You are on page 1of 149

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK


THALASEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEPINGGAN BARU DAN PUSKESMAS
GUNUNG SAMARINDA
TAHUN 2021

OLEH

PUTRI CAHAYATY
NIM. P07220118099

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK


THALASEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEPINGGAN BARU DAN PUSKESMAS
GUNUNG SAMARINDA
TAHUN 2021

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

OLEH
PUTRI CAHAYATY
NIM. P07220118099

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2021

ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
1. Nama Lengkap : Putri Cahayaty
2. Tempat Tanggal Lahir : Balikpapan 09 September 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Mulawarman RT.44 No.23
6. Email : putricahayti09@gmail.com

B. Identitas Orang Tua


1. Nama Ayah/Ibu : M.Idrus/Irawati
2. Pekerjaan : Nelayan/Ibu Rumah Tangga
3. Alamat : Jl. Mulawarman RT.44 No.23

C. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2005-2006 : TK Al-Mukhsinun
2. Tahun 2006-2012 : SD Negeri 13 Balikpapan Timur
3. Tahun 2012-2015 : SMP Negeri 8 Balikpapan Timur
4. Tahun 2015-2018 : SMA Negeri 7 Balikpapan Timur
5. Tahun 2018-2021 : Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Kalimantan Timur Prodi D-III
Keperawatan Kelas Balikpapan

D. Riwayat Organisasi

1. Tahun 2018-2019 : Sekretaris Himpunan Mahasiswa Keperawatan

2. Tahun 2019-2020 : Wakil II Presiden BEM

vi
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji sykur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas

limpahan nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam rangka memenuhi persyaratan

ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Jurusan

Keperawatan Kelas Balikpapan dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga

dengan Anak Thalasemia”.

Dalam penyusunan laporan KTI ini penulis banyak mengalami kesulitan

dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. DR. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kaltim.

2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Kaltim.

3. Ns. Andi Lis Arming Gandhini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim.

4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab

Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Kaltim.

5. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd, selaku Pembimbing I dalam penyelesaian

laporan KTI.

6. Ns. Rus Andraini, A.Kp., MPH, selaku Pembimbing II dalam penyelesaian

vii
laporan KTI.

7. Dan seluruh pihak yang terkait yang tidak mungkin disebut satu persatu dalam

menyelesaikan Program KTI ini.

Laporan KTI ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukkan, saran

serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan KTI ini. Akhirnya hanya

kepada Allah Subhanahu Wata’ala, kita kembalikan semua dan semoga dapat

memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak dan bernilai ibadah

dihadapan Tuhan.

Samarinda, 20 Juli 2021

Penulis

viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


ANAK THALASEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SEPINGGAN BARU DAN PUSKESMAS GUNUNG SAMARINDA

Pendahuluan : Data survey nasional memperkirakan bahwa sekitar 30% dari


semua anak Indonesia mempunyai bentuk kondisi yang kronik. Salah satu
penyakit kronis yang terjadi pada anak adalah penyakit thalasemia, dimana
penyakit ini merupakan penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh gangguan
produksi hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin berkurang. Anak dengan
thalasemia sangat bergantung pada orang tuanya karena kondisi fisik yang sangat
lemah, terutama pemantauan dalam menjalankan tranfusi darah secara rutin, dan
pemantauan asupan nutrisi yang cukup dibutuhkan agar tidak terjadi
keterlambatan tumbuh kembang anak. Studi kasus ini bertujuan untuk
mempelajari dan memahami secara mendalam mengenai asuhan keperawatan
keluarga dengan anak thalasemia di wilayah kerja puskesmas sepinggan baru dan
wilayah kerja puskesmas gunung samarinda.
Metode : Penulisan ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
Asuhan Keperawatan keluarga dengan 2 responden Keluarga dengan Anak
thalasemia yang berada diwilayah kerja Puskesmas sepinggan baru dan wilayah
kerja puskesmas gunung samarinda. Pengumpulan data menggunakan format
Asuhan Keperawatan Keluarga yang meliputi Pengkajian, Diagnosa, Intervensi,
Implementasi, Evaluasi Keperawatan.
Hasil dan Pembahasan : Berdasarkan analisa data di dapatkan masalah keluarga
1 : Defisit pengetahuan,resiko gangguan pertumbuhan,ketegangan pemberi asuhan
dan resiko gangguan integritas kulit/jaringan. Pada keluarga 2 didapatkan masalah
: Resiko gangguan pertumbuhan dan Kesiapan peningkatan pengetahuan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan pengetahuan keluarga terkait
thalasemia dan perubahan perilaku keluarga dalam merawat anak dengan
thalasemia.
Kesimpulan dan saran : Kesejahteraan kesehatan anak thalasemia sangat
bergantung terhadap cara keluarga dalam merawat anak dengan thalasemia.
Diharapkan untuk kedepannya tenaga kesehatan dapat berkesinambungan
melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan anak thalasemia.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Keluarga, Thalasemia

ix
DAFTAR ISI

Halaman
SURAT PERNYATAAN.................................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN .............................................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ........................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………… …xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xiiii
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... xiiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................2
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................2
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................7
D. Manfaat Penelitian....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................9
A. Konsep Teori Thalasemia .........................................................................................9
1. Definisi Thalasemia................................................................................................9
2. Klasifikasi ........................................................................................................... 10
3.Etiologi.................................................................................................................. 13
4. Anatomi Fisiologi................................................................................................. 14
5. Patofisiologi ......................................................................................................... 16
6. Manifestasi Klinis ............................................................................................... 18
7. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 20
8. Penatalaksanaan ................................................................................................... 20
9. Komplikasi .......................................................................................................... 22
10. Pathways ............................................................................................................ 29
B. Konsep Keperawatan Anak ......................................................................................... 30
1. Paradigma Keperawatan Anak ............................................................................ 30
2. Prinsip keperawatan anak .................................................................................... 30
3. Batasan Usia Anak .............................................................................................. 32
4. Tumbuh Kembang Anak ..................................................................................... 32
C. Konsep Keluarga ........................................................................................................ 33
1. Pengertian Keluarga dan Keperawatan Keluarga .................................................... 33
2. Tipe Atau Bentuk Keluarga ..................................................................................... 34

x
3. Fungsi Keluarga ...................................................................................................... 36
4. Tugas Keluarga ....................................................................................................... 37
5. Peran Perawat Keluarga .......................................................................................... 39
D. Asuhan Keperawatan Keluarga .................................................................................. 41
1. Pengkajian ................................................................................................................ 41
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga ......................................................... 45
3. Menentukan Prioritas Masalah ................................................................................ 47
4. Perencanaan ............................................................................................................ 49
5. Pelaksanaan ............................................................................................................. 53
6. Evaluasi .................................................................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 58
A. Pendekatan/Desain Penelitian .............................................................................. 58
B. Subyek Penelitian ................................................................................................. 58
C. Definisi Operasional ............................................................................................. 58
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 59
E. Prosedur Penelitian ............................................................................................... 59
F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 60
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 60
2. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................................. 60
G. Keabsahan Data .................................................................................................... 61
H. Analisa Data ......................................................................................................... 61
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 62
A. Hasil Penelitian ...................................................................................................... 62
1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................................. 62
2. Pengkajian ........................................................................................................ 62
3. Analisis Data Keluarga ......................................................................................... 70
4. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 73
5. Perencanaan Tindakan Keperawatan ................................................................ 80
6. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ................................................................ 87
7. Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 95
B. Pembahasan .......................................................................................................... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 128

xi
xii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Tingkat Kemandirian Keluarga……………………………….45

Tabel 2.2 Skoring Prioritas Masalah………………………………….....49

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan……………………………………….51

Tabel 4.1 Hasil pengkajian keluarga…………………………………….65

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan fisik anak thalasemia………………… …..72

Tabel 4.3 Analisa data 2 keluarga ………………………………………74

Tabel 4.4 Skoring Prioritas masalah keperawatan……………………….78

Tabel 4.5 Prioritas masalah keperawatan………………………………..84

Tabel 4.6 Intervensi keperawatan keluarga……………………………...85

Tabel 4.7 Implementasi dan evaluasi keluarga 1………………………..96

Tabel 4.8 Implementasi dan evaluasi keluarga 2……………………… 103

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema penurunan thalasemia…………………………….13

Gambar 2.2 Rantai Hemoglobin……………………………………….14

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway Thalasemia…………………………………………29

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Keluarga 1

Lampiran 3 Asuhan Keperawatan Keluarga 2

Lampiran 4 Laporan Pendahuluan Kunjungan Keluarga 1

Lampiran 5 Laporan Pendahuluan Kunjungan Keluarga 2

Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 7 Inform consent

xvi
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap anak yang lahir dimuka bumi ini, merupakan harapan besar dari

orangtua nya. Orang tua pasti mengharapkan anak yang ia lahirkan bisa

tumbuh dengan sehat dan melewati masa kanak-kanaknya dengan

bermain,belajar hal baru dan tumbuh menjadi dewasa. Setiap anak yang

dilahirkan memiliki fisik,fisiologi dan mental yang berbeda satu dengan yang

lainnya,dan juga tidak semua anak yang lahir memilki kesehatan yang optimal,

ada beberapa anak yang lahir dengan membawa genetik atau penyakit bawaan

dari orang tua nya. Beberapa diantaranya harus menderita penyakit kronik.

Penyakit kronik merupakan kondisi yang menyebabkan anak menjalani

hospitalisasi minimal selama satu bulan dalam satu tahun, dan umumnya

mendapatkan pengobatan rutin dalam jangka waktu yang lama. Prevalensi

penyakit kronik di beberapa negara maju cenderung meningkat. Data survey

nasional memperkirakan bahwa sekitar 30% dari semua anak Indonesia

mempunyai bentuk kondisi yang kronik. Salah satu penyakit kronis yang

terjadi pada anak adalah penyakit thalasemia, dimana penyakit ini merupakan

penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh gangguan produksi hemoglobin,

sehingga jumlah hemoglobin berkurang (Renylda, 2018).

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah merah yang diturunkan

dari kedua orangtua kepada anak dan keturunannya, penyakit ini disebabkan

karena berkurangnya atau tidak terbentuknya protein pembentuk hemoglobin


3

utama manusia, hal ini menyebabkan eritrosit mudah pecah dan menyebabkan

pasien menjadi pucat karena kekurangan darah (anemia) (Kemenkes RI, 2019).

Prevalensi Thalasemia pada anak meningkat setiap tahunnya diseluruh

dunia. Untied Nations International Children’s Emergency Foundation

(UNICEF) memperkirakan sekitar 29,7 juta pembawa thalasemia beta berada

di india, dan sekitar 10.000 bayi lahir dengan talasemia beta mayor. Menurut

World Health Organzation (WHO), kurang lebih 7% dari penduduk dunia

mempunyai gen thalasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai dengan

40% kasusnya adalah di Asia (Syobri et al., 2020). Angka kejadian pembawa

sifat thalasemia banyak terdapat di daerah-daerah seperti Mediterania, Timur

tengah, Asia Tenggara termasuk Indonesia, dan china selatan. Migrasi

penduduk dari daerah-daerah pembawa sifat tersebut ke daerah lainnya akan

menyebabkan peningkatan jumlah penyandang thalasemia dengan pesat

(Kemenkes RI, 2019).

Di Indonesia sendiri Kementrian Kesehatan menyatakan, Indonesia

merupakan Negara yang berada dalam sabuk Thalasemia dengan prevalensi

karier Thalasemia mencapai 3,8% dari seluruh populasi, Berdasarkan data dari

Yayasan Thalasemia Indonesia, terjadi Peningkatan kasus Thalasemia yang

terus menerus sejak tahun 2012 hingga tahun 2018, Kemudian berdasarkan

data ujian kompetensi keahlian (UKK) Hematologi Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI) Pada tahun 2016, Prevalensi Thalasemia mayor di Indonesia

mencapai jumlah 9.121 orang, dan juga Berdasarkan data Yayasan Thalasemia

Indonesia/Perhimpunan Orang Tua Penderita (YTI/POPTI) diketahui bahwa


4

penyandang Thalasemia di Indonesia mengalami peningkatan dari 4.896

penyandang di tahun 2012 menjadi 9.028 penyandang pada tahun 2018

(Kemenkes RI, 2019). Menurut Riskesdas (2013), 8 provinsi dengan prevalensi

lebih tinggi dari prevalensi nasional, antara lain Provinsi Aceh (13,4‰), DKI

Jakara (12,3‰), Sumatera Selatan (5,4‰), Gorontalo (3,1‰), Kepulauan Riau

(3,0‰), Nusa Tenggara Barat (2,6‰), Maluku (1,9‰), dan Papua Barat

(2,2‰) dalam (Hera Hijrian, 2018). Sedangkan prevelensi thalassemia di

Kalimantan timur adalah 0,2 % (Kemenkes RI, 2019). Hasil wawancara

dengan Perawat ruangan Hematologi Onkologi anak di Rumah Sakit

Kanudjoso Balikpapan terdapat 35 orang anak thalasemia yang terdaftar untuk

transfusi darah rutin tiap bulannya, Dan hasil wawancara dengan orang tua

anak thalasemia yang bergabung dalam grup POPTI Balikpapan (Persatuan

Orang tua Penyandang Thalasemia Indonesia) ada 60 anggota yang tergabung

didalam grup POPTI Balikpapan termasuk yang telah dewasa.

Anak dengan Thalasemia mayor memerlukan transfusi darah periodik

dan seumur hidup untuk mempertahankan tingkat hemoglobin lebih tinggi dari

9,5 g/l dan mempertahankan pertumbuhan normal, Riwayat transfusi darah

berulang dapat menyebabkan kelebihan besi dalam tubuh yang ditandai dengan

adanya peningkatan kadar serum ferritin. Feritin adalah protein pengikat besi,

penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh dapat mengakibatkan kerusakan

organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang dan pancreas

(Pambudi, 2020).
5

Thalasemia sampai saat ini belum ada obat yang dapat

menyembuhkannya. Salah satu pengobatan yang tepat untuk penderita

thalasemia satu-satunya adalah dengan melakukan transfusi darah dan suntikan

desferal secara rutin. Pada penderita thalasemia mayor akan tergantung pada

transfusi darah dan suntikan desferal seumur hidup. Namun, saat ini sudah ada

cara yang tepat untuk menyembuhkan penyakit thalasemia,salah satunya

dengan cara transplantasi sumsum tulang belakang dan teknologi sel punca

(stem cell), akan tetapi cara tersebut memiliki kendala, karena biaya yang

sngat mahal serta presentase keberhasilan cukup rendah (Pratiwi, 2017).

Anak dengan thalasemia sangat bergantung pada orang tuanya karena

kondisi fisik yang sangat lemah, terutama pemantauan dalam menjalankan

tranfusi darah secara rutin, dan pemantauan asupan nutrisi yang cukup

dibutuhkan agar tidak terjadi keterlambatan tumbuh kembang anak. Dampak

lain yang dirasakan bagi penderita maupun orang tua penderita pun bermacam

macam seperti pertumbuhan fisik yang dialami penderita akan mengalami

perlambatan dan tertinggal dari teman-teman sebayanya yang normal, selain itu

penderita thalasemia akan jarang sekali menyelesaikan pendidikannya sampai

tuntas dikarenakan terapi medis akan menyita banyak waktu, pada kondisi

seperti itu penderita dalam beriteraksi dengan teman sebaya nya maupun

lingkungan sekitar pun akan berkurang disebabkan karena harus menjalankan

perawatan medis. Oleh karena itu orang tua penderita thalasemia dituntut

memiliki dukungan social yang baik agar anak dapat mempertahankan hidup

dan menyesuaikan diri dengan lingkungan (Marnis et al, 2018).


6

Jurnal penelitian oleh Ija intan Darmawisa (2017) dengan judul tugas

keluarga dengan anak thalasemia menyatakan bahwa, Peran orangtua pada

sebagian besar anak dengan thalasemia sangat berpengaruh dalam menjalani

pengobatan yang berlangsung secara terus menerus dan tidak adanya kepastian

kesembuhan, terutama pada anak kecil yang memerlukan perlindungan dan

kasih sayang dari orang tua, sehingga anak memiliki keyakinan bahwa orang

tua tidak akan mengabaikannya. Keluarga dengan anak thalasemia harus

memahami setiap gejala klinis yang dialami oleh penderita thalasemia yang

merupakan ancaman terhadap fisik dan kehidupannya. Semakin serius gejala

klinis, semakin besar intensitas emosi yang timbul. Keluarga memerlukan

bimbingan tenaga kesehatan untuk membantu menjaga anak dan menjawab

pertanyaan anak secara memuaskan tentang penyakit yang dideritanya. Anak

memerlukan dukungan orang tua dalam menghadapi masa-masa kritis.

banyaknya masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya maka

keluarga yang merawat harus memiliki tanggung jawab untuk merawat dan

mengurus penderita sampai kondisi penderita membaik (darmawisa, 2017).

Anak dengan thalasemia perlu mendapatkan tindak lanjut pelayanan

keperawatan/kesehatan, dalam hal ini peran perawat keluarga sangat

dibutuhkan, beberapa peran perawat keluarga yaitu, sebagai pemberi infomasi

khusunya berkaitan dengan kesehatan, sebagai penyuluh agar keluarga yang di

bina nya mengetahui lebih mmendalam tentang kesehatan,sebagai pendidik

untuk membantu keluarga agar dapat berperilaku hidup sehat sehingga dapat

meemnuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, sebagai motivator agar


7

keluarga lebih terdorong dan lebih berkembang, dan juga penghubung keluarga

dengan saran pelayanan kesehatan (Henni, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai asuhan keperawatan keluarga dengan anak thalasemia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran Asuhan Keperawatan

keluarga dengan anak thalasemia?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran Asuhan

Keperawatan keluarga dengan Anak Thalasemia?”

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penulisan adalah:

a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan

Anak Thalasemia

b. Mampu dalam menegakkan diagnosa asuhan keperawatan keluarga

dengan Anak Thalasemia

c. Mampu menyusun pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan

Anak Thalasemia
8

d. Mampu melaksanakan tindakan asuhan keperawatan keluarga dengan

Anak Thalasemia

e. Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan

Anak Thalasemia

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian Karya Tulis Ilmiah adalah:

1. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan informasi bagi penulis tentang Asuhan

Keperawatan Keperawatan Keluarga dengan Anak Thalasemia. Selain itu,

Tugas Akhir ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di dalam perkuliahan.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dalam

mengembangkan ilmu keperawatan dan dapat mencegah terjadinya

penyakit Thalasemia, sehingga dapat mengurangi bertambahnya angka

kesakitan.

3. Bagi Klien Dan Keluarga

Klien mampu menerapkan intervensi yang di berikan oleh perawat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Thalasemia

1. Definisi Thalasemia

Thalasemia merupakan penyakit hemolitik herediter yang

disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin di dalam sel darah merah.

Penyakit ini ditandai dengan menurunnya atau tidak adanya sintesis salah

satu rantai α, β dan atau rantai globin lain yang membentuk struktur normal

molekul hemoglobin utama pada orang dewasa. Thalasemia merupakan

salah satu penyakit yang mengenai sistem hematologi dan seringkali

dibahas bersamaan dengan rumpun Hemoglobinopati (Rujito, 2019).

Thalassemia merupakan penyakit keturunan (kelainan genetik)

akibat kelainan sel darah merah dimana rantai globin-α atau β pembentuk

hemoglobin utama tidak terbentuk sebagian atau tidak ada sama sekali.

Hemoglobinopati : adanya hemoglobin abnormal yang muncul

selain ketiga buah Hb normal (HbF, HbA dan HbA2), yang mengakibatkan

sel darah merah mudah pecah sehingga membutuhkan transfusi darah rutin

(aulia, 2017).

Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan

(inherited) dan masuk kedalam kelompok hemoglobinopati,yakni kelainan

yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam

atau dekat gen globin (Huda et al,2016).

Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Thalasemia

9
10

adalah penyakit keturunan yang menyebabkan kelainan pada darah merah

yang diakibatkan oleh adanya kelainan pada struktur pembentuk

hemoglobin.

2. Klasifikasi

Menurut (Mariza, 2015) Secara garis besar, thalasemia dibagi

dalam dua kelompok besar, yaitu thalasemia alpha dan thalasemia beta

sesuai dengan kelainan berkurangnya produksi rantai polipeptida.

a. Thalasemia alpha

Thalasemia alpha biasanya disebabkan oleh delesi (penghapusan)

gen. secara normal terdapat empat buah gen globin alpha, oleh sebab

itu beratnya penyakit secara klinis dapat digolongkan menurut jumlah

gen yang tidak ada atau tidak aktif. Thalasemia alfa dibagi menjadi :

1) Silent Carrier State ( gangguan pada satu rantai globin alpha)

Kelainan yang disebabkam oleh kurangnya protein alpha. Tetapi

kekurangan hanya dalam tahap rendah. Akibatnya fungsi

hemoglobin dalam eritrosit tampak normal dan tidak terjadi gejala

klinis signifikan. Sillent Carrier baru terdeteksi ketika memiliki

keturunan yang mengalami kelainan hemoglobin.

2) Thalasemia alpha Trait (gangguan pada 2 rantai globin alpha)

Thalasemia alpha trait sering tidak bersamaan dengan anemia, tapi

volume eritrosit rata-rata (MCV), hemoglobin eritrosit rata-rata

(MCH), dan konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (MCHC)

semuanya rendah. Penderita thalasemia alpha trait dapat mengalami


11

anemia kronis yang ringan dengan seldarah merah yang tampak

pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari normal (mikrositer).

3) Hemoglobin H disease (gangguan pada 3 rantai globin alpha)

Delesi tiga gen alpha menyebabkan anemia mikrositik hipokrom

yang cukup berat, disertai dengan splenomegaly. Keadaan ini

dikenal sebagai penyakit hemoglobin H karena hemoglobin H dapat

dideteksi dalam eritrosis pasien melalui pemeriksaan elektroforesis.

4) Thalasemia alpha mayor (gangguan pada 4 rantai globin alpha)

Thalasemia tipe ini merupakan kondisi yang paling berbahaya pada

thalasemia tipe alpha. Pada kondisi ini tdak ada rantai globin yang

dibntuk sehingga tidak ada hemoglobin A atau hemoglobin F yang

diproduksi. Pada awal kehamilan biasanya janin yang menderita

thalasemia mayor mengalami anemia, pembesaran hati dan limpa.

Janin yang menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran

atau meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

b. Thalasemia Beta

Thaasemia beta merupakan kelainan yang disebakan oleh kurangnya

produksi protein beta, thalasemia beta terjadi jika terjadi mutasi pada satu

atau dua rantai globin yang ada.

1) Thalasemia minor (trait)

Kelainan yang diakibatkan kekurangan protein beta. Namun,

kekurangannya tidak terlalu signifikan sehingga fungsi tubuh dapat

normal. Gejala terparahnya hanya berupa anemia ringan. Penderita


12

thalasemia trait (minor) merupakan carrier pada thalasemia beta.

2) Thalasemia Intermedia

Pada kondisi ini kedua gen mengalami mutasi tetapi masih bisa

memproduksi sedikit rantai beta globin. Penderita biasanya mengalami

anemia yang derajatnya tergantung dari mutasi gen yang terjadi.

Rentang gejala thalasemia intermedia dengan thalasemia mayor

hamper sama. Menurut Rujito (2019) perbedaan thalasemia intermedia

dengan thalasemia mayor ada pada jenis gen mutan yang menurun,

thalasemia mayor menurun 2 gen mutan bertipe mutan berat,

sedangkan pada thalsemia intermedia 2 gen tersebut merupakan

kombinasi mutan berat dengan mutan ringan, atau mutan ringan

dengan mutan ringan.

3) Thalasemia Mayor (cooley’s anemia)

Kelainan serius yang diakibatkan karena tubuh sangat sedikit

memproduksi protein beta sehingga hemoglobin yang terbentuk akan

cacat atau abnormal. Penderita akan mengalami gejala anemia akut

sehingga selalu membutuhkan transfuse darah dan perawatan

kesehatan secara rutin dan terus menerus. Pada kondisi ini kedua gen

mengalami mutasi sehingga tidak dapat memproduksi rantai beta

globin.
13

Gambar 2.1
Skema penurunan penyakit thalasemia
Sumber : (Regar, 2013)

3.Etiologi

Thalasemia alfa disebabkan oleh delegasi gen (terhapus karena

kecelakaan genetic) yang mengatur produksi tetramer globin, sedangkan

pada thalasemia beta karena adanya mutasi gen tersebut. Individu normal

yang mempunyai 2 gen alfa terletak pada tiap bagian pendek kromosom

16 (aa/aa). Hilangnya 1 gen tidak memberikan gejala klinis yang jelas.

Hilangnya 2 gen hanya memberikan manifestasi ringan. Hilangnya 3 gen

memberikan anemia moderat.

Gen yang mengatur produksi rantai beta terletak di sis pendek

kromosom 11. Pada thalasemia beta, mutasi gen disertai berkurangnya

produksi mRna dan berkurangnya sintesis globin dengan struktur normal.

Dibedakan 2 golongan besar thalasemia beta :

a. Ada produksi sedikit rantai beta (tipe beta plus)

b. Tidak ada produksi rantai beta ( tipe beta nol) (Mariza, 2015).
14

4. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.2
Rantai hemoglobin Sumber : (Whitney, 2011)

a. Hemoglobin

Hemoglobin adalah komponen utama eritrosit yang berfungsi

menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan mengembalikan

karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Setiap eritrosit mengandung

640 juta molekul hemoglobin, 65% di antaranya disintesis di dalam

eritroblas dan sisanya di dalam retikulosit. Satu molekul hemoglobin

terdiri atas senyawa heme dan globin.

Heme merupakan suatu senyawa kompleks yang terdiri atas 4

struktur pirol dengan atom Fe di tengahnya. Sekitar 85% sintesis heme

terjadi pada sel-sel precursor eritroid di sumsum tulang dan sisanya di

sel hepar. Globin merupakan suatu tetramer yang tersusun dari dua

pasang rantai globin yang tidak sejenis, yaitu sepasang rantai globin

yang produksinya dikendalikan oleh gugus gen globin-α pada

kromosom 16 dan sepasang rantai globin yang produksinya

dikendalikan oleh gugus gen globin-β pada kromosom 11. Rantai-rantai

globin tersebut terdiri atas sederetan asam amino (polipeptida) yang

urutannya sudah teratur. Masing-masing polipeptida globin akan


15

terkonjugasi pada satu molekul hem yang berfungsi mengikat oksigen

sehingga satu molekul hemoglobin mengandung 4 molekul hem, Agar

molekul hemoglobin mempunyai struktur rantai polipeptida globin

normal dan dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan suatu urutan

asam amino yang sesuai dan benar. Perubahan satu asam amino saja

sering dapat mengubah struktur dan fungsi Hb tersebut.

b. Struktur Hemoglobin Normal

Hemoglobin manusia dewasa terutama terdiri atas

hemoglobin A (HbA1), serta sedikit hemoglobin F (HbF) dan

hemoglobin A2 (HbA2). Globin hemoglobin dewasa (HbA1) adalah

kombinasi antara 2 rantai globin-α dengan 2 rantai globin-β,

membentuk tetramer α2β2. Rantai globin-α tersusun dari 141 asam

amino, sedangkan rantai globin-β tersusun dari 146 asam amino.

Hemoglobin F (HbF) adalah hemoglobin yang mempunyai 2 pasang

rantai polipeptida, yaitu 2 rantai globin-α dan 2 rantai globin-ƴ

membentuk tetramer α2β2, sedangkan hemoglobin A2

(HbA2) mempunyai 2 rantai globin-α dan 2 rantai globin-δ

membentuk tetramer α2δ2(aulia, 2017).

c. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin didalam darah membawa oksigen dari paru-paru

keseluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari

seluruh sel. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen yaitu

menerima, menyimpan, dan melepas oksigen didalam sel otot.


16

Sebanyak lebih dari 80% besi tubuh berada dalam hemoglobin.

Menurut Depkes RI fungsi hemoglobin antara lain:

1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam

jaringan tubuh.

2) Mengambil oksigen dari paru- paru kemudian dibawa keseluruh

tubuh.

3) Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme keparu- paru untuk dibuang.

5. Patofisiologi

Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada

organisme yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan

penyakit, dan akibat penyakit tersebut (Kamus Saku Dorland,2012). Pada

thalassemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi rantai

globin satu atau lebih rantai globin. Penurunan secara bermakna kecepatan

sintesis salah satu jenis rantai globin (rantai-α atau rantai-β) menyebabkan

sintesis rantai globin yang tidak seimbang. Bila pada keadaan normal

rantai globin yang disintesisseimbang antara rantai α dan rantai β, yakni

berupa α2β2 maka pada thalassemia β0, dimana tidak disentesis sama

sekali rantai β, maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai α yang

berlebihan (α4). Sedangkan pada thalassemia α0 ,dimana tidakdisintesis

sama sekali rantaiα maka rantai globin yang diproduksi berupa rantai β

yang berlebihan (β4).


17

a. Thalassemia β

Pada thalassemia β dimana tedapat penurunan rantai-β, terjadi produksi

berlebihan rantai α. Rantai α yang berlebihan, yang tidak dapat

berikatan dengan rantai globin lainnya, akan berpresipitasi pada

prekusor sel darah merah dalam sum-sum tulang dan dalam sel

progenitor dalam darah tepi. Hal ini akan menimbulkan eritropoiesis

yang tidak efektif, sehingga umur eritrosit menjadi lebih pendek.

Akibatnya akan menimbulkan suatu keadaan kekurangan darah merah

(Anemia). Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong

proliferasi eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang

inefektif, sehingga akan terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini

kemudian akan menyebabkan deformitas skeletal dan berbagai

gangguan pertumbuhan dan metabolisme.

b. Thalassemia α

Kelainan dasar thalassemia α sama dengan thalassemia β, yakni ketidak

seimbangan sintesis rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam

hal patofisiologi kedua jenis thalassemia ini. - Pertama, karena rantai- α

dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus maupun dewasa, maka pada

thalassemia α bermanifestasi pada masa fetus. - Kedua, sifat-sifat yang

ditimbulkan akibat produksi yang berlebihan berbeda dengan kasus

pada thalassemia β, pada thalassemia α menimbulkan tetramer yang

larut, yakni Hb Bart’s dan β4. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa secara garis besar Thalasemia terbagi menjadi thalasemia alpha


18

dan thalasemia beta. Pada thalasemia alpha terjadi penurunan produksi

rantai globin alpha dan terjadi produksi berlebihan rantai globin beta,

sedangkan pada thalasemia beta terjadi penurunan/mutasi dari rantai

globin beta dan produksi berlebihan dari rantai globin alpha

(Notoatmodjo, 2014).

6. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari thalassemia, yaitu (Huda & Kusuma 2016)

a. Thalassemia Minor/Thalasemia Trait:

Tampilan Klinis norma,splenomegaly dan hepatomegaly ditemukan

pada sedikit penderita, hyperplasia eritroid stipples ringan sampai

sedang pada sumsum tulang, bentuk hemozigot,anemia ringa, MCV

rendah. Pada penderita yang berpasangan harus diperiksa. Karena minor

pada kedua pasangan dapat menghasilkan keturnan dengan talasemia

mayor. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya :

1) Gizi buruk

2) Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba

3) Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati

(Hepatomegali), limpa yang besar ini mudah rupture karena trauma

ringan saja

b. Thalasemia Mayor

Gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1

tahun, yaitu :

1) Anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan, eiring dengan turunnya


19

kadar hemoglobin fetal

2) Anemia mikrositik berat, terdapat sel target dan sel darah merah

yang berintu pada darah perifer, tidak terdapat HbA. Kadar Hb

rendah mencapai 3 atau 4g%.

3) Lemah, Pucat

4) Pertumbuhan fisik dan perkembangannya terhambat

kurus,penebalan tulang tengkorak, splenomegaly, ulkus pada

kaki,dan gambaran patognomoni “hair on end”

5) berat badan kurang

6) Tidak dapat hidup tanpa tranfusi

c. Thalasemia Intermedia

1) Anemia mikrositik, bentuk heterzigot

2) Tingkat keparahannya berada diantara thalasemia minor dan

thalasemia Masih memproduksi sejumlah kecil HbA.

3) Anemia agak berat 7-9b/dl dan splenomegaly

4) tidak bergantung pada transfuse

Gejala khas adalah :

1) Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek,tanpa pangkal hidung,

jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.

2) Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya

menjadi kelabu karena penimbunan besi.


20

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk penyakit thalassemia, yaitu

a. Darah tepi:

1) Hb, gambaran morfologi eritrosit

2) Retikulosit meningkat

b. Sumsum tulang (Tidak menentukan diagnosis):

c. Pemeriksaan khusus:

1) Hb F meningkat: 20% - 90% Hb total

2) Elektroforesis Hb: Hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb

17

3) Pemeriksaan pedigree: Kedua orang tua pasien thalassemia mayor

merupakan trait (Carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari

Hb total).

d. Pemeriksaan lain:

1) Foto Ro tulang kepala: Gambaran hair on end, korteks menipis,

diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.

2) Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang: Perluasan sumsum

tulang sehingga trabekula tampak jelas.

8. Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

1) pemberian iron chelating agent (desferoxamine) diberikan setelah

kadar ferritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau salurasi

transferrin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfuse darah.


21

Desferoxamine,dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan

melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal

selama 5 hari berturut setiap selesai transfuse darah.

2) vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk

meningkatkan efek kelasi besi.

3) asam folat 2-5mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang

meningkat.

4) Vitamin E 200-400 TU setiap hari sebagai antioksidan dapat

memperpanjang umur sel darah merah.

b. Bedah

Dilakukan spenektomi dengan indikasi sebagai berikut :

1) limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita,

menimbulkan peningkatan tekanan intra abdominal dan bahaya

terjadinya rupture.

2) Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfuse

darah melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi

penderia thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia

mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukan adanya

akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti

pada anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak anak yang memiliki

HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya dianjurkan untuk

melakukan transplantasi
22

c. Suportif

Transfusi Darah : Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl. Dengan

keadaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang

adekuat,menurunkan tingkat akumulasi besi,dan dapat

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita.

Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red and cell) 3 ml/kg BB

setiap kenaikan Hb 1 g/dl

d. Pemantauan

1) Terapi

a) Pemeriksaan kadar fentin setiap 1-3 bulan, karena kecenderungan

kelebihan besi sebagai akibat absorbs besi meningkat dan transufusi

darah berulang

b) Efek samping kelasi besi yang dipantau : demam, sakit perut, sakit

kepala, gatal, sukar bernapas, bila hal ini terjadi,kelasi besi hentikan

9. Komplikasi

Komplikasi thalasemia (Kiswari, 2014)

a. Anemia kronis, anemia kronis menyebabkan keterlambatan

pertumbuhan, penundaan kematangan seksual,dilatasi jantung dan

gagal jantung kongestif,penurunan kapasitas kerja dan semua

komplikasi lain yang terkait dengan anemia kronis.

b. Ekspansi sumsum tulang, sumsung tulang menjadi sangat diperluas

yang ditandai dengan hyperplasia eritroid, Pelebaran ruang diploik

tengkorak, hipertrofi tulang tengkorak bagian frontal. Hipertrofi


23

maksila di pipi yang menetap dan maloklusi gigi, menyebabkan “facies

chipmunk” yang khas. Penipisan korteks tulang panjang menyebabka

tulang mudah patah. Hematopoiesis ekstramedular menyebabkan

pembesaran limpa dan hati, hematopoiesis ekstramedular dapat terjadi

pada jaringan lunak (tumor mieloid), dan vertebral yang dapat

menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang.

c. Overload besi, terjadi absorpsi kronis berlebihan terhadap besi pada

saluran gastrointestinal, terdorong oleh eritropoiesis kronis, dan ini

diperburuk oleh transfuse eritrosit. Deposit besi dalam hati

menyebabkan fibrosis portal dan dapat menyebabkan sirosis hati.

Pasien dengan sirosis hati memiliki risiko berkembang menjadi

karsinoma hepatoseluler.

d. Hemolysis kronis, menyebabkan splenomegaly,hepatomegaly,dan batu

empedu bilirubin. Hipersplenisme dapat berkembang, meningkatkan

kebutuhan untuk transfusi

10. POPTI

Organisasi masyarakat bernama POPTI ( Perhimpunan Orang Tua

Penderita Thalassemia Indonesia). Sejarah singkat POPTI, awal mulanya

beberapa orang tua pasien bertemu di rumah sakit saat mengantarkan

anak-anaknya untuk transfusi darah yaitu pada tahun 1983, dan dokter

ahlinya pada saat itu Prof. Dr. dr. Iskandar Wahidiyat, SpA(K) selalu

mengatakan kepada orang tua pasien, kenapa tidak didirikan Parent

Association seperti di luar negeri. Akhirnya atas prakarsa Prof. Dr. dr.
24

Iskandar Wahidiyat, SpA(K) dengan beberapa orang tua pasien

Thalassemia pada tanggal 27 Mei 1984 dibentuk suatu wadah yang

namanya Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasaemia Indonesia

(POPTI). Dengan maksud dan tujuannya adalah meringankan beban

orang tua pasien, media komunikasi sesama orang tua pasien

Thalasaemia, dan mengurangi meningkatnya pasien Thalassemia. Untuk

mencapai maksud dan tujuan diatas, maka akan dilakukan langah-

langkah usaha yang terpadu, yang antara lain mencakup:

a. Bersama-sama dengan Yayasan mengupayakan pengadaan darah,

peralatan medis dan obat-obatan yang diperlukan atas dasar

keterjangkauan secara tepat waktu dan berkesinambungan.

b. Mendirikan Pusat Kegiatan Thalassemia (Thalassemia Center)

dibeberapa daerah seperti di Jakarta. Memasuki usianya yang ke tiga,

Perhimpunan ini pada tanggal 27 Mei 1987 telah mendirikan

Yayasan Thalassemia Indonesia. Yang mana Yayasan ini didirikan

atas prakarsa para pengurus dan para pendiri dari Perhimpunan untuk

memudahkan pencarian dana bagi para pasien. Kegiatan yang

dilaksanakan :

c. Mengadakan pertemuan anggota dalam setahun 3 kali.

d. Melakukan kegiatan donor darah.

e. Audensi dengan para menteri.

f. Mencari dana dengan mengadakan Malam Dana bekerjasama dengan

mahasiswa.
25

Tidak mudah bagi orang tua anak penyandang thalasemia yang

masih awam dengan penyakit ini, mereka akan cenderung mengunci

anaknya di rumah. karena menyadari adanya kelainan fisik pada anak

dan khawatir keluarga mendapatkan cemoohan dan ejekan dari

masyarakat tempat mereka tinggal. Bagi anak sendiri, disaat menyadari

bahwa secara fisik ia berbeda dengan anak pada umumnya, ia akan

merasa rendah diri dan mulai menarik diri. Bahkan di beberapa kasus,

banyak anak penyandang thalassemia yang dikucilkan oleh teman-

temannya karena secara fisik ia berbeda dari mereka dan akibat lebih

jauh dari dikucilkan tersebut adalah anak berhenti bersekolah sebelum

waktunya. Hal ini akan menimbulkan stressor bagi keluarga yang

memiliki anak dengan thalasemia, keluarga memiliki fungsi sebagai

pemeliharaan kesehatan, memberikan perawatan kesehatan yang bersifat

preventif dan secara bersama sama merawat anggota keluarga yang sakit.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan akan

mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu, tingkat

pengetahuan keluarga terkait konsep sehat sakit akan mempengaruhi

perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Inilah yang mendukung adanya POPTI sebagai organisasi untuk

memotivasi keluarga pasien. Peranan ini juga didukung dengan adanya

AD-ART POPTI dimana disebutkan bahwa maksud dan tujuan

didirikannya organisasi POPTI ialah untuk meringankan beban orang tua

para orang tua penderita penyakit thalassemia, sebagai media komunikasi


26

diantara sesama orang tua penderita, dan mengurangi peningkatan

penderita penyakit thalassemia. Selain itu juga, POPTI dapat menjalin

hubungan yang serasi dengan para dokter dan rumah sakit pusat maupun

daerah(Dewanti et al., 2020)

11. Hubungan tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup anak

thalasemia

Anak yang menderita thalasemia memiliki kondisi fisik yang baik

pada saat dilahirkan, akan tetapi dengan semakin bertambahnya usia,

anak akan mengalami gejala anemia baik ringan maupun berat hal ini

disebabkan karena ketiadaan parsial atau total hemoglobin.Jika keadaan

ini tidak segera diatasi, akan mengakibatkan kematian dini pada anak.

Untuk mengatasi keadaan ini anak yang menderita thalasemia akan

membutuhkan tranfusi darah yang rutin dan teratur seumur hidupnya dan

membutuhkan perawatan medis yang berkelanjutan untuk

mempertahankan hidupnya.

Anak juga harus mengkonsumsi obat kelasi besi yang bertujuan

untuk mengurangi kelebihan zat besi akibat tranfusi darah yang

dilakukan secara rutin dalam jangka waktu yang lama. Hal ini berarti

anak harus datang ke rumah sakit dan kadang-kadang membutuhkan

waktu perawatan satu hari dirumah sakit. Perawatan yang dijalani anak

dengan thalasemia juga memberikan dampak dalam bentuk perubahan

fisik maupun psikologis. Dengan adanya perubahan-perubahan secara

fisik dan psikologis yang dialami anak thalasemia tentunya akan


27

membutuhkan penatalaksanaan dan perawatan secara signifikan.

Perawatan anak dengan thalasemia memerlukan perawatan tersendiri dan

perhatian lebih besar. Perawatan anak dengan thalasemia tidak hanya

menimbulkan masalah bagi anak, tapi juga bagi orangtua khususnya ibu.

Ibu seharusnya memiliki pengetahuan tentang, kenapa,

bagaimana, dan apa tindakan yang sesuai dengan kondisi anak, agar

orangtua lebih mudah dalam melakukan hal yang sesuai dengan kondisi

anak yang menderita thalassemia.Pengetahuan yang dimiliki orangtua

akan mempermudah segala keputusan dan tindakan yang akan diambil

apabila anak memerlukan perawatan dirumah atau dirumah sakit. Hal

tersebut akan meningkatkan optimisme terhadap kelangsungan hidup

pada anak thalasemia dan mengurangi tingkat stress pada orangtua yang

merawatnya. Orangtua, pada akhirnya lebih bisa berfikir positif terhadap

apa yang dihadapi dalam menjalani pengobatan anak. Pengobatan pada

anak dengan thalasemia tidak hanya berfokus pada perawatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan akan tetapi akan lebih berpengaruh

adalah perawatan yang diberikan oleh ibu.

Ibu merupakan orang terdekat yang akan lebih dulu dikenali oleh

anak. Ibu berperan dalam perawatan anak thalasemia dirumah. Selama

menjalani perawatan, umumnya anak selalu didampingi oleh orang tua,

dan yang paling sering adalah ibu. Ibu memiliki peran penting dalam

merawat dan menjaga anaknya. Anak dengan thalasemia akan hidup

dengan ketergantungan pada keluarga, akibat dari keterbatasan dan


28

ketidakmampuan sebagai respon dari rasa sakit dan trauma. Banyak hal

yang mempengaruhi kondisi kesehatan anak, terkadang anak akan

merasa bersalah kepada keluarga, namun disatu sisi anak akan menuntut

perhatian lebih karena merasa tidak berdaya.

Oleh karena itu, peran serta seluruh anggota keluarga sangat

diperlukan dalam perawatan anak. Ibu dengan anak thalasemia juga

harus lebih waspada dalam merawat anak di rumah, ibu dapat

mengurangi dampak dari gejala yang dialami anak dan efek samping

pengobatan, membeli, menyediakan dan menyiapkan obat, dan

menurunkan risiko infeksi anak. Selain itu ibu disibukkan dalam

mengkoordinasi dan menjadwalkan pengobatan, pengisian riwayat

kesehatan, belajar tentang proses pengobatan, sumber dan sistem

perawatan kesehatan dan mencari informasi.


29

10. Pathways

Pernikahan penderita Penurunan penyakit Gangguan sintesis rantai globulin α


thalsemia carrier secara autosomal resesif dan β

Pembentukkan rantai α dan β di Rantai α kurang terbentuk dari pada


retikulo tidak seimbang Thalassemia β
Rantai β kurang dibentuk pada rantai β
dibanding α
Rantai β tidak dibentuk sama Gangguan
pembentukkan rantai Thalassemia α
sekali
Rantai g dibentuk tetapi tidak α dan β
menutupi kekurangan rantai β Pembentukkan rantai Tidak terbentuk HbA
α dan β
Penimbunan dan
pengendapan rantai α Membentuk inklosion bodies
dan β

O2 dan nutrisi tidak di


Aliran darah ke organ Menempel pada dinding eritrosit
transport secara adekuat
vital dan jaringan

Perfusi Perifer Tidak Efektif Peningkatan O2 oleh Hemolysis


RBC menurun Eritropoesis darah yang tidak
efektif dan penghancuran
Kompensasi tubuh membentuk precursor eritrosit dan
Anemia
eritrosit oleh sumsumtulang intramedulla
Sintesi
Hipoksia s Hb ertirosit
Hiperlplasi sumsum tulang hipokrom dan mikrositer
- Hemolysis eritrosit yang
immature
Ekspansi massif sumsum Tubuh merespon dengan
tulang wajah dan cranium Suplai O2/Na ke jaringan
pembentukkan

Deformitas tulang
Masuk ke sirkulasi Metabolism sel
Perubahan bentuk wajah
Penonjola tulang tengkorak Merangsang eritropoesis
Pertumbuhan pada tulang
Pertumbuhan sel dan otak terhambat
maxilla
Pembentukkan RBC
Terjadi face coley
baru yang immature dan
Gangguan Tumbuh Kembang
Perasaan berbeda dengan
orang lain (D.0106)
Hb perlu transfusi
Gambaran diri negative
Perubahan pembentukkan ATP
Terjadi peningkatan Fe Plenoktomi
Gangguan Citra Tubuh
(D.0083) Energy yang dihasilkan
Hemosiderosis
Hemokromatesis Resiko Gnagguan Integritas
Terjadi hemapoesis di Pigmentasi (D.0083)
Kulit/Jaringan kulit Kelemahan fisik
extramedulla (Coklat kehitaman)
Pola Nafas Tidak Efektif
Paru-paru
Fibrosis
Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Pancreas
DM

Frekuensi nafas
Liver Lim
30

B. Konsep Keperawatan Anak

1. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir

dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri

dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak,

keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan (Arnis, 2016).

2. Prinsip keperawatan anak

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu berbeda

dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaanperbedaan yang

diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan

dan perkembangan karena perawatan yang 50 tidak optimal akan

berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri.

Prinsip keperawatan anak yaitu sebagai berikut (Yuliasti, 2016).

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja

melainkan sebagai individu yang unik yang mempunyai pola

pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan

sesuai tahap perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak

memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai

tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti nutrisi dan cairan,

aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhanpsikologis,

sosial dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.


31

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak

adalah penerus generasi bangsa.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Dalam

mensejahterakan anak maka keperawatan selalu 51 mengutamakan

kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga

sehingga selalu melibatkan keluarga.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang

sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan

maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat. Upaya kematangan anak adalah dengan selalu

memperhatikan lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal

dimana kematangan anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus

pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek

kehidupan anak.
32

3. Batasan Usia Anak

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak

adalah sejak anak di dalam kandungan 52 sampai usia 19 tahun.

Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan

diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud

Anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali

berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia

dewasa dicapai lebih awal (Soediono, 2014).

4. Tumbuh Kembang Anak

a. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,

atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur

dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,

meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh.

b. Pengertian Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill

(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
33

pematangan.

Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa

perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel

hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan

kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun

abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca, dan lain-

lain(Azizah & Richval, 2018).

Anak dengan thalasemia memperlukan perhatian dalam tumbuh

kembangnya. Pada jurnal penelitian(purba et al, 2019) dengan judul

penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak

penderita thalasemia, menyatakan bahwa, Gangguan pertumbuhan pada

pasien thalasemia dipengaruhi oleh banyak factor, antara lain factor

hormonal akibat hemokromatosis pada kelenjar endokrin dan hipoksia

jaringan akibat anemia. Anemia dan kekurangan gizi kronis akan

menyebabkan seorang anak thalasemia memiliki perawakan pendek.

Kegagalan pertumbuhan multifactorial pada penyakit thalasemia

berhubungan dengan penyakit anemia kronis,keracunan kelasi dan

endokrinopati.

C. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga dan Keperawatan Keluarga

Keluarga adalah institusi terkecil dari suatu masyarakat yang memiliki

struktur sosial dan sistem tersendiri dan yang merupakan sekumpulan orang yang

tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan


34

kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain

sebagainya (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2013 dalam Aziz &

Iman, 2017).

Keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistik yang menempatkan

keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota

keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. Pengertian lain dari keperawatan keluarga adalah

proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup

praktik keperawatan (Depkes RI, 2010) dalam (Widagdo, 2016a).

2. Tipe Atau Bentuk Keluarga

Menurut (Mubarak, 2012) dalam (Febrianti, 2019) tipe-tipe keluarga antara lain:

a. Tradisional nuclear adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan

anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi

legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja

diluar rumah.

b. Extended family Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman bibi dan

sebagainya.

c. Reconstitude family Pembentukan baru dari keluarga inti melalui

perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu

rumah dengan anak anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama

maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja

diluar rumah.
35

d. Middle age/aging couple Suami sebagai pencari uang,istri dirumah

atau kedua-duanya bekerja diluar rumah, dan anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.

e. Dyadic nuclear Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai

anak keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.

f. Single parent Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan

anakanaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.

g. Dual carrier Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.

h. Commuter married Suami/istri atau keduanya orang karirdan tinggal

terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-

waktu tertentu.

i. Single adult Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk menikah.

j. Three generation / Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.

k. Institusional Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

l. Communal Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang

mengayomi dengan anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.

m. Group Marriage Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya

didalam satu keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

n. Unmarried Parent and Child Ibu dan anak dimana perkawinan tidak

dikehendaki, anaknya diadopsi.


36

o. Cohibing Couple Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

pernikahan.

3. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam (Padila, 2012) fungsi keluarga ada lima

antara lain berikut ini.

a. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang

pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui

pemenuhan fungsi ini, maka keluarga akan dapat mencapai tujuan

psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan dalam diri

anggota keluarga, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan

menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.

b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial Sosialisasi dimulai saat lahir

dan hanya diakhiri dengan kematian. Sosialisasi merupakan suatu

proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu secara

kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi

yang terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan

proses perkembangan atau perubahan yang dialami oleh seorang

individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan pembelajaran peran-

peran sosial.

c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan

dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan


37

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan

perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat

(yang memengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara

individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi

perawatan kesehatan.

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.

2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi

keluarga.

3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami

gangguan kesehatan.

4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan

suasana rumah yang sehat.

5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

4. Tugas Keluarga

Menurut Harmoko (2012) di dalam sebuah keluarga ada beberapa

tugas dasar yang didalamnya terdapat 8 tugas pokok, yaitu:

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam

keluarga.

c. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya.


38

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban

dan kehangatan para anggota keluarga.

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan

Memelihara ketertiban anggota keluarga.

f. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

Selain keluarga harus mampu melaksanakan fungsi dengan baik,

keluarga juga harus mampu melaksanakan tugas kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah sebagai berikut:

1) Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota

keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota

keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga

atau orang tua.

2) Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat Tugas ini

merupakan upaya utama keluarga untuk mencari pertolongan yang

tepat sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang

dilakukan keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang

sedang terjadi dapat dikurangi atau diatasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka

keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di lingkungan

tempat tinggalnya.
39

3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan tindakan untuk pertolongan pertama.

4) Mempertahankan Suasanan Rumah yang Sehat Rumah merupakan

tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota

keluarga. Oleh karena itu kondisi rumah haruslah dapat menjadikan

lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi keluarga.

5) Menggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di Masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota, keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya.

5. Peran Perawat Keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan

keluarga yang sehat. Menurut (Widyanto, 2014) peran dan fungsi perawat

dalam keluarga yaitu :

a. Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal

kepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.


40

b. Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada anggota

keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap

pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan

merawat bagi keluarga.

c. Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu

keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

d. Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit

yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan

dan pengawasan penyakit.

e. Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian

melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.

f. Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan

anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain

untuk mendapatkan akses pelayanan Kesehatan

g. Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi

masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

h. Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan

memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber

yang diperlukan.

i. Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan

agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan secara

mandiri.
41

D. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Menurut Depkes RI dalam buku PPSDM Keperawatan Keluarga dan

Komunitas Komprehensif (2017). Pengkajian keperawatan merupakan

proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan

informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan

masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan

klien.

Secara garis besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status

keluarga adalah :

a. Data umum

b. Data pengkajian individu yang sakit

c. Data penunjang keluarga

d. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan

anggota keluarga

e. Hasil pembinaan berdasarkan tingkat kemandirian keluarga

1) Data Umum

a) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

kepala keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas

nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir, atau umur,

hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-

masing anggota keluarga,dan genogram (genogram keluarga

dalam tiga generasi).


42

b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala

atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

c) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal

suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa terkait dengan kesehatan.

d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan,

baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta

barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga

tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersamasama untuk

mengunjungi tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi, selain

itu perlu dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang

keluarga.

g) Analisis masalah kesehatan Indvidu

2) Data Pengkajian Individu yang Sakit

a) Nama individu yang sakit

b) Sumber dana kesehatan

c) Diagnosa medik
43

d) Rujukan dokter/RS

e) Pemeriksaan fisik (keadaan umum, sistem tubuh)

f) Status mental

g) Kebutuhan istirahat dan tidur

h) Perawatan diri sehari-hari

i) Kebersihan diri

j) Komunikasi dan Budaya

3) Data Penunjang Keluarga

a) Kondisi Rumah dan Sanitasi Lingkungan

Kondisi rumah, ventilasi, pencahayaan rumah, saluran buang

limbah, sumber air bersih, jamban memenuhi syarat, tempat

sampah, rasio luas bangunan dengan jumlah anggota keluarga

b) PHBS di Rumah Tangga

c) Pertolongan persalinan, ASI ekslusif, menimbang balita, air

bersih, cuci tangan, pembuangan sampah, lingkungan rumah,

konsumsi lauk pauk, buah dan sayur, pemberantasan jentik,

jamban sehat, aktifitas fisik, perilaku merokok

4) Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan

anggota keluarga

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, identifikasi tingkat

keseriusan masalah pada keluarga, persepsi keluarga terhadap

masalah.
44

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

1) Sejauh mana keluarga mengerti sifat dan luasnya masalah.

2) Masalah dirasakan keluarga?

3) Keluarga menyerah terhadap masalah yang dialami ?

4) Takut akan akibat ?

5) Sikap negatif terhadap masalah kesehatan ?

6) Fasilitas kesehatan terjangkau ?

7) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan?

8) Informasi yang salah ?

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit

1) Bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakit ?

2) Cara perawatan yang sudah dilakukan keluarga

3) Cara pencegahan

4) Sikap keluarga terhadap anggota yang sakit.

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

lingkungan fisik, lingkungan psikologis

e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

1) Pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi oleh keluarga

2) Frekuensi kunjungan

3) Kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan.

4) Pengalaman kurang baik


45

5) Tingkat Kemandirian Keluarga

Tabel 2.1
Tingkat Kemandirian Keluarga

2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar

untuk menetapkan tindakantindakan dimana perawat bertanggung jawab

untuk melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari

hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping

keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana

perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan

tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan


46

kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak, 2012)

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga

berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis

keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan

sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

a. Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul pada

penderita thalasemia.

b. Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan pada

asuhan keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan

keluarga yang meliputi:

1) Mengenal masalah kesehatan.

2) Mengambil keputusan yang tepat.

3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Memodifikasi lingkungan.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil

pengkajian. Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada

keluarga dengan masalah anak thalasemia SDKI tahun 2017 yaitu :

1) (D.00032) Tidak Efektifnya Pola Nafas Berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

sakit

2) (D.00094) Risiko Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


47

3) (D.0139) Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

4) (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit

5) (D.0083) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

6) (D.0106) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

3. Menentukan Prioritas Masalah

Menurut Mubarak (2012) tipologi dari diagnosis keperawatan yaitu:

a. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil

pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan

kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga

memerlukan bantuan untuk segera ditangani dengan cepat.

b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang

menunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat

menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan

pemecahan dari tim kesehatan atau keperawatan.

c. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan

jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat

ditingkatkan. Setelah data dianalisis, kemungkinan perawat

menemukan lebih dari satu masalah. Mengingat keterbatasan kondisi

dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga maupun perawat, maka
48

masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus. Oleh karena

itu, perawat bersama keluarga dapat menyusun dan menentukan

prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan skala

perhitungan yang dapat dilihat pada

Tabel 2.2
Skoring Prioritas Masalah
Kriteria Bobot Pembenaran
Sifat Masalah 1 Mengacu pada masalah
Aktual (3) yang sedang terjadi, baru
ResikoTinggi (2) menunjukkan tanda dan
Potensial (1) gejala atau dalam kondisi
sehat

Kemungkinan masalah 2 Mengacu pada :


untuk di ubah Pengetahuan
a) Mudah (2) keluarga,sumberdaya
b) Sebagian (1) keluarga,sumber daya
c) Tidak dapat (0) perawat, sumber daya
lingkungan

Potensial masalah untuk 1 Mengacu pada: berat


di cegah ringannya masalah,
a) Tinggi (3) jangka waktu terjadinya
b) Cukup (2) masalah, tindakan yang
c) Rendah (1) akan dilakukan, kelompok
resiko tinggi yang bisa
dicegah

Menonjolnya masalah 1 Mengacu pada: Persepsi


a) Segera diatasi (2) keluarga terhadap
b) Tidak segera masalah
diatasi (1)
c) Tidak dirasakan
ada masalah (0)

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut

ini:

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan


49

bobot. Skor x bobot Angka tertinggi

3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama

dengan seluruh bobot.

4. Perencanaan

Dalam keperawatan keluarga diuraikan rencana tindakan keperawatan

berdasarkan tugas kesehatan keluarga (Widagdo, 2016b)

a. Rencana tindakan untuk membantu keluarga dalam rangka

menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah

keperawatan keluarga adalah dengan memperluas dasar pengetahuan

keluarga, membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari

situasi yang ada, menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan

sasaran yang telah ditentukan, dan mengembangkan sikap positif

dalam menghadapi masalah.

b. Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat menentukan

keputusan yang tepat, sehingga dapat menyelesaikan masalahnya, yaitu

berdiskusi dengan keluarga tentang, konsekuensi yang akan timbul jika

tidak melakukan tindakan, alternatif tindakan yang mungkin dapat

diambil, serta sumber-sumber yang diperlukan dan manfaat dari

masing-masing alternatif tindakan.

c. Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri

dalam memberikan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

Perawat dapat melakukan tindakan antara lain dengan

mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan, memanfaatkan fasilitas


50

atau sarana yang ada di rumah dan menghindari hal-hal yang

merintangi keberhasilan keluarga dalam merujuk klien atau mencari

pertolongan pada petugas kesehatan.

d. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan

lingkungan yang menunjang kesehatan, antara lain dengan membantu

keluarga mencari cara untuk menghindari adanya ancaman dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga, membantu keluarga

memperbaiki fasilitas fisik yang ada, menghindari ancaman psikologis

dengan memperbaiki pola komunikasi, memperjelas peran masing-

masing anggota keluarga, dan mengembangkan kesanggupan keluarga

untuk memenuhi kebutuhan psikososial.

e. Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus mempunyai

pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber daya yang ada di

masyarakat dan cara memanfaatkannya.

Intervensi keperawatan merupakan gambaran atau tindakan yang


akan dilakukan untuk memecahkan masalah keperawatan yang dihadapi
pasien. Adapun rencana keperawatan yang sesuai dengan penyakit
Thalasemia menurut (PPNI, 2018)
Tabel 2.3
Perencanaan Tindakan Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Jalan
dengan ketidakmampuan keluarga tindakan keperawatan Nafas (I.01011)
dalam merawat anggota keluarga yang selama ….x …jam, Observasi
sakit diharapkan pola 1.1 Monitor pola
napas klien membaik. napas
1.2 Monitor bunyi
Kriteria hasil nafas tambahan
1. frekuensi nafas 1.3 Monitor sputum
51

membaik Teraupetik
1.4 Perthankan
kepatenana jalan
nafas dengan head-tilt
dan chin lift
1.5 posisikan semi
flower
1.6 berikan minum
hangat
1.7 Lakukan
fisioterapi dada
1.8 lakukan
penghisapan lender
kurang dari 15 detik
1. 9 oksigen,jika
perlu
Edukasi
1.10 anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari
1.11 Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaboratif
1.12 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator
2 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah dilakukan Dukungan
dengan Ketidakmampuan keluarga tindakan keperawatan Kepatuhan
merawat anggota keluarga yang sakit selama ….x …jam Program
keluarga memahami Pengobatan
tentang perawatan (I.12361)
anggota keluarga Observasi
dengan anak 2.1 Identifikasi
thalasemia kepatuhan menjalani
program pengobatan
Kriteria Hasil : Teraupetik
Keluarga dapat 2.2 Buat komitmen
partisipasi dalam menjalani program
perawatan kepada pengobatan dengan
klien baik
2.2 Buat jadwal
pendampingan
keluarga untuk
bergantia menemani
pasien selama
menjalani program
pengobatan,jika perlu
2.3 Dokumentasikan
aktifitas selama
menjalani proses
pengobatan
2.4 Diskusikan hal-
hal yang dapat
mendukung atau
menghambat
berjalannya program
52

pengobatan
2.5 libatkan keluarga
untuk mendukung
program pengobatan
yang dijalani
Edukasi
2.6 informasikan
program pengobatan
yang harus dijalani
2.7 informasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
2.8 anjurkan keluarga
untuk mendampingi
dan merawat pasien
selama menjalani
program pengobatan
2.9 anjurkan pasen
dan keluarga
melakukan konsultasi
ke pelayanan
kesehatan
terdekat.jika perlu
3 Resiko gangguan integritas kulit/ Setelah dilakukan Edukasi Perawatan
berhubungan dengan ketidakmampuan tindakan keperawatan Kulit (I.12426)
keluarga mengenal masalah kesehatan selama ….x …jam Observasi
keluarga memahami 3.1 Identifikasi
tentang masalah kesiapan dan
kesehatan yang kemampuan
dialami klien menerima informasi
Teraupetik
Kriteria hasil : 3.2 sediakan materi
Keluarga dapat dan media pendidikan
melakukan perawatan kesehatan
kulit terhadap klien 3.3 jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3.4 beri kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
3.5 anjurkan minum
cukup cairan
3.6 anjurkan
menggunakan
pelembab
3.7 anjurkan melapor
jika ada lesi kulit
yang tidak biasa
4 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
ketidakmampuan keluarga dalam tindakan keperawatan (I.14539)
merawat anggota keluarga yang sakit selama ….x …jam Observasi
diharapkan keluarga 4.1 monitor tanda dan
mampu merawat gejala infeksi local
53

anggota keluarga dan sistemik


yang sakit dan Teraupetik
mampu menurunkan 4.2 cuci tangan
tingkat risiko infeksi sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
dan lingkungan
Kriteria hasil : pasien
1. kebersihan tangan 4.3 pertahankan
meningkat teknik aseptic pada
2. kebersihan badan pasien berisiko tinggi
meningkat 4.4 ajarkan cara
3. nafsu makan mancuci tangan
meningkat dengan benar
4.5 anjurkan
meningkatkan nutrisi
4.6 anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
5 Gangguan tumbuh kembang Perawatan
berhubungan dengan ketidakmampuan Perkembangan
keluarga mengenal masalah kesehatan (I.10339)
Observasi
5.1 identifikasi
pencapaian tugas
perkembangan anak
Teraupetik
5.2 motivasi anak
berinteraksi dengan
anak lain
5.3 fasilitasi anak
melatih ketrampilan
pemenuhan
kebutuhan secara
mandiri
Edukasi
5.4 jelaskan orang tua
tentang milestone
perkembangan anak
dan perilaku anak
5.5 anjurkan orang
tua berinteraksi
dengan anaknya
Kolaborasi
5.6 Rujuk untuk
konseling
5. Pelaksanaan

Keperawatan Keluarga Implementasi atau pelaksanaan

keperawatan adalah proses dimana perawat mendapatkan kesempatan

untuk menerapkan rencana tindakan yag telah disusun dan membangkitkan

minat dan kemandirian keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah


54

perilaku hidup sehat. Namun sebelum melakukan implementasi, perawat

terlebih dahulu membuat kontrak agar keluarga lebih siap baik fisik

maupun psikologis dalam menerima asuhan keperawatan yang diberikan.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini yaitu :

a. Merangsang kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

kesehatan dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberi informasi,

mengkaji kebutuhan dan harapan tentang kesehatan serta memberi

motivasi atau dorongan sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara memberitahu konsekuensi jika tidak melakukan,

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan

membicarakan dengan keluarga tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, memanfaatkan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga dalam

melakukan tindakan.

d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan menjadi sehat,

dengan cara menggali sumber-sumber yang ada pada keluarga dan

memodifikasi lingkungan semaksimal mungkin

e. Memberi motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada, dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga, serta membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada (Widagdo, 2016b).


55

Namun, tidak semua pelaksanaan tindakan ini berjalan dengan

baik, ada faktor-faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat

minat keluarga dalam berkerja sama melakukan tindakan kesehatan ini,

yaitu :

a. Kurang jelasnya informasi yang didapat keluarga, sehingga membuat

keluarga keliru ,Kurang lengkapnya informasi yang didapat keluarga

sehingga keluarga melihat masalah sebagian

b. Keliru, keluarga tidak dapat mengkaitkan informasi yang di dapat

dengan kondisi yang dihadapi

c. Keluarga tidak mau menghadapi situasi

d. Anggota keluarga tidak mampu melawan tekanan dari keluarga atau

lingkungan sekitar.

e. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku

f. Gagalnya keluarga dalam mengaitkan tindakan dengan sasaran atau

tujuan upaya keperawatan

g. Keluarga kurang percaya dengan tindakan yang diajukan perawat

Selain itu, ada juga kesulitan yang dihadapi petugas dalam tahap

pelaksanaan ini, seperti:

1) Perawat kaku dan kurang flekesibel dan cenderung menggunakan 1

pola pendekatan

2) Kurangnya pemberian penghargaan dan perhatian terhadap faktor

faktor sosial budaya dari petugas

3) Perawat kurang mampu dalam mengambil tindakan/menggunakan


56

berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

(Mubarak, 2012)

6. Evaluasi

Evaluasi Menurut Mubarak (2012), evaluasi proses keperawatan ada

dua yaitu evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif.

a. Evaluasi Kuantitatif Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas,

jumlah pelayanan, atau kegiatan yang telah dikerjakan.

b. Evaluasi Kualitatif Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang

dapat difokuskan pada salah satu dari tiga dimensi yang saling terkait.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan

keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan

pada akhir asuhan keperawatan (Mubarak, 2012).

Evaluasi dilaksanakan dengan pendekatan SOAP (Subyektif,

Obyektif, Analisa, dan Planning)

S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada

tujuan yang terkait dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahapan evaluasi.


57

Proses evaluasi mengukur pencapaian tujuan klien menurut (Widagdo,

2016b),

a. Kognitif (pengetahuan) Untuk mengukur pemahaman klien dan

keluarga setelah diajarkan teknik-teknik perawatan tertentu. Metode

evaluasi yang dilakukan, misalnya dengan melakukan wawancara pada

klien dan keluarga. Contoh, setelah dilakukan pendidikan kesehatan

tentang pencegahan TB Paru, klien dan keluarga ditanya kembali

tentang bagaimana cara pencegahan TB Paru.

b. Afektif (status emosional) Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat

sulit diukur. Metode yang dapat dilakukan adalah observasi respon

verbal dan nonverbal dari klien dan keluarga, serta mendapatkan

masukan dari anggota keluarga lain.

c. Psikomotor (tindakan yang dilakukan) Mengukur kemampuan klien

dan keluarga dalam melakukan suatu tindakan atau terjadinya

perubahan perilaku pada klien dan keluarga. Contoh, setelah perawat

mengajarkan batuk efektif, klien diminta kembali untuk mempraktikkan

batuk efektif sesuai dengan yang telah dicontohkan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeskplorasi masalah asuhan keperawatan keluarga pada anak dengan

thalasemia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan keluarga yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendekatan

B. Subyek Penelitian

Untuk subjek yang digunakan penulisan, penulis menggunakan dua

orang responden dari dua keluarga yang memiliki anak penderita thalasemia.

Kriteria untuk sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Subyek dua orang klien anak dengan diagnose medis Thalasemia

2. Subyek klien anak yang berusia kurang dari 19 tahun

3. Telah mendapatkan izin dari orang tua/keluarga klien

C. Definisi Operasional

1. Thalassemia

Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor

genetik dan menyebabkan protein yang ada didalam sel darah merah

(Hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Pada kasus ini, untuk

menentukan thalassemia yaitu berdasarkan diagnose medis dan tercatat

didalam rekam medik pasien.

2. Asuhan keperawatan keluarga

58
59

Merupakan suatu proses kegiatan dalam praktik keperawatan yang

diberikan pada keluarga, untuk membantu menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yaitu: Pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus ini dilakukan dirumah keluarga masing-masing responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Samarinda Balikpapan Utara dan

Puskesmas Sepinggan Balikpapan selatan dalam waktu 2 minggu.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur studi kasus pada karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Karya tulis ilmiah disetujui oleh penguji

2. Meminta izin untuk pengumpulan data dengan metode studi kasus melalui

surat izin pelaksanaan studi kasus kepada pihak Puskesmas serta

keluarga

3. Membina hubungan saling percaya kepada responden, memberikan

informasi singkat tentang tujuan dan manfaat studi kasus kepada

responden atau penjelasan untuk mengikuti pelaksanaan tindakan

keperawatan. Agar berpartisipasi dalam studi kasus ini, lembar

persetujuan (informed consent) untuk di tanda tangani.

4. Meminta keluarga responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam

pelaksanaan karya tulis ilmiah tersebut.

5. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien anak dengan Thalasemia.


60

6. Merumuskan diagnosa pada klien anak dengan Thalasemia.

7. Menentukan intervensi keperawatan sesuai dengan maslah keperawatan.

8. Melakukan evaluasi segera setelah tindakan dilakukan dan rekapitulasi

serta kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan selama 5 hari

dengan melihat tujuan yang telah tercapai

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

1) Menanyakan identitas anggota keluarga responden.

2) Menanyakan riwayat penyakit dan tahap perkembangan keluarga

responden.

3) Menanyakan pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita

responden.

4) Menanyakan tentang stress dan koping keluarga responden.

5) Menanyakan harapan keluarga terhadap adanya asuhan

keperawatan keluarga.

b. Observasi

1) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

2) Pengukuran Tanda-tanda Vital.

3) Dokumentasi asuhan keperawatan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga yang di sepakati di lingkungan


61

prodi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Keabsahan data pada penelitian ini ditentukan oleh integritas peneliti,

yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

anak dengan Thalasemia, keabsahan data dilakukan dengan

memperpanjangwaktu pengamatan/tindakan, sumber informasi tambahan

menggunakan triangulasi dari tiga sumber utama yaitu klien anak dengan

Thalasemia, perawat dan orang tua/keluarga klien anak yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

H. Analisa Data

Pada studi kasus, analisis data diolah menggunakan aturan-aturan yang

disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam

analisis data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan. Cara menganalisis data:

1. Validasi data, teliti kembali data yang terkumpul

2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual

3. Membandingkan data-data hasil pengkajian, diagnosa, intervensi,

implementasi dan evaluasi keperawatan yang abnormal dengan konsep

teori antara 2 responden

4. Membuat kesimpulan tentang masalah keperawatan yang ditemukan.


62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 lokasi yang berbeda. Keluarga 1

dilakukan di wilayah kerja puskesmas sepinggan baru, jalan marsma

iswahyudi Rt 23 No.115, sepinggan, Kecamatan Balikpapan selatan

sedangkan keluarga 2 dilakukan di wilayah kerja puskesmas gunung

samarinda jalan indrakila No.100 Rt.24 Gn.Samarinda Kecamatan

Balikpapan utara.

2. Pengkajian
Tabel 4.1
Hasil Pengkajian keluarga dengan anak thalasemia di Wilayah kerja
puskesmas sepinggan Balikpapan Selatan dan Wilayah kerja
puskesmas gunung samarinda

Data Anamnesis Keluarga 1 An.N Keluarga 2 An.I


Data Keluarga Nama kepala keluarga Tn.F . Nama kepala keluarga Tn.B .
Alamat, Balikpapan Alamat Balikpapan utara
selatan,sepinggan Jln prona 3. gunung samarinda strat 3 No
Suku Banjar batak. Bahasa sehari 52 Rt 26. Suku jawa, bahasa
hari yang digunakan,bahasa sehari hari bahasa Indonesia.
Indonesia. pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan terdekat
terdekat dari rumah adalah dari rumah adalah puskesmas
puskesmas sepinggan baru gunung samarinda dengan
dengan jarak sekitar 900 meter, jarak 700 meter, alat
alat transportasi yang ada transportasi yang ada dirumah
dirumah adalah motor. adalah motor.
Data Keluarga Tn.F 41 tahun sebagai KK, Tn B 47 tahun sebagai KK,
pendidikan terakhir SMA bekerja pendidikan terakhir SMA
sebagai karyawan swasta, bekerja sebagai karyawan
penampilan umum sehat, tidak swasta, riwayat penyakit
ada riwayat alergi. adalah jantung dan telah
pasang ring 1 ditahun
Ny.S 40 tahun sebagai ibu 2017,saat ini Tn B sedang
pendidikan terakhir SMP bekerja bekerja diluar kota.
sebagai karyawan swasta , status
63

kesehatan pernah mengalami Ny.S 46 tahun sebagai ibu


preklamsia saat kehamilan anak pendidikan terakhir SMA
terakhir, dan dilakukan operasi tidak bekerja, tidak ada
section caesaria, saat ini Tekanan riwayat penyakit penampilan
darah 130/70 mmhg. Tidak ada umum sehat ,tidak riwayat
riwayat alergi. alergi
TB : 167 cm BB: 85 kg TD : 130/80 mmhg TB :
160cm BB 60kg
An.H perempuan sebagai anak
pertama, meninggal ditahun 2018 Tn.R 25 tahun sebagai anak
di usia 14 tahun dikarenakan pertama saat ini telah menikah
sakit. Keluarga tidak mengetahui dan telah memiliki rumah
pasti diagnosa medis An.H. An.H sendiri,orang tua mengatakan
saat itu sering mengeluh perutnya saat kecil tidak ada riwayat
sakit dan lemas, An.H sering penyakit dan status imunisasi
pingsan saat aktifitas di sekolah. lengkap
Kondisi terakhir saat An.H
meninggal dunia perut tampak An.A 18 tahun laki-laki
membesar. An.H sempat dibawa sebagai anak kedua,
kerumah sakit, dan langsung Pendidikan saat ini SMA,
masuk ruang PICU dua hari penampilan umum sehat, ia
kemudian An.H meninggal dunia mengatakan tidak riwayat
penyakit,tidak ada keluhan
An.K laki-laki 12 tahun sebagai kesehatan,penampilan umum
anak kedua, pendidikan saat ini sehat.
SD status imunisasi lengkap, TD:120/70 mmhg TB:172 cm
penampilan umum sehat, tidak BB: 65kg. status imunisasi
ada riwayat penyakit/alergi, tidak lengkap
ada keluhan kesehatan. TB:
140cm BB : 38kg An.I 14 tahun perempuan
sebagai anak terakhir,
An.N sebagai anak 11 tahun pendidikan saat ini SMP,
pendidikan saat ini SD , status status imunisasi lengkap.
imunisasi lengkap. Keadaan Keadaan kesehatan saat ini di
kesehatan saat ini di diagnosis diagnosis medis Thalasemia
medis thalasemia sejak usia 13 sejak usia 3 bulan dan rutin
bulan dan rutin tiap 1 bulan tiap 1 bulan sekali transfusi
sekali melakukan transfusi darah darah di RSKD.tidak ada
di RSKD. tidak ada riwayat riwayat alergi. Ia mengatakan
alergi. TB 130cm BB 25kg. telah menstruasi dan
Penampilan umum saat ini mengeluh menstruasi tidak
tampak pigmentasi kulit rutin hanya 2 bulan sekali,
meningkat terlihat kehitaman, TB: 150 cm BB: 39kg
tidak keluhan kesehatan saat ini
yang dirasa.

By.A laki laki sebagai Anak


terakhir usia 1 minggu persalinan
secara sectio caesaria dengan
berat 3000g menangis spontan.
64

Riwayat dan Keluarga An.N dengan tipe Keluarga An.I dengan tipe
tahap keluarga inti. Keluarga saat ini keluarga inti. Keluarga saat ini
perkembangan berada pada tahap keluarga IV berada pada tahap keluarga VI
keluarga yaitu keluarga dengan anak yaitu keluarga yang
sekolah, dimana An.N saat ini melepaskan anak usia muda
berusia 11 tahun. Beberapa tahap beebrapa tahap perkembangan
perkembangan keluarga sudah keluarga sudah terpenuhi,
terpenuhi karena An.N dapat keluarga membantu anak
bersosialsisasi dengan teman pertama telah berumah tangga
sebaya nya, dalam urusan sekolah dan tinggal terpisah
orang tua mengatakan selalu
mendampingi anaknya saat Riwayat penyakit awalnya
mengerjakan tugas sekolahnya diketahui saat An.I berusia 3
disela waktu kesibukan orang tua bulan kelainan yang dilihat
yang sama sama bekerja. Orang oleh orang tua saat itu,anak
tua mengatakan selalu berusaha tampak pucat,lemas dan tidak
memenuhi kebutuhan kesehatan mau ASI. Anak di rawat di
fisik anak anaknya dengan cara RSKD dan dilakukan
tidak membiasakan membeli pemeriksaan laboratorium saat
makanan cepat saji, dan selalu itu Hb 5 gr/dl Sejak saat itu
menemanin An.N untuk kontrol anak di diagnosis medis
dan transfusi darah setiap bulan thalasemia, dan rutin transfusi
tiap 1 bulan sekali
Riwayat penyakit awalnya
diketahui saat An.N berusia 13
bulan saat itu an.N dirawat
dirumah sakit dengan keluhan
awal, an.N tampak lemah,pucat
dan perut membesar. Saat
dirumah sakit hasil Laboraturium
Hb 4 dan terjadi pembesaran
limfe(splenomegali) dan sejak
saat itu an.N rutin untuk transfusi
darah.
Rumah dan Tempat tinggal keluarga An.N Tempat tinggal keluarga An.I
Sanitasi memiliki luas 36 meter persegi memiliki luas 24 meter
lingkungan bangunan tersebut milik sendiri, persegi bangunan tersebut
memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu milik sendiri warisan dari
menyatu dengan ruang keluarga,1 orang tua. Memiliki 2 kamar,1
dapur, 1 kamar mandi dan wc. ruang tamu menyatu dengan
Penerangan/ventilasi cukup, ruang keluarga,1 kamar mandi
lantai rumah tampak bersih hal dan wc. Penerangan/ventilasi
ini terlihat dari tidak ada kotoran cukup, lantai rumah tampak
pada lantai, lantai rumah bersih hal ini terlihat dari
menggunakan keramik,dinding tidak ada kotoran pada
rumah terbuat dari beton. Saluran lantai,lantai rumah dari semen
buang limbah ke parit, sumber air yang dilapisi karpet plastil,
bersih PDAM, menggunakan dinding rumah terbuat dari
jamban tangki septik, tidak beton.Saluran buang limbah
mencemari sumber air minum, ke parit,sumber air bersih
65

jamban tidak berbau, tidak PDAM,menggunakan jamban


mencemari tanah disekitarnya, tangki septik,tidak mencemari
mudah dibersihkan dan aman sumber air minum,jamban
digunakan, dilengkapi dinding tidak berbau,tidak mencemari
dan atap, tersedia air, sabun dan tanah disekitarnya,mudah
alat pembersih. Tempat sampah dbersihkan dan aman
tersedia dirumah. digunakan, dilengkapi dinding
dan atap, tersedia air, sabun,
dan alat pembersih. Tempat
sampah tersedia.
PHBS di rumah PHBS dirumah tangga sudah PHBS dirumah tangga cukup,
tangga cukup baik, persalinan di tolong persalinan ditolong oleh
oleh tenaga kesehatan, bayi diberi tenaga kesehatan, terdapat
asi eksklusif, terdapat posyandu posyandu di lingkungan
di lingkungan rumah. Terdapat rumah.Terdapat sumber air
sumber air bersih yang digunakan bersih yang digunakan untuk
untuk keperluan sehari hari, keperluan sehari-hari,
pembungan sampah dilakukan di pembuangan sampah
tempat pembuangan akhir. dilakukan ditempat pembugan
Lingkungan rumah tampak bersih akhir. Lingungan rumah
walau tidak ada perkarangan, tampak bersih, tidak ada lahan
dikarenakan jarak antar rumah perkarangan, mengkonsumsi
yang berdekatan, mengkonsumsi lauk pauk dan sayur tiap
lauk pauk dan sayur tiap hari, hari,konsumsi buah buahan
buah buahan tidak setiap hari. tidak setiap hari. Mengunakan
Menggunakan jamban sehat. jamban sehat. Selalu diberikan
Selalu diberikan Abate oleh Abate oleh kader setempat.
kader setempat. Kepala keluarga Ada yang merokok di dalam
merokok tetapi tidak di dalam rumah.
rumah.
Struktur keluarga Keluargan An.N komunikasi Keluarga An.I komunikasi
menggunakan bahasa Indonesia. menggunakan bahasa
Keluarga mengatakan jika ada Indonesia. Keluarga
anggota keluarga yang mengatakan jika ada masalah
mengalami masalah, diajak untuk di dalam keluarga selalu
bercerita apa masalahnya lalu berdiskusi dalam pengambilan
didiskusikan untuk mencari jalan keputusan Tn.B dan anak
keluar. Dalam pengambilan pertama yang lebih banyak
keputusan Tn.F sebagai kepala berperan. Anak pertama telah
keluarga lah yang lebih banyak menikah dan mempunyai 1
berperan, Tn.F dan Ny.S sama anak perempuan.
sama bekerja dalam mencari Tn.B sering berada di luar
nafkah, saat orang tua bekerja kota dalam urusan pekerjaan.
anak di titipkan dirumah Keluarga menganut agama
neneknya, saat ini Ny.S sedang islam dan orang tua
dalam keadaan cuti. Keluarga mengajarkan anaknya untuk
menganut agama islam dan orang hormat kepada orang yang
tua mengajarkan anaknya untuk usia nya lebih tua.
sopan santun.
Fungsi keluarga Keluarga Tn.F selalu Keluarga Tn.B selalu
66

memperhatikan anggota memperhatikan anggota


keluarganya satu sama lain, Ny.S keluarganya satu sama lain,
selalu memenuhi kebutuhan Ny.S membagi tugas dirumah
rumah tangga seperti memasak untuk anak-anaknya saling
dan mencuci dan membersihkan bergantian membersihkan
rumah dan menyiapkan keperluan rumah. seperti memasak dan
suami dan anak. mencuci dan membersihkan
rumah dan menyiapkan
Keluarga meyakini pengobatan keperluan suami dan anak.
yang disediakan dipelayanan
kesehatan. Keluarga meyakini
Ny. S mengatakan jika ada pengobatan yang disediakan
anggota keluarga yang sakit dipelayanan kesehatan.
biasanya dibawa ke puskesmas. Ny. S mengatakan jika ada
anggota keluarga yang sakit
Masalah kesehatan yang saat ini biasanya dibawa ke
di alami oleh keluarga adalah puskesmas.
An.N mengidap penyakit
thalasemia, dan orang tua saling Masalah kesehatan yang saat
bergantian untuk menjaga An.N ini di alami oleh keluarga
saat waktunya untuk kontrol adalah Tn.B dengan riwayat
ataupun transfusi darah dirumah penyakit jantung dan An.I
sakit, keluarga menggunakan mengidap penyakit
fasilitas kesehatan terdekat di thalasemia. Ny.S yang selalu
rumah saat ada masalah menemani An.I dalam
kesehatan di anggota keluarga menjalani pengobatannya
yang harus rutin tiap 1 bulan
sekali kontrol dan transfusi
darah.
Stress dan Bagi Keluarga Tn.F masalah di Keluarga Tn.B bila
Koping Keluarga dalam keluarga harus segera menemukan masalah mereka
diselesaikan dan harus tetap di akan memecahkannya
hadapi dengan lapang dada. bersama, selain itu mereka
Keluarga kehilangan anak juga mencari informasi dan
pertama ditahun 2018 saat memelihara hubungan baik
berusia 14 tahun di karenakan dengan masyarakat sekitar.
sakit, tapi saat ini keluarga sudah Keluarga Tn.B juga selalu
ikhlas, walau terkadang Ny.S berdoa kepada Tuhan yang
masih sering menangis saat Maha Esa.
menceritakan tentang anaknya
yang telah meninggal. Ny. S
mengatakan yang menjadi pikiran
saat ini adalah bagaimana masa
depan An.N yang harus seumur
hidup menjalani transfusi darah
tampak rasa kekhawatiran dari
Ny.S untuk keadaan kesehatan
An.N kedepannya dan juga Ny.S
mengatakan khawatir tidak bisa
merawat An.N dengan baik
67

Kemampuan 1. Kemampuan keluarga 1. Kemampuan keluarga


Tugas Kesehatan dalam Mengenal dalam Mengenal Masalah
Keluarga Masalah Kesehatan Kesehatan
Keluarga mengatakan tidak tau Keluarga dapat menjelaskan
penyebab pasti dari thalasemia, tentang thalasemia, keluarga
Keluarga mengatakan tidak mengetahui bahwa thalasemia
mengetahui kalau thalasemia merupakan penyakit
merupakan penyakit keturunan. keturunan. Keluarga
Keluarga hanya mengetahui mengatakan keinginan untuk
thalasemia merupakan penyakit mengetahui lebih tentang
seperti anemia (kekurangan penyakit thalasemia
darah). Ny.S tidak bergabung di 2. Kemampuan keluarga
dalam grup POPTI (persatuan dalam Mengambil
orang tua penyandang thalasemia keputusan
Indonesia) Keluarga memanfaatkan
2. Kemampuan keluarga fasilitas kesehatan, Keluarga
dalam Mengambil rutin tiap bulan sekali
keputusan menemani An.I untuk kontrol
Keluarga memanfaatkan fasilitas dan transfusi darah.
kesehatan, Keluarga rutin tiap 3. Kemampuan keluarga
bulan sekali menemani An.N dalam merawat anggota
untuk kontrol dan transfusi darah keluarga yang sakit
3. Kemampuan keluarga Keluarga penuh perhatian
dalam merawat kepada anggota keluarga yang
anggota keluarga yang sakit, perawatan yang telah
sakit dilakukan keluarga untuk
Keluarga penuh perhatian kepada merawat An.I dengan rutin
anggota keluarga yang sakit, mengingatkan An.I untuk
perawatan yang telah dilakukan mengkonsumsi obat nya serta
keluarga untuk merawat An.N tampak keluarga langsung
dengan rutin mengingatkan An.N menyediakan obat An.I dan
untuk mengkonsumsi obat nya mencatat jadwal tanggal An.I
dan selalu menemani An.N saat harus transfusi darah dan juga
transfusi darah. Keluarga selalu menemani An.I saat
mengetahui kulit An.N transfusi darah. Perilaku
kehitaman karna efek transfusi keluarga dalam merawat An.I
darah, tetapi keluarga tidak telah sesuai anjuran tidak ada
melakukan perawatan khusus penyimpangan
untuk kulit An.N 4. Kemampuan keluarga
4.Kemampuan keluarga dalam dalam Memodifikasi
Memodifikasi lingkungan lingkungan
Keadaan rumah tampak rapi dan Keadaan rumah tampak rapi
bersih. Ventilasi dan penerangan dan bersih. Ventilasi dan
di dalam rumah cukup. penerangan di dalam rumah
5.Keluarga mampu cukup.
Memanfaatkan fasilitas 5.Keluarga mampu
kesehatan Memanfaatkan fasilitas
Keluarga mempercayai petugas kesehatan
kesehatan,Keluarga Keluarga mempercayai
memanfaatkan puskesmas petugas kesehatan,Keluarga
68

terdekat jika ada anggota memanfaatkan puskesmas


keluarga yang sakit dan meminta terdekat jika ada anggota
surat rujukan dari puskesmas tiap keluarga yang sakit dan rutin
bulan jika akan kontrol ke RSKD tiap bulan untuk kontrol di
RSKD

Tabel 4.2
Hasil pemeriksaan fisik anak dengan thalasemia di Wilayah kerja
Puskesmas sepinggan Balikpapan Selatan dan Wilayah kerja
Puskesmas gunung samarinda.

Pemeriksaan Keluarga 1 An.N Keluarga 2 An.I


Tanda-tanda vital Suhu : 36 Suhu : 36,5
Respirasi : 22 x/menit Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit Nadi : 85 x/menit
Berat badan 25 kg 39 kg
Tinggi badan 130 cm 150 cm
Lila 17 cm 18 cm
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Kepala Rambut hitam panjang, mudah Rambut hitam pendek,
dicabut, tampak bersih, tidak ada tidak rontol, tampak bersih,
kelainan, tidak ada bekas luka, tidak ada kelainan, tidak
ada bekas luka.
Mata mata lengkap, simetris kanan dan Mata lengkap simetris
kiri kornea mata jernih kanan dan kanan dan kiri,kornea mata
kiri, kongjungtiva tidak anemis, jernih, konjungtuva tidak
sklera tidak ikterik, kelopak mata anemis,s klera ikterik,
tidak ada pembengkakan, adanya kelopak mata tidak ada
reflek cahaya pupil, iris kanan pembengkakan, adanya
dan kiri berwarna hitam, reflek cahaya pupil, iris
kanan dan kiri berwarna
hitam.
Telinga bentuk telinga sedang simetris Bentuk telinga sedang
kanan dan kiri, lubang telinga simetris kanan dan kiri,
bersih,tidak serumen berlebih, lubang telinga
pendengaran berfungsi dengan
baik,
Hidung Bersih,tidak ada secret,tidak ada Bersih,tidak ada
kelainan secret,tidak ada kelainan.
Mulut Tidak ada stomatitis, gigi tidak Tidak ada stomatitis, gigi
ada yang berlubang, bibir tampak geraham berlubang 1, gusi
kehitaman. tidak terdapat caries sering berdarah, tidak ada
pada gigi, uvula letak simetris careis gigi, uvula letak
ditengah ditengah simetris, bibir
tidak pucat
Leher/tenggorokan Tidak ada kelenjar tiroid dan Tidak ada kelenjar tiroid
tidak ada pembesaran kelenjar dan tidak ada pembesaran
limfe kelenjar limfe
Dada dan paru paru Pergerakan dada tampak simetris, Pergerakan dada tampak
69

vesikuler, tidak suara nafas simetris, vesikuler, tidak


tambahan, tidak ada keluhan suara nafas tambahan,
sesak nafas. tidak ada keluhan sesak
nafas.
Abdomen Bentuk abdomen bulat dan datar, Bentuk abdomen bulat dan
benjolan /massa tidak ada pada datar, benjolan / massa
perut, tidak tampak bayangan tidak ada pada perut, tidak
pembuluh darah pada abdomen, tampak bayangan
tidak ada luka operasi. pembuluh darah pada
abdomen, tidak ada luka
operasi.
Ekstermitas kemampuan pergerakkan sendi kemampuan pergerakkan
lengan dan tungkai baik (Pasien sendi lengan dan tungkai
mampu menggerakkan dengan baik (Pasien mampu
bebas tanpa keluhan, kekuatan menggerakkan dengan
otot baik: 5 5 5 5 (Mampu bebas tanpa keluhan,
menahan dorongan kuat), kekuatan otot baik : 5 5 5 5
(Mampu menahan
dorongan kuat)
Kulit Peningkatan pigmentasi kulit Warna kulit sawo matang,
warna kulit kehitaman, turgor tidak ada peningkatan
kulit elastis, kelembapan kulit pigmentasi kulit, turgor
kurang kulit elastis, kelembapan
kulit cukup.
Kuku Pendek, bersih, CRT, <3 detik Kuku panjang, bersih,
CRT, <3 detik
Pencernaan tidak ada keluhan mual dan tidak ada keluhan mual dan
muntah, nafsu makan baik, tidak muntah, nafsu makan baik,
ada alergi makanan, kebiasaan tidak ada alergi makanan,
makan dan minum mandiri. kebiasaan makan dan
minum mandiri.
Tidur dan istirahat Tidak ada keluhan masalah tidur, Tidak ada keluhan masalah
waktu tidur 8 jam tidur, waktu tidur 8 jam
Obat-obatan Folic acid 100 mg (suplemen Oferlod Deferiprone
makanan) 1x sehari Folic acid 1mg 2x1
Exjade 500mg 1x sehari
Exjade 250mg 1x sehari
70

3. Analisis Data Keluarga


Tabel 4.3
Anaisis Data keluarga dengan anak thalasemia di Wilayah kerja
Puskesmas sepinggan Balikpapan Selatan dan Wilayah kerja
puskesmas gunung samarinda

Diagnosa Klien 1 Diagnosa Klien 2


Keperawatan Keperawatan
Defisit Ds : Kesiapan Ds:
Pengetahuan -Keluarga mengatakan Peningkatan - Keluarga mengatakan
pada keluarga tidak tau penyebab Pengetahuan keinginan untuk
Tn.F b.d pasti dari thalasemia. Keluarga Tn.B mengetahui lebih tentang
Ketidakmampuan -Keluarga mengatakan penyakit thalasemia
Keluarga tidak mengetahui kalau -Keluarga menjelaskan
mengenal thalasemia merupakan tentang thalasemia dan
masalah penyakit keturunan. penyebabnya
kesehatan -Keluarga hanya Keluarga
mengetahui thalasemia Do:
merupakan penyakit - Keluarga tampak
seperti anemia. menyediakan obat kelasi
besi anak setiap hari
Do: -Keluarga tampak
-An.H sebagai anak mencatat jadwal tanggal
pertama meninggal anak transfusi
ditahun 2018 - Tampak perilaku
dikarenakan sakit dan keluarga dalam merawat
orang tua tidak An.I telah sesuai
mengetahui diagnosa anjuran,tidak ada
medis nya. penyimpangan
- Keluarga tidak
mampu mengenal
masalah kesehatan
Resiko Gangguan Ds : Resiko gangguan Ds:
Integritas Keluarga mengetahui pertumbuhan - An.I mengeluhkan haid
Kulit/Jaringan kulit An.N kehitaman pada keluarga tidak lancar hanya 2
pada keluarga karna efek transfusi Tn.B khusus pada bulan sekali
Tn.F khususnya darah, tetapi keluarga An.I
pada An.N tidak melakukan Do :
perawatan khusus - An.I di diagnosis
untuk kulit An.N Thalasemia dan tiap 1
bulan sekali transfusi
Do : darah
Warna kulit - BB : 39 kg TB:150
kehitaman pigmentasi uk.lila 18 cm
kulit meningkat, kulit - Hasil pemeriksaan
tampak kering, turgor penilaian status gizi anak
kulit baik, tidak ada Indeks masa tubuh An.I
tanda-tanda infeksi berada kategori gizi baik
akan tetapi berada di
garis kuning grafik
71

Ketegangan Ds:
peran pemberi Ny. S mengatakan
asuhan pada yang menjadi pikiran
keluarga Tn.F saat ini adalah
khusunya Ny.S bagaimana masa depan
b.d An.N yang harus
ketidakmampuan seumur hidup
keluarga menjalani transfusi
mengenal darah dan juga Ny.S
masalah mengatakan khawatir
kesehatan tidak bisa merawat
An.N dengan baik.
Ny.S juga masih sering
memikirkan An.H
yang telah meninggal
ditahun 2018
dikarenakan sakit.

Do :
-Tampak rasa
kekhawatiran dari
Ny.S untuk keadaan
kesehatan An.N
kedepannya
- Ny.S tampak
menangis saat
menceritakan An.N
dan mengingat An.H

Resiko gangguan Ds :
pertumbuhan Ny.S mengatakan
pada keluarga An.N tidak ada
Tn.F khusus pada masalah dalam pola
An.N makan, tidak pilih-
pilih makanan, makan
3x sehari tapi berat
badan sulit naik

Do :
- Pemeriksaan fisik
An.N TB : 130 cm
BB : 25 kg
Lila : 17cm
- Hasil pemeriksaan
penilaian status gizi
anak
Indeks masa tubuh
An.N ialah 14 sesuai
grafik penilaian status
gizi anak di usia 11
72

tahun
An.N masih masuk di
dalam kategori gizi
baik akan tetapi berada
di garis kuning
- An.N di diagnosis
Thalasemia dan tiap 1
bulan sekali transfusi
darah
4. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.4
Skoring Prioritas Masalah Keperawatan keluarga dengan anak
thalasemia di Wilayah kerja puskesmas sepinggan Balikpapan
Selatan dan Wilayah kerja puskesmas gunung samarinda

a) Skoring Prioritas masalah keperawatan keluarga 1

Defisit pengetahuan keluarga Tn.F b.d ketidakmampuan Keluarga


mengenal masalah kesehatan

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

a.sifat masalah 3 1 Keluarga mengatakan


aktual (3) 3 tidak terlalu paham
resiko tinggi (2) ⸺ × 1 = 1 mengenai thalasemia
potensial (1) 3 dan tidak tau penyebab
dari thalasemia
Kemungkinan 2 2 Keluarga mudah untuk
masalah dapat 2 menerima informasi,ada
diubah ⸺ × 2 = 2 minat dari keluarga
Mudah (2) 2 untuk mengetahui
Sebagian (1) tentang thalasemia
Tidak dapat (0)

Potensial masalah 3 1 3 Keluarga mengatakan


untuk dicegah ⸺ ×1 =1 tidak begitu paham
Tinggi (3) 3 dengan penyakit
Cukup (2) thalasemia
Rendah (1)
Menonjolnya 2 1 2 Anggapan keluarga
masalah ⸺ × 1 =1 tentang penyakit
Segera diatasi (2) 2 thalasemia ini harus
Tidak segera diatasi perlu dibawa ke fasilitas
(1) kesehatan dan segera di
Tidak dirasakan ada atasi
masalah (0)
total 5

73
74

Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan pada keluarga Tn.F


khususnya pada An.N

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


a.sifat masalah 2 1 2 Masalah ini belum
aktual (3) ⸺ ×1 = 2 terjadi namun jika
resiko tinggi (2) 3 ⸺ tidak segera ditangani
potensial (1) 3 akan berlanjut ke
aktual
Kemungkinan 1 2 1 Masalah dapat diubah
masalah dapat diubah ⸺×2= 1 sebagian karena
Mudah (2) 2 Pigmentasi kulit An.N
Sebagian (1) meningkat berwarna
Tidak dapat (0) kehitaman
dikarenakan
penumpukan zat besi
dikulit akibat dari
efek samping rutin
transfusi tiap bulan
Potensial masalah 3 1 3 Masalah dapat
untuk dicegah ⸺×1=1 dicegah agar tidak
Tinggi (3) 3 berlanjut kearah
Cukup (2) aktual dengan
Rendah (1) memberikan
pengetahuan kepada
keluarga tentang
perawatan kulit
Menonjolnya masalah 2 1 2 Keluarga mengatakan
Segera diatasi (2) ⸺ ×1=1 sebagai suatu masalah
Tidak segera diatasi 2 yang harus segera di
(1) atasi, agar tidak
Tidak dirasakan ada menjadi masalah yang
masalah (0) besar

total 3 2

3
75

Ketegangan peran pemberi asuhan b.d ketidakmampuan keluarga


mengenal masalah kesehatan

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

a.sifat masalah 3 1 3 Keluarga mengatakan


aktual (3) ⸺×1=1 khawatir untuk
resiko tinggi (2) 3 kelanjutan perawatan
potensial (1) An.N
Kemungkinan masalah 2 2 2 Keluarga mudah
dapat diubah ⸺×2=2 untuk menerima
Mudah (2) 2 informasi, terdapat
Sebagian (1) group sharing untuk
Tidak dapat (0) orang tua anak
penderita thalasemia,
dilingkungan
setempat terdapat
kader
Potensial masalah 3 1 3 Keluarga mudah
untuk dicegah ⸺ ×1=1 menerima informasi
Tinggi (3) 3 yang diberikan
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah 1 1 1 1 Anggapan keluarga
Segera diatasi (2) ⸺×1=⸺ ini masalah yang
Tidak segera diatasi 2 2 masih bisa di atasi
(1) sendiri
Tidak dirasakan ada
masalah (0)
total 1
4 ⸺
2
76

Resiko Gangguan pertumbuhan pada keluarga Tn.F khususnya An.N

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


a.sifat masalah 2 1 2 An.N memiliki BB
aktual (3) ⸺ ×1 = 2 25kg TB 130 cm.
resiko tinggi (2) 3 ⸺ Ukuran lila 17 cm
potensial (1) 3 dalam table IMT
termasuka kategori
Berat badan kurang
An.N mengidap
penyakit thalasemia
yang salah satunya
menjadi faktor risiko
gangguan
pertumbuhan
Kemungkinan masalah 2 2 2 An.N tidak ada
dapat diubah ⸺×2=2 masalah dalam pola
Mudah (2) 2 makan, An.N makan
Sebagian (1) teratur 3xsehari dan
Tidak dapat (0) An.N aktif bermain
dengan teman sebaya
Potensial masalah 3 1 3 Keluarga mudah
untuk dicegah ⸺ ×1=1 menerima informasi
Tinggi (3) 3 yang diberikan,
Cukup (2) keluarga telah
Rendah (1) melakukan upaya
peningkatan
kesehatan dengan
cara mengurangi
konsumsi makanan
cepat saji
Menonjolnya masalah 2 1 2 Anggapan keluarga
Segera diatasi (2) ⸺×1=1 ini masalah yang
Tidak segera diatasi 2 harus segera di atasi
(1) karna anak tampak
Tidak dirasakan ada terlihat kurus
masalah (0)
total 2
4 ⸺
3
77

b) Skoring Prioritas Masalah Klien 2

Kesiapan Peningkatan Pengetahuan Keluarga Tn.B

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


a.sifat masalah 1 1 1 1 Pengetahuan keluarga
aktual (3) ⸺×1=⸺ soal thalasemia sudah
resiko tinggi (2) 3 3 cukup baik,keluarga
potensial (1) dapat menjelaskan
pengertian dan
penyebab serta
pengobatan dari
thalasemia dan perlu
di pertahanakan
Kemungkinan 2 2 2 Keluarga
masalah dapat diubah ⸺×2=1 terbuka,keluarga
Mudah (2) 2 mudah memahami
Sebagian (1) dan keluarga paham
Tidak dapat (0) tentang masalah
kesehatan anggota
keluarga
Potensial masalah 3 1 3 Keluarga memahami
untuk dicegah ⸺ ×1=1 tentang masalah
Tinggi (3) 3 kesehatan yang di
Cukup (2) alami anaknya
Rendah (1)
Menonjolnya masalah 0 1 0 Pengetahuan tentang
Segera diatasi (2) thalasemia dari
Tidak segera diatasi keluarga sudah cukup
(1) baik,keluarga dapat
Tidak dirasakan ada mengenal masalah
masalah (0) kesehatan
total 1
2⸺
3
78

Resiko Gangguan Pertumbuhan Keluarga Tn.B khususnya An.I

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


a.sifat masalah 2 1 2 An.I memiliki BB
aktual (3) ⸺ ×1 = 2 39kg TB 151cm.
resiko tinggi (2) 3 ⸺ Ukuran lila 18cm
potensial (1) 3 dalam table IMT
termasuka kategori
Berat badan kurang
An.I mengidap
penyakit thalasemia
yang salah satunya
menjadi faktor risiko
gangguan
pertumbuhan
Kemungkinan 2 2 2 Keluarga mudah
masalah dapat diubah ⸺×2=2 menerima informasi,
Mudah (2) 2 anak tidak ada
Sebagian (1) gangguan dalam
Tidak dapat (0) masalah
makan,makan
teratur,anak rutin
melakukan transfuse
tiap bulan
Potensial masalah 3 1 3 Keluarga mudah
untuk dicegah ⸺ ×1=1 menerima informasi
Tinggi (3) 3 yang diberikan, anak
Cukup (2) melakukan
Rendah (1) pengobatan secara
rutin
Menonjolnya masalah 2 1 2 Anggapan keluarga
Segera diatasi (2) ⸺×1=1 ini masalah yang
Tidak segera diatasi 2 harus segera di atasi
(1) karna anak tampak
Tidak dirasakan ada terlihat kurus
masalah (0)
total 2
4 ⸺
3
79

Tabel 4.5
Prioritas Masalah Keperawatan keluarga dengan anak thalasemia
di Wilayah kerja puskesmas sepinggan Balikpapan Selatan dan
Wilayah kerja puskesmas gunung samarinda

No Diagnosa keperawatan skor Diagnosa keperawatan skor


keluarga 1 keluarga 2
1 Defisit pengetahuan Resiko gangguan 2
keluarga Tn.F b.d 5 pertumbuhan pada 4 ⸺
ketidakmampuan keluarga Tn.B khusus 3
Keluarga mengenal pada An.I
masalah kesehatan ( D.0108)
( D.0111)
2 Resiko Gangguan Kesiapan Peningkatan 1
pertumbuhan pada 2 Pengetahuan Keluarga 2⸺
keluarga Tn.F 4 ⸺ Tn.B 3
khususnya An.N 3 (D.0113)
( D.0108)

3. Ketegangan peran 1
pemberi asuhan b.d 4 ⸺
ketidakmampuan 2
keluarga mengenal
masalah kesehatan
( D.0124)
4. Resiko Gangguan 2
Integritas Kulit/Jaringan 3 ⸺
pada keluarga Tn.F 3
khususnya pada An.N
( D.0139)
5. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Tabel 4.6
Intervensi Keperawatan keluarga dengan anak thalasemia di Wilayah kerja puskesmas sepinggan
Balikpapan Selatan dan Wilayah kerja puskesmas gunung samarinda

a) Perencanaan tindakan keperawatan Keluarga 1


Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan 1.Respon keluarga siap untuk Edukasi Kesehatan (I.12383) dan Edukasi proses
Pengetahuan b.d keluarga meningkat kunjungan keluarga Verbal/ menerima informasi dan adanya penyakit
Ketidakmampua mengenai penyakit selama 2x45 Kognitif minat untuk mengetahui tentang Observasi (I.12444)
n Keluarga thalasemia menit,diharapkan thalasemia 1.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan keluarga
mengenal keluarga mampu 2. keluarga meluangkan waktu menerima informasi
masalah mengenal masalah sesuai kesepakatan untuk 1.2 Identifikasi factor-faktor yang dapat
kesehatan thalasemia menerima penyuluhan. meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
(D.0111) 3. keluarga respon aktif hidup bersih dan sehat
menanyakan seputar materi yang Teraupetik
diberikan 1.3 sediakan materi dan media untuk penjelasan
4.Keluarga dapat menjelaskan tentang thalasemia
pengertian dari 1.4 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
thalasemia,penyebabnya,resiko kesepakatan
dan tanda gejala. 1.5 beri kesempatan untuk keluarga bertanya
5. Keluarga mampu Edukasi
menyebutkan komplikasi pada 1.6 jelaskan pengertian dan penyebab thalasemia
anak dengan thalasemia 1.7 jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
6. keluarga paham dengan 1.8 jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
patofisiolgi thalasemia kesehatan penderita thalasemia
7. Keluarga mampu memahami 1.9 Jelaskan proses patofisiologi munculnya
nutrisi yang dianjurkan dan tidak penyakit
dianjurkan untuk anak thalasemia 1.10jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit
1.11 ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala
yang dirasakan

80
81

1.12 ajarkan cara meminimalkan efek samping dari


intervensi atau pengobatan
1.13 informasikan kondisi pasien saat ini
1.14 anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak biasa
1.15 nutrisi anak thalasemia
1.16 Evaluasi perubahan pengetahuan keluarga

Setelah dilakukan Psikomotor 1. Keluarga dapat menerapkan 1.17 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
kunjungan keluarga PHBS di lingkungan rumah 1.19 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
selama 2x45 2. Menyiapkan lingkungan rumah meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
menit,diharapkan yang aman dan nyaman 1.20 Evaluasi perubahan perilaku keluarga terkait
keluarga mampu kebiasaan PHBS
memodifikasi
lingkungan

Resiko Keluarga mampu Setelah dilakukan Verbal/ 1.Respon keluarga siap untuk Edukasi nutrisi anak (I.12396)
gangguan mencegah kunjungan keluarga kognitif menerima informasi dan adanya Observasi
pertumbuhan terjadinya selama 2x45 minat untuk mengetahui tentang 2.1 Identifikasi Kesiapan dan kemauan keluarga
pada keluarga gangguan menit,diharapkan tidak thalasemia menerima informasi
Tn.F khusus pertumbuhan terjadinya gangguan 2. keluarga meluangkan waktu Teraupetik
pada An.N pertumbuhan sesuai kesepakatan untuk 2.2 Sediakan materi dan media pendidikan
(D.0108) menerima penyuluhan. kesehatan
3. keluarga respon aktif 2.3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
menanyakan seputar materi yang kesepakatan
diberikan 2.4 Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Keluarga dapat menjelaskan Edukasi
apa itu gizi seimbang 2.5Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak
5. Keluarga dapat menyebutkan 2.6 Jelaskan pentingnya pemberian makanan
manfaat dari vitamin D vitamin D dan zat besi pada masa pra pubertas dan
6. Keluarga dapat menerapkan pubertas, zat besi terutama pada anak perempuan
gizi seimbang di makanan sehari- yang telah menstruasi
hari 2.7 anjurkan menghindari makanan jajanan yang
7. Keluarga dapat menerapkan tidak sehat
perilaku hidup bersih dan sehat 2.8 anjurkan ibu mengidentifikasi makanan dan gizi
82

seimbang
2.9 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2.10 evaluasi perubahan pengetahuan keluarga
terkait gizi seimbang
2.11 evaluasi perubahan perilaku keluarga terkait
kebiasaan PHBS
2.12 ajarkan orang tua cara penilaian status gizi
anak
Setelah dilakukan
kunjungan keluarga Psikomotor 8. Keluarga mampu melakukan 2.13 evaluasi cara keluarga melakukan penilaian
selama 2x45 secara mandiri penilaian status status gizi anak
menit,diharapkan gizi anak
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan fisik

Ketegangan Keluarga mampu Setelah dilakukan Verbal/ 1. keluarga mampu mengenal Dukungan keluarga merencanakan perawatan
peran pemberi memberikan asuhan kunjungan keluarga psikomotro kesehatan anggota keluarga (I.13477)
asuhan keluarga dalam keluarga selama 2x45 menit, 2. mampu mengungkapkan Observasi
Tn.F khusunya keluarga mampu harapan keluarga tentang 3.1 identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga
Ny.S b.d memahami masalah kesehatan tentang kesehatan
ketidakmampua kesehatan 3. keluarga dapat memanfaatkan 3.2 identifikasi tindakan yang dapat dilakukan
n keluarga fasilitas kesehatan keluarga
mengenal 4. orang tua aktif mencari 3.3 Identifikasi konsekuensi tidak melakukan
masalah informasi lebih tentang perawatan tindakan bersama keluarga
kesehatan thalasemia di grup POPTI 3.4 Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki
(D.0124) 5. Keluarga mampu keluarga
menyelesaikan tugas merawat Teraupetik
An.N 3.5 motivasi pengembangan sikap dan emosi yang
6.keluarga tidak merasa khawatir mendukung upaya kesehatan
akan kelanjutan perawatan 3.6 gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam
keluarga
3.7 Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan
keluarga
83

Edukasi
3.8 informasikan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga
3.9 memperkenalkan kepada keluarga tentang grup
POPTI
3.10 anjurkan menggunakan fasilitas yang ada
3.11 anjurkan cara perawatan yang bisa dilakukan
keluarga
3.12 evaluasi tingkat kekhawatiran keluarga
3.13 evaluasi kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yg sakit
Resiko Keluarga dapat Setelah dilakukan Verbal/ 1.Respon keluarga siap untuk Edukasi perawatan kulit (I.12426)
Gangguan merawat anggota kunjungan keluarga kognitif menerima informasi dan adanya Observasi
Integritas keluarga yang sakit selama 2x45 menit, minat untuk mengetahui tentang 4.1 identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
Kulit/Jaringan khususnya An.N keluarga mampu perawatan kulit informasi
pada keluarga memahami tentang 2. keluarga meluangkan waktu teraupetik
Tn.F khususnya cara merawat kulit sesuai kesepakatan untuk 4.2 sediakan materi dan media pendidikan
An.N(D.0139) pada anak menerima penyuluhan. kesehatan
3. keluarga respon aktif 4.3 jadwalkan pendidikan kesehatan kulit
menanyakan seputar materi yang 2.4 berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
diberikan Edukasi
4. Keluarga dapat menyebutkan 4.5 anjurkan menggunakan tabir surya saat berada
tindakan apa saja yg perlu diluar rumah
dilakukan untuk merawat kulit 4.6 anjurkan minum cukup cairan
5. Keluarga dan klien mengetahui 4.7 anjurkan mandi dan menggunakan sabun
pentingnya mengkonsumsi obat secukupnya
kelasi besi secara rutin 4.8 anjurkan menggunakan pelembab
6. Keluarga dan klien mengetahui 4.9 anjurkan melapor jika ada lesi kulit yang tidak
penyebab dari pigmentasi kulit biasa
meningkat pada thalasemia 4.10 anjurkan mengkonsumsi vitamin C dan E
4.11 anjurkan rutin mengkonsumsi obat kelasi besi
4.12 jelaskan kepada keluarga dan klien penyebab
dari pigmentasi kulit meningkat pada thalasemia
84

b) Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga 2

Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi


keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
Resiko Keluarga mampu Setelah dilakukan kunjungan Verbal/ 1.Respon keluarga siap untuk Edukasi nutrisi anak (I.12396)
gangguan mencegah keluarga selama 2x45 Kognitif menerima informasi dan Observasi
pertumbuhan terjadinya menit,diharapkan tidak adanya minat untuk 1.1 Identifikasi Kesiapan dan kemauan keluarga
pada keluarga gangguan terjadinya gangguan mengetahui tentang thalasemia menerima informasi
Tn.B khusus pertumbuhan pertumbuhan 2. keluarga meluangkan waktu Teraupetik
pada An.I sesuai kesepakatan untuk 1.2 Sediakan materi dan media pendidikan
menerima penyuluhan. kesehatan
3. keluarga respon aktif 1.3 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
menanyakan seputar materi kesepakatan
yang diberikan 1.4 Berikan kesempatan untuk bertanya
4. Keluarga dapat menjelaskan Edukasi
apa itu gizi seimbang 1.5Jelaskan kebutuhan gizi seimbang pada anak
5. Keluarga dapat 1.6 Jelaskan pentingnya pemberian makanan
menyebutkan manfaat dari vitamin D dan zat besi pada masa pra pubertas
vitamin D dan pubertas, zat besi terutama pada anak
6. Keluarga dapat menerapkan perempuan yang telah menstruasi
gizi seimbang di makanan 1.7 anjurkan menghindari makanan jajanan yang
sehari-hari tidak sehat
7. Keluarga dapat menerapkan 1.8 anjurkan ibu mengidentifikasi makanan dan
perilaku hidup bersih dan gizi seimbang
sehat 1.9 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1.10 evaluasi perubahan pengetahua keluarga
terkait gizi seimbang
1.11 evaluasi perubahan perilaku keluarga terkait
kebiasaan PHBS

Setelah dilakukan kunjungan Psikomotor 8. Keluarga mampu 1.12 ajarkan orang tua cara penilaian status gizi
keluarga selama 2x45 melakukan penilaian status anak
menit,diharapkan keluarga gizi anak 1.3 evaluasi cara keluarga melakukan
mampu memodifikasi penilaianstatus gizi
lingkungan fisik
85

Kesiapan Pengetahuan Setelah dilakukan kunjungan Verbal/kogni 1.Respon keluarga siap untuk Edukasi Kesehatan (I.12383) dan Edukasi
Peningkatan keluarga meningkat keluarga selama 2x45 tif menerima informasi dan proses penyakit
Pengetahuan mengenai penyakit menit,diharapkan keluarga adanya minat untuk Observasi (I.12444)
Keluarga Tn.B thalasemia mampu lebih memahami mengetahui tentang thalasemia 2.1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
masalah kesehatan 2. keluarga meluangkan waktu keluarga menerima informasi
sesuai kesepakatan untuk 2.2 Identifikasi factor-faktor yang dapat
menerima penyuluhan. meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
3. keluarga respon aktif hidup bersih dan sehat
menanyakan seputar materi Teraupetik
yang diberikan 2.3 sediakan materi dan media untuk penjelasan
4.Keluarga dapat menjelaskan tentang thalasemia
pengertian dari 2.4 jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
thalasemia,penyebabnya,resik kesepakatan
o dan tanda gejala. 2.5 beri kesempatan untuk keluarga bertanya
5. Keluarga mampu Edukasi
menyebutkan komplikasi pada 2.6 jelaskan pengertian dan penyebab thalasemia
anak dengan thalasemia 2.7jelaskan kemungkinan
6. keluarga paham dengan terjadinya komplikasi
patofisiolgi thalasemia 2.8 jelaskan faktor risiko yang dapat
7. Keluarga mampu mempengaruhi kesehatan penderita thalasemia
memahami nutrisi yang 2.9Jelaskan proses patofisiologi munculnya
dianjurkan dan tidak penyakit
dianjurkan untuk anak 2.10 jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
thalasemia oleh penyakit
2.11 ajarkan cara meredakan atau mengatasi
gejala yang dirasakan
2.12 ajarkan cara meminimalkan efek samping
dari intervensi atau pengobatan
2.13 informasikan kondisi pasien saat ini
2.14 anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak biasa
2.15 ajarkan nutrisi anak
2.16 evaluasi perubahan pengetahuan keluara
terkit thalasemia
86

Setelah dilakukan kunjungan Psikomotor 1.Keluarga dapat menerapkan 2.16 ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
keluarga selama 2x45 PHBS di lingkungan rumah 2.17 ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menit,diharapkan keluarga 2. Menyiapkan lingkungan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
mampu memodifikasi rumah yang aman dan nyaman 2.18 evaluasi perubahan perilaku keluarga terkait
lingkungan kebiasaan phbs.

Berdasarkan tabel 4.6 menjelaskan mengenai perencanaan tindakan keperawatan pada keluarga 1 dan keluarga 2 sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan. Perencanaan tindakan mengacu pada standar intervensi keperawatan

Indonesia.
6. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan keluarga 1 dengan anak thalasemia di Wilayah kerja puskesmas sepinggan
Balikpapan Selatan

Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
Keluarga 1
Defisit Pengetahuan Sabtu 03 1.1 Mengidentifikasi kesiapan dan DS :
Keluarga Tn.F Juli 2021 kemampuan keluarga menerima - Keluarga dan klien mampu menyebutkan apa itu thalasemia
berhubungan dengan 10:00 informasi - Keluarga mampu menyebutkan penyebab thalasemia
ketidakmampuan Wita 1.2 Menyediakan materi dan - Keluarga dan klien mampu menyebutkan komplikasi yang akan
mengenal masalah media untuk penjelasan tentang terjadi
kesehatan thalasemia - Keluarga dan klien mampu menyebutkan tanda dan gejala
1.3 Menjadwalkan pendidikan thalasemia
kesehatan sesuai kesepakatan - Keluarga mampu menyebutkan nutrisi yang dianjurkan dan
1.4 Memberi kesempatan untuk tidak dianjurkan untuk anak thalasemia
keluarga bertanya - Keluarga mengatakan baru mengetahui tentang nutrisi yang
1.5 Menjelaskan pengertian dan dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk anak thalasemia
penyebab thalasemia DO :
1.6 Menjelaskan kemungkinan -Tampak adanya minat keluarga untuk mengetahui informasi
terjadinya komplikasi tentang thalasemia
1.7 Menjelaskan faktor risiko - Keluarga kooperatif dan antusias mendengarkan penjelasan
yang dapat mempengaruhi mahasiswa
kesehatan penderita thalasemia - Keluarga aktif bertanya
1.9 Menjelaskan tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit
1.10 Menjelaskan nutrisi yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk anak thalasemia

87
88

Senin 5 1.16 Mengevaluasi kembali DS :


juli pengetahuan keluarga tentang - Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang
13.00 thalasemia thalasemia,keluarga mengatakan saat ini An.N sudah dikurangin
1.15 mengajarkan perilaku hidup untuk konsumsi hati
bersih dan sehat - Keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali tentang
1.16 mengajarkan strategi yang pengertian PHBS secara singkat
dapat digunakan untuk - Keluarga dan klien mampu menjelaskan tujuan dari PHBS
meningkatkan perilaku hidup - Keluarga dan klien mampu menyebutkan manfaat dari PHBS
bersih dan sehat. - Keluarga dan klien mampu menyebutkan indikator PHBS
ditatanan rumah tangga.
DO :
- Keluarga tampak memperhatikan saat mahasiswa menjelaskan
materi
- Keluarga berdiskusi tentang materi yang disampaikan
- Keluarga tampak paham dengan materi yang disampaikan
Kamis 08 1.16 Mengevaluasi perubahan DS :
Juli 2021 pengetahuan keluarga Tn.F, - Keluarga masih mampu menyebutkan kembali,
10:00 terkait penyakit thalasemia pengertian,penyebab,tanda gejala,risiko dan
Wita 1.20 Mengevaluasi Perubahan komplikasithalasemia.
perilaku keluarga terkait dengan -Keluarga mengatakan An.N sudah mengurangi konsumsi hati
kebiasaan PHBS -Keluarga mengatakan saat ini ia lebih banyak mengetahui dan
paham tentang thalasemia
- Keluarga mengatakan sudah menjalankan PHBS sebagian
- Sebagian indikator PHBS terjalankan
( melakukan persalinan di faskes,memberi bayi ASI
eksklusif,Konsumsi sayuran setiap hari,menggunakan air
bersih,mencuci tangan dengan air bersih,menggunakan jamban
sehat )
DO :
-Tampak pengetahuan keluarga terkait thalasemia meningkat
- Adanya perubahan perilaku keluarga dalam merawat An.N
Resiko Gangguan Senin 5 2.1 Mengidentifikasi Kesiapan DS :
pertumbuhan keluarga juli dan kemauan keluarga menerima -Keluarga dapat menjelaskan apa itu gizi seimbang
Tn.F khusunya An.N 13.00 informasi -Keluarga dan klien dapat menyebutkan kembali manfaat dan
2.2 Menyediakan materi dan sumber vitamin dan mineral
89

media pendidikan kesehatan -Keluarga dan klien dapat menyebutkan konsep isi piringku
(Lembar Bolak Balik) - Keluarga dan klien dapat menyebutkan kembali suber dan
2.3 Menjadwalkan pendidikan manfaat karbohidrat
kesehatan sesuai kesepakatan -Keluarga mengatakan paham cara penghitungan IMT dan
2.4 Memberikan kesempatan penilaian status gizi anak
untuk bertanya DO :
2.5Menjelaskan kebutuhan gizi -Keluarga tampak antusias dan kooperatif saat mahasiswa
seimbang pada anak menjelaskan materi
2.7 Menganjurkan menghindari - Keluarga tampak aktif bertanya seputar materi
makanan jajanan yang tidak sehat -Keluarga tampak paham mengenai materi yang disampaikan
2.8 Menganjurkan ibu mahasiswa ditandai dengan keluarga mampu menjawab
mengidentifikasi makanan dan pertanyaan dari mahasiwa
gizi seimbang -Keluarga dapat mengikuti cara penilaian status gizi yang
2.9 Mengajarkan perilaku hidup disampaikan oleh mahasiswa
bersih dan sehat
2.10 Mengajarkan orang tua cara
penilaian status gizi anak
Selasa 6 2.13 Mengevaluasi kembali ke DS :
Juli keluarga cara penilaian status gizi -Keluarga dan klien dapat mengulang menjelaskan kembali
16:00 anak tentang gizi seimbang
- Ny.S mengatakan sudah membatasi anaknya untuk jajan
sembarangan
- Keluarga mengatakan akan mecoba memulai menerapkan gizi
seimbang di makanan sehari-hari
- Keluarga mengatakan sudah bisa menghitung IMT dan
melakukan penilaian status gizi anak.
DO :
-Keluarga tampak paham tentang gizi seimbang
- Keluarga dapat secara mandiri mempraktikan cara penilaian
status gizi anak
Kamis 08 2.10 Mengevaluasi perubahan DS :
Juli 2021 pengetahuan keluarga, terkait -Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang gizi seimbang
10:00 dengan gizi seimbang dan konsep piringku
Wita - Keluarga mengatakan akan berusaha menerapkan gizi seimbang
- An.N mampu mengatakan ia paham cara penghitungan IMT
90

DO :
Keluarga tampak bisa secara mandiri melakukan penilaian status
gizi
Ketegangan pemberi Sabtu 03 3.1 Mengidentifikasi kebutuhan DS :
asuhan keluarga Tn.F Juli 2021 dan harapan keluarga - Ny.S mengatakan harapannya semoga bisa merawat
khususnya Ny.S 10:00 tentang kesehatan kesehatanya anak-anaknya dengan baik
Wita 3.2 Mengidentifikasi tindakan - Ny.S mengatakan ia dan keluarga telah memanfaatkan fasilitas
yang dapat dilakukan keluarga kesehatan
3.3 Identifikasi konsekuensi tidak - Ny.S mengatakan sekarang ia lebih paham tentang masalah
melakukan tindakan bersama kesehatan anaknya
keluarga -Ny.S mengatakan rasa khawatirnya sedikit berkurang saat
3.5 memotivasi pengembangan mengetahui banyak anak thalasemia yang bisa bertahan hingga
sikap dan emosi yang mendukung dewasa
upaya kesehatan DO :
3.6 menggunakan sarana dan -Ny.S tampak terbuka dalam menceritakan masalah yang
fasilitas yang ada dalam keluarga dirasakan kepada mahasiwa
3.7 mengidentifikasi tindakan - Ny.S lebih memahami masalah kesehatan yang di alami An.N
yang dapat dilakukan keluarga - Ny.S telah bergabung dalam grup komunikasi POPTI
3.8 menginformasikan fasilitas - Tampak rasa khawatir berkurang
kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga
3.9 memperkenalkan kepada
keluarga tentang grup POPTI
3.10 menganjurkan menggunakan
fasilitas yang ada
3.11 menganjurkan cara
perawatan yang bisa dilakukan
keluarga
Senin 5 3.12 Mengevaluasi perubahan DS :
juli kekhawatiran Ny.S terkait - Ny.S mengatakan kekhawatiran berkurang
13.00 kelanjutan perawatan An.N - Ny.S mengatakan ia turut mendampingi An.N untuk
3.5 memotivasi pengembangan mengkonsumsi obat kelasi besinya
sikap dan emosi yang mendukung -Ny.S mengatakan ia akan berusaha bisa membagi waktu dalam
upaya kesehatan mengurus ketiga anaknya dan akan meminta bantuan keluarga
3.11 menganjurkan cara terdekat jika ada masalah
91

perawatan yang bisa dilakukan DO :


keluarga -tampak tingkat kekhawatiran Ny.S menurun
(menganjurkan kepada oang tua - Ny.S tampak bisa meyakinkan dirinya bahwa dia bisa merawat
untuk memantau An.N dalam kesehatan anaknya
konsumsi obat kelasi besi rutin
tiap hari )
Kamis 8 3.13 Mengevaluasi perubahan DS :
Juli kemampuan Ny.S merawat An.N -Ny.S mengatakan saat ini berusaha tegar untuk menghadapi
10:00 segala cobaan hidup yang diberikan
Wita - Ny.S mengatakan ia menemani An.N saat mengkonsumsi obat
kelasi besi
DO :
Ny.S tampak mampu melakukan perawatan kesehatan pada An.N
Resiko Gangguan Selasa 6 4.1 Mengidentifikasi kesiapan dan DS :
Integritas Kulit/Jaringan Juli kemampuan menerima informasi -Keluarga dan klien dapat menyebutkan kembali penyebab dari
pada keluarga Tn.F 16:00 4.2 Menyediakan materi dan hiperpigmentasi kulit pada anak thalasemia
khususnya An.N media pendidikan kesehatan -Keluarga dan klien dapat menyebutkan kembali apa saja
4.3Menjadwalkan pendidikan tindakan yang bisa dilakukan untuk perawatan kulit
kesehatan kulit - Keluarga mengatakan sebelumnya An.N memang belum pernah
4.4 Memberikan kesempatan menggunakan pelembab untuk kulit
keluarga untuk bertanya - Keluarga mengatakan selama ini An.N rutin di ingatkan untuk
4.5 Menganjurkan menggunakan mengkonsumsi obat kelasi besi nya setiap hari
tabir surya saat berada diluar DO :
rumah -Tampak adanya minta dari keluarga dank klien untuk menerima
4.6 Menganjurkan minum cukup - Klien tampak kooperatif dibuktikan dengan saat mahasiswa
cairan menyampaikan materi An.N sering bertanya
4.7 Menganjurkan mandi dan -Keluarga dan klien tampak telah memahami tindakan apa saja
menggunakan sabun secukupnya yang perlu dilakukan untuk merawat kulit
4.8 Menganjurkan menggunakan
pelembab
4.9 Menganjurkan melapor jika
ada lesi kulit yang tidak biasa
4.10 Menganjurkan
mengkonsumsi vitamin C dan E
4.11 menganjurkan rutin
92

mengkonsumsi obat kelasi besi


setiap hari
4.12 menjelaskan penyebab dari
peningkatan pigmentasi kulit pada
thalasemia
Kamis 8 Mengevaluasi Perubahan DS :
Juli kemampuan keluarga Tn.F terkait -Keluarga mengatakn sekarang An.N mulai dibiasakan
10:00 perawatan kulit An.N menggunakan pelembab untuk kulit
Wita - Keluarga mengatakan saat ini An.N selalu didampingi saat
konsumsi obat kelasi besinya
DO :
-Keluarga mengikuti salah satu anjuran untuk tindakan perawatan
kulit
- Keluarga mampu memahami tentang cara merawat kulit pada
anak
- Tampak ada perubahan perilaku keluarga dalam merawat An.N
Keluarga 2
Resiko Gangguan Senin 28 1.1 Mengidentifikasi Kesiapan DS :
Pertumbuhan Juni dan kemauan keluarga menerima -Keluarga dan Klien dapat menyebutkan apa itu gizi seimbang
Keluarga Tn.B 2021 informasi -Keluarga dan klien dapat menyebutkan kembali manfaat dan
khusunya An.I 13:00 1.2 Menyediakan materi dan sumber vitamin dan mineral
media pendidikan kesehatan -Keluarga dan klien dapat mnyebutkan kembali konsep isi
(Lembar Bolak Balik) piringku
2.3 Menjadwalkan pendidikan - Keluarga dan klien menyebutkan kembali suber dan manfaat
kesehatan sesuai kesepakatan karbohidrat
2.4 Memberikan kesempatan -Keluarga dan klien mengatakan paham cara penghitungan IMT
untuk bertanya dan penilaian status gizi anak
2.5 Menjelaskan kebutuhan gizi DO :
seimbang pada anak -Keluarga dan klien tampak kooperatif saat mahasiswa
2.7 Menganjurkan menghindari menjelaskan materi
makanan jajanan yang tidak sehat - Keluarga dan klien tampak aktif bertanya seputar materi
2.8 Menganjurkan ibu -Keluarga dan klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiwa
mengidentifikasi makanan dan -Keluarga dan klien dapat mengikuti cara penilaian status gizi
gizi seimbang yang disampaikan oleh mahasiswa
2.9 Mengajarkan perilaku hidup
93

bersih dan sehat


2.10 Mengajarkan orang tua cara
penilaian status gizi anak
Selasa 29 2.10 Mengevaluasi perubahan DS :
Juni pengetahuan keluarga, terkait -Keluarga dan klien dapat mengulang menjelaskan kembali
2021 dengan gizi seimbang tentang gizi seimbang
10:00 2.9 Mengajarkan Perilaku Hidup - Keluarga mengatakan akan berusaha memulai menerapkan gizi
bersih dan sehat seimbang di makanan sehari-hari
- Keluarga dan klien mampu menyebutkan kembali tentang
pengertian PHBS
- Keluarga dan klien mampu menyebutkan manfaat dari PHBS
- Keluarga dan klien mampu menyebutkan Indikator PHBS
ditatanan rumah tangga
-Keluarga mengatakan sudah menjalankan 4 indikator PHBS
( menggunakan air bersih,mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun,menggunakan jamban sehat dan tidak ada yang merokok di
dalam rumah)
DO :
-Keluarga tampak paham tentang gizi seimbang
- Keluarga mampu menerapkan PHBS dirumah
Kamis 1 2.10 Mengevaluasi perubahan DS :
juli 2021 pengetahuan keluarga, terkait - Keluarga dan klien mampu menjelaskan kembali tentang gizi
15:00 dengan gizi seimbang seimbang dan konsep piringku
Wita 2.11 mengevaluasi perubahan - Keluarga mengatakan mengkonsumsi lauk pauk dan sayur-
perilaku keluarga terkait dengan sayuran setiap hari, untuk konsumsi buah-buahan tidak setiap hari
PHBS - Keluarga dan klien mengatakan mampu menghitung IMT
2.13 mengevaluasi cara keluarga -Keluarga mengatakan An.I mulai sekarang rutin mengkonsumsi
melakukan penilaia status gizi vitamin C
anak - Keluarga mengatakan An.I rutin menimbang badan dan
mengukur tinggi badan sebulan sekali saat akan transfusi.
- Keluarga mampu menjelaskan kembali tentang PHBS
-Keluarga mengatakan akan berusahan menerapkan PHBS
DO :
-Keluarga tampak bisa secara mandiri melakukan penilaian status
gizi
94

Kesiapan Peningkatan Selasa 29 2.1 Mengidentifikasi kesiapan dan DS :


Pengetahuan juni 2021 kemampuan keluarga menerima -Keluarga mampu menjelaskan apa itu thalasemia
Keluarga Tn.B 10:00 informasi - Keluarga mampu menjelaskan penyebab thalasemia
Wita 2.2 Menyediakan materi dan -Keluarga mampu menjelaskan komplikasi yang akan terjadi
media untuk penjelasan tentang -Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala thalasemia.
thalasemia - Keluarga mengatakan ia baru mengetahui pantangan makanan
2.3 Menjadwalkan pendidikan untuk anak thalasemia
kesehatan sesuai kesepakatan - Keluarga mengatakan ia baru mengetahui ada 3 jenis thalasemia
2.4 Memberi kesempatan untuk -Keluarga mengatakan ia baru mengetahui tentang nutrisi yang
keluarga bertanya dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk anak thalasemia
2.5 Menjelaskan pengertian dan DO :
penyebab thalasemia -Tampak adanya minat keluarga untuk mengetahui informasi
2.6 Menjelaskan kemungkinan tentang thalasemia
terjadinya komplikasi -Keluarga kooperatif dan antusias mendengarkan penjelasan
2.7 Menjelaskan faktor risiko mahasiswa
yang dapat mempengaruhi -Keluarga aktif berdiskusi dengan mahasiswa tentang thalasemia
kesehatan penderita thalasemia
2.9 Menjelaskan tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh penyakit
2.14 menjelaskan kepada keluarga
tentang nutrisi anak thalasemia
Kamis 1 2.16 Evaluasi perubahan DS :
juli 2021 pengetahuan klien terkait penyakit -Klien mampu menjelaskan kembali tentang thalasemia
15:00 thalasemia - Klien mampu menyebutkan penyebab thalasemia
WITA - Klien mampu menyebutkan pentingnya dari mengkonsumsi obat
kelasi besi setiap hari
DO :
-klien tampak sudah memahami tentang thalasemia
Berdasarkan tabel 4.7 implementasi keperawatan yang dilakukan berdasarkan dari

rencana atau intervensi yang telah dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai

dengan intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai Implementasi pada

keluarga 1 dilakukan selama 4 hari dan Implementasi pada keluarga 2 dilakukan selama 3

hari.Implementasi berupa tindakan pencegahan dan promosi kesehatan

7. Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.8
Evaluasi Keperawatan Keluarga dengan anak thalasemia di wilayah kerja
Puskesmas sepinggan baru dan wilayah kerja puskesmas gunung samarinda.
Hari Ke Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Keluarga 1
Hari 1 Defisit Pengetahuan Keluarga S:
Sabtu 03 Juli 2021 Tn.F berhubungan dengan -Keluarga dan klien mampu
10:00 Wita ketidakmampuan mengenal menyebutkan apa itu thalasemia
masalah kesehatan - Keluarga mampu
menyebutkan penyebab
thalasemia
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan komplikasi yang
akan terjadi
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan tanda dan gejala
thalasemia
-Keluarga mampu menyebutkan
nutrisi yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan untuk anak
thalasemia
- Keluarga mengatakan baru
mengetahui tentang nutrisi yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk anak thalasemia
O:
-Tampak adanya minat
keluarga untuk mengetahui
informasi tentang thalasemia
-Keluarga kooperatif dan
antusias mendengarkan
penjelasan mahasiswa
-Keluarga aktif bertanya
A:
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan kembali tentang
pengertian,komplikasi,penyebab
dan tanda gejala thalasemia.
P:

95
96

Lanjutkan Intervensi 1.14


- evaluasi kembali pengetahuan
keluarga tentang thalasemia
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat.

Ketegangan pemberi asuhan S:


keluarga Tn.F khususnya Ny.S - Ny.S mengatakan
harapannya semoga bisa
merawat kesehatanya anak-
anaknya dengan baik
- Ny.S mengatakan ia dan
keluarga telah memanfaatkan
fasilitas kesehatan
- Ny.S mengatakan sekarang ia
lebih paham tentang masalah
kesehatan anaknya
-Ny.S mengatakan rasa
khawatirnya sedikit berkurang
saat mengetahui banyak anak
thalasemia yang bisa bertahan
hingga dewasa
O:
-Ny.S tampak terbuka dalam
menceritakan masalah yang
dirasakan kepada mahasiwa
- Ny.S lebih memahami
masalah kesehatan yang di
alami An.N
- Ny.S telah bergabung dalam
grup komunikasi POPTI
- Tampak rasa khawatir
berkurang
A:
Ny.S mampu memahami
masalah kesehatan An.N
P:
Pertahankan intervensi dan
evaluasi kembali
Hari 2 Defisit Pengetahuan Keluarga S:
Senin 5 juli 2021 Tn.F berhubungan dengan - Keluarga dapat menjelaskan
13.00 ketidakmampuan mengenal kembali tentang
masalah kesehatan thalasemia,keluarga
mengatakan saat ini An.N sudah
dikurangin untuk konsumsi hati
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan kembali tentang
pengertian PHBS secara singkat
-Keluarga dan klien mampu
menjelaskan tujuan dari PHBS
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan manfaat dari
PHBS
-Keluarga dan klien mampu
menyebutkan indikator PHBS
97

ditatanan rumah tangga.


O:
-Keluarga tampak
memperhatikan saat mahasiswa
menjelaskan materi
-Keluarga berdiskusi tentang
materi yang disampaikan
-Keluarga tampak paham
dengan materi yang
disampaikan
A:
- Keluarga dapat memahami
tentang PHBS di tatanan rumah
tangga dan pengetahuan
keluarga tentang thalasemia
meningkat
P:
Pertahankan intervensi dan
Memberitahu keluarga untuk
dapat meningkatkan PHBS di
masa pandemi saat ini
Ketegangan pemberi asuhan S:
keluarga Tn.F khususnya Ny.S - Ny.S mengatakan
kekhawatiran berkurang
- Ny.S mengatakan ia turut
mendampingi An.N untuk
mengkonsumsi obat kelasi
besinya
-Ny.S mengatakan ia akan
berusaha bisa membagi waktu
dalam mengurus ketiga anaknya
dan akan meminta bantuan
keluarga terdekat jika ada
masalah
O:
-tampak tingkat kekhawatiran
Ny.S menurun
- Ny.S tampak bisa meyakinkan
dirinya bahwa dia bisa merawat
kesehatan anaknya
A:
Kekhawatiran Ny.S menurun
P:
Pertahankan intervensi dan
Memberitahu keluarga untuk
aktif di dalam grup komunikasi
POPTI untuk mencari informasi
dan dapat sharing tentang
penyakit thalasemia dengan
Orang tua anak thalasemia
lainnya.
Resiko Gangguan pertumbuhan S:
keluarga Tn.F khusunya An.N -Keluarga dapat menjelaskan
apa itu gizi seimbang
-Keluarga dan klien dapat
98

menyebutkan kembali manfaat


dan sumber vitamin dan mineral
-Keluarga dan klien dapat
menyebutkan konsep isi
piringku
- Keluarga dan klien dapat
menyebutkan kembali suber dan
manfaat karbohidrat
-Keluarga mengatakan paham
cara penghitungan IMT dan
penilaian status gizi anak
O:
-Keluarga tampak antusias dan
kooperatif saat mahasiswa
menjelaskan materi
- Keluarga tampak aktif
bertanya seputar materi
-Keluarga tampak paham
mengenai materi yang
disampaikan mahasiswa
ditandai dengan keluarga
mampu menjawab pertanyaan
dari mahasiwa
-Keluarga dapat mengikuti cara
penilaian status gizi yang
disampaikan oleh mahasiswa
A:
Keluarga dapat memahami
materi yang diberikan oleh
mahasiswa
P:
Pertahankan Intervensi dan
evaluasi kembali
Hari 3 Resiko Gangguan pertumbuhan S:
Selasa 6 Juli 2021 keluarga Tn.F khusunya An.N -Keluarga dan klien dapat
16:00 mengulang menjelaskan
kembali tentang gizi seimbang
- Ny.S mengatakan sudah
membatasi anaknya untuk jajan
sembarangan
- Keluarga mengatakan akan
mecoba memulai menerapkan
gizi seimbang di makanan
sehari-hari
- Keluarga mengatakan sudah
bisa menghitung IMT dan
melakukan penilaian status gizi
anak.
O;
-Keluarga tampak paham
tentang gizi seimbang
- Keluarga dapat secara mandiri
mempraktikan cara penilaian
status gizi anak
A:
99

Keluarga memahami materi


yang disampaikan mahasiswa
P:
Pertahankan intervensi
Memberitahu keluarga untuk
tetap menjaga pola makan sehat
dan memantau pertumbuhan
anak
Resiko Gangguan Integritas S:
Kulit/Jaringan pada keluarga -Keluarga dan klien dapat
Tn.F khususnya An.N menyebutkan kembali penyebab
dari hiperpigmentasi kulit pada
anak thalasemia
-Keluarga dan klien dapat
menyebutkan kembali apa saja
tindakan yang bisa dilakukan
untuk perawatan kulit
- Keluarga mengatakan
sebelumnya An.N memang
belum pernah menggunakan
pelembab untuk kulit
- Keluarga mengatakan selama
ini An.N rutin di ingatkan untuk
mengkonsumsi obat kelasi besi
nya setiap hari
O:
-Tampak adanya minta dari
keluarga dank klien untuk
menerima
- Klien tampak kooperatif
dibuktikan dengan saat
mahasiswa menyampaikan
materi An.N sering bertanya
-Keluarga dan klien tampak
telah memahami tindakan apa
saja yang perlu dilakukan untuk
merawat kulit
A:
Keluarga dapat menyebutkan
tindakan apa saja yang perlu
dilakukan untuk merawat klien

P:
Pertahankan intervensi
Memberitahu keluarga untuk
memantau An.N untuk rutin
mengkonsumsi obat kelasi besi
setiap hari
Hari 4 Defisit Pengetahuan Keluarga S:
Kamis 08 Juli 2021 Tn.F berhubungan dengan - Keluarga masih mampu
10:00 Wita ketidakmampuan mengenal menyebutkan kembali,
masalah kesehatan pengertian, penyebab, tanda
gejala, risiko dan
komplikasit halasemia.
- Keluarga mengatakan An.N
100

sudah mengurangi konsumsi


hati
- Keluarga mengatakan saat ini
ia lebih banyak mengetahui
dan paham tentang
thalasemia
- Keluarga mengatakan sudah
menjalankan PHBS sebagian
- Sebagian indikator PHBS
terjalankan (melakukan
persalinan di faskes,
memberi bayi ASI eksklusif,
Konsumsi sayuran setiap
hari,menggunakan air
bersih,mencuci tangan
dengan air bersih,
menggunakan jamban sehat
)
O:
- Tampak pengetahuan keluarga
terkait thalasemia meningkat
- Adanya perubahan perilaku
keluarga dalam merawat
An.N
A:
Keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan
P:
Hentikan Intervensi
Resiko gangguan pertumbuhan S:
keluarga Tn.F khususnya An.N -Keluarga mampu menjelaskan
kembali tentang gizi seimbang
dan konsep piringku
- Keluarga mengatakan akan
berusaha menerapkan gizi
seimbang
- An.N mampu mengatakan ia
paham cara penghitungan IMT
O:
Keluarga tampak bisa secara
mandiri melakukan penilaian
status gizi
A:
Keluarga mampu melakukan
pencegahan terjadinya
gangguan pertumbuhan
P:
Hentikan Intervensi
Ketegangan pemberi asuhan S:
keluarga Tn.F khususnya Ny.S -Ny.S mengatakan saat ini
berusaha tegar untuk
menghadapi segala cobaan
hidup yang diberikan
- Ny.S mengatakan ia
101

menemani An.N saat


mengkonsumsi obat kelasi besi
O:
Ny.S tampak mampu
melakukan perawatan kesehatan
pada An.N
A:
Ny.S mampu memberikan
asuhan dalam keluarga
P:
Hentikan Intervensi
Resiko Gangguan Integritas S:
Kulit/Jaringan pada keluarga -Keluarga mengatakn sekarang
Tn.F khususnya An.N An.N mulai dibiasakan
menggunakan pelembab untuk
kulit
- Keluarga mengatakan saat ini
An.N selalu didampingi saat
konsumsi obat kelasi besinya
O:
-Keluarga mengikuti salah satu
anjuran untuk tindakan
perawatan kulit
- Keluarga mampu memahami
tentang cara merawat kulit pada
anak
- Tampak ada perubahan
perilaku keluarga dalam
merawat An.N
A:
Keluarga dapat merawat
anggota keluarga yang sakit
P:
Hentikan Intervensi
Keluarga 2
Hari 1 Resiko Gangguan S:
Senin 28 Juni 2021 Pertumbuhan Keluarga Tn.B -Keluarga dan Klien dapat
13:00 khusunya An.I menyebutkan apa itu gizi
seimbang
-Keluarga dan klien dapat
menyebutkan kembali manfaat
dan sumber vitamin dan mineral
-Keluarga dan klien dapat
mnyebutkan kembali konsep isi
piringku
- Keluarga dan klien
menyebutkan kembali suber dan
manfaat karbohidrat
-Keluarga dan klien
mengatakan paham cara
penghitungan IMT dan
penilaian status gizi anak
O:
-Keluarga dan klien tampak
102

kooperatif saat mahasiswa


menjelaskan materi
- Keluarga dan klien tampak
aktif bertanya seputar materi
-Keluarga dan klien mampu
menjawab pertanyaan dari
mahasiwa
-Keluarga dan klien dapat
mengikuti cara penilaian status
gizi yang disampaikan oleh
mahasiswa
A:
- Keluarga dan klien dapat
memahami materi yang
diberikan oleh mahasiswa
P:
Lanjutkan Intervensi
2.9 Mengajarkan Perilaku
Hidup bersih dan sehat
2.10 mengevaluasi perubahan
pengetahuan keluarga
Hari 2 Kesiapan Peningkatan S:
Selasa 29 juni 2021 Pengetahuan Keluarga Tn.B -Keluarga mampu menjelaskan
10:00 Wita apa itu thalasemia
- Keluarga mampu menjelaskan
penyebab thalasemia
-Keluarga mampu menjelaskan
komplikasi yang akan terjadi
-Keluarga mampu menjelaskan
tanda dan gejala thalasemia.
- Keluarga mengatakan ia baru
mengetahui pantangan makanan
untuk anak thalasemia
- Keluarga mengatakan ia baru
mengetahui ada 3 jenis
thalasemia
-Keluarga mengatakan ia baru
mengetahui tentang nutrisi yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk anak thalasemia
O:
-Tampak adanya minat
keluarga untuk mengetahui
informasi tentang thalasemia
-Keluarga kooperatif dan
antusias mendengarkan
penjelasan mahasiswa
-Keluarga aktif berdiskusi
dengan mahasiswa tentang
thalasemia
A:
Pengetahuan keluarga
meningkat terkait thalasemia
P:
Pertahankan Intervensi dan
103

evaluasi perubahan pengetahuan


klien terkait penyakit
thalasemia
Resiko Gangguan S:
Pertumbuhan Keluarga Tn.B -Keluarga dan klien dapat
khusunya An.I mengulang menjelaskan
kembali tentang gizi seimbang
- Keluarga mengatakan akan
berusaha memulai menerapkan
gizi seimbang di makanan
sehari-hari
- Keluarga dan klien mampu
menyebutkan kembali tentang
pengertian PHBS
- Keluarga dan klien mampu
menyebutkan manfaat dari
PHBS
- Keluarga dan klien mampu
menyebutkan Indikator PHBS
ditatanan rumah tangga
-Keluarga mengatakan sudah
menjalankan 4 indikator PHBS
( menggunakan air
bersih,mencuci tangan dengan
air bersih dan
sabun,menggunakan jamban
sehat dan tidak ada yang
merokok di dalam rumah)
O;
-Keluarga tampak paham
tentang gizi seimbang
- Keluarga mampu menerapkan
PHBS dirumah
A:
Keluarga dapat menerapkan
sebagian indikator PHBS rumah
tangga
P:
Pertahankan intervensi dan
memberitahu keluarga untuk
tetap menjaga pola makan sehat
, memantau pertumbuhan anak
dan meningkatkan PHBS
dimasa pandemi saat ini
Hari 3 Resiko Gangguan S:
Kamis 1 juli 2021 Pertumbuhan Keluarga Tn.B -Keluarga dan klien mampu
15:00 WITA khusunya An.I menjelaskan kembali tentang
gizi seimbang dan konsep
piringku
- Keluarga mengatakan
mengkonsumsi lauk pauk dan
sayur-sayuran setiap hari, untuk
konsumsi buah-buahan tidak
setiap hari
- Keluarga dan klien
104

mengatakan mampu
menghitung IMT
-Keluarga mengatakan An.I
mulai sekarang rutin
mengkonsumsi vitamin C
- Keluarga mengatakan An.I
rutin menimbang badan dan
mengukur tinggi badan sebulan
sekali saat akan transfusi.
- Keluarga mampu menjelaskan
kembali tentang PHBS
-Keluarga mengatakan akan
berusahan menerapkan PHBS
O:
-Keluarga tampak bisa secara
mandiri melakukan penilaian
status gizi
A:
Masalah teratasi, Keluarga
mampu melakukan pencegahan
terjadinya gangguan
pertumbuhan
P:
Hentikan Intervensi
Kesiapan Peningkatan S:
Pengetahuan Keluarga Tn.B -Klien mampu menjelaskan
kembali tentang thalasemia
- Klien mampu menyebutkan
penyebab thalasemia
- Klien mampu menyebutkan
pentingnya dari mengkonsumsi
obat kelasi besi setiap hari
O:
-klien tampak sudah memahami
tentang thalasemia
A:
Pengetahuan klien meningkat
mengenai thalasemia
P:
Hentikan intervensi

Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil evaluasi dari keluarga 1 dan Keluarga 2

yang dituangkan dengan SOAP. Hasil evaluasi menunjukkan adanya perubahan

tingkat pengetahuan dan perubahan perilaku keluarga dalam merawat anak dengan

thalasemia
105

B. Pembahasan

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas tentang adanya

kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan

keluarga pada keluarga 1 dan keluarga 2 dengan anak thalasemia di wilayah

kerja puskesmas sepinggan baru dan puskesmas gunung samarinda. Kegiatan

yang dilakukan meliputi pengkajian diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Menurut Depkes RI dalam buku PPSDM Keperawatan Keluarga dan

Komunitas Komprehensif (2017). Pengkajian keperawatan merupakan

proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah pengumpulan

informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk

menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan,

dan kesehatan klien.

Pengkajian pada keluarga 1 di dapatkan data An.N perempuan usia

11 tahun tampak kondisi dalam keadaan sehat, di diagnosis thalasemia

sejak usia 13 bulan. Pada pemeriksaan fisik An.N tampak kurus dan

pigmentasi kulit meningkat.kulit tampak kehitaman. Hal ini sesuai dengan

teori, anak dengan thalasemia memiliki gejala khas Keadaan kuning pucat

pada kulit,jika sering ditransfusi, kulitnya menjadi kelabu karena

penimbunan besi (Huda & Kusuma 2016). Hal ini dapat terjadi karena

tubuh merespon dengan pembentukkan eritropoetin yang masuk ke

sirkulasi. Akibat hal tersebut, akhirnya merangasang eritropoesis dan


106

terjadinya pembentukkan RBC baru yang immature dan mudah lisis

menyebabkan Hb menurun. Selanjutnya, terjadi peningkatan Fe yang

akibatnya menjadi hemosiderosis dank lien mengalami peningkatan

pigmentasi kulit (Huda & Kusuma 2016). Sedangkan pada pengkajian

keluarga 2 An. I perempuan berusia 14 tahun dan menderita thalasemia

sejak usia 3 bulan,tidak mengalami peningkatan pigmentasi kulit, kulit

dalam kondisi baik. Pada riwayat kesehatan lalu An.N yang mengalami

peningkatan pigmentasi kulit pernah mengalami pembesaran limfa

(splenomegaly) pada usia 13 bulan sedangkan pada An.I keluarga

mengatakan tidak ada mengalami masalah kesehatan tersebut.

Pengkajian pada kedua keluarga. kedua anak yang menderita

thalasemia tampak dalam keadaan sehat. An.N dan An.I menjalani rutin

tiap 1 bulan sekali untuk transfusi darah . An.N dan An.I status gizi

berada pada kategori baik akan tetapi berada pada garis kuning grafik

keluarga mengatakan Anak tidak ada masalah dalam pola makan,tidak

pilih-pilih makanan, makan 3x sehari tapi berat badan sulit naik. Pada

keluarga 2, An.I mengatakan ia baru menstruasi di usia 14 tahun,An.I

mengatakan Haid tidak lancar siklus 2 bulan sekali. Menurut teori, anak

dengan thalasemia beresiko mengalami gangguan pertumbuhan. Faktor

lama sakit memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan,

semakin lama seseorang telah menderita thalasemia, maka semakin besar

kemungkinan terjadi gangguan sistemik. Gangguan sistemik yang dapat

terjadi pada penderita thalasemia misalnya hepatosplenomegali,


107

hemosiderosis dan deformitas tulang sangat berpengaruh terhadap

gangguan gizi dan pertumbuhan terutama pada penderita thalasemia anak

(Purba, 2019).

Pada pengkajian stressor dan koping keluarga, pada keluarga 1 di

dapatkan masalah Ny. S mengatakan yang menjadi pikiran saat ini adalah

bagaimana masa depan An.N yang harus seumur hidup menjalani

transfusi darah dan juga Ny.S mengatakan khawatir tidak bisa merawat

An.N dengan baik. Ny.S juga masih sering memikirkan An.H yang telah

meninggal ditahun 2018 dikarenakan sakit. Ny.S tampak menangis saat

menceritakan An.N dan mengingat An. Pada keluarga 2 tidak di dapatkan

masalah pada stressor dan koping keluarga. Pada pengkajian tampak

pengetahuan pada keluarga 1 tentang thalasemia kurang,sedangkan pada

keluarga 2 pengetahuan keluarga tentang thalasemia baik.

Pada pengkajian kemampuan tugas kesehatan keluarga didapatkan

data keluarga 1 mampu menjalani 4 tugas kesehatan keluarga dan 1 tugas

kesehatan keluarga yang tidak mampu keluarga jalani ialah

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Pada keluarga 2

di dapatkan data keluarga mampu menjalani 5 tugas kesehatan keluarga

Pada hasil pengkajian kedua keluarga di dapatkan keluhan masalah yang

berbeda.

Penulis berasumsi bahwa dalam perawatan anak dengan Thalasemia

peran keluarga sangat berpengaruh besar dalam menjalani pengobatan

yang berlangsung secara terus menerus, terutama pada anak kecil yang
108

memerlukan perlindungan dan kasih sayang dari orang tua Selain peran

keluarga, pendidikan kesehatan sangat penting untuk diberikan bagi orang

tua sehingga kedepannya dapat melakukan perawatan pada anak

thalasemia.

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu

penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi

respons pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang

berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Berdasarkan hal tersebut

peneliti dalam kasus asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak

thalasemia menegakkan masalah keperawatan berdasarkan dari

pengkajian yang didapatkan.

Menurut (Huda & Kusuma 2016) terdapat 7 diagnosa keperawatan

yang sering ditegakkan pada anak dengan thalasemia yaitu : perfusi

perifer tidak efektif,gangguan tumbuh kembang,gangguan citra

tubuh,intoleransi aktifitas,resiko gangguan integritas kulit/jaringan,pola

nafas tidak efektif dan resiko infeksi.

Pada hasil pengkajian keluarga 1 ditegakkan diagnosa keperawatan

defisit pengetahuan keluarga Tn.F b.d ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah kesehatan, Resiko gangguan pertumbuhan keluarga

Tn.F khususnya pada An.N,Ketegangan pemberi asuhan keluarga Tn.F


109

khusunya Ny.s b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan dan Resiko gangguan integritas kulit/jaringan keluarga Tn.F

khususnya An.N

Pada hasil pengkajian keluarga 2 ditegakkan diagnosa keperawatan

Resiko gangguan pertumbuhan keluarga Tn.B dan Kesiapan peningkatan

pengetahaun keluarga Tn.B

a) Pengetahuan Keluarga mengenai Thalasemia

Hasil pengkajian 2 keluarga menunjukkan adanya perbedaan

tingkat pengetahuan pada kedua keluarga. Pada keluarga 1 An.N

menderita thalasemia sejak usia 13 bulan dan sekarang berusia 11 tahun.

Ny.S sebagai ibu berusia 40 tahun pendidikan SMP. Keluarga mengatakan

tidak mengetahui pasti penyebab dari thalasemia,keluarga tidak

mengetahui jika thalasemia merupakan penyakit keturunan,keluarga juga

hanya mengetahui jika thalasemia sama seperti anemia dan orang tua tidak

tergabung di dalam grup komunikasi POPTI (Persatuan orang tua

penyandang thalasemia Indonesia). Penulis menegakkan diagnosa

keperawatan deficit pengetahuan

Pada keluarga 2 An.I menderita thalasemia sejak usia 3 bulan dan

sekarang berusia 14 tahun. Ny.S sebagai Ibu berusia 47 tahun pendidikan

SMA. Keluarga dapat menjelaskan tentang thalasemia,keluarga

mengetahui penyebab thalasemia dan keluarga mengetahui komplikasi

yang bisa terjadi pada anak thalasemia.Keluarga tergabung di dalam grup

komunikasi POPTI (Persatuan orang tua penyandang thalasemia


110

Indonesia). Keluarga mengatakan ingin mengetahui lebih banyak tentang

thalasemia. Penulis menegakkan diagnosa kesiapan peningkatan

pengetahuan

Pada dasarnya tinggi rendahnya pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut (Mubarak 2007), beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,diantaranya

meliputi umur seseorang,tingkat pendidikan,pekerjaan,minat,pengalaman

serta sumber informasi.

Orang tua dalam menjalankan perannya merawat anak penderita

thalasemia perlu dibekali dengan pengetahuan yang berkaitan dengan

penyakit thalasemia. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai

penyakit thalasemia dapat mengakibatkan tidak optimalnya perawatan

yang diberikan oleh orang tua pada anak penderita thalasemia (Zainab,

2016)

Jurnal Penelitian Marnis, Indriati, dan Nauli (2018) dengan judul

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kualitas Hidup Anak

Thalasemia menyebutkan adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan orang tua terutama ibu dengan kualitas hidup anak penderita

thalasemia. Pengetahuan orang tua dalam merawat anak penderita

talasemia dibutuhkan untuk mempermudah dalam mengambil keputusan

dan tindakan yang dibutuhkan apabila anak memerlukan perawatan di

rumah atau di rumah sakit .

Salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat diterapkan


111

adalah pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan secara umum dapat

memberikan informasi mengenai kesehatan, dalam hal ini adalah

informasi mengenai penyakit thalasemia sehingga memudahkan orang tua

dalam merawat anak penderita thalasemia (Notoatmodjo, 2012).

Dari pernyataan diatas penulis menyusun intervensi pendidikan

kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga 1 dan 2 Didalam

pelaksanaan rencana tindakan, penulis melakukan penyuluhan kesehatan

tentang thalasemia dengan menggunakan lembar balik , hal ini bertujuan

untuk memudahkan pemahaman kepada keluarga, dan lembar balik

diberikan untuk disimpan keluarga untuk bahan pengingat jika keluarga

lupa dengan yang diajarkan.

Setelah di lakukan implementasi selama 3 hari untuk keluarga 1

dan 2 hari untuk keluarga 2, di dapatkan data evaluasi kedua keluarga

pengetahuan meningkat. Keluarga memahami dan mampu mengulangi

pengertian thalasemia, penyebab dari thalasemi, komplikasi yang dapat

terjadi pada anak thalasemia, nutrisi yang dianjurkan dan tidak di anjurkan

untuk anak thalasemia dan adanya perubahan perilaku keluarga dalam

merawat anak dengan thalasemia. Penulis berasumsi bahwa memberi

pendidikan kesehatan kepada keluarga klien sangatlah penting untuk

meningkatkan pengetahuan keluarga,sebab pengetahuan dari keluarga

akan berpengaruh kepada kesejahteraan kesehatan anak, khususnya ibu

yang memiliki peranan penting dalam menjaga dan merawat anaknya.

Pada jurnal penelitian (Marnis et al., 2018) dengan judul


112

Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kualitas hidup anak thalasemia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara tingkat pengetahuan ibu dengan kualitas hidup anak thalassemia.

Ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kualitas hidup anak yang

normal dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah.

b) Ketegangan pemberi asuhan

Hasil pengkajian 2 keluarga. Menunjukkan adanya masalah

ketegangan pemberi asuhan pada keluarga 1 yang tingkat pengetahuan

mengenai thalasemia kurang. Masalah tersebut ditemukan pada Ny.S

sebagai seorang Ibu. Ny.S mengatakan yang menjadi pikirannya saat ini

adalah bagaimana masa depan An.N yang harus seumur hidup menjalani

transfusi darah dan juga Ny.S mengatakan khawatir tidak mampu merawat

An.N dengan baik. Ny.S juga masih sering memikirkan An.H yang telah

meninggal dunia ditahun 2018 dikarenakan sakit. Tampak rasa

kekhawatiran dari Ny.S untuk keadaan kesehatan An.N. Ny.S tampak

menangis saat menceritakan An.N dan mengingat An.H.

Pada keluarga 2 yang tingkat pengetahuan keluarga baik mengenai

thalasemia tidak ditemukan adanya masalah ketegangan pemberi asuhan.

Orang tua beresiko mengalami kecemasan karena merasa bersalah

atas kondisi anak, tidak ada kepastian kesembuhan dan proses pengobatan

penyakit yang berlangsung sepanjang hidup anak (Hastuti, 2015). Pada

hasil pengkajian 2 keluarga, terlihat keluarga yang kurang pengetahuan

tentang thalasemia mengalami kecemasan lebih tinggi di bandingkan


113

dengan keluarga yang memiliki pengetahuan baik tentang thalasemia.

Menurut Hidayat (2004) dalam Mariyam & Kurniawan (2008) bahwa

tingkat pengetahuan seseorang yang rendah akan cenderung lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding seseorang yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian (Hastuti, 2015)

dapat disimpulkan bahwa pengetahuan orang tua yang umumnya rendah

berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua yang umumnya sedang

berat.

Pengetahuan juga akan berdampak pada pengendalian kondisi

psikis seseorang. Keadaan yang memaksa orangtua harus selalu membawa

anaknya yang menderita Thalasemia ke rumah sakit untuk berobat terus

menurus secara berkelanjutan dapat menyebabkan timbulnya perasaan

bosan, jenuh, capek dan putus asa, sehingga memacu munculnya

ketegangan, kegelisahan dan ketakutan berkelanjutan yang akhirnya bisa

berdampak terhadap timbulnya kecemasan, stres dan depresi. Pemberian

informasi tentang Thalasemia sangat diperlukan karena dapat

meningkatkan pengetahuan keluarga /orangtua, sehingga berdampak pada

meningkatnya kemampuan keluarga/ orangtua dalam merawat anak yang

memiliki penyakit Thalasemia (Susyanti & Prayustira, 2019).

Dari pernyataan diatas penulis menyusun intervensi Pemberian

Informasi tentang gup komunikasi POPTI (Persatuan orang tua

penyandang thalasemia Indonesia) agar orang tua mendapatkan informasi

lebih tentang thalasemia,. Mengenalkan tentang masalah kesehatan An.N


114

di pendidikan kesehatan tentang thalasemia. Memberikan dukungan dan

motivasi kepada Ny.S sebagai pemberi asuhan di keluarga

Setelah di lakukan implementasi selama 3 hari, dan di dapatkan

data evaluasi pengetahuan pemberi asuhan meningkat,sehingga rasa

kekhawatiran berkurang dan mampu merawat anak yg sakit sesuai

anjuran.

Penulis berasumsi bahwa pendidikan kesehatan kepada orang tua

anak thalasemia itu sangat penting dalam perubahan persepsi pemikiran

dari orang tua, saat orang tua lebih mengenal tentang masalah kesehatan

yang dialami anaknya, orang tua akan lebih paham hal apa yang harus ia

lakukan untuk menghindari masalah kesehatan anaknya bertambah buruk

dan ini akan berpengaruh kepada tingkat kekhawatiran dari orang tua.

Serta pentingnya tenaga kesehatan memberi dukungan kepada orang tua

dalam pemberian informasi.

Menurut (Marnis et al., 2018) Pengetahuan yang dimiliki orangtua

akan mempermudah segala keputusan dan tindakan yang akan diambil

apabila anak memerlukan perawatan dirumah atau dirumah sakit. Hal

tersebut akan meningkatkan optimisme terhadap kelangsungan hidup pada

anak thalasemia dan mengurangi tingkat stress pada orangtua yang

merawatnya. Orangtua, pada akhirnya lebih bisa berfikir positif terhadap

apa yang dihadapi dalam menjalani pengobatan anak.

c) Resiko gangguan pertumbuhan

Hasil pengkajian 2 keluarga menunjukkan adanya resiko gangguan


115

pertumbuhan. Pada keluarga 1 An.N pada data subyektif Ny.S mengatakan

An.N berat badan sulit naik. Tidak ada gangguan pola makan pada An.N,

makan teratur 3x sehari dan tidak pilih-pilih makanan. Pada data obyektif

Berat Badan 25 kg Tinggi Badan 130 cm Lila 17 cm. Berdasarkan hasil

penilaian status gizi anak, An.N masuk dalam kategori gizi baik, akan

tetapi berada pada garis kuning grafik.

Pada Keluarga 2, An.I pada data subyektif An.I mengatakan ia

menstruasi tidak lancar, siklus haid 2 bulan sekali, An.I menstruasi

pertama di usia 14 tahun, Ny.S mengatakan An.I tidak ada masalah dalam

pola makan,tidak pilih-pilih makanan, makan 3x sehari. Pada data obyektif

Berat badan 39kg Tinggi Badan 150 cm Uk.lila 18cm, Berdasarkan hasil

penilaian status gizi anak, An.I masuk dalam kategori gizi baik, akan

tetapi berada pada garis kuning grafik. Kedua Klien menderita thalasemia

>5thn dan rutin tiap bulan sekali harus transfusi darah.

Pada diagnosa keperawatan Resiko Gangguan pertumbuhan

menurut (PPNI, 2016) Faktor risiko gangguan pertumbuhan salah satunya

penyakit kronis. Faktor lama sakit memiliki hubungan yang signifikan

terhadap pertumbuhan, semakin lama seseorang telah menderita

thalasemia, maka semakin besar kemungkinan terjadi gangguan sistemik.

Gangguan sistemik yang dapat terjadi pada penderita thalasemia misalnya

hepatosplenomegali, hemosiderosis dan deformitas tulang sangat

berpengaruh terhadap gangguan gizi dan pertumbuhan terutama pada

penderita thalasemia anak (Purba, 2019).


116

Timbulnya gangguan pertumbuhan pada anak thalasemia dapat

terjadi dikarenakan tranfusi berlebih yang dapat menyebabkan

penimbunan zat besi dalam tubuh, Maka dari itu kepatuhan konsumsi

kelasi besi harus sangat diperhatikan. Selain itu, hal yang juga perlu

diperhatikan khusus ialah kebutuhan nutrisi pada anak penderita

thalasemia. Mengingat bahwa nutrisi juga sangat berperan penting

dalam mengoptimalkan kinerja pada seluruh organ yang salah satunya

ialah organ pertumbuhan dan juga manajemen yang tepat bagi setiap

pasien thalasemia ialah pengenalan dini gangguan pertumbuhan dan

pemberian kelasi besi yang tepat adalah sangat penting untuk kualitas

hidup. (Syobri et al., 2020).

Pada Pengkajian di keluarga 2 An.I ada mengatakan bahwa ia

menstruasi di usia 14 tahun dan siklus menstruasi 2 bulan sekali.

Pada jurnal penelitian (Moeryono, 2016) menyatakan Pubertas

yang terlambat banyak terjadi pada anak dengan thalassemia yang tidak

mendapat terapi kelasi besi dengan adekuat. Keterlambatan pubertas itu

dapat karena deposit besi yang tinggi dalam tubuh dan terapi besi yang

tidak adekuat.Selain itu pubertas juga dipengaruhi oleh status gizi. Pada

jurnal penelitian (Febrina, 2016) dengan judul penelitian Hubungan status

gizi dengan keteraturan siklus menstruasi juga menyatakan bahwa ada

hubungan signifikan dari status gizi terhadap keteraturan siklus

menstruasi.

Dari pernyataan diatas penulis menyusun intervensi Edukasi


117

Kesehatan tentang gizi seimbang dan Mengajarkan keluarga cara penilaian

status gizi anak menggunakan lembar balik dan grafik indeks masa tubuh ,

hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman kepada keluarga, dan

lembar balik diberikan untuk disimpan keluarga untuk bahan pengingat

jika keluarga lupa dengan yang diajarkan dan juga grafik indeks masa

tubuh diberikan kepada keluarga untuk digunakan dalam memantau

pertumbuhan fisik anak.

Setelah di lakukan implementasi selama 3 hari, di dapatkan data

evaluasi kedua keluarga pengetahuan tentang gizi seimbang meningkat.

Keluarga memahami dan mampu mengulangi tentang gizi seimbang dan

konsep isi piringku. Dan juga keluarga mampu mempraktikan secara

mandiri cara penilaian status gizi anak. Masalah teratasi dan intervensi

dihentikan.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis berasumsi bahwa intervensi

edukasi gizi seimbang dan mengajarkan keluarga cara penilaian status gizi

anak membantu untuk melakukan pencegahan gangguan pertumbuhan

fisik anak.

d) Resiko gangguan integritas kulit/jaringan

Hasil pengkajian pada 2 keluarga. Didapatkan pada keluarga 1 An.N

ditemukan data obyektif Warna kulit kehitaman pigmentasi kulit

meningkat, kulit tampak kering,turgor kulit baik, tidak ada tanda-tanda

infeksi. Pada pengkajian keluarga 2 An.I tidak ditemukan permasalahan

pada kulit, Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada bekas
118

luka, tidak ada tand-tanda infeksi. Tidak ada tanda hiperpigmentasi kulit

meningkat.

Pigmentasi kulit meningkat pada anak thalasemia mayor merupakan

salah satu komplikasi yang terjadi karena transfusi darah berulang,

sehingga zat besi di dalam tubuh meningkat dan terjadi penimbunan zat

besi dibawah kulit.

Pada pathway thalasemia menurut (Huda et al 2016) saat

Hemoglobin menurun, memerlukan transfusi darah, saat transfusi darah

terjadi peningkatan fe , mengakibatkan terjadinya hemosiderosis dan

menyebabkan peningkatkan pigmentasi kulit dan muncul masalah

keperawatan resiko gangguan integritas kulit.

Penderita thalasemia secara rutin melakukan transfusi darah, artinya

penderita thalasemia secara rutin mendapatkan eritrosit yang mengandung

zat besi sebagai salah satu penyusun eritrosit. Kadar feritin merupakan

suatu ukuran simpanan zat besi retikuloendotelial yang sangat berguna

untuk mendiagnosis keadaan defisiensi zat besi atau keadaan kelebihan zat

besi. Kadar feritin normal berkisar antara 20 µg/L sampai 200 µg/L. Kadar

ferritin. yang berlebih di dalam tubuh penderita thalasemia dapat

menyebabkan kegagalan perkembangan seksual, defek pertumbuhan dan

pigmentasi kulit. Sebagian besar penderita thalasemia memiliki warna

kulit yang hitam atau kelabu. Hal ini menunjukkan terjadinya pigmentasi

kulit akibat penumpukan zat besi di dalam tubuh (Rejeki et al., 2012).

Dari pernyataan diatas penulis menyusun intervensi Edukasi


119

perawatan kulit pada keluarga dan klien untuk memperbaiki atau

meningkatkan integritas kulit dan jaringan klien. Pada Edukasi perawatan

kulit, mahasiswa menganjurkan untuk menggunakan tabir surya saat

berada diluar ruangan sebagai pelindung kulit dari luar, menganjurkan

konsumsi banyak air putih untuk menjaga elastisitas kulit, menganjurkan

konsumsi vitamin C dan E secukupnya dan menggunakan pelembab agar

kulit tidak kering. Intervensi perawatan kulit ini disusun menurut (PPNI,

2018), selain edukasi perawatan kulit, penulis juga menjelaskan penyebab

dari peningkatan pigmentasi kulit kepada keluarga dan klien agar keluarga

dan klien dapat memahami dan menerimanya dan juga mahasiswa

menjelaskan kepada keluarga dan klien pentingnya konsumsi obat kelasi

besi setiap hari secara rutin untuk meningkatkan derajat kesehatan dan

kualitas hidup anak, sesuai dengan jurnal penelitian (Patimah, 2007)

Terapi kelasi besi mampu membuang penumpukan zat besi di dalam

tubuh akibat dari transfusi darah rutin melalui feses dan urin. Sehingga

pemakaian terapi kelasi besi yang teratur dapat mempengaruhi kualitas

hidup penyandang thalassemia Berdasarkan hasil penelitian ini

disarankan penyandang thalassemia khususnya orang tua untuk teratur

melakukan terapi kelasi besi agar meningkatkan derajat kesehatan dan

kualitas hidup anak. Edukasi dilaksanakan menggunakan media leafleat,

leafleat diberikan untuk disimpan keluarga untuk bahan pengingat jika

keluarga lupa dengan yang diajarkan.

Setelah dilakukan implementasi selama 2 hari didapatkan hasil


120

evaluasi, keluarga dan klien dapat memahami penyebab dari peningkatan

pigmentasi kulit dan keluarga mengetahui tindakan untuk merawat kulit

serta pentingnya mengkonsumsi obat kelasi besi secara rutin, perubahan

perilaku terlihat bahwa keluarga mulai membiasakan anak untuk

menggunakan pelembab pada kulit anak dan juga keluarga mengatakan

saat ini anak di dampingin saat konsumsi obat kelasi besinya.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis berasumsi bahwa ternyata

tidak semua anak dengan thalasemia akan mengalami peningkatan

pigmentasi kulit.

3. Intervensi keperawatan

Menurut (PPNI 2018) Intervensi keperawatan adalah segala

treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan.

Pada studi kasus ini Intervensi disusun mengacu pada Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia yang disusun sesuai dengan masing-

masing diagnosa. Intervensi yang digunakan berupa kegiatan Preventuf

(Pencegahan) dan Promotif (Promosi kesehatan).

Intervensi keperawatan yang disusun untuk keluarga 1 pada

diagnosa defisit pengetahuan ialah Edukasi Kesehatan tentang thalasemia

dan Edukasi Kesehatan tentang PHBS. Pada diagnosa 2 Resiko gangguan

pertumbuhan intervensi yg disusun ialah Edukasi kesehatan tentang gizi

seimbang dan Mengajarkan cara penilaian status gizi anak . Pada diagnosa
121

3 Ketegangan pemberi asuhan intervensi yang disusun membantu

keluarga mengenal masalah kesehatan,pemberian informasi kepada

keluarga tentang grup komunikasi POPTI, memberi dukungan dan

motivasi. Pada diagnosa 4 Resiko gangguan integritas kulit dan jaringan

intervensi yang disusun adalah Edukasi kesehatan mengenai cara

perawatan kulit dan menjelaskan kepada keluarga dan klien penyebab

terjadinya peningkatan pigmentasi kulit pada anak thalasemia dan

pentingnya konsumsi kelasi besi secara rutin. Adapun beberapa

penambahan intervensi keperawatan diluar dari Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia ialah, Mengajarkan cara penilaian status

gizi,Pemberian Informasi tentang grup komunikasi POPTI, Edukasi

tentang penyebab hiperpigmentasi kulit pada anak thalasemia dan

penjelasan mengenai pentingnya konsumsi rutin obat kelasi besi.

Penambahan Intervensi ini disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.

Jurnal Penelitian Marnis, Indriati, dan Nauli (2018) dengan judul

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kualitas Hidup Anak

Thalasemia menyebutkan adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan orang tua terutama ibu dengan kualitas hidup anak penderita

thalasemia. Pengetahuan orang tua dalam merawat anak penderita

talasemia dibutuhkan untuk mempermudah dalam mengambil keputusan

dan tindakan yang dibutuhkan apabila anak memerlukan perawatan di

rumah atau di rumah sakit .

Oleh karena itu Penulis berasumsi bahwa pendidikan kesehatan


122

kepada orang tua anak thalasemia itu sangat penting dalam perubahan

persepsi pemikiran dari orang tua, saat orang tua lebih mengenal tentang

masalah kesehatan yang dialami anaknya, orang tua akan lebih paham hal

apa yang harus ia lakukan untuk menghindari masalah kesehatan anaknya

bertambah buruk dan ini akan berpengaruh kepada tingkat kekhawatiran

dari orang tua. Serta pentingnya tenaga kesehatan memberi dukungan

kepada orang tua dalam pemberian informasi.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada keluarga 1 dan pada keluarga

2 dilakukan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun dan

disesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien.

Pada saat kegiatan implementasi mahasiswa menggunakan media

lembar balik dan leafleat yang nantinya bisa diberikan kepada keluarga

dan disimpan untuk bahan pengingat jika keluarga lupa dengan materi

yang disampaikan.

Implementasi pada keluarga 1 dilakukan selama 4 hari mulai

tanggal 3 Juli-8 Juli 2021 sedangkan pada keluarga 2 implementasi

dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 26 juni-1 juli 2021. Beberapa

intervensi yang telah disusun tidak dilaksanakan pada kegiatan

Implementasi, Implementasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan

keluarga.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi pada keluarga 1 yang dilaksanakan implementasi


123

selama 4 hari, masalah keperawatan defisit pengetahuan keluarga Tn.F

b.d ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan,Resiko gangguan

pertumbuhan pada keluarga Tn.F khususnya An.N, Ketegangan pemberi

asuhan pada keluarga Tn.F khususnya Ny.S b.d ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan,Resiko gangguan integritas

kulit/jaringan pada keluarga Tn.F khususnya An.N. Masalah teratasi.

dengan hasil peningkatan pengetahuan keluarga terkait tentang thalasemia

dan perubahan perilaku keluarga dalam merawat anak dengan thalasemia

Hasil evaluasi pada keluarga yang dilaksanakan implementasi

selama 3 hari, masalah keperawatan Resiko gangguan pertumbuhan pada

keluarga Tn.B khususnya An.I dan Kesiapan peningkatan pengetahuan

pada Keluarga Tn.B. Masalah teratasi, dengan hasil peningkatan

pengetahuan keluarga terkait tentang thalasemia dan perubahan perilaku

keluarga dalam merawat anak dengan thalasemia.

Evaluasi dilaksanakan setiap hari saat kunjungan dalam bentuk

SOAP dan dihari terakhir kunjungan dilakukan evaluasi keseluruhan

untuk menentukan apakah intervensi dilanjutkan atau dihentikan.


124

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil studi kasus pada keluarga 1 dan keluarga 2 pada

keluarga dengan anak thalasemia di wilayah kerja puskesmas sepinggan baru dan

wilayah kerja gunung samarinda mengambilan kesimpulan,sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang di dapatkan pada kedua keluarga

menunjukkan adanya masalah yang sama dan adanya masalah yang

berbeda, Pada keluarga 1 dan 2 memiliki masalah yang sama yaitu resiko

gangguan pertumbuhan. Pada keluarga 1 memiliki pengetahuan tentang

thalasemia yang kurang sedangkan pada keluarga 2 memiliki pengetahuan

tentang thalasemia baik. Pada keluarga 1 adanya masalah ketegangan

pemberi asuhan dan resiko gangguan integritas kulit sedangkan pada

keluarga 2 masalah itu tidak terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga

dilakukan melalui penentuan data yang diperoleh. Kemudian prioritas

masalah ditentukan bersama-sama keluarga. Adapun diagnosa

keperawatan yang muncul ialah :

Pada keluarga 1 diagnosa yang ditegakkan : Defisit pengetahuan pada

keluarga Tn.F berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan, Resiko gangguan pertumbuhan pada keluarga Tn.F


125

khususnya An.N,Ketegangan pemberi asuhan pada keluarga Tn.F

khususnya Ny.S berhubungan dengan Ketidakmampuan keuarga

mengenal masalah kesehatan, Resiko gangguan integritas kulit/jaringan

pada keluarga Tn.F khususnya An.N.

Pada keluarga 2 diagnosa yang ditegakkan : Resiko gangguan

pertumbuhan pada keluarga Tn.B khusunya An.I dan Kesiapan

peningkatan pengetahuan pada keluarga Tn.

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus nyata

yang didapatkan pada keluarga dengan anak thalasemia

3. Perencanaan

Intervensi yang digunakan dalam kasus pada kedua keluarga

disusun berdasarkan prioritas masalah. Intervensi pada setiap diagnosa

dapat sesuai dengan kebutuhan keluarga. Intervensi berupa tindakan yang

akan dilakukan untuk mencegah masalah yang belum terjadi dan

mengatasi masalah yang telah terjadi. Intervensi yang disusun mengacu

pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

4. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah disusun,namun ada beberapa intervensi yang tidak

dilakukan, sesuai dengan kebutuhan keluarga dengan anak thalasemia.

5. Evaluasi

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP.


126

Respon keluarga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik, Keluarga

kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi

yang dilakukan menunjukkan adanya perubahan perilaku keluarga dalam

merawat anak dengan thalasemia.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan,

keterampilan, dan pengalaman, serta wawasan peneliti sendiri dalam

melakukan penelitian ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan

keperawatan keluarga dengan anak thalasemia. Diharapkan bagi peneliti

selanjutnya dapat melakukan pengkajian secara holistik terkait dengan

yang dialami oleh klien agar asuhan keperawatan dapat tercapai tepat

sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien

2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan agar selalu menambah dan

memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan anak thalasemia.

diharapkan tenaga kesehatan dapat berkesinambungan melakukan

pendidikan kesehatan terhadap keluarga dengan anak thalasemia.


127

3. Bagi Klien dan Keluarga

a) Diharapkan keluarga dapat menerapkan intervensi yang telah

diberikan dalam merawat anak dengan thalasemia

b) Diharapkan keluarga dapat tetap mempertahankan dalam kepatuhan

transfusi darah dan terapi kelasi besi untuk meningkatkan kualitas

hidup anak

c) Diharapkan keluarga mampu memutus mata rantai thalasemia


DAFTAR PUSTAKA

Al,purba ridho et. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak


penderita talasemia mayor di Jawa Tengah ,Indonesia,Diponegoro (Medical
Journal Kedokteran Dipenegoro)

Arnis, Y. & A. (2016). Keperawatan anak. Kementrian kesehatan republik


indonesia.

Aulia (2017). penyakit thalasemia. Kementrian Kesehatan


http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-kanker-
dan-kelainan-darah/penyakit-thalassemia

Aziz, A., & Iman, N. (2017). Relasi Gender Dalam Membentuk Keluarga
Harmoni (Upaya membentuk keluarga Bahagia). HARKAT: Media
Komunikasi Islam Tentang Gebder Dan Anak, 12(2), 2017.

Azizah, N. N., & Richval, A. A. (2018). Pertumbuhan dan Perkembangan Dalam


Psikologi Perkembangan. Jurnal Psikologi Perkembangan.

darmawisa, F. (2017). tugas keluarga dengan anak thalasemia.

Dewanti, W., Irawati, I., & Halimah, M. (2020). Implementasi kebijakan PNPK
Tata laksana thalasemia di Kabupaten Subang Natapraja

Febrina, M. (2016). Hubungan Status Gizi Dengan Keteraturan Siklus Menstruasi.


Jurnal Medika Saintika.

Hastuti, R. P. (2015). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat


Kecemasan Orang Tua Anak Thalasemia Di RSUD Ahmad Yani Metro.
Jurnal Kesehatan Metro.

Henni, D. (2015). peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera.

Huda, Nurafif, Amin & Harhdi, K. (2016). Asuhan keperawatan Nanda,Nic,Noc.


percetakan publishing medication jogjakarta (jiid 2).

Indriyani Ramadhanti, Iin Patimah, E. K. (2007). Hubungan Keteraturan


Pemakaian Kelasi Besi Dengan Kualitas Hidup Anak Penyandang
Thalassemia. Journal of Food System Research.

Kemenkes RI. (2019). Angka pembawa sifat thalasemia tergolong tinggi.


Kiswari, R. (2014). Hematologi & Transfusi.

128
129

Mariza, W. andra & Y. (2015). keperawatan medikal bedah 2 cetakan II.

Marnis, D., Indriati, G., & Nauli, F. A. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Kualitas Hidup Anak Thalasemia. Jurnal Keperawatan Sriwijaya.

Menawati, T. & noviat heru. (2018). Aspek klinis dan tatalaksana thalasemia
pada anak.

Moeryono, H. (2016). Pubertas terlambat pada anak thalasemia di RSAB


Harapan kita jakarta.

Mubarak , Iqbal, W. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 : Konsep dan


Aplikasi. Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2014). Acceptance pada remaja penderita thalasemia. Kesmas:


National Public Health Journal, 8–27.

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Nuha Medika.

Pambudi, M. A. (2020). Hubungan Antara Kadar Feritin Dengan Kreatinin Serum


Pada Anak Thalasemia Mayor. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.327

PPNI. (2016). standar diagnosis keperawatan indonesia edisi 1.

PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia edisi 1 cetakan II.

Pratiwi, karima dian. (2017). Dukungan sosial orang tua dalam pengobatan dan
perawatan pada anak penderita thalasemia.

Purba, R. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak penderita


thalasemia mayor di jawa tengah,indonesia.

Regar, J. (2013). Aspek Genetik Talasemia. Jurnal Biomedik (Jbm), 1(3).


https://doi.org/10.35790/jbm.1.3.2009.829

Rejeki, D. S. S., Nurhayati, N., Supriyanto, S., & Kartikasari, E. (2012). Studi
Epidemiologi Deskriptif Talasemia. Kesmas: National Public Health
Journal. https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i3.61

Renylda, R. (2018). Kecemasan Orang tua Pada Anak Dengan Thalasemia Di Poli
Anak Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manap Kota Jambi Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i1.438
130

Soediono, B. (2014). Info Datin Kemenkes RI, Kondisi Pencapaian Program


Kesehatan Anak Indonesia.

Susyanti, S., & Prayustira, R. (2019). Pengetahuan Tentang Thalasemia


Hubungannya dengan tingkat Kecemasan Ibu yang Memiliki anak
Thalasemia. Journal of Chemical Information and Modeling.

Syobri, M., Mustofa, F. L., & Triswanti, N. (2020). Hubungan Kepatuhan


Konsumsi Kelasi Besi Terhadap Pertumbuhan Anak Dengan Thalassemia.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.300

Whitney, M. S. (2011). Hemoglobin. In Clinical Veterinary Advisor: The Horse.


https://doi.org/10.5005/jp/books/13014_24

Widagdo, W. (2016a). Keperawatan Keluarga & Komunitas (1st ed.). Badan


Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Widagdo, W. (2016b). Keperawatan Keluarga dan Komunitas Komprehesif (p.


634).

Widyanto, F. (2014). Keperawatan Komunitas. Nuha Medika.

Yuliasti, N. (2016). Keperawatan Anak, Kementrian Kesehatan Republik


indonesia.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ishfaq, K., Ahmad, T., Naeem, S., Ali, J., & Zainab, S. (2016). The Knowledge of
Parents Having Thalassemia Child. Isra Medical Journal, 8(2), 79-82.

Marnis, D., Indriati, G., & Nauli, F. (2018). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
dengan Kualitas Hidup Anak Thalasemia. Jurnal Keperawatan Sriwijaya,
5(2), 31-41.

Mubarak,W.L (2007) promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar


Mengajar Dalam Pendidikan. Graha Ilmu : Yogyakarta
131
132
133
134

You might also like