You are on page 1of 93

PENGARUH LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP

KETAATAN ELISA MENURUT KITAB 1 RAJA-RAJA DAN

IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

SKRIPSI INI DIAJUKAN KEPADA

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TIBERIAS JAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI PERSYARATAN

GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA TEOLOGI KEPENDETAAN

DIAJUKAN OLEH :

DESVALINO YULISWAN

NIM : 2019.11.005

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TIBERIAS JAKARTA

JAKARTA

2023
MOTTO

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk

mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang

terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

(Roma 8:28)

ii
PERSETUJUAN PROPOSAL

Dosen Pembimbing Proposal telah memberikan rekomendasi kepada proposal

skripsi yang berjudul “PENGARUH LEGITIMASI KEPEMIMPINAN

PELAYANAN ELIA TERHADAP KETAATAN ELISA MENURUT KITAB

1 RAJA-RAJA DAN IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN

JEMAAT” yang disampaikan oleh DESVALINO YULISWAN. Untuk

dilanjutkan ke seminar proposal skripsi.

Jakarta, 16 Februari 2023

( .)

iii
DOSEN PEMBIMBING

Dosen Pembimbing telah memberikan rekomendasi kepada skripsi yang berjudul

“PENGARUH LEGITIMASI KEPEMIMPINAN PELAYANAN ELIA

TERHADAP KETAATAN ELISA MENURUT KITAB 1 RAJA-RAJA DAN

IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT” yang telah

disiapkan dan diserahkan oleh DESVALINO YULISWAN untuk diuji sebagai

pemenuhan Sebagian persyaratan guna mencapai gelar SARJANA TEOLOGI

jurusan TEOLOGI KEPENDETAAN di SEKOLAH TINGGI TEOLOGI

TIBERIAS JAKARTA.

Disetujui pada tanggal


Jakarta,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

(Bpk. Jonni Arifson Gultom, M. Th ) ( Bpk. Deavy Tumuju, M.Th )

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan sebenar-

benarnya bahwa skripsi yang saya susun ini adalah benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain

yang terdapat dalam skripsi ini telah saya kutip atau rujuk berdasarkan prinsip-

prinsip penulisan ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya tulis dengan sungguh-sungguh dan apabila

dikemudian hari ternyata saya terbukti melakukan tindakan plagiarism, maka saya

akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi yang berlaku

di Sekolah Tinggi Teologi Tiberias Jakarta.

Jakarta,

DESVALINO YULISWAN
2019.11.005

v
ABSTRAKSI

YULISWAN, DESVALINO

Tahun, 2023 Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Pelayanan Elia

Terhadap Ketaatan Elisa Dalam Kitab 1 Raja-Raja Dan

Implikasinya Bagi Pertumbuhan Iman Jemaat

Laporan Penelitian, Sekolah Tinggi Teologi Tiberias

Jakarta, Skripsi.

Elia adalah salah satu Nabi Bangsa Israel yang mengalami pemakaian

Allah secara dahsyat. Melalui pelayanannya, Bangsa Israel mengalami

kebangunan rohani yang besar. Keberhasilan pelayanan Elia tidak sampai pada

dirinya sendiri, namun ia telah menduplikasikannya kepada muridnya yang

bernama Elisa, bahkan Elisa menjadi Nabi yang lebih hebat daripada Elia.

Keberhasilan kepemimpinan Nabi Elia perlu menjadi contoh bagi hamba-hamba

Tuhan pada masa sekarang dalam menjalankan pelayanan kuasa bagi gereja masa

kini.

Penelitian ini berusaha menemukan prinsip-prinsip kepemimpinan Nabi

Elia untuk dapat diterapkan bagi pelayanan kuasa gereja masa kini. Sebagai hasil

dari penelitian ini ditemukan beberapa kualifikasi kepemimpinan dalam diri Elia

meliputi aspek spiritualitas, mentalitas, personalitas, dan manajerial. Penelitian ini

menggunakan metode library research dengan pendekatan kualitatif pada teks-

teks Alkitab, Pendekatan yang digunakan, yaitu pengumpulan data, pengolahan

vi
data, dan metode penarikan kesimpulan. Hal ini menjadi pembelajaran bagi

pembaca mengenai bagaimana sebagai umat Tuhan harus taat kepada perintah

Tuhan dan bagaimana dalam kepemimpinan Elia dapat diimplikasikan bagi gereja

masa kini.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan penelitian dalam mata kuliah

skripsi.

Skripsi merupakan mata kuliah khusus yang wajib diambil oleh

mahasiswa/i Sekolah Tinggi Teologi Tiberias untuk memenuhi syarat-syarat guna

mencapai gelar sarjana studi program strata 1 (satu) Ilmu Teologi.

Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

pertolongan Tuhan serta adanya bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Alm. DR. (HC) Yesaya Pariadji, Ibu Darniaty Pariadji selaku Gembala

Sidang dan Ketua Sinode Gereja Tiberias Indonesia.

2. Dr. Aristo Pariadji, M.Sc., M.Th., selaku Ketua STT Tiberias Jakarta atas

dedikasi dan kepemimpinannya sehingga studi dan seluruh perkuliahan

dapat berjalan dan diselesaikan.

vii
3. Dr. Vernineto Sitenggang, selaku Wakil Ketua 1 STT Tiberias Jakarta atas

bimbingan dan perhatiannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Pdt. Hendry Setiadi, selaku Wakil Ketua II STT Tiberias Jakarta atas

bimbingan dan perhatiannya sehingga proposal skripsi ini dapat selesai.

5. Rindra Permata Kasih, M.Div, selaku Puket II STT Tiberias Jakarta atas

bimbingannya sehingga semua nilai-nilai dapat saya selesaikan dan

penuhi.

6. Jonni Arifson Gultom, M.Th selaku pembimbing proposal I skripsi yang

telah menyediakan waktu nya untuk boleh mengajarkan, membimbing dan

memberi masukan dalam penulisan proposal skripsi ini hingga selesai.

7. Deavy Tumuju, M.Th, selaku Kaprodi dan pembimbing proposal II skripsi

yang menyediakan waktu untuk mengoreksi dan memberikan masukan

dalam penulisan proposal skripsi ini hingga selesai.

8. Samuel Coky A. Panjaitan, M.Th, selaku bagian keuangan Sekolah Tinggi

Teologi Indonesia Jakarta yang telah membantu dalam proses administrasi

penulis.

9. Yogi Sayogia, selaku Ketua Perpustakaan Sekolah Tinggi Teologi Tiberias

Indonesia

10. Mugi Nadeak, selaku Ketua IT Sekolah Tinggi Teologi Tiberias Indonesia

11. Kepada para dosen dan seluruh staff STT Tiberias Jakarta yang telah

mendukung penulis dalam doa dan pengurusan administrasi

viii
12. Rekan-rekan mahasiswa STT Tiberias Jakarta dan semua rekan-rekan

dalam pelayanan atas support dan motivasinya untuk sama-sama berjuang.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Istri saya Jesslyn Herika Gracia, orang tua saya, saudara saya, dan

teman-teman saya yang telah memberikan dukungan dan doa dalam penulisan

skripsi ini. Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan

kepada saya dapat saya gunakan dengan sebaik-baiknya oleh saya. Saya

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

skripsi ini baik dalam teknik penyajian materi maupun pembahasan. Oleh

karena itu segala saran maupun kritikan yang bersifat membangun sangat

diharapkan.

Akhir kata semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi

inspirasi serta dapat menjadi referensi yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan. Dan biarlah segala puji dan hormat serta kemuliaan hanya bagi

Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

Jakarta,
Penulis

DESVALINO YULISWAN
2019.11.005

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………i

MOTTO ...........................................................................................................ii

PERSETUJUAN PROPOSAL ........................................................................iii

DOSEN PEMBIMBING .................................................................................iv

PENGUJI..........................................................................................................v

PENGESAHAN ...............................................................................................vi

SURAT PERNYATAAN ................................................................................vii

ABSTRAKSI ...................................................................................................viii

KATA PENGANTAR .....................................................................................ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Pentingnya Penelitian

E. Hipotesis

F. Ruang Lingkup Penelitian

x
G. Metode Penelitian

H. Definisi Istilah

I. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Legitimasi Kepemimpinan

1. Definisi Legitimasi

1.1 Pengertian Umum

1.2 Pengertian menurut Para Tokoh

1.2.1 gggg

1.2.2 ffff

1.2.3 fgfff

2. Definisi Kepemimpinan

2.1 Etimologis Kepemimpinan

2.2 Pengertian Umum

2.3 Pengertian menurut para tokoh

2.2.1

2.2.2.jdjdjdjdj

2.2.3 nddndndn

3. Ciri-Ciri Kepemimpinan

3.1 Berintegritas ( 2 Paragraph secara umum dan kekristenan )

3.2 Mampu Berkomunikasi Dengan Baik (Umum saja)

3.3 Mendengarkan dengan baik

3.4 Bersikap Terbuka

xi
3.5 Memberi support

3.6 Tidak Fokus pada diri sendiri

3.7 Memberi Nasihat hanya Ketika diminta

3.8 Bertanggungjawab ( 2 versi )

3.9 Menginspirasi (Umum)

3.10 Pengambil Keputusan (Umum)

4. Bentuk Bentuk Kepemimpinan

4.1 Kepemimpinan Demokratis

4.2 Kepemimpinan Otoriter

4.3 Kepemimpinan Delegatif

4.4 Kepemimpinan Strategis

4.5 Kepemimpinan Karismatik

4.6 Kepemimpinan Birokrasi

5. Fungsi Fungsi Kepemimpinan

5.1 Memimpin

5.2 Merencanakan

5.3 Mengorganisasikan

5.4 Menyusun Staff

5.5 Mengendalikan

6. Teori-Teori Kepemimpinan

6.1 Tujuan

6.2 Tugas, Penugasan dan Penjabaran Tugas

6.3 Pendelegasian

6.4 Motivasi

xii
6.5 Komunikasi

6.6 Pengambil Keputusan

6.7 Penanganan Masalah Kerja

7. Tujuan Kepemimpinan

7.1 Membantu Terciptanya Suatu Iklim Sosial Yang Baik

7.2 Membantu Kelompok Dalam Menetapkan Prosedur-Prosedur

Kerja

7.3 Membantu Kelompok Untuk Mengorganisasi Diri

7.4 Mengambil Keputusan Sama Dengan Kelompok

B. Deskripsi Kepemimpinan Elia

1. Panggilah Allah terhadap Nabi Elia (1 Raja-Raja 17: 7 dst)

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan Elia

2.1 Elia memiliki integritas

2.1.1 Hanya mengabdi kepada Tuhan yang hidup (1 Raja-

Raja 17:1)

2.1.2 Taat Kepada Perintah Tuhan (1 Raja-Raja 17: 8-10)

2.1.3 Memiliki Belas Kasihan (1 Raja-Raja: 11 – 24)

2.2 Elia memiliki kuasa

2.2.1 Kuasa dalam perkataan (1 Raja-Raja 17: 1-7 &

Yakobus 5: 17 - 18)

2.2.2 Kuasa dalam iman percaya (1 Raja-Raja 17: 13-16,

tentang berkat makanan; 17 – 24, tentang kesembuhan)

2.2.3 Pemusnahan Dewa Baal (1 Raja-Raja 18: 36-40)

2.3 Elia memiliki komunikasi yang baik

xiii
2.3.1 Mendengarkan Permintaan Elisa (2 Raja-Raja 2: 9-10)

2.3.2 Bersikap Terbuka (2 Raja-Raja 2: 9-10)

2.3.3 Memberi Support (2 Raja-Raja 2 : 10)

2.3.4 Tidak Fokus Pada Diri Sendiri (2 Raja-Raja 2 : 10)

3. Maksud Panggilan Allah terhadap Elia

3.1 Bahwa Tuhan Maha Kuasa

2.1.2 Kisah penyembuhan anak janda di (1 Raja-Raja 17 :

17-24)

2.1.2 Kisah Pertobatan Ahab (1 Raja-Raja 21: 17-29)

2.2 Bahwa Tuhan satu-satunya Allah yang disembah ( Kisah

pemusnahan dewa Baal (1 Raja-Raja 18 : 36 - 40)

C. Deskripsi Ketaatan Elisa menurut Kitab 1 Raja-Raja

1 Panggilan Allah terhadap Nabi Elisa (1 Raja-Raja 19: 19 – 21; (Asal

Usul Elisa, dari suku apa dsb)

2 Definisi Ketaatan

2.1 Pengertian Umum

2.2 Ketaatan Menurut Teolog

2. Ciri-Ciri Ketaatan

4.1 Takut Akan Allah

4.2 Pertobatan

4.3 Mengikuti Kehendak Allah

4.4 Memiliki kesetiaan kepada Allah

4.5 Tidak berkompromi dengan Dosa

3. Dasar Ketaatan Dalam Kekristenan

xiv
4.1 Tuhan yang memberi perintah (Panggilan para nabi oleh firman

Tuhan)

4.2 Alkitab sebagai Firman Allah

4.3 Karya Allah (Berkat Jasmani dan Rohani)

4. Latar Belakang Kitab 1 Raja-Raja

1. Penulis Kitab 1 Raja-Raja

2. Waktu Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

3. Tempat Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

4. Garis Besar Kitab 1 Raja-Raja

5. Tujuan Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

5. Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja

5.1 Elisa Taat Karena Kasih (1 Raja-Raja 19: 19-21)

5.2 Elisa Taat Karena Iman (1 Raja-Raja 19: 19-21) Bandingkan

dengan imam abraham

5.3 Elisa Taat dengan Membayar Harga (1 Raja-Raja 19: 19-21)

bandingkan dengan kisah paulus

D. Deskripsi Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Pengertian Pertumbuhan Iman

1.1 Pengertian Umum

1.2 Pengertian Menurut Teolog

1.2.1 (Marthin Luther)

1.2.2

1.2.3

2. Tujuan Pertumbuhan Iman

xv
2.1 Supaya mengandalkan Kuasa Tuhan

2.2 Supaya tidak terjadi penyesatan

2.3 Untuk pertumbuhan jemaat

3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Iman

3.1 Memiliki Ketaatan

3.2 Memiliki Kesetiaan

3.3 Memiliki Buah Pelayanan

4. Pertumbuhan Iman Jemaat

4.1 Rajin Beribadah

4.2 Mengasihi Sesama

4.3 Memiliki Keinginan untuk memberitakan Injil

BAB III PENGARUH LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP

KETAATAN ELISA MENURUT KITAB 1 RAJA-RAJA DAN

IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

A. Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Elia Terhadap Ketaatan Elisa

Menurut Kitab 1 Raja-Raja

1. Ciri-Ciri Kepemimpinan Elia

1.1 Elia memiliki integritas

1.2 Hanya mengabdi kepada Tuhan yang hidup (1 Raja-Raja

17:1)

1.3 Taat Kepada Perintah Tuhan (1 Raja-Raja 17: 8-10)

1.4 Memiliki Belas Kasihan (1 Raja-Raja: 11 – 24)

1.5 Berani Menyuarakan Kebenaran (1 Raja-Raja 18:18)

xvi
1.6 Memiliki Hubungan Intim Dengan Tuhan (1 Raja-Raja

19:5-7)

1.7 Pendelegasian Wewenang Kepada Elisa (1 Raja-Raja

19:19-21)

2. Tujuan Kepemimpinan Elia

2.1 Mengajak Manusia Untuk Hidup Berdasarkan Kebenaran (1 Raja-

Raja 18:21)

2.2 Mengajarkan Manusia Untuk Hidup Dalam Ketaatan (1 Raja-Raja

18:36-37)

B. Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Elia Dan Implikasinya Bagi

Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Pengakuan Terhadap Kepemimpinan Elia

1.1 Pemilihan Tuhan Atas Elia (1 Raja-Raja 17 : 2-6)

1.2 Pengakuan Janda Sarfat (1 Raja-Raja 17 : 24)

1.3 Pengakuan Elisa (1 Raja-Raja 19 : 20)

2. Dasar Pertumbuhan Jemaat

2.1 Pemimpin Yang Berintegritas ()

2.2 Pemimpin Yang Memiliki Kuasa ()

3. Dampak Ketaatan

3.1 Mendapatkan Bagian Roh Elia (2 Raja-Raja 2:9)

3.2 Menumbuhkan Iman Orang Percaya (2 Raja-Raja 5:10-11)

C. Pengaruh Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja Dan Implikasinya

Bagi Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Dampak Ketaatan

xvii
1.1 Mendapatkan Bagian Roh Elia (2 Raja-Raja 2:9)

1.2 Menumbuhkan Iman Orang Percaya (2 Raja-Raja 5:10-11)

2.

BAB IV IMPLIKASI PENGARUH LEGITIMASI

KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP KETAATAN ELISA

MENURUT KITAB 1 RAJA-RAJA DAN IMPLIKASINYA BAGI

PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

A. Impikasi Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Elia Terhadap Ketaatan

Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja

1. Elisa Menjadi Seorang Nabi yang dipakai Tuhan Secara Luar Biasa

2. Elisa Mendapatkan Roh Elia atas dirinya sehingga Elisa Mampu

Melakukan Banyak Mukjizat

B. Implikasi Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Pelayanan Elia Bagi

Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Pelayanan Kuasa Dalam Gereja Masa Kini Mendapatkan Keberanian

2. Meluasnya Pelayanan Kuasa Dalam Gereja Masa Kini

C. Implikasi Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja Bagi Pertumbuhan

Iman Jemaat

1. Ketaan Elisa Menjadi Teladan Pertumbuhan Iman Jemaat

2. Menjadi Pribadi yang Berharga

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

xviii
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gereja yang memiliki sumber legitimasi akan mendapatkan

dukungan dari lingkungan sekitarnya atau dari jrmaat di gereja. Legitimasi di dalam

gereja diberikan kepada pemimpin gereja. Pemimpin gereja pada masa kini mulai

meninggalkan prinsip pengajaran yang benar dalam memberikan pengajaran

terhadap jemaat. Contoh sikap dan tindakan yang salah seperti, pemimpin gereja

yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, tidak

menghiraukan keadaan jemaat yang dilayani, tidak memberikan pengajaran yang

benar bagi jemaatnya. Hal tersebut berdampak buruk pada perkembangan gereja.

Misi Tuhan Yesus untuk menjangkau banyak jiwa di dunia dapat tidak terwujud

dengan baik jika pemimpin gereja tidak menjalankan pengajaran yang benar.

Kepemimpinan yang salah juga dapat berdampak buruk kepada

pertumbuhan rohani jemaat. Jika jemaat tidak mengalami pertumbuhan rohani

jemaat dapat mencari gereja lain dan kesan terburuknya jemaat dapat meninggalkan

gereja. 80 persen anak muda menilai gereja sedang mengalami krisis

kepemimpinan. Hal itu karena para pemimpin gereja dinilai tidak dapat atau gagal

dalam memberikan contoh atau teladan baik. Namun disamping itu, jemaat yang

terhambat dalam pertumbuhan rohani dapat hilang dan meningalkan Tuhan pada

saat kesukaran hidup datang ke dalam hidup mereka.


2

Pemimpin dalam gereja harus menerapkan otoritas dan kekuasaan dari

Allah, bukan otoritas dan kekuasaan dari diri pelayan. dua yang terpenting yang

menjadi sumber kekuasaan pemimpin gereja yaitu legitimasi kekuasaan dan

kualitas pribadi. Apakah sumber legitimasi kekuasaan para pemimpin gereja? Itulah

panggilan dari Tuhan dan pemilihan oleh jemaat. Para pemimpin dalam gereja

adalah orang-orang yang terpanggil oleh Tuhan sendiri untuk terlibat dalam

pekerjaan pelayanan di Gereja. Sumber kepemimpinan gereja adalah Yesus Kristus

sendiri yang memanggil pelayan-pelayan sebagaimana ditulis dalam Efesus 4:11-

16.

Di dalam gereja Allah sendirilah yang menjadi pusat semua pemimpin.

Segala kuasa ada ditangan Dia, yaitu Yesus Kristus yang kepadanya telah diberikan

segala kuasa di bumi dan di sorga (Matius 28:18). Seluruh pemimpin gereja tidak

boleh mengandalkan kekuatan dan kekuasaannya sendiri melainkan mendasarkan

diri pada kuasa atau otoritas dari Allah. Allah sendiri yang memanggil dan memilih

semua pemimpin dalam gereja menjadi pelayan-pelayan (Roma 12:4-8; I Korintus

12:28-30; Efesus 4:11-16) untuk membangun persekutuan jemaat. Para pemimpin

gereja menerima panggilan dan pilihan itu sebagai kharisma (karunia, talenta) dan

bukan kapasitas atau karena kompetensi pribadi. Oleh sebab itu para pemimpin

harus memimpin dengan rendah hati seperti hamba yang melayani (Markus 10:43-

44).

Kepemimpinan dalam gereja sangat diperlukan agar gereja tersebut dapat

bertumbuh secara kualitas dan kuantitas karena hal tersebut akan menumbuhkan

pemimpin yang berkarakter seperti Kristus dari setiap jemaat. Pada masa sekarang

ini, banyak jemaat yang membutuhkan pemimpin rohani dapat membimbing,


3

melatih, dan memberi teladan pertumbuhan rohani bagi jemaat untuk dijadikan

pemimpin baru, meskipun melewati proses yang tidak mudah. Setiap jemaat

sangat membutuhkan pengajaran selain khotbah pada saat hari Minggu maupun

penyampaian Firman Tuhan dalam persekutuan doa.

Untuk menunjang pertumbuhan rohani dan menumbuhkan jemaat

menjadi pemimpin rohani yang berkarakter Kristus, diperlukan penggembalaan

sebagai kekuatan misioner yang kuat. Kualitas seorang Pemimpin Gereja tidak

ditentukan oleh kepintaran atau keterampilan memimpin tetapi oleh kesungguhan

dalam melayani, menggembalakan dan mengurus umat yang dipercayakan

kepadanya. Allah mengutus Elia sebagai nabi yang dipenuhi oleh kuasa dan

penyuara suara Allah untuk mengingatkan, menasehati, dan menegor untuk bangsa

Israel bertobat dan kembali menjadi umat Allah yang benar. Nabi Elia adalah

contoh dalam Perjanjian Lama yang berhasil di dalam mengajar muridnya. Elia

telah menjadi nabi yang sangat berpengaruh pada zamannya dan disertai kuasa

dalam pelayanannya, tetapi kemudian Elisa yang menjadi murid Elia melakukan

halhal yang lebih besar dan lebih dahsyat dari gurunya.

Bertitik tolak dari keberhasilan Elia dalam memuridkan Elisa, maka perlu

ditemukan prinsip-prinsip kepemimpinan Elia yang baik untuk diterapkan bagi

pendidikan agama Kristen pada masa sekarang. Yang menjadi masalah utama

dalam tulisan ini adalah, bagaimana kajian teologis kepemimpinan Elia

terhadap ketaatan Elisa menurut kitab 1 Raja-Raja bagi pelayanan kuasa dalam

gereja masa kini?


4

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti menyadari bahwa kajian

teologis kepempinan Elia terhadap ketaatan Elisa dapat mempengaruhi

pelayanan kuasa dalam gereja masa kini. Penelitian tentang kajian teologis

kepemimpinan Elia terbilang sangat sedikit di Sekolah Tinggi Teologi Tiberias

Jakarta. Maka dari itu peneliti berniat untuk membuat penelitian berjudul “

Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Pelayanan Elia Terhadap Ketaatan

Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja Dan Implikasinya Bagi Pertumbuhan

Iman Jemaat.”

B. Rumusan Masalah

Pada penulisan karya ilmiah ini, terdapat pertanyaan- pertanyaan

yang menjadi rumusan masalah, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan pengaruh legitimasi kepemimpinan Pelayanan

Elia?

2. Apa yang dimaksud dengan ketaatan Elisa menurut kitab 1 Raja-Raja?

3. Apa yang dimaksud dengan Implikasi kepemimpinan Elia bagi

pertumbuhan iman jemaat ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam karya ilmiah ini adalah untuk menggali

Pengaruh legitimasi kepemimpinan Pelayanan Elia terhadap ketaatan Elisa Menurut

kitab 1 Raja-Raja Bagi Pertumbuhan Iman Jemaat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


5

1. Bagi perkembangan ilmu teologia, penelitian ini dapat memberikan

kontribusi positif bagi perkembangan ilmu dogmatika dan sebagai ilmu

praktika dimana orang-orang percaya dapat sungguh-sungguh hidup

dalam kebenaran Firman Tuhan untuk hidup dalam pembenaran Allah.

2. Bagi gereja, penelitian ini dapat mendukung dalam pemenuhan tugas

pemimpin jemaat, pelayanan kepada jemaat maupun pelayanan-

pelayanan lainnya.

3. Bagi diri sendiri, penelitian ini sangat membantu dalam pemahaman

materi ilmu teologi yaitu tentang dogmatika. Selain itu penelitian ini

juga membantu penulis untuk memahami pengaruh legitimasi

kepemimpinan Elia terhadap ketaatan Elisa menurut kitab 1 Raja-Raja

bagi pertumbuhan iman jemaat

4. Bagi sesama, penelitian ini dapat memberikan pemahaman akan

pengaruh legitimasi kepemimpinan Elia terhadap ketaatan Elisa

menurut kitab 1 Raja-Raja bagi pertumbuhan iman jemaat, dan dapat

dijadikan bahan referensi dan sumber informasi bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian serupa.

E. Hipotesis

Diduga ada Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Pelayanan Elia Terhadap

Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja Bagi Pertumbuhan Iman Jemaat.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian hanya dibatasi tentang Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan

Pelayanan Elia terhadap ketaatan Elisa

2. Penelitian hanya dibatasi tentang Pertumbuhan Iman Jemaat


6

G. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif,

yaitu metode library research yang sifatnya memberikan penjelasan menggunakan

analisis. Pada pelaksanaannya, metode ini bersifat subjektif dimana proses

penelitian cenderung lebih fokus pada landasan teori. Adapun pendekatan yang

digunakan:

1. Metode pengumpulan data, dengan menggunakan metode studi

pustaka dan menggunakan metode eksposisi. Metode studi pustaka

adalah metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian

data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik yang tertulis,

foto, gambar, maupun dokumen elektronik. Sedangkan metode

eksposisi adalah memaparkan, menjelaskan, menyampaikan

informasi, mengajarkan dan menerangkan sesuatu tanpa disertai

ajakan atau desakan agar pembaca menerima dan mengikutinya.

2. Metode pengolahan data, dengan menggunakan metode :

a. Interpretasi, Yaitu suatu cara penafsiran menurut arti kata-kata

(istilah) yang terdapat pada teks tersebut.

b. Komparasi, Yaitu metode penelitian yang membandingkan

keberadaan satu variabel atau lebih sampel yang berbeda, atau pada

waktu yang berbeda.

c. Kontekstual, Yaitu metode yang menekankan pada kaitan antara

materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa

dilihat dan dianalisis oleh semua orang.


7

d. Sintaksis, Yaitu metode yang dapat diartikan sebagai aturan yang

harus dipenuhi demi tercapainya tujuan, jadi perlu adanya

pengamatan, bertanya, mengumpulkan data/informasi, merumuskan

jawaban atas pertanyaan, dan disimpulkan

3. Metode hasil kesimpulan, dengan cara metode induktif. Yaitu

metode dimana fakta fakta atau contoh-contoh kongkrit yang

diuraikan terlebih dahulu kemudian dirumuskan menjadi suatu

kesimpulan atau generalisasi. Pada metode induktif, data dikasi

melalui proses yag berlangsung dari fakta.

H. Definisi Istilah

Agar memahami dan mengerti istilah judul dari skripsi ini, maka penulis

memberi arti sebagai berikut : Pengaruh Kepemimpinan Pelayanan Elia

Terhadap Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja Dan Implikasinya Bagi

Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Legitimasi

Legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan atas kewenangan yang

diberikan oleh masyarakat kepada pimpinan yang telah diberikan kekuasaan.1

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan hubungan yang melalui kewenangannya seseorang

mempengaruhi perilaku atau tindakan orang lain.2

3. Pelayanan
1
Ramlan, Surbakti (2007). “Memahami Ilmu Politik”, (Jakarta: Grasindo. hlm. 92.
2
Laurie J. Mullins, “Dasar Kepemimpinan”, (Jakarta: Yayasan Cendikia Mulia Mandiri,
2022), Hlm.8.
8

Pelayanan adalah menolong sesama yang membutuhkan bantuan.

Pelayanan yang seperti Kristus tumbuh dari kasih yang tulus bagi Juruselamat dan

dari kasih serta kepedulian bagi mereka yang kepadanya Dia memberi kita

kesempatan dan arahan untuk membantu.3

4. Elia

Elia adalah seorang nabidi dalam kerajaan Israel Utara pada zaman

pemerintahan Raja Ahab, Ahazia, dan Yoram pada sekitar abad ke-IX SM.4

5. Ketaatan

Ketaatan adalah suatu nilai yang sangat dipuji agama. Sebab jika tatanan

sosial itu diumpamakan sebuah bangunan, maka ketaatan adalah semen yang

merekat masing-masing individu batu merah bangunan itu dan melekatnya kepada

kerangka bangunan, sehingga bangunannya berdiri kokoh.5

6. Elisa

Elisa adalah nabi yang memilih jalan pertengahan yaitu berusaha melayani raja,

tetapi juga bertindak setia kepada Yahwe. Dan menurut tradisi menyatakan

bahwa bangsa Israel sangat menghormati dia. Dan Namanya sikaitkan dengan

tiap-tiap aspek pelayanan kenabian termasuk berbagai mujizat penyembuhan,

bahkan membangkitkan orang yang sudah meninggal.6

7. Menurut

3
Abineno, “Garis-Garis Besar Hukum Gereja”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 35.
4
Lukas Adi. S, “Smart Book of Christianity: Old Testament”, (Yogyakarta: ANDI, 2015),
hlm. 482
5
Budhy Munawar Rachman, “Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Jilid 1”, (Ebook/Edisi
Digital, 2007), hlm. 1542
6
Th. C. Vriezen, “Agama Israel Kuna”, hlm. 217-218
9

Dalam Kamus Bahasa Indonesia , kata “menurut” diartikan sesuai dengan

(tidak melanggar, tidak bertentangan dengan); selaras dengan; tindakan itu sudah –

pada peraturan yang berlaku.7

8. Kitab

Dalam Kamus Bahsa Indonesia, kata “kitab” diartikan dengan wahyu

Tuhan yang dibukukan; kitab suci

9. 1 Raja- Raja

Merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kitab-kitab

sejarah pada Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab

Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama "Kitab Raja-

raja",yang merupakan bagian dari narasi sejarah Israel kuno yang termasuk dalam

kelompok Nevi'im, atau yang lebih tepatnya kelompok nabi-nabi awal.8

10. Implikasi

Implikasi bisa didefinisikan sebagai suatu akibat yang terjadi karena suatu

hal. Implikasi memiliki makna bahwa suatu hal yang telah disimpulkan dalam suatu

penelitian yang lugas dan jelas.9

11. Bagi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “bagi” adalah untuk; buat.10

12. Pertumbuhan

7
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), Hlm. 1572
8
Wikipedia, Kitab 1 Raja-Raja, https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_1_Raja-raja.
(diakses pada 11 Februari 2023, Pukul 17:42).
9
Suhartini, Andewi, Latar Belakang, Tujuan, dan Implikasi, (Makassar: Pendidikan
Belajar Tuntas, 2007), Hlm. 42-43
10
Op. Cit., hlm. 117
10

Menurut Kotler, pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat

ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud

dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.11

13. Iman

Iman adalah bahwa iman suatu dasar keselamatan bagi umat yang percaya

kepada Tuhan, karena Imanlah syarat masuk kerajaan sorga, tanpa memiliki iman

seseorang tidak mungkin berkenan kepada Allah.12

14. Jemaat

Kata "Jemaat" dalam kosakata Bahasa Indonesia merujuk khusus kepada

komunitas Kristen, bukan komunitas agama lain.13

I. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman dan mengetahui hubungan antara bab

yang satu dengan bab lainnya, maka sistematika penulisan skripsi ini disusun

sebagai berikut:

Pertama, bagian awal yang terdiri dari Halaman Judul, Halaman

Pengesahan, Dosen Pembimbing, Halaman Lembar Pengesahan Panitia

Ujian Skripsi Negara, Halaman Lembar Pengesahan Lembaga Pendidikan,

Halaman Prakata, Abstraksi dan Daftar Isi.

Kedua, bagian inti atau isi, yang terdiri dari lima bab utama. Penjabaran

mengenai lima bab utama ini antara lain:

Bab I adalah Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Pentingnya Penelitian, Hipotesis,

11
Fajar Laksana, Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2018), hlm. 85
12
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Kitab Ibrani 11:6.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jemaat/je·ma·at/ n Kris sehimpunan umat; Jemaah,
Diakses tanggal 5/12/2023.
11

Ruang Lingkup, Metode Penelitian, Definisi Istilah, dan Sistematika

Penulisan. Bab II adalah landasan teori. Bab III adalah Kajian Teologis

Kepemimpinan Elia terhadap Ketaatan Elisa menurut Kitab 1 Raja-Raja

bagi Pelayanan Kuasa dalam Gereja Masa Kini. Bab IV adalah hasil dari

Kajian Teologis Kepemimpinan Elia terhadap Ketaatan Elisa menurut Kitab

1 Raja-Raja bagi Pelayanan Kuasa dalam Gereja Masa Kini. Bab V penutup

yang memuat Kesimpulan dan Saran

Ketiga, bagian referensi yang terdiri atas, Daftar Pustaka, Lampiran-

Lampiran dan Curriculum Vitae.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Legitimasi Kepemimpinan

1. Definisi Legitimasi

1.1 Pengertian Umum

Legitimasi adalah penerimaan dan pengakuan atas kewenangan yang

diberikan oleh masyarakat kepada pimpinan yang telah diberikan kekuasaan. 14

Sumber legitimasi telah berubah dari sudut pandang kekuatan fisik dan militer

menjadi dukungan dari masyarakat secara masif.15Organisasi yang memperoleh

legitimasi akan memperoleh dukungan sumber daya dari lingkungannya. 16

Ramlan, Surbakti (2007). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. hlm. 92


14

Firmanzah (2008). Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning


15

Ideologi Politik di Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 21. ISBN 978-
979-461-680-2.
16
Duryat, M., Abdurohim, S., dan Permana, A. (2021). Mengasah Jiwa
Kepemimpinan: Peran Organisasi Kemahasiswaan. Indramayu: Penerbit Adab. hlm. 19.
ISBN 978-623-6233-61-0.
12

Legitimasi terbentuk melalui komunitas yang memiliki keinginan dan tujuan

bersama yang perwujudannya dalam bentuk kekuasaan.17

1.2 Pengertian Menurut Para Tokoh

Berikut ini akan dibahas Legitimasi Kepemimpinan menurut para tokoh.

1.2.1 Gaetano Mosca

Menurut Gaetano Mosca, legitimasi adalah terdapatnya suatu

keyakinan yang menunjukkan mengapa ‘the rullers’ (pemimpin atau

penguasa) dipatuhi kepemimpinannya. Pemimpin atau aturan yang keluar

dari pemimpin akan dipatuhi jika pemimpin memiliki legitimasi.

1.2.2 David Easton

 David Easton (dalam Alonso, 2011:80) pula, pengertian legitimasi adalah

keyakinan dari anggota masyarakat yang mentaati dan menerima berbagai

kebijakan yang dibuat dan haknya telah dipenuhi oleh penguasa sebuah rezim.

Legitimasi merupakan sebuah konsep keterikatan yang kuat antara

pemimpin/pemerintah dan masyarakat yang dipimpin.

2. Jenis-Jenis Legitimasi 18

2.1 Legitimasi Tradisional

Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah

karena pemimpin pemerintahan tersebut merupakan keturunan darah biru yang

dipercaya harus memimpin masyarakat.

2.2 Legitimasi Ideologi

17
Haboddin, Muhtar (2017). Memahami Kekuassan Politik. Malang: UB
Press. hlm. 56. ISBN 978-602-432-177-2.
18
Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.
13

Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah

karena pemimpin pemerintahan tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana

ideologi negara.

2.3 Legitimasi Prosedural

Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah

karena pemimpin pemerintahan tersebut mendapatkan kewenangan menurut

prosedur sesuai peraturan perundang-undangan.

2.4 Legitimasi Instrumental

Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah

karena pemimpin pemerintahan tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan

materiil atau instrumental kepada masyarakat.

2.5 Legitimasi Kualitas Pribadi

Masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah

karena pemimpin pemerintahan tersebut dianggap memiliki kualitas pribadi berupa

karisma maupun prestasi yang cemerlang.

3. Definisi Kepemimpinan

Berikut akan dibahas definisi kepemimpinan, berdasarkan etimologi, dan

menurut para tokoh.

3.1 Etimologis

Dalam pengertian etimologis istilah dari kepemimpinan dalam

kamus versi bahasa Inggris Indonesia Jhon Echols merupakan suatu terjemahan

dari kata “leadership” (bahasa Inggris), yang artinya yaitu kepemimpinan. 19Selain

Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta:


19

Gramedia, 1997), h. 351


14

itu, kata kepemimpinan berasal dari akar kata “pemimpin”, yang artinya seseorang

dikenal oleh dan berusaha untuk mempengaruhi para pengikutnya, untuk

merealisasikan apa yang menjadi visinya.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kepemimpinan artinya bergerak

lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu,

memelopori, mengarahkan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntun

dan menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya.21

3.2 Pengertian Menurut Para Tokoh

Pengertian Kepemimpinan dapat dipahami dari beberapa tokoh intelektual,

berikut di bawah ini beberapa penulis memberikan pandangan mengenai

kepemimpinan.

3.2.1 Menurut John C Maxwell

Kepemimpinan adalah seni atau proses mempengaruhi orang lain

sedemikian rupa, sehingga mereka mau melakukan usaha atau keinginan untuk

bekerja dalam rangka pencapaian tujuan kelompok.

3.2.2 Menurut John W. Gardn

Kepimpinan sebagai proses Pemujukan di mana individu-individu

meransang kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan

dikongsi bersama oleh pemimpin dan pengikutnya22.

3.2.3 Menurut Winardi

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga


20

Kepemimpinan, Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat


dalam Manajemen Madrasah, (Bandung: alfabeta, 2009), h. 214
21
KBBI
22
John W. Gardner, On Leadership, The Free Press, New York: 1990. Hlm
50
15

Kepemimpinan adalah hubungan dimana satu orang yakni pimpinan

mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha

mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan23

4. Ciri-Ciri Kepemimpinan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, ia harus memiliki nilai-nilai

didalam kepemimpinannya, penulis menemukan beberapa ciri-ciri kepemimpinan

yang baik.

4.1 Integritas

Integritas adalah sebuah keunggulan diri pribadi yang menjadikan

seseorang hidup lebih sehat dan tanpa beban, karena mereka menjalankan hidupnya

jauh dari aneka kepura-puraan dan kepalsuan. Dimana pun dia berada, dan kondisi

apa pun yang menekannya, ia tetap hidup konsisten dengan nilai-nilai yang

dianutnya.24 Orang yang memiliki integritas diri mampu memberi pengaruh besar

dan positif dalam kehidupan, bahkan untuk generasi penerus mereka, melalui

keteladanan dan apa saja yang mereka selalu perjuangkan.

4.1.1 Pengertian Umum

Integritas berasal dari kata Latin “integer”, yang berarti sikap yang teguh

mempertahankan prinsip, tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada

diri sendiri sebagai nilai-nilai moral. Integritas merupakan suatu mutu, sifat, atau

keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan

kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.25

23
Agusti Handayani, “Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung”, Jurnal
Ilmiah Administrasi Publik Dan Pembangunan, (2010): 85,
http://sinta2.ristekdikti.go.id/journals/detail?id=2394.
24
Seglin, Jeffrey L, The Right Thing, (Spiro Press, London), Hlm. 203.
25
https://kkp.go.id/brsdm/bdasukamandi/artikel/19129-makna-sebuah-integritas
16

Selanjutnya integritas memiliki arti kata yaitu keadaan yang sempurna, di

mana perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri seseorang. Seseorang yang

memiliki integritas tidak akan meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang

disembunyikan, dan tidak ada yang perlu ditakuti. Integritas merupakan ciri utama

seorang pemimpin. Sebagaimana diungkapkan oleh Dwight D. Eisien Hower,

"Kualitas utama pemimpin adalah integritas". Selain modal utama, integritas juga

merupakan salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin.

Integritas dapat disimpulkan sebagai keutuhan yang melibatkan seluruh

aspek kehidupan yang dinyatakan dalam kesatuan antara perkataan dan perbuatan,

di mana apa yang dikatakan oleh pemimpin itulah yang dilakukannya, sehingga ia

dapat dipercaya, disegani dan dihormati oleh orang-orang yang dipimpinya.

Integritas bagi seorang pemimpin merupakan alat yang sangat kuat untuk

memimpin dan dapat meningkatkan kredibilitasnya di mata orang-orang yang

dipimpinnya. Ciri-ciri integritas yang sangat penting menurut Jonathan Lamb,

yaitu: 1) Ketulusan: motivasi yang murni, 2) Konsistensi: menjalani kehidupan

sebagai suatu keseluruan, dan 3) Keandalan: mencerminkan kesetiaan Allah.

Integritas seseorang erat kaitannya dengan jati diri yang sejati. Seluruh

aspek hidupnya, baik internal maupun eksternal, berjalan dengan harmonis, tanpa

kepalsuan atau kemunafikan. Dengan kata lain, pribadi yang berintegritas adalah

mereka yang memiliki keselarasan dalam pikiran, perasaan, perbuatan,

serta perkataannya. Bagi orang Kristen, integritas merupakan hal yang sepaket

dengan kehidupan rohaninya. Hidup berintegritas menjadi gambaran hidup orang

percaya, yang tercermin dari sikap sehari-harinya, entah saat berada di tempat
17

umum maupun saat sendirian. Alkitab menunjukkan bahwa orang yang

berintegritas punya hubungan atau pergaulan yang erat dengan Tuhan. Misalnya,

Nuh, Abraham, Daud, dan Paulus. Mereka selalu berusaha hidup benar, mau

terus belajar, dan menjadi pelaku firman yang setia.

4.2 Mampu Berkomunikasi Dengan Baik

Ciri pemimpin selanjutnya yaitu merupakan pemimpin yang mampu

mengkomunikasikan visi, misi, dan tujuannya dengan baik. Seorang pemimpin

dapat memiliki strategi komunikasi yang efektif kemudian menciptakan pola

komunikasi yang solid antar karyawan yang akan dipimpinnya. Komunikasi

merupakan faktor terpenting dalam membangun budaya kerja yang produktif di

dalam suatu organisasi.

Menurut William I. Gorden paling sedikit terdapat tiga fungsi komunikasi,

yaitu komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual. 26Ia menjabarkan

empat fungsi komunikasi menurutnya, yakni :

4.2.1 Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial berarti komunikasi penting

dalam membangun konsep diri, aktualisiasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh

kebahagiaan, menghindari tekanan dan ketegangan, serta memupuk hubungan

dengan orang lain. Konsep diri biasanya dipengaruhi oleh keluarga dan orang

terdekat, seperti sahabat dan kerabat.

26
https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/24/090000969/4-fungsi-komunikasi-menurut-
william-i-gorden?page=all
18

4.2.2 Komunikasi Ekspresif

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi ekspresif tidak semata-mata

bertujuan untuk memengaruhi orang lain. Namun, juga dapat dijadikan sarana

penyampaian perasaan atau emosi. Perasaan tersebut dapat dikomunikasikan lewat

bentuk nonverbal. Perasaan atau emosi memang bisa dinyatakan dalam bentuk

ucapan atau perkataan.

4.2.3 Komunikasi Ritual

Fungsi Komunikasi ritual sering dilakukan secara kolektif . Fungsi

komunikasi ini berarti proses komunikasi banyak dinyatakan dalam penggunaan

kata-kata serta perilaku simbolik. Mereka yang tergabung dalam komunikasi ritual

ini sering menegaskan kembali komitmennya pada tradisi keluarga, komunitas,

suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama. Contoh komunikasi ritual, yaitu

upacara kelahiran, sunatan, perayaan ulang tahun, pertunangan, pernikahan,

upacara kematian, perayaan keagamaan, wisuda, dan sebagainya.

4.3 Memberi Support

Gaya kepemimpinan suportif yaitu pemimpin yang cenderung bersahabat

dan mudah diajak berdialog oleh siapa pun. Memberikan perhatian penuh pada

kesejahteraan bawahan, serta memperlakukan anggota secara setara.27

Hal ini pun juga dilakukan oleh Elia kepada Elisa, yaitu di dalam Kitab 2

Raja-Raja 1:12 dapat di lihat bahwa sebelum Elia terangkat ke Sorga, Elia sempat

berdialog dengan Elisa, dalam percakapan tersebut sangat terlihat bahawa Elia

adalah seorang pemimpin yang sangat bersahabat dan mudah untuk di ajak

berdialog, bukan hanya itu, pada ayat yang ke sembilan pun terlihat jelas bahwa

27
file:///C:/Users/FAS/Downloads/2127-4173-1-SM%20(2).pdf
19

Elia sangat memperhatikan Elisa dan memberikan apa yang diminta oleh Elisa

yaitu untuk bisa mendapatkan dua bagian dari Roh Elia, pada ayat ini sangat terlihat

jelas bahwa memberi support adalah salah satu ciri-ciri yang dimiliki oleh Elia.

4.4 Tidak Fokus Pada Diri Sendiri

Kepemimpinan yang tidak fokus pada diri sendiri artinya sikap yang tidak

mengambil keuntungan dari suatu situasi demi keuntungan sendiri dengan

merugikan orang lain. Egoisme pribadi atau kelompok telah berkembang.Tidak

fokus pada diri sendiri juga adalah ciri-ciri yang di miliki oleh Elia, dapat di lihat

dalam Kitab 2 Raja 2 : 12-15.

Pada ayat ini terlihat jelas bahwa Elia tidak hanya fokus atau hanya

memikirkan dirinya sendiri, tapi Elia memperhatikan apa yang di butuhkan Elisa

sebelum ia terangkat ke sorga, pada ayat yang ke sembilan dapat di lihat bahwa

Elisa meminta dua kali roh Elia, karena Elia tidak hanya fokus pada diri sendiri,

maka dapat dilihat pada ayat yang kelima belas di saat Elia terangkat ke Sorga,

Elisa mendapatkan jubah Elia dan Elisa juga mendapatkan dua kali Roh Elia, dalam

alkitab dikatakan bahwa “Roh Elia telah hinggap pada Elisa”, ini adalah bukti

bahwa tidak fokus pada diri sendiri juga menjadi ciri-ciri kepemimpinan yang di

miliki oleh Elia.

4.5 Bertanggungjawab

Arnold H. Glasow, menyebutkan kriteria pemimpin yang ideal harus siap

menerima lebih banyak kritik atas kesalahan daripada pujian atas keberhasilan.

Sikap kepemimpinan bebas hambatan adalah sikap yang dapat membuat semua

individu dalam tim bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. 28

28
https://accurate.id/marketing-manajemen/ciri-ciri-kepemimpinan-yang-baik/’
20

4.6 Menginspirasi

Ciri-ciri kepemimpinan selanjutnya adalah seorang pemimpin dapat

menginspirasi banyak orang. Dengan memberikan inspirasi seperti ini, maka akan

mengetahui tanggung jawab dan peran pemimpin dalam masyarakat. Menurut John

Quincy Adams mengatakan bahwa jika perilaku serta tindakan kita dapat

memberikan inspirasi bagi orang lain untuk bermimpi lebih banyak, belajar lebih

banyak, berbuat lebih banyak, dan menjadi lebih, maka hal tersebut dapat dikatakan

kita adalah seorang pemimpin.

4.7 Pengambil Keputusan

Ciri-ciri kepemimpinan yang kelima adalah kemampuan seseorang dalam

mengambil serta membuat sebuah keputusan yang tepat di waktu yang tepat.

Keputusan seorang pemimpin yang dibuat harus memiliki dampak besar bagi

seluruh tim agar bisa mecapai tujuan yaitu sebuah kesuksesan bersama. Saat

pengambilan keputusan, pemimpin juga harus mengajak untuk berdiskusi dengan

tim atau bawahannya. Hal tersebut bertujuan untuk dapat memperoleh banyak

kemungkinan solusi agar dapat dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan seorang

pemimpin harus cerdas dalam menganalisa masalah dan akurat dalam mengambil

keputusan.

5. Bentuk-Bentuk Kepemimpinan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, ia juga harus memiliki nilai-

nilai didalam kepemimpinannya, penulis menemukan beberapa bentuk-bentuk

kepemimpinan yang baik.


21

5.1 Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis yaitu pemimpin yang memiliki karakteristik

sebagai berikut : menganggap pegawai sebagai orang yang paling benar di dunia,

berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dalam kepentingan

dan tujuan pribadi dari pada pegawainya, senang mendapatkan saran, pendapat

maupun kritikan dari bawahan dianggap sebagai titik tumpu dalam dirinya serta

berusaha menjadikan pegawainya menjadi nomor 1 (satu), sukses, unggul dan

berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadi sebagai pemimpin.  Indikator dari

bentuk kepemimpinan demokratis adalah memiliki hubungan yang baik antara

pimpinan dengan pegawai, memberikan apresiasi kepada pegawai, manajemen

yang mendengarkan aspirasi pegawainya.

Jadi, bentuk kepemimpinan demokratis yaitu pemimpin yang

memperlakukan pegawai yang dipimpinnya dengan sejajar. Batas pemimpin dan

pegawai menjadi sama dan abu-abu. Menyajikan masalah serta cara pemecahannya

kepada mereka yang dipimpinnya. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk

merumuskan masalah dan cara pemecahannya.

5.2 Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter ini, dalam usahanya membawa mereka yang

dipimpinnya menuju ke tujuan dan cita-cita bersama, bentuk kepemimpinan

tersebut memegang kekuasaan secara mutlak. Pemimpin dapat memiliki sikap

sebagai penguasa dan yang dipimpin sebagai yang dikuasai. Kepemimpinan otoriter

dapat dikatakan juga sebagai pemimpin diktator. Kepemimpinan ini hanya baik

untuk situasi yang mana dalam keadaan kritis atau dalam situasi yang kacau demi
22

pemulihan atas kehidupan yang aman. Biasanya kepemimpinan otoriter, dapat

ditandai dengan dua hal, yaitu, mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan

oleh mereka yang dipimpinnya dan menjual gagasan dan cara kerja kepada

kelompok orang yang dipimpinnya.

4.3 Kepemimpinan Delegatif

Menurut Hasibuan, kepemimpinan delegatif apabila seorang pemimpin

mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Di sini

pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada

bawahan dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahannya bias

mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam

hal ini, bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kamampuan) dan

kematangan psikologis (kemauan). Kematangan pekerjaan dikaitkan dengan

kemampuan untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan

keterampilan. Kematangan psikologis dikaitkan dengan kemuan atau motivasi

untuk melakukan sesuatu yang erat kaitannya dengan rasa yakin dan keterikatan.29

Menurut Roseni, Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang

dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya yang memiliki kemampuan, agar

dapat menjalankan kegiatannya yang untuk sementara waktu tidak dapat dilakukan

oleh pimpinan dengan berbagai sebab.30 .

Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT


29

Bumi Askara, 2009), 172.


30
Roseni, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Delegatif”, Roseni My Story,
diakses pada 5 April 2023, http://rosenimystory.blogspot.com/2011/03/pengaruh-
gaya-kepemimpinan-delegatif.html
23

Kepemimpinan delegatif cirinya yaitu dengan jarangnya pemimpin

memberikan instruksi, pengambilan keputusan diserahkan kepada bawahan, dan

pemimpin mengharapkan agar anggota organisasi dapat menyelesaikan

permasalahannya sendiri. Bentuk kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan

jika staf yang dimiliki memiliki kecakapan serta motivasi yang tinggi. Dengan

demikian pemimpin tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada pegawainya

maupun timnya, Bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada

pegawainya.

4.4 Kepemimpinan Strategis

Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk

mengantisipasi melihat kedepan, mempertahankan fleksibilitas dan

memperdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategi yang

diperlukan. Pada hakikatnya kepemimpinan strategi itu multifungsional,

melibatkan pengelolaan melalui orang-orang, mengelola seluruh

perusahaan dan meniru perubahan yang kelihatannya akan meningkatkan

lingkungan persaingan saat ini. Karena kompleksitas dan hakikat global

dari lingkungan ini, para pemimpin strategi harus belajar bagaimana

caranya mempengaruhi perilaku manusia dengan efektif dalam

lingkungan yang tidak pasti. Melalui kata-kata atau contoh pribadi, dan

melalui kemampuannya untuk melihat masa depan, para pemimpin

strategis yang efektif mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan

orang-orang yang bekerja dengannya secara bermakna.31

4.5 Kepemimpinan Karismatik


31
R. Duane Ireland, dkk, Manajemen Strategi: Daya Saing Dan Globalisasi,
Jakarta: Salemba Empat, 2002, h. 181.
24

Tipe kepemimpinan karismatik dapat diartikan sebagai kemampuan

menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat kepribadian dalam mempengaruhi

pikiran, perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam suasana batin

mengagumi dan mengagungkan pemimpin bersedia berbuat sesuatu yang

dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin disini dipandang istimewa karena sifat-sifat

kepribadiannya yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam kepribadian itu

pemimpin diterima dan dipercayai sebagai orang yang dihormati, disegani, dipatuhi

dan ditaati secara rela dan ikhlas. Kepemimpinan kharismatik menginginkan

anggota organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin

tanpa atau dengan sedikit mungkin perubahan. 32

4.6 Kepemimpinan Birokrasi

Birokrasi atau bureauncracy dalam bahas inggris berasal dari kata bereau

berarti meja, dan cretein berarti kekuasaan, dalam konsep bahasa inggris, birokrasi

disebut dengan “civil administration,public sector, public administration”

sementara dalam kamus besar bahasa Indonesia , birokrasi didefinisikan sebagai

sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah

berpegangan pada hirarki dan jenjang jabatan. Max Weber (islamy, 2003)

mengatakan bahwa birokrasi menjadi elemen penting yang menghubungkan

ekonomi dengan masyarakat. Adapun karakteristik model birokrasi yang ideal

menurut Weber sebagai berikut :

1) Pembagian kerja (division of labour) 2) Adanya prinsip hierarki

wewenang (the principle of hierarchi) 3) Adanya sistem aturan (system of rules) 4)

Hubungan impersional (formalistic impersonality) 5) Sistem karir ( career system)


32
Fauzan, 2019, Kepemimpinan Kharismatik Versus Kepemimpinan
Visioner, Jurnal Ilmiah Dinas Pendidikan Prov. Jatim Cabang Situbondo, Vol. 22
No. 1 (2019).
25

Menurut Miftah (2007) birokrasi merupakan kepemimpinan yang diangkat oleh

suatu jabatan yang berwenang, dia menjadi pemimpin karena mengepalai suatu unit

organisasi tertentu. Kepemimpinan birokrasi selalu dimulai dari peran formal, yang

diwujudkan dalam hirarki kewenangan. Dalam hal ini kewenangan birokrasi

merupakan kekuasaan legitimasi jika pimpinan mempunyai otoritas berarti efektif

kepemimpinannya.

6. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, ia harus memiliki nilai-nilai

didalam kepemimpinannya, penulis juga menemukan beberapa Fungsi-Fungsi

kepemimpinan yang baik.

6.1 Memimpin

Fungsi pertama seorang pemimpin adalah memimpin, berkomunikasi, dan

memotivasi anggotanya untuk bekerja mencapai tujuan perusahaan. Saat

memimpin, seorang pemimpin wajib melakukan pembagian tugas dan menentukan

orang yang akan melakukan tugas tersebut. Seorang pemimpin memiliki gaya

kepemimpinan yang berbeda-beda dengan cara yang positif untuk meningkatkan

semangat para anggotanya.

6.2 Merencanakan

Sebuah perencanaan yang baik dilakukan oleh seorang pemimpin untuk

menentukan tujuan perusahaan dan merancang langkah-langkah yang harus

dilakukan ke depannya. Hal ini biasanya terjadi saat sebuah perusahaan ingin

meningkatkan penjualan dan eksistensinya di mata orang banyak.

6.3 Mengorganisasi
26

Fungsi kepemimpinan berikutnya adalah mengorganisasi setelah semua

perencanaan sudah diselesaikan. Pemimpin akan menerapkannya untuk mencapai

peningkatan dalam perusahaan. Pemimpin akan mulai untuk menyelaraskan semua

sumber daya yang ada untuk menyelesaikan tugas atau proyek perusahaan. Sebagai

pemimpin, kamu akan memastikan sumber daya tersebut digunakan dengan efektif

untuk mengembangkan kinerja dari pegawai perusahaan.

6.4 Menyusun Staff

Staffing merupakan fungsi kepemimpinan yang bertugas untuk melakukan

penyusunan anggota dalam perusahaan. Setelah seorang pemimpin memahami

tujuan dari perusahaan, ia dapat memutuskan untuk menambah staf sesuai dengan

kebutuhan. Proses staffing dapat dilakukan dengan merekrut, memilih, dan melatih

perkembangan mereka untuk tetap berkontribusi dengan baik di perusahaan.

6.5 Mengendalikan

Tak hanya memimpin perusahaan, seorang pemimpin juga harus

mengendalikan kontrol atau pengawasan dalam perusahaan. Fungsi dari

mengendalikan adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan sudah dilakukan sesuai

dengan prosedur perusahaan. Selain itu, seorang pemimpin juga berhak mengambil

tindakan tertentu agar rencana bisa berjalan di jalan yang benar.

7. Teori-Teori Kepemimpinan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, ia harus memiliki nilai-nilai

didalam kepemimpinannya, penulis menemukan beberapa Teori-Teori

kepemimpinan yang baik.

7.1 Teori Orang Hebat


27

Teori Orang Hebat atau The Great-Man Theory adalah teori

kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin yang hebat memiliki sifat

kepemimpinan yang terbawa dari lahir, bukan karena dibentuk. Teori yang sudah

dikenal di abad ke-19, menunjukkan adanya kualitas seorang pemimpin sebenarnya

telah melekat secara natural atau bawaan dari lahir. Pemimpin tipe ini sering kali

membawa sifat-sifat alami, seperti kecerdasan, keberanian, membangun

kepercayaan diri, intuisi, dan pesona.

7.2 Teori Sifat

Teori Sifat atau bisa disebut juga Trait Theory adalah teori kepemimpinan

yang menyatakan, sifat alami tertentu yang dimiliki seseorang cenderung dapat

menjadikannya pemimpin yang baik. Perlu digarisbawahi, memiliki kualitas diri

tertentu tidak serta merta menjadikan Anda pemimpin hebat. Berbeda dengan teori

sebelumnya yang mengedepankan genetik atau garis keturunan, teori sifat lebih

pada karakter kepemimpinan yang dapat dibentuk. Sifat yang dimiliki, antara lain

daya tarik, kecerdasan, dan kharisma. 

7.3 Teori Perilaku

Teori Pelaku atau bisa disebut juga Behaviour Theory adalah teori perilaku

yang berfokus pada perilaku, sikap, serta lingkungan yang membentuk Anda

menjadi pemimpin hebat. Salah satu konsep yang diterapkan dalam teori ini,

pengkondisian di mana Anda cenderung bertindak dan memimpin dengan gaya

tertentu karena Anda meniru dari pemimpin sebelumnya atau dari lingkungan

sekitar.

7.4 Teori Situasional


28

Teori Situasional atau bisa disebut juga Situational Theory adalah teori

kepemimpinan situasional yang tidak berhubungan dengan karakteristik tertentu

yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Tidak pula, mengklaim bahwa gaya tertentu

adalah yang terbaik. Sebaliknya, teori ini meyakini bahwa pemimpin yang hebat

adalah yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang

sedang dihadapi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memerintah, memberi

instruksi, mendelegasi, atau tindakan lainnya yang dianggap perlu. Teori

kepemimpinan situasional sangat mengedepankan fleksibilitas.

7.5 Teori Transformasional

Teori Transformasional atau bisa disebut juga Transformational Theory

adalah teori kepemimpinan yang didasari adanya hubungan yang positif antara

atasan dan bawahan sehingga terbentuklah kepemimpinan yang efektif. Pemimpin

transformasional akan memotivasi dan menginspirasi bawahan untuk mencapai

hasil yang lebih besar dari yang direncanakan. Tentunya hal ini, demi kesuksesan

perusahaan yang dipimpin.

8. Tujuan Kepemimpinan

Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, ia harus memiliki nilai-nilai

didalam kepemimpinannya, penulis menemukan beberapa tujuan kepemimpinan

yang baik.

8.1 Membantu Terciptanya Suatu Iklim Sosial Yang Baik

Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi bertujuan untuk

membantu terbentuknya suatu iklim sosial yang baik. Karena, iklim sosial ini akan

mempengaruhi kinerja dan kenyamanan setiap anggota di dalam kelompok. Iklim


29

sosial adalah suatu konsep yang abstrak di dalam organisasi. Meskipun abstrak,

konsep ini bisa dirasakan pengaruhnya oleh setiap anggota organisasi. Persepsi

individu dan interpretasi kognitifnya terhadap kondisi organisasi secara menyeluruh

akan mempengaruhi sikap, perasaan, dorongan dan tingkah lakunya. Pada akhirnya,

iklim sosial ini akan menentukan kesejahteraan psikologis dari orang yang

bersangkutan dan tercapai atau tidaknya tujuan organisasi. Sehingga iklim sosial

perlu dibangun untuk membawa pengaruh yang optimal terhadap pertumbuhan dan

perkembangan personal setiap individu yang diinginkan dalam suatu organisasi.

8.2 Membantu Kelompok Dalam Menerapkan Prosedur-Prosedur Kerja

Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga bertujuan membantu

menetapkan prosedur-prosedur kerja yang harus dipatuhi oleh setiap anggotanya.

Prosedur kerja adalah tahapan yang berurutan dengan tujuan, supaya suatu aktivitas

yang dikerjakan bisa berjalan lancar. Adanya tahapan-tahapan kerja ini, setiap

anggota dalam organisasi tidak akan kebingungan melaksanakan dan

menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugasnya. Karena, setiap tahapan kerja

ini sudah dilengkapi aturan-aturan dan cara pengerjaan yang bisa membantu mereka

lebih mudah memahami pekerjaannya agar selesai lebih cepat dan tepat.

8.3 Membantu Kelompok Untuk Mengorganisasi Diri

Kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga berfungsi membantu

mengkoordinir setiap anggotanya atau kelompoknya untuk mengorganisasikan diri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mengorganisasi adalah mengatur

dan menyusun setiap bagian dalam organisasi, baik orangnya maupun lainnya

sehingga menjadi satu kesatuan. Mengkoordinir berasal dari kata koordinasi yang

artinya suatu bagian integral dari seluruh fungsi manajerial dan menjadi inti dari
30

ilmu manajemen. Secara etimologis, koordinasi memiliki arti kegiatan

penertiban mengatur atau menciptakan segala sesuatu agar berjalan lancar secara

bersamaan. Maka, pengertian koordinasi adalah suatu tindakan pengaturan elemen-

elemen yang sangat kompleks supaya semuanya bisa terintegrasi dan bekerjasama

secara efektif serta harmonis.Dalam ilmu manajemen, pengertian koordinasi adalah

berbagai aktivitas yang dikerjakan dengan tujuan untuk mengintegrasikan tujuan

dan rencana kerja yang sudah ditetapkan sebelumnya.

8.4 Mengambil Keputusan Sama Dengan Kelompok

Adanya kepemimpinan dalam sebuah organisasi juga akan membantu

mengambil setiap keputusan bersama untuk keberlangsungan organisasi tersebut.

Pembuatan keputusan ini merupakan bagian kunci dalam kepemimpinan yang

berperan penting, terutama ketika pemimpin melaksanakan fungsi perencanaan.

Perencanaan yang menyangkut keputusan-keputusan penting dan berlangsung

jangka panjang. Hal ini tentu tidak jauh dari pengambilan keputusan yang bisa

dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental maupun kognitif

yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif

yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu

pilihan akhir. Lalu, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan

maupun tindakan.

B. Deskripsi Kepemimpinan Elia

1. Panggilan Allah Terhadap Nabi Elia

Dalam Kitab 1 Raja-raja, dikisahkan munculnya seorang nabi Israel yang

menjadi abdi setia Allah ketika Israel mulai menyimpang dari Allah dengan

menyembah Baal. Nama nabi itu adalah Elia. Ia berasal dari Tisbe-Gilead. Elia
31

adalah nabi yang dengan gigih berjuang untuk mengembalikan keyakinan dan

kesetiaan umat Israel pada Allah. Elia muncul ketika Israel mulai tidak setia kepada

Allah setelah Ahab, Raja Israel putra Omri memperistri Izebel, seorang putri

Etbaal, raja Sidon yang menyembah Baal. Ahab mulai tidak setia kepada Allah

dengan membangun mezbah untuk Baal di samaria. Ahab juga membangun patung

Asyera, salah satu dewi orang Sidon. Perbuatan raja Ahab ini menimbulkan sakit

hati Tuhan, Allah Israel lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahulinya. Lalu

Tuhan mengutus nabi Elia untuk menjatuhkan hukuman atas dosa Ahab ini dengan

nubuat kekeringan di Israel. Saat itulah nabi Elia mulai tampil sebagai pembela,

sekaligus perantara Allah dalam melawan kekafiran akibat penyembah Baal. Oleh

karena peran ini pula, Elia mengalami berbagai macam penderitaan karena harus

melawan ancaman dari raja Ahab dan Izebel. Untuk menghindari pengejaran dari

para pasukan raja Ahab, Elia mendapatkan firman Tuhan untuk pergi dan diam di

tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan. Tetapi setalah lama sungai itu

menjadi kering, sebab hujan tidak turun di negeri itu. Dengan ada itu Elia mendapat

kembali firman Tuhan untuk pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon dan

dimintanya Elia untuk berdiam diri, karena Tuhan telah memerintahkan seorang

janda untuk memberinya makan. (1 Raja-Raja 17 : 7-24)

Ketaatan dan kedekatan dengan Allah ini harus dibayar mahal oleh nabi

Elia. Ia harus mengalami berbagai macam penderitaan karena konsekunsinya dari

ketaatan dan kedekatannya dengan Allah, namun meski demikian, Elia tetap setia

kepada Allah yang telah menyertai perjalanannya. Sosoknya sebagai seorang nabi

yang selalu berjuang mengembalikan kesetiaan umat pada Allah telah dianggap

sebagai pembaharu perjanjian, berjuang di tengah-tengah situasi dimana kekafiran


32

Baalisme merajalela di Israel. Peran yang diemban oleh Elia ini tentu bukanlah

sebuah peran yang mudah. Ia diutus Allah agar mengingatkan umat Israel yang

mulai tidak setia kepada Allah. Ketidaksetiaan pada Allah inilah yang

menyebabkan Israel mengalami berbagai kehancuran dan kekalahan dari bangsa

lain. Ada beberapa cerita heroik Elia dalam melaksanakan tugasnya sebagai nabi:

membangkitkan anak janda yang telah mati (1Raj 17:7-24), Elia di gunung Karmel

(1Raj 18:16-19), dan nubuat-nubuat yang benar-benar terjadi. Itu semua dialami

oleh Elia karena Tuhan Allah begitu mengasihi dirinya. Kebesaran Elia sebagai

salah satu nabi yang berjuang bagi kekudusan Allah ini terpancar hingga Perjanjian

Baru. Dalam Perjanjian Baru, nama Elia disebut beberapa kali. Pandangan orang

Yahudi pada Elia adalah sebagai seorang nabi yang sedang mempersiapkan

datangnya Mesias: `Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu

menjelang datangnya hari Tuhan'

2. Ciri-Ciri Kepemimpinan Elia

Di dalam pelayanan Elia, ditemukan beberapa ciri-ciri yang dimiliki Elia

dalam kepemimpinannya.

2.1 Elia Memiliki Integritas

Pelayanan Elia di kerajaan Israel, bukanlah hal yang mudah karena

kehadirannya di kerajaan tersebut harus berhadapan dengan raja Ahab dan Izebel

yang jahat, penyembah Baal, dan bahkan rakyat yang dipimpinnyapun sudah

terlibat dalam penyembahan berhala. Resiko yang dihadapi Elia adalah ancaman

bagi keselamatan jiwanya sendiri. Elia diperhadapkan pada pilihan yang sukar,

karena dalam hal ini Elia mungkin saja bisa terpengaruh oleh ancaman raja Ahab

dan Izebel ataukah tetap menyembah TUHAN, sehingga Elia bisa membawa
33

perubahan di tengah-tengah bangsa Israel. Dalam hal ini Elia harus tetap memiliki

integritas atau pribadinya yang utuh. Integritas Elia ditunjukkan melalui beberapa

karakter atau sikap hidupnya yang tetap utuh. Namun bukan berarti sebagai

manusia biasa tidak mematahkan semangat orang percaya untuk tetap berjuang

untuk tetap memiliki integritas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana Tuhan

memandang dan tidak mempermasalahkan kelemahan Elia, dalam hal ini integritas

Elia tetap untuk bisa diteladani. Karena masih ada tugas-tugas baru yang

dipersiapkan Tuhan bagi Elia, demikian pun sebagai orang percaya masih ada

tugas-tugas yang dipersiapkan Tuhan untuk dikerjakan bagi kemuliaanNya. Adapun

berikut rincian integritas yang dimiliki oleh Nabi Elia :

2.1.1 Hanya Mengabdi Kepada Tuhan Yang Hidup

Elia memiki keyakinan yang teguh, bahwa Tuhan yang hidup yang

dilayaninya adalah Tuhan yang memberi kemenangan dalam melawan raja Ahab,

Izebel dan Baalisme. Keyakinannya juga ditunjukkan melalui doanya yang singkat

dan penyerahannya kepada TUHAN, bahwa TUHAN pasti menjawab doanya.

Pengabdian Elia kepada Alah membawanya kepada pelayanan nya yang penuh

kuasa dan menjadikan nya Nabi yang sangat luar biasa.

2.1.2 Taat Kepada Perintah Tuhan

Elia adalah Nabi yang taat. Setiap perintah Tuhan yang datang kepadanya,

Elia tidak menunggu, tetapi Elia segera melakukannya, seperti yang difirmankan

Tuhan, sekalipun perintah Tuhan yang diterima tidak masuk akal. Elia selalu

menyerahkan kehendaknya kepada kehendak Tuhan. Dengan ketaatan Elia dapat

membawa perubahan bagi bangsa Israel. Ketujuh, keberhasilan yang telah dicapai

oleh Elia di gunung Karmel dan juga pelayanan nya saat melayani seorang janda di
34

sarfat mendapat tantangan yaitu ketika Elia menjadi takut dan ingin mati. Rasa

takut dan putus asa dialami Elia pada saat Elia kehilangan kekuatan iman. Dalam

peristiwa ini setiap orang percaya diingatkan bahwa pahlawan iman sehebat

apapun, tetap manusia biasa. Namun Elia tetap memegang teguh integritas nya dan

setia untuk taat kepada Allah.

2.1. 3 Memiliki Keberanian

Keberanian Elia ditunjukkan ketika Elia menghadap Ahab dan Izebel

untuk memberitahukan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Ahab dan

isterinya. Elia juga berani melawan nabi-nabi Baal di gunung Karmel seorang diri.

Keberaniannya lahir dari kepercayaan kepada TUHAN, sekalipun berisiko bagi

dirinya.

2.2 Elia Memiliki Kuasa

Dalam Pelayanan Elia, Allah memberikan kuasa atas Elia, salah satunya

adalah saat Elia melawan Raja Ahab dan Izebel, Allah memberikan kuasa atas Elia

untuk melawan mereka yang bertujuan untuk menunjukan kebesaran Allah dan

membuat bangsa Israel kembali tunduk kepada Allah yang hidup, adapun berikut

rincian kuasa yang di berikan Allah kepada Elia.

2.2. 1 Kuasa Dalam Perkataan

Di dalam Kitab 1 Raja-Raja 17: 1, Firman Allah berkata: “Lalu berkatalah

Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah

Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-

tahun ini, “kecuali kalau kukatakan”." Disini Elia menunjukan bahwa Elia

memiliki Kuasa di dalam Perkataan nya, Elia percaya bahwa sesuatu yang dia
35

ucapkan dengan iman nya kepada Allah maka hal itu pasti akan terjadi. Karena

perkataan Elia tersebut, maka terjadilah kekeringan pada bangsa itu selama tiga

tahun dan enam bulan lamanya. Didalam Yakobus 5 : 17-18 pun Firman Allah

Berkata : “ (17) Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah

“bersungguh-sungguh berdoa”, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak

turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. (18) “Lalu ia berdoa pula” dan

langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.” Maka ada kuasa

dari Allah yang di berikan kepada Elia dalam perkataannya dan Allah menyertai

Elia dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.

2.2.2 Kuasa Dalam Iman Dan Percaya

Di dalam pelayanan Elia, Allah juga turut bekerja dalam setiap hal yang di

hadapinya, yang dimana membuat Elia memiliki Iman dan Percaya bahwa Allah

turut bekerja dalam segala hal dan mujizat pasti dinyatakan dalam setiap

pelayanannya, ada beberapa contoh yang menjadi bukti bahwa Elia memiliki kuasa

dalam Iman dan Percayanya kepada Allah.

Pertama, karena Kuasa Iman dan Percaya Elia kepada Allah maka Allah

memberikan berkat untuk seorang janda di sarfat. di dalam kitab 1 Raja-Raja 17 :

13-16 Firman Allah berkata : “(13) Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah

takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu

bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian

barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu. (14) Sebab beginilah firman TUHAN,

Allah Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-

buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke

atas muka bumi. (15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang
36

dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat

makan beberapa waktu lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan

minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang

diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia. Pada ayat ini menunjukkan bahwa Elia

memiliki Kuasa dalam Iman dan Kepercayaan nya kepada Allah, sehingga Elia

yakin dan percaya bahwa tepung dalam tempayan seorang janda tersebut tidak akan

habis dan minyak dalam buli-buli nyapun tidak akan berkurang, dan terjadilah

sesuai dengan iman nya, yaitu mereka dapat makan sampai beberapa waktu

lamanya.

Kedua, Karena Kuasa Iman dan Percaya Elia kepada Allah, Maka Allah

memberikan Mujizat Kesembuhan bagi anak seorang janda di sarfat. di dalam kitab

1 Raja-Raja 17 : 17-24 Firman Allah Berkata : “(17) sesudah itu anak dari

perempuan pemilik rumah itu jatuh sakit dan sakitnya itu sangat keras sampai tidak

ada nafasnya lagi.(18) Kata perempuan itu kepada Elia: "Apakah maksudmu datang

ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau untuk mengingatkan kesalahanku dan

untuk menyebabkan anakku mati?" (19) Kata Elia kepadanya: "Berikanlah anakmu

itu padaku." Elia mengambilnya dari pangkuan perempuan itu dan membawanya

naik ke kamarnya di atas, dan membaringkan anak itu di tempat tidurnya. (20)

Sesudah itu ia berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, Allahku! Apakah

Engkau menimpakan kemalangan ini atas janda ini juga, yang menerima aku

sebagai penumpang, dengan membunuh anaknya?" (21) Lalu ia mengunjurkan

badannya di atas anak itu tiga kali, dan berseru kepada TUHAN, katanya: "Ya

TUHAN, Allahku! Pulangkanlah kiranya nyawa anak ini ke dalam tubuhnya." (22)
37

TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke

dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali. (23) Elia mengambil anak itu; ia

membawanya turun dari kamar atas ke dalam rumah dan memberikannya kepada

ibunya. Kata Elia: "Ini anakmu, dia sudah hidup! (24) Kemudian kata perempuan

itu kepada Elia: "Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman Tuhan

yang kauucapkan itu benar." Karena Kuasa Iman dan Percaya nya kepada Allah

alkitab berkata bahwa Allah mendengarkan permintaan Elia, maka keamanan

Mujizat dinyatakan dan anak dari seorang janda di sarfat itu pun sembuh sehingga

nama Tuhan di permuliakan.

2.3. Elia Memiliki Komunikasi Yang Baik

Dalam pelayanan Elia pun Elia adalah seorang pemimpin yang sangat

memiliki Komunikasi yang baik, sebagai seorang pemimpin, komunikasi adalah

suatu hal yang wajib dimiliki dan dikuasai, berikut contoh Komunikasi yang baik

yang Elia miliki saat Elia berdialog dengan Elisa pada hari pengangkatan nya ke

sorga.

2.3.1. Mendengarkan Permintaan Elisa

Pada kitab di dalam 2 Raja-Raja 2 : 9-10 dapat kita lihat bahwa pada hari

pengangkatan nya ke Sorga, Elia sempat berdialog dengan Elisa, dan dengan

komunikasi yang baik Elia menyampaikan pesan nya dengan jelas kepada Elisa

mengenai pesan apa yang di berikan kepada Elisa, permintaan apa yang diberikan

Elia kepada Elisa, sehingga Elisa mengerti maksud dan tujuan dari komunikasi

yang Elia ucapkan, seperti pada ayat yang kesembilan dan kesepuluh dikatakan

bahwa Elisa meminta dua roh Elia, dan dengan komunikasi yang baik Elia

menyampaikan pesan bahwa permintaan yang Elisa minta adalah suatu hal yang
38

sukar, namun ada pesan yang di sampaikan Elia bahwa jika Elisa melihat Elia

terangkat ke sorga maka Elisa akan mendapatkan apa yang dimintanya, tetapi jika

Elisa tidak melihat Elia terangkat ke sorga, maka Elisa tidak akan mendapatkan apa

yang diminta nya. Terlihat sangat jelas bahwa Elia memiliki komunikasi yang

sangat baik sehingga pesan yang di sampaikan kepada Elisa, dapat tersampaikan

dengan jelas.

2.3.2. Bersikap Terbuka

Pada kitab ini juga yaitu di dalam 2 Raja-Raja 2 : 9-10 dapat terlihat jelas

bahwa Elia memiliki sikap yang terbuka, pada ayat yang kesembilan dan

kesepuluh, yaitu disaat Elisa meminta dua kali Roh Elia, Elia bersikap terbuka

dengan menyampaikan bahwa yang diminta Elisa adalah sebuah permintaan yang

sukar, oleh karea itu Elia memberikan sebuah pesan kepada nya pada ayat yang

kesepuluh yang juga menjadi bukti bahwa Elia adalah seseorang yang bersikap

terbuka dan tidak ada sesuatu yang disembunyikan darinya.

2.3.3. Memberi Support

Memberi support juga adalah satu hal yang di miliki oleh Elia, dimana

dalam pelayanan nya Bersama Elisa, Elia terlihat selalu memberikan support

kepada Elisa. Dapat dilihat pada kitab 2 Raja-Raja 2:10, disaat Elisa meminta 2 kali

roh Elia, Elia memberikan support dengan dikabulkannya permintaan Elisa, maka

jika dibaca pada ayat yang kelima belas dikatakan bahwa “Roh Elia telah hinggap

pada Elisa. Ini adalah suatu bentuk support atau dukungan dari Elia kepada Elisa

untuk Elisa bisa melakukan pelayanan nya seperti Elia sebelum terangkat ke Sorga.
39

2.3.4. Tidak Fokus Pada Diri Sendiri (2 Raja-Raja 2 : 10)

Di dalam pelayanan Elia, dapat kita temukan bahwa Elia sempat takut dan

hanya fokus kepada dirinya sendiri, di dalam kitab 1 Raja-Raja 19 : 1-18, Ketika

Elia menghadapi Izebel yang akan membunuhnya dikatakan disana bahwa Elia Elia

berfokus kepada pekerjaan Tuhan. Ia tidak rela melihat bangsa Israel lebih lama

berlaku timpang dan bercabang hati. Tetapi ketika Elia menghadapi ancaman

Izebel, Elia berfokus hanya kepada dirinya sendiri. Ia takut mati di tangan Izebel!

Berfokus kepada diri sendiri membuat nya rapuh, lemah dan kalah. Menariknya,

Tuhan tidak “mengelus-elus” Elia dengan kata-kata penghiburan! Demi

menumbuhkan kembali semangat dan keberaniannya, Tuhan berkata: “Pergilah,

kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik” lalu Elia kembali

berfokus kepada pekerjaan Tuhan, dan tidak hanya fokus kepada ketakutan nya,

atau hanya fokus kepada dirinya sendiri, tetapi Elia meneruskan perjalanan

pelayanan nya seturut dengan kehendak Allah.

3. Maksud Panggilan Allah Terhadap Elia

Pada bagian ini penulis akan menjelaskan maksud panggilan Allah

terhadap Elia.

3.1 Bahwa Tuhan Maha Kuasa

Allah mempunyai maksud tertentu ketika Allah mengutus Elia, yaitu agar

melalui Elia, di dalam pelayanan nya, setiap orang yang di layaninya dapat

mengetahui bahwa Tuhan adalah Allah yang Maha Kuasa, maka penulis

menemukan beberapa pelayanan yang di lakukan oleh Elia yang menunjukan

kemahakuasaan Allah di dalam pelayanan nya.


40

3.1.1 Kisah Penyembuhan Anak Janda di Sarfat (1 Raja-Raja 17: 17-

24)

Elia terpana kepada Janda di Sarfat yang sangat dihormatinya -yang juga

telah memberinya tempat berteduh dan makan selama ini- menuduhnya. Dalam

kekalutan karena kematian anaknya, janda di Sarfat itu berkata kepada sang nabi,

"Apakah maksudmu datang ke mari, ya abdi Allah? Singgahkah engkau

kepadaku untuk mengingatkan kesalahanku dan untuk menyebabkan anakku

mati?" (1 Raja-Raja 17:18).

Perkataan janda itu tampaknya mengguncang hati Elia. Betapa tidak, Elia

telah merasakan kasih janda di Sarfat itu. Tanpa menghiraukan dirinya, meski

hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli, sang janda

membuatkan sepotong roti bundar kecil untuk sang nabi. Dan hasil dari

kepercayaannya itu, gandum yang ada di tempayan tersedia setiap hari, juga

minyak dalam buli-bulinya selalu tersedia (1 Raja-Raja 17:16).

Nah, sekarang ini, janda itu dalam keadaan susah dan menganggap Elia

biang keladi dari kematian anaknya. Elia lalu mengambil anak itu dan bersyafaat

kepada Allah.

Pukulan Allah sangat berat. Anak laki-lakinya, satu-satunya anak, diambil.

Bajak dari Allah menghunjam dalam, supaya pekerjaan-Nya bisa dilakukan dengan

benar. Hebatnya penderitaan dan kesedihan kita adalah ukuran dengan mana kita

bisa mengukur rencana Tuhan. Kasih-Nya yang tidak akan membiarkan kita tidak

mendapatkan berkat.33 Nah, sekarang ini, janda itu dalam keadaan susah dan

33
Spences, M., The Pulpit Commentary, (Forgotten Books: London, 2012). Hlm. 415.
41

menganggap Elia biang keladi dari kematian anaknya. Elia lalu mengambil anak itu

dan bersyafaat kepada Allah. Perhatikanlah syafaat Elia:

"Ya Tuhan, Allahku, mengapa Engkau mendatangkan celaka ini ke atas janda

ini? Ia sudah memberi tumpangan kepadaku dan sekarang Engkau membunuh

anaknya!" (1Raj. 17:20).

Elia berdoa seakan-akan dia yang kena musibah. Ia berdoa seakan dialah

yang menderita. Tampaknya, Elia sungguh-sungguh merasakan kesedihan janda itu.

Inilah yang dinamakan empati, dalam penderitaan orang lain. Jika simpati berarti

bersama dengan penderitaan orang lain, maka empati -lebih dalam lagi- yakni

dalam penderitaan orang lain. Empati Elia pun didengar Allah.

Allah mengabulkan doanya: anak janda itu bangkit dari kematian. Jelaslah,

janda itu memperlihatkan wajah Allah kepada Elia ketika memberi makan Elia.

Selanjutnya, Elia juga memperlihatkan wajah Allah kepada janda tersebut dengan

mendoakannya. Mereka saling memperlihatkan wajah Allah. Mereka saling

menyatakan kasih Allah. Mereka saling memberi kehidupan. Mereka saling

menghidupkan. Akhirnya, janda itu pun percaya kepada Allah Israel.

3.1.2 Kisah Pertobatan Ahab (1 Raja-Raja 21 : 17-29)

3.2 Bahwa Tuhan Satu-Satunya Allah Yang Disembah (Kisah

Pemusnahan Dewa Baal ) (1 Raja-Raja 18 : 36-40)

C. Deskripsi Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-

Raja

1. Panggilan Allah Terhadap Nabi Elisa (1 Raja-Raja 19 : 19-21 ; (Asal

Usul Elisa, dari suku apa dsb))


42

2. Definisi Ketaatan

2.1 Pengertian Umum

2.2 Ketaatan Menurut Para Tokoh

3. Ciri-Ciri Ketaatan

3.3 Takut Akan Allah

3.4 Pertobatan

3.5 Mengikuti Kehendak Allah

3.6 Memiliki Kesetiaan Kepada Allah

3.7 Tidak Berkompromi Dengan Dosa

4. Dasar-Dasar Ketaatan Dalam Kekristenan

4.1 Tuhan Yang Memberi Perintah (Panggilan Para Nabi Oleh Firman

Tuhan)

4.2 Alkitab Sebagai Firman Allah

4.3 Karya Allah (Berkat Jasmani dan Rohani)

5. Latar Belakang Kitab 1 Raja-Raja

5.1 Penulis Kitab 1 Raja-Raja

5.2 Waktu Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

5.3 Tempat Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

5.4 Garis Besar Kitab 1 Raja-Raja

5.5 Tujuan Penulisan Kitab 1 Raja-Raja

6. Ketaatan Elisa Menurut Kitab 1 Raja-Raja

6.1 Elisa Taat Karena Kasih (1 Raja-Raja 19 : 19-21)

6.2 Elisa Taat Karena Iman (1 Raja-Raja 19 : 19-21) Bandingkan

Dengan Iman Abraham


43

6.3 Elisa Taat Dengan Membayar Harga (1 Raja-Raja 19 : 19-21)

Bandingkan Dengan Kisah Paulus

A. Deskripsi Pertumbuhan Iman Jemaat

1. Pengertian Pertumbuhan Iman

Iman dalam Kekristenan keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus

Kristus, sehingga iman sangat mempengaruhi kehidupan orang Kristen, karena

imanlah syarat untuk masuk dalam kerajaan Allah. Tanpa iman seseorang tidak

mungkin berkenan kepada Allah atau tiket masuk dalam kerajaan sorga (Ibrani

11:6). Berikut ini akan dibahas secara detail mengenai pertumbuhan Iman Kristen

Jemaat

1.1 Pengertian Umum

Kata pertumbuhan berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘hidup’ dan

‘bertumbuh sempurna’. Pertumbuhan juga diartikan untuk menyatakan sesuatu

keadaan kemajuan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata pertumbuhan

berasal dari kata ‘tumbuh’ yang artinya ‘bertunas, menjadi tanaman baru, beranjak

dewasa, menjadi tumbuh besar.’34

1.2 Pengertian Menurut Para Tokoh

Para teolog memiliki berbagai pandangan tentang pertumbuhan iman

Kristen.

34
http://id.Wikipedia.org/wki/iman
44

1.2.1 Marthin Fowler

Pengertian iman menurut Fowler, adalah suatu cara manusia bersandar

atau berserah diri sertamenemukan atau memberikan makna terhadap berbagai

kondisi atau keadaan hidupnya.35 Iman berarti seseorang meyakini bahwa Allah

mampu untuk menolong. Beriman Kepada Allah berarti mengamini bahwa Allah

adalah sumber kekuatan dan kehidupan. Dengan adanya iman seseorang bisa

mengenal Allah, dan jika seseorang mengenal Allah seseorang akan beroleh hidup

yang kekal. Orang Kristen, harus percaya bahwa Yesus Kristus adalah penyelamat.

Setiap orang Kristen harus mencapai pertumbuhan iman secara sempurna.

Ukuran pertumbuhan iman yang sempurna bukanlah perasaan seseorang atau

pendapatnya sendiri, melainkan sesuai dengan ukuran Firman Allah. 36Dari hal ini,

bisa diartikan bahwa Firman Allah adalah dasar untuk membangun iman seseorang.

Pertumbuhan iman yangsempurna itu ketika seseorang melayani Allah, mencapai

kesatuan iman, mencapai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, dan teguh

berpegang pada kebenaran, dan di dalam kasih bertumbuh dalam segala hal yang

tertuju kepada Allah.

1.2.2 Menurut Arthur Pink

Menurut Arthurpink sebagaimana dikutip Wofford, “iman adalah dimana

ketaatan adalah bunga dan buah yang indah yang terjadi jika iman itu telah

dinyatakan dalam kenyataan.37 Pertumbuhan seseorang adalah proses mewujudkan

Kristus dalam kehidupan seseorang di dunia.


35
W. Fowler, James, “Teori Perkembangan Kepercayaan: Karya-karya penting”,
(Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm. 8.
36
Eko Basuki, Yusuf, “Pertumbuhan iman yang sempurna: Menumbuhkan iman sesuai
kehendak Allah”, (Yogyakarta: Garudwacana Oline Books, 2014), Hlm. 2-3
37
Wofford, “Kepemimpinan yang Mengubahkan”, (Yogyakarta: Andi, 1990), Hlm. 133.
45

Seseorang berjuang dan bergumul untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan

di tengah banyaknya tarikan-tarikan duniawi. Ini bukan hal yang mudah. Tetapi

kuasa Kristus akan dinyatakan di sepanjang jalan pertumbuhan seseorang dan

memampukan seseorang untuk menghasilkan buah. Sebab, jika Kristus yang

menjadi dasar dan alasan pertumbuhan seseorang, Dia akan leluasa menyatakan

pribadi dan karya-Nya di dalam dan melalui seseorang.38

2. Tujuan Pertumbuhan Iman

Diera Modern, kita sebagai orang Kristen harus mendapatkan cara

pertumbuhan iman yang signifikan, yaitu dengan cara mengandalkan Kuasa Tuhan,

supaya tidak terjadi penyesatan, dan untuk pertumbuhan jemaat.

2.1 Mengandalkan Kuasa Tuhan

Elia hanya manusia biasa yang berasal dari Tisbe-Gilead, tetapi Elia

mempunyai kuasa yang sangat besar dalam hidupnya, dan memiliki kuasa

perkataan yang sangat luarbiasa. Banyak melakukan mukjizat- mukzijat yang di

luar nalar pikiran manusia. Hal ini bisa terjadi karena Elia sungguh- sungguh

mencari Allah.39 Saat pertama kali Elia menampilkan diri dihadapan raja Ahab. Dan

berusaha menyampikan pesan dari Allah. Tanpa ada ketakutan dan keraguan tetapi

berkata- kata dengan penuh kuasa dan sangat menyakinkan.

Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe- Gilead, kepada Ahab, Demi

Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan

ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan. 1

Raja-raja 17:1.
38
Tim Penulis Kambium, “Bertumbuh Dalam Kristus”, (Kambium Media: Yayasan Gloria,
2012), Hlm 16.
39
Pendowo, Decky “Jubah Kuasa Elia (Rahasia Kuasa Sang Nabi Api!)”, ( Surabaya:
Elijah Media, 2008), Hlm. 1
46

Tidak ada seorangpun yang dapat berani berkata demikiam kalau

bukan orang yang memiliki kuasa dan otoritas yang berasal dari Allah.

Setelah menyampikan pesan bagi Ahab. Firman Allah datang kepada Elia,

supaya Elia pergi ke sungai Kerit. Tujuan Allah membawa Elia ke sungai

Kerit bukan hanya melindungi Elia dari raja Ahab, tetapi juga untuk

mempersiapkan Elia untuk menghadapi misi yang lebih besar. Selama Elia

di sungai Kerit, Allah memberikan burung- burung gagak membawa roti

dan daging kepadanya, dan Elia minum dari sungai itu.40

Hasil dari pelayanan Elia yang tidak pernah gampang menyerah

dan pekerja keras. Pada akhirnya Ahab menyadari perbuatannya dan

menyesal, dan merendahkan diri dihadapan Tuhan. Dan Tuhan berjanji

tidak akan mendatangkan malapetaka dalam zamanya.

2.1 Supaya Tidak Terjadi Penyesatan

Selain penyesatan dari kalangan orang Kristen lewat mimbar-mimbar,

penyesatan juga dapat terjadi lewat dunia digital. Maraknya berita-berita hoax dan

konten-konten yang mempertanyakan tentang keberadaan Tuhan, meragukan

ketuhanan Yesus, serta munculnya filosofi baru anti agama. Munculnya filosofi

baru anti agama yang terintegrasi dalam berbagai program mengakibatkan

meningkatnya Atheis.

Namun, di sisi lain fundamentalisme juga meningkat. Pengikut agama

semakin terbagi dengan munculnya filosofi baru anti agama. Pada masa lalu masih

dapat dikontrol, tetapi sekarang mereka bebas menentukan pilihannya sendiri.

Peran orang tua dan pemimpin agama ke depan semakin sulit karena munculnya

40
Denis Green, Pembimbing pada Pengenalan Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas,
2008), Hlm. 99.
47

filosofi anti agama ini.41 Berdasarkan kajian teks di atas, menjadi keharusan bagi

para orang tua untuk membekali anak-anaknya dengan iman disertai pengetahuan

dasar Alkitab.

Orang tua harus waspada dengan pengajaran yang ditawarkan aliran-aliran

tertentu yang berbeda esensi dasar iman Kristen. Terlebih di era digital ini, dari

dalam kekristenan anak-anak mudah menerima informasi berbagai paham atau

ajaran yang berasal dari pendeta tertentu yang berniat menyesatkan. Beberapa

waktu lalu, muncul gambar Alkitab Perjanjian Lama, The Brick Testament yang

memuat gambar persetubuhan antara dua pengintai dengan Rahab yang dianggap

sebagai perempuan sundal (Yos 2:1). Dari luar kekristenan media sosial sering

menampilkan konten-konten yang melecehkan agama seperti soal

mempermasalahkan ketuhanan Yesus, pandangan yang menerima seks sesama jenis

atau transgender (LGBT), dan sebagainya.

Gambar atau video yang buruk dapat mempengaruhi pikiran anak, dapat

menimbulkanpikiran yang ekstrim bahkan pemberontakan melawan orangtua

mereka. Seperti yang dikatakan Tornado Silitonga “Kenakalan, pemberontakan

juga kecemaran yang dilakukan oleh anak-anak sesungguhnya juga telah dilakukan

orang tua. Anak belum sanggup melihat dosa sebagai masalah besar, mereka harus

harus ditolong untuk memahami tersebut. Sebagaimana orang tua telah mengalami

anugerah Allah yang memampukan mereka bebas dari belenggu dosa. Demikian

juga anak-anak perlu ditolong untuk melihat dosa sebagai hal yang serius.42

41
Haryati, Potret Anak Indonesia: Sebuah Tantangan dan Peluang dalam Teologi Anak:
Sebuah Kajian, (Jakarta: Literatur Perkantas, 2018), Hlm. 30.
42
Tornado Gregorius Silitonga, “Anak dalam Media,” Dalam Teologi Anak: Sebuah
Kajian (Jakarta: Literatur Perkantas, 2018), 139
48

2.3 Untuk Pertumbuhan Jemaat

Salah satu hal yang mengagumkan tentang Alkitab adalah seseorang dapat

membaca Firman Tuhan, dan tanpa bantuan orang lain, menemukan siapa Tuhan

dan mengenal Yesus Kristus sebagai juruselamat. Alkitab adalah kitab yang begitu

kaya dan menakjubkan sehingga kita dapat selalu belajar darinya dan makin

mengenal Tuhan dan diri sendiri. Penggunaan tafsiran, penelitian, kajian

arkeologis, dan buku sejarah akan menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan

menyeluruh mengenai waktu dan tempat dari setiap kisah yang ditulis. Melalui

Alkitab dapat belajar melihat orang-orang dan kisah-kisah tersebut sebagai orang-

orang yang pengalaman mereka sebagai pemahan pertumbuhan iman. 43Pemahaman

ini merupakan bagian penting dari persiapan untuk melayani jemaat Kristen, karena

jika ingin menghadirkan Firman Tuhan sebagai dokumen yang hidup dan memberi

pedoman yang benar akan firman Tuhan, kita perlu mengenal kebenaran itu.

3. Ciri-Ciri Pertumbuhan Iman

Berikut ini akan dijelaskan ciri-ciri pertumbuhan iman, yaitu memiliki

ketaatan, memiliki kesetiaan, dan memiliki buah pelayan.

3.1 Memiliki Ketaatan

Memiliki ketaatan adalah ikrar kesetiaan terhadap kehendak Allah. Karena

ikrar atau janji manusia yang beriman kepada Allah, maka memiliki ketaatan

menjadi sebuah keharusan, kalau dilihat dari perspektif kebebasan manusia. Inilah

letak nyata masalah ketaatan. Ketaatan ini akan harus mempertanggungjawabkan

dirinya di hadapan argumen kebebasan manusia terhadap Allah. Selain argumen

kebebasan manusia kontra Allah, persoalan pemahaman kebebasan pun datang dari

penolakan penyerahan kehendak pribadi kepada orang atau instansi tertentu, dalam
43
Young Kim, Woo, Yesuslah Jawaban, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia), Hlm. 200.
49

hal ini Gereja atau pembesar, sebagai pertentangan dengan ide keluhuran martabat

manusia. 44

3.2 Memiliki Kesetiaan

3.3 Memiliki Buah Pelayanan

4. Pertumbuhan Iman Jemaat

4.1 Rajin Beribadah

4.2 Mengasihi Sesama

4.3 Memiliki Keinginan Untuk Memberitakan Injil

BAB III

PENGARUH LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP

KETAATAN ELISA MENURUT KITAB 1 RAJA-RAJA DAN

IMPLIKASINYA BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT


44
B. Fergusson, Sinclair, Bertumbuh dalam Anugerah (Surabaya: Momentum, 2005),
Hlm. 19
50

A. Pengaruh Legitimasi Kepemimpinan Elia Terhadap Ketaatan Elisa

Menurut Kitab 1 Raja-Raja

Elia diperintahkan Tuhan untuk mengurapi seorang raja Israel yang akan

memusnahkan keluarga Ahab, lalu seorang raja Aram juga harus diurapi oleh Elia,

dan Elia juga harus mengurapi Elisa bin Safat untuk menggantikan dia. Tugas-tugas

ini merupakan perintah untuk mulai menghabiskan Israel hingga saat di mana

hanya yang tertinggal, yaitu kaum sisa, yang akan meneruskan pekerjaan Tuhan.

Maka setelah itu, Elia langsung bertemu dengan Elisa, yang akan meneruskan

tugas-tugas yang Tuhan bebankan kepada dia.

Elisa adalah seorang yang sangat kaya. Bayangkan, dia membajak

sawahnya dengan 12 pasang lembu! Setelah menerima jubah Elia, Elisa langsung

berpamitan kepada ayah dan ibunya, memotong lembunya, dan memasak lembunya

itu untuk orang-orangnya. Ini adalah tanda dia tidak akan lagi melanjutkan

pekerjaannya di situ. Dia akan menjadi pengikut Elia sepanjang perjalanan Elia.45

1. Ciri-Ciri Kepemimpinan Elia

Elia adalah pemimpin garis depan yang berani berkonfrontasi langsung

dengan lawan-lawannya. Ia tidak gentar menghadapi 450 nabi Baal yang

mengandalkan kuasa kegelapan. Elia bahkan mendemonstrasikan kuasa Allah di

depan rakyat dengan doanya yang menurunkan api dari langit.46

1.1 Elia Memiliki Integritas

Resiko yang dihadapi Elia adalah ancaman bagi keselamatan jiwanya

sendiri. Elia diperhadapkan pada pilihan yang sukar, karena dalam hal ini Elia

45
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Kitab 1Raja-Raja 19:19-21
46
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Kitab Raja-Raja 17:1-19.
51

mungkin saja bias terpengaruh oleh ancaman raja Ahab dan Izebel ataukah tetap

menyembah Tuhan, sehingga Elia bisa membawa perubahan di tengah-tengah

bangsa Israel. Dalam hal ini Elia harus tetap memiliki integritas atau pribadinya

yang utuh.

Integritas Elia ditunjukkan melalui beberapa karakter atau sikap hidupnya

yang tetap utuh, antara lain: Pertama, Berkeyakinan: Elia memiki keyakinan yang

teguh, bahwa Tuhan yang hidup yang dilayaninya adalah Tuhan yang memberi

kemenangan dalam melawan raja Ahab, Izebel dan Baalisme. Keyakinannya juga

ditunjukkan melalui doanya yang singkat dan penyerahannya kepada Tuhan, bahwa

Tuhan pasti menjawab doanya.

Kedua, Pemberani: Keberanian Elia ditunjukkan ketika Elia menghadap

Ahab dan Izebel untuk memberitahukan kejahatankejahatan yang dilakukan oleh

Ahab dan isterinya. Elia juga berani melawan nabi-nabi Baal di gunung Karmel

seorang diri. Keberaniannya lahir dari kepercayaan kepada Tuhan, sekalipun

berisiko bagi dirinya. Dan dengan keberaniannyalah, Elia membawa perubahan

bagi bangsa Israel kembali menyembah kepada Tuhan.

Ketiga, Tidak kompromi: Sekalipun bangsa Israel dan rajanya

berkompromi menyembah kepada Baal, namun dengan keteguhan hatinya dan

komitmennya kepada Tuhan, yang menyebabkan ia tidak berkompromi. Elia tetap

menyembah Tuhan.

1.2 Hanya mengabdi kepada Tuhan yang hidup (1 Raja-Raja 17:1)

Elia adalah nabi Tuhan yang melayani umat Israel pada masa

pemerintahan raja Ahab. Raja Ahab dikenal sebagai raja yang jahat di mata Tuhan

lebih dari semua orang yang mendahuluinya (1Raj 16:30). Ia menyembah Baal dan
52

mendirikan mezbah serta kuil untuk Baal. Hal ini karena pengaruh Izebel, isterinya

yang merupakan anak raja Sidon. Dengan demikian pelayanan Elia bukanlah

pelayanan yang mudah.

Dalam nats ini, Elia disebutkan menyampaikan berita penghukuman dari

Tuhan kepada Ahab, yaitu Israel tidak akan mendapatkan hujan selama beberapa

tahun (Ayat 1). Ahab tentu marah sekali mendengar hal ini dan berniat jahat kepada

Elia. Untuk melindungi Elia, Tuhan menyuruhnya untuk berjalan ke Timur dan

bersembunyi di tepi sungai Kerit seberang sungai Yordan (Ayat 3). Perintah Tuhan

ini disertai janji penyertaan dan pemenuhan kebutuhan Elia. Tuhan akan

menyediakan makanan melalui burung-burung gagak (Ayat 4).

Alkitab tidak mencatat apa yang dipikirkan atau dikatakan Elia tetapi di

ayat berikutnya disebutkan: “Lalu ia pergi dan melakukan seperti Firman Tuhan”!

(Ayat 5) Di sini terlihat bahwa Elia tidak mempertanyakan apalagi meragukan

perintah Tuhan. Ia tidak pula menawar-nawar tempat yang lebih nyaman. Elia

melakukan tepat seperti yang Tuhan perintahkan, sebagai bukti dari pemeliharaan

Tuhan, Elia mendapatkan roti dan daging setiap pagi dan petang dari burung-

burung gagak (Ayat 6). Tidak cukup ketaatan Elia diuji sekali, tetapi melalui

kebergantungan Elia kepada burung gagak sesungguhnya Tuhan juga melatih Elia

untuk bergantung sepenuhnya pada Tuhan dari hari demi hari. Rupanya latihan

menjadi hamba Tuhan yang setia dan taat akan berlangsung terus menerus.

Marilah kita taat seperti Elia dan menggantungkan seluruh hidup dan

pelayanannya kepada Tuhan. Tuhan akan memberikan segala kekuatan kepada kita

untuk mampu menjalani pelayanan tersebut. Tuhan juga akan menyediakan


53

kecukupan untuk kebutuhan-kebutuhan kita supaya pelayanan dan kehidupan kita

dapat berjalan.

1.3 Taat Kepada Perintah Tuhan

Pada waktu Elia mengalami masalah berat karena sungat Kerit yang

mengering ia mau melangkah menaati perintah Tuhan, padahal sungai Kerit sudah

menjadi zona nyaman baginya.47 Elia meninggalkan zona nyaman itu dengan

perintah Tuhan: "...pergi ke Sarfat, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah

memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." (1 Raja-Raja 17:9).

Kita harus berani meninggalkan zona nyaman kita. Sesungguhnya Elia punya

alasan kuat kuatir pergi ke Sarfat, karena Sarfat adalah wilayah Sidon, sedangkan

raja Sidon adalah orang tua Izabel. Tapi Tuhan justru menyuruh Elia tinggal di

Sidon.48 Setiap anak Tuhan adalah hambaNya dalam menjalani kehidupan ini. Jika

saudara dipanggil untuk melakukan pelayanan tertentu dalam hidup, marilah taat

untuk menjalankan perintahNya.

Sekalipun ladang pelayanan saudara terlihat sulit. Kadang ada orang-orang

yang tidak menyenangkan yang dengannya saudara bekerja sama atau harus

saudara layani. Bahkan tempat pelayanan yang Tuhan perintahkan pun bukan

tempat yang nyaman. Marilah kita taat seperti Elia dan menggantungkan seluruh

hidup dan pelayanannya kepada Tuhan, Ia akan memberikan segala kekuatan

kepada kita untuk mampu menjalani pelayanan tersebut.49 Tuhan juga akan

47
L. Baker, David, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1994), Hlm. 100.
48
Sanford La Sor, William, Tafsiran Alkitab Masa Kini I, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1995), Hlm. 546-547.
49
Lance Pierson, Elia Tegar dalam Topan Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991),
Hlm. 22-23
54

menyediakan kecukupan untuk kebutuhan-kebutuhan kita supaya pelayanan dan

kehidupan kita dapat berjalan

2. Dasar Pertumbuhan Jemaat

Alkitab dengan jelas menyatakan tentang kepemimpinan Kristen dalam

Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru didasarkan atas dasar pondasi yang

Allah tetapkan, dimana Allah sendiri sebagai pemimpin umat-Nya. Dalam

kehidupan sehari-hari arti pemimpin terkadang disalah artikan. Masyarakat umum

mengartikan pemimpin itu adalah seorang yang mempunyai jabatan atau posisi di

suatu organisasi. Seorang yang khusus atau spesial yang mempunyai gelar yang

mentereng, seorang yang mempunyai multi karunia, seorang yang mempunyai

penampilan yang meyakinkan, seorang yang mempunyai fasilitas dan finansial

yang berkelimpahan.50

2.1 Pemimpin Yang Berintegritas

Pemimpin juga diartikan sebagai orang yang mengenal jalan yang dapat

terus maju dan menarik orang lain mengikuti dai. Tetapi apakah ini yang dimaksud

oleh Tuhan atau menurut Firman Tuhan. Menjadi seorang pemimpin tidak

sembarang memimpin. Integritas adalah sikap, mutu atau keadaan yang

menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang

memancarkan kewibawaan yaitu kejujuran.51

Dalam hal ini seseorang yang dimiliki integritas, tidak meniru orang lain,

tidak berpura-pura dan tidak ada disembunyikan dan tidak ada yang perlu ditakuti,
50
Tomatala, Yakob, “Kepemimpinan Yang Dinamis”, (Malang: Gandum Mas, 1997),
Hlm. 46
51
Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Hlm.
437
55

karena kehidupan seorang pemimpin adalah seperti surat Kristus yang terbuka (II

kor. 3:2). Artinya bahwa seorang pemimpin sendiri harus memiliki karakter yang

bertanggungjawab memimpin dan memberi contoh (Leading by example).

Integritas juga merupakan apa yang ada dalam diri seseorang, apa yang dia

katakan apa yang dia pikirkan dan apa yang dia lakukan sama. 52 Untuk itu

karakteristik seorang yang berintegritas adalah terletak pada keutuhan hidupnya

yaitu konsisten dalam perkataan dan tingkah laku atau pernuatan. Hal ini dapat

terlihat dalam Elia tokoh Alkitab. Elia memiliki apa yang disebut dengan Integritas.

Elia sudah menunjukkan integritasnya dalam membela kebenaran di tengah-tengah

bangsa Israel, untuk kembali kepada penyembahan yang benar yang menjadi

pertumbuhan jemaat, yaitu penyembahan hanya kepada TUHAN (I Raja-raja 17:1-

19:21).

2.2 Pemimpin Yang Memiliki Kuasa

Pemimpin yang memiliki kuasa adalah pemimpin terbaik memiliki iman

akan Allah. Elia Memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap Tuhan dalam

memutuskan segala seusuatu. Pada zaman sekarang diperlukan pemimpin yang

memiliki kuasa seperti Elia, dengan demikian Tuhan Yesus akan berkenan baik

kepadanya maupun kepada semua yang dipimpin di bawahnya.

Oleh sebab itu sangat penting untuk memilih pemimpin yang taat akan

firman Tuhan. Sehingga berkat Tuhan akan melimpah kepada kepemimpinan yang

dijalani tersebut.53

52
Http:// Mutiara Madinah, Multi Ply. Com/Jurnal/Item/94/ Integritas diakse pada hari
Kamis, 11 Mei 2023, pukul 13:48
53
Kartono, Kartini 2009 “Pemimpin dan Kepemimpinan”, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), Hlm 31
56

BAB IV

IMPLIKASI KAJIAN TEOLOGI KITAB RAJA-RAJA TENTANG

LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP KETAATAN ELISA

DAN BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

A. IMPLIKASI KAJIAN TEOLOGI KITAB RAJA-RAJA TENTANG

LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA TERHADAP KETAATAN

ELISA

1. Ketaatan Elisa

2 Raja-raja 2:12 (TB) Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: "Bapaku,

bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!" Kemudian tidak

dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi

dua koyakan.
57

2 Kings 2:12 (NET) While Elisha was watching, he was crying out, “My

father, my father! The chariot and horsemen of Israel!” Then he could no

longer see him. He grabbed his clothes and tore them in two.

Sepuluh tahun lamanya Elisa mengikuti Elia dalam pelayananya sebagai

nabi. Elisa yang senantiasa setia mengikuti Elia kemanapun pergi, bahkan hingga

akhir langkah Elia yang terangkat ke sorga dengan kereta kuda berapi. 54 Hubungan

Elia dan Elisa tidak lagi hanya sebatas guru dengan murid, namun jauh lebih dari

situ, Elisa memperlihatkan kesetiaannya sudah seperti hubungan anak dan bapak.

Hal ini terlihat dalam nas ini, yakni:

Pertama, melalui permintaan Elisa yang meminta dua bagian roh Elia.

Sesuai dengan adat Yahudi, anak sulung berhak mendapat dua bagian warisan.

Kedua, ketika Elia di bawa oleh kereta kuda berapi, Elisa berteriak,

"Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!"

Namun demikian, Elisa bukan hendak meminta harta, namun roh Elia

sebagai seorang nabi dapat diterimanya. Permintaan Elisa untuk menerima dua

bagian roh dari Elia tentu bukan hal yang mudah, sebagaimana dikatakan oleh Elia,

“Yang kauminta itu adalah sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat

dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak

akan terjadi." Sebab roh untuk bernubuat sebagai nabi bukanlah warisan yang dapat

diturunkan, melainkan itu adalah pemberian Allah, dan Allah berhak memberikan

karunia itu kepada siapa pun. Dari nas ini dapatlah kita melihat, bahwa ternyata

54
Suharyo, Mengenal Tulisan-Tulisan Perjanjian Lama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), Hlm.
75
58

permintaan dari Elisa itu dikabulkan oleh Tuhan, dan Elisa menjadi penerus

pelayanan Elia sebagai seorang nabi.

1.1 Setia dalam Perkara Kecil

Oleh setia di dalam perkara-perkara yang kecil, Elisa sedang menyediakan

diri untuk mendapat kepercayaan bagi perkara-perkara yang lebih berat. Hari demi

hari melalui pengalaman yang praktis, ia mencapai kelayakan untuk pekerjaan yang

lebih luas dan lebih tinggi. Ia belajar melayani; dan dalam mempelajari akan hal ini,

ia juga belajar bagaimana memberi petunjuk dan memimpin. Pelajaran ini adalah

untuk semua orang. Tidak ada orang yang bisa mengetahui apa yang dimaksudkan

Allah dalam disiplin-Nya; tetapi semua orang boleh merasa pasti bahwa kesetiaan

terhadap hal-hal yang kecil akan menjadikan orang layak untuk mendapat tanggung

jawab yang lebih besar. Setiap perbuatan dalam kehidupan adalah suatu bukti

tabiat, dan hanyalah orang yang dalam kewajiban-kewajiban kecil membuktikan

dirinya sendiri “seorang pekerja yang tidak perlu merasa malu” dapat dihormati

Allah dengan pekerjaan yang lebih tinggi.

2 Timotius 2:15. Barangsiapa yang merasa bahwa tidak ada akibatnya

sebagaimana ia melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil membuktikan

bahwa ia sendiri tidak layak untuk menjabat kedudukan yang lebih tinggi. Ia boleh

saja mengira bahwa dirinya sendiri cukup sanggup untuk memegang tugas-tugas

yang lebih besar; tetapi Allah melihat lebih dalam daripada kulitnya saja. Setelah

diuji dan dicoba tersuratlah perkataan baginya, “Engkau telah ditimbang dengan

neraca, dan didapati terlalu ringan.” Reaksi ketidaksetiaannya menimpa dirinya


59

sendiri. Ia gagal mencapai karunia, kuasa, tenaga, tabiat, yang harus diterima

melalui penyerahan tanpa syarat.

1.2 Nabi Elisa adalah Pelayan nabi Elia hingga Terangkat ke Surga

Karier pelayanan nabi Elisa dimulai ketia ia menjadi pelayan nabi Elia.

Nabi Elia memanggil Elisa untuk menjadi pelayannya ketika Elia melemparkan

jubahnya kepada Elisa. Saat itu, Elisa sedang membajak dan ia merespons

panggilan nabi Elia tersebut dengan berlari mengikutinya. Tetapi Elisa memohon

izin untuk berpamitan terlebih dahulu dengan orantuanya (1 Raja-raja 19:19-21).

Setelah diizinkan oleh nabi Elia, Elisa pun makan bersama orang-orangnya lalu ia

pergi mengikut nabi Elia ke surga. Elisa tidak muncul kepermukaan selama menjadi

pelayan nabi Elia, kecuali saat menjelang kenaikan nabi Elia ke surga. Sejak

dipanggil oleh nabi Elia, hingga nabi Elia diangkat Tuhan ke surga, Elisa adalah

hamba nabi Elia yang taat dan setia.

2. Ciri-ciri Karakter Elisa

Berikut ini penulis akan membahas dengan detail dan jelas, ciri-ciri

karakter dari nabi Elisa

2.1 Elisa adalah Pelayan Setia


2 Raja-Raja 2:1-6:
1 Menjelang saatnya Tuhan hendak menaikkan Elia ke sorga dalam angin
badai, Elia dan Elisa sedang berjalan dari Gilgal. 2Berkatalah Elia kepada
Elisa: ”Baiklah tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh aku ke Betel.” Tetapi
Elisa menjawab:”Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu sendiri,
sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Lalu pergilah mereka
ke Betel. 3Pada waktu itu keluarlah rombongan nabi yang ada di Betel
mendapatkan Elisa, lalu berkatalah mereka kepadanya: ”Sudahkah engkau
tahu, bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh Tuhan
terangkat ke sorga?” Jawabnya: ”Aku juga tahu, diamlah!” 4 Berkatalah Elia
kepadanya: ”Hai Elisa, baiklah tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh aku ke
60

Yerikho.” Tetapi jawabnya: ”Demi Tuhan yang hidup dan demi hidupmu
sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Lalu sampailah
mereka di Yerikho. 5 Pada waktu itu mendekatlah rombongan nabi yang ada
di Yerikho kepada Elisa serta berkata kepadanya: ”Sudahkah engkau tahu,
bahwa pada hari ini tuanmu akan diambil dari padamu oleh Tuhan terangkat
ke sorga?” Jawabnya: ”Aku juga tahu, diamlah!”
6 Berkatalah Elia kepadanya: ”Baiklah tinggal di sini, sebab Tuhan menyuruh
aku ke sungai Yordan.” Jawabnya: ”Demi Tuhan yang hidup dan demi
hidupmu sendiri, sesungguhnya aku tidak akan meninggalkan engkau.” Lalu
berjalanlah keduanya.
Gebelein mengungkapkan bahwa tiga kali Elia menguji penggantinya dan
tiga kali Elisa tetap berdiri dari ujian tersebut. 55 Henry mengatakan bahwa Elisa
tidak akan meninggalkan Elia. Itu bukan hanya karena dia mengasihinya tetapi dia
ingin diteguhkan oleh dia yang kudus itu selama di bumi. 56 Dalam ayat ini dapat
dilihat bagaimana Elisa sangat bertekun, bersemangat dan berfokus kepada satu
tujuan.Penulis berpikir bahwa Elisa sudah tahu bahwa Elia akan diangkat. Oleh
sebab itu ketika Elia meminta Elisa untuk tinggal dan tidak mengikutinya. Elisa
menolak secara keras.Pernyataan itu dikatakan oleh nabi Elia sebanyak tiga kali
sewaktu mereka di Bethel, Yerikho dan Yordan (ayat 2, 4 dan 6). Akan tetapi
secara tegas nabi Elisa juga menolak permintaan dari nabi Elia untuk
meninggalkannya.
2.2 Watak Nabi Elisa
Watak Nabi Elisa telah memakai jubah Elia dan mendapat dua bagian dari
Roh Elia. Namun, tabiatnya berbeda sekali dari tabiat Elia. Jika Elia memiliki
kepribadian yang mencolok:m suka berkelana, kasar dalam sikap dan cara
hidupnya, serta tindakannya tidak bisa ditebak. Elisa justru kebalikannya memiliki
penampilan yang tenang, memiliki kebiasan yang teratur, tempramennya yang tidak
menggebu-gebu. Tetapi meskipun begitu kuasa yang dimilikinya sama sekali tidak
lebih kecil dari Elia. Hal ini sangat penting kita ingat dan menjadi pedoman bahwa
secara nyata Allah berkenan mengungkapkan diri-Nya dengan cara yang berbeda-
beda terhadap orang yang dipilih-Nya. Dan Allah juga tidak mempunyai
hambahamba yang seragam; sebab hamba-hambanya memiliki kepribadian masing-
masing. Dimana juga masing-masing tampil apa adanya “berserah” dan disinilah
letak ciri khas pelayanan yang dipenuhi oleh Roh.57 Ia selalu mengutamakan
keinginan Rohani. Terlihat ketika kita mencermati perkataan Elia kepadanya
“Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu”, lalu ia menjawab

55
E.Gebelein, Frank, The Expositor’s Bible Commentary Volume 4, (Grand
Rapids, Michigan: Zondervan Publishing House, 1988), Hlm. 175
56
Henry, Matthew Bible Vol.II Joshua to Esther, (Old Tappan, New Jersey: Fleming H.
Revell Company 1982), 712
57
Foster, Harry, Corak Watak Manusia dalam Alkitab, (Jakarta: Bina Kasih, 2012),
Hlm.103
61

“Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari roh-mu (1 Raja-Raja


19:19). Ia mempunyai kasih saying sejati terhadap orang tuanya. “biarlah aku
mencium ayahku dan ibuku dahulu, lalu aku akan mengikuti engkau” (1
Raja.19:20). Kerendahan hatinya. Ia melakukan perkerjaan yang rendah dan
beroleh gelar “Elisa bin safat, yang dahulu melayani Elia” (2 Raj.3:11). Ia sangat
berani. Sikapnya ketika di datangi oleh Yoram (3:13,14). Dimana pada umumnya
nabi-nab palsu menyambutnya dengan kata bualan atau kata-kata kosong untuk
mencari muka, tapi justru Elisa menyambutnya dengan ucapan terus terang
sekalipun agak pahit juga. Hanya hamba Allah yang berani dan tulus hati yang
dapat berkata demikian. Elisa beriman. Tindakannya pertama kali yaitu memukul
air sungai Yordan dengan jubah Elia, karena ia percaya bahwa segala air itu akan
menurut kepadanya sebagaimana telah menurut kepada Elia. Elisa tidak mengejar
keuntungan bagi diri sendiri. Betapa besar kekayaannya bila ia suka menerima
pemberian.

B. IMPLIKASI KAJIAN TEOLOGI KITAB RAJA-RAJA TENTANG

LEGITIMASI KEPEMIMPINAN ELIA BAGI PERTUMBUHAN

IMAN JEMAAT

1. Legitimasi Kepemimpinan Elia Bagi Pertumbuhan Iman Jemaat

Berikut ini, akan dijelaskan legitimasi kepempininan Elia bagi pertumbuhan


jemaat Kristen.

1.1 Berani Menyuarakan Kebenaran

Sejak penampilannya yang pertama, Elia sudah menunjukkan bahwa di

dalam dirinya ada keberanian yang mencolok. Setelah Elia memberitahu Raja Ahab

bahwa tidak akan ada hujan akibat dosa penyembahan berhala, ia menyingkir ke

sungai Kerit dan Sidon. Tiga tahun setelah pertemuan terahir antara Elia dan Raja

Ahab, Tuhan memerintahkan Elia untuk menampakkan dirinya di hadapan raja

yang geram melihatnya. Waktu itu Israel sedang dilanda oleh kelaparan yang hebat.

Tanpa didampingi oleh siapapun dan dengan penuh keberanian Elia menampakkan

diri di hadapan Raja Ahab. Sedikit pun ia tidak gentar berdiri di hadapan orang

yang menginginkan kematiannya. (1 Raja-raja 18:18).


62

Tampak jelas keberanian Elia dalam menyuarakan kebenaran. Ia berani

menegur Ahab dan menantang nabi-nabi Baal untuk menentukan siapa yang layak

diikuti. Ia membuktikan bahwa jemaat Kristen mempunyai tugas dan kewajiban

yang diserahkan kepada orang-orang yang dipimpin merupakan bagian dari

kepemimpinan yang manusiawi, yaitu menjalin hubungan langsung dengan orang

yang dipimpin dan mengetahui mentalitas dan kinerjanya sehingga pemimpin

adalah penggerak utama jemaat Kristen masa kini, agar dapat bekerja sama dalam

hal pencapaian tujuan.58

Pendelegasian atau pelimpahan wewenang terhadap pemimpin gereja,

baik gembala gereja ataupun pendeta, dapat dilaksanakan apabila pemimpin gereja

dan orang-orang yang dipimpin, yaitu iman jemaat Kristen telah siap secara mental

fisik dan rohani terhadap perubahan-perubahan seperti, orang yang dipimpin

bertambah, orang yang dipimpin berkurang, terbentuk organisasi baru, ada

kewajiban-kewajiban baru, timbul peristiwa-peristiwa khusus, dan adanya kenaikan

jabatan di dalam suatu organasi gereja.

1.2 Mengorganisasi dengan Baik

Hubungan guru dengan murid-muridnya dapat dipandang sebagai sebuah

organisasi. Organisasi merupakan suatu proses kerjasama antara dua orang atau

lebih dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Alkitab mencatat

bahwa Elia membagi muridmuridnya dalam kelompok-kelompok atau disebut juga

rombongan nabi.59 Setiap rombongan nabi ini mengenal betul tentang Elia sebagai

guru mereka, bahkan perihal Elia akan diangkat ke surga juga mereka ketahui.

58
Kenne, Michael Alikitab: Sejarah, Proses Terbentuk dan Pengaruhnya, (Yogyakarta:
Kanisius, 2006), Hlm. 22
59
Swindoll, Charles, Elia, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2013), Hlm. 48
63

Kelompok-kelompok ini menunjukkan bahwa Elia telah mengorganisasi dengan

baik. Sebab tanpa pengorganisasian yang baik, mustahil rombongan nabi yang

berada di kota yang berbeda dapat tetap melakukan aktivitas dengan tertib tanpa

kehadiran Elia. Demikian juga terhadap pemimpin gereja, seharusnya mengadakan

pertemuan ibadah rutin ditengah Minggu, untuk meningkatkan pertumbuhan iman

jemaat Kristen dengan cara berorganisasi baik dan benar antara pemimpin gereja

sebagai guru, dan jemaat Kristen masa sekarang sebaga murid-muridnya

2. Prinsip-prinsip Pemuridan Nabi Elia

Berdasarkan analisis deskriptif biografi Elia dapat ditemukan hal-hal yang

mendasar yang baik untuk pemimpin gereja menrapkan prinsip-prinsip pemuridan nabi

Elia dalam jemaat Kristen pada masa sekarang. Tindakan-tindakan yang dilakukan Elia

dapat menjadi rujukan bagi kualifikasi penggembalaan yang baik, yang meliputi aspek-

aspek iman, mentalitas, personalitas, dan manajerial.

2.1 Elia, Pelopor Monoteisme Teologis

Elia berdiri di ambang pintu periode baru dalam sejarah perkembangan

agama. Sehingga dalam segala tindakkannya begitu mepertajam pemahamannya

dalam membedakan antara keilahianan Tuhan dengan keilahian baal dengan tujuan

bangsa Israel dapat melihat dan memahami bahwa mereka tidak mempunyai jalan

lain kecuali dengan jalan satu-satunya “monotheism” yaitu Tuhan. 60


Perlu kita

ketahui bahwasannya dasar yang biasanya diberikan untuk membela monoteisme

Tuhan sudah ada sejak awal sejarah bangsa Israel adalah: ungkapan iman (Ul. 6:4).

Kata yang paling dosoroti ialah ‫’( אאיחדׇ‬ehād) yang artinya Esa.

60
Vriezen, Loc. Cit.
64

Dapat diparalelkan dengan (satu, hanya dan melulu). Dari ayat itu hendak

menyatakan bahwa Allah bangsa Israel adalah satu Tuhan, tidak ada Tuhan di

Yerusalem, di Betel, di Samaria dan di tempat lainnya, seperti di di Hebron atau

ba’al di safon. Dengan demikian, kembali ditekankan bahwa yang dimaksudkan

oleh kaum deutronomis bukanlah monoteis yahwis, tetapi Tuhan itu Esa: Tuhan

hanya satu, itulah “objek” religious yang satu-satunya, dan Aku adalah Aku

(Kel.3:14).61

2.2 Menjadi Pribadi yang Berharga

Orang-orang besar dalam sejarah Alkitab senantiasa tampil dengan

kepribadian yang luar biasa dan karya yang monumental, termasuk sosok Elia.

Tradisi iman bangsa Israel menempatkan Elia sebagai nabi yang agung setelah

Musa. Ada dua peristiwa yang bisa dikategorikan sebagai peristiwa penting yang

dialami oleh Elia, yaitu saat dia terangkat ke surga. Terangkatnya Elia ke surga

dengan disaksikan oleh Elisa (2Raj. 2:1-18) dan saat di turun dari surga disaksikan

oleh tiga orang murid Yesus. Waktu itu Yesus mengajak Petrus, Yohanes, dan

Yakubus ke atas gunung untuk berdoa, tiba-tiba Musa dan Elia muncul dan

berbicara kepada-Nya (Luk. 9:30-31).

Dalam pelayanannya, Elia melakukan tugas dengan baik. Hal ini

dikarenakan ia merupakan orang yang cakap, orang yang takut akan Tuhan dan

orang yang dapat dipercaya. Elia adalah orang yang dapat memilih manakah

kehendak Allah dan manakah yang bukan kehendak Allah. Demikian pula seorang

pengajar dalam hal ini gembala yang baik harus mampu mengenal apa yang baik

61
S. Tano Simamora, Bibel Warisan Iman, Sejarah dan Budaya I, (Jakarta: Obor, 1999),
Hlm. 227-229
65

yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna untuk pertumbuhan iman jemaat

Kristen yang digembalakannya (Roma 12:2). Sumiwi mengemukakan bahwa

kesanggupan untuk mengenal kehendak Allah harus dimulai dengan pembaharuan

pikiran.62

C. IMPLIKASI KAJIAN TEOLOGI KITAB RAJA-RAJA TENTANG

KETAATAN ELISA DAN BAGI PERTUMBUHAN IMAN JEMAAT

1. Pentingnya Pemuridan Bagi Pertumbuhan Gereja Pada Masa Kini

Gereja perlu lebih memperhatikan masalah yang terjadi di dalamnya. Salah


satu masalah tersebut adalah kurangnya layanan pemuridan di gereja. Ini karena
pemahaman gereja tentang Amanat Agung (Matius 28: 18-20) sangat sempit.
Dimana gereja hanya memahami Amanat Agung (Matius 28: 18-20) sebagai tugas
penginjilan atau kewajiban untuk menjangkau orang-orang yang tidak mengenal
Kristus saja. Sehingga gereja membutuhkan pemahaman yang benar tentang
Amanat Agung. Gereja yang akan menjalankan pemuridan harus berdasarkan
kebenaran Firman Tuhan, sehingga tujuan pemuridan menjadi semakin seperti
Kristus dapat tercapai.
1.1 Dasar Alkitabiah
Dalam Perjanjian Lama, pemuridan dilakukan oleh Musa untuk bangsa
Israel dalam Kel. 3:15-18; 4:10-16; 18:20-21. Pola pemuridan yang Musa lakukan
adalah melatih mereka sebelum mereka melakukan tugasnya. Kemudian nabi Elia
juga melakukan pemuridan dengan cara memilih Elisa untuk menolongnya dan
meneruskan pekerjaannya (1 Raj. 19:19- 21; 2 Raj. 2:9). Sedangkan dalam
Perjanjian Baru, pola pemuridan Tuhan Yesus terhadap kedua belas murid-murid-
Nya (Mat. 4:18-25). Sebelum Yesus mengutus murid-murid-Nya, Yesus terlebih
dahulu melengkapi mereka dengan kebenaran Firman Tuhan serta mengikut
sertakan para murid untuk terlibat dalam pelayanan-Nya.
Paulus memuridkan Timotius (1 Tim. 1:18-20). Paulus menggunakan pola
yang sama dengan yang dilakukan Yesus. Dimana Paulus memperlengkapi
Timotius dengan kebenaran Firman Tuhan dan pengetahuan yang praktis. Serta
Paulus mengikutsertakan Timotius dalam perjalanan pelayanannya agar Timotius
dapat belajar langsung melalui hidup Paulus, cara berkhotbah, dan cara
mengajarnya (Kis. 20:4).

62
Sumiwi, Endang, Pembaharuan Pikiran Pengikut Kristus Menurut Roma
12:2, (Karanganyar: Teologi Berita Hidup, 2018), Hlm. 82.
66

1.2 Bimbingan Kelompok Dalam Konteks Kenabian


Ada beberapa bagian Perjanjian Lama yang memberikan informasi bahwa

seorang nabi biasanya dikelilingi oleh sekelompok orang yang disebut sebagai

“anak-anak” nabi atau murid yang belajar tentang kehidupan dan pengajaran sang

nabi.82 Yesaya 8:16 menyebut mereka sebagai “murid-murid” dan 8:18 sebagai

“anak-anak”.83 2 Raja-raja 3:3; 5; 38 menyebut sebagai “sons of prophets”

(“rombongan nabi”). Para murid nabi ini harus mendengarkan dan mengingat

pengajaran sang nabi (Yesaya 50:4).8

Măcelaru juga mengungkapkan adanya seperti suatu bimbingan kelompok

dalam konteks kenabian khususnya pada zaman Samuel, Elia, dan Elisa. 63 1 Samuel

10:5-10, mengungkapkan adanya serombongan nabi, namun tidak memberikan

informasi yang berarti tentang seluk beluk rombongan ini dan juga hubungan

mereka dengan Samuel.87 1 Samuel 19:18- 24 mengisahkan adanya rombongan

nabi yang dikepalai oleh Samuel, namun tidak banyak informasi yang diberikan

tentang rombongan ini.88 2 Raja-raja 4:38-43 menceritakan tentang kehidupan

rombongan nabi ini pada zaman Elisa, yang mana nampaknya mereka hidup,

tinggal, dan makan bersama-sama.

2 Raja-raja 6 mengisahkan bahwa tempat tinggal mereka tidak cukup,

sehingga mereka perlu memperluas tempat tinggal mereka.90 Kisah ini juga

menunjukkan “kesederhanaan” atau “kemelaratan” mereka, oleh karena kapak yang

digunakan merupakan kapak pinjaman. “Kesederhanaan” atau “kemelaratan” juga

dapat ditemukan dalam 2 Raja-raja 4 yang mengisahkan tentang seorang dari istri-

63
Măcelaru, Discipleship in the Old Testament and Its Context: A Phenomenological
Approach, Oregon: Wipfandstock Pub, 2011), Hlm. 17.
67

istri para nabi ini mengeluhkan kepada Elisa tentang kondisinya yang terbelit oleh

utang.64 Walaupun demikian nampaknya rombongan nabi ini pada zaman Eisa

mempunyai pengaruh secara sosio-politis yang mana Elisa mengutus salah seorang

dari mereka untuk mengurapi raja Israel yang baru.65

Sedangkan Wilkins berpendapat bahwa interaksi antara nabi dan

rombongan para nabi ini tidak dapat disebut sebagai suatu pelatihan, tetapi lebih

menunjuk kepada hubungan pengakuan rombongan para nabi ini kepada sang nabi

“utama”.66

1.2 Pendidikan Oleh Imam dan Orang Lewi

Dalam kehidupan bangsa Israel para imam dan orang Lewi juga

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengajar umat (Ulangan 33:10;

Imamat 10:11).57 Para imam mempunyai tanggung jawab untuk mengajar umat

perihal haram atau tidak haram dan tahir atau tidak tahir. 67 Dalam tradisi

selanjutnya para imam “ini” bertanggung jawab untuk mengajarkan seluruh Taurat

kepada umat.59 Para imam “ini” mengajar umat untuk dapat hidup dalam

pertumbuhan iman yang benar dengan Allah.60

Dalam konteks internal imam dan orang Lewi, Wilkins mengungkapkan

bahwa orang tua melatih anak-anaknya untuk dapat menjalankan peran dan

tugasnya sebagai imam dan orang Lewi.68 Ini merupakan pendidikan dari satu

64
Ibid.
65
Howard, Kitab-kitab Sejarah Dalam Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2013),
Hlm. 236.
66
Wilkins, Discipleship in the Ancient World and Matthew’s Gospel, 2ed (Oregon:
Wipfandstock Pub, 2015), Hlm. 6
67
Duke, Priests, Priesthood, Dictionary of the Old Testament: Pentateuch,
(Downers Grove: InterVarsity Press, 2003), Hlm. 652.
68
Wilkins, Op. Cit.
68

generasi kepada generasi berikutnya dan bukanlah hubungan antara guru (master)

dan murid dalam konteks sekolah, tetapi lebih dalam konteks keluarga.

2. Apa

3. Apa

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seorang Elia hanya manusia biasa, sedangkan Elisa bin Safat adalah orang

kaya namun rendah hati melayani sebagai pelayan Elia untuk waktu yang lama,

tetapi dipilih Allah secara khusus untuk menolong umat-umat-Nya. Di kerajaan

utara khususnya saat kekuasaan Ahab dan Izebel, dan mengurapi Elisa, Elia

melayani disana. Sedangkan Elisa bin Safat, ia bekerja di Kerajaan Israel (Samaria)

pada zaman pemerintahan raja-raja Yoram, Yehu, Yoahas, dan Yoas, sekitar abad

ke-8 SM.69 Mereka adalah nabi yang paling berkuasa dan terhebat, tetapi tetap

rendah hati dan terus menjaga hubungannya dengan Allah. Kuasa itu ditunjukkan

dengan melakukan banyak mujizat. Dengan maksud inilah penulis mengharapkan

untuk setiap orang percaya dan taat supaya belajar dari kehidupan Elia dan Elisa.

Elia, Mereka yang notabene manusia biasa tetapi memiliki kuasa yang hebat yang

memiliki kerendahan hati, ketaatan, mempersiapkan dan mentransformasi gerenasi

selanjutnya yang takut akan Allah, dan menyuarakan pertobatan kepada setiap umat

Tuhan.

69
Henry, Matthew, Henry’s Commentary on the Whole Bible Vol.II Joshua to
Esther (Old Tappan, New Jersey: Fleming H. Revell Company, 2014), Hlm.712.
69

B. SARAN

Berdasarkan realitas yang ada, penulis menyampaikan beberapa saran

kepada pihak yang terkait supaya meningkatkan perkembangan iman jemaat

Kristen melalui pembahasan Elia dan Elisa.

1. Bagi gembala gereja, supaya lebih efisien membuat program-program ibadah,

dan lebih kreatif untuk lebih akrab dan mengenal dekat dengan jemaatnya,

misalnya pertemuan rutin setiap bulan, setiap 6 bulan sekali atau setiap 3 hari sekali

dalam seminggu.

2. Bagi Pendeta, supaya lebih singkat, padat dan jelas dalam hal penyampaian

firman Tuhan, serta mempunyai mukjizat seperti yang dilakukan nabi Elia dan

Elisa.

3. Bagi jemaat Kristen, harus memiliki jadwal rutin ibadah untuk berdoa,

bersekutu, dan berkumpul bersama keluarga, untuk memuji dan menyembah Tuhan

Yesus, dan jangan takut masalah, dan tetap waspada akan hoax dan nabi-nabi palsu

yang berkembang pesat di era modern.


70
71

Daftar Pustaka

Ramlan, Surbakti (2007). Memahami Ilmu Politik (PDF). Jakarta: Grasindo. hlm. 92.

Laurie J. Mullins, Dasar Kepemimpinan (Jakarta: Yayasan Cendikia Mulia Mandiri, 2022),
hlm.8.

Lukas Adi. S, Smart Book of Christianity: Old Testament, (Yogyakarta: ANDI, 2015), hlm.
482

Budhy Munawar Rachman, Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Jilid 1, (Ebook/Edisi Digital,


2007), hlm. 1542

Th. C. Vriezen, Agama Israel Kuna, hlm. 217-218

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008), hlm. 1572

Wikipedia, Kitab 1 Raja-Raja, https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_1_Raja-raja. (diakses


pada 11 Februari 2023, Pukul 17:42).

Op. Cit., hlm. 117

Fajar Laksana , Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2018), hlm. 85

Ramlan, Surbakti (2007). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. hlm. 92

Firmanzah (2008). Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di
Era Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 21. ISBN 978-979-461-680-2.

Duryat, M., Abdurohim, S., dan Permana, A. (2021). Mengasah Jiwa Kepemimpinan:
Peran Organisasi Kemahasiswaan. Indramayu: Penerbit Adab. hlm. 19. ISBN 978-623-
6233-61-0.

Haboddin, Muhtar (2017). Memahami Kekuassan Politik. Malang: UB Press. hlm. 56. ISBN
978-602-432-177-2.

Jhon M. Echols dan Hasan Sadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997), h.
351

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kepemimpinan,


Memberdayakan Guru, Tenaga Kependidikan dan Masyarakat dalam Manajemen
Madrasah, (Bandung: alfabeta, 2009), h. 214

KBBI

John W. Gardner, On Leadership, The Free Press, New York: 1990. Hlm 50
72

Agusti Handayani, “Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung”, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik
Dan Pembangunan, (2010): 85, http://sinta2.ristekdikti.go.id/journals/detail?id=2394.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

https://kkp.go.id/brsdm/bdasukamandi/artikel/19129-makna-sebuah-integritas

https://www.kompas.com/skola/read/2022/01/24/090000969/4-fungsi-komunikasi-
menurut-william-i-gorden?page=all

file:///C:/Users/FAS/Downloads/2127-4173-1-SM%20(2).pdf

https://accurate.id/marketing-manajemen/ciri-ciri-kepemimpinan-yang-baik/’

Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2009),
172.

Roseni, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Delegatif”, Roseni My Story, diakses pada 5 April
2023, http://rosenimystory.blogspot.com/2011/03/pengaruh-gaya-kepemimpinan-
delegatif.html

R. Duane Ireland, dkk, Manajemen Strategi: Daya Saing Dan Globalisasi, Jakarta: Salemba
Empat, 2002, h. 181.

Fauzan, 2019, Kepemimpinan Kharismatik Versus Kepemimpinan Visioner, Jurnal Ilmiah


Dinas Pendidikan Prov. Jatim Cabang Situbondo, Vol. 22 No. 1 (2019).

Charles R. Swindoll, Elia, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2013), 28

L. Thomas holdcroft, Kitab- kitab sejarah, (Malang :Gandum mas, 1992), 159

David M Howard Jr, Kitab- Kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama ( Malang: Gandum Mas,
2009), 233

Denis Green, pembimbing pada Pengenalan Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas,
2008), 99

Decky Pendowo, Jubah Kuasa Elia (Rahasia Kuasa Sang Nabi Api!), ( Surabaya: Elijah
Media, 2008), 1
73

Ronald Barclay Allen, Elijah the Broken Prophet, Journal of Evangelical Theological
Society, Vol.22, No.3 (1979): 195-196.

Jeffrey L Morrow, “ Arise and Eat”: from Heaven, The Journal of the Orthodox Center for
the Advancement of Biblical Studies, Vol3, No.1 (2010): 1-7. Diakses
http://www.ocabs.org/journal/index.php/jocabs/article/view/53/24

Sylvester Burnham, The Mission and Work of Elijah, 187; Neil Glover, Elijah versus the
Narrative of Elijah: The Contest between the Prophet and the Word: 449-462; 1-7

Neil Glover, Elijah versus the Narrative of Elijah: The Contest between the Prophet and
the Word, Journal for the Study of the Old Testament, Vol.30, No.4 (2006): 449-462. DOI:
10.1177/0309089206066319

Neil Glover, Elijah versus the Narrative of Elijah: The Contest between the Prophet and
the Word: 449-462; Lollo Zo Nantenaina, et al., The Prophet Elijah as an Agent of Change
for Community Development, Journal of Applied Christian Leadership, Vol.9, No.2 (2015):
10-20. Diakses https://digitalcommons.andrews.edu/jacl/vol9/iss2/2; Nicholas P. Lunn,
Prophetic Representations of the Divine Presence: The Theological Interpretation of the
Elijah-Elisha Cycles, Journal of Theological Interpretation, Vol.9, No.1 (2015): 49-63.
Diakses https://www.jstor.org/stable/26373873.

Markus Öhler, The Expectation of Elijah and the Presence of the Kingdom of God:461-
476

Sylvester Burnham, The Mission and Work of Elijah, 184-185; Neil Glover, Elijah versus
the Narrative of Elijah: The Contest between the Prophet and the Word: 449-462;
Nicholas P. Lunn, Prophetic Representations of the Divine Presence: The Theological
Interpretation of the Elijah-Elisha Cycles: 49-63

Neil Glover, Elijah versus the Narrative of Elijah: The Contest between the Prophet and
the Word: 449-462; ; Lollo Zo Nantenaina, et al., The Prophet Elijah as an Agent of Change
for Community Development: 10-20; Markus Öhler, The Expectation of Elijah and the
Presence of the Kingdom of God:461-476; Nicholas P. Lunn, Prophetic Representations of
the Divine Presence: The Theological Interpretation of the Elijah-Elisha Cycles: 49-63.

CURRICULUM VITAE
74

You might also like