You are on page 1of 81

JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 1-5

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Hubungan Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Bidan Desa


Dalam Pelayanan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Boja Kendal
Widya Mariyana1*, Kusyogo2*
1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Telogorejo, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
2 Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
*widya_mariyana@stikestelogorejo.ac.id, kusyogo_cahyo80@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Target pencapaian PWS-KIA yang belum mencapai target, masih
ditemukannya kasus gizi kurang, lemahnya pelayanan yang diberikan oleh bidan desa, hasil
Received November 07,2021 supervisi oleh Puskesmas ke lapangan terlihat sarana dan prasarana Poskesdes yang masih
Accepted December 02, 2021 kurang, supervisi pada bidan desa sudah berjalan tetapi belum optimal. Tujuan penelitian
Published December 06, 2021 ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dan beban kerja terhadap kinerja bidan
desa dalam pelayanan Poskesdes di Wilayah Kerja Puskesmas Boja Kendal. Metode:
Desain penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 20
Kata Kunci: bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Boja Kendal, teknik sampel menggunakan total
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data
Motivasi menggunakan uji chi-square. Hasil: Motivasi bidan desa mayoritas kategori baik 12
Kinerja bidan responden (88,2%). Beban kerja bidan desa mayoritas kategori baik 17 responden (85%).
Beban Kerja Kinerja bidan desa dalam pelayanan pos kesehatan desa mayoritas kategori baik 12
responden (59,2%). Hasil uji chi-square p=0.003 ada hubungan beban kerja dengan
kinerja, p=0.001 ada hubungan motivasi kinerja. Kesimpulan: Dapat disimpulkan
bahwa motivasi dan beban kerja berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan
poskesdes.

ABSTRACT
The Relationship between Motivation and Workload on the Performance of Village
Midwives in Village Health Post Services (Poskesdes) in the Work Area of the Boja Kendal
Health Center
Background: The PWS-KIA achievement target has not yet reached the target, cases of
Key words: malnutrition are still found, the service provided by village midwives is weak, the results
of supervision by the Puskesmas to the field show that Poskesdes facilities and
Motivation infrastructure are still lacking, supervision of village midwives has been running but not
Midwife Performance optimal. The purpose of this study was to determine the relationship between motivation
Workload and workload on the performance of village midwives in Poskesdes services in the Boja
Kendal Health Center Work Area. Methods: research design Observational with
aapproach cross sectional. The population is 20 village midwives in the working area of
DOI: the Boja Kendal Health Center, the sample technique uses total sampling. The instrument
https://10.48092/jik.v8i1.136 used in this study was a questionnaire. Data analysis usingtest chi-square. Results: The
motivation of the village midwives was the majority in the good category, 12 respondents
(88.2%). The majority of village midwives workload in good category 17 respondents
(85%). The performance of village midwives in village health post services was in the good
category of the majority of 12 respondents (59.2%). The results of the chi-square test p=
0.003 there is a relationship between workload and performance, p = 0.001 there is a
relationship between motivation and performance. Conclusion: It can be concluded that
motivation and workload are related to the performance of village midwives in poskesdes
services.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 1
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN rendahnya partisipasi masyarakat sehingga

Keberhasilan Desa siaga sebagai wujud upaya mempengaruhi motivasi bidan desa dalam memberikan

kesehatan berbasis masyarakat, dimulai dengan pelayanan poskesdes, disamping itu pengelolaan dana,

keberadaan sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), sarana dan prasarana, serta pengelolaan management

yang pemanfaatannya sangat tergantung kepada poskesdes yang belum optimal, sehingga perlu

ketepatan penerapan langkah-langkah dalam pendekatan improvisasi dan modifikasi yang dapat disesuaikan

edukatif dan pengorganisasian masyarakat yang dimulai dengan kondisi dan permasalahan setempat, contohnya

dari tingkat desa, Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas peningkatan kegaitan posyandu secara rutin,

Kesehatan Kabupaten (Cahyo, 2010). Dalam pemanfaatan poskesdes di gunakan untuk pertolongan

keberhasilannya perlu diadakan revitalisasi baik dalam persalinan, musyawarah masyarakat desa (MMD)/

sumber daya manusia, prasarana-sarana, maupun rembuk desa, adanya forim rebuk desa/FKD secara rutin

pendanaannya serta didukung oleh supervisi dari pihak (Profil Kesehatan Jateng, 2017). Dengan cara

yang bertanggung jawab (Depkes RI, 2016). mengembangkan poskesdes menjadi desa siaga yaitu

Bidan di desa dalam melaksanakan pedoman masyarakat sudah menyadari bahwa poskesdes adalah

pelayanan kesehatan di Poskesdes yaitu tindakan milik masyarakat sehingga semua kegaiatan poskesdes

pelayanan yang memenuhi syarat yang harus diterapkan didukung sepenuhnya oleh masyarakat (Depkes RI,

dalam pelayanan yang diberikan pada pasien dan 2016).

masyarakat. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan


METODE
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan ibu dan anak,
Jenis Penelitian adalah kuantitatif dengan
pelayanan KB, konseling, pelayanan kesehatan dengan
pendekatan cross sectional. Variabel bebas terdiri dari
kasus tertentu, pelayanan laboratorium dasar, dan
motivasi dan beban kerja dan variabel terikat kinerja
pelayanan kefarmasian (Emi Y, 2012). Maka untuk
bidan desa dalam pelayanan poskesdes. Sehingga
penyelenggaraan pelayanan Poskedes harus tersedia
populasi adalah seluruh bidan yang memberikan
standar prosedur pelayanan, perlengkapan dan peralatan
pelayanan poskesdes sebanyak 20 bidan. Metode
kesehatan minimal, adanya bangunan fisik yang
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total
mendukung serta adanya hasil musyawarah masyarakat
sampling.
desa yang telah disepakati. (Depkes RI, 2016)
Analisa data dilakukan secara univariat dan
Secara garis besar Poskesdes yang ada setelah
bivariat dengan menggunakan Distribusi Frekuensi dan
dilakukan supervise oleh puskesmas dan Dinaks
uji Chi Square. Pengukuran variabel motivasi skor untuk
Kesehatan kabupaten Kendal dari 20 bidan desa terdapat
pernyataan positif (favorable) yaitu sangat setuju: 4,
16 responden (61,7% ) yang sudah sudah terlatih dan
setuju: 3, tidak setuju:2, sangat tidak setuju: 1, untuk
mempunyai bangunan poskesdes. Pedoman Poskesdes
pernyataan negative (unfavorable): sangat setuju :1,
sudah dilaksanakan, mempunyai SK kepala desa,
setuju:2, tidak setuju:3, sangat tidak setuju: 4. Untuk
memberikan pelayanan poskesdes sesuai pedoman
pernyataan kinerja skor penyataan positif (favorable):
sebanyak 18 bidan (87,97%) (Dinkes Kab Kendal,
tidak dilakukan:1 dan dilakukan :2 sedangkan untuk skor
2015). Data tersebut menunjukkan belum semua
pernyataan negative (unfavorable) tidak dilakukan:2
poskesdes dapat melaksanakan pedoman pelayanan
sedangkan untuk skor pernyatan negatif (unfavorable):
poskesdes. Kenyataan dilapangan banyak sekali
tidak dilakukan:2 dan dilakukan:1.
hambatan dan variasi dalam penerapan poskesdes, masih

Page | 2
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pada pernyataan “saya merasa puas bila


menyelesaikan tugas tepat waktu”, sebesar (5,3%),
HASIL DAN PEMBAHASAN “saya tertantang untuk bekerja semaksimal mungkin
1. Karakteristik Responden dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola
Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden poskesdes”, sebesar (5,3%) dan pernyataan
“masyarakat merupakan patner kerja saya
Karakteristik Frekuensi Persen (%) diposkesdes sehingga saya nyaman menjadi bidan di
Usia
26-35tahun 12 72,4 desa”, sebesar (5,3%).
36-45tahun 6 25,0 Kategori kinerja dapat diketahui bahwa 3
46-55tahun 2 2,6
Pendidikan pernyataan yang banyak di jawab “ya” oleh
DIII 18 94,7 responden adalah pernyataan tentang “bidan
DIV 2 5,3
Masa Kerja pengelola KIA Puskesmas jarang melakukan
< 5 tahun 8 9,2 supervisi pada bidan di desa pelaksana Poskesdes”,
>5 tahun 12 90,8
sebesar (80,3%), pada pernyataan “Bidan pengelola
Berdasarkan tabel 1 frekuensi di atas di KIA Puskesmas memberikan bantuan cara yang
ketahui usia responden mayoritas antara 26-35 tahun tepat dalam menyelesaikan masalah Poskesdes
sebesar 72,4% dengan tingkat Pendidikan di dengan baik”, sebesar (73,7), dan pernyataan “Bidan
dominasi DIII sebesar 94,7% dan masa kerja pengelola KIA Puskesmas melakukan supervisi
mayoritas lebih dari 5 tahun 90,8%. pada bidan di desa pelaksana Poskesdes”, sebesar
2. Distribusi Responden Berdasarkan Variabel (69,7).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Berdasarkan hasil uji hipotesisi hubungan
Variabel Penelitian antara beban kerja dan kinerja menggunakan Chi-
square dengan continuity correction = 0.003
Variabel
Kategori n % (p<0,05) berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang
Penelitian
Beban Kerja Baik 17 85 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Kurang 3 15
beban kerja dengan kinerja bidan desa dalam
Motivasi Baik 12 88,2
Kurang 8 11,8 pelayanan poskesdes.
Kinerja Baik 12 59,2
Hasil pengujian hipotesis hubungan antara
Kurang 8 40,8
variabel motivasi dengan kinerja menggunakan uji
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan Chi-Square dengan continuity correction = 0,001
presentase responden dengan kategori baik pada (p<0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang
beban kerja, motivasi dan kinerja bidan masing- dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
masing sebesar 85%, 88,2% dan 59,2%, sedangkan motivasi dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan
presentase responden dengan kategori kurang pada poskesdes.
beban kerja, motivasi dan kinerja masing-masing Motivasi bidan desa dalam penelitian ini
sebesar 15%, 11,8%, 40,8%. mayoritas dalam kategori baik, motivasi merupakan
Pada variabel motivasi, sebagian besar cerminan dari keinginan atau kemauan yang berasal
motivasi bidan desa adalah baik (88,2%), akan tetapi dari diri untuk melakukan suatu aktivitas atau
masih ada motivasi bidan desa yang kurang yaitu tindakan. Semakin tinggi motivasi tersebut, maka

Page | 3
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

kecenderungan untuk bertindak akan semakin besar hasil uji hipotesisi hubungan antara beban kerja dan
(Zameer, 2014). kinerja dilakukan dengan menggunakan Chi-square
Bidan yang memiliki motivasi baik akan dengan continuity correction=0.003 (p<0,05) berarti Ho
membuat dirinya semangat dan berusaha keras untuk ditolak dan Ha diterima yang dapat disimpulkan bahwa
mencapai hasil kerja yang terbaik. Motivasi dalam ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja bidan
penelitian ini lebih cenderung ke arah untuk desa dalam pelayanan poskesdes.
mendapatkan prestasi dan penghargaan dari Berdasarkan hasil pengujian hipotesis hubungan antara
Puskesmas, sehingga motivasi bidan akan variabel motivasi dengan kinerja dilaukan menggunakan
mempengaruhi kinerja cakupan persalinan bidan uji Chi-Square dengan continuity correction=0,001
untuk menjadi lebih baik. Motivasi secara signifikan (p<0,05), berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang dapat
dapat mempengaruhi kinerja (Linda, 2011). disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi
Kita dapat mengatakan bahwa jika dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan poskesdes.
manajemen puncak menempatkan fokus mereka
pada motivasi maka akan tercapainya peningkatan REFERENSI
positif dalam kinerja (Rautzul, 2016). Oleh sebab
Cahyo IS.dkk. Posyandu Dan Desa Siaga. Jakarta: Muha
itu, Puskesmas harus menitikberatkan pada Medika 2010
membuat kebijakan dalam hal pemberian reward Depkes RI. Pedoman Pengembangan Desa Siaga.
Jakarta: 2016.
kepada petugas Bidan yang mampu menunjukkan Dinkes Kabupaten Kendal. Rencana Strategis. Kendal:
prestasi kinerja yang terbaik sehingga hal ini akan 2015
Emy Yulianti. (2012). Faktor-faktor Yang
mampu memotivasi setiap bidan untuk dapat bekerja Mempengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam
lebih baik lagi (Ita R, 2014). Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di
Kabupaten Pontianak.
Penelitian lain juga menemukan bahwa https://media.neliti.com/media/publications/9198
diantara faktor yang mempengaruhi peran bidan 1-ID
Ita Rahman (2014). Factor-faktor yang mempengaruhi
dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan adalah kinerja bidan desa pada kunjungan neonatus.
motivasi yang kurang karena beban kerja yang https://doi.org/10.5281/j%20ners%20community
.v5i1.71
berat serta waktu yang terbatas (Zameer, 2014). Linda Melianti. (2011). Faktor-faktor Yang
Intensitas kerja yang tinggi menjadikan bidan Mempengaruhi Kinerja Bidan Di Desa Dalam
Kegiatan Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil
hanya memiliki waktu luang yang sedikit dan Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
hal ini mengindikasikan adanya beban kerja mental. Lombok Timur. https://poltekkes-
mataram.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/7.-
982-993-Linda-Melianti.pdf
Notoatmodjo,S. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta; 2012
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2018)
http://www.depkes.go.id/resources/download/pr
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui ofil/PROFIL_KES_PROVIN
SI_2017/13_Jateng_2017.pdf. Diakses pada
bahwa responden 20 bidan desa, dengan menggunakan
tanggal 01 Januari 2019
total sampling. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Rahma Kusuma PW.(2016). Analisis faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Bidan Dalam Pelayanan
dengan metode coss-sectional.Variabel yang
Antenatal Care di Puskesmas Kagook Kota
berhubungan dengan kinerja adalah beban kerja dengan Semarang. http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
nilai (p=0,003), dan motivasi (p=0,001). Berdasarkan

Page | 4
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Rauztul Jannah.(2016). Faktor-faktor Yang berhubungan


Dengan Kinerja Bidan Dalam Pelayanan Ibu
Hamil Di Wilayah Puskesmas Kuta Baro Aceh
Besar.
https://karil.uui.ac.id/berkas/121010300038-1
Saryono, & Setiawan. (2011) .Metodologi dan aplikasi.
Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Sugiono,Statistik untuk Penelitian:Afabeta;2012
Zameer, H., Ali, S., Nisar, W., & Amir, M. 2014. The
Impact Of The Motivation On The Employees
Performance In Beverage Industry Of Pakistan.
International Journal Of Academic Research In
Accounting, Finance And Management Sciences,
Vol. 4, No.1, January, 293-298

Page | 5
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 6-13

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Analisis Dampak Pandemi Covid 19 Pada Anak Pra Sekolah Usia 36-72
Bulan (Studi di KB Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra)
Milawati1*, Erna Yovi Kurniawati2*, Yuni Uswatun Khasanah3*
1, 2, 3Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*milawati@gmail.com, yovi.raharjanto@gmail.com, yunifindra@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Pendahuluan: Pada tahun 2020 terdapat 7.008 anak di Indonesia yang terinfeksi Covid-19,
8,6% dirawat, sembuh 8,3%, dan 1,6% meninggal klasifikasi berdasarkan usia anak dengan
Received November 17,2021 covid-19 adalah 5,8% usia 6-17 tahun dan 2,3% balita (0-5) tahun. Pandemi covid-19, telah
Accepted December 15, 2021 berdampak luas dalam kehidupan masyarakat kita khususnya dampak yang di berikan
Published Januari 16, 2022 terhadap keluarga, orang dewasa maupun anak usia prasekolah baik dari segi gizi, mental
emosional, ataupun kesehatannnya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Responden anak usia 36-72 bulan di
Kata Kunci: Kelompok Bermain Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan sampel 19 responden,. Data
Status Gizi dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner online dan dianalisis
Tingkat Stres dengan SPSS for windows versi 19.0. Hasil: hasil penelitian menunjukkan responden
Tingkat Kecemasan memiliki status gizi normal sebanyak 16 responden (84,2%), kurus sebanyak 1 responden
Anak Usia Pra Sekolah (5,3%) dan obesitas sebanyak 2 responden (10,5%). Kondisi psikologis, 17 responden (89,5%)
Pandemi Covid 19 mengalami kecemasan ringan dan 13 responden (684%) mengalami stres sedang.
Kesimpulan: Mayoritas orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yang berdampak
positif pada status gizi anak usia prasekolah, namun berdampak negatif pada kondisi
psikologis anak usia prasekolah.

ABSTRACT
Analysis of The Impact of The Covid 19 Pandemic on Pre School Children Aged 36-72 Months
(Study in The Kuncup Melati Playgroup and Pamardi Putra Kindergarten)
Introduction: In 2020 there were 7,008 children in Indonesia who were infected with Covid-
Key words: 19, 8.6% were treated, 8.3% recovered, and 1.6% died. 17 years and 2.3% under five (0-5)
years. The COVID-19 pandemic has had a broad impact on the lives of our people, especially
Nutritional Status the impact on families, adults and preschoolers, both in terms of nutrition, mental emotional,
Stress Level or health. Methods: This research is astudy quantitative descriptive, with aapproach cross
Anxiety Level sectional. Respondents were children aged 36-72 months in the Kuncup Melati Play Group
Pre School Age Children and Pamardi Putra Kindergarten. Sampling using purposive sampling technique, obtained
Covid 19 Pandemic sample of 19 respondents,. Data were collected using an online questionnaire research
instrument and analyzed with SPSS for windows version 19.0. Results: the results showed that
the respondents had normal nutritional status as many as 16 respondents (84.2%), thin as
DOI: many as 1 respondent (5.3%) and obesity as many as 2 respondents (10.5%). Psychological
https://10.48092/jik.v8i1.141 conditions, 17 respondents (89.5%) experienced mild anxiety and 13 respondents (684%)
experienced moderate stress. Conclusion: The majority of parents who apply authoritarian
parenting have a positive impact on the nutritional status of preschool-aged children, but have
a negative impact on the psychological condition of preschool-aged children.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 6
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN setiap keluarga, dari menurunnya ekonomi keluarga

Covid-19 adalah pandemi wabah virus yang kini tersebut muncul berbagai dampak bagi anak usia dini

dihadapi oleh dunia, termasuk Indonesia. Wabah ini antara lain emosi anak tidak stabil, krisis gizi dan

adalah sejenis virus baru dalam golongan kelompok kesehatan anak menurun, terjadinya gap pembelajaran,

virus SARS dan MERS. Virus ini utamanya menyerang krisis keamanan dan kenyamanan, dan krisis pengasuhan

sistem pernapasan yang mengakibatkan seseorang yang anak. Balita (bawah lima tahun) merupakan kelompok

dapat mengalami gangguan pernapasan ringan, infeksi umur yang beresiko tinggi munculnya berbagai masalah

paru-paru berat, hingga menyebabkan kematian. Adapun kesehatan terutama masalah gizi. Pada periode ini, balita

seseorang yang terinfeksi Covid-19 menunjukkan membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat

berbagai gejala menyerupai flu antara lain demam (suhu gunamemenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang

>38ᵒC), batuk kering, dan kelelahan (WHO, 2019). balita. Apabila asupan gizi tidak memadai pada periode

Berdasarkan data dari Dinkes Kota Yogyakarta Jum’at, inimaka balita akan menyebabkan masalah gizi

29 januari 2021 terkofimasi 678 fositif, 2917 sembuh dan (Kemenkes RI, 2020).

157 dinyatakan meninggal akibat virus ini sedangkan di Pandemi covid berdampak juga pada masalah

Dinkes Kabupaten Bantul terdapat 56 orang tambahan pada perkembangan anak, terdapat 37% anak usia 4-6

yang terkonfirmasi kasus covid, sembuh sebanyak 114 tahun mengalami masalah pada perkembangan kognitif

orang dan meninggal sebanyak 5 orang. dengan kategori banyak sekali, 17% dengan kategori

World Health Organization (WHO) sendiri sedikit sekali dan 7% dengan kategori tanpa

telah menetapkan penyakit akibat virus ini sebagai permasalahan kognitif, di Taman Kanak-kanak Pamardi

pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Artinya, Putra dan Kelompok Bermain Kuncup Melati terdapat 11

penularan dan ancamannya telah melampaui batas-batas anak usia 36-63 bulan, 5 anak (45%) mempunyai

antar negara. Penularan virus ini sungguh sangat cepat perkembangan dengan status meragukan, dan 6 masalah

dan berdampak luas. Direktur Pencegahan dan anak (54.5%) mempunyai perkembangan sesuai umur,

Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza dari 21 anak usia 64-72 bulan, 4 anak (19%) mempunyai

mengatakan bahwa pada tanggal 19 Juli 2020 sudah ada perkembangan dengan status meragukan, 17 anak (81%)

7.008 anak Indonesia terinfeksi Covid-19, 8,6% dirawat, mempunyai perkembangan sesuai umur, dan pada

8,3% sembuh, dan 1,6% diantaranya meninggal, di kota mental emosional pada anak prasekolah didapatkan dari

Yogyakarta terdapat 138 kasus positif covid-19 110 50 anak (50%) mengalami kecemasan berat, (32%)

dinyatakan sembuh dan 28 lainnya dalam perawatan. mengalami kecemasan sedang, (16%) mengalami

Klasifikasi berdasarkan usia pada anak yang menderita kecemasan ringan dan (2%) mengalami panik

covid-19 adalah 5,8% berusia 6-17 tahun dan 2,3% balita (Kemenkes RI, 2020).

(0-5) tahun Angka kesembuhan untuk balita yaitu 2,3% Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan

dan angka kematiannya 0,9% (Nursanti, 2020). di Taman kanak-kanak (TK) Pamardi Putra dan

Pandemi covid-19, telah berdampak luas dalam Kelompok Bermain (KB) Kuncup Melati, jumlah siswa

kehidupan masyarakat kita khususnya dampak yang di siswi TK Pamardi Putra dengan usia 36-72 bulan

berikan terhadap keluarga, orang dewasa maupun anak berjumlah 23 anak, dan siswa siswi KB Kuncup Melati

usia prasekolah baik dari segi gizi, mental emosional, dengan jumlah 9 anak. Wawancara dilakukan pada guru

ataupun kesehatannnya. Dari dampak yang di berikan dan kepala sekolah, didapatkan hasil bahwa selama

oleh pandemi ini mempengaruhi kebutuhan ekonomi pandemi covid tidak ada pemantauan tumbuh kembang

Page | 7
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

dan kondisi psikologis secara keseluruhan ataupun HASIL DAN PEMBAHASAN


secara signifikan pada anak yang biasanya dilakukan 1. Karakteristik Responden
oleh guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk Tabel 1 Distribusi Ferekuensi Karakteristik
menganalisis dampak pandemi covid-19 pada anak Responden
prasekolah usia 36-72 bulan yang di lakukan di KB Variabel N % Mean+SD
Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra. Min-max
Usia Anak 55,58 +
11,462
METODE 36-63 bulan 15 78,9 36-72
64-72 bulan 4 21,1
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
Jenis Kelamin
kuantitatif. Metode pendekatan yang digunakan cross Anak
Laki-laki 10 52,6
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak
Perempuan 9 47,4
prasekolah dengan jenjang Kelompok Bermain dan Usia Orang Tua 32,89 +
5,184
Taman Kanak-kanak dengan usia 36-72 bulan dan
23-35 tahun 10 52,6 23-52
didapatkan jumlah populasi pada penelitian ini 36-52 tahun 9 47,4
berjumlah 32 anak. Teknik pengambilan sampel yang Pendidikan Orang
Tua
digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria Tamat SMP 3 15,8
inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Tamat SMA 12 63,2
Tamat S1 3 15,8
1. Kriteria Inklusi Tamat S2 1 5,3
a. Usia 36-72 bulan. Pekerjaan orang
tua
b. Bersekolah di KB Kuncup Melati atau ibu rumah tangga 14 73,7
TK Pamardi Putra Wiraswasta 2 10,5
karyawan swasta 3 15,8
c. Orangtua bersedia mengisi inform Status Ekonomi
content Kurang 12 63,2
Cukup 4 21,1
2. Kriteria Eksklusi Baik 3 15,8
a. Sedang sakit atau mengalami sakit Jenis Pola Asuh
Demokratis 3 15,0
berat selama satu minggu terakhir Permisif 2 10,0
b. Riwayat gangguan mal absorbsi Otoriter 14 70,0

nutrisi Berdasarkan tabel 1 Pendidikan orang tua


c. Riwayat terdiagnosis mengalami terbanyak adalah Tamat SMA sebanyak 12 (63,2%)
trauma fisik utau kelainan orang dengan status ekonomi orang tua lebih mayoritas
perkembangan dalam kategori kurang 12 (63,2%). Pendidikan
Dalam penelitian ini pengumpulan data merupakan modal dasar untuk mencapai status gizi yang
menggunakan data primer. Data primer berupa data baik. Hal ini dikarenakan dengan tingkat pendidikan
analisis dampak pandemi covid-19 yaitu stres, status yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat kemudahan ibu
gizi, dan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dalam menerima dan mengakses informasi
dengan teknik pengisian kuesioner. Analisis data yang (Nurapriyanti, 2015).
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Pekerjaan orang tua terbanyak adalah ibu rumah
tangga sebanyak 14 (73,7%) responden. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Handini, 2013 juga menyatakan

Page | 8
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

bahwa status gizi anak ditentukan oleh pendapatan Variabel N % Mean+SD Min-Max
keluarga. Tingkat pendapatan keluarga berpengaruh Tinggi
95,00+15,955 55-114
Badan
terhadap kecukupan dan mutu makanan untuk anak, TB/Umur
sehingga pendapatan yang tinggi akan meningkatkan sangat
6 31,6
pendek
mutu makanan dan status gizi anggota keluarganya. Normal 12 63,2
Karakteristik pola asuh yang digunakan oleh Tinggi 1 5,3
IMT 19,32+9,111 13-46
orang tua lebih banyak dalam kategori pola asuh
Status Gizi
otoriter sebanyak 14 responden (70,0%). Pola asuh IMT/Umur
Kurus 1 5,3
Otoriter merupakan pola asuh yang bersifat kaku dan
Normal 16 84,2
tegas (Notoatmodjo, soekidji. 2010). Orang tua akan Obesitas 2 10,5
menuntut ketaatan, menolak diskusi, membatasi
Rata-rata berat badan anak adalah 15,9 kg,
kemerdekaan, dan menetapkan perilaku apa yang harus
sedangkan untuk berat badan paling kecil 13 kg dan
dilakukan oleh anak, Orangtua yang menerapkan pola
paling besar 24 kg. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
asuh ini lebih menggunakan hukuman untuk
besar anak mengalami berat badan dalam kategoi
mengendalikan anak-anak mereka, dan mereka merasa
normal 14 responden (73,7%). Tinggi badan rata-rata
tidak perlu menjelaskan alasan di balik aturan mereka
95 cm dengan tinggi badan paling pendek adalah 55 cm
Kecenderungan anak yang dididik dengan pola asuh
dan paling tinggi 114 cm, dapat disimpulkan bahwa
otoriter anak berdampak anak kurang percaya diri,
status TB/Umur pada siswa sebagian besar normal 12
lambat berinisiatif, kurang kreatif, tidak berani
responden (63,2%), dan masih terdapat anak dengan
mencoba, takut mengungkapkan pendapatnya, selain itu
tinggi badan sangat pendek 6 responden (31,6%).
anak akan merasa diperlakukan tidak adil oleh orangtua
Indeks Masa Tubuh rata-rata (19,32%), untuk IMT
(Santrock, 2017).
paling kecil 13 dan paling besar 46 dan dapat di
Penerapan gaya pengasuhan otoriter jika
simpulkan bahawa sebagian besar 16 responden
dibiarkan terjadi akan berdampak bagi perkembangan
(84.2%) status gizi dalam kategori normal dan terdapat
anak, yang paling menonjol dari dampak pengasuhan ini
1 responden (5.3%) dengan status gizi kurus, serta 2
adalah perkembangan sosial-emosionalnya. Tidak
responden (10.5%) dengan status gizi obesitas.
sedikit anak yang sulit untuk berinteraksi dengan teman
Dari hasil analisis pertumbuhan, di dapatkan
sebayanya bahkan ada yang sering menyakiti teman
hasil penelitian menunjukan bahwa presentase status
sebagai pelampiasan atas emosinya. Hal ini dukung oleh
gizi pada anak usia prasekolah di masa pandemi covid-
penelitian Novianty, (2017) yang menyatakan bahwa
19 dalam kategori baik yang didasari dengan
tinggi rendahnya kecerdasan emosi dapat dilihat dari
dilakukannya penyuluhan pengetahuan parenting pada
tinggi rendahnya pengasuhan otoriter yang dilakukan
orag tua di akhir tahun 2020, oleh sebab itu para orang
orangtua terhadap anak.
tua lebih mementingkan kondisi status gizi pada
2. Pertumbuhan
anaknya, disamping itu orang tua juga lebih update
Tabel 2 Distribusi Ferekuensi Pertumbuhan
terhadap media sosial yang membahas tentang
Variabel N % Mean+SD Min-Max
Berat Badan 15,92 + 2,650 13-24 pengetahuan gizi baik pada balita (Sylvia, 2021).
BB/Umur Penelitian ini didukung oleh penelitian yang di lakukan
Kurus 1 5,3
Normal 14 73,7 oleh Yuhansyah (2019) yang menyatakan ketika tingkat
Gemuk 4 21,1

Page | 9
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pengetahuan ibu baik tentang kesehatan khususnya gizi 4. Karakteristik Responden terhadap Pertumbuhan
pada anak balita, dapat memberikan pencegahan sejak dan Kondisi Psikologis
dini dengan mencari informasi mengenai pola hidup Tabel 4 Tabulasi Silang Karakteristik dengan Status Gizi,
Tingkat Stres dan Tingkat Kecemasan
yang baik, pola makan serta nutrisi yang bergizi
seimbang untuk anak balita agar tidak terjadinya
masalah gizi pada anak balita.
3. Kondisi Psikologis
Tabel 3 Distribusi Ferekuensi Kondisi Psikologis
Variabel N %
Tinkat kecemasan
Ringan 17 89,5
Sedang 2 10,5
Tingkat Stres
Ringan 6 31,6
Sedang 13 68,4

Hasil pemeriksaan kondisi psikologis, sebagian


besar responden mengalami kecemasan dalam kategori
ringan sejumlah 17 responden (89,5%), dan 13
responden (68.4%) mengalami stres sedang. Dari hasil
analisis kondisi psikologis didapatkan hasil penelitian
menunjukan bahwa banyak anak yang mengalami
kecemasan ringan dan berakhir dengan timgkat stres
sedang, dimana pada masa pandemi covid-19 orang tua
lebih dominan mengguanakan pola asuh otoriter.
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang Pada penelitian ini status gizi baik juga lebih
merupakan kebalikan dari pola asuh demokratis yaitu banyak terjadi pada anak usia 36-63 bulan, dominan
cenderung menetapkan standar yang mutlak harus berjenis kelamin laki-laki dengan usia orang tua rata-
dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman rata 36-52 tahun dimana pada usia 36-52 tahun ini orang
(Rusilanti 2015), Orang tua tipe ini juga tidak mengenal tua lebih memikirkan anaknya dibandingkan dirinya dan
kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu orang lain, menurut Santrock, (2002) usia 35-45
arah, serta tidak memerlukan umpan balik dari anaknya. merupakan masa usia dewasa tengah.
dengan keadaan tersebut anak lebih patuh dan menurut Pendidikan orang tua dengan status gizi baik
terhadap orang tua, namun kondisi ini memberikan terbanyak pada anak prasekolah yang pendidikan
dampak negatif bagi sebagian besar anak pada kondisi terakhir orang tua adalah tamatan SMA. Penelitian ini
psikologisnya, yaitu banyaknya anak mengalami sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
kecemasan ringan hingga stres sedang. penelitian ini Nurharlinah (2008) yang mengatakan bahwa
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukesi Pendidikan sangat berpengaruh terhadap status gizi
(2013) yang mengatakan bahwa pola asuh berpengaruh
balita, semakin tinggi pendidikan orang tua maka
terhadap mental emosional pada anak usia prasekolah semakin baik tingkat status gizi pada balita .
(56 bulan).

Page | 10
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Presentase status gizi baik pada anak prasekolah tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan,
lebih banyak juga terjadi pada orang tua dengan sikap dan ketrampilan serta nilai-nilai sehingga mampu
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, analisis penelitian menyesuaikan diri dengan lingkungan (Yusuf, 2012).
ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga lebih mampu 5. Kondisi Psikologis terhadap Status Gizi
mengontrol status gizi anaknya setelah menyelesaikan Tabel 3.5 Kondisi Psikologis Terhadap
pekerjaan rumahnya para ibu memberikan waktu lebih Status Gizi
untuk anaknya, sehingga status gizi anaknya tetap Tingkat Kecemasan Tingkat Stres
Variabel Ringan Sedang Total Ringan Sedang Total
terkontrol. pekerjaan orang tua sebagai ibu rumah N % N % N % N % N % N %
Status Gizi (IMT/U)
tangga tidak mempengaruhi status gizi pada anak usia Kurus 0 0,0 1 5,3 1 5,3 0 0,0 1 5,3 1 5,3
Normal 15 78,9 1 5,3 16 84,2 6 31,6 10 52,6 16 84,2
Obesitas 2 10,5 0 0,0 2 10,5 0 0,0 2 10,5 2 10,5
prasekolah, penelitian ini tidak sejalan dengan Total 17 78,5 2 10,5 19 100 6 31,6 13 67,5 19 100
penelitian yang dilakukan oleh Moehji (1995), yang
Terdapat 1 (5,3%) responden dengan status gizi
menyatakan bahwa bagi ibu yang bekerja penuh akan
kurus mengalami tingkat kecemasan sedang, 15 (789%)
kesulitan memberikan perhatian penuh kepada anak
responden dengan status gizi normal mengalami
balitanya.
kecemasan ringan dan 1 (5,3%) responden mengalami
Presentase gangguan psikologis anak
kecemasan sedang, terdapat 2 (10,5%) responden
prasekolah lebih banyak juga terjadi pada orang tua
dengan status gizi obesitas mengalami kecemasan
dengan status sosial ekonomi dalam kategori kurang,
ringan dan 1 (5,3%) responden mengalami kecemasan
semnjak Perberlakukan Pembatasan Kegiatan
sedang. pada anak dengan status gizi kurus, terdapat 1
Masyarakat (PPKM) diterbitkan oleh pemerintah pada
(5,3%) responden mengalami stres sedang, 6 (31,6%)
tanggal 26 juli 2021, banyak para orang tua memiliki
responden dengan status gizi normal, mengalami stres
status ekonomi kurang, dalam kondisi ini para suami
ringan, 10 (53,6%) responden mengalami stres sedang,
dari ibu rumah tangga beralih ke petani guna memenuhi
2 (10,5%) responden dengan status gizi obesitas
kebutuhan sehari-hari, oleh sebab status gizi anak dalam
mengalami stres sedang.
keadaan baik.
Hasil penelitian diatas mennunjukan di masa
Penelitian ini menunjukan bahwa presentase
pandemi covid-19 ini anak dengan status gizi baik lebih
gangguan kondisi psikologis pada anak prasekolah
banyak mengalami kecemasan ringan dan banyak
lebih banyak terjadi pada anak usia 36-63 bulan,
mengalami stres sedang, di karenakan di masa pandemi
dominan berjenis kelamin laki-laki dengan usia orang
orang tua lebih menerapkan pola asuh otoriter, yang
tua rata-rata 23-35 tahun dimana pendidikan orang tua
memberikan dampak positif bagi status gizi namun
dengan gangguan kondisi psikologis terbanyak pada
memberikan dampak negatif pada kondisi psikologis
anak prasekolah yang pendidikan terakhir orang tua
anak, dibuktikan dengan teori Dariyo (2004) yang
adalah tamatan SMA, Penelitian ini sejalan dengan
menyatakan bahwa anak dengan pola asuh otoriter akan
penelitian yang dilakukan oleh Darmiah (2013) tentang
terlihat sering marah tanpa sebab, berperilaku merusak
Pengaruh Pendidikan terhadap kondisi psikologis balita.
dan menentang, konsentrasi yang buruk/mudah
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan
teralihnya perhatiannya, kesulitan dalam
bahwa pendidikan memberikan pengaruh yang
berkomunikasi, mengeluh putus asa dan perbuatan yang
signifikan terhadap kondisi emosional. Pendidikan
berulang-ulang.
digunakan sebagai pengembangan diri dari individu dan
kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh

Page | 11
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Pada masa pandemi covid-19 banyak memberikan dampak positif bagi status gizi, sehingga
permasalahan yang di timbulkan Sejak adanya status gizi anak baik namun memberikan dampak negatif
kebijakan belajar dari rumah, rumah yang semula pada kondisi psikologis anak, sehingga anak lebih
menjadi tempat yang paling nyaman kini sejenak banyak mengalami kecemasan ringan dan stres sedang.
berubah, hasil penelitian Wiresti, (2020) menunjukkan
bahwa intensitas bertemu antara anak dan orang tua REFERENSI
sepanjang hari menyebabkan anak menjadi bosan dan
Darmiah, D. (2013). Perkembangan Pendidikan Anak
rewel, dan dengan adanya pandemi covid-19 ini fasilitas Usia Balita. PIONIR: Jurnal Pendidikan, 4(1).
penunjang pembelajaran menjadi terbatas, yang Dario. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif. bandung:
CV Alfabeta.
berakibat pada emosi anak tidak stabil, dan Penurunan Handini. 2013. Pengaruh Terapi Bermain: Origami
ketahanan pangan keluarga, berakibat pada terjadinya Terhadap Perkembangan Motorik Halus dan
Kognitif Anak Usia Prasekolah (4-5 Tahun
krisis gizi dan kesehatan anak (Wiresti, 2020). Journal of nerscommunity ( Vol 3 no 6).Gresik:
Universtas Gresik.
Kemenkes, 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kemenkes 2020
Muehji, S. (1995). Pemilihan gizi bayi dan balita. Jakarta
Usia anak paling banyak adalah anak dengan : Baharata.
Nurapriyanti. 2015. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Pra
usia 36-63 bulan, dengan mayoritas jenis klamin laki- Sekolah. Yogyakarta: Penerbit Parama Ilmu
laki, usia orang tua lebih dominan 23-35 tahun. Nurharlinah. (2008). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
tentang Gizi Balita terhadap Kemampuan Ibu
Pendidikan orang tua terbanyak adalah Tamat SMA, dalam Memberikan Asupan Gizi Balita di
dengan status ekonomi orang tua lebih mayoritas dalam Kecamatan Indralaya. Retrieved january 10,
2009, from
kategori kurang, Pekerjaan orang tua terbanyak adalah
http://ebursa.depdiknas.go.id/pustaka/harveste
ibu rumah tangga, pola asuh yang digunakan oleh orang r/index.php/record/view/8761
Nursanti. 2020.Indonesian Journal of Anthropology
tua lebih banyak dalam kategori pola asuh otoriter.
Perilaku dan Peran Tokoh Masyarakat dalam
Status gizi paling banyak adalah anak dengan Pencegahandan Penanggulangan Pandemi
status gizi baik hal ini karena pendidikan kesehatan Covid -19 di Desa Jayaraga,
sudah baik, karena sudah pernah dilakukan pendidikan KabupatenGarut.5(June), 42–50.
https://doi.org/10.33024/manuju.v2i1
kesehatan tentang pengetahuan parenting dan juga ibu
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan.
lebih update tentang status gizi anaknya, selain dari Jakarta : Rineka Cipta
pendidikan kesehatan tentang pengetahuan parenting, Novianty, A. (2017). Pengaruh pola asuh otoriter
terhadap kecerdasan emosi pada remaja
orang tua juga menerapkan pola asuh otoriter yang
madya. Jurnal Psikologi, 9(1).
mengharuskan anak makan tepat waktu. Santrock JW. 2002. Perkembangan Masa Hidup Jilid II.
Pada kondisi psikkologis banyak anak Rineka Cipta: Jakarta
Santrock. 2017. Gambaran Perkembangan Psikososial
mengalami kecemasan ringan dan mengalami stres
Anak Usia 3- 6 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak
sedang, hal ini dikarenakan para orang tua lebih banyan Balita Tunas Bangsa Cipayung. Jurnal Skripsi.
Universitas Islam Negri Syaif Hidayatullah
mengguanakan pola asuh otoriter yang mengharuskan
Jakarta.
anak harus patuh sehingga anak akan lebih merasa Sukesi, 2013. Hubungan antara Pola Asuh dengan
Perkembangan Mental Emosional Anak Usia
tertekan di tambah dengan kondisi pandemi yang
Prasekolah (5–6 Tahun) di TK Al Hikmah Mojo
mengharuskan anak tidak keluar rumah bermain dengan Surabaya. Thesis. Surabaya: FKM Universitas
Airlangga.
teman-teman sebayanya. Pola asuh otoriter ini

Page | 12
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Sylvia, 2021. Pertumbuhan, Perkembangan, Kesehatan


Mental Emosional Anak Pra Sekolah Usia 36-72
Bulan (Studi di KB Kuncup Melati dan TK
Pamardi Putra). Jurnal Ilmu Kebidanan, 7(2), 26-
33)
Wiresti, R. D. (2020). Analisis dampak work from home
pada anak usia dini di masa pandemi Covid-
19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 5(1), 641.
World Health Organization. 2019. World suicide
prevention day.
http://www.who.int/mediacentre/events/annu
al/world_suicide_prevention_day/en/
Yuhansyah. 2019. Hubungan perilaku ibu dengan status
gizi kurang anak usia toddler‟, Pediomaternal,
Vo.3, no.1, Oktober 2014-April 2015, diakses 22
Januari 2016.
Yusuf, S. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page | 13
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 30-35

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Remaja


Putri
Arin Oktafia Asyari1*, Anggit Eka Ratnawati2*, Erna Yovi Kurniawati3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
*asyarioktafia@gmail.com, anggiteka253@yahoo.com, yovi.raharjanto@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Survei Dinas Kesehatan DIY 2018 dengan target 1500 remaja putri di
lima kabupaten dan kota, menunjukkan bahwa sebagai sebanyak 19,3% remaja putri
Received November 17,2021 mengalami anemia). Prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri di Bantul tahun 2013
Accepted December 15, 2021 adalah 54,8%). Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
Published January 25, 2022 dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 50 siswa kelas XI yang mengalami
anemia dan mengalami menstruasi dan sampel sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan
sampel menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket
Kata Kunci: kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, valid sebanyak 14 item.
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hasil: Remaja putri di SMAN 1 Jetis,
Anemia Bantul, Yogyakarta dengan pendapatan keluarga sosial ekonomi tinggi sebanyak 28 siswa
Remaja Putri (63,6%), pola siklus menstruasi normal sebanyak 33 siswa (75,0%), telah mengkonsumsi
dan mendapatkan tablet FE sebanyak 37 siswa (84,1%), memiliki pola makan tidak teratur
sebanyak 37 siswa (84,1%), tingkat pengetahuan anemia dalam kategori cukup sebanyak
25 siswa (56,8%), status gizi normal sebanyak 30 siswa ( 68,2%) dan mengalami anemia
ringan sebanyak 30 siswa (68,2%), sedang 13 siswi (29,5%) dan anemia berat 1 siswi (2,3).
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan anemia di SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta,
status sosial ekonomi keluarga, pola menstruasi, konsumsi tablet Fe, pola makan, tingkat
pengetahuan, dan status gizi.

ABSTRACT
Factors Associated with Anemia in Adolescent Girls
Background: The DIY 2018 Health Service Survey with a target of 1500 young women in
Key words: five districts and cities, shows that as many as 19.3% of adolescent girls are anemic). The
prevalence of iron deficiency anemia in adolescent girls in Bantul in 2013 was 54.8%).
Anemia Methods: This methods study used a descriptive research method with aapproach cross
Adolescent Girls sectional, with a population of 50 students of class XI who were anemic and menstruating
and a sample of as many as 44 people. The sampling technique used was accidental
sampling. The research instrument uses a closed questionnaire that has been tested for
validity and reliability, valid for 14 items. This study used univariate analysis. Results:
DOI: This results Adolescent girls at SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta with high socioeconomic
https://10.48092/jik.v8i1.144 family income as many as 28 students (63.6%), normal menstrual cycle patterns as many
as 33 students (75.0%), have consumed and received FE tablets as many as 37 students
(84.1%), having irregular eating patterns as many as 37 students (84.1%), the level of
knowledge of anemia in the sufficient category as many as 25 students (56.8%), normal
nutritional status as many as 30 students (68.2% ) and experienced mild anemia as many
as 30 students (68.2%), moderate 13 students (29.5%) and severe anemia 1 student (2.3).
Conclusion: Factors related to anemia at SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta, socio-
economic status of the family, menstrual pattern, consumption of Fe tablets, diet, level of
knowledge, and nutritional status.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 30
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Kabupaten dan Kota, menunjukkan bahwa sebanyak


19,3% remaja putri mengalami anemia Hb di bawah 12
Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 g/dL (Dinkes DIY, 2018). Prevalensi anemia gizi besi
hingga 19 tahun. Masa remaja diasosiasikan dengan pada remaja putri di Bantul 54,8% (Dinkes DIY, 2013).
masa transisi dari anak menuju dewasa. Masa ini
merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang Remaja Putri lebih rentan terkena anemia karena
akan melewati beberapa tahapan perkembangan penting masa pertumbuhan yang cepat sehingga membutuhkan
dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi. Remaja putri
remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian biasanya sangat memperhatikan bentuk badan sehingga
sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisisi
kebanyakan mereka membatasi asupan makan dan
kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta
kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning). (WHO, mempunyai beberapa pantangan makan. Selain itu,
2014). siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu
faktor penyebab remaja putri rentan terkena anemia
Badan Pusat Satistik (BPS) merilis hasil sensus (Sediaoetama, 2011).
yang dilakukan sepanjang Februari-September 2020,
jumlah penduduk Indonesia mencapai 271,34 juta. Hemoglobin (Hb) telah digunakan secara luas
Didominasi usia muda berusia antara 8-23 tahun sebagai parameter status anemia seseorang. Hemoglobin
mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 % dari
total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Sementara merupakan senyawa pembawa oksigen yang terdapat
itu, jumlah penduduk paling dominan kedua berasal dari dalam sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara
usia produktif 24-39 tahun sebanyak 69,38 juta jiwa kimia dan jumlah hemoglobin per 100 ml darah dapat
penduduk atau sebesar 25,87 %. Jumlah penduduk di digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan usia 10-24 tahun dalam darah. Kandungan hemoglobin yang rendah akan
mencapai 834.687 jiwa dari 3.720.912 jiwa (BPS DIY, mengindikasikan bahwa orang tersebut menderita
2020).
anemia (Supariasa, dkk., 2013).
Masalah-masalah yang sering terjadi pada
remaja adalah remaja kurang zat besi (anemia), remaja Pemberian tablet besi digunakan untuk
harus sadar tinggi akan badan, remaja kurus atau kurang memperbaiki status zat besi seseorang secara cepat.
energi kronis (KEK), kegemukan atau obesitas Sesuai dengan rekomendasi WHO, bahwa tablet besi
(Kemenkes, 2018). Anemia merupakan masalah gizi yang diberikan mengandung 60 mg besi elemental dan
yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya 400 μg asam folat.Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011)
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. merekomendasikan suplementasi besi pada remaja usia
Penderita anemia diperkirakan dua milyar dengan
12 – 18 tahun diberikan selama 3 (tiga) bulan berturut-
prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika,dengan
sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis. 50% turut setiap tahunnya dengan dosis 60 mg besi elemental
kasus anemia diakibatkan karena difisiensi besi. ditambah dengan 400 μg asam folat sebanyak 2 (dua)
(Suryani, Hafiani, & Junita, 2015). kali per minggu.

World Health Organization (WHO) Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMAN 1


menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah Jetis Bantul Yogyakarta pada tanggal 05 April 2021
kesehatan terbesar di abad modern, kelompok yang didapatkan remaja putri kelas XI sebanyak 168 orang.
berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu Dari jumlah tersebut sebanyak 50 orang (29,7%)
hamil, anak usia sekolah, dan remaja (WHO, anak usia mengalami anemia. Hasil wawancara tentang anemia
sekolah, dan remaja (WHO, 2011). kepada 5 orang siswi, sebanyak 1 siswi (20%) tidak
mengetahui tentang anemia dan 4 orang siswi (80%)
Anemia defisiensi besi merupakan suatu
mengetahui tenntang anemia. Sedangkan wawancara
kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
dengan guru BK, di sekolah tersebut telah dilakukan
tergolong rendah. Angka kejadian anemia di Indonesia
pemberian program tablet tambah darah (fe) pada tahun
terbilang masih cukup tinggi. Prevalensi anemia pada
2019 oleh Puskesmas sebanyak 1 tablet setiap minggu
remaja sebesar 32% , artinya 3-4 dari 10 remaja
dan rutin di berikan selama tiga bulan dan telah
menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh
dilakukan penyuluhan tentang gizi dan anemia oleh
kebiasaan asupan gizi yang tidak optimal dan kurangnya
pihak Puskesmas Jetis 1.
aktifitas fisik (Riskesdas, 2018).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
DIY 2018 dengan sasaran 1500 remaja putri di lima faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia remaja

Page | 31
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

putri di SMAN 1 Jetis Bantul Yogyakarta tahun 2021, Tabel 1. Karakteristik Responden di SMAN 1 Jetis,
mengetahui klasifikasi anemia remaja putri, mengetahui Bantul, Yogyakarta
faktor anemia remaja putri.
Sosial Ekonomi Keluarga F %
Rendah 16 36,4
METODE Tinggi 28 63,6
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Total 44 100,0
Siklus Menstruasi F %
deskriptif kuantitatif. Metode pendekatan yang Tidak Normal 11 25,0
digunakan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Normal 33 75,0
SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta, yang terletak di Jl. Total 44 100,0
Imogiri Barat, km 11, Dusun Kertan, Kelurahan Asupan Zat Besi F %
Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Tidak pernah 7 15,9
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pernah 37 84,1
Total 44 100,0
Penelitian ini telah mendapat izin dari Dinas Pola Makan F %
Teratur 7 15,9
Disikpora Yogyakarta melalui surat izin permohonan Tidak teratur 37 84,1
dari Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah Bantul Total 44 100,0
Yogyakarta. Populasi penelitian ini adalah semua siswi Status Gizi F %
kelas XI SMAN 1 Jetis Bantul Yogyakarta yang Kurus 9 20,5
Normal 30 68,2
mengalami anemia dan berjumlah 50 orang. Cara Gemuk 5 11,4
menentukan sampel dilakukan secara Acidental Total 44 100,0
sampling. Dan didapatkan sampel sebanyak 44 siswi. Tingkat Pengetahuan F %
Kurang 7 15,9
Dalam penelitian ini pengumpulan data Cukup 25 56,8
menggunakan data primer berupa data faktor-faktor yang Baik 12 27,3
Total 44 100,0
mempengaruhi kejadian anemia dengan teknik pengisian
kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam 1. Sosial Ekonomi Remaja Putri di SMAN 1 Jetis,
penelitian ini adalah analisis univariat. Bantul, Yogyakarta.

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan


HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa mayoritas responden memiliki social
Sosial ekonomi keluarga responden mayoritas ekonomi keluarga yang tinggi sebanyak 28 siswi
dalam kategori tinggi sebanyak 28 siswi (63,6%) dan (63,6%). Hal ini tidak sependapat dengan Baswori
rendah sebanyak 16 siswi (36,4%), mayoritas responden (2010) Bahwa status sosial ekonomi merupakan
memiliki pola siklus menstruasi normal sebanyak 33 suatu keadaan yang dapat menunjukkan
siswi (75,0%) dan pola menstruasi tidak normal kemampuan finansial seseorang dalam memenuhi
sebanyak 11 siswi (25,0%), mayoritas responden pernah kebutuhan material, dimana keadaan ini bertaraf
mengkonsumsi dan mendapat tablet FE sebanyak 37 baik, cukup, dan kurang. Hal ini berpengaruh
siswi (84,1%) dan tidak pernah mengkonsumsi dan terhadap kejadian anemia, dimana kondisi makanan
mendapat tablet Fe sebanyak 7 siswi (15,9%), mayoritas yang di konsumsi dan taraf pembelian makanan gizi
responden memiliki pola makan tidak teratur sebanyak seimbang.
37 siswi (84,1%) dan pola makan teratur sebanyak 7 Berdasarkan hasil penelitian Balci et al
siswi (15,9%), mayoritas responden memiliki status gizi (2012) didapatkan hasil yang signifikan bahwa
normal sebanyak 30 siswi (68,2%) dan gizi kurus status sosial ekonomi keluarga dapat menyebabkan
sebanyak 9 siswi (20,5%) dan gizi gemuk sebanyak 5 anemia. Selain itu didapatkan bahwa status ekonomi
siswi (11,4%), mayoritas responden memiliki tingkat keluarga yang rendah memiliki risiko 3 kali lebih
pengetahuan cukup sebanyak 25 siswi (56,8%) dan tinggi menderita anemia. Status sosial ekonomi
tingkat pengetahuan baik sebanyak 12 siswi (27,3%) dan keluarga juga meliputi tingkat pendidikan dan
pengetahuan kurang 7 siswi (15,9%). tingkat sosial ekonomi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Novy


Ramini Harahap (2018), dengan judul Faktor-Faktor
yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Page | 32
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Remaja Putri, dengan hasil penelitian didapatkan Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh
frekuensi responden dengan tingkat pendapatan defisiensi zat besi, infeksi atau ganguan
orang tua > UMK (Upah Minimum Kota) menderita genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia
anemia berjumlah 8 responden (12,3%). Hal ini bisa yang disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi
saja terjadi karena remaja lebih memilih makanan (Briawan, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian
Junk Food atau makanan cepat saji, sehingga yang dilakukan oleh Dian Purwitaningtyas Kirana
kebutuhan akan nutrisi dan besi dalam makanan (2011) dengan judul Anemia Gizi Besi Pada Remaja
yang di serap oleh tubuh tidak tercukupi untuk Putri di Wilayah Kabupaten Banyumas dengan hasil
pemenuhan nutrisi dan besi. sebanyak 81% subjek memiliki tingkat asupan zat
besi defisit tingkat besar. Karena anemia bisa di
2. Siklus Menstruasi Remaja Putri di SMAN 1 cegah dengan upaya salah satunya yaitu
Jetis, Bantul, Yogyakarta mengkonsumsi tablet Fe.
Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan Tablet tambah darah adalah tablet besi folat
responden mayoritas memiliki siklus menstruasi yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat
normal sebanyak 33 siswi (75,0%). Menstruasi atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet tambah
merupakan peristiwa pengeluaran darah, lendir, dan darah seminggu sekali dan dianjurkan minum satu
sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa tablet setiap hari selama haid. Minumlah tablet
uterus dan terjadi relatif tertarur mulai dari tambah darah dengan air putih, jangan minum
menarche sampai menoupuse, kecuali pada masa dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan
hamil dan laktasi (Mandang, 2016). penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga
manfaatnya menjadi berkurang (Almatsier, 2011).
Hal ini sependapat dengan Kusmiran (2016)
Yang menyatakan bahwa siklus menstruasi normal Tablet tambah darah efektif untuk mencegah
terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya anemia, sesuai dengan anjuran meminum tablet
menstruasi selama 2-7 hari. Wanita yang mengalami tambah darah seminggu sekali, namun tidak efektif
menstruasi setiap bulan berisiko menderita anemia. jika saat mentruasi hanya mengkonsumsi tablet
Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tambah darah hanya sekali dalam seminggu, akan
tubuh, seperti ulserasi polip kolon dan kanker kolon lebih efektif jika meminum tablet tambah darah
juga dapat menyebabkan anemia (Briawan, 2014). setiap hari saat mestruasi (Almatsier, 2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang 4. Pola Makan Remaja Putri di SMAN 1 Jetis,
dilakukan oleh Ummi Kulsum (2020) dengan judul Bantul, Yogyakarta
Hubungan Pola Menstruasi Dengan Terjadinya
Anemia Pada Remaja Putri, bahwa siklus mentruasi Berdasarkan hasil analisis data yang telah
remaja putri berpengaruh terhdap kejadian anemia didapatkan, responden dengan pola makan tidak
remaja putri. teratur sebanyak 37 siswi (84,1%).
Pola makan menjadi salah satu penyebab dari
3. Asupan Zat Besi Remaja Putri di SMAN 1 Jetis,
anemia, pola makan didefinisikan sebagai
Bantul, Yogyakarta
karakteristik dari kegiatan yang berulang kali makan
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan individu atau setiap orang makan dalam memenuhi
bahwa mayoritas responden pernah mendapatkan kebutuhan makan. (Sulistyoningsih, 2011).
dan mengkonsumsi tablet FE sebanayak 37 siswi Menurut Kemenkes (2013), Frekuensi pola
(84,1%). Besi merupakan mineral makro yang makan teratur adalah beberapa kali makan dalam
paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan
hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh malam dan makan selingan. Sedangkan pola makan
manusia dewasa. Besi mempunyai beberapa fungsi tidak teratur adalah makan terlalu sedikit, makan
esensial di dalam tubuh, sebagai alat angkut elektron terlalu banyak, serta tidak memiliki makanan sehat
didalam sel, dan sebagai terpadu berbagai enzim di yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari.
dalam jaringan tubuh. Kekurangan besi diakui dapat
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
berpengaruh terhadap produktifitas kerja,
dilakukan oleh Desri Suryani, Riska Hanafi, &
perkembangan kognitif, dan sistem kekebalan.
Rinsesti Junita (2015), dengan judul Analisis Pola
Almatsier (2011).
Makan dan Anemia Gizi Besi Pada Remaja Putri

Page | 33
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Kota Bengkulu, dengan hasil penelitian mayoritas makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
responden memiliki pola makan tidak baik. Pola proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
makan yang salah dan pengaruh pergaulan karena metabolisme, dan pengeluara zat-zat yang tidak
ingin langsing dan diet yang ketat menyebabkan digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
berat badan turun yang berakibat menurunnya pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta
kemampuan otak, menurunnya semangat remaja menghasilkan energi. Status gizi merupakan
dalam belajar dan penyebab terjadinya anemia ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
remaja. variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu.
5. Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia di Status Gizi juga ditemukan hubungan antara
SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta status gizi dengan kejadian anemia. Remaja dengan
Berdasarkan hasil analisis data sebagian status gizi kurus mempunyai risiko mengalami
besar responden memiliki pengetahuan dalam anemia 1,5 kali dibandingkan remaja dengan status
kategori cukup yaitu sebanyak 25 siswi (56,8%). gizi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh studi
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah
predisposing terbentuknya perilaku pada remaja, (2010) bahwa status gizi normal dan lebih
yaitu faktor yang memotivasi (Notoatmodjo, 2010). merupakan faktor protektif anemia.
Faktor ini berasal dalam diri seorang remaja yang Namun remaja dengan status gizi normal
belum tentu tidak mengalami anemia. Hal ini sejalan
menjadi alasan atau motivasi untuk melakukan suatu dengan penelitian yang di lakukan oleh Dea
perilaku. Pentingnya remaja mengetahui tentang Indartati dan Aponia Kartini (2014) dengan judul
anemia dalah agar wanita khususnya remaja Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia
mengetahi tentang anemia, penyebab anemia, Pada Remaja Putri, yang menyatakan bahwa remaja
dampak anemia pada remaja putri dan pencegahan dengan status gizi normal bisa saja terkena anemia,
anemia (Notoatmodjo, 2010). karena di sebabkan oleh beberapa faktor seperti
kebiasaan makanan yang salah sering
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mengkonsumsi makanan cepat saji (Junk Food).
dilakukan oleh Hera Ariyani dan Ekawati (2012)
mengenai Tingkat Pengatahuan Remaja Putri KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Tentang Anemia di Pondok Pesantren Al-
Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswi Sosial ekonomi keluarga remaja putri di SMAN 1 Jetis,
memiliki pengetahuan yang baik tentang anemia. Bantul, Yogyakarta, mayoritas responden dalam
Sekamin tinggi pendidikan seseorang maka akan kategori sosial ekonomi tinggi (63,6%). Siklus
semakain mudah untuk menerima informasi, menstruasi remaja putri di SMAN 1 Jetis, Bantul,
sehingga semakin banyak pengetahuan yang Yogyakarta, mayoritas memiliki siklus menstuasi yang
dimiliki untuk meningkatkan kesehatan. normal (75,0%). Asupan zat besi remaja putri di SMAN
Masalah anemia pada remaja putri 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta, mayoritas pernah
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, sikap, dan mendapatkan dan mengkonsumsi tablet FE (84,1%).
keterampilan remaja akibat kurangnya penyampaian Pola makan remaja putri di SMAN 1 Jetis, Bantul,
informasi, kurang kepedulian orang tua, masyarakat Yogyakarta, mayoritas memiliki pola makan tidak
dan pemerintah terhadap kesehatan remaja serta teratur (84,1%). Tingkat pengetahuan remaja putri
belum optimalnya pelayanan kesehatan remaja tentang anemia di SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta,
(Kemenkes, 2010). mayoritas memiliki tingkat pengetahuan yang cukup
(56,8%). Status gizi remaja putri di SMAN 1 Jetis,
6. Status Gizi Remja Putri di SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta, mayoritas memiliki status gizi
Bantul, Yogyakarta normal (68,2%). Saran bagi remaja putri lebih aktif
untuk mencari informasi tentang anemia, dapat
Berdasarkan hasil analisis data yang telah
mengubah pola hidup ke arah yang lebih baik sehingga
didapatkan, mayoritas responden status gizi normal
dapat mencegah anemia secara dini.
sebanyak 30 siswi (68,2%).
Menurut Supariasa (2017) gizi (nutrition)
adalah suatu proses organisme menggunakan

Page | 34
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

REFERENSI Supariasa. (2017). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.


Suryani, D., Hafiani, R., & Junita R. (2015). Analisis
Achmad, D Sediaoetama. (2011). Ilmu Gizi. Jakarta:
Pola Makan dan Anemia Gizi Besi pada Remaja
Dian Rakyat.
Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan
Almatsier. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Masyarakat Andalas.
Gramedia Psutaka Utama.
WHO. The Global Prevalence of Anemia in (2011).
Balci, dkk. (2012). Prevalenceand Risk Factor of Geneva: World Health Organization, 2015.
Anemia among Adolescents in Denizli Turkey.
World Health Organization. (2014). World Health
Iran J Pediatr, 22(1), 11-18.
Statistic. Geneva: WHO.
Baswori. (2010). Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan
Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading,
Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan,
Vol.7 No.1, Hal. 58-81.
Briawan D. (2014). Anemia: Masalah Gizi pada Remaja
Wanita. Jakarta: EGC.
Briawan, & Hardiansyah. (2010). Ilmu Gizi Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC.
Briawan, & Hardiansyah. (2010). Ilmu Gizi Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehtan DIY. (2013). Riset Kesehatan Dasar
Provinsi DIY 2013.
Kementerian Kesehatn R.I. (2013). Laporan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Profil
Kesehatan Indonesia 2010. (2011). Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Kusmiran. (2016). Kesehatan Reproduksi Remaja dan
Wanita. Salemba Medika: Jakarta.
Mandang. (2016). Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo. (2010). Promosi Kesehatan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2011).
Suplemen Besi Untuk Anak. IDAI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
Sulistyoningsih. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan
Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supariasa, I.D.N dkk. (2013). Penilaian Status Gizi
(Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Page | 35
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 34-41

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

PERUBAHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS IBU HAMIL TRIMESTER


III DALAM KESIAPAN MENGHADAPI PERSALINAN DI MASA
PANDEMI COVID-19
Maisah1*, Esti Nugraheny2*, Margiyati3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*maisahriani@gmail.com, nugraheny.esti@gmail.com, ugilndaru@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Pandemi Covid-19 pada ibu hamil trimester III dapat meningkatkan
resiko pada efek fisik, psikologis ibu dan berdampak pada pertumbuhan janin sehingga
Received November 17,2021 dapat mengakibatkan kelahiran prematur, bayi lahir cacat, asfiksia dan IUFD dikarenakan
Accepted December 15, 2021 penyebarannya sangat cepat. Tahun 2020 terdapat peningkatan 25% ibu hamil terinfeksi
Published January 27, 2022 Covid-19, dan terdapat 52,4% ibu hamil mengalami perubahan psikologis yaitu ibu hamil
trimester III mengalami kecemasan kategori sedang. Metode: Metode penelitian
menggunakan deskriptif, dilakukan pada bulan Januari-Oktober 2021 di Puskesmas
Kata Kunci: Imogiri I dengan populasi sebanayak 60 ibu hamil trimester III dan menggunakan teknik
pengambilan sampel total sampling, instrumen yang digunakan adalah kuesioner google
Perubahan Fisik form, variabel yang yang digunakan adalah variabel tunggal, dengan analisis data
Perubahan Psikologis univariat. Hasil: Terdapat perubahan fisik ibu hamil dalam kategori sedang 26 responden
Ibu Hamil Trimester III (43,3%), antara lain sering buang air kecil, sulit buang air besar, nyeri punggung atas.
Pandemi Covid-19 Perubahan psikologis ibu hamil dalam kategori sedang 44 responden (73,3%) meliputi,
kecemasan menghadapi persalinan, ketakutan akan bahaya covid-19 yang berdampak pada
ibu dan bayinya, kesiapan dalam mempersiapkan persalinan dalam kategori siap 57
responden (95,0%). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pada ibu hamil trimester III
saat ini, mengalami perubahan fisik kategori sedang, perubahan psikologis kategori sedang,
mengalami gejala ringan, dan ibu sudah siap dalam persiapan persalinan.

ABSTRACT
Physical and Psychological Changes of Pregnant Women in 3rd Trimester Preparedness
to Face Labor in the Time of the Covid-19 Pandemic

Background: The COVID-19 pandemic in third trimester pregnant women can increase
Key words: the risk of physical and psychological effects on the mother and have an impact on fetal
growth so that it can resulting in premature birth, birth defects, asphyxia and IUFD
Physical Changes because it spreads very quickly. In 2020 there was an increase of 25% of pregnant women
Psychological Changes infected with Covid-19, and there were 52.4% of pregnant women experiencing
Third Trimester Pregnant Women psychological changes, namely pregnant women in the third trimester experiencing anxiety
Covid-19 Pandemic in the moderate category. Methods: The research method uses descriptive, this research
was conducted in January-October 2021 at the Imogiri I Public Health Center with a
population of 60 third trimester pregnant women and the sampling technique used total
DOI: sampling, instruments used is questionnaire googleform, the variables used are single
https://10.48092/jik.v8i1.148 variable, with univariate analysis. Results: There were physical and psychological
changes in third trimester pregnant women during the covid-19 pandemic, namely 26
respondents (43.3%), experiencing physical changes in the moderate category, 44
respondents (73.3%) third trimester pregnant women experiencing changes
psychologically in the moderate category and 57 respondents (95.0%) have prepared
preparations for childbirth during the covid-19 pandemic. Conclusion: It can be
concluded that pregnant women in the third trimester are currently experiencing moderate
physical changes, moderate psychological changes, experiencing mild symptoms, and the
mother is ready to give birth during the covid-19 pandemic.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 34
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN kesehatan mental ibu dapat dikaitkan dengan risiko


jangka pendek dan jangka panjang bagi mereka ataupun
Covid-19 adalah pandemi yang kini dihadapi bagi anak-anaknya, baik kesehatan fisik maupun
oleh dunia sudah mencapai angka 62.162592 kasus kesehatan psikologis (Kota Bagi, P.dkk,2020).
sementara di Asia jumlah kasusnya mencapai
16.871967, termasuk Indonesia. Indonesia sendiri Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu hamil
memiliki peringkat ke 5 terbesar kasus pandemi Covid- trimester III yang mengalami kecemasan akibat pandemi
19 di dunia. Covid-19 sebesar 52,4% kategori sedang. Jenis
kecemasan yang di rasakan ibu yaitu pengaruh virus
Wabah ini adalah sejenis virus baru dalam terhadap kehamilan dan memilih tempat periksa ANC
golongan kelompok virus SARS dan MERS. Virus ini saat pandemi semua di bawah 50% Penelitian ini sejalan
utamanya menyerang sistem pernapasan yang dengan peneltian (Muhamad DT, 2020).
mengakibatkan seseorang yang dapat mengalami
gangguan pernapasan ringan, infeksi paru-paru berat, Selama epidemik atau pandemi berhubungan
hingga menyebabkan kematian. dengan masalah psikologis ibu hamil trimester IIIberupa
ketakutan/kecemasan (Berghella, 2020). Sejak pertama
Adapun seseorang yang terinfeksi Covid-19 kali dideteksi pada 2 Maret 2020, Corona virus (COVID-
menunjukkan berbagai gejala menyerupai flu antara lain 19) telah menyebar dengan cepat keseluruh dunia.
demam (suhu >38ᵒC), batuk kering, dan kelelahan
(WHO. 2019). Covid-19 pertama kali dideteksi di METODE
Indonesia pada 2 Maret 2020, hingga Per 23 Agustus Penelitian ini menggunakan metode penelitian
2020 Indonesia telah melaporkan 533.975 kasus positif, deskriptif kuantitatif. Metode pendekatan yang
dengan 17.081 kematian, 454.879 telah sembuh dan digunakan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di
39.355 kasus yang sedang dalam perawatan. Pemerintah Puskesmas Imogiri I, Ngancar Karangtalun Imogiri
indonesia telah melakukan tes kepada 1.157.184 orang Bantul, Yogyakarta.
dari total 269 juta penduduk, yang berarti sekitar 4.292
orang per satu Juta penduduk. (WHO, 2020). Penelitian ini telah mendapat izin dari Dinas
Kesehatan Bantul melalui surat izin permohonan dari
Berdasarkan data dari Dinkes Kota Yogyakarta Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah Bantul
Jum’at, 29 Januari 2021 terkonfirmasi 678 positif, 2917 Yogyakarta.
sembuh dan 157 dinyatakan meninggal akibat virus ini
sedangkan di Dinkes Kabupaten Bantul terdapat 56 Populasi dalam penelitian ini yang di ambil
orang tambahan yang terkonfirmasi kasus covid, sembuh adalah semua ibu hamil Trimester III yang melakukan
sebanyak 114 orang dan meninggal sebanyak 5 orang. pemeriksaan di Puskesmas Imogiri I.
Adanya peningkatan kasus terinfeksi SAR-CoV Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60
atau Covid-19 pada wanita hamil mencapai 25%. responden. Cara menentukan sampel dilakukan secara
Dampak lanjut dari infeksi Covid-19 pada ibu hamil total sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dan
munculnya kekhawatiran terkait pertumbuhan, didapatkan samoel sebanyak 60 responden ibu hamil
kecemasan, depresi, psikologis terganggu dan trimester III.
perkembangan serta neonatal. Oleh karena itu ibu hamil
memerlukan perhatian khusus terkait pencegahan, Dalam penelitian ini pengumpulan data
diagnosis, dan penatalaksanaan (Poon et al, 2020). menggunakan data primer. Data primer berupa data
perubahan fisik dan psikologis ibu hamil trimester III
Kecemasan akibat pandemi Covid-19 dalam kesiapan mengahadapi persalinan di masa
berdampak pada kecemasan kehamilan trimester III pandemi covid-19 dengan teknik pengisian kuesioner.
sebagian besar studi yang telah dilakukan tentang Covid- Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
19 dan keterkaitannya terhadap kehamilan berfokus pada analisis univariate.
efek fisik ibu dan berdampak pada pertumbuhan janin
dalam kandungan yang dapat mengakibatkan premature,
bayi lahir cacat, asfiksia dan IUFD di masa pandemi ibu
hamil sangat rentan terinfeksi serta kemungkinan
penularannya bisa terjadi.
Walaupun belum banyak bukti yang
menunjukkan bahwa COVID-19 dapat berdampak pada
wanita hamil ataupun janin dalam kandungan, namun
penting untuk tidak mengabaikan keterlibatan emosi
wanita hamil selama pandemi COVID-19 karena

Page | 35
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

HASIL DAN PEMBAHASAN Umur yang dianggap paling aman


menjalani kehamilan dan persalinan adalah 20-
1. Karakteristik Responden 35 tahun. Direntang usia ini kondisi fisik wanita
dalam keadaan prima. Sedangkan setelah umur
Hasil penelitian karakteristik responden 35 tahun, sebagian wanita digolongkan pada
pendidikan diuraikan dalam tabel berikut : kehamilan berisiko tinggi terhadap kelainan
bawaan dan adanya penyulit pada waktu
persalinan. Di kurun umur ini, angka kematian
ibu melahirkan dan bayi meningkat, sehingga
Tabel 3.1 Distribusi Ferekuensi Karakteristik akan meningkatkan kecemasan (Astria, 2012).
Responden
Variabel N % b. Pendidikan
Umur Berdasarkan penelitian sebagian besar
Tidak Beresiko (20-35) 47 78,3 responden berpendidikan SMA/SMK daripada
Beresiko (<20 atau >35) 13 21,7 yang berpendidikan SMP, dan Perguruan Tinggi
Total 60 100 berpendidikan SMA yaitu sebanyak 36
Pendidikan responden (56,7%).
Tamat SD 2 3,3
Tamat SMP 12 20 Notoatmodjo (2020) mengatakan bahwa
Tamat SMA 36 56,7 pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
Tamat S1 12 20 seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal
Total 60 100 agar mereka dapat memahami.
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 31 51,7 Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin
Wiraswasta 21 35 tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin
Karyawan swasta 5 8,3 mudah pada mereka menerima informasi dan
PNS 3 5,0 akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang
Total 60 100 dimilikinya terutama tentang perubaha fisik
Status Ekonomi yang ibu sering alami ibu akan mencari
Kurang 29 48,3 informasi yang menyangkut perubahan dirinya
Cukup 29 48,3 sehingga semakin tinggi pendidkan seseorang
Baik 2 3,3 iya akan banyak pengalaman dan tau banyak hal.
Total 60 100
Paritas Sebaliknya jika tingkat pengetahuan
Tidak beresiko 25 41,7 seseorang rendah, akan menghambat
Beresiko 35 58,3 perkembangan sikap seseorang terhadap
Total 60 100 penerimaan informasi tentang kehamilan dan
Riwayat Penyakit fisik yang iya sering alami dan nilai-nilai yang
Bukan penyakit menurun atau menular 60 100 baru diperkenalkan sangat kurang.
Total 60 100
Riwayat Persalinan Pada penelitian yang dilakukan Hizni
(2020) yang berjudul “Resiko Pendidikan Ibu
Tidakan 17 28,3
Terhadap kehamilan” bahwa tingkat pendidikan
Normal 30 50
Belum Pernah Melahirkan 13 21,7 ibu yang rendah beresiko tidak banyak memiliki
Total 60 100 pengetahuan 2,22 kali lebih besar dibandingkan
Riwayat Keguguran
dengan ibu yang berpendidian tinggi, tingkat
Tidak pernah keguguran 53 88,3 pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap
Pernah Keguguran 7 11,7 derajat kesehatan fisik dan mental ibu
Total 60 100 pembentukan kebiasaan seperti makan dan
Umur Kehamilan nutrisi ibu hamil, karena ibulah yang
Cukup Bulan 60 100 mempersiapkan makanan mulai mengatur menu,
Total 60 100 berbelanja, memasak, menyiapkan makanan,
dan mendistribusikan makanan untuk keluaga
a. Usia ibu hamil
Hasil penelitian menunjukan bahwa usia
ibu hamil trimester III yang melakukan ANC di
Puskesmas Imogiri I mayoritas usia ibu 20-35
tahun yaitu sebanyak 47 responden (78,3%).

Page | 36
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

c. Pekerjaan Menurut Prawirohardjo (2012) paritas


adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan
Pekerjaan ibu terbanyak adalah sebagai hidup atau viable oleh seorang wanita selama
ibu rumah tangga 31 responden (51,7%). Ibu masa reproduksinya. Paritas menjadi faktor
yang bekerja di luar rumah dapat menyebabkan langsung terjadinya kehamilan beresiko, karena
tingkat kepeduliannya terhadap kehamilannya paritas berhubungan erat dengan perubahan fisik
dan psikologis ibu hamil yang dimana ibu hamil
sangat rendah terutama pada kondisi fisik pada
dengan kondisi fisik yang sangat berisiko.
umumnya wanita hamil alami seperti sakit
pinggang,sering kencing namun saat bekerja Berdasarkan hasil penelitian yang
sehingga iya tidak perduli pada dirinya, selain itu dilakukan Seni Rahayu, dkk (2019)
ibu yang bekerja di luar rumah cenderung menunjukkan bahwa ibu dengan paritas
memiliki lebih sedekit waktu untuk primipara dan multipara memiliki resiko lebih
rendah dibandingkan dengan ibu paritas
melaksanakan tugas rumah tangga dibanding ibu
grandemultipara yang bisa menyebabkan kondisi
yang tidak bekerja, oleh karena itu pengetahuan fisik dan psikologis ibu semakin menurun.
ibu tentang kehamilan akan berpengaruh.
f. Riwayat Penyakit
Ibu yang berperan sebagai ibu rumah Berdasarkan hasil penelitian, responden
tangga biasannya memiliki pengetahuan tentang ibu hamil yang mayoritas ibu hamil trimester III
kehamilan yang lebih baik daripada ibu yang 60 ibu hamil trimester III bukan penyakit
memiliki pekerjaan di luar rumah, ibu lebih menurun atau menurun (61,2%).
fokus pada kehamilannya terutama tentang fisik Ibu yang memiliki riwayat penyakit akan
pada saat hamil (Septiana, dkk 2020). lebih beresiko saat hamil dengan kondisi fisik
ibu yang memiliki resiko maka akan lebih besar
d. Status ekonomi kemungkinan dilakukan persalinan sesar di
Berdasarkan tabel 3.1 sebagian besar bandingkan dengan ibu tidak memiliki riwayat
pendapatan ekonomi cukup sebanyak 29 penyakit lebih besar kemungkinan akan
responden (48,3%). Tingkatan seseorang untuk dilakukan persalinan normal dan jika ibu
memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan memiliki riwayat penyakit jauh kemungkinan
penghasilan yang ada, sehingga menuntut besar kehamilan ibu akan terganggu.
pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan
semaksimal mungkin. Penelitian yang dilakukan oleh (Suriani,
2017) dikatakan bahwa ibu dengan riwayat
Keluarga dengan ekonomi yang cukup kehamilan berisiko memiliki peluang 15 kali
dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, mengalami kematian maternal. Hal ini
merencanakan pengetahuan atau informasi dan disebabkan karena riwayat penyakit ketika
dapat mengurangi rasa kecemasan ibu terhadap kehamilan tidak dapat dihindari oleh ibu yang
kesiapan semua kebutuhan persalinannya. terjadi sebelum masa kehamilan. Ibu yang
memiliki riwayat penyakit kronik dapat
Sulistyoningsih tahun 2011 mengatakan mengganggu kehamilan dan ketika penyakit
penghasilan atau pendapatan yang cukup di tersebut kambuh, maka ibu harus mengkonsumsi
bawah UMR akan lebih besar beresiko kejadian beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi
ibu hamil kurang gizi dan memiliki kecemasan kehamilan.
saat dekatnya peroses persalinan daripada
pendapatan di atas UMR. g. Riwayat Persalinan
Berdasarkan hasil penelitian,
e. Riwayat Paritas menunjukkan bahwa sebanyak 30 reponden
Hasil penelitian sebagian besar (50,0%) ibu hamil di puskemas Imogiri I
responden memiliki riwayat paritas dengan memiliki riwayat persalinan normal dengan
kategori tidak beresiko sebanyak 35 responden persalinan normal maka kondisi fisik dan
(58,3%). Berdasarkan dari jumlah anak jika psikologis ibu akan jauh lebih baik daripada ibu
memiliki anak lebih dari 2 maka kondisi fisik yang mengalami persalinan dengan tindakan.
dan psikologis ibu akan menurun sehingga Kemungkinan besar ibu yang mengalami
memiliki resiko yang tinggi bahkan bisa persalinan dengan tindakan akan lebih besar
menyebabkan komplikasi dan kematian pada kemungkinan mengalami terauma pasca
ibu. bersalin.

Page | 37
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Menurut (Bandiyah, 2012) Riwayat kehamilan pada usia muda.Pada riwayat


persalinan adalah suatu persalinan yang di alami keguguran, didapatkan 53 responden (88,3%)
oleh setiap ibu dengan melahirkan secara tidak pernah mengalami keguguran.
berulang dengan suatu tindakan ataupun dengan
persalinan normal. 2. Penerimaan Kehamilan
Hasil penelitian penerimaan kehamilan
h. Riwayat Keguguran diuraikan dalam tabel berikut:
Berdasarkan tabel 3.1 tersebut,
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil Tabel 3.2 Distribusi Ferekuensi Penerimaan
tidak memiliki riwayat keguguran yaitu sebesar Kehamilan
53 responden (88,3%). Variabel N %
Penerimaan Ibu terhadap
Abortus merupakan salah satu masalah kehamilan
di dunia yang mempengaruhi kesehatan mental, Menerima 60 100,0
kesakitan dan kematian ibu hamil dengan ibu Total 60 100,0
yang memiliki riwayat keguguran maka kondisi
Penerimaan Suami terhadap
fisik dan psikologis ibu akan lebih rentan dari ibu kehamilan
yang tidak memiliki riwayat keguguran.
Suami menerima kehamilan 60
100,0
Ibu yang memiliki riwayat persalinan Total
abortus memiliki kecemasan yang berlebihan
Penerimaan keluarga
terutama ibu akan khawatir terkait pertumbuhan,
terhadap kehamilan
perkembangan, neonatal dengan kondisi janin Keluarga menerima 100,0
yang akan di lahirkannya dan iya akan khawatir 60
kehamilan
apakah iya bisa melakukan persalinan normal Total
pada saat bersalin nanti dan masih banyak
Penerimaan saudara
kecemasan-kecemasan yang ibu miliki ( Poon et terhadap kehamilan
al.,2020 ). Saudara menerima
46 78,0
kehamilan
Abortus dapat terjadi secara tidak
Belum ada saudara 13 22,0
sengaja maupun disengaja. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus Total 60 100,0
spontan, sedangkan abortus yang dilakukan
dengan sengaja disebut abortus provokatus dan Menunjukan bahwa pada penerimaan
abortus yang terjadi berulang tiga kali secara kehamilan baik dari ibu, suami dan keluarga bayi 60
berturut-turut disebut habitualis (Prawirohadjo, responden (100%) dari semua yang di sebutkan
2012) menerima kehamilan ini, dan pada saudara dari calon
bayi 46 responden (78,0%) menerima dan 13
i. Umur Kehamilan responden (22,0%) di antaranya belum menerima
Berdasarkan tabel hasil penelitian, kehamilan.
menunjukkan bahwa sebanyak 60 reponden
(61,2%) kehamilan ibu cukup bulan. Berdasarkan hasil penelitian (Friedman
dalam Setiadi, 2020) Dukungan sosial merupakan
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu koping keluarga, baik dukungan yang bersifat
& Sofyaningsih (2017) di Tangerang yang
menunjukkan bahwa semakin matang umur eksternal maupun internal terbukti sangat
kehamilan maka semakin siapnya fisik dan bermanfaat dan positif telah terkonseptualisasi
psikologis ibu dalam menghadapi persalinan dalam studi-studi tentang dukungan keluarga.
yang di mana ibu akan siap menerimaperubahan
fisik ibu seperti sering BAK, susah BAB, susah Dukungan sosial keluarga eksternal antara
tidur dan sakit pinggang bagian atas sedangkan lain suami, keluargabesar, saudara, sahabat,
perubahan psikologis yang sering terjadi pada pekerjaan, tetangga, sekolah, kelompoksosial,
usia kehamilan tua akan terjadi kecemasan kelompok rekreasi, tempat ibadah, ptaktisi
mendekati peroses persalinan, mudah sensitive kesehatan. Jika ibu tidak dapat menerima
dan libido menurun.
kehamilannya maka jika suami dan keluarga
Semakin tuanya umur kehamilan maka menerima kehamilan ibu, dampak baik bagi ibu
semakin siapnnya ibu menerima kehamilannya sehingga ibu akan merasa dirinya di sayangi, di
dibandingkan ibu yang memiliki umur hargai dan mendapatkan perhatian lebihsehingga ibu

Page | 38
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

akan menjadi siap dalam menerima kehamilannya 42,90%, kesemutan pada jari kaki dan tangan
terutama siap dalam kondisi fisik dan psikologis ibu menurut (Berghella,2020).
sehingga ibu tidak merasa dirinya sendiri dalam
Dalam menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu
menjalani psoses kehamilannya (Isnandi dalam menyiapkan kondisi mental dalam penerimaan
Harumawati, 2012). kehamilannya sehingga ibu dapat menjalani
kehamilannya dengan tetap melakukan aktivitas
Dukungan sosial merupakan bantuan atau seperti berjalan pagi, atau kegiatan rumah lainnya,
dukungan yang positif yang diberikan oleh orang- dan tetap istirahat yang cukup juga merupakan
orang tertentu terhadap individu dalam kehidupannya persiapan fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu.
serta dalam lingkungan sosial tertentu sehingga Dengan mengetahui teknik mengedan dan bernafas
individu yang menerima merasa diperhatikan, yang baik juga dapat memperlancar dan memberikan
dihargai, dihormati dan dicintai (Sarafino dan Smith ketenangan dalam proses persalinan (Isnandi dalam
dalam Gitanurani, 2020) Harumawati, 2021).
3. Perubahan Fisik 4. Perubahan Psikologis
Hasil penelitian perubahan fisik ibu hamil Hasil penelitian perubahan psikologis ibu
dalam tabel berikut: hamil dalam tabel berikut:
Tabel 3.3 Distribusi Ferekuensi Perubahan Fisik Ibu Tabel 3.4 Distribusi Ferekuensi Perubahan
Hamil Psikologis Ibu Hamil
Variabel N %
Variabel N %
Perubahan Fisik
Perubahan Psikologis
Ringan 21 35,0
Ringan 13 21,7
Sedang 26 43,3 Sedang 44 73,3
Berat 13 21,7 Berat 3 5,0
Total 60 100,0 Total 60 100,0

Menunjukan bahwa ibu hamil trimester III Berdasarkan tabel 3.4 tersebut,
lebih banyak mengalami perubahan fisik dalam menunjukkan bahwa terdapat 44 responden
kategori sedang 26 responden (43,35%). Hal ini (73,3%) mengalami perubahan psikologis dalam
dibuktikan dengan jawaban yang sudah diberikan kategori sedang,hal ini dibuktikan dengan jawaban
oleh responden pada kuesioner perubahan fisik, yang sudah diberikan oleh responden pada
adapun perubahan fisik ibu hamil yang sering kuesioner perubahan psikologis.
terjadimeliputi ibu sering buang air kecil,susah BAB
dan ibu sering merasakan nyeri pada pinggang, Adapun perubahan psikologis ibu hamil
sedangkan keluhan yang ibu jarang alami meliputi, yang sering terjadi meliputi, kecemasan pada saat
ibu jarang mengalami masalah gigi dan gusi, pandemi Covid-19 akan berdampak pada ibu,
kesemutan pada kaki dan sakit punggung bagian atas. merasa dirinya aneh jelek dan tidak menarik saat
hamil. perubahan psikologis yang ibu jarang alami
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh meliputi, ibu merasa cemas akan bayi yang lahir
Romauli (2018) dengan judul “Perubahan Fisik Ibu tidak normal di masa pandemik covid-19, ibu
Hamil Trimester III Dimasa Pandemi Covid-19” merasa kurangnya perhatian baik dari perhatian
dapat terjadi perubahan fisik yang dapat keluarga maupun suami di tambah pada saat
menimbulkan ketidaknyamanan selama kehamilan pandemic covid-19, ibu merasa cemas terhadap
seperti timbul masalah pada saluran pencernaan, kehamilannya di masa pandemik Covid-19.
kelelahan, bengkak pada kaki, sesak nafas, sering
buang air kecil dan nyeri punggung selama Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh
epidemi/pandemic. Keswamas, Walangadi, Ku'ndre, Silolonga (2020),
perubahan psikologis pada masa kehamilan trimester
Berdasarkan jenis ketidaknyamanan yang III yaitu rasa tidak nyaman dan merasa tubuhnya
dialami ibu hamil trimester III adalah mayoritas tidak menarik, ibu juga akan merasa gelisah ketika
sering BAK 73%, ibu jarang mengalami sembelit bayi tidak lahir tepat waktu dan takut akan rasa sakit,
34,90%, kram pada kaki 33,33%, ibu yang bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, serta
mengalami pusing sebanyak 39,70%, mayoritas ibu khawatir akan bayi yang dilahirkan dalam keadaan
tidak pernah mengalami bengkak pada kaki 76,20%, tidak normal serta khawatir akan keselamatannya.
ibu hamil trimester III mengalami susah tidur Selain itu, ibu dapat merasa kehilangan perhatian,

Page | 39
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

libido menurun, serta sering timbul perasaan mudah jenis virus flu biasa kasusnya dimulai dengan
tersinggung atau sensitif. pneumonia atau radang paru-paru (WHO 2020 ).

5. Gejala Covid-19 Ibu Hamil 6. Persiapan Persalinan

Hasil penelitian frekuensi gejala covid-19 ibu Hasil penelitian frekuensi gejala covid-19 ibu
hamil dalam tabel berikut: hamil dalam tabel berikut:
Tabel 3.5 Distribusi Ferekuensi Gejala Covid-19 Tabel 3.6 Distribusi Ferekuensi Persiapan Persalinan
Variabel N % Variabel N %
Gejala Covid-19 Persiapan Persalinan
Ringan 51 85,0 Siap 3 5,0
Sedang 9 15,0 tidak siap 57 95,0
Total 60 100,0 Total 60 100,0

Berdasarkan hasil peneliatian pada tabel Berdasarkan tabel 3.6 tersebut,


3.5 tersebut, menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menunjukkan bahwa dari 60 reponden sebagian
hamil mengalami gejala covid dalam kategori ringan besar ibu hamil Trimester III di Puskesmas Imogiri
sebanyak 51 responden (85,0%). Hal ini dibuktikan I sudah siap dengan persiapan bersalinnya yaitu
dengan jawaban yang sudah diberikan oleh sebanyak 57 responden (95,0%).
responden pada kuesioner gejala Covid-19.
Berdasarkan persiapan persalinan yang
Adapun gejala covid-19 yang sering ibu sering di siapkan meliputi, biaya persalinan, tempat
alami meliputi, sesak nafas, gampang lelah, sakit persalinan dan transportasi, dan persiapan yang
tengorokan dan yang jarang ibu alami meliputi, jarang di siapkan meliputi keperluan ibu dan bayi,
adanya penurunan indra penciuman dan suhu badan pedamping esktra dari suami dan keluarga, dan ibu
>38 oC. penelitian ini sesuai dengan teori (WHO sering melakukan aktivitas ringan seperti berjalan
2019). Adapun gejala umum seseorang yang pagi. Persalinan merupakan persiapan penting yang
terinfeksi Covid-19 menunjukkan berbagai gejala sangat ditunggu oleh setiap pasangan suami-istri,
menyerupai antara lain flu,demam (suhu >38ᵒC), menyambut kelahiran sang buah hati merupakan
batuk kering, dan gampang lelahan (WHO 2019). saat yang membahagiakan setiap keluarga bahkan
seluruh anggota masyarakat, demi kesejahteraan ibu
Terdapat 9 orang yang mengalami gejala dan janin keluarga menyiapkan persiapan persalinan
covid-19 dalam katagori sedang meliputi, demam, seperti biyaya persalinan, perlengkapan popok bayi
batuk pilek, sesak nafas dan gampang lelah. dan pakaian ibu, tempat persalinan dan trasportasi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian WHO 2021 (Samosir, 2020).
yang menyatakan bahwa gejala covid-19 dalam
katagori sedang meliputi, demam, batuk, sesak nafas Persiapan finansial bagi ibu yang akan
atau nafas kurang nyaman, kurang nafsu makan dan melahirkan merupakan suatu kebutuhan yang
gampang lelah. mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan
penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk
Dampak dari ibu hamil yang sudah terpapar mencukupi kebutuhan selama kehamilan
atau sudah dinyatakan sembuh dari covid-19 efek berlangsung sampai persalinan seperti menyiapkan
samping Covid-19 bisa berlangsung lama dalam biaya persalinan, menyiapkan popok bayi, masker,
berbagai kasus, kondisi tak normal pasca sembuh Face shield dan perlengkapan lainnya pada saat
bisa berlangsung lebih dari sebulan setelah penderita pandemi covid-19 (Sjafriani dalam Harumawati,
kali pertama terinfeksi virus Covid-19. Bahkan 2021). Menyiapkan pendonor darah ketika
penderita Covid-19 tampa gejala atau gejala ringan dibutuhkan transfusi darah setelah persalinan
juga bisa merasakan efek dari virus Covid-19 setelah merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan
dinyataka sembuh, kondisi tak normal pasca sembuh disiapkan (Gitanurani, 2017).
dari Covid-19 dikenal dengan long covid atau covid
kronis, yang masih sering dirasakan setelah sembuh KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
dari covid-19 antara lain sesak nafas, gampang lelah,
Perubahan fisik ibu hamil trimester III saat ini
batuk pilek, pusing dan penghilangan indra
yaitu ibu mengalami perubahan fisik kategori Sedang
penciuman (WHO 2021). sebanyak 26 ibu hamil (26,5%). Perubahan Psikologis
Covid-19 adalah virus baru yang terkait ibu hamil saat ini yaitu ibu mengalami perubahan
dengan keluarga virus yang sama dengan Severe Psikologis kategori Sedang sebanyak 44 ibu hamil
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan beberapa (44,9%). Gejala Covid-19 pada ibu hamil saat ini yaitu

Page | 40
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

ibu mengalami gejala ringan sebanyak 51 ibu hamil Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T
(52,0%). Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Persiapan persalinan pada ibu hamil saat ini Romauli. (2018). Hubungan Karakteristi kKeluarga
yaitu ibu sudah siap dalam persiapan persalinan Dengan Tingkat Ansietas Saat Menghadapi
sebanyak 57 ibu hamil (58,2%). Saran bagi ibu hamil Kekambuhan Pasien GangguanJiwa. J Heal
agar dapat memahami tentang perubahan fisik dan Sci [Internet].
psikologis yang sering terjadi di masa pandemi covid-19
Samosir. (2020). Hubungan Kejadian Pandemi COVID
seperti, sering BAK, susah BAB, susah tidur, sakit
19 Dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester
pinggang bagian atas, cepat lelah, flu, batuk pilekdan
Ketiga. J Keperawatan Muhammadiyah.
cemas menghadapi persalinan
2021;6 (2):151–5.
Sarafino dan Smith dalam Gitanurani.
REFERENSI (2020). COVID-19 and pregnancy - where are
we now? A review. J Perinat Med [Internet].
Bandiyah. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
Hamil Dengan Pengetahuan Tanda Bahaya Septiana, dkk. (2020). Since January 2020 Elsevier has
Kehamilan Pada Trimester III Di RB Harapan created a COVID-19 resource centre with free
Bunda Surakarta. information in English and Mandarin on the
novel coronavirus COVID- 19 The COVID-19
Berghella. (2020). Analis Pengaruh Belanja Modal resource centre is hosted on Elsevier Connect,
Indeks Pembangunan Manusidan Tenaga the company’s public news and
Kerja Terserat Pertumbuhan Ekonomi/Kota di information.;(January).
Indonesia. Jurnal Akutansi Menejerial.
Jakarta: Universitas 17 agustus 1945. Sjafriani dalam Harumawati. (2021). Peran Suami
Dalam Gangguan Kecemasan Dan Stress
Friedman dalam Setiadi. (2020). Knowledge and Pada Ibu Hamil Selama Pandemi Covid-19.
awareness of community toward COVID19 in Mahakam Midwifery J [Internet]. 2021;6
Jordan : A cross-sectional study. 2020;11 (7): (1):28–36.
135–42.
Sulistvaningsih. (2011). Metodologi Penelitian
Gitanurani, Y. (2017).” Faktor Faktor yang Kebidanan, Kuantitatif&Kualitatif. Edisi
Berhubungan dengan Kesiapan Persalinan di Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Puskesmas Jetis Bantul Yogyakarta”
Universitas *Aisyiyah Yogyakartya. Suriani. (2017). Kesiapan Ibu Hami lDalam Menghadap
iPersalinan Di Ruang Bersalin Rumah Faktor-
Hizni. (2020). Ibu Hami Pada Masa Pandemi COVID- faktor Yang Mempengaruhi Sakit Umum
19 di Indonesia: Pengetahuan, Kecemasan Daerah Labuang Baji Makassar.Jurnal Ilmiah
dan motivasi. Wiraraja Med J Kesehat. Kesehatan Volume 5.
Isnandi dalam Harumawati. (2012). Pengaruh pre WHO. (2019). Corona virus disease (Covid-19)
eklamsi berat pada kehamilan terhada situation report-98 WHO.
pkeluaran maternal dan perinatal di RSUP Dr
Karyadi Semarang Tahun 2010. Fakultas WHO. (2020). Advice on the use of masks in the
Kedokteran Universitas Diponegoro community, during home care and in health
Semarang. care settings in the context of the novel
coronavirus (2019-nCoV) outbreak [Internet].
Isnandi dalam Harumawati. (2021). Kecemasan pada
2020.
Ibu Hamil di Masa Pandemi Covid 19 di RSUD
Ibnu Sutowo Baturaja. J Smart Keperawatan.
Kota Bagi, P, dkk. (2020). Anxiety and depression levels
among pregnant women whit Covid-19. Aceta
Obstetricia et Gynecologica Scandinavica,
99(7). 953-954.
Poon et al. (2020). Dampak Coronavirus Disease 2019
(Covid-19) pada Kehamilan Sejak Desember
2019 Hingga Agustus 2020 Melalui Tinjauan
Literatur. Wal’afiatHosp J. 2020;2(1):14– 22.

Page | 41
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 24-29

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini Pada


Masa Pandemi Covid 19
Yunita Akmalia Thopani1*, Yuni Uswatun Khasanah2*, Tita Restu Yuliasri3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
*yunitaakmaliathopani03@gmail.com, yunifindra@yahoo.co.id, tita_dheta@yahoo.co.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Pernikahan dini merupakan permasalahan pada remaja, korban paling
banyak pernikahan dini remaja perempuan. Pernikahan dini banyak terjadi di pedesaan dari
Received November 17,2021 pada perkotaan, terjadi pada keluarga miskin, berpendidikan rendah, dropout dari sekolah.
Accepted December 15, 2021 Masa pandemi angka perkawinan anak meroket, 400-500 anak usia 10-17 tahun beresiko
Published January 25, 2022 menikah dini akibat Covid-19. Peningkatnya angka perkawinan anak pada masa pandemi
tidak jauh berbeda dengan penyebab perkawinan anak pada kondisi normal. Metode:
Penelitian menggunakan metode desktiptif, tempat penelitian di KUA Sedayu Bantul,
Kata Kunci: populasi 36 responden yang mengalami pernikahan dini, sampel sebanyak 21 responden.
Pengambilan sampel random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan
Pernikahan Dini checklist yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, valid sejumlah 5 pertanyaan.
Pandemi Covid 19 Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup analisis univariat. Hasil: Hasil penelitian
responden di KUA Sedayu Bantul Yogyakarta mayoritas usia 19-20 sejumlah 14 (66,7%),
mayoritas pendidikan responden SMA sejumlah 15 responden (71,4%), mayoritas
penghasilan responden kurang sejumlah 17 (81,0%), mayoritas pendidikan orang tua SMA
sejumlah 13 (61,9%), mayoritas pekerjaan responden sejumlah 7 (33,3%), mayoritas
tingkat pengetahuan baik sejumlah 18 (85,7%). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa
factor penyebab pernikahan dini yaitu tingkat pengetahuan responden usia 19-20
tahun dalam kategori kurang, pendidikan responden SMA pengetahuan kurang,
penghasilan responden kurang dengan tingkat pengetahuan kurang, pekerjaan
responden buruh dengan tingkat pengetahuan kurang

ABSTRACT
Factors Causing Early Marriage During the Pandemic
Background: Early marriage is not a new thing in Indonesia, is a problem for teenagers,
Key words: the most victims of early marriage are teenage girls. Early marriage is more common in
rural areas than in urban areas, occurs in poor families, low education, dropouts from
Early Mariage school. During the pandemic, the number of child marriages skyrocketed, 400-500 children
Covid 19 Pandemic aged 10-17 years were at risk of getting married early due to Covid-19. The increasing
number of child marriages during the pandemic is not much different from the causes of
child marriage in normal conditions. Methods: The study used a descriptive method, the
DOI: research site was at KUA Sedayu Bantul, a population of 36 respondents who experienced
https://10.48092/jik.v8i1.149 early marriage, a sample of 21 respondents. Sampling random sampling. The research
instrument used a questionnaire and a checklist that had been tested for validity and
reliability, 5 questions were valid. This study used a closed questionnaire with univariate
analysis. Results: The majority of respondents in KUA Sedayu Bantul, Yogyakarta, aged
19-20, were 14 (66.7%), the majority of respondents were high school education, 15
respondents (71.4%), the majority of respondents' income was less than 17 (81.0%), the
majority Parents' education in SMA is 13 (61.9%), the majority of respondents'
occupations are 7 (33.3%), the majority of good knowledge levels are 18 (85.7%).
Conclusion: The level of knowledge of respondents aged 19-20 years is in the poor
category, respondents' education in high school has less knowledge, respondents' income
is less with less knowledge, the respondent's occupation is laborers with less knowledge.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 24
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN perempuan usia 10-17 tahun beresiko menikah dini akibat


Covid-19. Penyebab peningkatnya angka perkawinan anak
Remaja menurut World Health Organization pada masa pandemi tidak jauh berbeda dengan penyebab
(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, perkawinan anak pada kondisi normal. Perkawinan anak tetap
sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dilakukan oleh kelompok miskin dan kurang berpendidikan.
menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 Kondisi kesejahteraan yang harus menurun ini telah memaksa
sampai 24 tahun. Sementara ini, menurut The Health orang tua membiarkan anaknya menikah. Penutupan sekolah
Resources and services Administrations Guideline ketika situasi ekonomi memburuk juga membuat banyak anak
dianggap sebagai beban keluarga yang sedang menghadapi
Amerika serikat. Tentang usia remaja adalah 11-21 tahun
kesulitan ekonomi. Terbukti dengan adanya 34.000
tahun dan remaja akhir 18-21 tahun (Kusmiran, 2014). permohonan dispensasi kawin yang diajukan kepada
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pengadilan Agama pada Januari hingga Juni 2020, yang 97%-
ayat (1) menyatakan bahwa pernikahan dilakukan jika nya dikabulkan (Katadata, 2020).
pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan wanita 16
tahun dengan ketentuan harus ada izin dari orang tua. Angka ini meningkat dari tahun 2019 yaitu sebanyak
23.126 perkara dispensasi kawin. Kementrian PPPA mencatat
Pada tahun 2014 Badan Kependudukan Keluarga
hingga Juni 2020 anka perkawinan anak meningkat 24.000 saat
Bencana Nasional (BKKBN) menetapkan usia minimum
pandemic (suara.com, 2020). Perkawinan anak menambah
pernikahan 21 tahun pada wanita dan 25 tahun pada laki- risiko yang harus dihadapi anak selama pandemi, selain
laki. (Kusmiran, 2014). peningkatan kekerasan dan permasalahan mental pada anak.

Kasus pernikahan usia dini bukan hal yang baru Di Provinsi D.I. Yogyakarta, selama tahun 2020 dari
di Indonesia. Pernikahan dini merupakan permasalahan 700 dispensasi kawin yang dikabulkan di pengadilan agama,
sosial yang terjadi pada remaja, korban paling banyak 80% nya disebabkan karena kehamilan diluar nikah
(kumparan, 2021). Hakim memilih mengabulkan karena jika
dari pernikahan dini adalah remaja perempuan. Secara
tidak dinikahkan dapat menimbulkan problema baru misalnya
umum kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di
permusuhan antar keluarga. Sebanyak 89% hakim mengatakan,
pedesaan dari pada daerah perkotaan, dan sering terjadi pengabulan permohonan dilakukan untuk menanggapi
pada keluarga miskin, berpendidikan rendah dan dropout kekhawatiran orang tua akan rasa takut dan malu karena
dari sekolah (Arivia et al., 2016). Mulai dekade 1990an anaknya sudah hamil tapi tidak dinikahi. Oleh karena itu,
menurut United Nations Children Fund (UNICEF) banyak pendapat bahwa dispensasi nikah terkesah
kejadian pernikahan usia dini mulai bergeser ke daerah “Menggampangkan” proses perkawinan dengan lebih
perkotaan, hal ini ditandai dengan peningkatan kasus menekankan pada pemenuhan nafkah batin tanpa
pernikahan usia dini di perkotaan dari 2% pada tahun mempertimbangkan keharmonisan hidup keluarga kelak
(Candra, 2018). Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama
2015 menjadi 37% pada tahun 2016 (Arivia et al., 2016).
Sedayu Bantul pada tahun 2020 menunjukan bahwa ada 36
Jadi artinya kasus pernikahan usia dini dapat terjadi
kasus (10,1%) pernikahan dini atau pernikahan dibawah usia
dimana saja dan kapan saja, untuk itu orang tua dan 21 tahun.
lingkungan harus membatu anak menikah pada usia yang
tepat. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia
sejak 2020 telah mengubah pola hidup masyarakat. deskriptif kuantitatif. Metode pendekatan yang digunakan
Untuk memperlambat penularan virus, pemerintah telah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di KUA Kecamatan
mengeluarkan berbagai kebijakan yang berdampak pada Sedayu, Jalan Wates KM 10 Dusun Karanglo, Desa
penurunan aktivitas masyarakat kondisi tersebut tidak Argomulyo, Kecamatan Sedayu. Penelitian ini telah mendapat
hanya memengaruhi orang dewasa, tapi juga anak-anak, izin dari Dinas Kesehatan Bantul melalui surat izin
terutama karena penutupan sekolah yang merupakan permohonan dari Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah
aktivitas utama mereka. Akibatnya, saat sekolah tutup Bantul Yogyakarta.
banyak orang tua yang kelabakan untuk mengelola
Populasi penelitian ini adalah semua pasangan yang
pembelajaran anak di rumah. Keluarga yang selama ini
minim peran dalam melakukan proses belajar mengajar menikah dibawah umur di KUA sedayu Bantul sejak Januari
menjadi bingung, stress, bahkan kesal, dan menuduh 2020-Desember 2020. Jumlah populasi 36 pasang pernikahan
sekolah melepaskan tanggung jawab (Listyarti, 2021). dini. Cara menentukan sampel dilakukan secara simple random
sampling, didapatkan sampel sebanyak 21 responden.
Di masa pandemi ini angka perkawinan anak tetap
meroket, menurut Kemen PPN/Bappenas, 400-500 anak

Page | 25
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Dalam penelitian ini pengumpulan data ataupun salah satu pasangan nya dikategorikan
menggunakan data primer. Data primer berupa data faktor- anak-anak atau remaja yang berusia 21 tahun.
faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada masa pandemi
dengan teknik pengisian kuesioner. Analisis data yang Rata-rata usia pernikahan adalah 25 tahun
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat. untuk wanita dan usia 27 tahun untuk pria. Usia
ideal ini dapat mengurangi kemungkinan
HASIL DAN PEMBAHASAN terjadinya penceraian pada pasangan menikah.
BKKBN mewanti-wanti agar anak Indonesia
1. Karakteristik Responden tidak menikah di usia muda. Usia muda artinya,
Hasil penelitian karakteristik responden usia yang belum matang secara medis dan
diuraikan dalam tabel berikut : psikologinya. Usia menikah ideal untuk
Tabel 4.1 Karakteristik responden perempuan 21-35 tahun dan 25-40 tahun untuk
Usia Responden F % pria. Pada umur 20 tahun keatas, organ
usia 16-18 7 33,3 reproduksi perempuan sudah siap mengandung
usia 19-20 14 66,7 dan melahirkan. Sedangkan pada usia 35 tahun
Total 21 100,0 sudah mulai terjadi proses regenerative. Secara
Pendidikan Responden F % psikologis, umur 20 tahun juga sudang matang,
SD 2 9,5
bisa mempertimbangkan secara emosional dan
SMP 4 19,0
SMA 15 71,4 nalar. Sudah tahu menikah bertujuan untuk apa.
Total 21 100,0 Kalau menikah diusia 12 tahun, pasti tidak tahu
Penghasilan Responden F % menikah itu bagaimana (Khaparistia, E dan
Kurang 17 81,0 Edward, 2015).
Cukup 3 14,3
Lebih 1 4,8 Hasil penelitian ini sejalan dengan Eny
Total 21 100,0 Retna Ambarwati dengan judul penelitian
Pendidikan Orang Tua F % Karakteristik Pernikahan Dini Survei di
Responden Kabupaten Seleman Yogyakarta dengan hasil
SD 3 14,3 penelitian menunjukkan bahwa sebagain besar
SMP 4 19,0 responden berusia 19 tahun, berpendidikan
SMA 13 61,9
sekolah menengah atas.
DIII 1 4,8
Total 21 100,0
b. Pendidikan Responden di KUA
Pekerjaan Responden F %
IRT 7 33,3
Sedayu,Bantul,Yogyakarta 2021
Buruh 5 23,8 Mayoritas pendidikan responden pada
Wiraswasta 4 19,0 tabel 4.1 tamat SMA sebanyak 15 (71,4%).
Karyawan 3 14,3 Menurut Djumali dkk (2014:1) Pendidikan
Petani 2 9,5
Total 21 100,0 adalah untuk memeprsiapkan manusia dalam
memecahkan problem kehidupan di masa kini
a. Usia Pernikahan Responden di KUA Sedayu, maupun di masa yang akan datang. Sekolah
Bantul, Yogyakarta 2021 merupakan jaringan pengaman bagi banyak
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.1, orang. Terutama anak perempuan (BBC., 2020).
didapatkan bahwa mayoritas usia pernikahan Anak yang tidak sekolah dianggap menjadi
responden usia 20 tahun sebanyak 15 responden beban ketika dikombinasikan dengan penurunan
(66,7%). Pernikahan usia dini merupakan penghasilan keluarga. Oleh karena itu, orang tua
pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun
menikahkan anaknya dengan tujuan
yang seharusnya belum siap untuk
melaksanakan pernikahan (Rahmah, M dan memindahkan beban tersebut kepada orang lain.
Anwar, Z, 2015 (Anwar & Rahmah, 2016).
Ternyata aktivitas belajar di rumah
Menurut BKKBN (2016) menjelaskan mengakibatkan remaja memiliki keleluasaan
usia normal untuk melakukan sebuah pernikahan dalam bergaul di lingkungan sekitar (Kasih,
pada laki-laki adalah 25 tahun dan perempuan 21 2020) termasuk untuk pacaran. Keluarga takut
tahun. Akan tetapi saat ini muncul, salah satu jika anak-anak berpacaran melewati batas maka
masalah yang terjadi adalah pernikahan dini.
memilih untuk segera menikahkan. Pada
Menurut BKKBN (2016) pernikahan dini adalah
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan keluarga yang lemah pengawasan orang tua
terhadap anak berdampak terjadinya pergaulan

Page | 26
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

bebas yang mengakibatkan kehamilan di luar pengatahuan, pengalaman dan keterampilan


nikah. kepada generasi muda sebagai usaha generasi tua
dalam menyampaikan fungsi hidup generasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan Tri selanjutnya, baik jasmanai maupun rohani.
Indah Septianah, Teti Solehati, Efri Widianti
(2019) dengan judul penelitian Hubungan Pengetahuan orang tua tentang usia
Pengetahuan, Tingkat Pendidikan, Sumber pernikahan berperan penting dalam memutus
Informasi, dan Pola Asuh dengan Pernikahan mata rantai kasus pernikahan usia dini, untuk itu
Dini Pada Wanita dengan hasil penelitian ada orang tua harus paham kapan usia menikah yang
hubungan antara pengatahuan, tingkat baik. Menurut Undang-Undang perkawinan
pendidikan, sumber informasi, dan pola asuh tahun 1974 pasal 6 dan 7 yang masih digunakan
dengan pernikahan dini pada wanita di pada saat sekarang menetapkan usia pernikahan
Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. yang tepat untuk laki-laki 19 tahun dan wanita 16
tahun, namun pada 2014 badan kependudukan
c. Penghasilan Responden di KUA Sedayu, Bantul, keluarga bencana nasional (BKKBN)
Yogyakarta 2021 menetapkan usia minimum pernikahan 21 tahun
Berdasarkan hasil ananlisis pada tabel 4.1 pada wanita dan 25 tahun pada laki-laki. Kurang
mayoritas penghasilan responden kurang nya pemahaman orang tua tentang usia yang
sejumlah 17 (81,0%). Menurut Kartikahadi, dkk layak untuk menikah menyebabkan kasus
(2012), penghasilan (income) adalah kenaikan pernikahan dini banyak terjadi tidak hanya di
manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi Indonesia namun beberapa penelitian
dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset melaporkan kasus ini juga terjadi di Negara lain.
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari Hasil penelitian ini sejalan dengan Juliana
kontribusi penanam modal. Sedangkan menurut Lubis dengan judul Pengaruh Pendidkan Orang
Sodikin dan Riyono (2014), penghasilan Tua Terhadap Orang Tua Menikahkan Anak
(income) adalah kenaikan manfaat ekonomi Pada Usia Muda Di Desa Bangun Rejo
selama periode pelaporan dalam bentuk arus Kecamatan Tanjung Morawa Pendidikan dengan
masuk atau peningkatan asset, atau penurunan hasil penelitian vahwa pendidikan orang tua
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas memiliki pengaruh terhadap pernikahan anak
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman pada usia muda.
modal. Penghasilan meliputi pendapatan
(revenue) dan keuntungan (gain). Pendapatan e. Pekerjaan Responden di KUA Sedayu, Bantul,
adalah penghasilan yang timbul dalam Yogyakarta 2021
pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa dan Berdasarkan hasil ananlisispada tabel 4.1,
dikenal sebutan yang berbeda seperti penjualan, mayoritas responden bekerja sebanyak 14
imbalan, bunga, dividen, royaliti dan sewa. (66,7%). Secara sederhana bekerja dapat
diartikan sebagai usaha yang dilakukan manusia
Hasil penelitian ini sejalan dengan Abdi untuk mendapatkan penghasilan demi memenuhi
Fauji Hadiono dengan judul penelitian tujuan tertentu.Tujuan tersebut dapat berupa
Pernikahan Dini Dalam Prespektif Psikologi pemenuhan kebutuhan makan, tempat tinggal,
Komunikasi dengan hasil penelitian faktor atau kebutuhan hidup lainnya.Seperti yang
pendidikan, faktor ekonomi, dan faktor diungkapkan oleh Dr. Franz Von Magnis (dalam
pergaulan bebas. Anogara, 2012) yang mengatakan bahwa kerja
merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh
d. Pendidikan Orang Tua Responden di KUA
seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan
Sedayu, Bantul, Yogyakarta 2021
untuk mendapatkan penghasilan serta
Mayoritas pendidikan orang tua
pengeluaran energi untuk kegiatan yang
responden pada tabel 4.1 tamat SMA sebanyak
dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai
13 (61,9%). Menurut Kurniawan (2017),
pendidikan adalah mengalihkan nilai-nilai, tujuan tertentu.

Page | 27
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Selain tujuan pokok bekerja tersebut, Menurut Arikunto (2016) penentuan


dalam dunia kerja (work-life), bekerja memiliki tingkat pengetahuan responden dibagi dalam 3
tujuan tersendiri dalam mewujudkan rasa kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil
kemanusiannya.Tujuan tersebut adalah makna penelitian ini tidak sejalan dengan Aditya Risky
kerja.Makna kerja adalah sekumpulan nilai-nilai, Dwinanda, Anisa Catur Wijayanti, & Kusuma Estu
keyakinan-keyakinan, sikap dan harapan yang Werdani (2015) dengan judul penelitian Hubungan
orang-orang miliki dalam hubungan dengan Antara Pendidikan Ibu Dan Pengetahuan Responden
kerja (Siti, 2013). Dengan Pernikahan Usia Dini dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan ibu dengan kejadian pernikahan usia dini di
Eka Yuli Handayani (2014) dengan judul Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Jawa Timur
penelitian Faktor-Faktor Yang Berhubungan Tahun 2015.
Dengan Pernikahan Usia Dini Pada Remaja Putri
Di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten 3. Tingkat pengetahuan dengan karakteristik
Rokan Hulu kesimpulan penelitian ini adalah responden
terdapat hubungan antara pengetahuan, Hasil penelitian pengetahuan dengan
lingkungan, pendidikan remaja dan pekerjaan karakteristik responden diuraikan dalam tabel
reponden dengan pernikahan usia dini. berikut:
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan
2. Tingkat pengetahuan responden di KUA Sedayu, Karakteristik Responden
Bantul, Yogyakarta 2021
Karakteristik Tingkat Pengetahuan Total
Hasil penelitian tingkat pengetahuan responden Baik Cukup Kurang
diuraikan dalam tabel berikut: F % F % F %
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Responden Usia 16-18 1 4,8% 1 4,8% 5 23,8% 7
Tingkat Pengetahuan F % 100%
Kurang 1 4,8 Usia 19-20 0 0,0% 1 4,8% 13 61,9% 14
Cukup 2 9,5 100%
Baik 18 85,7
Tamat SD 0 0,0% 0 0,0% 2 9,5% 2
Total 21 100,0 100%
Tamat SMP 0 0,0% 0 0,0% 4 19,0% 4
Mayoritas tingkat pengetahuan responden 100%
dalam kategori baik sejumlah 18 (85,7%). Tamat SMA 1 4,8% 2 9,5% 12 66,7% 15
100%
Pengetahuan adalah salah satu faktor predisposing
Pengasilan 1 4,8% 2 9,5% 14 66,7% 17
terbentuknya perilaku pada remaja, yaitu faktor yang (kurang) 100%
memotivasi (Notoatmodjo, 2010) Faktor ini berasal Penghasilan 0 0,0% 0 0,0% 3 14,3% 3
dalam diri seorang remaja yang menjadi alasan atau (cukup) 100%
motivasi untuk melakukan suatu perilaku. Perilaku Penghasilan 0 0,0% 0,0% 1 4,8% 1
(lebih) 0 100%
manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai Pendidikan
Orang Tua
bentangan yang sangat luas, perilaku merupakan Tamat SD 0 0,0% 0 0,0% 3 14,3% 3
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau 100%
rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2012). Tamat SMP 0 0,0% 2 9,5% 2 9,5% 4
100%
Pengetahuan seseorang terhadap objek Tamat SMA 1 4,8% 0 0,0% 12 57,1% 13
mempunyai intensitas yang berbeda-beda secara garis 100%
besar dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yaitu Tamat DIII 0 0,0% 0 0,0% 1 4,8% 1
100%
tahu (Know), memahami (comprehension), aplikasi Pekerjaan
(application), analisis (analisys), sintesis (synthesis), Responden 7
IRT 1 4,8% 2 9,5% 4 19,0% 100%
dan evaluasi (evaluation).Tingkat pengetahuan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pada tingkatan Buruh 0 0,0% 0 0,0% 5 23,8% 5
100%
tahu (Know) artinya responden hanya mengingat Wiraswasta 0 0,0% 0 0,0% 4 19,0% 4
sesuatu yang pernah ia ketahui. 100%
Karyawan 0 0,0% 0 0,0% 3 14,3% 3
100%
Petani 0 0,0% 0 0,0% 2 9,5% 2
100%

Page | 28
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 7 (2) Juni 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Mayoritas tingkat penegatahuan responden Kasih, A. (Angka Pernikahan Dini Melonjak Selama
usia 16-18 tahun dalam kategori kurang 5 (23,8%) Pandemi). Bandung: Pakar UNPAD.
dan pada usia 19-20 tahun mayoritas dalam kategori
kurang 13 (61,9%), pendidikan responden mayoritas Khaparistia, .., & Edward. (2015). Faktor-Faktor
SD 2 (9,5%) tamat SMP mayoritas 4 (19,0%) tamat Penyebab Pernikahan Usia Muda. Ilmu
SMA mayoritas penegtahuan kurang 12 (66,7%), Kesejahteraan Sosial , 8.
myaoritas penghasilan rtesponden kurang 14 (66,7%)
dan penghasilan cukup mayoritas dengan tingkat kusmiran, e. (2014). kesehatan Reproduksi Remaja dan
pengetahuan kurang 3 (14,3%) dan penghasilan lebih Wanita. jakarta: Salemba Medika.
mayoritas dengan tingkat pengetahuan kurang 1
(4,8%), pendidikan orang tua responden SD listyarti, R. (2021). Hasil pengawasan KPAI dalam
mayoritas tingkat penegtahuan dalam kategori pelaksanaan PJJ dan PIM di masa pandemi
kurang 3 (14,3%) tamat SMP mayoritas tingkat covid-19. Jakarta: RDPU.
pengetahuan cukup 2 (9,5%) tamat SMA mayoritas
Notoatmodjo, ,. (2010). Metodologi Penelitian
tingkat penegtahuan kurang 12 (57,1%) tamat DIII
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
mayoritas tingkat pengetahuan kurang 1 (4,8%),
pekerjaan responden sebagai mayoritas sebagai IRT Notoatmodjo, ,. (2012). Metodelogi Penelitian
dalam pengetahuan kategori kurang 4 (19,0%) Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
sebagai buruh mayoritas tingkat penegetahuan
kurang 5 (23,8%) sebagai wiraswasta mayoritasa
tingkat penegtahuan kurang 4 (19,0%) sebagai
karyawan mayoritas tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 3 (14,3%) sebagai petani mayoritas tingkat
pengetahuan dalam kategori kurang 2 (9,5%).

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Mayoritas responden pernikahan dini yaitu
berusia 19-20 tahun, mayoritas pendidikan responden
pernikahan dini yaitu SMA, mayoritas penghasilan
responden pernikahan dini yaitu kurang, mayoritas
pendidikan orang tua responden yaitu SMA sejumlah 13,
mayoritas pekerjaan responden yaitu IRT, dan mayoritas
pengetahuan responden yaitu baik. Saran bagi ibu nifas
agar hasil penelitian ini dijadikan pengalaman tentang
manfaat pijat endorphin agar dapat diterapkan pada
kelahiran berikutnya. Sarannya agar menambah
pengetahuan tentang faktor penyebab, akibat dari
pernikahan dini bagi remaja atau pasangan yang
melakukan pernikahan dini.

REFERENSI

Anwar, .., & Rahmah, ,. (2016). Psikoedukasi tentang


Resiko Perkawinan Usia Muda untuk
Menurunkan Intensi Pernikahan dini pada
Remaja. Psikologi, Vol.1, No.1, , 3-4.

BKKBN. (2016). Kebijakan Program Kependudukan ,


Keluarga Berencana, dan Pembangunan
Keluarga. Jakarta: BKKBN.

Candra, M. (2021). Aspek Perlindungan Anak Indonesia


Analisis Tentang Perkawinan Di Bawah Umur.
Jakarta: Kencana.

Page | 29
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 41-45

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil


Masa Pandemi Covid-19
Afia Ningrum1*, Margiyati2*, Anggit Eka Raatnawati*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*afianingrum30@gmail.com, ugikndaru@gmail.com, anggiteka253@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Anemia defisiensi besi pada ibu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya. Sebanyak 84,6% anemia
Received November 20,2021 pada ibu hamil terjadi pada kelompok umur 15-24 tahun. Berdasarkan hasil studi
Accepted December 15, 2021 pendahuluan pada bulan Mei 2021 di Puskesmas Sewon II Bantul anemia pada ibu hamil
Published January 25, 2022 masih cukup tinggi yaitu 295 orang. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
pada ibu hamil di masa pandemi di Puskesmas Sewon II Bantul. Metode: Metode
penelitian menggunakan deskripsi kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-
Kata Kunci: September 2021 di Puskesmas Sewon II Bantul dengan populasi 295 ibu hamil dan
sampel 75 ibu hamil dengan anemia. teknik pengambilan sampel random sampling dengan
Anemia menggunakan rumus Slovin 10%. Instrumen penelitian yang digunakan checklist. variabel
Ibu Hamil yang digunakan variabel tunggal. Analisis data yaitu univariat. Hasil: Faktor faktor yang
Pandemi Covid 19
mempengaruhi anemia pada ibu hamil adalah umur terbanyak usia 20 th- 35 th sebanyak
56 orang (74,7%), pekerjaan ibu adalah tidak bekerja dengan frekuensi 39 (52%),
pendidikan SMA dengan frekuensi 40 (53,3%), paritas primipara dengan frekuensi 50
(66,7%), umur kehamilan Trimester III dengan frekuensi 37 (49,3%), status kek lila ≥23,5
cm dengan frekuensi 54 (66,7%). Kesimpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
pada ibu hamil masa pandemi adalah faktor pekerjaan ibu yaitu tidak bekerja yang
mengakibatkan kebutuhan ekonomi ibu tergantung pada penghasilan suami.

ABSTRACT
Factors Affecting Anemia in Pregnant Women During the Covid-19 Pandemic

Background: Maternal iron deficiency anemia can affect the growth and development of
Key words: the fetus/infant during pregnancy and afterward. As many as 84.6% of anemia in pregnant
women occurred in the age group 15-24 years. Based on the results of a preliminary study
Anemia in May 2021 at the Sewon II Health Center, Bantul, anemia in pregnant women was still
Pregnant Women quite high, namely 295 people. This study aims To determine the factors that influence
Covid 19 Pandemic anemia in pregnant women during the pandemic at the Sewon II Health Center, Bantul.
Methods: The research method uses a quantitative description. This research was
conducted in January-September 2021 at the Sewon II Health Center Bantul with a
DOI: population of 295 pregnant women and a sample of 75 pregnant women with anemia.
https://10.48092/jik.v8i1.153 sampling technique is random sampling using the Slovin 10% formula. The research
instrument used was a checklist. The variable used is a single variable. Data analysis is
univariate. Results: The factors that influence anemia in pregnant women are the age of
the most aged 20-35 years as many as 56 people (74.7%), the mother's occupation is not
working with a frequency of 39 (52%), high school education with a frequency of 40
(53.3%), primiparous parity with a frequency of 50 (66.7%), third trimester gestational
age with a frequency of 37 (49.3%), lil status 23.5 cm with a frequency of 54 (66.7% ).
Conclusion: Factors that influence anemia in pregnant women to the pandemic is a factor
that is not working mothers work which resulted in the economic needs of the mother
depends on her husband's income.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 41
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Tabel 4.1 Karakteristik Umur Ibu Hamil


Karakteristik umur
Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan Frekuensi Presentase
ibu
risiko kelahiran prematur, kematian ibu dan anak, serta < 20 th 8 10,7%
penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi pada ibu dapat 20 th – 35 th 56 74,7%
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan >35 th 11 14,7%
janin/bayi saat kehamilan maupun setelahnya. Hasil Total 75 100%
Riskesdas 2018 menyatakan bahwa di Indonesia sebesar
48,9% ibu hamil mengalami anemia. Sebanyak 84,6% Berdasarkan penelitian yang sesuai
anemia pada ibu hamil terjadi pada kelompok umur 15- dengan table 4.1 menunjukan bahwa ibu hamil
24 tahun (Kemenkes,2019). Secara global, 80% dengan anemia memiliki umur terbanyak usia 20
kematian ibu hamil yang tergolong dalam penyebab th- 35 th sebanyak 56 orang (74,7%)
kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
terjadinya pendarahan (25%) biasanya pendarahan pasca
Sewon II Bantul, Yogyakarta dengan responden
persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus
yang berjumlah 75 orang. Hasil penelitian
macet (8%), aborsi (13%) dan karena sebab lainnya (7%) menunjukan bahwa faktor-faktor yang
(WHO, 2015). mempengaruhi anemia pada ibu hamil
Corona Virus Disease-19 (Covid-19) berdasarkan umur ibu mayoritas dengan umur 20
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus – 35 tahun yaitu sebanyak 56 (74,7 %). Umur
SARS-COV 2 atau virus corona. Menurut data dari adalah usia yang terpenting mulai saat dilahirkan
negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40% sampai berulang tahun, semakin cukup tingkat
kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan umur kematangan dan kekuatan seseorang akan
mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% bertambah dalam berfikir dan bekerja, seseorang
kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari
akan mengalami kondisi kritis. orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya
(Nursalam, 2011). Anemia pada kehamilan
METODE berhubungan signifikan dengan umur ibu hamil.
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu
Metode penelitian menggunakan deskripsi yang sedang hamil akan berpengaruh terhadap
kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari- kebutuhan gizi yang diperlukan. Kurangnya
September 2021 di Puskesmas Sewon II Bantul dengan pemenuhan zat-zat gizi selama hamil terutama
populasi 295 ibu hamil dan sampel 75 ibu hamil dengan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
anemia. teknik pengambilan sampel random sampling tahun akan meningkatkan resiko terjadinya
dengan menggunakan rumus Slovin 10%. Instrumen anemia (Suryati, R & Anna V, 2014).
penelitian yang digunakan checklist. variabel yang Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Ariyani,
digunakan variabel tunggal. Analisis data yaitu univariat. 2016) yang berjudul faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
HASIL DAN PEMBAHASAN trimester III di wilayah kerja Puskesmas
Mojolaban bahwa tidak ada hubungan antara
1. Karakteristik Responden umur ibu dengan kejadian anemia. Hal ini sejalan
Karakteristik ibu hamil dengan anemia dengan penelitian yang di lakukan di Puskesmas
berdasarkan umur, umur kehamilan, pekerjaan, Sewon II Bantul, mayoritas responden berusia 20-
pendidikan, paritas, status Hb dan lila di Puskesmas 35 tahun.
Sewon II Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik ibu b. Umur Kehamilan
hamil dengan anemia di Puskesmas Sewon II Bantul Hasil penelitian karakteristik responden
yaitu sebagai berikut: umur kehamilan diuraikan dalam tabel berikut:
a. Umur Ibu Hamil Tabel 4.2 Karakteristik Umur Kehamilan Ibu
Hasil penelitian karakteristik responden Karakteristik Frekuensi Presentase
berdasarkan umur ibu hamil yang diuraikan umur kehamilan
dalam tabel berikut : Trimester I 10 13,3%
Trimester II 28 37.3 %
Trimester III 37 49,3%
Total 75 100%

Page | 42
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Berdasarkan penelitian yang sesuai tabel untuk perdarahan dan deplesi gizi ibu. (Hakim,
4.2 di ketahui bahwa umur kehamilan terbanyak 2017) yang berjudul “Faktor-faktor yang
ibu adalah Trimester III dengan frekuensi 37 memepengaruhi anemia pada ibu hamil di
(49,3%). Puskesmas Ngampilan Yogyakatra” bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara paritas,
Umur kehamilan dihitung menggunakan status gizi, frekuensi anc, dan tablet fe dengan
Rumus Naegele, yaitu jangka waktu dari Hari kejadian anemia. Hal ini sesuai dengan penelitian
Pertama Haid Terakhir (HPHT) sampai hari yang dilakukan di Puskesmas Sewon II Bantul,
dilakukan perhitungan umur kehamilan. Ibu mayoritas ibu hamil dengan paritas primipara
hamil pada trimester pertama dua kali lebih
mungkin untuk mengalami anemia dibandingkan d. Pekerjaan
pada trimester kedua. Demikian pula ibu hamil di Hasil penelitian karakteristik responden
trimester ketiga hampir tiga kali lipat cenderung berdasarkan pekerjaan yang diuraikan dalam
mengalami anemia dibandingkan pada trimester tabel berikut :
kedua. Anemia pada trimester pertama bisa
disebabkan karena kehilangan nafsu makan, Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan
morning sickness, dan dimulainya hemodilusi Karakteristik
Frekuensi Presentase
pada kehamilan 8 minggu. Sementara di trimester pekerjaan
ke-3 bisa disebabkan karena kebutuhan nutrisi PNS 7 9,3%
Swasta 20 26,7%
tinggi untuk pertumbuhan janin dan berbagi zat
Buruh 9 12%
besi dalam darah ke janin yang akan mengurangi Tidak bekerja 39 52%
cadangan zat besi ibu (Suryati, R & Anna V, Total 75 100%
2016).Berdasarkan penelitian (Fitriani, 2016)
yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Berdasarkan penelitian yang sesuai tabel
kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas 4.4 di ketahui bahwa pekerjaan terbanyak ibu
Pleret Bantul” bahwa tidak ada hubungan yang adalah IRT / tidak bekerja dengan frekuensi 39
bermakna antara kejadian anemia pada kehamilan (52%).
dengan umur kehamilan. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pekerjaan adalah "kegiatan sosial” di
Sewon II Bantul, mayoritas ibu hamil dengan mana individu atau kelompok menempatkan
anemia tejadi pada kehamilan trimester III. upaya selama waktu dan ruang tertentu, kadang-
kadang dengan mengharapkan penghargaan
c. Paritas Ibu
moneter (atau dalam bentuk lain), atau tanpa
Hasil penelitian karakteristik responden
mengharapkan imbalan, tetapi dengan rasa
pekerjaan diuraikan dalam tabel berikut :
kewajiban kepada orang lain. Jenis pekerjaan
Tabel 4.3 Karakteristik Paritas Ibu antara lain PNS, swasta, buruh dan tidak bekerja
Karakteristik (Wiltshire, 2016). Menurut (Fikriana, 2013) jenis
Frekuensi Presentase pekerjaan dalam sektor informal dengan beban
Paritas ibu
Primippara 51 68% kerja fisik yang relatif lebih berat, menyebabkan
Multipara 17 22,7% seseorang mengeluarkan banyak keringat. hal ini
Grandemultipara 7 9,3% mengakibatkan peningkatan pengeluaran zat besi
Total 75 100% bersama dengan keringat. Wanita hamil yang
melakukan beban kerja berat memerlukan banyak
Berdasarkan penelitian yang sesuai tabel sekali makanan untuk kondisi kesehatan
4.3 di ketahui bahwa paritas terbanyak ibu adalah tubuhnya maupun untuk energinya, sehingga zat-
primipara dengan frekuensi 51 (68%) zat gizi yang dibutuhkan tercukupi. Penelitian
Obai et al (2016) tentang faktor-faktor yang
Paritas adalah keadaan melahirkan anak berhubungan dengan anemia pada ibu hamil
baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan
tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, signifikan antara faktor pekerjaan dengan
kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali kejadian anemia pada ibu hamil. Ibu hamil yang
paritas (Stedman, 2013). Berdasarkan Penelitian menjadi ibu rumah tangga merupakan faktor
oleh Abriha et al (2014) menunjukkan bahwa ibu risiko anemia. Kebanyakan ibu rumah tangga
dengan paritas dua atau lebih, berisiko 2,3 kali hanya bergantung pada pendapatan suami mereka
lebih besar mengalami anemia daripada ibu dalam kaitannya dengan kebutuhan finansial.
dengan paritas kurang dari dua. Hal ini dapat Penelitian lain yaitu oleh Idowu et al (2005)
dijelaskan karena wanita yang memiliki paritas tentang anemia dalam kehamilan menunjukkan
tinggi umumnya dapat meningkatkan kerentanan bahwa ibu hamil yang tidak bekerja berhubungan

Page | 43
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

signifikan dengan anemia karena ibu hamil yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil di
tidak bekerja tidak dapat melakukan kunjungan Puskesmas Ngampilan Yogyakarta” bahwa tidak
ANC lebih awal dan kurang mengkonsumsi terdapat hubungan antara pendidikan dan
makanan yang bergizi. Berdasarkan penelitian kejadian anemia pada ibu hamil. Hal ini seesuai
(Hakim, 2017) yang berjudul “Faktor-faktor dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
yang memepengaruhi anemia pada ibu hamil di Sewon II, mayoritas responden berpendidikan
Puskesmas Ngampilan Yogyakatra” bahwa menegah SMA.
terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan ibu dengan kejadian anemia. Hal ini f. Status KEK Ibu
sesuai dengan penelitian yang diilakukan di Tabel 4.6 Karakteristik KEK Ibu
Puskesmas Sewon II Bantul, bahwa mayoritas ibu Karakteristik Lila Frekuensi Presentase
hamil dengan anemia tidak bekerja.
<23,5 cm 21 28%
≥23,5 cm 54 72%
e. Pendidikan Ibu
Total 75 100%
Hasil Penelitian karakteristik responden
berdasarkan pendidikan ibu yang diuraikan dalam
tabel berikut : Berdasarkan penelitian yang sesuai tabel
4.6 di ketahui bahwa ibu dengan status kek
Tabel 4.5 Karakteristik Pendidikan Ibu Hamil terbanyak adalah lila ≥23,5 cm dengan frekuensi
Karakteristik 54 (66,7%).
F1rekuensi Presentase
pendidikan Berdasarkan (Suryati, R & Anna V, 2016)
SD 3 4% anemia lebih tinggi terjadi pada ibu hamil dengan
SMP 12 16% Kurang Energi Kronis (LLA< 23,5 cm)
SMA 39 52% dibandingkan dengan ibu hamil yang bergizi baik.
Diploma 4 5,3% Hal tersebut mungkin terkait dengan efek negatif
Sarjana 17 22,7%
kekurangan energi protein dan kekurangan nutrisi
Total 75 100%
mikronutrien lainnya dalam gangguan
bioavailabilitas dan penyimpanan zat besi dan
Berdasarkan penelitian yang sesuai tabel nutrisi hematopoietik lainnya (asam folat dan
4.5 di ketahui bahwa pendidikan terbanyak ibu vitamin B12). Menurut (Fitriani, 2016) dalam
adalah SMA dengan frekuensi 39 (52%). penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang
Pendidikan yang dijalani seseorang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil di
memiliki pengaruh pada peningkatan Puskesmas Pleret” bahwa tterdapat hubungan
kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang bermakna antara kejadianan anemia pada
yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat ibu hamil dengan KEK. Hal ini tidak sesuai
mengambil keputusan yang lebih rasional, dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas
umumnya terbuka untuk menerima perubahan Sewon II Bantul, mayoritas responden ibu hamil
atau hal baru dibandingkan dengan individu yang dengan anemia adalah ibu hamil dengan lila ≥
berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu 23,5 cm.
hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan 2. Faktor yang memengaruhi anemia di masa pandemic
informasi sehingga pengetahuan tentang anemia Covid-19
dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia
menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang dimasa pandemi Covid-19 di Puskesmas Sewon II
pentingnya zat besi (Budiono, 2013). Menurut Bantul adalah faktor pekerjaan ibu yaitu tidak bekerja
Undang-undang RI No.20 tahun 2013 di yang mengakibatkan kebutuhan ekonomi ibu
Indonesia, pemerintah mencanangkan program tergantung pada pengahasilan suami. Hal ini
pendidikan formal wajib belajar 9 tahun untuk dibuktikan dengan teori Pandemi Covid-19 yang
seluruh rakyatnya yang bertujuan untuk terjadi di indonesia menyebabkan pemerintah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Bersekala
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia minimal Besar (PSBB) di beberapa daerah. Kegiatan tersebut
harus menempuh pendidikan selama 9 tahun, mengubah anktivitas sosial ekonomi masyarakat
terhitung dari Sekolah Dasar (SD) sampai seperti transportasi terbatas, pusat perbelanjaan,
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masyarakat tempat rekreasi dan hiburan di tutup. Keadaan ini
yang sudah menempuh pendidikan selama 9 berdampak luas terhadap kondisi sosial ekonomi
tahun ini dianggap sudah layak kualiatasnya masyarakat termasuk keberlangsungan pekerjaan dan
untuk kehidupannya sendiri dan untuk penurunan pendapatan pekerja Dampak lain yang
memajukan negara. Berdasarkan penelitian disebabkan pandemi covid-19 adalah banyak
(Hakim, 2017) yang berjudul “faktor-faktor yang perusahaan kecil, menengah maupun besar terpaksa

Page | 44
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

menutup usahanya dan mengakibatkan pemutusan Fikriana, U. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kontrak kerja atau PHK. (Purba & Meilianna, 2020) Anemia Pada Ibu Hamil. Naskah Publikasi, 11.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Fitriani, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pleret Bantul Yogyakarta. Naskah Publikasi, 10-
maka disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi 11.
anemia dimasa pandemi Covid-19 di Puskesmas Sewon
II Bantul adalah faktor pekerjaan ibu yaitu tidak bekerja Hakim, N. R.(2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
yang mengakibatkan kebutuhan ekonomi ibu tergantung Anemia Pada Ibu Hamil. Skripsi, 12-13.
pada pengahasilan suami. Ibu hamil dengan anemia di International Labour Organization . (2020). Pengawasan
peskesmas Sewon II Bantul memiliki karakteristik umur Ketenagakerjaan Dalam Industri. Geneva:
terbanyak usia 20 th- 35 th sebanyak 56 orang (74,7%). International Labour Organization .
Ibu hamil dengan anemia di peskesmas Sewon II Bantul
memiliki karakteristik pekerjaan terbanyak adalah IRT / Kementrian Kesehatan Indonesia. (2018). Profil
tidak bekerja sebanyak 39 orang (52%). Ibu hamil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian
dengan anemia di peskesmas Sewon II Bantul memiliki Kesehatan RI.
karakteristik pendidikan terbanyak adalah SMA
sebanyak 40 orang (53,3%). Ibu hamil dengan anemia di Kementrian Kesehatan Indonesia. (2020). Pedoman
peskesmas Sewon II Bantul memiliki karakteristik Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pencegahan
paritas terbanyak adalah paritas primipara sebanyak 50 Covid-19. Jakarta: Kementrian Kesehatan
(66,7%). Ibu hamil dengan anemia di puskesmas Sewon Indonesia.
II Bantul memiliki karakteristik umur kehamilan Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan
terbanyak adalah Trimester III sebanyak 37 (49,3%). Ibu Indonesia. Jakarta: Kemenrtian Kesehatan RI.
hamil dengan anemia di peskesmas Sewon II Bantul
memiliki karakteristik status KEK terbanyak adalah lila Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan
≥23,5 cm dengan frekuensi 54 (72%). dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-
19). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Saran bagi institusi pendidikan diharapkan
dapat menjadi bahan informasi, wawasan bagi Liang, H., & Acharya, G. (2020, March 05). Novel
mahasiswa terkait faktor-faktor yang mempengaruhi Corona Virus Disease (COVID‐19) in
anemia pada ibu hamil dimasa pandemi serta sebagai Pregnancy: What Clinical Recommendations to
referensi. Bagi tenaga kesehatan Diharapkan untuk lebih follow? Retrieved from Acta Obstetricia et
melakukan pemantauan pada ibu hamil seperti Gynecologica Scandinavica:
pemantauan konsumsi tablet fe dan cara meminumnya, https://doi.org/10.1111/aogs.13836
pemantauna konsumsi pmt ibu hamil. Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian Purba , Y. A., & Meilianna, R. (2020). Dampak Pandemi
dengan responden yang berjumlah sama. Covid-19 terhadap PHK dan Pendapatan Pekerja
di Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia.

REFERENSI World Health Organization. (2014). Anemia. Asia


Tenggara: WHO.
Ariyani, R. (2016). Faktor-Faktoryang Mempengaruhi World Health Organization. (2015). Data Kematian Ibu
Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Hamil. Asia Tenggara: WHO.
Di Wilayah Kerja Puskesmas Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo. Skripsi, 7-8. World Health Organization. (2017). Anemia. Asia
Tengara: WHO.
Budiono, I. (2013). Prevalensi Dan Determinan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil Di Perkampungan World Health Organization. (2018). Data Kematian ibu
Nelayan. Kesmas, 1-6. global. Asia Tenggara: WHO
Depkes. (2016). Kesehatan Indonesia. Jakarta: Dinas
Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan. (2013). Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Dinas Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Bantul. (2018). Profil Kesehatan
kabupaten bantul. Yogyakarta: Dinas Kesehatan
Bantul.

Page | 45
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 46-50

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Evaluasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada Masa Pandemi


Azizah Maulidya Hamzah1*, M. Any Ashari2*, Esti Nugraheny3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*azizahmaulidya178@gmail.com, ashari.ukha@gmail.com, nugraheny.esti@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Selama masa pandemi Covid-19, program KB mengalami penurunan
karena terbatasnya akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan. Berdasarkan data susenas
Received November 20,2021 2019 cakupan pelayanan KB modern sebesar 54,55% hal ini masih jauh dari target pada
Accepted December 15, 2021 tahun 2024 yaitu sebesar 63,4%. Penurunan akses terhadap layanan fasilitas kesehatan
Published January 25, 2022 selama pandemi, dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan serta ledakan jumlah
kelahiran bayi. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif,
dengan pendekatan waktu retrospektif. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2021
Kata Kunci: sampai September 2021 di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh PUS tahun 2020 berjumlah 140.324 orang dan tahun 2019 berjumlah
Penggunaan Kontrasepsi 139.938 orang. Teknik sampling dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian
Pandemi Covid-19 yang digunakan adalah cheklist. Analisis data dengan Microsoft Excel. Dengan variabel
KB Baru tunggal yaitu pengguna alat kontrasepsi (IUD, Implan, Suntik, Pil dan kondom) pada masa
KB Aktif pandemi. Hasil: Pengguna kontrasepsi pada masa pandemi covid-19 masih fluktuatif.
Mayoritas pengguna KB Baru tahun 2020 adalah pengguna KB IUD (12,8%). Jumlah
persentase komulatif pengguna KB Baru tahun 2020 mengalami penurunan menjadi
(33,3%). Mayoritas pengguna KB Aktif tahun 2020 adalah pengguna KB Suntik (30,7%).
Jumlah persentase komulatif pengguna KB Aktif pada tahun 2020 mengalami kenaikan
menjadi (68,7%). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa data pengguna kontrasepsi Baru
dan Aktif didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah yang signifikan sebelum dan
sesudah pandemi covid-19.

ABSTRACT
Evaluation of the Use of Contraceptives During the Pandemic
Background: During the Covid-19 pandemic, family planning programs experienced a
Key words: decline due to limited public access to health facilities. Based on the 2019 Susenas data,
the coverage of modern family planning services is 54.55%, this is still far from the target
Contraceptive Use in 2024, which is 63.4%. Decreased access to health facilities during the pandemic can
Covid-19 Pandemic lead to unwanted pregnancies and an explosion in the number of births. Methods: This
New Family Planning research is a study quantitative descriptive, with a time approach retrospective. The
Active Family Planning research was conducted from January 2021 to September 2021 in Bantul Regency,
Yogyakarta. The population in this study were all EFA in 2020 totaling 140,324 people
and in 2019 totaling 139,938 people. Sampling technique with purposive sampling
DOI: technique. The research instrument used was a checklist. Data analysis in this research is
https://10.48092/jik.v8i1.154 using Microsoft Excel. With a single variable, namely users of contraceptives (IUD,
Implants, Injections, Pills and condoms) during the pandemic. Results: Contraceptive
users during the covid-19 pandemic are still fluctuating. The majority of New KB users in
2020 are IUD users (12.8%). The cumulative percentage of New KB users in 2020 has
decreased to (33.3%). The majority of Active KB users in 2020 are Injectable KB users
(30.7%). The cumulative percentage of Active Family Planning users in 2020 has
increased to (68.7%). Conclusion: That there is no significant difference in the number of
New and Active contraceptive users before and after the covid-19 pandemic.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 46
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Nasional (BKKBN) selaku badan yang berfungsi
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia melakukan pengendalian penduduk dan
2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 penyelenggaraan keluarga berencana sehingga
kelahiran hidup. Menurut Ketua Komite Ilmiah terbentuknya keluarga sejahtera di Indonesia. Selama
International Conference on Indonesia Family Planning masa pandemi Covid-19, program KB mengalami
and Reproductive Health (ICIFPRH); Meiwita penurunan karena terbatasnya akses masyarakat menuju
Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih fasilitas kesehatan untuk menenkan angka penyebaran
tetap tinggi, yaitu 305 per kelahiran hidup. Padahal target infeksi virus Covid-19. Hal ini berpotensi besar
AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per kelahiran terjadinya angka kehamilan yang tidak diinginkan.
hidup. Tingginya AKI merupakan salah satu tantangan Angka kehamilan yang meningkat selama masa pandemi
yang harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengakhiri penggunaan alat kontrasepsi. Hasil pelayanan KB secara
kematian ibu saat hamil dan melahirkan (Susiana, 2019). Nasional terjadi penurunan pada bulan Februari sampai
Di Kota Yogyakarta target Angka Kematian ibu Maret diantaranya adalah KB IUD dari 36.155 menjadi
tahun 2019 sebesar <102 per 100.000 kelahiran hidup 23.383, KB implan turun dari 81.062 menjadi 51.536,
sedangkan capaian pada tahun 2019 masih sebesar 119,8 KB suntik dari 524.989 menjadi 341.109, pil KB turun
per 100.000 kelahiran hidup, menunjukkan bahwa 2 dari 251.619 menjadi 146.767, kondom dari 31.502
tahun terakhir Angka Kematian Ibu cenderung menjadi 19.583, MOP (vasektomi) dari 2.283 menjadi
meningkat (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2020). 1.196 dan MOW (tubektomi) dari 13.571 menjadi 8.093
Di Kabupaten Bantul Angka Kematian Ibu pada tahun (Listyawardani, 2020).
2018 turun pada tahun 2019. Angka Kematian Ibu tahun Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
2019 sebesar 99,45 per 100.000 kelahiran hidup dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD, implant suntik, pil dan
jumlah kasus 13, sedangkan pada tahun 2018 sebesar kondom pada masa sebelum dan sesudah pandemi covid-
108,36 per 100.000 kelahiran hidup dengan jumlah kasus 19 di Kabupaten Bantul Yogyakarta tahun 2020.
14 (Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2020).
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk
Berbagai upaya telah diupayakan untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
menurunkan angka kematian ibu secara global. Salah kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Anggraini &
satu upaya adalah Safe Motherhood Initiative yang Martini, 2012). Akses terhadap pelayanan Keluarga
diselenggarakan oleh WHO, Bank Dunia dan United Berencana yang bermutu merupakan suatu unsur penting
Nations Fund for Population Activities di Nairobi, dalam upaya pencapaian pelayanan kesehatan
Kenya pada tahun 1987. Dalam pertemuan tersebut, Reproduksi. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak
dikemukakan bahwa dalam mengurangi kematian ibu setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses
secara global maka dibentuk 4 pilar diantaranya: terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman,
Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal, Persalinan yang efektif, terjangkau dan akseptabel (Saifuddin, Afandi,
Bersih dan Aman, serta Pelayanan Obstetrik Neonatal Baharuddin, & Soekir, 2010).
Esensial (Kementrian Kesehatan, 2021).
Tujuan umum dilaksanakan program KB yaitu
Upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
mengacu pada program Safe Motherhood Initiative sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
dalam memberikan asuhan kebidanan yang kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia
berkesinambungan mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
neonatus sampai KB. Berdasarkan data susenas 2019 hidupnya. Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu
cakupan pelayanan KB modern sebesar 54,55% dimana sasaran langsung merupakan Pasangan Usia Subur
hal ini masih jauh dari target pada tahun 2024 yaitu (PUS) yang pasangan wanitanya berusia antara 15-49
sebesar 63,4%, disisi angka unmeet need juga masih tahun dan sasaran tidak langsung yaitu pelaksana dan
cukup tinggi yaitu sebesar 19,78%, tentu hal ini menjadi pengelola KB.
prioritas guna menurunkan AKI di Indonesia.
Keberhasilan pelayanan KB tidak lepas dari kualitas Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah
pelayanan konseling, berdasarkan data Method penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Information Index tahun 2016-2017 kualitas pelayanan Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
konseling KB masih diangka 30,4 (Kementrian Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel
Kesehatan, 2021).

Page | 47
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

120-160 nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, Tempat penelitian dilaksanakan di Kabupaten
termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta. Bantul, Yogyakarta. Waktu penelitian dimulai bulan
Januari 2021 sampai September 2021.
Situasi pandemi covid-19 di Indonesia
memberikan dampak terhadap pelayanan kontrasepsi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
dan keberlangsungan pemakaian kontrasepsi bagi PUS. pasangan usia subur tahun 2020 berjumlah 140.324
Pelayanan kontrasepsi menjadi terabaikan karena orang dan seluruh pasangan usia subur tahun 2019
keengganan atau ketakutan mayarakat untuk pergi ke berjumlah 139.938 orang di Kabupaten Bantul
fasilitas kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan putus Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah
pakai alat kontrasepsi dan penurunan cakupan pelayanan pengguna alat kontrasepsi (IUD, Implan, Suntik, Pil dan
sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kondom) di Kabupaten Bantul, Yogyakarta tahun 2020.
kehamilan yang tidak diinginkan.
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang
Hasil survei oleh Badan Kependudukan dan digunakan adalah data sekunder. Data yang diambil
Keluarga Berencana (BKKBN) pada bulan April-Mei berupa data Hasil Kegiatan Program Keluarga
2020 di 34 provinsi di Indonesia menunjukkan Berencana Nasional Kabupaten Bantul tahun 2020.
prevalensi PUS yang tidak menggunakan KB selama
masa pandemi mengalami kenaikan dari 31,8% menjadi Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Check list. Analisis data yang
35,2%. Penurunan akses kontrasepsi tersebut dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
mengakibatkan timbulnya kehamilan tidak diinginkan
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
(KTD) di negara-negara berkembang termasuk Microsoft Excel.
Indonesia.

Tingginya angka kehamilan yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN


diinginkan dapat menimbulkan berbagai gangguan Penelitian dilaksanakan di dalam lingkup
kesehatan baik bagi ibu maupun bayinya. Menurut DPPKBPMD Kabupaten Bantul yang merupakan
Asosiasi Keluarga Berencana Indonesia akibat yang Stakeholder dari Pelaksanaan Kebijakan Pengendalian
ditimbulkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan dapat Penduduk di Kabupaten Bantul. DPPKBPMD
berdampak pada kondisi ibu dan anaknya, beberapa merupakan dinas yang melaksanakan tugas di bidang
akibat yang terjadi diantaranya dapat memicu terjadinya kesejahteraan keluarga dan keluarga berencana. Data
aborsi yang tidak aman dan kelahiran anak yang tidak diperoleh PUS tahun 2020 berjumlah 140.324 orang dan
dinginkan. PUS tahun 2019 berjumlah 139.938 orang.
Kelahiran anak yang tidak diinginkan dapat Tabel 4.1 Pengguna KB Baru
mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti kurang
kasih sayang, kurang pengasuhan yang tepat dari orang % %
tua hingga kurang gizi untuk tumbuh kembang anak. PPM PPM Metode Jml Jml Thd Thd
Kontra- PPM PPM
Tingginya angka kejadian kehamilan yang tidak
sepsi
diinginkan juga mempengaruhi kondisi mental,
2019 2020 2019 2020 2019 2020
psikologis ibu dalam proses pengasuhan anak dan gizi
sejak lahir. Gizi yang tidak terpenuhi inilah yang dapat
IUD 2.947 3.587 16,7 12,8
mengganggu tumbuh kembang anak sehingga
mengakibatkan tingginya angka kematian bayi Implan 569 832 3,2 3,0
(BBKBN, 2013).
17.692 28.006 Suntik 4.035 3.516 22,8 12,6
METODE
Pil 637 495 3,6 1,8
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data Kondom 850 899 4,8 3,2
berdasar pendekatan waktu penelitian yang diambil
adalah retrospektif, yaitu metode pengambilan data yang Jumlah Komulatif 9.038 9.329 51,1 33,3
dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder pada
waktu yang lalu atau penelusuran ke belakang. Penelitian
ini mengambil data tentang penggunaan alat kontrasepsi
(IUD, Implan, Suntik, Pil dan kondom) pada kurun
Januari 2020 sampai Desember 2020.

Page | 48
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

KB BARU KB AKTIF
% Jumlah % Terhadap PPM % Jumlah % Terhadap PUS
46,2
50 30 24,1
40
30 21,7 22,3 20
20 12,9
10,3
3,8 5,8 10 5,1
10 0,2 1,8 1,6 3,6 4,5
0,6 0,60,03 1,5 0,4 1,8
0
KB IUD KB Implan KB Suntik KB Pil KB 0
Kondom KB IUD KB Implan KB Suntik KB Pil KB Kondom

Gambar 4.1 Pengguna KB Baru Gambar 4.2 Pengguna KB Aktif

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 diatas Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 diatas
pengguna KB baru IUD mengalami peningkatan dari pengguna KB aktif IUD mengalami peningkatan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 640 orang (21,7%), tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 900 orang (3,6%).
pengguna KB baru Implan mengalami peningkatan dari Pengguna KB aktif Implan mengalami penurunan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 263 orang (46,2%), tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 25 orang (0,6%).
pengguna KB baru Suntik mengalami penurunan dari Pengguna KB aktif Suntik mengalami penurunan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 519 orang (12,9%), tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 2.017 orang (4,5%).
pengguna KB baru Pil mengalami penurunan dari tahun Pengguna KB aktif Pil mengalami penurunan dari tahun
2019 ke tahun 2020 sebanyak 142 orang (22,3%) dan 2019 ke tahun 2020 sebanyak 527 orang (5,1%).
pengguna KB baru kondom mengalami peningkatan dari Pengguna KB aktif kondom mengalami peningkatan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 49 orang (5,8%). tahun 2019 ke tahun 2020 sebanyak 2.520 orang
(24,1%).
Sementara itu pada persentase terhadap PPM
pada KB IUD dari tahun 2019 ke tahun 2020 mengalami Sementara persentase terhadap PUS KB IUD
penurunan sebanyak 3,8%. Persentase terhadap PPM mengalami peningkatan sebanyak 0,6%. Persentase
pada KB Implan dari tahun 2019 ke tahun 2020 terhadap PUS KB implan mengalami penurunan
mengalami penurunan sebanyak 0,2%. Persentase sebanyak 0,03%. Persentase terhadap PUS KB suntik
terhadap PPM KB suntik mengalami penurunan mengalami penurunan sebanyak 1,5%. persentase
sebanyak 10,3%. Persentase terhadap PPM KB pil terhadap PUS KB pil mengalami penurunan 0,4%.
mengalami penurunan sebanyak 1,8%. Dan persentase Persentase terhadap PUS KB kondom mengalami
terhadap PPM KB kondom mengalami penurunan peningkatan sebanyak 1,8%.
sebanyak 1,6%.
Dalam hal ini peningkatan jumlah KB Baru per
Tabel 4.2 Pengguna KB Aktif alokon tahun 2020 sebagian besar memilih
menggunakan kategori metode kontrasepsi jangka
% % panjang (MKJP) dan hanya beberapa memilih kategori
PUS PUS Metode Jml Jml PA / PA /
Kontra- PUS PUS non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP).
sepsi Pengguna kontrasepsi baru mengalami penurunan
2020 2020 persentase terhadap PPM dari tahun 2019 sejumlah
2019 2019 2020 2019
51,1% menjadi 33,3% di tahun 2020 sedangkan PPM
18,7
IUD 25.280 26.180 18,1 dari tahun 2019 sejumlah 17.692 orang meningkat pada
3,19
tahun 2020 menjadi 28.006 orang.
Implan 4.495 4.470 3,21
Terjadinya peningkatan peserta KB namun
30,7
139.938 140.324 Suntik 45.100 43.083 32,2 persentase terhadap PPM menurun menunjukkan
7,0
perlunya usaha yang lebih optimal untuk meningkatkan
Pil 10.290 9.763 7,4 minat akseptor dalam menggunakan kontrasepsi sesuai
9,2 dengan kebijakan pemerintah. Perlu pengkajian secara
Kondom 10.451 12.971 7,5
mendetail penambahan peserta KB Baru yang belum
berkontribusi terhadap capaian PPM KB Baru.
Jumlah Komulatif 95.616 96.467 68,3 68,7

Page | 49
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Berbeda dengan hasil asalisis KB Aktif, REFERENSI


peningkatan pesentase PA terhadap PUS di tahun 2020
setara dengan peningkatan kesertaan ber-KB. Hal ini Anggraini, Y., & Martini. (2012). Pelayanan Keluarga
menunjukkan dalam penerapan program dan pelayanan Berencana. Yogyakarta: Rohima Press.
KB masih dapat berjalan dengan semestinya.
BBKBN. (2013). Profil Kependudukan dan
Pada situasi pandemi covid-19 saat ini adalah Pembangunan di Indonesia. Jakarta.
pelayanan KB dimana sosialisasi oleh petugas keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2020). Narasi
berencana (PKB) dan kader menjadi terbatas karena Profil Kesehatan. Yogyakarta: Dinas Kesehatan
adanya physical distancing dan social distancinng dan Kabupaten Bantul.
pelaksanaan working from home hal ini menyebabkan
fasilitas layanan banyak yang tutup pada saat pandemi, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. (2020). Profil
tenaga medis lebih berfokus pada penanganan pandemi Kesehatan Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas
sedangkan pelayanan KB bukan termasuk hal yang Kesehatan Kota Yogyakarta.
bersifat emergency, serta tenaga medis belum
mempunyai alat pelindung diri (APD) yang lengkap Kementrian Kesehatan. (2021). Modul Pelatihan
terlebih pada bidan praktik swasta. Upaya saat ini Blended Learning Bagi Bidan Dalam Rangka
pemerintah dapat melakukan penyesuaian layanan KB, Percepatan Penurunan AKI, AKB dan Stunting.
optimalisasi peran kader dengan dukungan proteksi Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
(APD) serta pemantauan keberlanjutan penggunaan Indonesia.
kontrasepsi agar tidak terjadi putus alat kontrasepsi pada
Listyawardani, D. (2020). Kebijakan Ketersediaan dan
akseptor KB selama pandemi.
Supply Alat Kontrasepsi di Masa Pandemi
Covid-19. Jakarta: BKKBN.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Saifuddin, A., Afandi, B., Baharuddin, & Soekir, S.
Berdasarkan hasil penelitian data pada hasil (2010). Buku Pedoman Praktis Pelayanan
analisis data pengguna kontrasepsi Baru dan Aktif Kontrasepsi. Jakarta: Yayayasan Bina Pustaka
didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah yang Sarwono Prawirohardjo.
signifikan sebelum dan sesudah pandemi covid-19.
Pengguna KB Baru IUD tahun 2020 mengalami Susiana, S. (2019). Angka Kemtian Ibu : Faktor
peningkatan sebesar 640 orang (21,7%) dan pengguna Penyebab dan Upaya Penanganannya. Bidang
Kesejahteraan Sosial Info Singkat Vol. XI, No.
KB Aktif IUD tahun 2020 mengalami peningkatan
24, 13-18.
sebesar 900 orang (3,6%).

Pengguna KB Baru Implan tahun 2020


mengalami peningkatan sebesar 263 orang (46,2%) dan
pengguna KB Aktif Implan tahun 2020 mengalami
penurunan sebesar 25 orang (0,6%). Pengguna KB Baru
Suntik tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 519
orang (12,9%) dan pengguna KB Aktif Suntik tahun
2020 mengalami penurunan sebesar 2.017 orang (4,5%).
Pengguna KB Baru Pil tahun 2020 mengalami
penurunan sebesar 142 orang (22,3%) dan pengguna KB
Aktif Pil tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 527
orang (5,1%).

Pengguna KB Baru kondom tahun 2020


mengalami peningkatan 49 orang (5,8%) dan pengguna
KB Aktif kondom tahun 2020 mengalami peningkatan
sebesar 2.520 orang (24,1%). Saran bagi ibu nifas agar
hasil penelitian ini dijadikan pengalaman tentang
manfaat pijat endorphin agar dapat diterapkan pada
kelahiran berikutnya. Saran bagi peneliti selanjutanya di
harapkan dapat menjadi acuan untuk menambah
variabel atau faktor lain dalam evaluasi penggunaan alat
kontrasepsi pada masa pandemi.

Page | 50
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 51-55

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Bayi Stunting


Rada Silviana1*, Sri Sundari2*, Esti Nugraheny3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*radasilviana@gmail.com, zidniicun@gmail.com, nugraheny.esti@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Bayi merupakan aset yang menguntungkan bagi perubahan ekonomi dan
pembangunan berkelanjutan suatu negara. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada
Received November 20,2021 bayi usia 0-11 bulan akibat dari kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan.
Accepted Desember 15, 2021 Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di Asia
Published January 25, 2022 Tenggara sebesar 36,4%. Puskesmas Bambanglipuro merupakan peringkat pertama dengan
kejadian stunting tertinggi sebesar 16,5%. Pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor
risiko kejadian stunting, anak yang termasuk dalam kategori stunting cenderung terjadi
Kata Kunci: pada ibu yang mempunyai pengetahuan kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Tingkat Pengetahuan ibu tentang bayi stunting di Desa Sidomulyo
Pengetahuan Bambanglipuro Bantul. Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
Bayi yang dilakukan di Desa Sidomulyo Bambanglipuro Bantul. Populasi berjumlah 286 baduta.
Stunting Sampel yang digunakan adalah 30 orang ibu bayi. Teknik pengambilan sampel purposive
sampling dengan penentuan dan pertimbangan tertentu. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Analisis yang digunakan adalah univariat. Hasil: Hasil analisis menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang bayi stunting di Desa Sidomulyo Bambanglipuro
dalam kategori baik sebanyak 11 responden (36,7%), kategori cukup sebanyak 11
responden (36,7%), dan kategori kurang sebanyak 8 responden (26,7%). Kesimpulan:
Tingkat pengetahuan ibu tentang bayi stunting di Desa Sidomulyo Bambanglipuro Bantul
Tahun 2021 diketahui baik sebanyak 11 responden.

ABSTRACT
Mother’s Knowledge Level About Stunting Babies
Background: Babies are a profitable asset for economic change and sustainable
Key words: development of a country. Stunting is a condition of failure to thrive in infants aged 0-11
months due to chronic malnutrition in the first 1000 days of life. Indonesia is included in
Knowledge the third country with theprevalence of stunting highestin Southeast Asia at 36.4%.
Babies Bambanglipuro Health Center is the first rank with theincidence of stunting highestat
Stunting 16.5%. Mother's knowledge is one of the risk factors for stunting, children who are
included in thecategory stunting tend to occur in mothers who have less knowledge. This
study aims To determine the level of knowledge of mothers about infants stunting in
DOI: Sidomulyo Bambanglipuro Village, Bantul. Methods: This study uses a quantitative
https://10.48092/jik.v8i1.155 descriptive method conducted in Sidomulyo Bambanglipuro Village, Bantul. The
population is 286 baduta. The sample used was 30 mothers of babies. The sampling
technique is purposive sampling with certain determinations and considerations. The
instrument used is a questionnaire. The analysis used is univariate. Results: The results of
the analysis showed that the level of knowledge of mothers aboutinfants stunting in
Sidomulyo Bambanglipuro Village was in the good category as many as 11 respondents
(36.7%), the sufficient category was 11 respondents (36.7%), and the less category was 8
respondents (26, 7%). Conclusion: The level of knowledge of mothers aboutbabies
stunting in Sidomulyo Bambanglipuro Village, Bantul in 2021 is known to be good, as
many as 11 respondents.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 51
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Mulyodadi 8 bayi, dan Desa Sidomulyo 18 bayi. Sebagai upaya


untuk mencegah bayi stunting Puskesmas Bambanglipuro telah
Bayi merupakan aset yang menguntungkan bagi melakukan ANC terpadu, memberikan motivasi agar dilakukan
perubahan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan suatu IMD, pemberian ASI eksklusif, dan pemberian PMT pada ibu
negara (Richter et al., 2016; Kementerian Kesehatan Republik hamil. Motivasi ini diberikan pada saat setiap kunjungan ke
Indonesia, 2014). Bayi adalah anak usia 1-12 bulan puskesmas maupun melalui media sosial sebagai pengganti
(Sulistyawati, 2014). Masa ini dikatakan masa golden age penyuluhan akhibat adanya pandemi COID-19.
dikarenakan masa ini berlangsung sangat singkat da termasuk
1000 hari pertama kehidupan (Kementerian Kesehatan RI, Mencermati permasalahan stunting yang memiliki
2016). Masa 1000 HPK menentukan kehidupan seorang anak dampak yang serius tidak hanya bagi individu penderita tetapi
untuk masa depannya, saat ini Indonesia menghadapi juga bagi negara maka perlu dicari upaya untuk pemecahan
gangguang pertumbuhan dalam menurunkan stunting masalahnya. Melihat kondisi tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
pengetahuan ibu tentang bayi stunting di Desa Sidomulyo
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi Bambanglipuro Bantul.
usia (0-11 bulan) dan balita (12-59 bulan) akhibat dari
kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 HPK..
METODE
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru kuantitatif. Populasi berjumlah 286 baduta. Sampel yang
nampak setelah anak berusia 2 tahun (Ramayulis dkk, 2018). digunakan adalah 30 orang ibu bayi. Teknik
Status gizi berdasarkan indeks panjang badan menurut umur pengambilan sampel purposive sampling dengan
(PB/U) anak umur 0-60 bulan dibagi menjadi sangat pendek, penentuan dan pertimbangan tertentu. Penelitian ini
pendek, normal, dan tinggi (Byna, 2020). Kejadian stunting di
dilakukan di Desa Sidomulyo Bambanglipuro Bantul
dunia mencapai 156 juta (23,2%) (UNICEF, 2016). WHO
pada bulan Februari-Oktober 2021. Pengumpulan data
tahun 2018 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam
menggunakan kueisoner yang dibagikan secara online.
negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Kueisoner yang dibagikan merupakan kuisoner yang
Tenggara/ South-East Asia Regional (SEAR) rata-rata
dibuat oleh peneliti kemudia dilakukan uji validitas dan
prevalensinya yaitu pertama Timor Leste dengan persentase
50,2%, kedua India dengan prosentase 38,4%, ketiga Indonesia
uji reliabilitas. Kemudian data yang diperoleh saat
dengan persentase 36,4%, keempat Bangladesh dengan penelitian diolah dan dianalisis menggunakan analisis
persentase 36,1%, dan kelima Nepal dengan persentase 35,8%. univariat.

Pemberian informasi tentang stunting kepada calon HASIL DAN PEMBAHASAN


ibu, ibu bayi, dan pemberian layanan kesehatan sangat perlu
menjadi perhatian agar dapat mengetahui ciri-ciri stunting 1. Karakteristik Responden
sehingga dapat memberi intervensi secara maksimal dan kasus Tabel 1.1 distribusi karakteristik ibu berdasarkan
stunting dapat dicegah sedini mungkin. Orangtua khususnya pendidikan, pekerjaan, pendapatan, usia, dan paritas.
ibu memunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan Usia Frekuensi Persentase
kebutuhan gizi pada anak dikarenakan anak masih 20-35 tahun 27 90%
menggantungkan segala kebutuhan dan perhatiannya dari >35 tahun 3 10%
orangtua untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Jumlah 30 100%
Pendidikan Frekuensi Persentase
Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi SMP 4 13,3%
sikap dan perilakunya dalam melakukan berbagai tindakan. SMA/SMK 15 50%
Banyaknya kasus stunting dipengaruhi oleh sikap serta Perguruan Tinggi 11 36,7%
pengetahuan orangtua, banyak orang tua bayi yang kurang Jumlah 30 100%
paham dengan apa itu stunting sehingga bayi yang mengarah Pekerjaan Frekuensi Persentase
ke stunting tidak segera dilakukan tindakan (Devi dkk, 2012). ASN 1 3,3%
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati,dkk (2015) Karyawan swasta 7 23,3%
pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor risiko kejadian Ibu rumah tangga 22 73,3%
Jumlah 30 100%
stunting, anak yang termasuk dalam kategori stunting
Pendapatan Frekuensi Persentase
cenderung terjadi pada ibu yang mempunyai pengetahuan
>Rp1.790.500 17 56,7%
kurang. Upaya pencegahan stunting tidak dapat lepas dari
≤Rp1.790.500 13 43,3%
pengetahuan orang tua tentang stunting. Dengan pengetahuan Jumlah 30 100%
yang baik, dapat memunculkan kesadaran orang tua akan Paritas Frekuensi Persentase
pentingnya pencegahan stunting. 1 14 46,7%
2-4 16 53,3%
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
Jumlah 30 100%
peneliti di Puskesmas Bambanglipuro Bantul didapatkan hasil
bahwa data kejadian bayi stunting sebanyak 37 bayi, yang
terbagi menjadi tiga desa, Desa Sumbermulyo 11 bayi, Desa

Page | 52
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui usia Tabel 1.3 Tingkat pengetahuan ibu tentang bayi
responden sebagian besar 20-35 tahun sebanyak 27 stunting di Desa Sidomulyo Bambanglipuro Bantul
responden (90%), sebagian besar berpendidikan No Tingkat Frekuensi Persentase
SMA/SMK sebanyak 15 responden (50%), sebagian Pengetahuan
besar pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga 1 Baik 11 36,7%
sebanyak 22 responden (73,3%), sebagian besar 2 Cukup 11 36,7%
pendapatan >Rp1.790.500 sebanyak 17 responden 3 Kurang 8 26,7%
(56,7%), sebagian besar paritas 2-4 anak sebanyak 16 Total 30 100%
responden (53,3%).
Tabel 1.2 Distribusi frekuensi karakteristik bayi Berdasarkan tabel 1.3 diketahui sebagian
berdasarkan berat badan lahir, panjang badan lahir, besar responden mempunyai tingkat pengetahuan
riwayat IMD, riwayat pemberian ASI eksklusif, baik 11 responden (36,7%), tingkat pengetahuan
riwayat MP-ASI, pemberian vitamin A, dan cukup 11 responden (36,7%), dan tingkat
pemberian imunisasi. pengetahuan kurang 8 responden (26,7%).
BB Lahir Frekuensi Persentase
< 2500 gram 4 13,3% Hasil dari penelitian yang dilakukan pada 30
2500-4000 gram 26 86,7% responden di Dusun Sidomulyo Bambanglipuro
Jumlah 30 100% Bantul diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu
PB Lahir Frekuensi Persentase
tentang bayi stunting sebagian besar baik sebanyak
< 48 cm 6 20%
48- ≥52 cm 24 80% 11 responden (36,7%). Pengetahuan adalah hasil dari
Jumlah 30 100% proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu
IMD Frekuensi Persentase menjadi tahu, dari yang tadinya tidak dapat menjadi
Tidak IMD 6 20% dapat. Proses mencari tahu mencakup berbagai
IMD 24 80% metode, melalui pendidikan maupun pengalaman
Jumlah 30 100%
(Sulaiman, 2011). Pengetahuan terjadi setelah
ASI Eksklusif Frekuensi Persentase
Tidak Eksklusif 4 13,3% seseorang melakukan penginderaan pada objek
Eksklusif 26 86,7% tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Jumlah 30 100%
MP-ASI Frekuensi Persentase Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Tidak diberikan 7 23,3% penelitian yang dilakukan oleh Olsa, dkk (2017) di
Diberikan 23 76,7% Kecamatan Nanggalo yang menunjukkan bahwa 59
Jumlah 30 100% ibu (25,4%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 113
Vitamin A Frekuensi Persentase
ibu (48,7%) memiliki tingkat pengetahuan cukup,
Tidak diberikan 7 23,3%
Diberikan 23 76,7% dan 60 ibu (25,9%) memiliki tingkat pengetahuan
Jumlah 30 100% kurang. Penelitian yang dilakukan oleh Noer dan
Imunisasi Frekuensi Persentase Hestuningsih di Kecamatan Semarang Timur
Tidak diberikan 1 3,3% terhadap ibu yang memiliki anak usia 1-2 tahun
diberikan 29 96,7% menunjukkan sebanyak 60% ibu memilki tingkat
Jumlah 30 100%
pengetahuan yang cukup, 30% ibu memiliki tingkat
pengetahuan kurang, dan 10% ibu memiliki tingkat
Berdasarkan tabel 1.2 diketahui sebagian pengetahuan baik.
besar berat badan lahir 2500 – 4000 gram sebanyak
Jika dilihat dari karakteristik ibu dalam tabel
26 responden (86,7%), sebagian besar panjang badan
1.1 mayoritas pendidikan ibu adalah SMA/SMK
lahir 48 – 52 cm sebanyak 23 responden (76,7%),
sebanyak 15 responden (50%), pendidikan bertujuan
sebagian besar responden yang dilakukan IMD
untuk menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang
sebanyak 24 responden (80%), sebagian besar
baru, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
responden yang diberikan ASI secara eksklusif
diharapkan semakin baik pengetahuannya, dan
sebanyak 26 responden (86,7%), sebagian besar
meningkat pula keadaan sosial ekonominya
responden yang diberikan MP-ASI sebanyak 21
(Notoatmodjo, 2012). Seseorang yang berpendidikan
responden (70%), sebagian besar responden
tinggi lebih mempunyai pengetahuan baik daripada
diberikan vitamin A sebanyak 23 responden (76,7%),
seseorang yang berpendidikan rendah (Roesli, dkk,
dan sebagian besar responden yang diberikan
2018). Pengetahuan seseorang selain dipengaruhi
imunisasi sebanyak 29 responden (96,7%).
oleh latar belakang pendidikan dapat juga
dipengaruhi oleh usia, sebagian besar usia ibu berada

Page | 53
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pada usia 20-35 tahun sebanyak 27 responden (90%), dimilikinya. Ibu yang memiliki pengetahuan baik
menurut Sammai dkk, (2015) pada usia 20-35 tahun maka kualitas dalam pemberian ASI akan lebih baik
seseorang memiliki kemampuan untuk memahami pula dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan
dan minat pada dewasa awal sangat tinggi dalam kurang mengenai ASI.
mencari pengetahuan, sedangkan pada dewasa tengah
seseorang akan sibuk dengan pekerjaannya atau tidak Tingkat pengetahuan ibu yang baik selain
ada waktu untuk mengikuti penyuluhan. mempengaruhi pemberian ASI secara eksklusif juga
dapat mempengaruhi pemberian MP-ASI dapat
Tingginya tingkat pengetahuan seseorang dilihat bahwa mayoritas 23 bayi (76,7%) telah
selain dipengaruhi oleh faktor usia juga dapat diberikan makanan pendamping ASI pada usia > 6
dipengaruhi oleh status pekerjaan. Dapat dilihat bulan, Pematasari, D.I (2019) semakin baik
bahwa sebagian besar pekerjaan ibu rumah tangga pengetahuan seseorang khususnya ibu maka akan
sebanyak 22 responden (73,3%). Ibu yang tidak tahu waktu yang tepat memberikan MP-ASI yaitu
bekerja akan memiliki banyak waktu luang untuk diatas usia 6 bulan sehingga secara langsung akan
meningkatkan pengetahuan maupun pengalaman memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pada
dengan mangakses informasi baik dari media online tingkat pengetahuan ibu yang baik dapat
maupun dari tetangga (Saskia dan Santi, 2017).Selain mempengaruhi pemberian imunisasi, hal ini dapat
pekerjaan, tingginya tingkat pengetahuan dapat dilihat dari tabel 4.2 mayoritas yang diberikan
dipengaruhi oleh paritas ibu, dapat dilihat bahwa imunisasi sebanyak 29 bayi (96,7%) Melalui
sebagian besar paritas 2-4 sebanyak 16 responden pengetahuan yang cukup diharapkan dapat
(53,3%). mempengaruhi tindakan seorang ibu dalam
memberikan imunisasi secara lengkap kepada
Menurut Nanda (2013) menyatakan bahwa anaknya.
paritas ibu mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu dikarenakan ibu yang telah memiliki Pengetahuan berhubungan dengan pemberian
beberapa orang anak akan lebih punya pengalaman imunisasi, sehingga dapat dikatakan bahwa
dibandingkan dengan ibu yang baru memiliki 1 orang pengetahuan ibu yang baik akan mempengaruhi
anak, pengalaman yang didapat akan menambah perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar bayi
wawasan dan pengetahuan. Selain paritas ibu, (Sumiatun, 2014). Pada tabel 4.2 mayoritas berat
pendapatan juga mempengaruhi tingkat pengetahuan badan lahir 2500-4000 gram sebanyak 26 bayi
ibu. sebagian besar pendapatan >Rp1.790.500 (86,7%) sedangkan mayoritas panjang badan lahir
sebanyak 17 responden (56,7%). Menurut (Khotimah 48- ≥52cm sebanyak 24 bayi (80%), Cahyaningsih, S
& Sutedjo, 2016; Dewi dkk, 2015) pendapatan yang (2019) pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan
tinggi merupakan salah satu sumber atau alat untuk mempengaruhi perilaku ibu termasuk dalam
mendapatkan pengetahuan, semakin besar pengambilan keputusan. Status gizi ibu selama
pendapatan maka semakin memungkinkan bagi para kehamilan menjadi salah satu faktor dalam
ibu untuk meningkatkan pengetahuannya terhadap menentukan pertumbuhan janin yang akan
informasi seputar kesehatan baik itu dari media berdampak pada berat badan lahir, panjang badan
elektronik, media cetak maupun sosialisasi tentang lahir, angka kematian perinatal, keadaan kesehatan
kesehatan secara langsung. perinatal dan pada pertumbuhan bayi setelah
kelahiran.
Jika dilihat dari distribusi frekuensi
karakteristik bayi yang terdapat dalam tabel 1.2 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
mayoritas yang dilakukan IMD sebanyak 24 bayi
(80%), Malitasari, R (2012) pengetahuan ibu Tingkat pengetahuan ibu tentang bayi stunting
yang baik diakhibatkan oleh usia ibu yang sudah ideal,
mengenai IMD menjadi salah satu faktor penting
pendidikan yang tinggi, pekerjaan ibu sebagai ibu rumah
dalam kesuksesan pelaksanaan IMD, untuk itu
tangga, ibu berparitas 2-4, dan pendapatan lebih dari
diperlukan informasi yang baik agar pengetahuan ibu UMR. Tingkat pengetahuan ibu yang baik dapat
tentang IMD tinggi dan IMD dapat terlaksana. mempengaruhi ibu dalam status gizi kehamilan
penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas pemberian sehingga ibu melahirkan bayi dengan berat badan dan
ASI eksklusif sebanyak 26 bayi (86,7%), Fatimah, S panjang badan yang normal, ibu dapat melakukan IMD,
(2017) menyatakan pengetahuan ibu tentang ASI memberikan ASI secara eksklusif, memberikan MP-ASI
penting diketahui oleh ibu karena ibu yang memiliki jika bayi sudah berusia > 6 bulan, memberikan
pengetahuan ASI eksklusif maka akan berperilaku imunisasi dan vitamin A. Saran untuk tenaga kesehatan
atau berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diharapkan untuk lebih meningkatkan pelayanan

Page | 54
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

kesehatan seperti penyuluhan dan sosialisasi tentang Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.
stunting. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat Jakarta: Rienka Cipta.
memperluas wilayah sampel yang digunakan dengan
teknik sampling yang berbeda dan menggunakan Olsa, dkk. (2017). Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu
analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel Tentang Kejadian Stunting Pada Anak Baru
yang diteliti. Masuk Sekolah Dasar Di Kecamatan Nanggalo.
Jurnal Kesehatan Andalas, 523-529.
REFERENSI Permatasari, D.I. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI
Byna, A. (2020). Monograf Analisis Komparatif PAda Bayi Usia 6 Bulan Di Wilayah Kerja
Machine Learning Untuk Klasifikasi Kejadian Puskesmas Gemarang. Program Studi
Stunting. Jawa Tengah: CV. Pena Persada. Keerawatan Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun, 40-44.
Cahyaningsih, S. (2019). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Gizi Ibu Hamil Dengan Ramayulis, R., Kresnawan, T., Iwaningsih, S., &
Taksiran Berat Janin Trimester III Di Puskesmas Rochani, N. S. (2018). Stop Stunting dengan
Galur II Kulonprogo Tahun 2019. Prodi Sarjana Konseling Gizi. Jakarta Timur: Penebar
Terapan Kebidanan POliteknik Kesehatan Swadaya Grup.
Kemenkes Yogyakarta.
Ritcher, M., Daelmans, B., L., J, H., J, B., FL, B., et al.
Dewi dkk. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu (2016). Investing in The Foundation of
Hamil Tentang Program Perencanaan Persalinan Sustainable Development: Pathways To Scale
Dan Pencegahan Komplikasi Di Desa Up for Early Childhood Development. The
Pagedangan. DIII Kebidanan Politeknik Harapan Lancet.
Bangsa, 1-8.
Roesli, dkk. (2018). Kajian Islam Tentang Partisipasi
Fatimah, S. (2017). Hubungan Karakteristik Dan Orangtua Dalam Pendidikan Anak. Jurnal
Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Asi Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi,
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Dan Pemikiran Hukum Islam, 332-345.
Turitahun 2017. Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta, Sammai dkk. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
51-56. Pengetahuan Masyarakat Mengenai Penanganan
Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Kondisi Pencapaian Batuan Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Program Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta: Diagnosis Vol.12 No 6.
Kemenkes RI.
Saskia dan Santi. (2017). Gambaran TIngkat
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Situasi Gizi di Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi Pada Bayi
Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Usia 3-12 Bulan DI MB Leny Indrawanti
Kementrian Kesehatan RI. Karongan Jogotirto Berbah Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: STIKES Jendral Achamd Yani.
Khotimah & Sutedjo. (2016). Kajian Tingkat
Pengetahuan Ibu, Tingkat Pendapatan, Tingkat Sulaeman, U. (2011). Analisis Pengetahuan, Sikap, dan
Pendidikan, dan Jumlah Anggota Keluarga Perilaku Beragam Siswa. Makassar: Alauddin
Berkaitan Dengan Status Gizi Balita di University Press.
Kecamatan Sedati dan Kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo. UNESA, 1-10. Sumiatun. (2014). Hubungan Pendidikan Dengan
Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi
Kusumawati, E., Rahardjo, S., & Sari, H. P. (2015). Dasar Di Puskesmas Jepang Tahun 2014.
Model Pengendalian Faktor Resiko Stunting
Pada Anak Usia Di Bawah Tiga Tahun. Jurnal UNICEF. (2016). Stunted Pada Balita. Public Health.
Kesehatan Masyarakat, 249-256.
Malitasari, R. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini Dan Status
Pekerjaan Ibu Dengan Status Pemberian Asi Di
Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar.
Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 1-14.

Page | 55
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 56-62

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Asfiksia Pada


Bayi Baru Lahir
Zela Ningsih1*, Sri Sundari2*, Tita Restu Yuliasri*
1, 2, 3 Politeknik kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia
*zningsih@gmail.com, zidniicun@gmail.com, tita_dheta@yahoo.co.id

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Angka kematian perinatala (Perinatal Mortality Rate) di negara
berkembang (50/1000) adalah lima kali lebih tinggi daripada negara maju (10/10000).
Received November 23, 2021 Kejadian asfiksia di Indonesia mencapai 27,0%. Kejadian asfiksia di RSUD Panembahan
Accepted December15, 2021 Senopati Bantul dari Januari - Desember 2020 sebanyak 300 kasus. Penelitian ini bertujuan
Published January 25, 2022 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta Tahun 2021. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik, pendekatan retrospektif, populasi penelitian 300
Kata Kunci: responden dan sampel 171 responden., pengambilan sampel menggunakan teknik Simple
Random Sampling, instrumen penelitian yang digunakan checklist dan dianalisis
Bayi Baru Lahir menggunakan chi square SPSS for windows versi 19.0. Hasil: Hasil analisis data
Asfiksia menunjukkan karakteristik kejadian asfiksia berdasarkan dari usia ibu > 25 tahun 135
(78,9%), pendidikan SMA 105 (61,4%), pekerjaan IRT 109 (63,7%), Paritas 2-4 114
(66,7%), umur kehamilan cukup bulan 154 (90,1%), berat badan lahir normal 151 (88,3%),
tidak ada riwayat penyakit 134 (78,4%), riwayat persalinan dengan tindakan 94 (55,0%).
tidak mengalami KPD 139 (18,7%), warna air ketuban jernih 118 (69,0%). Kejadian
asfiksia sedang 80 (46,8%). Riwayat penyakit p-value sebesar 0,281 > 0,05, riwayat
persalinan p-value 0,045 > 0,05, variabel air ketuban p-value sebesar 0,022 > 0,05, ketuban
pecah dini p-value sebesar 0,881 > 0,05. Kesimpulan: Terdapat hubungan faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian asfiksia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di
RSUD Panembahan senopati Bantul berdasarkan Riwayat persalinan dan air ketuban.

ABSTRACT
Effect of Husband Support Related to Endorphin Massage on Breast Milk Production
in Postpartum

Background: The perinatal mortality rate in developing countries (50/1000) is five times
Key words: higher than in developed countries (10/10000). The incidence of asphyxia in Indonesia
reached 27.0%. The incidence of asphyxia in Panembahan Senopati Hospital Bantul from
Newborn Baby January to December 2020 was 300 cases. Methods: This study is an analytical descriptive
Asphyxia study, with a retrospective approach, the study population was 300 respondents and a
sample of 171 respondents with Simple Random Sampling technique, the research
instrument used a checklist and analyzed using chi square SPSS for windows version 19.0.
DOI: Results: The results of data analysis showed the characteristics of the incidence of
https://10.48092/jik.v8i1.156 asphyxia based on maternal age > 25 years 135 (78.9%), high school education 105
(61.4%), household household occupation 109 (63.7%), Parity 2-4 114 ( 66.7%),
gestational age at term 154 (90.1%), normal birth weight 151 (88.3%), no history of
disease 134 (78.4%), history of delivery with procedures 94 (55, 0%). did not experience
PROM 139 (18.7%). Amniotic fluid color Clear 118 (69.0%). The incidence of asphyxia
was 80 (46.8%). History of disease p-value of 0.281> 0.05, history of childbirth p-value
0.045> 0.05, variable amniotic fluid p-value of 0.022> 0.05, premature rupture of
membranes p-value of 0.881> 0.05. Conclusion: There is a relationship between the
factors that influence the incidence of asphyxia with the incidence of asphyxia in newborns
at Panembahan Senopati Hospital Bantul based on the history of labor and amniotic fluid.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 56
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN Asfiksia merupakan suatu kejadian


kegawatdaruratan yang berupa kegagalan bernafas
Data World Health Organization (WHO) 2017, secara spontan segera setelah lahir dan sangat beresiko
setiap tahun, di seluruh dunia diperkirakan terjadi 3,3 untuk terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak
juta kematian neonatal. Angka tersebut dihitung dalam spontan bernafas dan teratur sehingga dapat menurunkan
kondisi sekitar 40 % kasus yang tidak dilaporkan. Angka oksigen dan makin meningkatkan karbondioksida yang
kematian perinatal (Perinatal Mortality Rate) di negara menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan berlanjut
berkembang (50/1000) adalah lima kali lebih tinggi (Ligawati, 2018).
daripada negara maju (10/10000 (WHO, 2017). Pada
tahun 2019 dari seluruh kematian neonatus yang Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
dilaporkan, 80% (16.156 kematian) terjadi pada periode kegagalan pernafasan pada bayi terdiri beberapa faktor
enam hari pertama kehidupan.sementara, 21% (6.151 yang menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi
kematian) terjadi pada usia 29 hari – 11 bulan dan 10 % baru lahir, diantaranya faktor keadaan ibu salah satunya
(2.927 kematian) terjadi pada usia 12 – 59 bulan. adalah persalinan patologis, kemudian faktor tali pusat,
faktor plasenta, faktor janin serta faktor dari keadaan
Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di bayi. Perlunya mengetahui faktor resiko tersebut berguna
Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27,0% dalam hal-hal antara lain untuk meramalkan kejadian
yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru lahir asfiksia, kejelasan besarnya faktor resiko, membantu
setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kemenkes RI, proses diagnosis dan termasuk untuk upaya
2020). pencegahannya (Dewi, 2014).
Secara umum kasus kematian bayi dan neonatal Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
di DIY fluktuatif dari tahun 2014 -2019. Tahun 2014 di RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan data
sebesar 405 dan turun cukup banyak pada tahun 2015 kejadian asfiksia pada bayi baru lahir bulan Januari -
yaitu menjadi 329, turun menjadi 278 pada tahun 2016, Desember tahun 2020 sebanyak 300 kasus asfiksia.
namun kembali naik menjadi 313 pada tahun 2017, tahun Faktor-faktor yang menyebabkan kejadian asfiksia di
2018 kembali naik 5 kasus menjadi 318, di tahun 2019 RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah cairan
ini mengalami penurunan 3 kasus menjadi 315. Kasus ketuban yang bercampur mekonium, umur kehamilan,
kematian bayi tertinggi di Kabupaten Bantul (110 kasus) paritas dan riwayat persalinan.
dan terendah di Kota Yogyakarta (25 kasus) sedangkan
Kabupaten Gunung Kidul sejumlah 56 kasus, Kabupaten METODE
Sleman sejumlah 55 kasus, Kabupaten Kulon Progo
sejumlah 69 kasus. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif analitik. Pendekatan penelitian yang diambil
Penyebab umum kematian bayi dan neonatal di adalah Retrospektif. Penelitian ini akan dilaksanakan di
DIY adalah asfiksia pada saat lahir karena lama di jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.
kelahiran, letak melintang, serta panggul sempit. Selain
itu, penyebab lain kematian bayi yang sering dijumpai di Waktu Penelitian dimulai dari bulan Februari –
DIY antara lain kelainan bawaan. (Dinkes DIY, Oktober 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah
2020).Kasus kematian neonatal di Kabupaten Bantul semua bayi baru lahir yang mengalami asfiksia di RSUD
yang disebabkan oleh kejadian asfiksia berjumlah 27 Panembahan Senopati Bantul berjumlah 300 bayi baru
kasus, asfiksia merupakan penyebab kematian ke 2 lahir pada bulan Januari – Desember 2020.
setelah BBLR di Kabupaten Bantul Tahun 2019 , dan
terjadi hampir di semua wilayah kecamatan di Pada penelitian ini peneliti menggunkan Simple
Kabupaten Bantul, (Dinkes Bantul, 2020). Random Sampling. Proses pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah data sekunder.
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang
baru mengalami proses kelahiran dari kehamilan 37 Instrumen penelitian yang digunakan dalam
minggu sampai 42 minggu dengan berat badan lahir penelitian ini adalah Check list. Data yang terkumpul
2500 gram sampai 4000 gram, menangis dengan spontan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat.
kurang dari 30 detik setelah lahir dengan nilai APGAR
antara 7-10, berusia 0-28 hari (Wagiyo & Putrono,
2016).
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi baru
lahir meliputi : asfiksia, hipotermi dan hipertermi, berat
badan lahir rendah (BBLR), dehidrasi, ikterus
neonatorum, kejang (Dwiendra R, dkk 2014).

Page | 57
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Usia Ibu


Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 171 ibu
1. Karakteristik Responden dengan bayi asfikisa sebagian besar memiliki usia >
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu, 25 tahun yaitu sebanyak 135 orang (78,9%). Usia ibu
Karakteristik Bayi, Kejadian Asfiksia, dan Faktor- < 20 tahun dan > 35 tahun cenderung memiliki resiko
Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Asfiksia. melahirkan bayi dengan asfiksia lebih tinggi
Kategori F % dibandingkan dengan ibu yang melahirkan di usia
Umur Ibu produktif (Rochwati, 2014).
<20 tahun 4 2,3%
20-25tahun 32 18,7%
>25 tahun 135 78,9% Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
Total 171 100,0% Wahyu Utami Ekasari pada tahun 2015 yang
Pendidikan menunjukkan bahwa umur ibu mempunyai pengaruh
SD 9 5,3% yang tidak bermakna terhadap asfiksia, hal ini dapat
SMP 42 24,6%
terjadi karena umur ibu bukan merupakan satu-
SMA 105 61,4%
Perguruan Tinggi 15 8,8% satunya faktor ibu yang mempengaruhi asfiksia atau
Total 171 100,0% umur ibu bukan merupakan penyebab langsung
Pekerjaan terjadinya asfiksia. Kemudian pendidikan ibu
IRT 109 63,7% sebagian besar adalah SMA dengan jumlah 105
PNS 8 4,7% (61,4%).
Pegawai Swasta 54 31,6%
Total 171 100,0%
Paritas
b. Tingkat Pendidikan
1 49 28,7% Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat
2-4 114 66,7% pendidikan berkaitan dengan pengetahuan tentang
>4 8 4,7% masalah kesehatan dan kehamilan yang berpengaruh
Total 171 100,0% pada perilaku ibu, baik pada diri maupun terhadap
Umur Kehamilan perawatan kehamilannya serta pemenuhan gizi saat
Kurang Bulan 17 9,9% hamil (Marni, 2012).
Cukup Bulan 154 90,1%
Lebih Bulan 0 0 Pendidikan yang tinggi tentunya akan
Total 171 100,0%
memeperhatikan kesehatan mereka. Seseorang
dengan pendidikan tinggi akan lebih memanfaatkan
Berat Badan Lahir
Normal (2500-4000gr) 151 88,3% fasilitas kesehatan dari pada orang dengan
Tidak Normal (<2500 gram) 20 11,7%
pendidikan rendah (Morsy dan Alhabi, 2014).

Total 171 100,0% Menurut penelitian Lia Agustin tahun 2016


Riwayat Penyakit mengatakan bayi bersiko mengalami asfiksia
Penyakit menular 5 2,9% neonatorum dari ibu yang berpendidikan kurang dari
Penyakit tidak menular 32 18,7%
SMA mengalami risiko asfiksia 3 kali lebih tinggi
dari pada ibu yang berpendidikan lebih dari sama
Tidak ada penyakit 134 78,4%
dengan SMA.
Total 171 100,0%
Riwayat Persalinan c. Pekerjaan
Normal (Spontan) 77 45,0% Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pekerjaan
Tindakan 94 55,0% ibu dengan bayi asfiksia sebagian besar adalah IRT
Total 171 100,0% dengan jumlah 109 (63,7%). Ibu hamil boleh
Ketuban Pecah Dini mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan tetapi jangan
KPD 32 18,7% terlalu lelah sehingga harus diselingi dengan istirahat.
Tidak KPD 139 81,3%
Kerja fisik pada saat hamil yang terlalu berat dan
Total 171 100,0%
Air Ketuban terlalu lama melebihi 3 jam perhari dapat berakibat
Jernih 118 69,0%
kelelahan.
Mekonium 53 31,0%
Total 171 100,0% Kelelahan dalam bekerja menybabkan
Kejadian asfiksia lemahnya korion amnion sehingga timbul ketuban
Asfiksia Ringan 78 45,6% pecah dini yang pada konidisi ini juga berkaitan
Asfiksia Sedang 80 46,8% dengan kejadian asfiksia neonatorum.
Asfiksia Berat 13 7,6%
Total 171 100,0% Pekerjaan merupakan suatu yang penting
dalam kehidupan, namun pada masa kehamilan
pekerjaan yang berat dan dapat membahayakan

Page | 58
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

kehamilannya hendaklah dihindari untuk menjaga h. Riwayat persalinan


keselamatan ibu maupun janin (Baini, 2019). Riwayat persalinan dengan kejadian asfiksia
Berdasarkan Penelitian Agustin Dwi Syalfina (2015) terbanyak adalah persalinan dengan tindakan
menjelaskan bahwa pekerjaan merupakan faktor berjumlah 94 (55,0%). Persalinan dengan tindakan
secara bermakna meningkatkan risiko kejadian dapat menimbulkan asfiksia neonatorum yang
asfiksia neonatorum. disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala
menekan pusat-pusat vital pada medula oblonganta,
d. Paritas ibu aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung dan
Paritas ibu dengan bayi asfiksia paling banyak perdarahan atau odema jaringan pusat saraf pusat
adalah banyak adalah paritas 2-4 dengan jumlah 114 (Manuaba, 2010).
(66,7%). Paritas adalah jumlah kehamilan yang
memperoleh janin yang dilahirkan. Paritas yang i. Ketuban Pecah Dini
tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan Ibu dengan kejadian asfiksia paling banyak
dan persalinan yang dapat menyebabkan tidak mengalami KPD yaitu berjumlah 139 (18,7%).
terganggunya trasport O2 dari ibu ke janinyang akan Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR sebelum waktunya melahirkan. Hal ini terjadi pada
Score menit pertama setelah lahir (Manuaba, 2010). akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan
e. Umur kehamilan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
Umur kehamilan yang mengalami kejadian kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar
asfiksia terbanyak adalah Cukup Bulan dengan pada angka kematian perinatal pada bayi kurang
frekuensi 154 (90,1%). ). Kehamilan cukup bulan bulan.
(term / aterm) adalah usia kehamilan 37 – 42 minggu
( 259 – 294 hari). Usia kehamilan <37 minggu Karena bayi yang lahir kurang bulan
mengakibatkan fungsi organ tubuh kurang sempurna, mempunyai organ tubuh yang kurang sempurna yang
prognosis juga semakin buruk karena masih belum termasuk sistem pernafasan dan dapat menyebabkan
sempurna seperti sistem pernafasan maka terjadilan asfiksia pada bayi (Wiknjosastro,2011). Warna air
asfiksia neonatorum (Syaiful, 2016). ketuban yang paling banyak mengalami kejadian
asfiksia adalah Jernih dengan jumlah 118 (69,0%).
Usia kehamilan yang berlangsung >42 minggu Lukour amnii atau air ketuban terdapat di dalam
dapat menyebabkan plasenta terus mengalami ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari
penuaan. Air ketuban bisa berubah sangat kental dan lapisan amnion dan korion. Air ketuban ialah cairan
hijau sehingga dapat terhisap ke dalam paru-paru dan berwarna putih agak keruh, serta mempunyai bau
menyumbat pernafasan bayi yang dapat yang khas, agak amis dan manis (Prawawirohardjo,
menyebabkan asfiksia hingga kematian bayi 2012).
(Katiandagho & Kusmiyati, 2015).
j. Kejadian asfiksia
f. Berat badan lahir Kejadian asfiksia paling banyak adalah
Kemudian berat badan lahir bayi yang asfiksia sedang dengan frekuensi 80 (46,8%).
mengalami kejadian asfiksia paling banyak adalah Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara
berat badan lahir normal yaitu berjumlah 151 spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
(88,3%). Menurut Rohan (2013) Berat badan lahir setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia,
normal adalah 2500 – 4000 gram. Menurut hiperkarbia, dan asidosis (Maryunani & Sari, 2013).
Prawirohardjo (2014) yaitu berat badan bayi lahir Menurut Manggiasih dan Jaya (2016) klasifikasi
merupakan salah satu penyebab asfiksia neonatorum. asfiksia terdiri dari bayi normal atau tidak asfiksia,
Makin rendah berat lahir bayi makin tiggi terjadinya asfiksia ringan, asfiksia sedang, asfikisa berat.
asfiksia dan sindroma pernapasan.
2. Riwayat Penyakit, Riwayat Persalinan, Air Ketuban,
g. Riwayat Penyakit dan Ketuban Pecah dini dengan Kejadian Asfiksia
Ibu dengan bayi yang mengalami asfiksia
paling banyak tidak ada riwayat penyakit dengan Berikut merupakan tabel silang antara
jumlah 134 (78,4%). Penyakit pembuluh darah ibu Riwayat Penyakit, Riwayat Persalinan, Air Ketuban,
yang mengganggu pertukaran gas janin : kolesterol dan Ketuban Pecah dini dengan Kejadian Asfiksia.
tinggi, hipertensi, hipotensi, jantung, paru-paru/
TBC, ginjal, gangguan kontraksi uterus (Jumiarni,
dkk, 2016).

Page | 59
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Tabel 4.2 Tabel Silang Riwayat Penyakit, Riwayat aspirasi air ketuban, mekonium, cairan lambung dan
Persalinan, Air Ketuban, dan Ketuban Pecah dini perdarahan atau odema jaringan pusat saraf pusat
dengan Kejadian Asfiksia. (Manuaba, 2010).
Kejadian Asfiksia
Asfiksia Asfiksia Asfiksia p- Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kategori
Ringan Sedang Berat value dari Utami dan Aniroh (2019) menjelaskan bahwa
F % F % F % terdapat hubungan antara riwayat persalinan dengan
Riwayat
penyakit
kejadian asfiksia neonatorum. pada variabel air
Penyakit ketuban didapatkan p-value sebesar 0,022 yaitu lebih
1 0,6% 3 1,8% 1 0,6%
Menular kecil dari ketentuan 0,05 sehingga dapat disimpulkan
Penyakit ada hubungan antara air ketuban dengan kejadian
Tidak 11 6,4% 17 9,9% 4 2,3% 0,281 asfiksia. Lukour amnii atau air ketuban terdapat di
Menular
Tidak ada dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang
66 38,6% 60 35,1% 8 4,7% terdiri dari lapisan amnion dan korion. Air ketuban
Penyakit
Total 78 45,6% 80 46,8% 13 7,6% ialah cairan berwarna putih agak keruh, serta
Riwayat mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis
Persalinan (Prawawirohardjo, 2011).
Normal
29 17,0% 44 25,7% 4 2,3%
(Spontan) 0,045
49 28,7% 36 21,1% 9 5,3%
Variabel ketuban pecah dini didapatkan p-
Tindakan
Total 78 45,7% 80 46,8% 13 7,6% value sebesar 0,881 yaitu lebih besar dari ketentuan
Air Ketuban 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan
Jernih 62 36,3% 49 28,7% 7 4,1% antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia.
0,022
Mekonium 16 9,4% 31 18,1% 6 3,5% Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban
Total 78 45,7% 80 46,8% 13 7,6% sebelum waktunya melahirkan. Hal ini terjadi pada
Ketuban akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
Pecah Dini
KPD 15 8,8% 14 8,2% 3 1,8% melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan
0,881 komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan
Tidak KPD 63 36,8% 66 38,6% 10 5,8%
Total 78 45,7% 80 46,8% 13 7,6% kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar
pada angka kematian perinatal pada bayi kurang
bulan. Karena bayi yang lahir kurang bulan
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui hasil analisis mempunyai organ tubuh yang kurang sempurna yang
menggunakan uji Chi-square, pada variabel riwayat termasuk sistem pernafasan dan dapat menyebabkan
penyakit didapatkan p-value sebesar 0,281 > 0,05, asfiksia pada bayi (Wiknjosastro, 2011).
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Berdasarkan hasil penelitian dari Rupiyanti
riwayat penyakit dengan kejadian asfiksia. Penyakit dkk (2014) disimpulkan bahwa ada hubungan yang
pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran signifikan antar KPD dengan kejadian asfiksia pada
gas janin: kolesterol tinggi, hipertensi, hipotensi, neonatus.
jantung, paru-paru/ TBC, ginjal , gangguan kontraksi
uterus (Jumiarni, dkk, 2016). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Terdapat hubungan faktor-faktor yang
Hipertensi pada kehamilan mengakibatkan
mempengaruhi kejadian asfiksia dengan kejadian
morbiditas pada ibu dan janin. Hipertensi dalam
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Panembahan
kehamilan menimbulkan berkurangnya aliran darah senopati Bantul berdasarkan Riwayat persalinan dan air
pada fetus dan akan menyebabkan berkurangnya ketuban. Saran bagi institusi pendidikan diharapkan
oksigen ke plasenta dan juga ke janin yang dapat hasil penelitian ini dapat menjadi masukan sebagai
menyebabkan asfiksia janin (Azizah, 2013). Hasil sumber ilmu untuk meningkatkan mutu pendidikan
penelitian ini sejalan dengan penelitian Putri dkk sesuai dengan perkembangan pengetahuan dibidang
(2018) tidak terdapat hubungan antar penyakit ibu asuhan neonatus. Saran bagi ibu hamil diharapkan bisa
terhadap asfiksia. menjadi tambahan informasi bagi ibu hamil untuk selalu
memeriksiakan kehamilannya, dengan memanfaatkan
Berdasarkan hasil statistik didaptkan p-value fasiltas kesehatan yang tersedia untuk memperkecil
0,045 yaitu lebih kecil dari ketentuan 0,05 sehingga kemungkinan penyebab asfiksia.
disimpulkan ada hubungan antara riwayat persalinan
dengan kejadian asfiksia. Persalinan dengan tindakan Saran bagi Rumah Sakit diharapkan dapat
dapat menimbulkan asfiksia neonatorum yang meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
disebabkan oleh tekanan langsung pada kepala khususnya pada penanganan gawat darurat seperti
menekan pusat-pusat vital pada medula oblonganta, asfiksia neonatorum. Saran bagi peneliti selanjutnya
perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-

Page | 60
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

faktor lain yang mempengaruhi kejadian asfiksia pada Bantul Tahun 2016. Yogyakarta: Universitas
neonatus. Aisyiyah.
Prima, D. R., Hasdela, P., & Lubis, I. S. (2018). Analisis
REFERENSI Ketuban Pecah Dini Terhadap Kejadian
Asfiksia di RSU Budi Kemuliaan. Jurnal
Apriatna, R. (2018). Gambaran Kejadian Asfiksia Bayi Medikes 7 (2), 271-280.
Baru Lahir Pada Ibu Dengan Komplikasi Putri, Y. N., Lalandos, J. L., & Setiono, K. W. (2018).
Persalinan di RSUD Dr.H. Moch Ansari Saleh Analisis Faktor Risiko Pada Ibu dan Bayi
Banjarmasin. Banjarmasin: Akademi Terhadap Asfiksia Neonatorum Di RSUD
Kebidanan Sari Mulia . Prof.Dr.W.Z.Johanes Kupang. Cendana
Azizah, I., & Handayani, O. K. (2017). Kematian Medical Journal, Volume 17, No 02.
Neonatal di Kabupaten Grobogan. Higeia Rahma, A. S., & Armah, M. (2013). Analisis faktor
Journal Of Public Health, 14. Risiko Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Azizah, N. (2013). Hubungan Antara Ketuban Pecah Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Dan RSUP Dr
Dini Dan Kejadian Asfiksia. Jurnal Eduhealth, Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2013.
126-129. Jurnal Kesehatan Volume VII No 1, 277-287.
Baini, N. N. (2019). Hubungan Lama Waktu ketuban Rahma, A., & Armah, M. (2014). Analisis Faktor Risiko
Pecah Dini Memanjang Dengan Kejadian Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir . Jurnal
Asfiksia Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi. Kesehatan, 283.
Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ramadhani, N. I., & Sudarmiati, S. (2013). Perbedaan
Kusuma Husada Surakarta. Tingkat Kepuasan Seksual Pada Pasangan
Bantul, D. K. (2020). Profil Kesehatan Kota Bantul. Suami Istri di Masa Kehamilan. Semarang:
Yogyakarta: Dinkes Kabupaten Bantul. Universitas Diponegoro.
DIY, D. (2019). Profil Keshatan DIY. Yogyakarta: Ratmawati, L. A., & Sulistyorini, D. (2020). Gambaran
Dinkes DIY. Faktor-faktorTerjadinya asfiksia Pada Bayi
Dwienda R, Octa; Maita, Liva; Saputri, Eka Maya; Baru Lahir di Puskesmas Banjarnegara 2
Yulviana, Rina. (2014). ASUHAN Kabupaten Banjarnegara. Medsains Vol.6 No.
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI/BALITA 01, Juni 2020 : 26 - 32, 26-32.
DAN ANAK PRA SEKOLAH UNTUK PARA Ratnawati, L. A., & Sulistyorini, D. (2020). GAmbaran
BIDAN. Yogyakarta: Deepublish. Faktor-Faktor Terjadinya Asfiksia Pada Bayi
Ekasari, W. U. (2015). Pengaruh Umur Ibu, Paritas, Baru Lahir di Puskesmas Banjarnegara 2
Usia Kehamilan, dan Berat Badan lahir Bayi Kabupaten Banjarnegara. Medsains Vol.6
Terhadap Asfiksia Bayi pada Ibu Pre Eklamsia No.01, 26-32.
Berat. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. RI, K. K. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Fajarwati, N., Andayani, P., & Rosida, L. (2016). Jakarta: Kemenkes RI.
Hubungan Antara Berat Badan Lahir dan Rochwati. (2014). Hubungan Antara Usia Pada Ibu
Kejadian Asfiksia Neonatorum. Berkala Bersalin Dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru
Kedokteran, 33-39. Lahir di RSUD Dr.H. Soewondo Kendal.
Katiandagho , N., & Kusmiyati. (2015). Faktor-faktor Jurnal Ilmu Kesehatan 5 (2), 43-48.
yang Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia Rupiyanti, R., Samiasih, A., & Alfiyanti, D. (2014).
Neonatorum. Journal Ilmiah Bidan, 28-38. Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Mariana, D., & Ashriady. (2018). Analisis faktor risiko Asfiksia Pada Neonatus di RS Islam Kendal.
umur kehamilan ibu dan jenis persalinan PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II
terhadap kejadian asfiksia pada bayi baru lahir PPNI JAWA TENGAH .
di Kabupaten Mamuju. Jurnal Kesehatan Sagita, Y. D. (2016). Hubungan Antara Ketuban Pecah
Terpadu, 7. Dini Dan Persalinan Sectio Caesarea Dengan
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). aplikasi asuhan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir .
keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan Saptini, Y. D., Tri P, W., & Nikmatul, A. (2015).
nanda nic noc (jilid 3). Yogyakarta: Mediaction Hubungan antar Lama Persalinan Kala II dan
jogja. Jenis Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Pada
Palupi, J., Widada, W., & Fitrianingsih, A. A. (2018). Bayi Baru lahir. Java Health Journal, Jilid 2,
Risiko Asfiksia Neonatorum Berdasarkan No 1.
Keadaan Air Ketuban Di RSU Dr. H. Koesnadi Setiyani, A., Sukesi, & Esyuananik. (2017, 08 1). Modul
Bondowoso Tahun 2018. The Indonesian Bahan Ajar Cetak Kebidanan : Asuhan
Journal Of Health Science. Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prambadari, A. E. (2017). Kejadian Asfiksia Prasekolah. Dipetik Februari 6, 2021, dari
Neonatorum Di RS PKU Muhammadiyah http://www.bppsdmk.kemkes.go.id:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-

Page | 61
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-
Neonatus-Bayi-Balita-dan-Apras-
Komprehensif.pdf
Syaiful, Y. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RS
Muhammadiyah Gresik. Journals of Ners
Community 7 (1), 55-60.
Syalvina, A. D., & Devy, S. R. (2015). Analisis Faktor
Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Asfiksia Neonatorum. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 76- 256.
Utami, A. S., & Aniroh , U. (2019). Hubungan Umur
Kehamilan dan Riwayat Persalinan dengan
Kejadian Asfiksia Neonatorum di RS Islam At
Taqwa Gumawang Kabupaten Oku Timur
Provinsi sumatera selatan tahun 2019.
Wahyuni, S., & Fauzia. (2017). Hubungan Faktor Ibu
Dengan Kejadian Asfiksia Di RSUD KOTA
BOGOR. Jurnal Bidan "Midwife Journal"
Volume 3 No 02.
WHO. (2017). World Health Statistics 2017. World
Health Organization.
Widaryati, Anggraeni, Murtutik, L., & Astuti, F. B.
(2011). The coherence of asphyxia happen to
the neonatorum in the perynatologhy rooms in
RSUD Dr. Moewardi of Surakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia, 1-7.

Page | 62
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 19-23

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kejadian Kekurangan


Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Nining Kartini Fahri1*, Margiyati 2*, Anggit Eka Ratnawati3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
*niningfahri2@gmail.com, ugikndaru@gmail.com, anggiteka253@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Kekurangan energi kronnis merupakan suatu kondisi dimana ibu hamil
menderita kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam jangka waktu lama
Received November 23,2021 (menahun atau kronis). Data dari Dinas Kesehatan Bantul tahun 2020 didapatkan jumlah
Accepted December 15, 2021 terbanyak ibu hamil dengan kejadian KEK di puskesmas Banguntapan I dengan 109 kasus,
Published January 25, 2022
puskesmas Pleret dengan 105 kasus, puskesmas Piyungan dengan 90 kasus. Metode: Jenis
penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospektif. Populasi totalnya yaitu 106
Kata Kunci: ibu hamil dan menggunakan teknik Simple Random Sampling sehingga didapatkan
keseluruhan total sampel 84 ibu hamil di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Analisa data
Kekurangan Energi Kronis yang digunakan analisis Univariat dan Bivariat dengan uji Chi Square. Hasil: Ibu hamil
Ibu Hamil dengan KEK yang tidak bekerja berjumlah 30 responden (35,7%) p-value=0,000,
Pandemi Covid-19 berdasarkan karakteristik umur ibu hamil dengan KEK antara 20-35 tahun p-value=0,339,
pendidikan SMA p-value=0,214, paritas <3 p-value=0,167, jarak kelahiran <2 tahun p-
value=0,759. Kesimpulan: Ada hubungan pekerjaan dengan kejadian KEK, tidak ada
hubungan dengan karakteristik umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran dengan kejadian
KEK.

ABSTRACT
The Impact of the Covid-19 Pandemic on the Incidence of Chronic Energy
Deficiency in Pregnant Women

Background: Chronic energy deficiency (CED) is a condition where pregnant women


Key words: suffer from a lack of food intake that lasts for a long time (chronic or chronic). Based on
Bantul Health Services data in 2020, the highest number of pregnant women with CED
Chronic Energy Deficiency was found at Banguntapan I Public Health Center with 109 cases, Pleret Public Health
Pregnant Women Center with 105 cases, and Piyungan Health Center with 90 cases. Methods: This research
Covid-19 Pandemic is a descriptive type of research with a retrospective approach. The total population in this
study were 106 pregnant women, with sampling using Simple Random Sampling technique.
So, total of sample are 84 pregnant women at Banguntapan I Health Center Bantul.
DOI: Analysis of the data used is Univariate and Bivariate analysis with Chi Square test..
https://10.48092/jik.v8i1.157 Results: Based on the results of the study showed that pregnant women with CED who did
not work were 30 respondents (35.7%) p-value = 0.000, based on the age characteristics
of pregnant women with CED between 20-35 years p-value = 0.339, high school education
p-value=0,214, household household occupation p-value=0,000, parity <3 p-
value=0,167, birth spacing <2 years p-value=0,759. Conclusion: There is a relationship
between work and the incidence of CED, there is no relationship with the characteristics
of age, education, parity, birth spacing with the incidence of CED.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 19
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDA HULUAN belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.


Manifestasi klinis COVID-19 biasanya muncul dalam 2
Kekurangan energi kronis merupakan suatu hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala
kondisi dimana seorang ibu hamil menderita umum infeksi corona virus antara lain gejala gangguan
kekurangan asupan makan yang berlangsung dalam pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.
jangka waktu lama (menahun atau kronis) yang Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan
sehingga peningkatan kebutuhan zat gizi pada masa kematian. Kasus COVID19 di Indonesia sampai tanggal
kehamilan tidak dapat terpenuhi (Kemenkes, 2015). 14 April 2020 masih memperlihatkan peningkatan
Kurangnya pengetahuan tentang gizi ibu hamil maka signifikan jumlah pasien yang terinfeksi sebesar 4.839
dapat mengakibatkan kurangnya makanan bergizi orang dengan jumlah kasus baru sebanyak 282 orang,
selama kehamilan karena pada dasarnya pengetahuan pasien sembuh 426 orang dan angka kematian 459
tentang gizi hamil yang berguna untuk ibu. Ibu dengan orang (Kemenkes RI, 2020). Presiden Republik
pengetahuan yang baik mengerti dengan benar betapa Indonesia telah menyatakan status Tanggap Darurat
diperlukannya peningkatan energi dan zat gizi yang pada tanggal 17 Maret 2020 dan menetapkan Status
baik dalam pertumbuhan dan perkembangan janin Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui Kepres no
(Juwairiyah S, 2017). 11 tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 21
tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan
(PSBB) dalam rangka percepatan penanganan COVID-
masalah pada ibu dan janin. Risiko dan komplikasi pada
19 (Peraturan Pemerintah, 2020).
ibu antara lain anemia, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, pendarahan, dan mudah terkena penyakit Pembatasan kegiatan sebagaimana yang
infeksi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan KEK dimaksud PP Nomor 21, pada ayat (1) huruf c,
diantaranya adalah jumlah konsumsi energi dan jarak dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan
kehamilan (Pastuty et al, 2018). Ibu hamil dengan KEK kebutuhan dasar penduduk, diantaranya adalah
dapat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan janin kebutuhan pangan dan kebutuhan kehidupan sehari-hari
serta dapat menyebabkan keguguran, bayi berat lahir serta kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang
rendah (BBLR), kematian neonatal, anemia pada bayi dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang didalamnya
dan asfiksia intra partum. Bayi yang lahir dalam kondisi termasuk pelayanan gizi yang menjadi salah satu Upaya
BBLR mempunyai risiko gangguanpadapertumbuhan Kesehatan Masyarakat esensial (UKM esensial)
dan perkembangannya serta mengalami kekurangan (Kemenkes RI, 2019; PP, 2020). Data dari Dinas
gizi (Zulaidah et al, 2014). Kesehatan Bantul tahun 2020 didapatkan jumlah
terbanyak ibu hamil dengan kejadian KEK di
Angka kematian ibu di Kabupaten Bantul pada
puskesmas Banguntapan I dengan 109 kasus,
tahun 2018 naik dibandingkan pada tahun 2017. Angka
puskesmas Pleret dengan 105 kasus, puskesmas
Kematian Ibu Tahun 2017 sebesar 72,85/100.000
Piyungan dengan 90 kasus. Berdasarkan studi
Kelahiran Hidup yaitu sejumlah 9 kasus, sedangkan
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
pada tahun 2018 sebanyak 14 kasus sebesar
Banguntapan I Bantul pada tanggal 28 September 2021
108,36/100.000. (Dinkes Bantul, 2019). Hasil Audit
didapatkan data ibu hamil sebanyak 106 ibu hamil, pada
Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa
periode bulan juni-juli 2020
penyebab kematian ibu pada Tahun 2018 adalah
Pendarahan sebesar 36% (5 kasus),TB 22% (3 kasus), METODE
PEB 14% (2 kasus), Hypertiroid, Jantung, Asma, dan
Ca Otak 7% (1 kasus).(Dinkes Bantul, 2019). Angka Populasi dan penelitian ini adalah semua ibu
kematian ibu turun pada tahun 2019. Angka Kematian hamil yang berkunjung di Puskesmas Banguntapan I
Ibu Tahun 2019 sebesar 99,45/100.000 Kelahiran Bantul Pada bulan Juni-Juli 2020 dengan jumlah 106
Hidup yaitu sejumlah 13 kasus (Dinkes Bantul, 2020). ibu hamil. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I Bantul
Hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) tahun 2020 dengan teknik simple random sampling.
menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari rekam
Tahun 2018 adalah Pendarahan 3 kasus,Paralitis 2 medik di Puskesmas Banguntapan I Bantul, mengenai
kasus, PEB 4 kasus, Emboli, Paralitis 1 kasus, dan data ibu hamil. Metode pengolahan data menggunakan
lainnya 2 kasus . (Dinkes Bantul, 2020). Angka editing, coding, scoring data dan tabulating.
kematian ibu di tahun 2020 naik dibandingkan pada
tahun 2019. Angka kematian ibu tahun 2020 dari bulan
januari sampai bulan november yaitu 17 kasus. (Dinkes
Bantul, 2020). Diketahui saat ini terjadi wabah penyakit
baru yang berasal dari virus yaitu corona virus. Corona
Virus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang

Page | 20
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Kurang Energi Kronis berdasarkan


Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.2 Hubungan karakteristik umur dengan
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur, kejadian KEK
pendidikan, pekerjaan, paritas, dan jarak kelahiran.
Umur
Karakteristik Frekuensi Presentase
KEK Tidak KEK
Umur
F % F %
<20 Tahun 5 6,00% P-
<20 Tahun 4 4,8% 1 1,2%
20-35 Tahun 72 85,70% value
20-35 Tahun 34 40,5% 38 45,2%
>35 Tahun 7 8,30%
>35 Tahun 4 4,8% 3 3,6%
Total 84 100.0%
Total 42 50,0% 42 50,0%
Pendidikan
SD Tabel 4.3 Hubungan karakteristik pendidikan dengan
kejadian KEK
SMP 5 6.0%
SMA 65 77.4% Pendidikan
Diploma 6 7.1% KEK Tidak KEK P-
Sarjana 8 9.5% value
Total 84 100.0% F % F %
SD
Pekerjaan
Bekerja 46 54,8% SMP 4 4,8% 1 1,2%
Tidak 38 45,2%
SMA 33 39,3% 32 38,1% 0,214
Bekerja
Total 84 100,0% Diploma 1 1,2% 5 6,0%
Sarjana 4 4,8% 4 4,8%
Paritas Total 42 50,0% 42 50,0%
Beresiko >3 5 6.0%
Tidak 79 94.0% Tabel 4.4 Hubungan karakteristik pekerjaan dengan
beresiko <3 kejadian KEK
Total 84 100.0%
Pekerjaan
Jarak kelahiran P-
KEK Tidak KEK
<2 Tahun 59 70.2% value
2-3 Tahun 5 6.0% F % F %
>3 Tahun 20 23.8%
Total 84 100.0%
(Saumber: Data Sekunder, 2021) Bekerja 12 14.3% 34 40.5% 0.000
Tidak Bekerja 30 35.7% 8 9.5%
Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden
berdasarkan umur sebagian besar responden berumur Total 42 50.0% 42 50.0%
20-35 tahun sebanyak 72 responden (85,7%) ibu hamil. Tabel 4.5 Hubungan karakteristik paritas dengan
Berdasarkan karakteristik responden berdasarkan kejadian KEK
pendidikan sebagian besar responden berpendidikan
Paritas
SMA sebanyak 65 (77,4%) ibu hamil. Berdasarkan P-
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebagian KEK Tidak KEK
value
besar responden bekerja sebanyak 46 (54,8%) ibu F % F %
hamil. Berdasarkan karakteristik responden
berdasarkan paritas sebagian besar responden
mempunyai anak hidup kurang dari 3 sebanyak 79 Beresiko >3 4 4,8% 1 1,2%
responden (94,0%). Berdasarkan karakteristik Tidak 0.167
Beresiko <3 38 45,2% 41 48,8%
responden berdasarkan jarak kelahiran sebagian besar
responden dengan jarak kelahiran <2 tahun sebanyak 59 Total 42 50,0% 42 50,0%
responden (70,2%).

Page | 21
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Tabel 4.6 Hubungan karakteristik jarak kelahiran kronis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian hafifah
dengan kejadian KEK wijayanti tahun 2016 mengatakan bahwa ada hubungan
Jarak Kelahiran
antara pekerjaan dengan kejadian KEK. Hal ini
diketahui dari hasil terbanyak bahwa ibu yang tidak
KEK Tidak KEK bekerja adalah IRT (Ibu Rumah Tangga) justru banyak
P-value
F % F % mengalami KEK, karna ibu yang tidak bekerja tidak
memiliki akses info yang banyak karena sedikitnya
waktu dan beban kerja yang dikerjakan sehari-hari
<2 Tahun 28 33,3% 31 36,9% sangat banyak seperti harus mengerjakan pekerjaan
0.759
2-3 Tahun 3 3,6% 2 2,4% rumah sendiri, mengurus rumah, mengurus anak dan
>3 Tahun 11 13,1% 9 10,7% suami, sehingga beban kerja yang dilakukan oleh ibu
hamil sangat mempengaruhi kebutuhan gizi yang
Total 42 50,0% 42 50,0% dikonsumsi (Arisman, 2010).
(Sumber: Data Sekunder,2021)
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil
Berdasarkan hasil penelitian mengenai karakteristik berdasarkan paritas, ibu hamil yang tidak
hubungan dampak pandemi covid-19 dengan kejadian mengalami KEK sebagian besar mempunyai anak hidup
kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Puskesmas kurang dari 3 anak sebanyak 41 (48,8%), sedangkan ibu
Banguntapan I Bantul tahun 2020 didapatkan tabel 4.2 hamil yang mengalami KEK sebagian besar
didapatkan hasil karakteristik berdasarkan umur ibu mempunyai anak hidup kurang dari 3 anak sebanyak 38
hamil yang tidak mengalami KEK yaitu antara 20-35 responden (45,2%). Hasil ujji Chi Square menunjukan
tahun sebanyak 38 (45,2%), sedangkan berdasarkan nilai p-value= 0,167. Hal ini menunjukan bahwa tidak
umur ibu hamil yang mengalami KEK yaitu antara 20- ada hubungan antara paritas dengan kejadian
35 tahun sebanyak 34 (40,5%). Hasil uji Chi Square kekurangan energi kronis. Penelitian ini sejalan dengan
menunjukan nilai p-value= 0,339. Hal ini menunjukan penelitian Ria Novitasari tahun 2015 yang menyatakan
tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian bahwa tidak ada hubungan paritas dengan kejadian
kekurangan energi kronis. Penelitian ini sejalan dengan kekurangan energi kronis, sehingga berdasarkan
penelitian dari Zahidatul dkk tahun 2017 yang pengamatan peneliti kehamilan yang pertama bagi ibu
mengatakan bahwa ibu hamil yang mengalami KEK merupakan kehamilan yang beresiko KEK, karena
paling banyak adalah usia 20-35 tahun, begitupun kesiapan ibu hamil dan pengalaman mengenai
dengan penelitian dari Aeda Ernawati tahun 2018 yang kehamilan ibu hamil masih belum mumpuni, hal ini
mengatakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menyebabkan asupan energi ibu hamil tidak
sebagian besar ibu hamil yang mengalami KEK tercukupi.
berumur 20-35 tahun.
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil karakteristik berdasarkan jarak kelahiran, ibu hamil
karakteristik berdasarkan pendidikan ibu hamil yang yang tidak mengalami KEK sebagian besar jarak
tidak mengalami KEK berpendidikan SMA sebanyak kelahiran responden <2 tahun sebanyak 31 (36,9%),
32 (38,1%), sedangkan pendidikan ibu hamil yang sedangkan ibu hamil yang mengalami kejadian KEK
mengalami kejadian KEK berpendidikan SMA sebagian besar jarak kelahiran responden <2 tahun
sebanyak 33 (39,3%). Hasil ujji Chi Square sebanyak 28 responden (33,3%). Hasil uji Chi Square
menunjukan nilai p-value= 0,214. Hal ini menunjukan menunjukan nilai p-value= 759. Hal ini menunjukan
bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan bahwa tidak ada hubungan antara jarak kelahiran
kejadian kekurangan energi kronis. Hasil penelitian ini dengan kejadian kekurangan energi kronis. Penelitian
sejalan dengan Bunga Widita dkk tahun 2011 yang ini sejalan dengan penelitian dari Tessa Sjahriani tahun
mengatakan bahwa pendidikan baik belum tentu 2014 mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang
memiliki status gizi yang baik. Hal ini disebabkan bermakna antara jarak kelahiran dengan kejadian
karena pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari kekurangan energi kronis.
pendidikan formal saja tetapi bisa juga diperoleh dari
pendidikan informal.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, ibu Ada hubungan antara dampak pandemi covid-
hamil yang tidak KEK sebagian besar bekerja sebanyak 19 dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu
34 (40,5%), sedangkan ibu hamil yang mengalami KEK hamil di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Ditinjau dari
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 30 reponden kategori pekerjaan. Saran yang diharapkan bagi
(35,7%). Hasil uji Chi Square menunjukan nilai p- Puskesmas untuk melakukan pemantauan yang lebih
value= 0,000. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan mendalam terhadap ibu hamil yang mengalami
antara pekerjaan dengan kejadian kekurangan energi Kekurangan Energi Kronis agar tingkat kejadian KEK

Page | 22
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

berkurang, diharapkan bagi Puskesmas untuk Rochjati. (2011). KEK. Hubungan paritas dengan
melakukan pemantauan yang lebih dalam PMT pada ibu kejadian kekurangan energi kronis.
hamil yang diberikan pada ibu hamil, sebaiknya hanya
ibu saja yang memakan biskuit PMT tidak Sjahriani, T. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan
diperbolehkan orang lain maupun keluarga untuk dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
memakan PMT yang telah diberikan pada ibu hamil, Jurnal Kebidanan Malahayati.
bagi peneliti selanjutnya perlu diadakan penelitian yang Sativa. (2011). Gizi Ibu Hamil. Hubungan KEK dengan
lebih mendalam terkait hubungan kekurangan energi Kejadian Anemia.
kronis dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara secara Sipahutar, A. S. (2013). KEK. Fakto-faktor yang
mendalam. mempengaruhi Kejadian KEK.
Supariasa, b. f. (2013). KEK. Faktor-faktor yang
REFERENSI mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis.

al, P. e. (2018). Kejadian Kekurangan Energi Kronis. Trisnawati. (2018). KEK pada ibu hamil. hubungan usa
KEK pada ibu hamil. menikah, jarak kehamilan dengan kejadian
KEK. Hubungan dukungan suami pada ibu
Arisman. (2010). Kehamilan. Faktor-faktor yang hamil dengan kejadian KEK.
mempengaruhi kekurangan energi kronis.
Verves, A. A. (2013). Gizi Ibu Hamil. Hubungan
Arisman.(2010). KEK. Faktor-faktor yang Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian
mempengaruhi Kekurangan Energi Kronis. KEK.

Bantul,D.(2018).ProfilKesehatanBantul.http://www.de Wijayanti, H. (2016). Fakto-faktor yang berhubungan


pkes.go.id/resources/download/profil/PROF dengan kekurangan energi kronis pada ibu
IL_KES_KABUPATEN_2018/14_Bantul_20 hamil di Puskesmas Jetis II Bantul.
18.pdf.
WHO. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Ibu
Bantul,D.(2019).ProfilKesehatanBantul.http://www.de Hamil saat Pandemi covid-19.
pkes.go.id/resources/download/profil/PROF
IL_KES_KABUPATEN_2018/14_Bantul_20 WHO. (2020). Corona Virus Diaseas. Pandemi Covid-
18.pdf. 19.

Bantul,D.(2020).ProfilKesehatanBantul.http://www.de Zulaidah. (2014). Kejadian Kekurangan Energi Kronis.


pkes.go.id/resources/download/profil/PROF Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.
IL_KES_KABUPATEN_2018/14_Bantul_20
18.pdf.
DIY,D.(2020).ProfilKesehatanDIY.http://www.depkes.
go.id/resources/download/profil/PROFIL_K
ES_PROVINSI_2018/14_DIY_2018.pdf.
Muliawati. (2012). Asuhan Kebidanan pada masa
kehamilan. hubungan usa menikah, jarak
kehamilan dengan kejadian KEK. Hubungan
dukungan suami pada ibu hamil dengan
kejadian KEK.
RI, K. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Kejadian
Kekurangan Energi Kronis.
RI, K. (2019). Asuhan Kebidanan Kehamilan.
hubungan usa menikah, jarak kehamilan
dengan kejadian KEK. Hubungan dukungan
suami pada ibu hamil dengan kejadian KEK.
Rizkah, Z. (2017). Hubungan Antara Umur, Gravida,
Dan Status Bekerja Terhadap Resiko Kurang
Energi Kronis (KEK) Dan Anemia Pada Ibu
Hamil. DOI : 10.2473/amnt.v1i2.2017.72-79.

Page | 23
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 14-18

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan Covid-19


Lubna Tahta Lazuardi El Rahman 1*, Yuni Uswatun Khasanah 2*, Anggit Eka Ratnawati 3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
*lubnatahtael@gmail.com, yunifindra@yahoo.co.id, anggiteka253@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Menurut data dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
(POGI) Jakarta, didapatkan jumlah ibu hamil yang terinfeksi COVID-19 sejumlah 13,7%
Received November 23,2021 ibu hamil. Hal ini dikarenakan wanita hamil memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
Accepted December 15, 2021 wilayah transmisi lokal, riwayat kontak dengan kasus konfirmasi, dan riwayat kontak
Published January 25, 2022 dengan hewan yang terinfeksi COVID Metode: Desain yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu hamil yang periksa di PMB Sumarni Pundong Bantul sebanyak 30 responden.
Kata Kunci: Pengambilan data menggunakan kuesioner sebanyak 27 kuesioner yaitu 5 soal dari uji
validitas dan 22 soal menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian Yanti, dkk
Tingkat Pengetahuan (2020), sedangkan analisa menggunakan analisa univariat. Hasil: Hasil penelitian ini
Pencegahan Covid 19 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 20-35 tahun sebanyak 27 responden
Ibu Hamil (90%), berpendidikan SMA sebanyak 16 reponden (53%), Bekerja sebanyak 19 responden
(63,3%), Multipara sebanyak 18 responden (60%), trimester 3 sebanyak 18 responden
(60%) responden berpengetahuan baik sebanyak 22 responden (73,3%), dan pengetahuan
cukup sebanyak 8 responden (26,7%). Kesimpulan: Pengetahuan ibu Hamil di PMB
Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta tahun 2021 adalah Baik.

ABSTRACT
Knowledge of Pregnant Women on Covid-19 Prevention
Background: According to data from the Indonesian Obstetrics and Gynecology
Key words: Association (POGI) Jakarta, it was found that the number of pregnant women infected with
COVID-19 was 13.7% of pregnant women. This is because pregnant women have a history
Pregnant Women of traveling or living in local transmission areas, a history of contact with confirmed cases,
Knowledge Level and a history of contact with animals infected with COVID. Methods: The design used is
Covid-19 Prevention descriptive quantitative with a cross sectional approach. The population in this study were
all pregnant women who were examined at PMB Sumarni Pundong Bantul as many as 30
respondents. Data collection using a questionnaire as many as 27 questionnaires, namely
DOI:
5 questions from the validity test and 22 questions using a questionnaire adopted from the
https://10.48092/jik.v8i1.158
research of Yanti, et al (2020), while the analysis uses univariate analysis. Results: The
results of this study indicate that the majority of respondents aged 20-35 years as many as
27 respondents (90%), high school education as many as 16 respondents (53%), working
as many as 19 respondents (63.3%), Multipara as many as 18 respondents (60 %), third
trimester as many as 18 respondents (60%) respondents with good knowledge as many as
22 respondents (73.3%), and sufficient knowledge as many as 8 respondents (26.7%).
Conclusion: Knowledge of pregnant women at PMB Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta
in 2021 is good.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 14
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN PMB Sumarni Pundong Bantul Yogyakarta Tahun


2021.
Angka kematian ibu di Indonesia pada tahun
2019 menunjukan angka 205 kematian per 100.000 METODE
kelahiran hidup. Dari 4221 kasus di tahun 2018-2019,
penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan 1.280 kasus, hipertensi dalam kehamilan kuantitatif. Metode pendekatan yang digunakan cross
sebanyak 1.066 kasus, dan infeksi sebanyak 207 kasus. sectional. Penelitian ini dilakukan di PMB Sumarni
(KEMENKES RI, 2020). Tingkat kematian yang Pundong Bantul, Yogyakarta pada bulan Januari hingga
cenderung tinggi ini membuat kita harus semakin September 2021. Penelitian ini telah mendapat izin dari
waspada dengan perkembangan kondisi. Salah satunya PMB Bidan Sumarni Pundong, Bantul, Yogyakarta
Indonesia yang sedang dihadapkan dengan pandemi melalui surat izin dari Politeknik Kesehatan Ummi
global Corona Virus Disease (COVID-19) sejak awal Khasanah Bantul Yogyakarta. Populasi dalam
tahun 2020 (WHO, 2020).
penelitian ini berjumlah 55 ibu hamil. Cara menentukan
COVID-19 adalah gangguan sistem sampel dilakukan secara accidental sampling dengan
pernafasan akut yang disebabkan oleh Virus Severe kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan sebanyak 30
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- responden.
Cov-2) yang terjadi pertama kali di Wuhan, Provinsi
Hubei, Tiongkok pada Desember 2019 dan dengan Instrumen penelitian yang digunakan berupa
cepat virus ini tersebar keseluruh dunia (Lu, Stratton, kuesioner yang didapatkan dari hasil uji validitas dan
Tang, 2020). Menurut data dari Perkumpulan Obstetri uji reliabilitas, dan dari kuesioner baku dari Jurnal
dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jakarta, didapatkan Keperawatan Jiwa Volume 8 No. 3 yang ditulis oleh
data 13,7% wanita hamil lebih mudah terinfeksi virus Yanti, dkk (2020) dengan judul Gambaran Pengetahuan
COVID-19 dibandingkan mereka yang tidak hamil Masyarakat tentang COVID-19 dan Perilaku
(Rohmah & Nurdianto, 2020). Faktor-faktor yang Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19 dengan
mempermudah wanita hamil terinfeksi SARS-COV-2 pertanyaan sesuai judul penelitian dan indikator
yaitu memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara penelitian. Analisis data yang digunakan dalam
atau wilayah Indonesia yang merupakan transmisi
lokal, riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau penelitian ini adalah analisis univariat.
probable terinfeksi SARS-COV-2 dan riwayat kontak
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan hewan yang terinfeksi SARS-COV-2
(KEMENKES RI, 2020). 1. Karakteristik Responden
Menurut Anugrah Wiendyasaari selaku Kasi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
No Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Kabupaten Bantul, sejak awal tahun terjadi sembilan
1. Usia Ibu
kematian ibu hamil yang enam diantaranya terjadi 1) 20-35 tahun 27 90%
selama pandemi. Sebagian besar kematian ibu hamil 2) >35 tahun 3 10%
disertai dengan penyakit bawaan, dua diantaranya Total 30 100%
meninggal mendadak sebelum sempat dilakukan 2. Pendidikan
pemeriksaan klinis, dan satu kematian ibu hamil yang 1) SD 1 3,3%
2) SMP 6 20%
merupakan PDP (Pasien Dalam Pemantauan) COVID-
3) SMA 16 53%
19 (Suara Jogja, 2020). 4) PT 7 23,3%
Total 30 100%
Angka fatalitas kasus infeksi SARS-COV-2 3. Pekerjaan
atau COVID-19 pada wanita hamil mencapai 25%. 1) Tidak Bekerja 11 36,7%
Dampak lanjut dari infeksi COVID-19 pada ibu hamil 2) Bekerja 19 63,3%
yakni munculnya kekhawatiran terkait pertumbuhan Total 30 100%
dan perkembangan janinnya. Oleh karena itu ibu hamil 4. Paritas Ibu
1) Primipara 12 40%
memerlukan perhatian khusus terkait pencegahan, 2) Multipara 18 60%
diagnosis dan penatalaksanaan (Poon et al, 2020). Total 30 100%
Urgensi yang cukup tinggi menyebabkan 5. Umur Kehamilan
diperlukannya studi lebih lanjut terkait Pengetahuan 1) Trimester 1 3 10%
Ibu Hamil tentang Pencegahan COVID-19 untuk 2) Trimester 2 9 30%
ditindaklanjuti sebagai salah upaya pencegahan 3) Trimester 3 18 60%
Total 30 100%
penyebarluasan COVID-19 di kalangan ibu hamil di

Page | 15
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Berdasarkan data hasil penelitian distribusi oleh Maramis, dkk (2013) yang mengatakan bahwa
frekuensi diketahui bahwa mayoritas responden berusia pendidikan berbanding lurus dengan dengan tingkat
20-35 tahun yaitu sebanyak 27 responden (90%), pemahaman terhadap suatu informasi, yang artinya
berdasarkan pendidikan diketahui bahwa mayoritas semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak semakin tinggi juga tingkat pengetahuan seseorang dan
16 responden (53%), berdasarkan pekerjaan diketahui ketepatan dalam bersikap dan berperilaku, maka
bahwa mayoritas responden bekerja sebanyak 19 pendidikan memiliki pengaruh yang besar pada aspek
responden (63,3%), kemudian dilihat dari jumlah anak pikiran, sikap, kemauan, dan tindakan.
atau paritas yaitu mayoritas responden multipara 18 Mayoritas responden adalah sebagai ibu yang
responden (60%). Dan berdasarkan usia kehamilan bekerja yaitu sebanyak 19 responden (63,3%).
responden mayoritas responden memasuki umur Berdasarkan pekerjaan yang mempunyai tingkat
kehamilan trimester tiga yaitu sebanyak 18 responden pengetahuan baik sebanyak 14 responden (46,7%) dan
(60%). yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup sebanyak
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat 5 responden (16,7%)
pada tabel 1 diketahui bahwa mayoritas responden Lingkungan pekerjaan mempengaruhi proses
berusia antara 20-35 tahun sebanyak 27 responden masuknya pengetahuan ke dalam individu karena
(90%). Tingkat pengetahuan terbanyak dimiliki oleh adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
responden dengan rentang usia 20-35 tahun sebanyak direspon sebagai pengetahuan oleh individu.
20 responden (66,7%) dengan tingkat pengetahuan Lingkungan pekerjaan yang baik akan pengetahuan
baik. yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang
pikir seseorang. Dengan bertambahnya usia seseorang baik. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh
menyebabkan semakin berkembangnya daya tangkap Dharmawati dan Wirata (2016) yang menyatakan
dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang didapat bahwa tingkat pendidikan pada dasarnya adalah salah
semakin meningkat juga (Aulia, 2013). satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian tindakan seseorang karena pengetahuan akan langsung
sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2014) berpengaruh pada perilaku.
yang menyatakan bahwa usia yang cukup akan Mayoritas responden sebanyak 18 responden
mempengaruhi tingkat kematangan dan kekuatan (60%) multipara yang mempunyai tingkat pengetahuan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan baik sebanyak 14 responden (46,7%) dan yang
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 4 responden
yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum
(13,3%).
tinggi kedewasaannya. Hal disebabkan meningkatnya
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
usia akan meningkat pula pengalaman dan kematangan
jiwa. Jadi semakin meningkat usia seseorang maka sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2014)
dimungkinkan akan semakin banyak pula pengalaman yang mengatakan bahwa seorang ibu yang memiliki
yang didapat dan banyaknya pengalaman akan riwayat kehamilan lebih banyak dipastikan memiliki
meningkatkan tingkat pengetahuan. pengalaman lebih tinggi dibandingkan oleh ibu yang
Mayoritas tingkat pendidikan responden baru pertama hamil atau baru pertama memiliki anak.
adalah SMA sebanyak 16 responden (53%). Hal ini menyangkut dari pengalaman seseorang dari
Berdasarkan pendidikan didapatkan 11 responden banyaknya kehamilan yang dialami dan
(36,7%) mempunyai tingkat pengetahuan baik dan 5 permasalahannya sehingga lebih banyak ibu mengalami
responden (16,7%) mempunyai tingkat pengetahuan kehamilan semakin tinggi pula pengalaman dalam
cukup. menghadapi berbagai permasalahan saat proses
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan kehamilannya.
perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan Mayoritas responden sebanyak 18 responden
usaha mendewasakan manusia melalui upaya (60%) saat ini memasuki umur kehamilan trimester tiga
pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin 12 responden (40%) dan yang mempunyai pengetahuan
cepat menerima dan memahami suatu informasi cukup sebanyak 6 responden (20%).
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin Periode kehamilan yang dihitung sejak hari
tinggi (Sriningsih, 2011). Hal ini dapat disimpulkan pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulai
bahwa dengan tingginya pendidikan akan semakin persalinan sejati, yang menandai awalnya periode
mudah seseorang untuk menggali informasi. Hal ini antepartum. Periode antepartum dibagi menjadi tiga
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan trimester yang masing-masing terdiri dari 13 minggu

Page | 16
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

atau tiga bulan menurut hitungan kalender. Pembagian


waktu ini diambil dari ketentuan yang Mayoritas responden berusia 20-35 tahun
mempertimbangkan bahwa lama kehamilan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu
dikperkirakan kurang lebih 280 hari, 40 minggu, sebanyak 20 responden (66,7%), dari segi pendidikan
sepuluh bulan (berdasarkan perputaran bulan atau mayoritas responden berpendidikan SMA memiliki
lunar) atau sembilan bulan sejak hari pertama haid pengetahuan yang baik yaitu 11 responden (36,7%),
terakhir (dengan perkiraan siklus 28 hari). Hal ini dari segi pekerjaan mayoritas responden yang bekerja
membuat kehamilan berlangsung kurang lebih 266 hari memiliki pengetahuan yang baik yaitu 14 responden
atau 38 minggu (Fahira& Arifuddin, 2017) (46,7%), dari segi jumlah anak atau paritas tingkat
Hal ini sejalan dengan penelitian saya bahwa pengetahuan ibu baik sebanyak 14 responden (46,7%).
umur kehamilan mempengaruhi pengetahuan. Hal ini Dan dari segi umur kehamilan mayoritas responden
dikarenakan semakin bertambahnya umur kehamilan memasuki umur kehamilan trimester tiga mempunyai
maka pengetahuan yang dimiliki ibu semakin baik. Hal pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 responden
ini dapat dibuktikan dengan ibu sudah berhasil (40%).
melewati beberapa periode kehamilan yang dimulai Responden yang memiliki pengetahuan baik
dari trimester I. sebanyak 22 responden (73,3%) dan responden dengan
2. Tingkat Pengetahuan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 8 responden
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan (26,7%). Dari segi umur mayoritas responden berusia
20-35 tahun yang mempunyai tingkat pengetahuan baik
sebanyak 20 responden (66,7%), dari segi pendidikan
No Tingkat Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan (f) mayoritas responden berpendidikan SMA mempunyai
1. Baik 22 73,3% tingkat pengetahuan baik sebanyak 11 responden
2. Cukup 8 26,7% (36,7%), dari segi pekerjaan mayoritas responden yang
Total 30 100% bekerja mempunyai pengetahuan yang baik sebanyak
14 responden (46,7%), dari segi paritas mayoritas dari
Mayoritas responden mempunyai tingkat jumlah responden multipara yaitu memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 22 responden pengetahuan baik sebanyak 14 reponden (46,7%).
(73,3%). Tingkat pengetahuan baik dikarenakan
mayoritas responden berusia 20-35 tahun. Hal ini
Tabel 3. Crostabulasi Karakteristik dan Tingkat berkaitan dengan usia seseorang Usia mempengaruhi
Pengetahuan daya tangkap dan pola pikir seseorang. Dengan
bertambahnya usia seseorang menyebabkan semakin
No Karakteristik Tingkat Pengetahuan Total berkembangnya daya tangkap dan pola pikirnya
Baik Cukup
F % F % F % sehingga pengetahuan yang didapat semakin meningkat
1. Usia Ibu juga (Aulia, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian
1) 20-35 tahun 20 66,7% 7 23,3% 27 90% Budiman & Riyanto (2013) yang mengatakan bahwa
2) >35 tahun 2 6,7% 1 3,3% 3 10%
Total 22 73,3% 8 26,7% 30 100% usia seseorang mempengaruhi pola pikir dan daya
2. Pendidikan tangkap dalam mempelajari suatu objek. Semakin
1) SD 1 3,3% 0 0% 1 3,3%
2) SMP 4 13,3% 2 6,7% 6 20%
bertambahnya usia maka semakin bertambah pula pola
3) SMA 11 36,7% 5 16,7% 16 53,3% pikir dan daya tangkapnya untuk mempelajari sesuatu
4) PT 6 20% 1 3,3% 7 23,3% sehingga pengetahuan yang didapatpun semakin baik.
Total 22 73,3% 8 26,7% 30 100%
3. Pekerjaan
1) Tidak 8 26,7% 3 10% 11 36,7%
Bekerja 14 46,7% 5 16,7% 19 63,3% KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2) Bekerja 22 73,3% 8 26,7% 30 100%
Total Mayoritas responden berusia 20-35 tahun
4. Paritas Ibu dengan mayoritas pendidikan SMA. Mayoritas
responden sebagai ibu yang bekerja, mayoritas
1) Primipara 8 26,7% 4 13,3% 15 50%
2) Multipara 14 46,7% 4 13,3% 15 50% responden adalah multipara, mayoritas responden
Total 22 73,3% 8 26,7% 30 100% adalah ibu hamil yang memasuki trimester tiga,
5. Umur mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan
Kehamilan yang baik. Saran untuk penyedia pelayanan kesehatan
1) Trimester 1 2 6,7% 1 3,3% 3 10%
2) Trimester 2 8 26,7% 1 3,3% 9 30%
terutama PMB adalah agar PMB dapat lebih
3) Trimester 3 12 40% 6 20% 18 60% menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah
Total 22 73,3% 8 26,7% 30 100% penularan COVID-19 untuk ibu hamil yang melakukan

Page | 17
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pemeriksaan. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu Sriningsih, I., 2011. Faktor Demografi, Pengetahuan
dapat menambah variabel lain untuk diteliti seperti Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pemberian ASI
lingkungan dan sosial budaya karena hal tersebut bisa Ekslusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
mempengaruhi pengetahuan responden.
WHO, 2020. Coronavirus. [Online]
REFERENSI Available at: https://www.who.int/health-
topics/coronavirus
Aulia, R., 2013. Analisis Pengetahuan dan Perilaku
Wijana, E. P. E. & Maulina, M. R., 2020. Arkadia
Masyarakat Terhadap Kualitas Fisik
Digital Media. [Online]
(Kekeruhan, Bau, Rasa) dan Bakteriologis
(Coliform) Air Sumur Gali (Studi di Desa Available at:
Arjasa, Kecamatan Arjasa, Kabupaten https://jogja.suara.com/read/2020/05/14/22
Jember). 0000/di-bantul-6-ibu-hamil-meninggal-
selama-pandemi-corona
Budiman & Riyanto, A., 2013. Kapita Selekta
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam Wulandari, R., 2014. Hubungan Tingkat Pendidikan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tanda
Medika. Bahaya Kehamilan Pada Trimester III Di
RB Harapan Bunda Surakarta: STIK PKU
Dharmawati, I. G. A. A. & Wirata, I. N., 2016. Muhammadiyah.
Hubungan Tingkat Pendidikan, Umur, dan
Masa Kerja dengan Tingkat Pengetahuan Yanti, N. P. E. D. et al., 2020. Gambaran Pengetahuan
Kesehatan Gigi dan Mulut pada Guru Masyarakat tentang COVID-19 dan
Penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi
Gianyar. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No.1. COVID-19. Jurnal Keperawatan Jiwa
Volume 3 No.8.
Fahira, N. & Arifuddin, A., 2017. Faktor Risiko
Kejadian Preeklamsia pada Ibu Hamil di
RSU Anutapura Kota Palu. Jurnal
Kesehatan Tadulako.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020.
Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Lu, H., Stratton, C. W. & Tang, Y.-W., 2020. Outbreak
of Pneumonia of Unknown Etiology in
Wuhan, China: The Mystery and the
Miracle. [Online]
Available at:
https://doi.org/10.1002/jmv.25678
Maramis, R. K., Citraningtyas, G. & Wehantouw, F.,
2013. Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di
Kota Manado Menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis. Pharmacom
Jurnal Ilmiah Farmasi.
Poon, L. C. et al., 2020. Global Interim Guidance on
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
during Pregnancy and Puerperium from
FIGO and Allied Partners: Information for
Healthcare Professionals. International
Journal of Gynecology & Obstetrics.
Rohmah, M. K. & Nurdianto, A. R., 2020. Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) pada
Wanita Hamil dan Bayi: Sebuah Tinjauan
Literatur. Medica Hospitalia.

Page | 18
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 77-80

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian Kolostrum Pada


Ibu Nifas
Nova Kurniasih1*, Tita Restu Yuliasri2*, Moch Any Ashari3*
1, 2, 3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
*novakurniasih15@gmail.com, tita_dheta@yahoo.com, ashariukha@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Di Indonesia angka Inisiasi Menyusu Dini (IMD) nasional pada tahun
2014 sebanyak 35%, angka ini masih jauh dari target Renstra 2015 yaitu sebesar 50% pada
Received January 19, 2022 tahun 2019. Di kota Yogyakarta sendiri cakupan ASI eksklusif merupakan yang terendah
Accepted January 29, 2022 di Provinsi DIY yaitu sebesar 54,9%. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian
Published January 30, 2022 deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 32 responden
dan sampel 17 responden, dari PMB Wheny Haryuningsih, pada saat penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret-Juli 2021, pengambilan sampel menggunakan teknik total
Kata Kunci: sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner dan
dianalisis dengan SPSS for windows versi 19.0. Hasil: Hasil penelitian Mayoritaas
Kolostrum responden berusia 20-35 tahun sebanyak 15 responden (88,2%), responden mayoritas
Ibu Nifas dengan paritas tidak beresiko sebanyak 16 responden (94,1%), mayoritas pendidikan
responden SMA sebanyak 14 responden (82,4%), mayoritas responden tidak bekerja
sebanyak 15 responden (88,2%). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa Faktor yang
mempengaruhi pemberian kolostrum pada ibu nifas yaitu usia, paritas, pendidikan dan
pekerjaan.

ABSTRACT
Factors Afecting the Giving of Colostrum to Postpartum Mothers

Background: In Indonesia, the national Early Breastfeeding Initiation (IMD) rate in 2014
Key words: was 35%, this figure is still far from the 2015 Strategic Plan target of 50% in 2019. In the
city of Yogyakarta, the coverage of exclusive breastfeeding is the lowest in DIY Province
Colostrum at 54, 9%. Methods: This research is a quantitative descriptive study, with a cross sectional
Postpartum Mothers approach, with a population of 32 respondents and a sample of 17 respondents, from PMB
Wheny Haryuningsih, when this research was conducted in March-July 2021, the sampling
used a total sampling technique. Data were collected using a questionnaire research
DOI: instrument and analyzed with SPSS for windows version 19.0. Results: With the results of
https://10.48092/jik.v8i1.163 the study, the majority of respondents aged 20-35 years were 15 respondents (88.2%), the
majority of respondents with parity were not at risk as many as 16 respondents (94.1%),
the majority of respondents were high school education as many as 14 respondents
(82.4%), the majority of respondents did not work as many as 15 respondents (88.2%).
Conclusion: Factors that influence giving colostrum to postpartum mothers are age,
parity, education and occupation.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 77
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kolostrum


pada ibu nifas.
Kolostrum (ASI Pertama) adalah ASI berwarna
kekuningan dengan tekstur lebih kental dari ASI yang Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan. faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian kolostrum
Manfaatnya adalah pencernaan dan penyerapan pada ibu nifas di PMB Wheny Haryuningsih
kolostrum dalam lambung dan usus bayi berlangsung Imogiri,Bantul.
dengan cepat dan baik, menghentikan perdarahan pada
ibu karena dapat cepat mengembalikan uterus. Hasil METODE
penelitian WHO tentang kolostrum menunjukkan sangat
pentingnya pemberian bagi bayi baru lahir (Anonim, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
2011). kuantitatif. Metode pendekatan yang digunakan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di PMB Wheny
Di Indonesia angka Inisiasi Menyusu Dini Haryuningsih Imogiri, Bantul.
(IMD) nasional pada tahun 2014 sebanyak 35%, angka
ini masih jauh dari target Renstra 2015 yaitu sebesar 50% Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas
pada tahun 2019 (Renstra, 2015). Di kota Yogyakarta yang berkunjung di PMB Wheny Haryuningsih dan
sendiri cakupan ASI eksklusif merupakan yang terendah didapatkan jumlah populasi pada penelitian ini
di Provinsi DIY yaitu sebesar 54,9%. Pemberian berjumlah 32 anak.
kolostrum pada 30 dan 120 menit setelah persalinan akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada 4 bulan Dalam penelitian ini pengumpulan data
dan 6 bulan pertama kehidupan. Dari penelitian menggunakan data primer. Data primer berupa data
menjelaskan bahwa rendah nya cakupan ASI eksklusif di analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
Kota Yogyakarta karena jenis persalinan sesar yang kolostrum pada ibu nifas dengan teknik pengisian
memberikan dampak pada pemberian kolostrum pada kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam
masa nifas (Nakao, 2008). penelitian ini adalah analisis univariat.

Pemberian kolostrum akan berlansung baik HASIL DAN PEMBAHASAN


pada ibu yang merasa rileks dan nyaman (Nugroho,
1. Karakteristik Responden
2011). Namun jika ibu mengalami stress karena
Karakteristik responden penelitian
adanya pelepasan dari adrenalin yang dapat
berdasarkan kelompok usia, pekerjaan, pendidikan,
menyebabkan vasokontriksi dari pembuluh darah
dan paritas disajikan pada tabel berikut :
alveoli sehingga oksitosin sedikit harapannya untuk
Tabel 1. Karakteristik Responden
dapat mencapai organ miepoetelium. Ibu postpartum
dengan trauma persalinan SC sebagian akan menderita No Karakteristik Frekuensi Persentase
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (Mundy, (f) (%)
2004). Ibu stress setelah persalinan akan terjadi 1 Usia
suatu blokade dari reflex let down yang 1) < 20 tahun 0 0%
selanjutnya akan menyebabkan lepasnya adrenalin 2) 20-35 tahun 15 88,2%
3) > 35 tahun 2 11,8%
(epirifin) sehingga akan terjadi vasokontriksi dari pada
Total 17 100%
alveoli dan oksitosin akan sedikit (Nugroho, 2011). 2 Pekerjaan
Bagi ibu yang kolostrumnya belum keluar biasanya 1) Tidak bekerja 15 88,2%
ibu akan memberikan susu formula kepada bayinya. 2) Bekerja 2 11,8%
Bayi yang sudah mendapatkan susu tambahan akan Total 17 100%
tertidur dan tidak akan terjadi rangsangan pada putting 3 Pendidikan Ibu
susu. Keadaan ini akan menyebabkan kolostrum 1) SD 0 0%
yang keluar sedikit bahkan mungkin berhenti 2) SMP 3 17,6%
setelah bayi lahir atau kolostrum akan keluar sedikit, 3) SMA 14 82,4%
4) PT 0 0%
dan berhenti sebelum bayi berumur enam bulan. Hal
Total 17 100%
ini akan sangat merugikan bayi. 4 Paritas Ibu
1) Beresiko 16 94,1%
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan 2) Tidak Beresiko 1 5,9%
di BPM Wheny Haryuningsih, di dapatkan data jumlah Total 17 100%
persalinan pada tahun 2021 dari bulan januari sampai (Sumber data primer, 2021)
bulan maret sebanyak 32 persalinan. Dari 10 orang
responden terdapat 8 orang ibu nifas yang sudah a. Paritas
mengeluarkan kolostrum dan 2 orang ibu nifas yang Hasil penelitian didapatkan mayoritas
belum mengeluarkan kolostrum. Hal ini menunjukan paritas ibu tidak beresiko sebanyak 16 (94,1%).
bahwa peniliti ingin melakukan penelitian dengan judul

Page | 78
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Paritas adalah jumlah kelahiran yang sangat berpengaruh terhadap pemberian


menghasilkan bayi hidup atau mati (Bobak, kolostrum.
2010). Sedangkan menurut Manuaba (2010),
Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan d. Pekerjaan
bayi aterem. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Ratna Sari Hardiani dengan judul penelitian pekerjaannya diketahui sebagian besar tidak
Status Paritas Dan Pekerjaan Ibu Terhadap bekerja yaitu sebanyak 15 responden (88,2%).
Pengeluaran ASI Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan,
dimana status paritas dan pekerjaan ibu sangat Status pekerjaan ibu sangat berpengaruh
mempengaruhi pengeluaran kolostrum pada ibu terhadap pemberian kolostrum. Ibu yang bekerja
nifas, ibu yang sibuk dengan pekerjaan di luar akan lebih sedikit pengeluaran ASI nya karena
akan lebih sedikit pengeluaran kolostrum nya di faktor sosial budaya dimana ibu yang bekerja
bandingkan dengan ibu rumah tangga. lebih jarang menyusui bayi nya dibandingkan
dengan ibu rumah tangga (Sulistyoningsih,
b. Usia 2011).
Hasil penelitian didapatkan mayoritas
umur ibu 20-35 tahun sebanyak 15 (88,2%),. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ratna
Sari Hardiani dengan judul penelitian Status
Menurut Elisabeth dalam Wawan dan Paritas Dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran
Dewi (2010) Usia adalah umur individu yang ASI Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan, dimana status
terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai pekerjaan ibu sangat mempengaruhi faktor
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat pemberian kolostrum pada bayi nya semakin
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih sibuk pekerjaan ibu di luar maka semakin sulit
matang dalam berpikir dan bekerja. Hasil untuk memberikan kolostrum pada bayi nya.
penelitian ini sejalan dengan Amik Khosidah
dengan judul penelitian Faktor-faktor Yang 2. Pengeluaran ASI yang Memengaruhi Pemberian
Mempengaruhi Pemberian Kolostrum Pada Bayi Kolostrum Pada Ibu Nifas
Baru lahir Di Puskesmas Baturaden Kabupaten Hasil penelitian pengeluaran kolostrum pada
Banyumas Tahun 2016, yang dimana usia ibu ibu nifas dapat dilihat pada tabel berikut :
merupakan faktor yang berkaitan dengan Tabel 2. Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Nifas
pemberian kolostrum pada bayi, semakin tua
usia ibu atau terlalu muda usia ibu akan sangat Pengeluaran Lambat Cepat Total
berpengaruh terhadap pengeluaran kolostrum. ASI
N % N % N %
c. Pendidikan Paritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tidak beresiko 1 5,9 0 0,0 1 5,9
tingkat pendidikan responden paling besar yaitu Beresiko 15 88,2 1 5,9 16 94,1
SMA sebanyak 14 responden (82,4%). Total 16 94,1 1 5,9 17 100
Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu mempunyai SMP 1 5,9 0 0,0 1 5,9
pengaruh dalam pemberian kolostrum. Makin SMA 2 11,8 14 82,4 16 94.2
Total 3 17,7 14 82,4 17 100
tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah
prevalensi menyusui segera setelah lahir. Pekerjaan
Tidak bekerja 1 5,9 0 0,0 1 5,9
Penelitian Sandjaya (2015), diperoleh Bekerja 14 82,4 2 11,8 16 94.2
kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah Total 15 88,3 2 11,8 17 100
lanjutan tingkat atas di Jakarta untuk tidak lagi (Sumber data primer, 2021)
memberikan ASI kolostrum pada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat paritas
Hasil peneitian ini sejalan dengan Siska tidak beresiko sebanyak 1 responden (5,9%) dengan
Adelarina Br. Sembiring dengan judul penelitian pengeluaran ASI lambat. Paritas beresiko sebanyak
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian 15 responden (88,2%) dengan pengeluaran ASI
Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik lambat dan 1 responden (5,9%) dengan pengeluaran
Pratama Niar Patumbak Tahun 2019, yang ASI cepat. Pendidikan responden SMP sebanyak 1
dimana tingkat pendidikan ibu sangat (5,9%) dengan penegluaran ASI lambat. Pendidkan
berpengaruh terhadap pemberian kolostrum pada responden SMA sebanyak 2 (11,8%) dengan
bayinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu pengeluaran ASI lambat dan pendidikan responden
maka pengetahuan ibu semakin bertambah dan SMA sebanyak 14 (82,4%) dengan pengeluaran ASI
juga ibu semakin sibuk bekerja di luar sehingga cepat.

Page | 79
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Responden tidak bekerja sebanyak 1 (5,9%) Haryono R, Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi
dengan penegluaran ASI lambat. Responden bekerja Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta:
sebanyak 14 (82,4%) dengan penegeluaran ASI Gosyen Publising.
lambat dan responden bekerja sebanyak 2 (11,8%)
dengan penegeluaran ASI cepat. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. (2010). Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua.
mayoritas pengeluaran ASI ibu cepat sebanyak 16 Jakarta: EGC.
(94,1%). Kolostrum merupakan cairan piscous dengan
wanita kekuning-kuningan dan lebih kuning dibanding Nakao, Yuko. (2008). “Initiation Of Breeastfeeding
kan susu yang matur, kolostrum juga dikenal dengan Nakao, Yuko,. 2008 Initiation of Breeastfeeding
cairan emas yang encer berwarna kuning (dapat pula Within 120 Minute After Birth is Associated
jernih) dan lebih menyerupai darah dari pada susu with Breastfeeding at Four Mounts among
karena mengandung sel hidup menyerupai sel darah Japannese Women” A Self Administresed
putih yang dapat membunuh kuman penyakit Questionaire Survey. Journal. Vol 3: 1.
(Haryono, dan Setianingsih, 2014 : 17). Nugroho, Taufan. (2011). Buku Ajar Obstetric Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Yogjakarta: Nuha
Hasil penelitian ini sejalan dengan Nur
Medika.
Hayatiningsih, Winarsih Nur Ambarwati dengan judul
penelitian Keluarnya Kolostrum Pada Ibu Post Partum RENSTRA. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Di RSUD Dr. Moewardi, dimana kolostrum Tahun 2015 – 2019. No. HK.02.02/ MENKES/
merupakan cairan yang pertama kali keluar segera 52/2015. Jakarta. 2015.
setelah ibu melahirkan dan kolostrum merupakan
cairan yang berwarna kekuningan. Siska Adelarina Br. Sembiring. (2019). Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Pratama Niar
Patumbak Tahun 2019. http://poltekkes.Apli
Karakteristik responden dalam penelitian ini
sebagian besar responden berusia 20 – 35 tahun, tingkat kasi-akademik.com/xmlui/handle/123456789/2
pendidikan paling banyak SMA sedangkan jenis 189
pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja dan paritas
terbanyak tidak beresiko. Pengeluaran ASI ibu cepat Sulistyoningsih. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan
sebanyak 16 responden (94,1%). Saran untuk tenaga Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
kesehatan yaitu dapat memberikan masukan kepada
tenaga kesehatan untuk lebih memberikan informasi
tentang faktor yang mempengaruhi pengeluaran
kolostrum.
Bagi masyarakat meningkatkan pemberian
kolostrum pada bayi. Untuk peneliti selanjutnya
diharapkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
faktor-faktor lain yang belum diteliti yang mungkin
dapat berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang
kolostrum, terutama faktor tentang dukungan petugas
kesehatan terhadap informasi mengenai kolostrum.

REFERENSI
A Wawan dan Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran dan
Sikap perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Anonim. (2011). Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Kolostrum Di RSUD
LabuangBaji Makassar. Makassar.Vol.5 No. 3
(2014).
Bobak. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Edisi 4. Jakarta: EGC.

Page | 80
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 69-72

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Status Gizi Wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK)


Erna Yovi Kurniawati1*, Suharyo Hadisaputro2*, Agus Suwandono3*
1 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia
2 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
3 Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
*yovi.raharjanto@gmail.com, suharyo.hadisaputro@gmail.com, agus.suwandono@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar belakang: Lebih dari dua pertiga (69%) wanita usia 18-40 tahun mengalami
kegemukan atau obesitas, wanita SOPK yang kelebihan berat badan atau obesitas mewakili
Received Jannuary 23, 2022
Accepted January 25, 2022 kelompok besar berisiko mengalami kardiometabolik dan gangguan psikologis. Metode:
Published January 25, 2022
Penelitian Deskriptif Kuantitatif mengukur status gizi, pola diet, dan aktivitas fisik wanita
dengan sindrom ovarium polikistik. Metode sampling menggunakan purposive sampling
Kata Kunci:
dengan jumlah responden 30 orang. Hasil: Status gizi reponden 56 % obesitas tingkat II,
Status Gizi seluruh responden mengalami overweight. Pengalaman diet responden 23 % yang pernah
Pola Diet
Aktivitas Fisik melakukan program diet, sedangkan aktivitas olahraga 73 % tidak melakukan olahraga.
Sindrom Ovarium Polikistik Kesimpulan: Obesitas berhubungan erat dengan resistensi insulin, sehingga pola diet dan
aktivitas fisik sangat dibutuhkan guna membantu pengobatan sindrom ovarium polikistik.

ABSTRACT
Nutritional Status of Woman with Polycistic Ovary Syndrome (PCOS)
Background: More than two-thirds (69%) of women aged 18-40 years are overweight or
Key words: obese, SOPK women who are overweight or obese represent a large group at risk for
Nutritional Status cardiometabolic and psychological disorders. Methods: Quantitative Descriptive Research
Dietary Habit measuring nutritional status, dietary patterns, and physical activity of women with
Physical Activity
Polycistic Ovarian Syndrome polycystic ovary syndrome. The sampling method used purposive sampling with the
number of respondents 30 people. Results and Discussion: The nutritional status of
DOI: respondents was 56% obese at level II, all respondents were overweight. The dietary
https://10.48092/jik.v8i1.164 experience of 23% of respondents who had done a diet program, while 73% of sports
activities did not do exercise. Conclusion: Obesity is closely related to insulin resistance,
so diet and physical activity patterns are needed to help treat polycystic ovary syndrome.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 69
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN pankreas dalam sekresi insulin, sehingga dapat

Resistensi insulin paling sering menjadi dasar mengakibatkan Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK).5

SOPK, dengan gangguan toleransi glukosa dan diabetes


METODE
tipe 2, faktor risiko utama penyakit jantung, obesitas,
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
hipertensi, dislipidemia, peradangan, disfungsi endotel,
kuantitatif yang mengukur Status gizi wanta dengan
dan aterosklerosis subklinis. Meningkatkan faktor risiko
indikator Indeks Masa Tubuh (IMT), pola diet dan
terjadinya kardiometabolik dan penyakit lain yang
aktivitas fisik. Populasi terjangkau dalam penelitian ini
terkait dengan SOPK. Risiko jangka panjang yang
adalah wanita dengan diagnosis sindrom ovarium
mungkin dialami wanita dengan sindrom ovarium
polikistik usia 19-40 tahun di Yogyakarta. Populasi
polikistik adalah risiko terkena kanker endometrium
terjangkau berdasarkan data rekrutmen yang terkumpul
dibandingkan dengan wanita tanpa infertilitas,
dalam penelitian ini berjumlah 53 orang. Sampel
keguguran, dan termasuk risiko mengalami kanker
penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi
payudara dua kali lipat sampai tiga kali lebih tinggi1.
syarat untuk berpartisipasi, dengan memenuhi kriteria
Lebih dari 50% pasien SOPK dikaitkan
inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusi: 1) Usia 19-40
dengan sindrom metabolik termasuk obesitas,
tahun, 2) Terdiagnosis mengalami sindrom ovarium
resistensi insulin, dan dislipidemia. Insiden kejadian
polikistik berdasarkan kriteria Rotterdam oleh dokter
SOPK pada remaja ± sebesar 11-26%, dan sekitar
spesialis obstetri ginekologi, 3) Mampu membaca dan
50% diantaranya overweight.2 Studi baru menujukkan
menulis bahasa Indonesia, 4) Peserta mengisi inform
bahwa SOPK mempengaruhi 2,2-20% dari wanita
consent. Kriteria Eksklusi: 1) Hamil (dibuktikan dengan
dengan usia reproduksi.3 Suatu studi menunjukkan
uji kehamilan menggunakan PP Test saat seleksi), 2)
bahwa prevalensi SOPK lebih tinggi pada wanita
Faktor genetik menderita sindrom ovarium polikistik.
dengan berat badan berlebih, obesitas, dan hingga 30%
Metode sampel menggunakan purposive sampling, dari
wanita yang memiliki IMT >30 kg/m2 memenuhi
53 orang populasi diseleksi berdasarkan kriteria inklusi
kriteria diagnostik SOPK.1 Berat badan berlebih
dan eksklusi didapatkan jumlah sampel 30 orang.
berpengaruh terhadap subfertilitas pada seorang wanita
Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan
dan dapat mempengaruhi organ reproduksi yang
lembar observasi.
menyebabkan menstruasi tidak teratur, subfertilitas,
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK), kanker rahim,
endometrium, payudara, dan serviks.4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pasien SOPK memiliki kecenderungan untuk 1. Karakteristik Responden

mengkonsumsi makanan dengan indeks glikemik yang Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden

tinggi. Asupan energi harian total seorang wanita Kategori n %


dihitung sebagai persentase dari asupan Angka Usia (Mean±SD) (30.4±2.376)
Min-max 27-36
Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan kebutuhan nutrisi 27-30 th 19 63.3
wanita usia reproduksi. Wanita dengan SOPK memiliki 31-36 th 11 36.6
Total 30 100.0
asupan kalori yang lebih tinggi daripada wanita yang
Lama Menikah (Mean±SD) (4.56±1.784)
tidak menderita SOPK. Selain itu, konsumsi tinggi Min-max 2-8
lemak dan peningkatan asupan protein, dilihat terlibat 2-4 th 15 50.0
5-8 th 15 50.0
dalam obesitas abdominal dan gangguan fungsi

Page | 70
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Kategori n % tingkat stresor dan perkembangan efektivtas


Total 30 100.0
pengobatan6.
Lama Pengobatan
(Mean±SD) (24.93±12.829) 2. Status Gizi, Pola Diet dan Aktivitas Fisik
Min-max 6-48 Table 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi, Pola diet dan
6-24 bln 18 60.0
25-48 bln 12 40.0 Aktivitas Fisik
Total 30 100.0
Kategori n %
Pendidikan
Status Gizi (IMT)
S1 25 83.4
S2 5 16.6 (Mean±SD) (30.03±3.997)
Total 30 100.0 Min-max 25-38
Pekerjaan Beresiko 3 10
Ibu rumah tangga 3 10 Obesitas I 8 26.7
Wiraswasta 2 6.6 Obesitas II 19 63.3
Swasta 18 60.0 Total 30 100.0
PNS 7 23.4
Pola Diet
Total 30 100.0
Tidak diet 23 76.7
Pernah diet 7 23.3
Berdasarkan Tabel 1, responden berada pada usia Total 30 100.0
reproduktif, dengan usia rata-rata 30 tahun, semuanya Aktivitas olahraga
Tidak olahraga 22 73.3
mengalami infertilitas pada rentang 2-8 tahun, dan rata-
Pernah olahraga 8 26.7
rata lama menikah 4,5 tahun. Durasi pengobatan untuk Total 30 100.0
infertilitas berkisar antara 6 bulan sampai 4 tahun,
Status gizi reponden 56 % obesitas tingkat II,
dengan rata-rata pengobatan 25 bulan. Seluruh
seluruh responden mengalami overweight. Status gizi
responden berlatar pendidikan perguruan tinggi pada
berdasarkan hasil penelitian ini memberikan gambaran
tingkat sarjana dan pascasarjana. Sebagian besar
tingginya resiko sindrom metabolik yang menyertai.
pekerjaan responden sebagai pegawai swasta.
Hasil pemeriksaan status gizi responden, seluruh
Usia merupakan faktor pembatas dalam
responden dalam kategori overweight (klasifikasi
penelitian ini dengan batas usia 19-40 tahun diperlukan
berdasarkan World Health Organization), terdapat 3
sehubungan dengan sindrom ovarium polikistik
responden (10%) dalam kategori beresiko, 9 responden
umumnya didiagnosis pada usia reproduksi atau usia
(30%) dalam kategori obesitas I, dan 18 responden
subur wanita. Tingkat pendidikan formal dapat
(60%) dalam kategori obesitas II. Ketidakseimbangan
meningkatkan konsep diri dalam menghadapi masalah
antara asupan makanan tinggi energi dengan
dan stresor. Jenis pekerjaan sering dikaitkan dengan
pengeluaran energi untuk aktivitas dalam jangka waktu
penentuan stresor seseorang. Pekerjaan mengacu pada
lama memungkinkan terjadinya obesitas, resistensi
aktivitas dan interaksi yang mempengaruhi orang
insulin dan DM tipe 27.
dengan memberikan informasi tentang kesehatan.
Potensi kerja insulin akan menurun dengan
Lama menikah terkait dengan penetapan atau
bertambahnya timbunan lemak. Korelasi negatif antara
diagnosis infertilitas. Lama pernikahan juga potensi kerja insulin dengan timbunan lemak bukanlah
dikaitkan dengan stresor pada wanita dengan merupakan garis linear, tetapi ada daerah kritis yaitu dari
sindrom ovarium polikistik. Durasi pengobatan berat badan lebih (overweight) ke obesitas ringan potensi
untuk sindrom ovarium polikistik mempengaruhi kerja insulin akan menurun tajam, yang selanjutnya
semakin berat obesitas akan diikuti dengan penurunan

Page | 71
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

yang lebih rendah dari potensi kerja insulin. Asupan Darwin, Australia. Med J Aust.
makanan tinggi energi yang berlebihan akan memacu 2012;196(1):62–6.
2. Ojaniemi M, Pugeat M. An adolescent with
resistensi insulin melalui peningkatan kadar gula darah polycystic ovary syndrome. Eur J Endocrinol.
dan asam lemak bebas di dalam darah. Asupan makanan 2006;155(suppl_1):S149–52.
3. Singh A, Vijaya K, Laxmi KS. Prevalence of
tinggi energi juga menyebabkan peningkatan lemak
polycystic ovarian syndrome among
tubuh sehingga timbul obesitas. Obesitas sentral telah adolescent girls: a prospective study. Int J
diketahui berhubungan erat dengan resistensi insulin8, 9, Reprod Contracept Obs Gynecol.
2018;7(11):4375–8.
10.
4. Chavarro JE, Rich-Edwards JW, Rosner BA,
Pengobatan standar SOPK tanpa adanya Willett WC. Use of multivitamins, intake of B
vitamins, and risk of ovulatory infertility. Fertil
pendamping terapi fisik dengan pengelolaan diet serta
Steril. 2008;89(3):668–76.
olahraga tidak efektif menurunkan kadar resistensi 5. Douglas CC, Norris LE, Oster RA, DarnellBE,
insulin. Pada penelitian Kurniawati, resistensi insulin Azziz R, Gower BA. Difference in dietary
intake between women with polycystic ovary
menurun setelah diberikan pengobatan standar dan syndrome and healthy controls. Fertil Steril.
program holistik selama 2 minggu. Program holistik 2006;86(2):411–7.
6. Bazarganipour F, Ziaei S, Montazeri A,
merupakan kombinasi terapi mindfulness, pengaturan
Foroozanfard F, Kazemnejad A, Faghihzadeh
diit dan aktivitas fisik. Hasil statistik menunjukkan S. Psychological investigation in patients with
bahwa program holistik berpengaruh menurunkan kadar polycystic ovary syndrome. Int J of Health and
quality of life outcomes [Internet]. 2013 [cited
resistensi insulin, akan tetapi belum efektif secara klinis 2018 Mar 03]; 11(1):[141 p.]. Available from:
menjadikan kondisi sensitive insulin11. https://doi.org/10.1186/1477-7525-11-141.
7. Diamanti-Kandarakis E, Christakou CD.
Insulin resistance in PCOS. Diagnosis and
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Management of Polycystic Ovary Syndrome,
https://doi.org/10.1007/978-0-387-09718-3_4.
Pola hidup dengan pengaturan pola makan dan Boston, MA: Springer; 2009. p. 35-61.
aktivitas fisik berkaitan dengan status gizi wanita dengan 8. Kim JJ, Choi YM. Dyslipidemia in women with
polycystic ovary syndrome. Int J Obstetrics &
sindrom ovarium polikistik. Diketahui status gizi yang
gynecology science [Internet]. 2013 [cited 2018
berlebih akan memicu terjadinya peningkatan kortisol Jun 12]; 56(3):[137-42 pp.]. Available from:
hormon dan memicu resistensi insulin, sehingga http://dx.doi.org/10.5468/ogs.2013.56.3.137.
9. Legro RS, editor Obesity and PCOS:
diperlukan terapi pendamping non farmakologis berupa implications for diagnosis and treatment.
kombinasi pengaturan diit dan aktivitas fisik pada Seminars in reproductive medicine; 2012: NIH
Public Access.
pengobatan wanita dengan sindrom ovarium polikistik.
10. Irene, A., Alkaf, S., Zulissetiana, E. F., Usman,
Diperlukan penelitian terapan lebih lanjut F., & Larasaty, V. (2020). Hubungan Pola
tentang kombinasi terapi pendamping yang dapat Makan dengan Risiko Terjadinya Sindrom
Ovarium Polikistik pada Remaja. Sriwijaya
menurunkan resistensi insulin pada wanita dengan Journal of Medicine, 3(1), 65-72.
sindrom ovarium polikistik. 11. Kurniawati, E. Y., Hadisaputro, S., &
Suwandono, A. (2019). The Effect of Holistic
Programs on Cortisol Serum Levels in
REFERENSI Polycistic Ovarium Syndrome. Indonesian
Journal of Medicine, 4(4), 376-382.
1. Boyle JA, Cunningham J, OˈDea K, Dunbar T,
Norman RJ. Prevalence of polycystic ovary
syndrome in a sample of Indigenous women in

Page | 72
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021 pp 81-87

POLTEKKES UMMI KHASANAH p ISSN 2407-6872 e ISSN 2579-4027

Sikap dan Kepatuhan Minum Suplemen Zat Besi Berhubungan


dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri
Tuti Rohani1*, Fiya Diniarti2*, Tita Restu Yuliasri3*
1, 2 Universitas Dehasen, Bengkulu, Indonesia
3 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Yogyakarta, Indonesia

*rohani.tuti@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Article history: Latar Belakang: Prevalensi anemia terus meningkat pada usia reproduktif peningkatan
terjadi setiap tahunya 29,4% sampai 33,3 %, penyebab terbanyak dari anemia adalah
Received January 29,2022 kekurangan zat besi. Pelitian ini bertujuan untuk mengetahi hubungan Sikap dan perilaku
Accepted January 29, 2022 kepatuhan minum suplemen zat besi pada remaja putri sekolah dengan kadar hemoglobin.
Published January 30, 2022 Metode: Penelitian ini dengan pendekatan Cross Sectional, dilakukan di Kabupaten
Bantul, Yogyakarta, Indoneisa. Jumlah responden 239 remaja putri sekolah berusia 15
sampai 18 tahun. Hasil: Didaptkan hasil 49,6 % remaja putri mengalami anemia. Factor-
Kata Kunci: faktor yang berhubungan dnegan anemia adalah sikap (p value=0.014), perilaku minum
zat besi (p value=0.001), setelah dilakukan uji multivariat kepatuhan minum zat besi
Sikap menjadi faktor dominan dengan OR 3,5. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa dengan
Perilaku Kepatuhan sikap yang mendukung dan mengkonsumsi suplemen zat besi secara teratur dapat
Suplemen Zat Besi dan Kadar meningkatkan kadar hemogolobin pada remja putri sekolah.
Hemoglobin
ABSTRACT
Attitude and Compliance with Taking Iron Supplements Are Associated with
Haemoglobin Levels in Adolescent Girls

Background: The prevalence of anemia continues to increase at reproductive age, the


Key words: increase occurs every year from 29.4% to 33.3%, the most common cause of anemia is iron
deficiency. This study aims to determine the relationship between attitudes and behavior
Attitude of adherence to taking iron supplements in schoolgirls with hemoglobin levels. Methods:
Compliance Behaviour This study used a Croos Sectional approach. Early research was conducted in Bantul
Iron Supplementation and district, Yogyakarta province, Indonesia. The number of respondents was 239 schoolgirls
Haemoglobin Levels aged 15 to 18 years. Results: it was found that 49.6% of adolescent girls were anemic.
Factors related to anemia were attitude (p value = 0.014), behavior of drinking iron (p
value = 0.001), after multivariate test, adherence to iron intake became the dominant
DOI: factor with an OR of 3.5. Conclusion: It can be concluded that a supportive attitude and
https://10.48092/jik.v8i1.165 taking iron supplements regularly can increase the hemoglobin levels in adolescent school
girls.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Page | 81
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

PENDAHULUAN bayi rendahnya Apgar Score (Alizadeh et al., 2014).


Dampak anemia tidak pada remaja saja namum akan
Target pengurangan kejadian anemia sebesar 50 memberi dampak pada generasi yang akan datang.
% pada wanita usia reproduktif secara global pada tahun
2025, anemia merupakan konsentrasi jumlah dan ukuran Berdasarkan World Health Assembly (WHA)
sel darah merah berada pada kondisi di bawah normal, global nutrition target 2025 yaitu pengurangan 50 %
sehingga berakibat pada gizi dan kesehatan yang buruk anemia pada wanita usia reproduktif, diperlukan
dan gangguan pengangkutan oksigen karena kapasiatas pendekatan multi faktor dan multi sektoral untuk
darah yang berkurang (Global and Targets, 2012). mencapai target (Sataloff, Johns and Kost, no date).
Prevalensi anemia terus meningkat pada usia reproduktif Fokus intervensi pada penecgahan dan pengobatan lebih
yang tidak hamil, peningkatan terjadi setiap tahunya awal akan menujukan hasil yang baik(Habib, Abbasi
29,4% sampai 33,3 % sehingga berakibat meningktnya and Aziz, 2020) Anemia yang disebabkan karena nutrisi
anemia pada populasi global. Anemia pada wanita usia dapat dilakukan solusi dengan memberikan
reproduktif yang tidak hamil akan mengakibatkan suplementasi, keanekaragaman pangan dan fortifikasi
masalah kesehatan, prevalensi teritinggi terjadi makanan (Organization, 2017) Pemberian Weekly Iron-
diwilayah afrika, asia tenggara dan mediterania Folic Acid Supplementation (WIFS) dapat mencegah
timur(Learnt et al., 2018), anemia terjadi pada usia 12- dan menurukan prevalensi anemia zat besi (Global and
15 tahun, di Wilayah Asia Tenggara lebih dari 25% anak Targets, 2012; Organization, 2017).
perempuan remaja menderita anemia kecuali Thailand
dan mencapai 50 % di beberapa negara lainya.(World Berdasarkan beberapa penelitian, beberepa
Health Organization, 2011). pendekatan telah dilakukan penelitian yang dilakukan
Mengistu at all pada remaja putri sekolah di wilayah
Penyebab aneima sangat komplek dari pedesaan Ethiopia dengan strategi intervensi pada
berbagai faktor yaitu kekurangan gizi dan zat besi pencegahan pendidikan gizi, skrining, dan program
(Gebreyesus et al., 2019), pertumbuhan, jenis kelamin, suplementasi zat besi serta pengobatan dini parasit usus
peradangan dan infeksi (malaria, infeksi cacing, HIV, (Mengistu, Azage and Gutema, 2019). Pemberian
tuberkulosis ), kelainan hemoglobin serta faktor Weekly Iron-Folic Acid Supplementation (WIFS) untuk
perilaku, sosial dan lingkungan(WHO, 2017), anemia remaja putri bersama penanganan cacingan berhasil
beresiko tinggai terjadi remaja putri di usia dini dan emnurunkan anemia pada remaja putri di Pholhong,
mereka yang tinggal di rumah tangga rawan pangan provinsi Vientiane, Lao PDR. Permasalahn yang masih
(Gebreyesus et al., 2019). Remaja putri sekolah rentan ditemukan dalah ditribusi suplemen pada perempuan
terkena anemia karena faktor kurangnya keragaman yang tidak sekolah masih menjadi kendala.
makanan(Azupogo et al., 2019), status sosial ekonomi (Kounnavong et al., 2020).
rendah dan lama menstruasi sehingga anmeia dapat
dicegah dengan konsumsi pangan yang beragam dan Program Weekly Iron-Folic Acid
kaya zat besi (Fentie, Wakayo and Gizaw, 2020). Supplementation (WIFS) mengalami banyak hambatan
Berdasarkan beberapa penelitian dan teori Remaja putri seperti pada penelitian di Odhisa India bahwa masih
merupakan kelompok yang rentan ternjadinya anemia adanya kepercayaan mengkonsumsi suplemen zat besi
yang disebabkan karena kekurangan zat besi yang pada kehamilan membuat bayi menjadi besar yang akan
disebabkan oleh kekurangan mikronutrien pada berakibat pada kelahiran operasi caesar dengan biaya
komsumsi makan sehari-hari dan reaja putri berada pada yang mahal. Petugas kesehatan tidak mendistribusikan
masa pertumbuhan. suplemen zat besi pada wanita usia reproduktif hanya
wanita hamil saja dan tidak memonitoring kepatuhan
Anemia pada remaja putri meurpakan (Sedlander et al., 2020). Permasalahan kepatuhan terjadi
permasalahan yang harus segera diatasi kareana akan karena komunitas tidak memahami program
berakibat terhadap kesehatan reproduksi pada remaja suplementasi zat besi dan ketidak patuhan remaja
putri. Anemia pada remaja putri akan berdampak dikarenakan faktor budaya (Compaoré et al., 2018).
langsung pada saat ini dan tidak langsung pada masa
depannya. Anemia pada remaja berakibat menurunkan Kendala utama program WIFS adalah
konsentrasi dan produktivitas kerja, dapat mengganggu kepatuhan remaja minum suplemen zat besi telah
pertumbuhan dimana tinggi dan berat badan menjadi dilakukan berbagai pendekatan yang telahdilakukan
tidak sempurna, menurunkan daya tahan tubuh sehingga adalah pendidikan teman sebaya, peyuluhan yang
mudah terserang penyakit (Azupogo et al., 2019). dilakukan oleh petugas kesehatan, dan penyuluhan oleh
Berdasarkan beberapa penelitian anemia pada ibu guru pembmbing, namum belum memberikan hasil yang
berakibat saat kehamilan dan persalinan, dapat terjadinya maksimal, dikarena jumlah petugas kesehatan yang
abortus dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir minimal dibandingkan dengan jumlah remaja putri,
rendah (Ghislain K. Koura et al., 2012)dan akan terjadi penyuluhan hanya perwakilan saja dari beberapa remaja
penuruan kadar hemoglobin pada bayi (Ghislain K putri, hasil yang didapat tidak smeua remaja mendapat
Koura et al., 2012), mengalami penyulit saat melahirkan penyuluhan tentang anemia degan demikian program

Page | 82
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

pencegahan anemia berjalan baik, terlihat masih reliabiltas. Sedangkan kadar hemoglobin menggunkan
tingginya ketidakpatuhan dan prevalesi anemia masih Alat tes hemoglobin digital.
tinggi. Implementasi program WIFS terkendala dari
berbagai faktor yaitu faktor politik, sosial, struktural dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pragmatis. Faktor perilaku merupakan faktor penting
pada permasalahan ketidak patuhan kepatuhan remaja 1. Karakteristik Responden
mengkonsumsi suplemen zat besi. Karena keterabatasan Karakteristik responden penelitian
tenaga kesehatan, remaja putri tidak mendapatkan berdasarkan umur, sikap, eprilaku kepatuhan dan
sosilisasi program WIFS secara lengkap sehingga kadar hemoglobin disajikan pada tabel berikut :
pengetahuan, sikap dan kepatuhan dalam mengkonsumsi Tabel 1. Karakteristik Responden
suplemen zat besi masih sangat rendah.
Frekuensi Presentase
Karakteristik Kriteria
Solusi tepat dalam menyelesaikan n %
permasalahan tersebut adalah menggunkan pendekatan Usia
peningkatan akses informasi (Qiang et al., 2012), Remaja awal 152 63.6
(15-16 Tahun)
pencegahan dengan pendekatan mheath karena saat ini Remaja Akhir 87 36.4
smartphone merupakan komunikasi yang paling banyak (17 -18 Tahun)
digunakan di dunia(Vital Wave Consulting, 2009), Sikap
intervensi mHealth dapat digunakan pada remaja untuk Baik 143 59.9
Kurang 96 40,2
meningkatkan pengetahuan, sikap dan kepatuhan minum Kepatuhan
obat(Anderson et al., 2018), dengan adanya aplikasi Baik 133 55.5
kesehatan sebagai pendukung pengobatan dapat Kurang 106 44.7
meningkatkan kepatuhan pengobatan (R.C. et al., 2017; N=239
Desilva et al., 2019) sehingga meningkatkan perubahan Sumber: Data penelitian (2020)
perilaku yang komprehensif dan dapat menyelesaikan
hambatan pada lingkungan pasien (Curtis et al., 2019). Hasil penelitian dari tabel 1 diketahui
jumlah responden 239 remaja putri sekolah berusia
Aplikasi berbasis smartphone “Teenfit” sebagai 15 sampai 18 tahun, usia terbanyak pada kelompok
suporting remaja putri pada program WIFS berdampak kontrol yaitu usia remaja awal 15-16 Tahun
pada peningkatan pengetahuan dan sikap selanjutnya tahunsebantyak 152 remaja putri (63.6%).
akan meningkatkan perilaku kepatuhan mengkonsumsi Sedangkan remaja putri yang memiliki dan remaja
suplemen zat besi yang akan berefek peningkatan kadar akhir dengan jumlah 87 (36.4%). Remja putri yang
hemoglobin pada remaja putri sekolah. Pembuatan memilki sikap baik 143 responden (59.9 %) dan
aplikasi TeenFit menggunkan prinsip-prinsip sikap kurang sebanyak 96 (40.2%) dan yang
komunikasi efektif ayng direkomendasikan oleh WHO memiliki kepetuhan baik sebanyak 133 (55.5 %),
yaitu dapat diakses, dapat ditindaklanjuti, relevan, tepat sedangkan yang memilki pengetahuan kurang
waktu, bisa dimengerti, kredibel dan terpercaya(World sebanyak 106 (44.7%).
Health Organisation, 2017).
2. Sikap dan Perilaku Kepatuhan dengan Kadar
METODE Hemoglobin
Penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif Hasil penelitian hubungan sikap dan perilaku
cross secsional, dilakukan di Kabupaten Bantul, kepatuhan deangan kadar hemoglobin dapat dilihat
Indonesia pada remaja putri sekolah yang berusia 15-18 pada tabel berikut:
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan persetujuan Tabel 2. Distribusi Kategori menurut Karakteristik
responden dan dilakukan setelah mendapatkan Kadar hemoglobin
keputusan layak etik dari komisi etik penelitian Tidak p
Kreteria Anemia Total value
Anemia
No.045/UN27.06.6.1/KEPK.EC/2020. Semua peserta
N % n % N %
harus melengkapi persetujuan sebelum meluli Sikap
penelitian. Baik 51 35.7 92 64.3 143 100 0.014
Kurang 54 56.3 42 43.7 96 100
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini Kepatuhan
adalah sikap dan kepatuhan remaja tentang anemia serta Baik 47 35.4 86 64.6 133 100 0.01
kadar hemoglobin pada remaja sekolah. Pengumpuan Kurang 79 74.5 27 25.5 106 100
N=239
data dilakukan dengan memberikan koesioner terkait
sikap dan perilaku kepatuhan minum suplemen zat besi. Sumber: Data penelitian (2020)
Perilaku dan sikap remaja dapat diukur menggunkan Berdasarkan hasil penelitian yang
koesioner yang telah dilakukan uji validitas dan ditunjukkan oleh tabel 2 didapatkan ada hubungan
sikap dengan anemia remaja putri (p value 0,014).

Page | 83
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Namun dilihat berdasarkan kepatuhan minum TTD komprehensif untuk pengurangan anemia diperlukan
atau zat besi ada hubungan pengetahuan TTD untuk menjangkau wanita di berbagai tingkatan
dengan anemia remaja putri (pvalue 0,001). Analisis (Sedlander et al., 2018).
data berdasarkan uji chi square, dipilih variable
yang memenuhi p<0,25 untuk diuji lanjut dengan Berdasarkan penelitian terdahulu hambatan
regresi logistik berganda. Adapun variabel itu pada program WIFS adalah kepatuhan remaja
adalah sikap, kepatuhan minum suplemen zat besi mengkonsumsi suplemen zat besi. Solusi untuk
atau TTD berdasarkan uji chi square, lanjut dengan meningkatkan kepatuhan menggunkan beberapa
regresi logistik berganda. pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, sehingga diharapkan adanya
3. Sikap, perilaku kepatuhan dan Kadar Hemoglobin perubahan perilaku kepatuhan dapat lebih optimal
dan menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik
Hasil analisis multivariat anatara sikap, (Alberts et al., 2020).
perilaku kepatuhan dan kadar hemoglobin dapat
dilihat pada tabel berikut: Meningkatkan partisipasi aktif pasien
Tabel 3. Analisis Multivaiat melalui keaktifan dan pemberdayaan pasien tersebut
Variable P- OR 95 CI terhadap dengan bukti semua peserta menunjukkan
independen value peningkatan kepatuhan, pengetahuan dan sikap
Lowwer Upper (Anderson et al., 2018). Bukti lainya dapat dilihat
Sikap 0,001 3,300 1,641 6,636 pada penelitian menggunakan skrining anemia
Kepatuhan 0,014 2,048 1,040 4,035 memudahkan untuk melakukan skrining anemia
secara mandiri (Mannino et al., 2018). Pada
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan kelompok remaja yang diberikan bebeapa
pada tabel 3, model multivariat didapatkan bahwa pendekatan baik dengan penyuluhan langsung
perilaku kepatuhan minum suplemen zat besi maupun pendidikan kesehatan berbasis individu
merupakan faktor dominan terhadap kejadian anemia dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki kepatuhan dalam meningkatkan kesehatan akan
perilaku kepatuhan yang kurang akan berisiko 3,3 meningkatkan kadar hemoglobin.
kali dibandingkan yang yang berperilku baik. Hal ini sejalan dengan penelitian berbasis
Permasalahan anemia remaja berdasarkan web meningkatkan pengetahuan tentang talasemia
studi pendahuluan dan beberapa penelitian terdahulu dan sikap terhadap tindakan pencegahan di Malaysia
bahwa permasalahan utama dalam program (Ngim et al., 2019). Penelitian ini juga didukung oleh
pemberian suplemen zat besi adalah ketidakpatuhan penelitian menggunakan pendekatan Intervensi dapat
dalam mengkomsumsi suplemen zat besi. Hal ini meningkatkan pengetahuan tentang penyakit menjadi
disebabkan karena perilaku yang tidak mendukung lebih baik, serta meningkatkan kepatuhan terhadap
terhadap program pencegahan anemia dikarena dalam minum obat (Badawy et al., 2019).
pengetahuan remaja masih rendah, sikap mereka
Intervensi peningkatan pendidikan kesehatan
masih belum mendukung. Sehingga dengan perilaku juga dilakukan pada penelitian mengembangkan
yang mendukung dan sikap yang baik dalam program pembelajaran tentang anemia terhadap
mengkonsumsi zat besi dapat meningkatkan kadar pengetahuan dan sikap siswa sekolah menengah
hemoglobin. Pemberian dukungan pada remaja terhadap anemia di wilayah Jazan, Arab Saudi, hasil
dalam mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin penelitan menunjukkan peningkatan yang signifikan
dapat memberikan dukungan terhadap program dalam skor pengetahuan. Tidak ada perbedaan yang
WIFS. signifikan antara respon sikap sebelum dan sesudah
Hasil Analisis pada penelitian ini adalah intervensi pendidikan kesehatan. (Kotb et al., 2019).
adanya hubungan sikap dan kepatuhan pada remaja Berdasarkan teori Green & Kreuter, 1990
putri sekolah dengan kadar hemoglobin. Penelitian bahwa promosi kesehatan adalah segala bentuk
sebelumnya tentang perubahan perilaku yang kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
dilakukan di India bahwa pemberian konseling akan dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku
meningkatakan pengetahuan remaja. Perubahan dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan (Green
pengetahuan, perilaku pada penelitian di India and Kreuter, 1990). Sikap dan perilaku minum tablet
menunjukan pendidikan dan konseling yang tepat tambah darah yang baik dan rutin akan meningkatkan
dapat menghasilkan tingkat pengurangan anemia
kadar hemoglobin, sehingga berdampak pada
yang lebih baik dari pada pemberian suplemen peningkatan kualiatas kesehatan khususnya
saja.(Lakshmi, Easwaran and Saraswathy, 2016). peningkatan kadar hemoglobin.
Pengurangan Anemia melalui Inovasi Normatif atas
dasar pemikiran bahwa pendekatan yang lebih

Page | 84
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap Berdasarkan temuan-temuan tersebut


serta perilaku minum tablet tambah darah, guru pendekatan menggunakan pendidikan kesehatan
sebagai pembimbig, orang tua sebagai pendamping merupakan upaya untuk memberikan pelayanan
dan tenaga kesehatan dalam memberikan konseling kesehatan kepada remaja dalam mencegah anemia,
dan pendampingan. Seperti pada penelitian di India solusi dalam menangani hambatan kurangnya
tentang peran guru dan orang tua dalam pengetahuan, sikap dan kepatuhan untuk minum TTD
mendampingi remaja pada program WIFS (Sethi et setiap minggu satu tablet. Promosi kesehatan
al., 2017), jumlah petugas kesehatan yang tidak merupakan upaya dalam memberdayakan individu
memadai adalah tantangan utama yang dihadapi dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
sektor kesehatan di negara berkembang. Bebrapa perilaku kepatuhan minum suplemen zat besi.
media dapat membantu dalam peningkatan Permasalahan pengetahuan, sikap dan perilaku yang
pengetahuan dan informasi kepada pasien masih kurang penanganan hal ini menjadi kendala
(Manganello et al., 2017). utama. Dengan memberikan pendidikan kesehatan
pada remaja dapat menjadi solusi dalam
Media sosial dapat dengan mudah diakses permasalahan ini namun kekurangan petugas layanan
dan menarik bagi remaja serta memberi bantuan kesehatan adalah tantangan utama yang dihadapi
membuat pilihan berdasarkan informasi yang sektor kesehatan negara berkembang. Berbagai
diharapkan (Lefevre et al., 2017). Permasalahan media dapat membantu dalam peningkatan
kekurangan petugas layanan kesehatan teknologi pengetahuan dan informasi kepada pasien sebagai
seluler dapat memberian sarana sebagai dukungan dukungan yang mereka butuhkan untuk menjalankan
yang mereka butuhkan untuk menjalankan fungsi fungsi mereka secara efektif dan mandiri.
mereka secara efektif dan mandiri (OECD-Harvard
Global Health Institute, 2017) (Thinley, Namgyal KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
and Id, 2019). Peningkatan kepatuhan dalam
mengkonsumsi suplemen zat besi setiap minggu satu Berdasarkan penelitian tersebut sikap dan
tablet pada remaja puti dapat meningkatkan kadar kepatuhan minum suplemen zat besi akan berpengaruh
hemoglobin dan menurunkan prevalesi anemia. terhadap kadar hemoglobin pada remaja putri. Upaya
untuk meningkatkan sikap dan perilaku minum
Sejalan dengan teori tindakan yang suplemen zat besi perlu ditingkatakan untuk
direncanakan (Theory of planned behavior) adalah meningkatkan keteraturan remaja dalam mengkonsumsi
teori yang menjelaskan perilaku manusia, suplemen zat besi atau tablet tambah darah.
menghubungkan keyakinan dan perilaku. Teori TPB
(Theory of planned behavior) direalisasikan untuk REFERENSI
menghubungkan antara keyakinan, sikap dan niat
perilaku (Ajzen, 2005). Perubahan perilaku Ajzen, I. (2005) 'Theory ajzeni-2005-attitudes-
kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan personality-and-behaviour-2nd-ed-open-
komunikasi melalui promosi kesehatan. tarategi university-press.pdf’. New York: Open
pendekatan dengan mengikuti perkembangan zaman University Press.
era digital dapat menggunakan media yang dengan
mudah diterima dengan mudah oleh remaja putri Alberts, N. M. et al. (2020) ‘Development of the
sekolah karena smatrphone merupakan media yang InCharge Health Mobile App to Improve
sudah familier dengan keberadaan remaja. Sehingga Adherence to Hydroxyurea in Patients With
strategi ini dapat memberikan dampak perubahan Sickle Cell Disease : User-Centered Design
pengetahuan selanjutnya perubahan sikap dan Approach Corresponding Author ’:, 8(7). doi:
perubahan perilaku. 10.2196/14884.
Remaja memlliki sikap yang positif terhadap Alizadeh, L. et al. (2014) ‘Impact of Maternal
program WIFS. Dengan demikian diharapkan dapat Hemoglobin Concentration on Fetal Outcomes
berpartisipasi aktif untuk mengkonsumsi zat besi in Adolescent Pregnant Women’, Iranian Red
secara teratur. Kepatuhan dalam mengkonsumsi Crescent Medical Journal, 16(8), pp. 1–5. doi:
suplemen zat besi telah dilakukan banyak pendekatan 10.5812/ircmj.19670.
pengembangan komunikasi pendidikan pada remaja
dengan memanfaatkan teknologi dengan Anderson, L. M. et al. (2018) ‘Mobile health intervention
mengintegrasikan beberapa aspek yaitu aspek for youth with sickle cell disease: Impact on
perilaku mulai dari pengetahuan, sikap dan adherence, disease knowledge, and quality of
kepatuhan dengan pemberian pendidikan dan life’, Pediatric Blood and Cancer, 65(8), pp. 1–
pengingat untuk minum suplemen zat besi. 9. doi: 10.1002/pbc.27081.

Azupogo, F. et al. (2019) ‘Agro-ecological zone and

Page | 85
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

farm diversity are factors associated with about Sickle Cell Anaemia among Male
haemoglobin and anaemia among rural school- Secondary School Students in the Jazan Region
aged children and adolescents in Ghana’, of Saudi Arabia: Health Policy Implications’,
Maternal and Child Nutrition, 15(1), pp. 1–11. BioMed Research International, 2019. doi:
doi: 10.1111/mcn.12643. 10.1155/2019/9653092.

Badawy, S. M. et al. (2019) ‘Computer and mobile Kounnavong, S. et al. (2020) ‘Anaemia among
technology interventions to promote medication adolescents: assessing a public health concern
adherence and disease management in people in Lao PDR’, Global Health Action, 13(sup2).
with thalassemia’, Cochrane Database of doi: 10.1080/16549716.2020.1786997.
Systematic Reviews, 2019(6). doi:
10.1002/14651858.CD012900.pub2. Koura, Ghislain K. et al. (2012) ‘Anaemia during
pregnancy: Impact on birth outcome and infant
Compaoré, A. et al. (2018) ‘Community approval haemoglobin level during the first 18months of
required for periconceptional adolescent life’, Tropical Medicine and International
adherence to weekly iron and/or folic acid Health, 17(3), pp. 283–291. doi:
supplementation: A qualitative study in rural 10.1111/j.1365-3156.2011.02932.x.
Burkina Faso’, Reproductive Health, 15(1), pp.
1–8. doi: 10.1186/s12978-018-0490-y. Koura, Ghislain K et al. (2012) ‘Anaemia during
pregnancy: Impact on birth outcome and infant
Curtis, K. et al. (2019) ‘A medication adherence app for haemoglobin level during the first 18months of
children with sickle cell disease: Qualitative life’, Tropical Medicine and International
study’, JMIR mHealth and uHealth, 7(6), pp. 1– Health, 17(3), pp. 283–291. doi:
19. doi: 10.2196/mhealth.8130. 10.1111/j.1365-3156.2011.02932.x.

Desilva, M. et al. (2019) ‘The Supporting Adolescent Lakshmi, E., Easwaran, P. and Saraswathy, E. (2016)
Adherence in Vietnam ( SAAV ) study : study ‘An intervention study to combat iron
protocol for a randomized controlled trial deficiency anaemia in adolescent girls - Food
assessing an mHealth approach to improving fortification strategy’, Biosciences
adherence for adolescents living with HIV in Biotechnology Research Asia, 13(2), pp. 1141–
Vietnam’, pp. 1–13. 1146. doi: 10.13005/bbra/2144.

Fentie, K., Wakayo, T. and Gizaw, G. (2020) Learnt, L. et al. (2018) ‘Weekly iron and folic acid
‘Prevalence of Anemia and Associated Factors supplementation as an anaemia-prevention
among Secondary School Adolescent Girls in strategy in women and adolescent girls’, Who,
Jimma Town, Oromia Regional State, p. 40.
Southwest Ethiopia’, Anemia, 2020. doi:
10.1155/2020/5043646. Lefevre, A. E. et al. (2017) ‘Mobile Technology for
Community Health in Ghana: What happens
Gebreyesus, S. H. et al. (2019) ‘Anaemia among when technical functionality threatens the
adolescent girls in three districts in Ethiopia’, effectiveness of digital health programs?’,
BMC Public Health, 19(1), pp. 1–11. doi: BMC Medical Informatics and Decision
10.1186/s12889-019-6422-0. Making, 17(1), pp. 1–17. doi: 10.1186/s12911-
017-0421-9.
Global, W. H. A. and Targets, N. (2012) ‘Box 1: What is
anaemia?’, pp. 1–7. doi: Manganello, J. et al. (2017) ‘The relationship of health
WHO/NMH/NHD/14.3. literacy with use of digital technology for health
information: Implications for public health
Green, L. W. and Kreuter, M. W. (1990) ‘HEALTH practice’, Journal of Public Health Management
PROMOTION AS A PUBLIC’, pp. 319–334. and Practice, 23(4), pp. 380–387. doi:
10.1097/PHH.0000000000000366.
Habib, N., Abbasi, S. U. R. S. and Aziz, W. (2020) ‘An
Analysis of Societal Determinant of Anemia Mannino, R. G. et al. (2018) ‘Smartphone app for non-
among Adolescent Girls in Azad Jammu and invasive detection of anemia using only patient-
Kashmir, Pakistan’, Anemia, 2020. doi: sourced photos’, Nature Communications, 9(1),
10.1155/2020/1628357. pp. 2–11. doi: 10.1038/s41467-018-07262-2.
Kotb, M. M. et al. (2019) ‘Effect of Health Education Mengistu, G., Azage, M. and Gutema, H. (2019) ‘Iron
Programme on the Knowledge of and Attitude Deficiency Anemia among In-School

Page | 86
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik
(JIK) JURNAL ILMU KEBIDANAN 8 (1) Desember 2021
P ISSN 2407-6872 E ISSN 2579-4027

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

Adolescent Girls in Rural Area of Bahir Dar 2018–2020.


City Administration, North West Ethiopia’,
Anemia, 2019, pp. 1–8. doi: Vital Wave Consulting (2009) mHealth for
10.1155/2019/1097547. Development.

Ngim, C. F. et al. (2019) ‘A web-based educational WHO (2017) Nutritional Anaemias : Tools for Effective
intervention module to improve knowledge and Prevention, World Health Organization.
attitudes towards thalassaemia prevention in
Malaysian young adults’, Medical Journal of World Health Organisation (2017) ‘WHO Strategic
Malaysia, 74(3), pp. 219–225. Communications Framework’, World Health
Organization, 2017(July), p. 56.
OECD-Harvard Global Health Institute (2017) " Mobile
Technology -Based Services For Global Health World Health Organization (2011) ‘Prevention of iron
And Wellness : Opportunities And Challenges " deficiency anaemia in adolescents’, Searo, p.
Summary of Main points from the OECD- 50. doi: 10.1109/VTC.1982.1623054.
HARVARD Global Health Institute Expert
Consultation of 5-6’, (October 2016). .

Organization, W. H. (2017) ‘WHO Recommendations


on Adolescent Health’, (August), p. 28.

Qiang, C. Z. et al. (2012) ‘Mobile Applications for the


Health Sector’, (April).

R.C., K. et al. (2017) ‘mhealth intervention to support


asthma self-management in adolescents: The
adapt study’, Patient Preference and Adherence,
11, pp. 571–577. Available at:
https://www.dovepress.com/getfile.php?fileID
=35518%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.
cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed18b&N
EWS=N&AN=614915771.

Sataloff, R. T., Johns, M. M. and Kost, K. M. (no date)


No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者
における 健康関連指標に関する共分散構
造分析Title.

Sedlander, E. et al. (2018) ‘Designing a socio-normative


intervention to reduce anemia in Odisha India:
A formative research protocol’, Gates Open
Research, 2(May), p. 15. doi:
10.12688/gatesopenres.12808.1.

Sedlander, E. et al. (2020) ‘Moving beyond individual


barriers and identifying multi-level strategies to
reduce anemia in Odisha India’, BMC Public
Health, 20(1), pp. 1–16. doi: 10.1186/s12889-
020-08574-z.

Sethi, V. et al. (2017) ‘Applying Positive Deviance for


Improving Compliance to Adolescent Anemia
Control Program in Tribal Communities of
India’, Food and Nutrition Bulletin, 38(3), pp.
447–452. doi: 10.1177/0379572117712791.

Thinley, S., Namgyal, K. and Id, A. M. (2019) ‘Social


media and control of soil-transmitted
helminthiasis in Bhutan’, (September 2018), pp.

Page | 87
Available online at: https://jurnalilmukebidanan.akbiduk.ac.id/index.php/jik

You might also like