You are on page 1of 14

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Ibnu Hurri, S.Sos., M.Pd.

Disusun Oleh :

- KINDAR PRADINA ( 2231575061 )


- NURAJIJAH ( 2231575044 )
- NANI ALFANSA ( 2231575058 )
- SARIN SUNARTI ( 2231575074 )
- DIAN RESNAWATI ( 2231575090 )
- LIA SHOFIA ANIDA ( 2231521002 )
- YOLA RIZKI SAPUTRI ( 2231575091 )
- YULIAWATI ( 2231575091 )

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan Makalah ini dengan sangat baik. Shalawat serta Salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Dengan
tersusunnya Makalah ini diharapkan pula dapat menjadi bahan atau acuan serta menjadi
masukan bagi kami khusunya bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah yang
disusun. Oleh karena itu penyusun mohon maaf atas kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari
pembaca senantiasa ditunggu oleh penyusun guna meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

Sukabumi, 06 Desember 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
merupakan salah satu prasyarat menuju terwujudnya kehidupan bangsa yang maju dan
modern. Pengembangan dan penguasaan IPTEK menjadi semakin penting ditengah era
globalisasi seperti sekarang ini yang ketat akan persaingan dalam berbagai aspek
kehidupan. Namun, dalam pengembangan IPTEK tidak hanya mementingkan aspek
material, tetapi aspek spiritual pun tetap harus diperhatikan.
Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabatnya maka manusia
mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK pada hakikatnya
merupakan suatu hasil kreatifitas rohani manusia. Unsur jiwa (rohani) manusia meliputi
akal, rasa dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia yang berhubungan
dengan intelektualitas, rasa merupakan hubungan dalam bidang estetis dan kehendak
berhubungan dengan bidang moral (etika). Atas dasar kreatifitas akalnya itulah maka
manusia mengembangkan
IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena itu tujuan yang esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan
umat manusia. Dalam masalah ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi
pengembangan IPTEK demi kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai
hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil
dan beradab dari sila-sila yang tercantum dalam pancasila. Pancasila yang sila-silanya
merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi sistem etika dalam
pengembangan IPTEK.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang masih bertahan dalam kehidupan masyarakat di sekitar anda dalam
perkembangan IPTEK dan bagai mana dampak pengaruh pengembangan IPTEK yang
tidak sesuai dengan nilai nilai Pancasila ?
2. Bagaimana menselaraskan antara agama nilai kearifan local dan Pancasila dalam
perkembangan IPTEK saat ini ?
3. Gambarkan model pemimpin warga negara, dan ilmuwan yang pancasilais dan memiliki
karakter keilmuan berdasar Pancasila dalam mengembangkan IPTEK ?

C. Tujuan
1. Memahami Perkembangan IPTEK dalam Kehidupan Masyarakat.
2. Mempelajari nilai kearifan local dan Pancasila dalam perkembangan IPTEK

3. Memahami model pemimpin warga negara, dan ilmuwan yang pancasilais dan
memiliki karakter keilmuan berdasar Pancasila dalam mengembangkan IPTEK

D. Manfaat
1. Menambah wawasan tentang pancasila dalam kehidupan berbangsa.
2. Dapat menumbuhkan sifat pancasilais yang menjiwai diberbagai aspek kehidupan,
khususnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Dapat Mengetahui model pemimpin warga negara, dan ilmuwan yang pancasilais
dan memiliki karakter keilmuan berdasar Pancasila dalam mengembangkan IPTEK
BAB II
PEMBAHASAN

Istilah Dasar secara terminologis diartikan seebagai asumsi dasar atau asumsi teoritis
yang umum sehingga paradigma merupakan sumber nilai, hukum, dan metodologi. Paradigma
memilki fungsi yang strategis dalam membangun kerangka berpikir dan penerapannya
sehingga setiap ilmu pengetahuan memiliki sifat, ciri, dan karakter yang khas, berbeda dengan
ilmu pengetahuan lainnya.
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi
kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab
berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga
dikonsentrasikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan
setempat “local Knowledge” atau kecerdasan setempat “local Genius”. Sains modern
dianggap memanipulasi alam dan kebudayaan dengan mengobyektifkan semua kehidupan
alamiah dan batiniah dengan akibat hilangnya unsur “nilai” dan “moralitas”. Sains modern
menganggap unsur “nilai” dan “moralitas” sebagai unsur yang tidak relevan untuk memahami
ilmu pengetahuan. Penting dicatat, bahwa kehadiran kearifan lokal bukanlah wacana baru
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kearifan lokal sebenarnya hadir bersamaan dengan
terbentuknya masyarakat kita, masyarakat Indonesia. Eksistensi kearifian lokal menjadi cermin
nyata dari apa yang kita sebut sebagai hukum yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat.
Sesuai laporan The World Conservation Union (1997), dari sekitar 6.000 kebudayaan di dunia,
4.000-5.000 di antaranya adalah masyarakat adat. Ini berarti, masyarakat adat merupakan 70-
80 persen dari semua masyarakat di dunia. Dari jumlah tersebut, sebagian besar berada di
Indonesia yang tersebar berbagai kepulauan.
Indonesia benar-benar merupakan masyarakat majemuk nomor satu di dunia. Secara
topografis berupa Negara kepulauan yang terdiri dari sejumlah pulau-pulau besar dan ribuan
pulau kecil, tetapi lebih dari itu berupa komunitas-komunitas manusia dengan ratusan warna
lokal dan etnis. Di sinyalir oleh beberapa sumber, jumlah etnis dengan bahasanya yang spesifik
lebih dari 300 ribu lebih kelompok. Ini merupakan jumlah yang cukup besar yang tidak boleh
dipandang remeh, kendati dalam rangka dominasi ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi modern mereka selalu dipinggirkan dan diabaikan. Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Sesuai dengan kalimat tersebut, artinya
pancasila merupakan proses pengkristalisasi atau pengerasan dari nilai-nilai luhur dan budaya
bangsa Indonesia yang telah ada sebelumnya sepanjang sejarah bangsa yang ada dan nilai-nilai
dari kebudayaan kita sendiri. Maka keberagaman yang multikultural dan pluralistik yang
menampung berbagai perbedaan budaya, etnis, agama, dan ideologi. Karena itu, prinsip
bernegara yang kita kenal adalah bhineka tunggal ika, ‘berbeda-beda namun satu’. Sejalan
dengan perkembangan zaman, banyak hal mengalami perubahan, termasuk nilai-nilai
sosialkultural, persepsi politis ideologis, dan sebagainya. Di sisi lain, warisan kultural dari
nenek moyang berupa nilai dan akar tradisi, termasuk kearifan lokal, mengalami pelunturan
dan penggerusan. Bagaimana posisi kearifan lokal di tengah perubahan yang berlangsung
secara eksternal dan internal.
Mengacu pada kondisi Indonesia saat ini, dapat dikatakan ada dua faktor yang
memengaruhi perubahan nilai sosialkultural, yakni faktor eksternal dan internal yang
(mungkin) bergerak secara simultan. Faktor eksternal, antara lain, dipengaruhi oleh globalisasi,
deideologisasi politik di tingkat global, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
neokapitalisme dan neoliberalisme yang makin memacu gaya hidup pragmatis, konsumtif, dan
individual. Faktor internal dipengaruhi melunturnya nilai-nilai tradisi dan nilai- nilai lokal
(termasuk di dalamnya kearifan lokal) yang mungkin juga terjadi karena faktor eksternal.
Karena diasumsikan telah terjadi pelunturan nilai-nilai tradisi, upaya apa saja yang bisa
dilakukan untuk merevitalisasi kearifan lokal di tengah globalisasi dan perubahan nilai
sosialkultural sehingga kearifan lokal tetap menjadi identitas bangsa sekaligus memberikan
kontribusi dalam membangun Indonesia yang multikultural dan pluralistik sekaligus madani.
Revitalisasi kearifan lokal juga diharapkan mampu merespons dan memberikan solusi atas
tantangan dan problematika Indonesia kini, seperti bagaimana mengatasi korupsi, kemiskinan,
dan perusakan ekosistem alam.
Kemudian bagaimana sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Keuangan
bersikap? Kearifan lokal dapat didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang
mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan
(wisdom) dan kearifan hidup. Itulah cara kita bersikap secara kearifan lokal
sebagai upaya penguatan identitas keindonesiaan (Revitalisasi Kearifan Lokal). Hal ini dapat
dipahami karena nilai-nilai Pancasila sesungguhnya adalah kristalisasi dari kearifan lokal yang
hidup dalam masyarakat berbagai daerah. Untuk mengantisipasi perubahan sosialkultural maka
pemerintah melakukan kompetensi sosial kultural menjadi bagian dalam Leadership
Framework yang dikembangkan dalam program pengembangan kompetensi pegawai. Saat ini,
Kementerian Keuangan tengah menggalakkan sosialisasi kompetensi sosial kultural untuk
seluruh pegawai Kementerian Keuangan karena salah satu fungsi ASN adalah sebagai perekat
bangsa seperti dimuat dalam UU ASN Nomor 5 Tahun 2014. bahwa Inovasi ini berlanjut pada
penyempurnaan Assessment Center di Lingkungan Kementerian Keuangan. Pada tahun 2020,
Kementerian Keuangan mengikuti Permenpan RB (Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi -red) nomor 38 tahun 2017 mengenai standar
kompetensi yang harus dimiliki setiap ASN (Aparatur Sipil Negara -red), yaitu 8 kompetensi
manajerial dan 1 kompetensi yang khusus menyoroti sosial kultural
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru bersifat
reformatif, dinamis, dan antisipasif. Dengan demikian Pancasila mampu menyesuaikan dengan
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap
memperhatikan dinamika aspirasi masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti
Pancasila itu dapat mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam pemecahan
masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Ada beberapa dimensi penting sebuah
ideologi, yaitu :
- Dimensi Reality yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi tersebut
secara riil berakar dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama karena nilai-nilai
dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya.
- Dimensi Idealisme yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme yang
memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam
praktik kehidupan bersama dengan berbagai dimensinya.
- Dimensi Fleksibility maksudnya dimensi pengembangan ideologi tersebut memiliki
kekuasaan yang memungkinkan dan merangsang perkembangan pemikiran-pemikiran
baru yang relevan dengan ideologi bersangkutantanpamenghilangkanatau mengingkari
hakikat atau jati diri yang terkandung dakam nilai-nilai dasarnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu hal-hal yang terpenting dalam
perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK saat ini dan di masa yang akan
datang itu sangat cepat.
Pada umumnya para pakar sepakat bahwa ciri utama yang melatarbelakangi sistem atau
model manapun dari suatu perkembangan IPTEK dan masyarakat modern, adalah derajat
rasionalitas yang tinggi dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan dalam masyarakat demikian
terselenggara berdasarkan nilai-nilai dan dalam pola-pola yang objektif dan efektif, ketimbang
yang sifatnya primordial, seremonial atau tradisional.
Derajat rasionalitas yang tinggi itu digerakkan oleh perkembangan-perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, nilai-nilai pancasila itu sangat mendorong dan
mendasari akan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang baik dan terarah.
Dengan nilai-nilai Pancasila tersebt, perlu menjadi kesadaran masyarakat bahwa untuk
meningkatkan IPTEK di Indonesia,sejak dini masyarakat harus memiliki dan memegang prinsp
dan tekat yang kukuh serta berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan
kepribadian di khas Indonesia.
Disini letak tantangan bagi Indonesia, yaitu mengembangkan kehidupan bangsa yang
berbasis IPTEK tanpa kehilangan jati diri (nilai-nilai Pancasila). Hal ini berarti ada nilai-nilai
dasar yang ingin dipertahankan bahkan ingin diperkuat. Nilai-nilai itu sudah jelas, yaitu
Pancasila. Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang bagi bangsa Indonesia adalah mutlak. Jika
diikuti pandangan-pandangan sekitar dunia Barat, yang ilmunya dipelajari da jadi rujukan para
cendikiawan, sepertinya berjalan berlawanan. Dalam masyarakat modern yang berbasisi
IPTEK, terlihat kecenderungan lunturnya kehidupan keagamaan. Jadi, ini bukan tantangan
yang sederhana, tetapi penting, karena landasan moral, segenap imperative moral, dan konsep
mengenai kemanusiaan, keadilan, dan keberadaban, adalah keimanan dan ketakwaan.
Konsep pancasila sebagai paradigma pembangunan IPTEK dalamupaya mewujudkan
kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabanya maka manusia mengembangkan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohaniah manusia yang berhubungan dengan intelektualitas, rasa merupakan
hubungan dalam bidang estetis dan kehendak berhubungan dengan bidang moral (etika). Atas
dasar kreatifitas akalnya itulah maka manusia mengembangka IPTEK untuk mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan yang
esensial dari IPTEK adalah semata-mata untuk kesejahteraan umat manusia. Dalam masalah
ini pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi pengembangan IPTEK demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan IPTEK sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab dari sila-sila yang
tercantum dalam pancasila.
Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi
sistem etika dalam pengembangan IPTEK.
Sila Ketuhanan yang Maha Esa.
Sila ini mengklomentasikan ilmu pengetahuan, menciptakan sesuatu berdasarkan
pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak.
Sila ini menempatkan manusia di alam semesta buka sebagai pusatnya melainkan sebagai
bagian yang sistematik dari alam yang diolahnya.
Contoh perkembangan IPTEK dari sila ketuhanan yang maha esa adalah ditemukannya
teknologi transfer inti sel atau yang dikenal dengan teknologi kloning yang dalam
perkembangannya pun masih menuai kontroversi. Persoalannya adalah terkait dengan adanya
“intervensi penciptaan” yang semestinya dilakukan oleh Tuhan YME. Bagi yang beragama
muslim, pada surat An-naazi’aat ayat 11-14 diisyaratkan adanya suatu perkembangan
teknologi dalam kehidupan manusia yang mengarahkan pada kehidupan kembali dari tulang
belulang. “apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang
hancur lumat?”, mereka berkata “kalau demikian itu adalah suatu pengembalian yang
merugikan”. Sesungguhnya pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta
merta mereka hidup kembali di permukaan bumi”.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK
haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budata nmanusia yang berdab dan
bermoral. Oleh karena itu pengembangan IPTEK harus didasarkan pada hakikat dan tujuan
demi kesejahteraan manusia. IPTEK bukan untuk kesombongan, kecongkakan dan
keserakahan manusia namun harus diabadikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
Sila Persatuan Indonesia
Mengklomentasikan universal dan internasionalisme (kemanusiaan) dari sila-sila lain.
Pengembangan IPTEK diarahlan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya
kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK hendaknya dapat mengembangkan
rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia
di dunia.
Sila kerakyata yang dpimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya setiap orang
haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK. Selain itu dalam pengembangan
IPTEK setiap orang juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus
memiliki sikap terbuka. Artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan
dengan penemuan teori-teori lainnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Contoh dari sila kelima ini adalah ditemkannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari
teknik radiasi. Penemuan ini adalahhasil uah karya anak bangsa. Diharapkan dalam
perkembangannya swasembada pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia
dan memberikan rasa keadilan setelah ditingkatkannya jumlah produksi sehngga pada
perjalanannya rakyat dari berbgai golongan dapat menikmati beras berkualitas dengan harga
yang terjangkau.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan IPTEK dewasa ini sangat pesat, dan
membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Saat ini mausia tidak dapat hidup tanpa
bantuan tekologi. Di samping dampak positif terdapat juga dampak negatif dari perkembangan
kemajuan IPTEK. Pelanggaran IPTEK pun masih terjadi di segala bidang kehidupan
masyarakat Indonesia.
Kemajuan perkembangan IPTEK di Indonesia sepenuh-penuhnya sesuai dengan tujuan
Negara Republik Indonesia yang tertuang secara jelas dalam pembukaan UUD 1945 pada
alinea empat, berbunyi : “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”
Dapat disimpulkan tujuan Negara Republik Indonesia adalah tujuan perlindungan,
kesejahteraan, pencerdasan, dan perdamaian. Oleh karena itu perkembangan IPTEK di
Indonesia harus didasari nilai-nilai etis sesuai dengan dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila:
1. Nilai-nilai pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-
nilai Pancasila tinggi serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, kedaulatan dan
martabat nasional dalam wujud negara Indonesia yang merdeka.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar perkembangan IPTEK karena nilai-nilai Pancasila
ini sangat mendorong dan mendasari akan perkembangan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi yang baik dan terarah. Dengan nilai-nilai pancasila tersebut, perlu menjadi
kesadaran masyarakat harus memiliki dan memegang prinsip dan tekad yang kukuh
serta berlandaskan pada nilai-nilai pancasila yang merupakan kepribadian khas
Indonesia.
Dengan berkembangnya zaman dan berkembangnya IPTEK yang semakin canggih ini. Begitu
banyak dampak positif bagi kita. Contohnya kita dapat dengan mudah mencari informasi apa
yang ingin kita ketahui, kita dapat dengan mudah berpendapat mengenai suatu hal dan lain
sebagainya.
Namun disisi lain, adapun dampak negatif yang terjadi pada kita. Contohnya kita lupa akan
produk dalam negeri karena produk luar negeri lebih banyak tersebar dan lebih banyak yang
menyukainya.
Media sosial merupakan contoh perkembangan dari IPTEK. Banyak yang menggunakan media
sosial dengan baik namun ada juga yang tidak. Dalam perkembangan IPTEK ini sebenarnya
dapat berkaitan dengan nilai nilai pancasila. Diantaranya:
1. Ketuhan yang Maha Esa : Di Indonesia begitu beragam agama yang dimiliki. Maka dari itu
sikap toleransi harus kita tingkatkan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : Meskipun zaman sekarang sudah lebih modern tetapi,
kita sebagai manusia harus tetap memiliki adab yang baik. Terutama dalam bermedia sosial.
Jangan semena-mena dalam menyampaikan pendapat di media sosial.
3. Persatuan Indonesia : Selalu menciptakan rasa persatuan dan kesatuan jangan sampai kita
salah dalam menggunakan media sosial yang bahkan dapat memecah persatuan dan kesatuan
bangsa.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan :
Tidak ada larangan dalam menggunakan media sosial akan tetapi kita harus bisa memanfaatkan
media sosial tersebut.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : Menciptakan keadilan dalam bersosial di
media sosial.
Kita sebagai manusia yang mengikuti perkembangan zaman, harus bijak dalam menggunakan
media sosial. Karena jika kita salah dalam bertindak di media sosial, yang terkena dampaknya
bukan hanya kita tapi juga orang lain.
Mari kita manfaatkan media sosial dengan sebaik mungkin dalam IPTEK yang semakin
berkembang ini
Model Pemimpin, Warga Negara, Dan Ilmuwan Yang Pancasilais Dan Memiliki
Karakter Keilmuan Berdasar Pancasila Dalam Mengembangkan IPTEK

1. Model Pemimpin Yang pancasilais


Kepemimpinan Pancasilais berarti kepemimpinan yang mengacu kepada sila-sila
pancasila. Pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara,
membutuhkan kepemimpinan yang bersih, transparan, dan profesional.
Hanya dengan kepemimpinan yang betul-betul bersih, transparan, dan profesional, nilai-
nilai luhur Pancasila bisa betul-betul menjadi landasan hidup yang nyata dan membawa
kesejahteraan bagi bangsa dan negara. Kepemimpinan menjadi faktor penentu keberhasilan
organisasi mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Peran seorang pemimpin dalam
organisasi menjadi hal yang penting dan krusial.
Berhasil dan tidaknya organisasi mencapai tujuan ditentukan oleh Pemimpinnya.

Pemimpin dan kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang leader menentukan roda
organisasi. Pemimpin yang baik ialah seorang pemimpin yang mengindahkan nilai, moral, dan
etika dalam kepemimpinannya.

Seorang pemimpin berbagai level dan bidang harus mengacu Pemimpin yang berkualitas
adalah pemimpin yang mampu menggerakkan segenap sumber daya organisasi guna mencapai
visi, misi, tujuan, dan target organisasi secara efektif dan efisien. kepada sila-sila pancasila.

Seorang pemimpin yang berjiwa Pancasila selalu berupaya menerapkan fungsi


kepemimpinannya dengan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. Nilai dasar terdiri atas nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan
Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tandiasa (2015) yang menyatakan kepemimpinan Pancasila adalah kepemimpinan yang
membawa masyarakat dalam kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Kepemimpinan Pancasila berpedoman pada nilai-
nilai Pancasila dan merupakan kriteria sosok pemimpin bangsan Indonesia.
Maka, dibutuhkannya pemimpin yang peka dalam memperjuangkan aspirasi rakyatnya,
bukan pemimpin yang otoriter Kepemimpinan Pancasila berpedoman pada nilai-nilai Pancasila
dan merupakan kriteria sosok pemimpin bangsa indonesia. seorang pemimpin yang ideal
diharapkan memenuhi kriteria:

1. seorang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. seorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab

3. seorang yang memiliki rasa persatuan Indonesia yang tinggi tanpa membedakan
seseorang berdasarkan kepentingan tertentu.
4. Seorang yang mampu mengembangkan semangat musyawarah/mufakat secara baik
demi kepentingan bangsa dan negara.
5. Seorang yang mampu mengembangkan pembangunan nasional untuk mencapai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pemimpin yang pancasilais yaitu berdasarkan sesuai nilai luhur Pancasila:

 Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Senantiasa berbuat adil, benar dan jujur, sabar
dan memiliki sikap rendah hati.
 Selalu menerima saran dan kritikan, menjunjung nilai musyawarah.
 Memiliki sikap yang bertanggungjawab.
Pemimpin yang Pancasilais yaitu pemimpin tersebut adil menegakkan hukum dan berorientasi
pada kemakmuran rakyat.
Didalam ajaran agama Islam seorang pemimpin harus mempunyai 6 sifat, yaitu:
1.harus mempunyai sifat berhati kembut
2. Suka menolong
3.rendah hati
4.penyayang dan mawas diri
5.Setia kepada sahabat
6. Dermawan.
Pemimpin dikenal sebagai pribadi yang berhati lembut, dia memiliki perasaan yang amat peka
terhadap kesengsaraan rakyat. Pemimpin harus sering berkeliling untuk melihat keadaan
warganya.
Pempin dikenal sebagai pribadi yang suka menolong selalu memberi pertolongan kepada
siapapun yang membutuhkan, termasuk kepada budak yang bukan miliknya.
Pemimpin yang rendah hati adalah pemimpin yang memiliki sikap sederhana atau rendah hati.
Sikap pemimpin yang penyayang dan mawas diri adalah sikap yang harus dimiliki seorang
pemimpin dari sejak kecil. Sikap penyayang dan mawas diri patut kita teladani dalam
kehidupan sehari-hari, caranya yaitu tidak berbuat jahat, hindari hal-hal yang dapat memicu
perkelahian, tidak memaki orang, tidak menyakiti orang tua, saudara, teman dan yang kainnya.
Sabda Rasulullah Saw.
ْ‫ُكلُّكُم‬ ْ‫َراع‬ ْ‫َو ُكلُّكُم‬ ْ‫َمسئ ُول‬ ْ‫عَن‬ ْ‫َر ِعيَّتِ ِه‬

Artinya : “setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawaban atasْyangْdipimpinnyaْ“
2. Warga negara Pancasilais

Warga negara yang Pancasilais yaitu warga negara yang saling menghormati perbedaan,
menjalankan agama dengan sungguh-sungguh.

Indonesia akan menjadi negara Pancasilais jika warga negaranya juga menjunjung tinggi nilai-
nilai dan idiologi dari Pancasila, yaitu dengan cara mengamalkan setiap nilai-nilai Pancasila.

3. Seorang ilmuwan yang Pancasilais

Ilmuwan yang Pancasilais adalah seorang yang jujur, tekun dan memajukan ilmu pengetahuan
untuk kemajuan bangsa dan negara.

Pancasilais dalam arti secara sederhana adalah menerapkan sila-sila Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga tingkah lakunya akan selaras dengan apa yang falsafah hidup bangsa
indonesia, yaitu Pancasila.

Pancasila sebagaimana kita ketahui adalah dasar negara dan juga idiologi bangsa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila terdiri dari 5 sila yang berbunyi:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Cara Menselaraskan Antara Agama, Nilai Kearifan Lokal dan Pancasila dalam
Perkembangan IPTEK Saat Ini
Alasan perkembangan IPTEK perlu didasarkan pada nilai yang terkandung dalam Pancasila
adalah sebagai berikut.
Perkembangan IPTEK perlu didasarkan pada Pancasila karena IPTEK pada dasarnya harus
digunakan untuk mengembangkan sebuah bangsa dan melestarikan keluhuran hidupnya. Nilai-
nilai ini terkandung dalam Pancasila sehingga harus diterapkan untuk seluruh aspek kehidupan,
termasuk IPTEK.
Penjelasan:
Pancasila merupakan panduan bagi bangsa Indonesia dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Seluruh nilai dalam Pancasila berasal dari dalam bangsa Indonesia itu sendiri. Hal inilah yang
kemudian menjadi alasan seluruh perkembangan dan kemajuan zaman pada akhirnya harus
diselaraskan dengan Pancasila.
Memasuki zaman yang semakin modern kehidupan kini mengacu pada dunia digital, begitu
pula dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut membuat perubahan yang besar bagi kehidupan setiap orang di dunia tak
terkecuali rakyat Indonesia, setiap individu berupaya untuk terus menumbuhkembangkan
kemampuan kemampuan literasi teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ada saat ini selain dapat memberikan dampak positif dan berbagai kemudahan untuk
kehidupan manusia, tak bisa kita pungkiri juga perkembangan IPTEK ini juga dapat
mendatangkan berbagai hal-hal yang negatif.
Oleh karena itu IPTEK perlu menyesuaikan dan mempertimbangkan nilai-nilai ideologi bangsa
dalam pengembangnya baik dari aspek nilai agama maupun budaya semua haruslah relevan
dan senantiasa mengacu pada nilai-nilai luhur bangsa agar tidak merugikan manusia dan
merusak sendi-sendi kehidupan bangsa. Pancasila yang mana merupakan dasar negara dan
pandangan hidup bangsa mengandung nilai-nilai luhur yang dipercaya sebagai perisai
pelindung bangsa tentunya juga harus ikut berperan dalam menghadapi kemajuan IPTEK.
BAB III
SARAN DAN SIMPULAN

A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Dampak positif dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) antara
lain : memberikan berbagai kemudahan, mempermudah meluasnya berbagai informasi,
bertambahnya pengetahuan dan wawasan. Dan dampak negatifnya: perkembangan
IPTEK mempengaruhi pola berpikir, hilangnya budaya tradisional, banyak
menimbulkan berbagai kerusakan.
2. Bisa menselaraskan antara agama nilai kearifan local dan Pancasila dalam
perkembangan IPTEK adalah dengan cara memahami pancasila melalui kelima silanya
secara universal dapat masuk kedalam tatanan pembangunan Indonesia melalui
perkembangan IPTEK., sehingga keselerasan diantara keduanya menjanjikan
hubungan yang harmonis dalam membangun sebuah negara yang dicita-citakan.

B. Saran
1. Sebaiknya setiap individu mengamalkan dan memahami nilai- nilai pancasila dalam
setiap aspek kehidupannya terutama untuk perkembangan IPTEK.
2. Hendaknya pemerintah mempunyai peraturan yang tegas agar dampak negative dari
perkembangan IPTEK dapat diminimalisir.

You might also like