Ⱦ౸Ֆ౸ƫ.

Kecuali lafal ‫ז‬Ⱦ౸Ֆ౸ƫ (Al-Fath: 10), hu dibaca dhommah.

BACAAN GHARIB 28
Tiga lafal (Ar-Ruum: 54)
Dapat dibaca (dhommah semua), atau
(fathah semua)

邨℞�Գx囌凈ᴼ鄸᳷孠ℽ
웸ᘹℽ 웸ᘹᷧ ᱪ␌ᱪ

邨℞�Գx囌凈ᴼ鄸᳷孠ℽ
웸ᘹℽ 웸ᘹᷧ ᱪ␌ᱪ

36

You might also like