You are on page 1of 38

LAPORAN ANTARA

DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu


No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

BAB II
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan ini
diperlukan pemahaman terhadap maksud dan tujuan guna mencapai sasaran yang diharapkan.
Pendekatan dan metodologi yang akan dijabarkan beriktut ini diharapkan mampu memenuhi
harapan Pengguna Jasa (Bouwheer).

2.1 PENDEKATAN TEKNIS


Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam kegiatan Pekerjaan DED Perpanjangan
Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheue, yaitu :
1) Justifikasi lokasi dermaga dari Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheu
tahun 2015 ;
2) Identifikasi permasalahan dan diskusi pihak terkait, yaitu : Dinas Perhubungan Aceh,
PT.ASDP dan lainnya.
3) Melakukan investigasi lapangan terhadap dermaga eksisting dan permasalahan yang
perlu penanganan
4) Perancangan metode dan cara penanganan yang tepat untuk penanganan
perpanjangan dermaga yang akan dilakukan.

Dalam melaksanakan pekerjaan DED Perpanjangan Dermaga ini konsultan


menggunakan pendekatan teknis yang mengacu kepada beberapa peraturan yang atara lain :
1) Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar/KriteriaPerencanaan(KP) yang dikeluarkan
oleh Direktorat Bina Marga dan Standar lainnya yang berlaku;
2) Port and Terminal, Frankel, U.Nig, Belanda, 2006;
3) Shore Protection Manual Vol 1 dan Vol 2, U.S Army Corp Engineering, Mississipi, 1984;
4) SNI sesuai dengan instruksi Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 04/IN/M/1991,
tanggal 24 Januari 1991;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis
Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum;
6) Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
7) Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta perubahan dan aturan turunannya;
8) Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
9) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan
Pelabuhan Penyeberangan; serta Seluruh Peraturan yang berhubungan dengan
pelaksanaan Jasa Konstruksi;
10) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
11) Pedoman Konstruksi dan Bangunan, Pd T-12-2004-A;

5|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

12) Peraturan Beton Bertulang Indonesia N.1-2,1971;


13) Standar Spesifikasi Bahan Indonesia A-SNI-2919-1991;
14) ASTM (American Society for Testing Materials).

2.2 METODOLOGI PERENCANAAN


Secara umum, metodologi kegiatan perencanaan adalah sebagai berikut :

1 Pengumpulan Informasi dan Studi Literatur


Pengumpulan seluruh data, informasi, literatur dan studi terkait tentang pelabuhan
penyeberangan yang merupakan bagian dari Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan
Ulee Lheu dari Dinas Perhubungan Aceh dan informasi dari pihak PT. ASDP serta
referensi dan buku-buku pedoman, laporan hasll studi terdahulu.

2 Konfirmasi dan Isu Pokok Studi


Melakukan konfirmasi kepada pihak Pemberi Tugas tentang isu-isu pokok pekerjaan
ini, menyangkut : materi, tujuan, sasaran, lingkup kegiatan, dan kerangka kerja
(framework).

3 Penyusunan Rencana Kerja Terinci


Penyusunan kerangka rencana kerja dan metode pekerjaan secara lebih terperinci
yang dibahas bersama pihak pemberi tugas, dan selanjutnya digunakan sebagai acuan
dalam pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan dalam pekerjaan ini.

4. Perintisan dan Penandaan Awal


Supaya dapat menghasilkan dokumen perencanaan DED Dermaga, keperluan minimal
adalah sebagai berikut:
 Rencana panjang dermaga;
 Type struktur bangunan atas dermaga;
 Bangunan bawah dermaga termasuk rencana pondasi;
 Bangunan pelengkap pada dermaga (kalau diperlukan).

Oleh karena itu, tinjauan kondisi tanah, topograpi dan betuk dermaga eksisting
merupakan hal utama dalam perencanaan dan harus dilakukan survei secara detail.
Pekerjaan lapangan mencakup seluruh kegiatan survei dan investigasi dilapangan
untuk memperoleh data-data akurat yang diperlukan dalam proses perencanaan
dermaga, antara lain:
 Data kondisi dermaga lama baik bangunan atas maupun bangunan bawah;
 Data sifat-sifat dan karakteristik aliran air laut;
 Data jenis dan type konstruksi bangunan atas dan bawah;
 Data sumber material.

6|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

2.3 TAHAP PENGUMPULAN DATA


Perancangan pengumpulan data meliputi penelaahan mengenai maksud dan
tujuan, klasifikasi data, perencanaan survey detail, penentuan lokasi dan waktu pengumpulan
data. Pengumpulan data sekunder dan data primer diperoleh dari survey lapangan dan dari
instansi terkait. Persiapan survey ini dilakukan berkaitan dengan :
 Pemilihan metoda survey sesuai dengan kondisi yang ada;
 Penyiapan formulir survey sesuai dengan metoda survey yang digunakan
 Penyiapan tenaga ahli dan pendukung serta pengaturan jadual pelaksanaan.

2.3.1 Pengumpuan Data Sekunder


Pengumpulan data terkait dengan kondisi fisik wilayah dan lingkungan, kondisi sosial
ekonomi daerah hinterland, ketersediaan sarana dan prasarana dan studi terkait. Inventarisasi
data dilakukan terhadap instansi : PT. ASDP cabang Singkil, UPTD pelabuhan penyeberangan
Labuhan Haji, Bappeda Kabupaten Aceh Selatan, Dinas Pekerjaan Umum dan instansi
lainnya, metode yang dilakukan yaitu :
 Observasi dan survey lapangan; untuk mengetahui kondisi lapangan dengan
melakukan pengecekan terhadap bangunan dermaga existing dan lingkungan
sekitarnya serta operasional pelabuhan.
 Pengamatan visual dan dokumentasi Foto, difokuskan pada foto permasalahan
dan hal-hal penting yang ada di dermaga existing
Tabel- 2.1
Kebutuhan Data Sekunder

NO. JENIS DATA SUMBER


Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheu,
1. Dinas Perhubungan Aceh
2015
BMKG Sta. Met. Kelas I
2. Data Klimatologi (angin, suhu, kelembaban, dll) Sultan Iskandar Muda –
Banda Aceh
Data Pelabuhan ; karakteristik kapal ; jumlah
Dinas Perhubungan Aceh
3. bangkitan dan tarikan (darat dan laut) origin
dan PT.ASDP Ulee Lheu
destination

2.3.2 Pengumpuan Data Primer


Survey data primer merupakan pengumpulan data melalui survey pengukuran dan
pengamatan dilapangan serta kajian secara teknis dan hasil studi sebelumnya

Tabel-2.2
Kebutuhan Data Primer

No. JENIS DATA SUMBER


1. Data Topografi dan Batimetri Survey dan Referensi
2. Data Hidrologi dan Hidro Ocenaografi Survey dan Referensi
3. Data Identifikasi Lingkungan Survey dan Referensi
4. Data Penyelidikan Tanah (Sondir, Boring) Survey dan Referensi

7|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

2.3 SURVEY DETAIL LAPANGAN


2.4.1 Survey Topografi
Cakupan luas pengukuran topografi disesuaikan dengan Daerahlingkungan kerja
dermaga sandar eksisting yang dijadikan sebagai acuan elevasi. Kegiatan yang dilakukan
sebelum dilakukan pengukuran, yaitu:
1) Peralatan pengukuran dalam keadaan baik dan ter-kalibrasi;
2) Pelaksanaan pekerjaan sesuai program kerja dan waktu pelaksanaan.
3) Semua data yang digunakan untuk menentukan koordinat Bench Mark (BM)
diperoleh dengan cara pengukuran langsung dilapangan.

Pengukuran topografi dan pemetaan situasi diperlukan untuk perencanaan teknis,


memuat data ketinggian planimetri dan keadaan topografi secara rinci. Interval kontur 0,25 m
untuk daerah datar dan 0,50 m – 1.00 m untuk daerah berbukit, pengukuran dan pemetaan
situasi meliputi :
1) Pemasangan patok BM & CP;
2) Kontrol horizontal dan vertikal;
3) Pengukuran detail situasi darat dan laut terminal;
4) Pengukuran Long section dan Cross section;
5) Pengukuran/pengamatan pasang surut dan penggambaran.

Dasar Survey
1) Data untuk kontrol horizontal dan vertikal ditunjukkan dalam catatan khusus.
2) Koordinat-koordinat dari Titik Triangulasi yang ada.
3) Sistim grid yang digunakan sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) yang
merupakan Metode grid berbasis menentukan lokasi di permukaan bumi yang
merupakan aplikasi praktis dari 2 dimensi
4) Titik referensi elevasi BM yang telaah dibuat disesuaikan dengan BM.TTG
BAKOSURTANAL

Lingkup Kegiatan Survey


1) Pengukuran kerangka utama dan bangunan existing serta rencana pengembangan
2) Pengukuran kedalaman laut (> - 10.00 meter dari MSL).
3) Pengukuran situasi dari garis pantai > 150 meter ke arah daratan.
4) Pengukuran long section dan cross section.

Titik Kontrol Geodesi


1) Titik kontrol geodesi yang merupakan kerangka dasar pemetaan harus menggunakan
titik kontrol yang ditarik dari titik Tringulasi terdekat (BM) yang telah terpasang hasil
pengukuran terdahulu dan dilakukan koreksi.
2) Apabila memerlukan tambahan maka harus memasang titik kontrol baru, titik kontrol
geodesi dibuat dari pilar pipa PVC (cor beton).
3) Jumlah titik kontrol berdasarkan batasan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKr).

8|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Metode Survey Topografi


1) Pengukuran topografi dilakukan disepanjang garis pantai dan daratan, pemetaan
situasi sepanjang garis pantai >150 meter ke arah daratan. Pemetaan situasi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi daratan antara lain meliputi bangunan,
jalan, luas lahan, elevasi tinggi rendahnya permukaan tanah.
2) Metode pengukuran dilakukan cara tachimetri dengan pengambilan titik-titik detail
secara profil melintang dan acak serta menyambung dengan pengukuran topografi
dasar permukaan laut.
3) Pengukuran profil melintang (cross section) disepanjang pantai ke arah laut dilakukan
sebatas muka air terendah (LWL) tertentu yang dijelaskan dari hasil pengukuran
bathimetri, dengan jarak antara profil 50 m sedangkan untuk daerah yang kritis
interval 25 m, untuk pengukuran ke arah daratan dilakukan ± 50 m – 100 m.

Pemasangan Patok Bench Mark dan Control Point


1) Bench Mark (BM) dipasang pada posisi pintu gerbang masuk pelabuhan, disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan perencanaan. Pemasangan Bench Mark sepasang
dengan Control Point (CP), jarak Bench Mark dan CP antara 30 – 70 m dan dilakukan
sebelum dilaksanakan pengukuran sehingga pada saat pengukuran dilaksanakan
kedudukan Bench Mark dan Control Point sudah stabil.
2) Bench Mark dipasang ditempat yang stabil dan aman dari gangguan, baik gangguan
manusia atau binatang, serta tidak mengganggu aktifitas umum. Lokasi Bench Mark
ditempatkan pada tempat yang mudah dicari/dipantau. Bench Mark dan Control Point
(CP), nantinya akan menjadi pedoman/acuan dalam pelaksanaan konstruksi
3) Bench Mark dibuat bahan pipa PVC dan campuran semen, pasir dan kerikil dengan
perbandingan 1 : 2 : 3.
4) Control Point dibuat pipa Paralon PVC Ø 4” dan diisi dengan campuran semen, pasir
dan kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3..
5) Control Point diberi tapak pada permukaan tanah asli agar lebih stabil dan kokoh.

6) Setiap Bench Mark dibuatkan deskripsinya, yang berisi :


 Foto bench mark dari arah depan, sehingga inisial/ nomor pada marmer dan
latar belakang dapat terlihat foto diusahakan dapat terlihat dengan jelas
sehingga akan mempermudah dalam identifikasi.
 Sketsa disesuaikan dengan situasi sekitar benchmark.

9|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

 Keterangan pemasangan, tanggal pemasangan, nama desa, kecamatan dan


kabupaten lokasi.
 Deskripsi seluruh BM dibuat dengan bentuk formulir yang telah ditentukan dan
dijilid menjadi buku tersendiri.
 Ketinggian BM dan CP diikatkan dari BM.TTG BAKOSURTANAL/Titik Tringulasi
terdekatatau dari titik kontrol (BM) yang telah terpasanghasil pengukuran
terdahulu atau ditentukan lain oleh tim teknis pekerjaan.
 Titik ikat referensi koordinat dan elevasi berjarak maksimal 10 km.
 Setiap pengukuran horizontal poligon perlu dipasang 3 buah patok tetap
untuk mempermudah pemeriksaan
 Setiap Bench Mark (BM) harus diberikan tanda pengenal (reference point), dan
dipasang permanen agar tidak mudah dicabut serta aman guna pelaksanaan
konstruksi.
 Semua Bench Mark dan patok poligon harus ditunjukkan pada peta situasi yang
berskala 1 : 2.000

Pengukuran Pemetaan (topografi)


Pelaksanaan pengukuran topografi dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu:
1) Persiapan di lapangan.
2) Pembuatan kerangka dasar pemetaan.
3) Pengukuran horisontal, pengukuran vertikal, pengukuran situasi detail, pengukuran
penampang memanjang dan melintang, pemasangan titik kontrol (bench mark), dan
pencatatan data pengukuran dalam buku ukur.
4) Perhitungan di lapangan dan penggambaran sketsa di lapangan.
5) Kegiatan survei topografi ini melakukan pengukuran dengan alat ukur yang berupa
waterpass dan theodolit atau alat ukur lainnya yang menghasilkan data pengukuran.

Peralatan Survey
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain :
1) Theodolite

2) Waterpass

10 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

3) Rambu Peil Scale dan Patok Kayu

Pengamatan Azimut Astronomis


Arah azimut awal ditentukan melalui pengamatan matahari dengan tujuan untuk
menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan polygon,
untuk menentukan azimut/arah titik-titik kontrol/polygon yang tidak terlihat satu dengan
yang lainnya, dan untuk penentuan sumbu X dan Y untuk koordinat bidang datar pada
pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat lokal. Azimut Target (αT) dapat
ditentukan dengan persamaan (Sutardi D, 2005) :
αT = αM + β atau αT = + ( tT – t M )
dimana : αT = azimut ke target
αM = azimut pusat matahari
(tT) = bacaan jurusan mendatar ke target
(tM) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
β = sudut mendatar antara jurusan ke matahari
dengan jurusan ke target
Pengukuran azimut matahari dilakukan pada jalur polygon utama terhadap patok terdekat
dengan titik pengamatan pada salah satu patok yang lain.

Kontrol Horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara polygon, maksud pengukuran poligon
adalah untuk membuat titik tetap yang mempunyai koordinat posisi bidang horizontal (x,y)
sebagai kerangka dasar dari pemetaan. Pengukuran poligon ini diikatkan pada titik kontrol
(BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu minimal 2 yang telah diketahui
koordinat dan elevasinya sesuai petunjuk, syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya
adalah:
1) Pengukuran kontrol horizontal/poligon utama harus diikatkan pada minimal 2 bench
mark yang telah diketahui koordinatnya. Metode pengukuran polygon utama dilakukan
secara close circuit (tertutup)
2) Pengukuran kontrol horizontal/poligon cabang harus diikatkan pada titik poligon tetap
di awal dan di akhir pengukuran dan dilakukan koreksi.
3) Pengukuran poligon sudut-sudutnya harus dilakukan secara 2 seri ganda (B, LB, B,
LB) untuk tiap station dengan ketelitian sudut < 10 “ ketelitian sudut harus lebih kecil
dari 10 dimana “n” adalah jumlah titik poligon.

11 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

4) Azimuth yang digunakan adalah hasil pengamatan matahari,


5) Pengamatan dilakukan setiap jarak 2,50 km dengan ketelitian sudut < 10” atau
digunakan alat GPS dilakukan dengan tiga kali pengamatan dengan waktu yang
berbeda pengamatan dilakukan pada titik tetap yang sama, pembacaan sampai
Accuracy terkecil. Pengamatan dilakukan pada 2 titik tetap poligon dengan
menggunakan sistem proyeksi koordinat UTM dan Ellipsoid WGS 84.
6) Patok ini diberi cat warna merah untuk memudahkan identifikasi.
7) Orientasi arah awal dan akhir pada pengukuran poligon dengan melakukan
pengamatan matahari atau pengamatan dengan alat GPS.
8) Pengukuran Poligon utama menggunakan alat Total Station pembacaan Jarak datar
diukur minimal 2 kali ke muka dan ke belakang dan/atau dengan memakai pita
dengan ketelitian linier poligon utama kesalahan penutup jarak 1 : 10.000.
9) Pengukuran poligon cabang ketelitian linier poligon kesalahan penutup jarak 1 : 5.000.
10) Pengukuran sudut polygon cabang harus menggunakan alat theodolit Wild T2 atau
yang sederajat dengan ketelitian sudut minimal 10”, dan seijin Pengawas.

Kontrol Vertikal
Maksud pengukuran kontrol vertikal/sipat datar adalah membuat titik tetap yang
mempunyai posisi vertikal/ketinggian sebagai kerangka dasar. Pengukuran sipat datar ini
harus diikatkan pada titik kontrol (BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu
yang kondisinya masih baik. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah diketahui
elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode pengukuran leveling digunakan
cara pulang pergi atau double stand, dan apabila dilapangan hanya ada 1
Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan secara close circuit (tertutup).
2) Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap yaitu
benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2 BT = BA + BB.
Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih setiap stand pada tiap slag tidak
boleh melebihi 2 mm.
3) Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild NAK2) atau yang
sederajatketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag diusahakan alat di tengah-
tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak maksimum 60 m sedangkan alat
terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih < dari 5 m ke rambu muka dan rambu
belakang.
4) Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan tetap
pada posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar di
atas landasan rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat tertancap di
atas tanah. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang terletak di belakang
rambu untuk mengetahui bahwa rambu benar-benar vertikal pada saat pengukuran.

12 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

5) Ketelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau doubel stand
pada pengukuran Waterpass Utama tidak boleh melebihi 10√D dan waterpas cabang
tidak lebih 30√D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.

Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang,
dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah survey. Bila
perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail
planimetris berikut spot height yang cukup (untuk pengukuran situasi pantai dan muara),
sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian
yang memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm pada peta
skala 1 : 2.000. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap penambahan satu titik spot
height atau 10 – 15 titik spot height untuk tiap 1 hektar.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak teraturan
terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah pengukuran
tidak hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak, kampung, kebun,
jalan setapak dan lain-lain. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry
menggunakan Theodolite (Wild – T.0) atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak
boleh lebih dari 100 meter.

Sket Situasi lapangan ditampilkan, terutama :


1) Jalan di pelabuhan dan jalan setapak.
2) Bangunan-bangunan existing yang berada di dalam pelabuhan
3) Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan alang-
alang, kebun, dan lain-lain).
4) Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan lain-
lain).

Pengukuran Situasi, Penampang Memanjang, Penampang Melintang


Pengukuran situasi, penampang memanjang dan penampang melintang pantai
meliputi hal-hal berikut :
1) Pengukuran situasi dan pengukuran penampang (profil) pantai atau drainase dilakukan
secara bersamaan,
2) Sistem pengukuran yang digunakan ialah sistem “Raai” untuk penampang
melintang;
3) Pengukuran penampang (profil) pantai dilakukan setiap interval 50 m pada daerah
yang lurus dan 25 m pada daerah yang berbelok-belok;
4) Panjang penampang melintang/jalur “raai” antara 50 - 100 m kearah daratan dan/atau
sesuai kondisi yang diperlukan dilapangan, sedangkan panjang penampang melintang
ke arah lautan diukur dari tepi pantai sampai pada kedalaman muka air terendah
(LWL) tertentu yang dijelaskan kepada pengukuran bathimetri;

13 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

5) Pengukuran kedalaman sungai terhadap muka air dilakukan dengan pembacaan rambu
ukur atau dengan menggunakan colokan/alat pemberat bila tidak memungkinan
dilakukan dengan alat echosounder
6) Pengukuran cabang (inlet-outlet) yang masuk ke aliran utama (sungai) diadakan
pengukuran situasi detail pada daerah pertemuan tersebut.

Ketelitian dan Penyajian Hasil Pekerjaan Pengukuran Topografi


1) Pengecekan Alat dan Buku Ukur
Seluruh alat ukur diteliti dan dikalibrasi, tanggal pengukuran, tipe alat, nomor serinya
dan keadaan cuaca dimasukkan pada buku ukur. Nama patok profil, patok poligon, dan
nama monumen jelas tertulis didalam buku ukur sehingga tiap bagian dari pengukuran
dapat dengan mudah untuk dicek. Buku ukur diberi indeks dengan benar untuk
nantinya dicek silang dengan lembaran hitungan dan lembaran abstrak.

2) Data Ukur dan Hitungan


Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran diatas kertas milimeter.
Seluruh peta tanah asli dan peta rencana diplot dengan format digital AutoCAD pada
lembar berkoordinat ukuran A3 dimana koordinat diperlihatkan pada garis grid. Sumbu
vertikal adalah arah utara sedangkan sumbu horizontal arah timur. Seluruh ketinggian
patok poligon utama dihitung sampai tiga desimal penuh serta titik spot height di
dalam peta tanah asli, peta rencana, potongan memanjang dan potongan
melintang.

3) Penggambaran Peta
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format digital AutoCAD pada lembar
berkoordinat ukuran A3 dan berlaku bagi seluruh lembar gambar dan peta.. Seluruh
hasil pengukuran Topografi skala 1 : 2.000.
 Garis kontur
Untuk penggambaran kontur dibuat bagian luar dan diplot berdasarkan titik-titik
spot height, efek artistik tidak diperlukan.

Pemberian angka kontur pada setiap interval antara kontur minor dan mayor
dibedakan.
 Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, pantai maupun dasar
laut (bathimetry)
 Skala, arah utara dan legenda
 Grid berkoordinat pada interval 10 cm
 Blok judul dan kotak revisi dan catatan kaki pada peta

14 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

 Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dari layout lembar
disertakan untuk menunjukkan hubungan antara satu lembar dengan lembar
berikutnya (over lay).
 Pengambaran hasil pengukuran dan perencanaan (situasi,potongan memanjang
dan potongan melintang) pada kertas A3 .

4) Ukuran Huruf dan Garis


Semua ukuran huruf dan garis dibuat mengacu pada standarisasi dalam
penggambaran peta-peta/gambar-gambar bangunan air (Standar Penggambaran KP
07) diterbitkan oleh Subdit. Perencanaan Teknis Dirjen Pengairan. Karena
penggambaran dibuat dengan format Digitalisasi AutoCAD, maka ukuran huruf dan
garis dibuat se-ideal mungkin dengan tidak mengabaikan faktor artistiknya.

5) Legenda dan Penomoran Gambar


Informasi lebih jauh tentang legenda dan simbol untuk penggambaran bangunan dan
lain-lain dapat dilihat pada buku Kriteria Perencanaan Irigasi. (Standar Penggambaran
KP 07) diterbitkan oleh Subdit Perencanaan Teknis Dirjen Pengairan.

6) Penyajian dan Penyerahan


Seluruh perhitungan, pengeplotan data dan penggambaran draft di atas kertas
milimeter, kecuali apabila pihak Konsultan telah memiliki Software yang mendukung
untuk penggambaran langsung dengan digitalisasi tanpa menggambar draft di
kertas milimeter.
 Selanjutnya dengan hasil data ukur diasistensikan kepada Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapatkan persetujuan dan apabila dari hasil
koreksi/ asistensi tersebut terdapat kesalahan, maka dapat memperbaikinya
atau mengulang pengukuran.
 Seluruh hasil pengamatan lapangan yang asli berikut seluruh perhitungan,
telah diberi nomor indeks dan nomor cross reference (pengecekan silang), dan
diserahkan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) .

2.4.2 Survey Batimetri


Pengukuran bathimetri bertujuan untuk mendapatkan peta kontur dasar laut,
pengukuran bathimetri ini sangat berpengaruh pada keakuratan pembangkit
gelombang dimana data tersebut akan dianalisis terhadap permasalahan karakteristik
pantai yang akan direncanakan dan kedalaman yang diukur sampai batas dari alur
pelayaran masuk. Cakupan luas pengukuran bathimetri disesuaikan dengan kondisi pelabuhan
atau luasan Daerah Lingkungan Kepetingan Pelabuhan (DLKp).

Diskripsi Pengukuran
Lokasi Pengukuran : Pelabuhan Ulee Lheue Kota Banda Aceh

15 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Areal Pengukuran : Luas pengukuran batimetri sesuai dengan cakupan


Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan (DLKp) yang
ditentukan dengan titik koordinat sedangkan pengukuran kearah
laut sampai kedalaman - 10.00 meter dari MSL atau pada
kedalaman perairan dimana sudah tidak terjadi lagi pergerakan
sedimen aktif (closure depth) dc = 1,57 He, dimana, He tinggi
gelombang efektif (atau tinggi gelombang signifikan di laut dalam
yang tingginya hanya akan dilampaui 12 jam selama setahun dan
dapat dirumuskan :
He = Hrerata + 5,6 S (Poerbondo, D 2005) dimana :
S = standar deviasi tinggi gelombang dalam setahun yang
diperoleh dari hasil peramalan (Hind casting) untuk gelombang
tahunan dilaut dalam.

Metode Pengukuran
Pengukuran batimetri atau disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah
dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur
melintang untuk cross check. Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang
melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari area pengukuran. Jarak
antar jalur sounding yang digunakan adalah 20 m – 30 m yang merupakan lintasan cross
check atau sampai mencapai jarak sejauh 400 m ke arah laut. Pada bagian permukaan
pantai yang mengalami abrasi, jalur sounding dibuat dengan jarak 15 m. Untuk tiap jalur
sounding dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 10 m- 20 m. Titik
awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat
pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS MAP, untuk dijadikan acuan lintasan
perahu sepanjang jalur sounding.

Gambar-2.1. Pergerakan perahu motor menyusuri jalur sounding

Berikut tata cara pergerakan perahu motor dalam menyelusuri jalur lintasan yang melakukan
sounding dari titik awal sampai ketitik akhir dari area pengukuran (Poerbondo, D 2005):

16 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

1) Pengukuran bathimetri dilaksanakan untuk mendapatkan gambar topografi laut


skala 1 : 2.000. Grid pengukuran yaitu >150 meter sejajar garis pantai dan 20 meter
– 30 m tegak lurus garis pantai. Pengukuran kedalaman muka air laut dilakukan
dengan menggunakan alat Echosounding.
2) Koordinat titik pengukuran diperoleh menggunakan alat GPS MAP.
3) Jadwal pengukuran/pencatatan elevasi muka air pasang surut (pasut)
dilakukan bersamaan dengan jadwal pengukuran Bathimetry, namun
pengukuran/pencatatan pasang surut dilakukan 24 jam dengan interval pencatatan
setiap 15 (lima belas) menit.
4) Perhitungan konversi kedalaman laut dijadikan sebagai elevasi dasar laut yang
dilakukan dengan mengambil titik referensi Low Water Sea (LWS) yang diperoleh dari
analisis data elevasi muka air saat pengukuran
5) Kedalaman perairan yang sebenarnya dan garis kontur dasar laut diperoleh dengan
super posisi (memadukan) data pengukuran Bathimetry dan elevasi saat pengukuran
sebagai angka koreksi pembacaan.
6) Sedangkan untuk kegiatan diatas kapal (Boat) dilakukan;
 Pengukuran kedalaman laut (Echo Sonding).
 Penentuan titik awal posisi kedalam muka air laut (Bar Check) untuk
menentukan validitas dan ketelitian alat.
 Mengemudikan kapal agar selalu melintasi tepat pada garis lajur yang telah
ditentukan sejak awal kegiatan.
 Agar senantiasa meregistrasi semua hasil pengukuran serta mencatat secara
teliti setiap event kegitan berlangsung.
 Lajur pengukuran harus konsisiten dengan selalu memperhatikan pergeseran
titik koordinat yang telah di setup.

Peralatan Pengukuran
Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran bathimetri adalah:
1) Echo Sounder GPS Map dan perlengkapannya,alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global
Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka horisontal
dengan bantuan satelit.
2) Notebook atau satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang
didownload dari GPS Map setiap 300 kali pencatatan data
3) Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri
jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Perahu harus cukup luas dan
nyaman untuk para surveyor dalam melakukan kegiatan pengukuran dan
downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari
getaran mesin.
4) Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
5) Papan duga digunakan pada pengamatan fluktuasi muka air di laut.
6) Peralatan keselamatan digunakan selama kegiatan survei dilakukan antara lain life
jacket.

17 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

2.4.3 Survey dan Pengukuran Hidro-Oseanografi


Survei ini bertujuan mendapatkan gambaran kondisi hydro-oseanografi mencakup
pasang surut, peramalan gelombang, pola arus, sedimentasi.
1) Pengamatan Pasang Surut
Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan kedudukan
air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS dan
Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15 hari terus
menerus menggunakan alat pencatat otomatis. Hasil pengamatan pada papan
peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang surut yang telah
disediakan. Kemudian diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi terdekat,
untuk mengetahui elevasi nol peilschaal dengan menggunakan Zeiss Ni-2 Waterpass.
Sehingga pengukuran topografi, batimetri, dan pasang surut mempunyai datum
(bidang referensi) yang sama (Poerbondo, D 2005):
Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2
Dimana :
T.P = Tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal
BT.1 = Bacaan benang tengah di patok
BT.1 = Bacaan benang tengah di peilschaal

Metode Pengamatan Pasang Surut


 Pengamatan pasang surut dilakukan dilokasi permukaan air lebih tenang.
 Pengamatan elevasi muka air dibaca pada papan berskala (peil schale) yang
memiliki ketelitian 1 cm dengan panjang 3 m.
 Data pencatatan selanjutnya diregresi untuk mendapatkan karakteristik
parameter air pasang pada kawasan tersebut termasuk posisi MSL dan LWS
serta rentang pasang dengan menggunakan metode admiralty yang digunakan
sebagai dasar penentuan tinggi gelombang rencana dan elevasi bangunan
rencana.

Gambar-2.2 Pengikatan (levelling) peilschaal.

2) Peramalan Gelombang
Perkiraan tinggi gelombang diperoleh dari akumulasi data angin bersumber dari BMKG
Stasiun Iskandar Muda Blangbintang Banda Aceh dari Tahun 2010- 2015.

18 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Koreksi terhadap letak pengukuran kecepatan angin


Koreksi pengukuran kecepatan angin akibat perbedaan ketinggian (Sorensen M R,
1998) :
RL = UW/UL
dimana : R L = faktor korelasi akibat perbedaan ketinggian
Uw = kecepatan di atas permukaan laut (m/s)
UL = kecepatan angin di atas daratan (m/s)
Nilai koreksi ini juga bisa diketahui dengan melihat Grafik-2.4, untuk keperluan
peramalan gelombang digunakan kecepatan angin dikorelasi dengan rumus (Sorensen
M R, 1998) :

Gambar-2.3 Korelasi akibat Perbedaan Ketinggian, RL

Koreksi terhadap temperatur pada lokasi pengukuran diperoleh pada grafik berikut
(Sorensen M R, 1998) :

Gambar-2.4 Korelasi akibat Perbedaan Temperatur

dimana : RL = koreksi terhadap pencatatan angin didarat


RT = koreksi akibat adanya temperatur udara dan air
(U10)L = kecepatan angin pada ketinggian 10 meter diatas
permukaan tanah (m/s)
Konversikan menjadi faktor tegangan angin (UA) dengan rumus :

19 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Nilai Fecth
Fetch adalah jarak bebas di atas permukaan air laut, merupakan daerah pembangkit
gelombang yang ditimbulkan oleh angin dengan arah dan kecepatan yang sama.
Bentuk fetch tidak teratur akibat bentuk garis pantai yang tidak teratur, maka untuk
keperluan peramalan gelombang perlu ditentukan besarnya fetch efektif yang
dihitung dengan rumus (Sorensen M R, 1998) :

dimana : Feff = fetch rerata efektif


Xi = panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi
gelombang ke ujung akhir fetch
αi = sudut antara jalur fetch yang ditinjau dengan arah
angin

Peramalan tinggi gelombang


Memperkirakan tinggi gelombang di pakai rumus dari Sorensen M R, (1998) .
Untuk panjang fetch terbatas :

Untuk panjang fecth tidak terbatas

dimana :
Hmo = tinggi gelombang signifikan (m)
Tm = periode gelombang puncak (dt)
F = panjang fetch (km)
UA = faktor tegangan angin (m/s)
t = waktu hembus angin (jam)
Periode dan tinggi gelombang dapat diperoleh dengan metode SMB yang terdapat pada
Gambar 2.6.

20 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Gambar- 2.5. Nomogram Peramalan Gelombang


3) Pola Arus
Untuk mengetahui arah dan kecepatan arus yang terjadi di perairan Lamteng,
dilakukan pengukuran arus pada lokasi yang mempunyai pengaruh penting terhadap
dermaga dan oleh gerak kapal. Pengukuran arus terdiri atas pengukuran arus tetap
dan arus bergerak.

Pengukuran Arus Tetap


Pengukuran arus tetap akan dilakukan dilokasi secara bersamaan dengan cara
menjangkar perahu dilokasi tersebut. Pengukuran akan dilakukan selama 3x24 jam
pada saat spring tide. Alat ukur arus yang dipakai berupa alat pengukur arus (Current
meter) dan pengukur arah arus digunakan pelampung dengan resistant body dan
kompas. Pengukuran harus dilakukan pada kedalaman. 0,2d; 0,4d dan 0,8 d (d =
kedalaman laut).

Pengukuran Arus Bergerak


Pengukuran arus bergerak akan dilakukan 2 kali yaitu pada saat Spring tide (pasang
laut purnama) dan Neap tide (pasang laut perbani). Lama pengukuran masing-masing
3 x 24 jam. Pengukuran dilakukan dengan cara melepaskan alat pelampung dan
resistant body pada kedalaman 0,5 (d = kedalaman laut). Posisi saat peluncuran
(posisi pertama) diukur kedudukannya, selang beberapa waktu kemudian misalnya 10
atau 15 menit posisi pelampung diukur kembali.

21 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Gambar -2.6 Ilustrasi Pengukuran Arus dengan Variasi 3 Kedalaman

Pengolahan data arus selanjutnya dianalisa sebagai berikut :


 Data yang didapat dianalisa dengan vector untuk mendapatkan besaran dan
arah komponen arus pasut dan komponen arus non pasut.
 Arus juga bisa ditimbulkan karena gesekan angin yang kencang (tangensial
wind sterss) pada permukaan air laut.
Gaya gesekan tersebut merupakan gaya eksternal pembangkit arus permukaan
kemudian diteruskan ke lapisan yang lebih dalam sebagai gaya internal sehingga
menyebabkan perpindahan massa air laut. Besarnya gaya gesek menurut Grijalva
(1996) sebanding dengan kuadrat kecepatan angin, dikoreksi dengan koefisien gesek
seperti persamaan berikut :
Tw = r.v2

dimana : Tw = gaya gesek


r = koefisien gesek biasanya digunakan bilangan 0,32 x 10-5
v = Kecepatan angin
Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh faktor tahanan dasar, besarnya tahanan dasar
adalah sebanding dengan kuadrat rata - rata kecepatan arus yang mendapat koreksi
dari bilangan tertentu sebagai koefisien tahanan dan dijabarkan dalam persamaan
sebagai berikut :
2
TB = r.v
dimana : TB = tahanan Dasar
r = koefisien tahanan dasar ditentukan oleh keadaan
dasar laut yang besarnya bervariasi antara 0,002
sampai 0,30.
v = rata-rata kecepatan arus
Semakin kecil nilai T akan semakin “rata” morfologi dasar laut bila dibandingkan
dengan dengan nilai TB yang lebih besar. Dengan kata lain bahwa besar kecilnya
tahanan dasar sangat ditentukan oleh kemiringan dasar laut, jenis sedimen dan
morfologi dasar laut. Mengingat pengukuran arus hanya dilakukan di 2 lokasi, maka
untuk memenuhi standard SNI skala 1 : 5.000 diperlukan distribusi dengan grid 50 m.

2.4.4 Survey Penyelidikan Tanah


1. Penyelidikan Tanah (Sondir)

22 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras,


menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat
tanah setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat digunakan pada tanah
berbutir halus, tidak boleh digunakan pada daerah aluvium yang mengandung
komponen berangkal dan kerakal serta batu gamping yang berongga, karena hasilnya
akan memberikan indikasi lapisan yang berongga, hasilnya akan memberikan
indikasi lapisan tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan:
1) Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton;
2) Sondir berat dengan kapasitas 10 ton.

Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada monometer berturut-turut menunjukkan harga >
150 kg/cm², alat sondir terangkat keatas, apabila pembacaan manometer belum
menunjukkan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang
diletakkan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan
jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi
konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP ) secara
kumulatif.

2. Penyelidikan Tanah (Boring)


Pemboran mesin dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan berikut :
1) Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94;
2) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan sistem putar (rotary drilling) dengan
diameter mata bor minimum 75 mm;
3) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 putaran
per detik;
4) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik;
5) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan
dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter
minimum 100 mm;
6) Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak terjadi
tekanan yang berlebih pada tanah;
7) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi
dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan sampel berikutnya.

Penyelidikan ini merupakan bagian dari penyelidikan tanah yang mencakup seluruh
penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil
tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material

23 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

guna menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya,
sebagai berikut:
1) Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan dermaga yang
akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung
di lapangan;
2) Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan dengan
pondasi dermaga yang akan dibangun;
3) Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap
undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter-
parameter tanah dari pengetesan Index Properties (Besaran Indeks) dan
Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks);
4) Penyelidikan tanah untuk desain pondasi tiang pancang yang umum digunakan
bor-mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman
bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar
Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T 206 – 74;
5) SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s/d 2,00 m untuk diambil
contohnya (undisturbed dan disturbed);
6) Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed
sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk
tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel;
7) Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh;
8) Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh
tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed) tersebut
di atas, maka pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI,
SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas
pertamanya;
9) Laporan penyelidikan tanah harus pula berisi ‘analisa dan hasil’ daya dukung
tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah
tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan
form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe
bor yang digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log,
uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis
limit, perhitungan pukulan (SPT) dan lain sebagainya.

Untuk lebih jelasnya metode pelaksanaan dapat dilihat pada bagian berikut ini.

24 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

25 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

2.5 DESAIN DAN PERENCANAAN


2.5.1 Analisa Dermaga dan Perairan
Analisa fasilitas perairan untuk kapal penumpang (KM 52 Tahun 2004) :
1) Panjang Dermaga
Dermaga merupakan tempat bersandarnya dan merapatnya kapal melakukan bongkar
muat barang dan menaik turunkan penumpang.
A = 1,3L.
Dimana:
A = Panjang dermaga/Tempat sandar kapal.
L = Panjang kapal.

2) Area Untuk Sandar Kapal


Area sandar merupakan perairan yang merupakan bagian dari kolam pelabuhan yang
digunakan untuk kepentingan operasional menyandarkan/menambatkan kapal di
dermaga.
A = 1,8 L x 1,5L.
Dimana :
A = Luas perairan tempat sandar untuk 1(satu) kapal.
L = Panjang kapal.

3) Area Kolam Putar


Perairan di depan dermaga yang digunakan untuk kepentingan operasional sandar dan
olah gerak kapal.
A = N x π x D2/4
Dimana :
A = Luas areal kolam putar.
N = Jumlah kolam putar
D = Diameter areal kolam putar D > 3L.
L = Panjang kapal maksimum.

4) Lebar Alur Pelayaran


Alur pelayaran merupakan daerah yang mengarahkan kapal yang akan masuk ke
kolam pelabuhan.
W = 9B + 30 meter
Dimana :
W = Lebar alur.
B = Lebar kapal maksimum.

5) Kedalaman Air Kolam Pelabuhan


Kedalaman air kolam pelabuhan ditentukan dengan menambahkan minimal sebesar
1,0 m sebagai kelonggaran kedalaman muatan penuh (full load draft).

26 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

6) Area Tempat Labuh Kapal


A = N x π x R2
dimana :
A = Luas areal berlabuh.
N = Jumlah kolam putar.
R = L + 6D + 30 meter.
R = Jari-jari areal untuk berlabuh per kapal.
L = Panjang kapal yang berlabuh.
D = Kedalaman air.

7) Area Keperluan Keadaan Darurat


Faktor yang perlu diperhatikan adalah kecelakaan kapal, kebakaran kapal, kapal
kandas dan lain-lain. Area salvage diperkirakan luasnya 50% dari luas areal pindah
labuh kapal.

8) Area Percobaan Berlayar


Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal rencana.

9) Area Fasilitas Pembangunan dan Pemeliharaan Kapal


Faktor yang perlu diperhatikan adalah ukuran kapal maksimum yang dibangun atau
diperbaiki.

2.5.2 ANALISA GAYA-GAYA YANG BEKERJA PADA DERMAGA


1) Gaya Berthing
Gaya berthing adalah gaya yang ditimbulkan akibat benturan antara kapal saat
merapat dengan dermaga. Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis berthing adalah:

dimana :
E = energi kinetik yang terjadi
CM = koefesien massa hidrodinamik
MD = displacement kapal (ton)
V = kecepatan kapal merapat (m/det)
Ce = koefesien eksentrisitas
CS = koefesien softness
CC = koefesien konfigurasi penambatan
Besar koefisien paramater untuk perhitungan adalah :

Displacement dari kapal (MD)


MD = 2/3.(Lgp.d.B.)

27 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Koefisien massa hidrodinamika (CM)

di mana :
Cb = koefisien Blok Kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)
γo = berat jenis air laut (t/m3)

Koefisien eksentrisits (Ce)

l = ¼ x Loa
dimana :
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal
sampai pada titik sandar kapal, seperti pada gambar berikut.
R = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air
dan diberikan oleh gambar (m)

Gambar-2.8 Sudut merapat kapal


Koefisien softnes (Cs)
Cs=1
Koefisien konfigurasi
Cc =1 untuk dermaga dengan pondasi tiang
0,8 < Cc < 1 untuk dermaga dengan dinding penahan.

28 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Berdasarkan katalog Fentek Marine Fendering Systems, energi kinetik untuk berbagai
kondisi berthing dapat dilihat pada Gambar 3.15

2) Fender
Pemilihan jenis fender
Dari hasil di atas, energi berthing yang menentukan dan digunakan untuk desain
adalah energi berthing maksimum sebesar 94.90 kN-m.
Energi yang diserap oleh sistem fender (E ) adalah setengah dari energi berthing dan
setengah lagi diserap oleh kapal dan air.
EF = 0,5.E
Dari hasil perhitungan diatas, dipilih gaya-gaya yang cukup besar yang mungkin
terjadi untuk dijadikan acuan perencanaan pembebanan pada dermaga, yaitu pada
penggunaan fender Bridgestone Super-Arch tipe FV002-3-1, dimana gaya berthing
akibat reaksi fender maksimum adalah 754.93 kN.

Jarak antar fender


Jarak maksimum antar fender dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

dimana :

29 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

2l = jarak antar fender (m)


r = radius lengkung dari bow (m)
h = tinggi dari fender pada saat energi kinetik dari kapal diserap (m)

Radius lengkung dari bow kapal dhitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk αb= 100 : log (r bow ) = -0,113 + 0,44 log (Wd)
Cara lain untuk menghitung jarak maksimum antar fender juga dapat dengan rumus:
2l = 0,15.LOA
Dalam arah horizontal, jarak antar fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Berdasarkan
hal tersebut, penempatan antar fender dilakukan dengan memperhatikan dimensi
kapal dari berbagai ukuran sehingga dermaga dapat didarati oleh kapal dari berbagai
jenis/ukuran.
Untuk perencanaan, kapal yang merapat di pelabuhan mempunyai bobot 1000 ton.
Hasil perhitungan jarak antar fender dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dari tabel
tersebut dapat dilihat untuk ukuran kapal yang akan merapat memerlukan jarak
maksimum antar fender sebesar 9.60 m, namun untuk perencanaan yang lebih baik
maka diambil jarak antar fender sebesar 8.00 m.

3) Gaya Moring
Gaya mooring dari kapal pada prinsipnya merupakan gaya-gaya horizontal dan vertikal
yang disebabkan oleh angin dan arus. Sistem mooring didesain untuk dapat mengatasi
gaya-gaya akibat kombinasi angin dan arus. Keseluruhan gaya angin dan arus yang
terjadi dapat dimodelkan sebagai gaya-gaya dalam arah transversal dan longitudinal
yang dikombinasikan dengan gaya momen terhadap sumbu vertikal yang bekerja di
tengah kapal.

4) Gaya Mooring Akibat Angin


Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan
kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Besar gaya akibat angin dihitung
dengan persamaan sebagai berkut:

Angin dengan arah sejajar as kapal

Angin dengan arah tegak lurus as kapal

Dengan

Dimana

30 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Fw = gaya akibat angin dengan arah sejajar as kapal (N)


Fw1 = gaya akibat angin dengan arah tegak lurus as kapal (N)
Qw = tekanan angin (N/m2)
Vw = kecepatan angin (m/s)
AT = luas muka kapal diatas permukaan air (m2)
AL = luas sisi kapal diatas permukaan air (m2)

5) Gaya Mooring Akibat Arus


Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga
akan menebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada alat
penambat dan dermaga. Besar gaya akibat arus dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Arus dengan arah sejajar as kapal

Arus dengan arah tegak lurus as kapal

dimana:
Fc = gaya akibat arus dengan arah sejajar as kapal (N)
Fc1 = gaya akibat arus dengan arah tegak lurus as kapal (N)
Qc = tekanan arus (N/m
Vc = kecepatan arus (m/s)
D = draft kapal (m)
d = kedalaman laut pada air surut (m)
Hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada kapal tersebut dapat digambarkan
pada gambar
Fx = Fw + F c
Fy = Fw1 + Fc1

Gambar-2.9 Gaya-Gaya yang Bekerja pada Kapal

Gaya arus bekerja pada sisi badan kapal yang berada di bawah air (draft) sedangkan
gaya angin bekerja pada sisi badan kapal yang berada di atas air. Perhitungan
besarnya gaya akibat arus dan angin yang telah diproyeksikan menurut arah
longitudinal (x) dan transversal (y) dapat disimak pada tabel berikut ini.

6) Gaya Mooring pada Tali

31 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Gaya pada tali merupakan gaya reaksi akibat adanya gaya mooring yang bekerja pada
tali-tali penahan kapal. Sistem gaya yang bekerja disederhanakan dengan mengasumsi
bahwa gaya longitudinal yang bekerja akan ditahan oleh spring lines dan untuk gaya
transversal oleh breasting lines. Rumus perhitungan gaya spring lines dan breasting
lines adalah:

Gaya satu tali pada breasting lines

Gaya satu tali pada spring lines

dimana
Fx = gaya mooring longitudinal (ton)
Fy = gaya mooring transversal (ton)
b = sudut breasting tali (o)
s = sudut spring tali (O)

di mana:
Tali atau pengikat kapal untuk tiap-tiap gaya yang bekerja diasumsikan mempunyai
karakteristik yang sama dan analisanya harus memperhitungkan pengaruh sudut-
sudut yang dibentuk oleh masing-masing tali. Seperti yang telah dijelaskan, jenis tali
yang digunakan untuk menahan gaya tambat adalah sebagai berikut:
 Spring lines : untuk menahan gaya-gaya longitudinal tambat (Fx).
 Breasting lines : untuk menahan gaya-gaya transversal tambat (Fy).
Hasil perhitungan gaya-gaya pada masing-masing tali dapat diberikan pada tabel
berikut.

2.5.3 Analisa Bangunan Atas dan Bangunan Bawah Dermaga


Dalam perencanaan teknis dermaga ini menggunakan standar dan spesfikasi
beban sebagai berikut :

1) Material

32 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Berikut ini adalah properti material yang digunakan sebagai dasar dalam analisa:
Beton K350
Kuat tekan karakteristik kubus pada usia 28 hari : 35 MPa
Kuat tekan karakteristik silinder pada usia 28 hari : 29.10 MPa
Modulus elastisitas : 25356 MPa
Poissons’s ratio : 0.20
Modulus geser : 10565 MPa
Berat spesifik : 25 kN/m3
Koefisien muai suhu : 11E-05 /C
Model creep & shrinkage : AASHTO LRFD 2000
(berdasarkan CEB-FIP
’90)
Koefisien konsistensi : 2 (medium)
Derajat kekerasan semen : 2 (normal hardening)

Beton K250
Kuat tekan karakteristik kubus pada usia 28 hari : 25 MPa
Kuat tekan karakteristik silinder pada usia 28 hari : 20.75 MPa
Modulus elastisitas : 21410 MPa
Poissons’s ratio : 0.20
Modulus geser : 11976 MPa
Berat spesifik : 25 kN/m3
Koefisien muai suhu : 11E-05 /C
Model creep & shrinkage : AASHTO LRFD 2000
(berdasarkan CEB-FIP
’90)
Koefisien konsistensi : 2 (medium)
Derajat kekerasan semen : 2 (normal hardening)

Baja tulangan
Modulus elastisitas : 200000 MPa
Poisson`s ratio : 0.30
Modulus geser : 76923 MPa
Koefisien muai suhu : 12E-05 /C
Berat spesifik : 78.50 kN/m3
Kuat tarik nominal, fsu : 500 MPa
Kuat leleh nominal, fsy : 390 MPa
2) Pembebanan
 Beban Vertikal
Pembebanan vertikal pada struktur dermaga dan trestle dapat dikategorikan,
antara lain :
 Beban Mati;

33 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

 Beban Hidup.
 Beban Horisontal
Pembebanan horisontal pada struktur dermaga dapat dikategorikan sebagai
berikut :
 Beban gelombang pada struktur tiang;
 Beban gelombang pada tepi dermaga;
 Beban arus;
 Beban gempa;
 Beban tumbukan kapal dan pemilihan fender;
 Beban mooring.

3) Kombinasi Pembebanan
Berikut ini disajikan kombinasi pembebanan SLS dan ULS yang akan digunakan dalam
analisa:
Tabel 2.3
Kombinasi Pembebanan Kondisi SLS dan ULS

4) Batas Tegangan dan Faktor Reduksi Kekuatan


 Batas tegangan
Batas tegangan merupakan batas kelayakan struktur dalam kondisi batas
layan (SLS). Dalam analisa batas layan ini, tegangan dari elemen struktur dihitung
berdasarkan prinsip mekanika biasa dengan mengambil data properti elastis
penampang utuh serta nilai gaya dari kombinasi SLS pada Tabel 3.1 di atas.
Tegangan yang berlebih pada suatu titik ekstrim atau komponen penampang
harus dihindari agar selama masa operasional, struktur yang bersangkutan tidak
mengalami keretakan berlebih yang mengganggu kenyamanan psikologis
pengguna atau mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi integritas
struktur secara keseluruhan.
 Beton

34 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Tabel 2.4
Kombinasi Pembebanan Batas Tegangan (Mpa)

fci’ untuk beton baru diasumsikan  0.80 fc’


 Baja Tulangan
Tegangan ijin, fs = 0.60 fy = 234 MPa

 Faktor reduksi kekuatan ()


Faktor reduksi kekuatan berkaitan dengan reduksi kekuatan nominal penampang
pada kondisi ultimit (ULS). Faktor reduksi ini digunakan untuk memberi margin
keamanan yang cukup dalam mengakomodir kemungkinan understrength akibat:
simplifikasi metode perhitungan, kenyataan bahwa sifat material di lapangan
pada dasarnya tidak homogen, kekurangakurasian pelaksanaan dan
sejenisnya. Dalam analisa ultimit, penampang akan dianalisa sampai
kekuatan batas materialnya. Suatu penampang dikatakan kuat apabila:

Dimana :
Sn = Kekuatan nominal penampang yang biasanya dianalisa pada kondisi
retak atau ketika material penampang mencapai kondisi batas
kekuatan
 = Faktor reduksi kekuatan penampang
Fi = Beban sekunder yang bekerja pada elemen struktur
yi = Faktor beban (sebagaimana terlihat pada Tabel 3.3)

Berikut ini adalah faktor reduksi kekuatan yang akan digunakan dalam analisa ini:

Tabel-2.5
Faktor Reduksi Kekuatan Nominal

35 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

5) Kriteria Perencanaan pier dermaga


Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan tekanan tanah vertikal
ataupun horisontal dan harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang
perlu diperhatikan adalah :
 Struktur bawah dermaga harus direncanakan untuk menanggung beban struktur
atas melalui komponen tumpuan, yang sudah merupakan kombinasi terbesar dari
semua beban struktur atas, beserta beban-beban yang bekerja pada struktur
bawah yaitu: tekanan tanah lateral, gaya-gaya akibat aliran air, tekanan air,
gerusan, tumbukan serta beban-beban sementara lainnya yang dapat bekerja
pada komponen struktur bawah.
 Kekuatan struktur bawah harus ditentukan berdasarkan analisis struktur dan cara
perencanaan kekuatan yang ditetapkan di dalam peraturan yang berhubungan
dengan material yang digunakan.
 Perletakan bantalan karet harus direncanakan berdasarkan asumsi yang
diambil di dalam modelisasi struktur dengan memperhatikan kekuatan dan
kemampuan deformasi komponen perletakan seperti karet elastomer yang
mengacu kepada SNI 03-4816-1998 “Spesifikasi bantalan karet untuk perletakan
jembatan”.
 Deformasi yang potensial terjadi khususnya penurunan harus diperhatikan di
dalam perencanaan struktur bawah. Penurunan harus diantisipasi dan dihitung
dengan cara analisis yang benar berdasarkan data geoteknik yang akurat, dimana
pengaruh dari potensial penurunan diferensial dari struktur bawah, bila ada
harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur atas.
 Jika gerusan dapat mengakibatkan terkikisnya sebagian tanah timbunan di atas
atau di samping suatu bagian struktur bawah dermaga maka pengaruh
stabilitas dari massa tanah harus diperhitungkan secara teliti.
 Umur layan rencana struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku
jangka panjang material dan kondisi lingkungan khususnya bila berada di bawah
air yang diaplikasikan pada rancangan komponen struktur bawah khususnya
selimut beton, permeabiitas beton atau tebal elemen baja terhadap resiko korosi
ataupun potensi degradasi material.

6) Kriteria Desain Pondasi


Struktur bangunan bawah harus direncanakan secara benar terhadap aspek kekuatan
dukung dan stabilitas, sebagai akibat beban struktur atas dan beban struktur atas dan

36 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

harus mengikuti aturan-aturan yang ditentukan dalam Peraturan Perencanaan


Jembatan (Bridge Design Code) BMS ’92, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah
 Analisis dapat dilakukan terpisah atau terintegrasi dengan analisis
struktur dermaga. Penggunaan paket software komersil, harus dilakukan validasi
terlebih dahulu dengan menggunakan contoh daritext book dan dicek secara
manual untuk mendapatkan keyakinan.
 Pondasi dermaga pada umumnya dapat dipilih dari jenis :
 Pondasi caisson;
 Pondasi tiang pancang (jenis end bearing atau friction);
 Pondasi tiang bor;
 Pondasi jenis lain yang dianggap sesuai.
 Penentuan jenis dan kedalaman pondasi dilakukan berdasarkan kondisi lapisan
tanah dan kebutuhan daya dukung untuk struktur bawah serta batasan
penurunan pondasi. Secara umum kondisi dan kendala lapangan yang harus
dipertimbangkan adalah :
 Pembebanan dari struktur dermaga
 Daya dukung pondasi yang dibutuhkan
 Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan
 Penurunan yang diijinkan dari struktur atas/bawah dermaga
 Tersedianya alat berat dan material pondasi
 Stabilitas tanah yang mendukung pondasi
 Kedalaman permukaan air tanah
 Perilaku aliran air tanah
 Perilaku aliran air serta potensi gerusan dan sedimentasi
 Potensi penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan
dengan pondasi.
Khususnya untuk penggunaan pondasi tiang, penentuan jenis dan panjang tiang harus
dilakukan berdasarkan kondisi lapangan di lokasi rencana dermaga, khususnya kondisi
planimetri serta berdasarkan atas evaluasi yang cermat dari berbagai informasi
karakteristik tanah yang tersedia, perhitungan kapasitas statik vertikal dan lateral,
dan/atau berdasarkan riwayat/pengalaman sebelumnya

3.5.4 Analisa Pondasi Tiang Dermaga


Jenis pondasi yang digunakan adalah tiang pancang, dengan pertimbangan bahwa
pemancangan lebih mudah untuk dilakukan pada lokasi studi dimana lapisan tanah yang keras
juga dalam. Pondasi tiang pancang digunakan untuk mentransfer beban pondasi kelapisan
tanah yang lebih dalam, dimana dapat dicapai daya dukung yang lebih baik, daya dukung
terdiri dari daya dukung tahanan ujung (Q end ) dan daya dukung tahanan selimut (Q f) Tahan
tiang ujung dimana sebagian besar daya dukung diperoleh dari tanah ujung tiangnya. Pada
kondisi ini, tanah lapisan atas merupakan tanah lunak dan tiang dipancang hingga mencapai
lapisan tanah keras. Tiang gesekan (friction piles) dimana daya dukung tanah tiang

37 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

didominasikan oleh tahanan selimut, akibatnya tiang tidak tercapai lapisan tanah keras
dikarenakan lapisan tanah kerasnya cukup dalam. Sistem tiang diasumsikan sebagai pile group
yang dibebani gaya-gaya pada arah X (gaya gempa arah memanjang), arah y (gaya berthing-
mooring, beban gempa arah melintang dan gaya angin) dan arah Z (beban sendiri strukur
pile)

1) Kapasitas Aksial Tiang Pancang


Perhitungan Daya Dukung Tekan
Rumus-rumus yang digunakan dalam menentukan daya dukung tiang pancang adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan data sondir

Dimana :
PU = daya dukung ultimate (ton)
Ab = luas penampang (m2)
CS = keliling penampang
QCB = nilai qc rata-rata pada zona 4D dibawah ujung tiang (t/m2)
qCa = nilai qc rata-rata pada zona 4D diatas ujung tiang (t/m2)
D = diameter tiang (m)
fS = rata-rata lokal friction sepanjang tiang
Df = kedalaman pemancangan (m)
SF = faktor keamanan (t/m2)

Berdasarkan Data SPT

Dimana :
PU = daya dukung ultimate (ton)
Ab = luas penampang (m2)
CS = keliling penampang desain bridge system
Na = nilai qc rata-rata pada zona 4D dibawah ujung tiang (t/m2)
Nb = nilai qc rata-rata pada zona 8D diatas ujung tiang (t/m2)

38 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

D = diameter tiang (m)


fS = rata-rata lokal friction sepanjang tiang
Df = kedalaman pemancangan (m)V
Nc = Nilai rata-rata SPT pada kedalaman lampisan lempung (t/m 2)
NS = Nilai rata-rata SPT pada kedalaman lapisan pasir (t/m2)
SF = faktor keamanan (t/m2)

Perhitungan Daya Dukung Tarik


Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data sondir :

Berdasarkan Data SPT (Meyerhof)

(lengkung kohesif)

(pasir/non kohesif)

2) Kapasitas Lateral Tiang Pancang


Tiang yang direncanakan untuk digunakan dalam perencanaan dermaga ini adalah
tiang pancang pipa beton pre-stress (pra tegang) dengan data-data sebagai berikut:
E = 2.1 x 106 kg/cm2
Ld = kedalaman titik jepit =1/β (cm)

Kh = 0,15 N kg/cm2
I = 2nR3t
N = nilai SPT dibawah permukaan tanah lunak

Berdasarkan Teknik Pondasi, daya dukung lateral yang dapat ditahan tiang dihitung
dengan rumus berikut:

dimana
Ha = daya dukung yang diijinkan (kN)
a = besar lendutan yang terjadi akibat gaya lateral (dalam hal ini, gaya
berthing dan mooring) (cm)

39 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Untuk menghitung besar lendutan yang terjadi, tiang dimodelkan sebagai sebuah
silinder dengan perletakan jepit yang diberikan gaya dibagian ujung bebasnya.

Gambar-2.10 Lendutan akibat Gaya Berthing dan Mooring pada Tiang

Dengan F B = gaya berthing, FM = gaya mooring lateral dan L = jarak titik tangkap
gaya ke titik jepit, maka dapat dihitung momen di titik jepit sebagai berikut:
M3 =0
M3 = (FB + FM) x (L + 1,098)

Besar lendutan pada tiang adalah :

2.6 DOKUMEN TEKNIS


1) Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan konstruksi dermaga untuk suatu lokasi tertentu yang baik adalah yang
memenuhi pokok-pokok berikut :
 Kualitas pekerjaan yang baik;
 Kemudahan pelaksanaan dengan tingkat keamanan yang tinggi;
 Ekonomis;
 Waktu pelaksanaan yang singkat;
 Menggunakan peralatan/alat Bantu yang sudah tersedia dan mudah didapat.
Untuk mencapai pokok-pokok tersebut maka diperlukan suatu kajian pelaksanaan
yang baik dengan mempertimbangkan beberapa metode pelaksanaan yang dapat
dilakukan.

2) Penggambaran
Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari
pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan dokumen

40 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

perencanaan. Gambar rencana harus ditampilkan dalam format A3 untuk dokumen


lelang dan Format A1 untuk keperluan kegiatan pelaksanaan konstruksi di lapangan.
Gambar rencana harus terdiri dari urutan sebagai berikut:
1) Sampul luar dan sampul dalam;
2) Daftar isi;
3) Peta lokasi dermaga yang dilengkapi dengan peta site plan eksisiting dan
petunjuk arah utara mata angin;
4) Daftar simbol (legenda) dan singkatan;
5) Daftar rangkuman volume pekerjaan;
6) Potongan memanjang, potongan melintang dan denah dermaga dengan skala
1:100;
7) Gambar detail dengan skala 1:20, yang mencakup struktur atas dermaga dan
struktur bawah dermaga;
8) Gambar standar.

3) Perhitungan Kuantitas/Volume Pekerjaan


Perkiraaan biaya pelaksanaan fisik pekerjaan (Engineer’s Estimate) pada pekerjaan
perencanaan ini didasarkan atas ”Analisa Harga Satuan Dasar, Harga Satuan Bahan,
Alat dan Upah Pekerja”, yang diambil dari Patokan Harga Satuan Bahan dan Upah
Pekerjaan Pemerintah di masing-masing Daerah/Kabupaten di Wilayah Provinsi Aceh.
Daftar Harga Satuan Bahan Bangunan diterbitkan dengan maksud untuk dapat
memberikan informasi baik kepada masyarakat maupun instansi yang bergerak dalam
usaha jasa konstruksi agar dapat dipergunakan dalam perhitungan konstruksi yang
sifatnya tidak mengikat dan bukan merupakan pedoman yang baku ataupun standar
khususnya bagi proyek-proyek Pemerintah karena data yang didapat sewaktu-waktu
dapat berubah sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harga tersebut tidak
termasuk pajak - pajak lainnya. Untuk lokasi di luar kota tersebut diatas harus
ditambah biaya transport ke lokasi proyek atau pekerjaan.

4) Perkiraan Biaya (Engineering Estimate)


Adapun hal-hal yang harus dilakukan untuk mendukung perkiraan biaya adalah
sebagai berikut:
1) Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan dan peralatan yang
akan digunakan dilokasi pekerjaan;
2) Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua mata
pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan (PAHS);
3) Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi;
4) Membuat Metode Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Fisik (Kurva “S”) sesuai
dengan waktu pelaksanaan yang ditarget.

5) Spesifikasi

41 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017

Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus
memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan secara

rinci metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material yang

digunakan.

42 | P a g e

You might also like