You are on page 1of 13

Pesatnya pembangunan dan perkembangan perekonomian nasional telah

menghasilkan variasi produk barang dan/atau jasa yang dapat dikonsumsi. Kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan, teknologi telekomunikasi, dan informatika juga turut mendukung
perluasan ruang gerak transaksi barang dan/atau jasa hingga melintasi batas-batas wilayah
suatu negara. Kondisi demikian pada satu pihak sangat bermanfaat bagi kepentingan
konsumen karena kebutuhannya akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang dan/atau
jasa sesuai dengan kemampuannya. (Dr. Susanti Adi Nugroho)
Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output dari waktu ke waktu
menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara (Todaro,
2005).1
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu sistem dari kegiatan ekonomi yang mengalami
perubahan kearah yang lebih baik dari waktu ke waktu sehingga barang dan jasa yang
diproduksi akan bertambah. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya meliputi beberapa interaksi
dari komponen sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi, dan lain-lain
yang bersangkutan. Suatu Pertumbuhan harus mencerminkan perubahan secara total
masyarakat atau kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok yang ada
didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang lebih baik secara
sosial, maupun material (Todaro, 2011).

Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu tolak
ukur penting dalam
menentukan
keberhasilan pembangunan
ekonomi. Dimana
pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu
dampak nyata dari kebijakan
pembangunan yang
dilaksanakan. Pertumbuhan
ekonomi
berkaitan erat dengan proses
peningkatan produksi barang
dan jasa dalam kegiatan
ekonomi
masyarakat
Pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu tolak
ukur penting dalam
menentukan
keberhasilan pembangunan
ekonomi. Dimana
pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu
dampak nyata dari kebijakan
pembangunan yang
dilaksanakan. Pertumbuhan
ekonomi
berkaitan erat dengan proses
peningkatan produksi barang
dan jasa dalam kegiatan
ekonomi
masyarakat
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi
menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa
dalam kegiatan ekonomi masyarakat 2 https://www.studocu.com/id/document/universitas-
sriwijaya/sistem-ekonomi-indonesia/makalah-perekonomian-indonesia/24143963
Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini Indonesia sudah mengalami berbagai
pertumbuhan.Semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi, semakin banyak juga kebutuhan
yang dinginkan dan ditawarkan masyarakat menengah ke atas. Tidak hanya kebutuhan
pokok seperti sandang, pangan, papan dan prasarana yang menunjang, tetapi juga
kebutuhan akan hiburan atau rekreasi. Munculnya taman wisata di banyak tempat
menjadikan ada banyak hal yang harus diperhatikan setiap produsen selaku pemilik barang
dan jasa sehubungan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
konsumen.
Sektor Pariwisata merupakan sektor andalan perekonomian nasional yang memiliki
potensi mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perkembangan sektor pariwisata pada saat ini telah menjadi sebuah industri. Hal ini
dikarenakan aktivitas dari wisata tersebut secara ekonomi telah menciptakan permintaan yang
memerlukan pemenuhan pasar bagi produk jasa dan pelayanan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan yang saling melengkapi, dimana syarat untuk menarik minat wisatawan untuk
berkunjung si suatu objek wisata bukan hanya sekedar pada keindahan alam atau kekhasan
budaya saja. Akan tetapi yang juga tidak kalah pentingnya yaitu pada kelengkapan sarana dan
prasarana yang ada, produk cendera mata yang unik, perhotelan, makanan khas ataupun biro
perjalanan.
Salah satu jasa yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah jasa penyedia
pariwisata. Menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pengembangan
destinasi wisata yang ada di daerah di setiap daerah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
perekonomian daerah melalui pemanfaatan secara optimal seluruh elemen-elemen yang
terkait industri pariwisata itu sendiri. (Dr. Diane Tangian)
Water Park merupakan istilah dari Bahasa Inggris. Jika diartikan dalam bahasa
Indonesia waterpark adalah: Water: Air, Park: taman public atau area yang digunakan untuk
masyarakat, dengan kata lain water park merupakan taman bermain yang berhubungan
dengan air. Water Park dikenal sebagai sebuah taman hiburan yang memiliki area/wahana
permainan air seperti water slides, splash pads, spraygrounds (water playgrounds), lazy
rivers, dan rekreasi lainnya seperti berenang dan mandi air. Menurut kamus bahasa Indonesia
taman adalah suatu tempat yang menyenangkan untuk hiburan atau rekreasi sedangkan air
merupakan cairan yang tidak memiliki bentuk sendiri. Maka waterpark adalah suatu taman
hiburan atau rekreasi yang menggunakan elemen air sebagai media wahannya.
https://happyplayindonesia.com/apa-itu-waterpark-simak-juga-perbedaanya-dengan-
waterplay/
Definisi Objek Water Park merupakan tempat bermain dan rekreasi outdor yang luas
untuk anak dan juga orang dewasa, dimana sarana utamanya adalah air, sebuah taman
hiburan dimana atraksi-atraksinya meliputi seluncuranslides, air mancur, dan fasilitas rekreasi
lainnya yang berkaitan dengan air. Waterpark adalah sebuah taman hiburan yang
menampilkan wilayah waterplay, seperti slide air, bantalan splash, spraygrounds bermain air,
sungai malas, atau mandi rekreasi lainnya, berenang, dan lingkungan barefooting. Waterparks
juga dapat dilengkapi dengan beberapa jenis area selancar buatan atau Bodyboarding seperti
kolam gelombang atau FlowRider Wikipedia.
Waterparks diperkenalkan sejak akhir 1940-an. Amerika Serikat memiliki pasar
waterpark terbesar dan paling terkonsentrasi, dengan lebih dari seribu waterparks dan
puluhan taman baru setiap tahunnya dibuka. Organisasi utama dari Waterpark adalah IAAPA
International Association of Amusement Parks dan Atraksi dan WWA World
WaterparkAssociation. Waterparks muncul dari spa dan resort pada pegunungan yang
ditujukan akan digunakan pada empat-musim di Amerika, misalnya Universe Splash Water
Park Resort , yang merupakan anggota WPA World Water Park Association, adalah
bertujuan untuk menyesuaikan masyarakat berdasarkan tempat tinggal dan untuk
meningkatkan daya tarik masyarakat. Oleh karena itu seluruh dan industri hiburan Waterpark
menggabungkan wahana air musim panas - musim dingin dalam satu waktu dan ruang.
Beberapa waterparks lebih berorientasi ke fungsional spa, misalnya Schwaben Quellen ,
merupakan salah satu Asosiasi Waterparks Eropa EWA, dimana tidak memiliki slide air,
tetapi memiliki banyak ruang sauna, ruang uap, dan area relaksasi air. Namun pada tahun
2000-an, waterparks lebih dikenal sebagi tempat atraksi dengan menggunakan elemen air
sebagai area bermain seperti seluncuranslides, air mancur, dan fasilitas rekreasi lainnya yang
berkaitan dengan air.
Waterpark adalah taman hiburan air yang identik dengan keceriaan dan permainan. Ada
banyak alasan waterpark menjadi tempat liburan favorit keluarga. Yang paling menonjol
adalah adanya beragam wahana air yang tidak ditemukan di kolam renang pada umumnya.
Ada berbagai macam pilihan dan tentunya menjadikan aktivitas berenang semakin
seru. Wahana permainan waterpark adalah salah satu daya tarik bagi pengunjung di taman
hiburan air ini. Semakin lengkap dan banyak jenis dan pilihannya, maka masyarakat maupun
pengunjung akan semakin tertarik untuk datang.

Waterpark memiliki beberapa potensi bahaya mulai dari risiko rendah hingga berisiko sangat
tinggi, diantaranya yaitu risiko terjatuh, terpleset, tenggelam, terbentur, gigitan serangga,
terbatasnya kadar oksigen dan risiko tertularnya virus atau bakteri.

Labersa Water Park adalah salah satu tempat yang dijadikan sebagai pusat hiburan serta
menawarkan banyak keceriaan untuk liburan dan berwisata di Pekanbaru. Wisata ini banyak
dikunjungi wisatawan. Pusat hiburan serta rekreasi tersebut telah menjadi salah satu tempat
wisata kebanggaan masyarakat Pekanbaru.

Objek wisata ini merupakan sebuah taman rekreasi terbesar yang ada di Sumatera. Dibangun
di atas lahan seluas 6,5 hektar, dan kini menjadi salah satu objek wisata air terbesar yang
dapat di temukan di Pulau Sumatera.

Labersa Water Park dibangun pada wilayah Labersa Gran Park dibawa pengelolaan dari
Hutahean Group. Wisata Pekanbaru ini dapat menjadi pilihan alternatif Anda untuk berwisata
di dalam kota yang terdapat pada area kompleks wisata yang ekslusif dengan berbagai
fasilitas lengkap di dalamnya, seperti hotel bintang, dan lapangan golf seluas 300 hektar.

Kondisi ini bertujuan agar wisatawan lokal dapat menikmati objek wisata di tempat ini
bersama keluarga.
Tempat wisata Sumatera ini baru diresmikan pada tahun 2009. Dengan berbagai fasilitas dan
paket wisata yang ada, Anda sudah dapat menikmati tempat wisata tersebut. Hal itu memang
menjadi penawaran tersendiri yang disajikan pihak pengelola wisata.

Fasilitas di objek wisata tersebut yang dapat Anda nikmati, yakni wahana bermain berupa
taman wisata air dengan beberapa sentuhan alam yang hijau dan menyegarkan serta
menawarkan banyak keceriaan dengan udara yang sejuk.

Labersa Waterpark memiliki 5 area kolam yaitu kolam dewasa (adult pool) untuk orang
dewasa yang ingin berolahraga berenang atau bermain flip bersama teman temanya, kolam
adventure(adventure pool) kolam dengan beragam permain seperti seluncuran, air mancur,
ember tumpah dengan 5000 galon, dan masih banyak lagi cocok untuk anak – anak bahkan
orang dewasa, kolam arus (lazy river pool) yaitu sungai buatan yang mengelilingi area
labersa waterpark dengan panjang 950 m dan merupakan lazy river terpanjang di
Indonesia, kolam bayi (baby pool) wahana ini khusus di peruntukan tamu kecil kita sehingga
akan mengasah kekreatifannya. dan kolam Buaya (Crocodile river) yaitu  wahana permainan
seluncuran , race slide, spiral slide, vertical slide dan big jump slide yang dapat menguji
andrenaline pengunjung.

Destinasi pariwisata yang mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah pengunjung


ditengah-tengah pesaingnya adalah destinasi wisata yang sukses dalam menetapkan strategi
pemasaran dan strategi bersaingnya. Dalam menetapkan strategi pemasaran destinasi
pariwisata selayaknya memperhatikan situasi dan kondisi destinasi wisata itu sendiri baik
kondisi internal atau lingkungan mikro, maupun kondisi eksternal atau lingkungan makro

Penentuan strategi bersaing perlu dilakukan dalam pemasaran destinasi pariwisata supaya
mendapatkan perhatian konsumen,( file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/121-185-1-SM.pdf

Dewasa ini Pariwisata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan karena
berkaitan erat dengan kegiatan sosial dan ekonomi yang dapat dinikmati serta menjadi salah
satu cara manusia melakukan sosialisasi. Pariwisata identik dengan kegiatan memberikan
kesenangan dan kenikmatan, karena kegiatannya bertujuan memberikan beragam aktifitas
secara santai dan menyenangkan tanpa harus menguras tenaga.

Besarnya potensi pariwisata mendorong pelaku usaha bidang ini berlomba-lomba


menyediakan tempat wisata dengan berbagai cara, baik mengandalkan obyek buatan maupun
obyek alam serta menawarkan beragam keunikan dan karekteristik obyek unggulan untuk
menarik minat pengunjung. Walaupun pariwisata identik dengan kesenangan, namun
kegiatan ini juga memiliki risiko. Berbagai obyek wisata yang disediakan oleh pengelola
tempat wisata tidak memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pengunjung
sepenuhnya. Hal itu memungkinkan adanya kecelakaan yang menimpa pengunjung wisata
yang bisa menyebabkan cacat fisik hingga meninggal dunia. Penyebab kecelakaan ini dapat
terjadi karena berbagai hal seperti: (1) bencana alam, (2) pengelolaan tempat wisata, (3)
pengunjung dan (4) kejahatan pihak ketiga. Keempat hal ini dapat memiliki hubungan secara
langsung atas kecelakaan yang terjadi bagi pengunjung wisata.

Kecelakaan yang terjadi di tempat wisata menimbulkan kerugian bersifat materi dan
immateriil kepada pengelola dan pengunjung yang merupakan korban. Pengelola mengalami
dua kerugian sekaligus yaitu menganti kerugian kepada korban dengan sejumlah uang yang
sudah ditentukan, dan kerugian bersifat immateriil yaitu reputasi. Kerugian immateril bersifat
jangka panjang yaitu kelangsungan tempat wisata untuk kembali memulihkan image positif
sehingga pengunjung akan melupakan kejadian tersebut.(
https://media.neliti.com/media/publications/218673-rancangan-sistem-penilaian-keselamatan-
p.pdf

Akan tetapi, di balik keuntungan holistik dari wisata perairan itu, ada risiko kecelakaan atau
bencana yang perlu diantisipasi dan dimitigasi. Musibah seperti wisatawan terbawa arus,
tenggelam, atau bahkan kecelakaan terkait teknis infrastruktur menjadi kasus yang kerap
tersiar di media sosial.

Penyebabnya beragam, mulai dari human error atau kelalaian wisatawan yang tidak


mematuhi aturan, hingga kelalaian petugas/pengelola yang tidak memastikan keamanan
lokasi dan alat-alat wahana yang akan digunakan. 

Apapun penyebabnya, destinasi wisata sangat membutuhkan sistem keamanan yang memadai
dan profesional. Kehadiran tenaga pemandu keselamatan seperti lifeguard di lokasi
pariwisata sangat diperlukan sebagai langkah mitigasi atau pencegahan.
https://www.validnews.id/kultura/peliknya-pengelolaan-faktor-keselamatan-di-wisata-
perairan

Riau mempunyai beraneka ragam jenis objek wisata yang tersebar diberbagai daerah dengan
kekhasan masing-masing. Daerah daratan Riau khususnya daerah kota Pekanbaru

Kota Pekanbaru merupakan ibu kota provinsi Riau yang perlahan menjelma mulai berkembang
menjadi kota metropolitan, pada saat ini kota Pekanbaru memiliki semboyan sebagai kota bertuah
dan kini mulai dikenal sebagai kota madani.

memberikan pesona wisata segala sesuatu yang memiliki keunikan, keiindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran dan daerah tujuan wisata. Destinasi pariwisata atau tujuan wisata yang di
dalamnya terdapat pesona wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta
masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Selain pembangunan infrastruktur, meningkatkan aksesibilitas, dan meningkatkan kapasitas


akomodasi, salah satu hal yang menunjang kemajuan dan perkembangan sektor pariwisata
adalah jumlah pengunjung wisata. Peran suatu negara dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap wisatawan yang mengunjungi suatu daerah tujuan wisata sangat penting.
Karena kepentingan konsumen dalam hal penggunaan barang dan/atau jasa adalah agar
barang dan/atau jasa yang diperoleh atau digunakan dapat memberikan kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan bagi mereka.
Setiap wisatawan selaku pengguna jasa wisata harus mendapatkan hak perlindungan hukum
dalam hal ini terhadap wisatawan atau pengunjung Labersa Water Park Riau Fantasi di Kota
Pekanbaru. Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan pada pasal
26 huruf e menyebutkan bahwa “setiap pengusaha pariwisata berkewajiban memberikan
perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang berisiko tinggi”. Kegiatan
wisata ini berintikan pada kenyamanan, ketertiban, perlindungan keamanan, dan keselamatan
wisatawan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.
Hak dan Kewajiban pelaku usaha dalam bidang wisata tercantum dalam Undang-Undang
No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Banyak pelaku usaha di bidang ini yang kurang
menyadari apa yang menjadi tanggung jawab mereka dalam melindungi konsumen dan
menjamin keselamatan dan keamananan dalam menggunakan barang dan/atau jasa yang
ditawarkannya. Mengingat Labersa Water Park Riau Fantasi merupakan tempat wisata yang
memiliki risiko yang tinggi maka sudah seharusnya pelaku usaha Labersa Water Park Riau
Fantasi memberikan perlindungan keamanan dan keselamatan bagi pengunjungnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Namun dalam pelaksanaannya pengelola Labersa
Water Park Riau Fantasi masih belum sepenuhnya memberikan perlindungan keamanan dan
keselamatan bagi pengunjungnya, karena masih ada wisatawan yang mengalami luka pada
tubuh saat menikmati objek wisata tersebut. Sehingga sikap tersebut dapat melanggar hak-
hak konsumen yang seharusnya mereka dapatkan.
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 4 huruf a
menyebutkan hak-hak konsumen yaitu “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”. Tujuan utama diberlakukannya UUPK adalah
untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen. Upaya untuk memberikan perlindungan
terhadap konsumen tersebut dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan harkat dan
martabat konsumen, sehingga pada tahap akhirnya akan dapat mewujudkan keseimbangan
perlindungan kepentingan antara konsumen dan pelaku usaha. Maka dari itu sudah
seharusnya pelaku usaha pariwisata memberikan jaminan sepenuhnya kepada wisatawan/
pengguna jasa wisata tersebut. Walaupun hak-hak konsumen sudah diatur dalam UUPK
namun tingkat kesadaran masyarakat akan hak-haknya tersebut dalam menggunakan barang
dan/jasa masih rendah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis bermaksud mengkaji hal
yang lebih dalam mengenai “Perlindungan Hukum Terhadap Pengguna Jasa Wisata Labersa
Water Park Riau Fantasi di Kota Pekanbaru”
Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab pelaku usaha arung jeram terhadap kerugian
yang dialami oleh konsumennya, dan apa faktor penghambat serta bagaimana upayanya.
ANAK AGUNG GEDE AGUNG DHARMAKUSUMA, SH., MH
Anak Agung Gede Agung Dharmakusuma, S.H., M.H

dengan pendekatan perundang-undangan (statue approach) dan pendekatan analisa konsep


(analytical conceptual approach).
Penelitian ini difokuskan pada aspek pengaturan terkait dengan perlindungan hukum dan
keamanan wisatawan yang berkunjung ke tempat tujuan wisata.
Perlindungan hukum adalah segala upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak
hukum demi memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan
berbagai ancaman dari pihak manapun
Menurut Soetjipto Rahardjo Perlindungan hukum adalah upaya melindungi kepentingan
seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya dan salah satu sifat
sekaligus tujuan dari hukum itu sendiri adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat.
Hal itu diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum agar masyarakat dapat menikmati
hak-hak yang diberikan sebagai perlindungan hukum terhadap masyarakat
Pemerintah Indonesia berupaya memberikan harapan bagi masyarakat Indonesia untuk
memperoleh perlindungan terhadap kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang
dan/atau jasa. Menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen dan tentunya perlindungan
konsumen tersebut tidak pula merugikan pelaku usaha, namun karena kedudukan konsumen
yang lemah maka pemerintah memberikan perlindungan melalui peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan melakukan pengawasan terhadap dilaksanakannya peraturan
perundang-undangan tersebut yaitu dengan adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Perlindungan konsumen adalah keseluruhan peraturan dan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban konsumen dan produsen yang timbul dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya perlindungan hukum
terhadap kepentingan konsumen (Sidobalok 2014:39).
Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Kemudian dalam penjelasannya ditegaskan
bahwa perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima)
asas yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan;
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara
maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil;
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan
konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual;
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
5. Asas kepastian hukum dimaksud agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan
Konsumen. PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2004. Hal.25.
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian untuk melindungi diri;
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses
negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-
haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum
dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa. 2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. 3. Hak atas
informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. 4.
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. 5.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut. 6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan
konsumen. 7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif. 8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau pengantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya. 9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan, dan keselamatan. 2. Beritikad baik dalam melakukan
transaksi pembelian barang dan/atau jasa. 3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang
disepakati. 4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara
patut.
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 2. Hak untuk mendapat perlindungan
hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik. 3. Hak untuk melakukan
pembelaan diri sepatutnya di dalam pemyelesaian hukum sengketa konsumen. 4. Hak untuk
rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak
diiakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. 5. Hak-hak yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya. 2. Memberikan informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan. 3. Memperlakukan atau melayani konsumen
secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. 4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang
diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku. 5. Memberikan kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang
yang dibuat dan/atau diperdagangkan. 6. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan. 7. Memberikan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-
sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Perlindungan hukum adalah upaya melindungi yang dilakukan pemerintah atau penguasa
dengan sejumlah peraturan yang ada.
Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Setiap orang, pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri maupun berkelompok bersama
orang lain, dalam keadaan apa pun pasti menjadi konsumen untuk suatu produk barang atau
jasa tertentu. Keadaan yang universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya berbagai
kelemahan pada konsumen sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang “aman”.
Oleh karena itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan perlindungan hukum yang
sifatnya universal. Mengingat lemahnya kedudukan konsumen pada umumnya dibandingkan
dengan kedudukan produsen yang relative lebih kuat dalam banyak hal, maka pembahasan
perlindungan konsumen akan selalu terasa actual dan selalu penting untuk dikaji ulang.

Di Indonesia, Perlindungan terhadap konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8


Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur hak-hak konsumen. Seiring
perkembangan pola konsurisme masyarakat, pelaku usaha sebagai penyedia barang dan/atau
jasa dalam praktiknya sering memiliki posisi yang lebih superior dibandingkan dengan
konsumen barang dan/atau jasa itu sendiri. Keadaan ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hubungan produsen dan konsumen dalam bertransaksi. Dengan adanya
kesenjangan diantara para pihak, manusia mulai membutuhkan suatu perlindungan sebagai
seorang konsumen terhadap tindakan sebagai produsen.
Terjadinya kegiatan pariwisata disebabkan oleh pergerakan manusia untuk mencari sesuatu

yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari suasana baru, dan untuk

melakukan perjalanan setelah jenuh didalam aktivitas-aktivitas yang monoton. Zaman

sekarang, pariwisata dijadikan sebagai industri penggerak dan andalan utama dalam

menambah devisa sebuah negara. Pariwisata dijadikan sebuah usaha yang sangat menjanjikan

dan primadona “komoditas ekspor” dalam meningkatkan ekonomi, sosial, dan budaya daerah

tujuan wisata
Secara filosofi atau alasan lahirnya hukum perlindungan konsumen di Indonesia, dapat dilihat
dalam konsiderans “menimbang” undang-undang tersebut. Dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, mendukung tumbuhnya dunia usaha tanpa mengakibatkan
kerugian konsumen, meningkatkan harkat dan martabat konsumen, melindungi kepentingan
konsumen” merupakan alasan utama lahirnya undang-undang perlindungan konsumen. Pada
intinya kelahiran undang-undang perlindungan konsumen didasari oleh keinginan untuk
mencapai tujuan masyarakat sejahtera, adil dan Makmur bagi seluruh rakyat Indoensia.
Alasan diberlakukannya undang-undang perlindungan konsumen ini berkaitan pula dengan
tujuan diundangkannya undang-undang tersebut, diantaranya yaitu “meningkatkan kesadaran
dan kemandirian konsumen, mengangkat harkat dan martabat konsumen, memberdayakan
konsumen untuk memilij dan menuntut haknya sebagai konsumen, menumbuhkan kesadaran
pelaku usaha” dan tujuan lainnya yang dirinci pada Pasal 3 undang-undang tersebut.
Berkaitan dengan pencapaian tujuan undang-undang, diatur pula pada Pasal 4 tentang hak -
hak konsumen yang harus dilindungi yaitu “hak atas kenyaman, keamanan, dan keselamatan
dalam mengkonsumsi bara keamanan dan keselamatan, hak untuk memilih, hak atas
informasi yang benar, hak mendapatkan ganti kerugian” dan hak-hak lain yang telah dirinci
dalam UUPK. Hak-hak konsumen ini secara berbanding lurus merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha maupun pihak terkait lainnya seperti pemerintah.

Pariwisata merupakan salah satu andalan dalam perolehan devisa bagi pembangunan baik
nasional maupun daerah. Untuk hal itu, pembangunan pariwisata Indonesia harus mampu
menciptakan inovasi baru untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing secara
berkelanjutan.

Dalam pelaksanaannya perlindungan konsumen ini di Indonesia masih banyak menimbulkan

permasalahan - permasalahan, permasalahan tersebut dipengaruhi berbagai faktor, antara lain:

yang berkaitan dengan struktur hukum, substansi hukum, budaya hukum dan aparatur

birokrasi. Secara garis besar kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan UUPK

adalah: karena tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah; rendahnya

pendidikan konsumen; belum ada pihak yang menyentuh bagaimana mempersiapkan

konsumen Indonesia menghadapi pasar bebas; masih lemahnya pengawasan dibidang

standardisasi mutu barang; lemahnya produk perundang-undangan; persepsi pelaku usaha

yang keliru dengan perlindungan konsumen akan menimbulkan kerugian.

6. Michael Todaro, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2003.

10. Susanti Adi Nugroho, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau Dari Hukum Acara

Perdata Serta Kendala Implementasinya, Jakarta, Kencana, 2008.


2. Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Sinar Grafika, 2007.
5. Made Metu Dhana, Perlindungan Hukum dan Keamanan Terhadap Wisatawan, Surabaya, Paramita
Surabaya, 2012.
7. Pitana, dkk., Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta, ANDI Yogyakarta, 2005.

8. Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.


3. C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka Jakarta, Jakarta,

1989.

4. J. Sidobalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014.
1. Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, P.T Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
9. Sugiyono, Metode Penelitian, CV Alfa Beta, Bandung, 2001.

Desi Apriani dan Syafrinaldi, “Konflik Norma Antara Perlindungan Usaha Kecil Menurut Hukum

Persaingan Usaha Indonesia dengan Perlindungan Konsumen”, Jurnal Pembangunan Hukum

Indonesia 4, no 1, (2022): 23

Niru Anita Sinaga dan Nunuk Sulisduratin, “Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Di Indonesia”,

Jurnal Ilimiah Hukum Dirgantara 5, no 2, (2015): 74

Desi Apriani, Esy Kurniasih, Fadli Hidayatullah, “Penyuluhan Hukum Membangun Pemahaman

Konsumen Jasa Transportasi Umum Di Rokan Hilir Provinsi Riau,” Empowerment: Jurnal

Pengabdian Masyarakat 4, no. 3 (2021): 270

You might also like